• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Akhlak Tasawuf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Makalah Akhlak Tasawuf"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDA

HULUA

N

A. Latar Belakang

Akhlak Tasawuf adalah salah satu khasanah

muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan.

Akhlak tasawuf tampil, mengawal dan memandu perjalanan

hidup umat agar selmat dunia dan akhirat. Kepada umat

manusia, khususnya yang beriman kepada Allah, diminta agar

akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW dijadikan

contoh dalam kehidupan berbagai bidang. Mereka yang

mematuhi perintah ini dijamin keselamatan di dunia dan akhirat.

Ajaran akhlak disamping memiliki nilai-nilai yang bersifat

mutlak, absolute, dan universal sebagaimana terdapat dalam

al-Qur’an dan al- hadis, juga menerima ajaran yang bersifat

rasional, lokal dan cultural. Peranan yang dimainkan oleh etika,

moral, dan susila, yaitu sebagai sarana atau partner untuk

(2)

1

hadis, sepanjang etika, moral dan susila itu sejalan dengan

al-Qur’an dan al-hadis tersebut.

Untuk lebih memahami apa itu etika, moral dan

susila, dalam makalah ini kami akan mencoba menguraikan

tentang apa dan bagaimana hubungan antara Etika, moral dan

Susila, serta pengertian baik buruk dan penentuannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Akhlak dan Susila?

2. Bagaimana hubungan antara Etika, Moral dan Susila?

3. Apa pengertian baik buruk dan apa sajakah aliran-alirannya ?

C. Tujuan

(3)

2

2. Mengetahui perbedaan hubungan antara Etika, Moral dan Susila

(4)

B

A

B

I

I

P

E

M

B

A

H

A

S

A

(5)

A. Pengertian Akhlak dan

Susila

a. Pengertian Akhlak

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa

Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata

akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan

(wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti

al- sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at,

watak dasar), ‘adat (kebiasaan,kelaziman),

al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din

(agama)1. Sedangkan pengertian Akhlak secara

terminologi berarti tingkah laku seseorang yang

didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk

melakukan suatu perbuatan yang baik. Menurut tiga

ulama akhlak yaitu Ibnu Maskawaih, Al Ghazali, dan

Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai

yang melekat pada diri seseorang yang dapat

memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan

pikiran terlebih dahulu.

Terdapat 4 ciri seseorang dikatakan berakhlak, yaitu:

1. Perbuatan yang baik atau buruk

2. Kemampuan melakukan perbuatan

(6)

4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan

perbuatan baik atau buruk

Dari sifatnya, akhlak dapat dikelompokkan menjadi dua, antara lain:

1. Akhlak Mahmudah

Adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda

keimanan seseorang. Akhlak terpuji ini dilahirkan

dari sifat-sif at yang terpuji pula.

2. Akhlak Madzmumah

Adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan

jahat yang merusak iman seseorang dan

menjatuhkan martabat manusia. Sifat yang termasuk

1 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Rajawali Pers,

(7)

akhlak madzmumah adalah segala sifat yang

bertentangan dengan akhlak mahmudah.

Lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah

menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan bahwa si A

misalnya sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka

sikap dermawan tersebut telah mendarah daging, kapan

dan dimanapun sikapnya itu dibawanya, sehingga

menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan

orang lain. Jika si A tersebut kadang-kadang dermawan,

dan kadang-kadang bakhil, maka si A tersebut belum

dapat dikatakan sebagai seorang yang dermawan.

Demikian juga jika kepada si B kita mengatakan bahwa

ia termasuk orang yang taat beribadah, maka sikap

taat beribadah tersebut telah dilakukanya dimanapun ia

berada.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak

bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan,

(8)

suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikiranya dan

sadar. Oleh karena itu, perbuatan yang dilakukan oleh

seseorang dalam keadaan tidur, hilang ingatan, mabuk,

atau perbuatan reflek seperti berkedip, tertawa dan

sebagainya bukanlah perbuatan akhlak. Perbuatan

akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang

yang sehat akal pikiranya. Namun, karena perbuatan

tersebut sudah mendarah daging, sebagaimana disebutkan

pada sifat pertama, maka pada saat akan mengerjakannya

sudah tidak lagi memerlukan pertimbangan atau

pemikiran lagi. Hal yang demikian tak ubahnya dengan

seseorang yang sudah mendarah daging mengerjakan

shalat lima waktu, maka pada saat datang panggilan

shalat ia sudah tidak merasa berat lagi mengerjakanya,

dan tanpa pikir-pikir lagi ia sudah dengan mudah dan

(9)

Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah

perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang

mengerjakanya, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari

luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan

yang bersangkutan. Oleh karena itu, jika ada seseorang

yang melakukan perbuatan, tetapi perbuatan tersebut

dilakukan karena paksaan, tekanan atau ancaman dari

luar, maka perbuatan tersebut tidak termasuk kedalam

akhlak dari orang yang melakukannya. Dalam

hubungan ini Ahmad Amin mengatakan, bahwa ilmu

akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan

manusia yang dapat dinilai baik atu buruk. Tetapi tidak

semua amal yang baik atu buruk itu dapat dikatakan

perbuatan akhlak. Banyak perbuatan yang tidak dapat

disebut perbuatan akhlaki, dan tidak dapat dikatakan

baik atau buruk. Perbuatan manusia yang dilakukan

tidak atas dasar kemauanya atau pilihanya sperti

bernafas,berkedip, berbolak- baliknya hati, dan kaget

ketika tiba-tiba terang setelah sebelumnya gelap

tidaklah disebut akhlak, karena perbuatan tersebut

(10)

Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah

perbuatan yang dilakukan dengan seesungguhannya,

bukan main-main atau karena bersandiwara. Jika kita

menyaksikan orang berbuat kejam, sadis, jahat, dan

seterusnya, tapi perbuatan tersebut kita lihat dalam

pertunjukan film, maka perbuatan ters ebut tidak tidak

dapat disebut perbuatan akhlak, karena perbuatan tersebut

bukan perbuatan yang sebenarnya. Berkenaan dengan ini,

maka sebaiknya seseorang tidak cepat-cepat menilai

orang lain sebagai berakhlak baik atau berakhlak buruk,

sebelum diketahui dengan sesungguhnya bahwa

perbuatan tersebut memang dilakukan dengan

sebenarnya. Hal ini perlu dicatat, karena manusia

termasuk makhluk yang pandai bersandiwara, atau

berpura-pura. Untuk mengetahui perbuatan yang

sesungguhnya dapat dilakukan melalui cara yang

kontinue dan terus-menerus.

Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak

(11)

semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji

orang atau karena ingin mendapat sesuatu pujian.

Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar

karena Allah tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak.

Dalam perkembangan selanjutnya akhlak tumbuh

menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, yaitu ilmu yang

memiliki ruang lingkup pokok bahasan, tujuan, rujukan

aliran dan para tokoh yang mengembangkanya.

Kesemua aspek yang terkandung dalam akhlak ini

kemudian membentuk satu kesatuan yang saling

berhubungan dan membentuk suatu ilmu 2.

b. Susil

a Menurut M. Said, susila atau kesusilaan berasal dari kata susila, yang

mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata susila

selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup

yang lebih baik. Orang yang susila adalan orang yang

berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila

adalah orang yang berkelakuan buruk. Para pelaku

zina atau pelacur misalnya, sering diberi gelar

(12)

“sila”. “su” berarti baik, bagus, dan “sila” berarti dasar,

prinsip, peraturan hidup atau

n

berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan

keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai

yang dipandang baik.

Sama halnya dengan moral, pedoman untuk

membimbing orang agar berjalan dengan baik juga

berdasarkan pada nilai nilai yang berkembang

2 Ibid., hlm. 4-6

(13)

dalam masyarkata dan mengacu kepada sesuatu yang

dipandang baik oleh masyarakat.4

B. Hubungan Antara Etika, Moral, dan Susila

Pada dasarnya, akhlak dan susila memiliki

tujuan yang sama, yaitu menjadikan manusia yang baik

dan berbudi.

Ada beberapa persamaan antara Etika, Moral,

dan Susila, yaitu sebagai berikut:

1. Etika, Moral, dan Susila mengacu pada

ajaran atau gambaran tentang perbuatan,

tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.

2. Etika, Moral, dan Susila merupakan prinsip

atau aturan hidup manusia untuk mengukur

martabat dan harkat kemanusiaannya.

Semakin tinggi kualitas etika, moral, dan

susila seseorang atau sekelompok orang,

semakin tinggi pula kualitas kemanusiaannya.

Sebaliknya semakin rendah kualitas etika,

moral, dan susila seseorang atau

sekelompok orang semakin rendah pula

(14)

3. Etika, moral, dan susila seseorang atau

sekelompok orang tidak semata-mata

merupakan faktor keturunan yang bersifat

tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan

potensi positif yang dimiliki setiap orang.5

4. Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika,

moral, dan susila itu sama, yaitu untuk

menentukan hukum atau nilai dari suatu

perbuatan yang dilakukan manusia untuk

ditentukan baik-buruknya.

4 Abuddin Nata, op. cit., hlm 81.

5 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, CV Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm.

(15)

Selain persamaan tersebut, ada pula perbedaan

antara etika, moral dan susila yang menjadi ciri

khas masing- masing. Berikut ini adalah

perbedan-perbedaan antara etika, moral, dan susila:

1. Perbedaan dalam sumber yang menjadi patokan

untuk menentukan baik dan buruk.

Etika : Penilaian baik dan buruk

berdasarkan pendapat akal pikiran.

Moral : penilaian baik dan buruk

berdasarkan norma atau adat kebiasaan.

Susila : bersumber pada nilai-nilai yang

berkembang dan dipandang baik oleh masyarakat

2. Perbedaan dalam sifat pemikiran dan kawasan pembahasan.

Etika lebih banyak bersifat teoristis,

maka pada moral dan susila lebih banyak

bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku

manusia secara umum sedang moral dan susila

bersifat lokal atau individual. Etika menjelaskan

baik dan buruk sedang moral dan susila

menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk

(16)

C. Pengertian Baik Buruk serta Beberapa Aliran Tentang Baik dan Buruk

Pengertian baik secara bahasa adalah terjemahan

dari kata khoir dalam bahasa Arab, atau good dalam

bahasa Inggris. Louis Ma`luf dalam kitab Munjid,

mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu

yang telah mencapai kesempurnaan. Selanjutnya, yang

baik itu juga adalah sesuatu yang mempunyai nilai

kebenaran atau nilai yang diharapkan dan memberikan

kepuasan. Yang baik itu juga sesuatu yang sesuai dengan

keinginan. Dan yang disebut baik itu adalah sesuatu

yang mendatangkan rahmat, memberikan perasaan

senang atau bahagia. Adapula pendapat bahwa yang

disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang

diinginkan, diusahakan dan menjadi tujuan manusia.

Tingkah laku manusia adalah baik, apabila hal

tersebut menuju

(17)

kesempurnaan manusia. Sedangkan kebaikan disebut

nilai (value), apabila kebaikan itu bagi seseorang

menjadi kebaikan yang kongkrit. 7

Dari beberapa kutipan diatas, menggambarkan

bahwa yang disebut baik adalah segala sesuat u yang

berhubungan dengan yang luhur, bermartabat,

menyenangkan dan disukai manusia. Dengan mengetahui

sesuatu yang baik, maka akan mempermudah dalam

mengetahui yang buruk. Dalam bahasa Arab, yang

buruk itu dikenal dengan istilah syarr. Dan diartikan

dengan sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang

seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, dibawah

standar, kurang dalam nilai, keji jahat, tidak bermoral dan

perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma

masyarakat yang berlaku. Dengan demikian yang

dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai

sebaliknya dari yang baik.

Definisi diatas, memberikan kesan bahwa

sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relatif sekali,

karena tergantung pada pandangan dan penilaian

masing-masing yang merumuskan. Dengan demikian nilai baik

(18)

subyektif, karena bergantung kepada individu yang

menilainya.8

Perkembangan pemikiran manusia selalu berubah, begitu juga patokan

yang digunakan orang untuk menentukan baik dan buruk

manusia. Beberapa aliran filsafat yang mempengaruhi

pemikiran akhlak diantaran ya adalah ;

a. Baik dan Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat

baik, dan orang yang menentang tidak mengikuti

adat-istiadat dipandang buruk dan mendapat hukuman

secara adat. Adat istiadat selanjutnya dipandang

sebagai pendapat umum. Ahmad Amin mengatakan

bahwa tiap bangsa atau daerah mempunyai adat

tertentu mengenai baik dan buruk. 9

b. Baik & Buruk Menurut Aliran Hedonisme

7 Abuddin Nata, op. cit., hlm. 104. 8 Ibid., hlm. 106.

(19)

10

Aliran ini adalah aliran filsafat yang

bersumber pada pemikiran filsafat Yunani Kuno.

Terutama pemikiran filsafat Epicurus (341-270

SM), kemudian dikembangkan oleh Cyrenics,

berikutnya dikembangkan oleh Freud. Menurut

paham ini, bahwa perbuatan yang baik adalah

perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan,

kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis.10

c. Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme (Humanisme)

Intuisi adalah kekuatan batik yang dapat

menetukan sesuatu baik atau buruk dengan sekilas

tanpa melihat buah atau akibatnya. Kekuatan batin atau

suara hati adalah merupakan potensi rohaniah yang

manusia. Misal, apabila ia melihat suatu perbuatan,

(20)

11

dapat memberi tahu nilai perbuatan itu, lalu

menetapkan hukum baik dan buruknya. Oleh karena

itu, manusia sepakat tentang keutamaan seperti benar,

dermawan, berani. Mereka juga sepakat menilai

buruk terhadap perbuatan yang salah, pendusta, dan

pengecut.

d. Baik dan Buruk Menurut Paham Utilitarianisme

Secara bahasa utilis berarti berguna. Paham ini

berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna.

Kalau ukuran ini berlaku bagi perorangan disebut

individual, dan jika berlaku bagi masyarakat dan

negara disebut sosial. Paham ini mendapatkan

perhatian dizaman sekarang. Di abad sekarang ini,

kemajuan dibidang teknologi meningkat tajam, dan

kegunaanlah yang menentukan segala sesuatunya.

Kelemahannya paham ini adalah hanya melihat

kegunaan dari sudut materialistik. Misal, orang tua

jumpo semakin kurang mendapatkan penghargaan,

karena secara material sudah tidak lagi

kegunaannya. Padahal kedua orang tua tetap

(21)

berguna untuk dimintai nasihat, doa dan

pengalaman masa lalu yang sangat berharga.

e. Baik dan Buruk Menurut Paham Vitalisme

Paham ini berpendapat bahwa yang baik

adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup

manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan

orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik.

Paham ini lebih cenderung pada sikap binatang, dan

berlaku hukum siapa yang kuat dan menang itulah

yang baik. Paham ini pernah dipraktekkan oleh para

penguasa di zaman feodalisme terhadap kaum yang

lemah, tertindas dan bodoh. Dengan kekuatan dan

kekuasaan yang dimiliki, ia dapat mengembangkan

pola hidup feodalisme, kolonialisme dan diktator.

Kekuatan dan kekuasaan menjadi lambang dan

status sosial untuk dihormati. Ucapan, perbuatan

dan aturan yang dikeluarkan menjadi pegangan

masyarakat meskipun salah.

Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana

ilmu pengetahuan dan teknologi sudah banyak

(22)

akan mendapatkan tempat lagi, kemudian beralih

dengan sifat demokratis.

f. Baik dan Buruk Menurut Paham Religiosisme

Paham ini berpendapat bahwa yang

dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai

dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan

buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan

kehendak Tuhan. Paham ini, terhadap keyakinan

teologis yaitu keimanan kepada Tuhan sangat

memegang peranan penting. Karena tidak mungkin

orang berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, apabila

yang melakukan tidak beriman

kepada-Nya.

Perlu diketahui, bahwa di dunia ini ada

bermacam-macam agama yang dianut, dan

masing-masing agama menentukan baik buruk menurut

ukurannya agama masing-masing. Agama Hindu,

Budha, Yahudi, Kristen dan Islam, masing-masing

(23)

ukur tentang baik dan buruk antara yang satu dengan

lainnya berbeda-beda dan juga ada persamaannya.

g. Baik dan Buruk Menurut Paham Evolusi

manusia dan tumbuh-tumbuhan, akan tetapi juga

berlaku pada benda yang tidak dapat dilihat dan

diraba oleh indra, seperti moral dan akhlak.

Salah seorang ahli filsafat Inggris bernama Herbert Spencer

(1820-1903) berpendapat bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh

secara sederhana, kemudian berangsur-angsur

meningkat sedikit demi sedikit berjalan kearah

cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu

baik apabila dekat dengan cita-cita tersebut, dan buruk

apabila jauh daripada cita-cita tersebut. Adapun tujuan

manusia dalam hidup ini ialah untuk mencapai

cita-cta tujuan atau mendekatinya.

Paham ini, bahwa cita-cita manusia dalam

(24)

kebahagiaan. Kebahagiaan disini berkembang

menurut keadaan yang mengitarinya. Kalau

perbuatan manusia sesuai dengan keadaan yang

diharapkan yaitu lezat dan bahagia, maka hidupnya

akan bahagia dan senang, begitu juga sebaliknya.

Paham ini yang menjadikan ukuran perbuatan baik

manusia adalah merubah diri sesuai dengan keadaan

yang berlaku. Paham ini juga sesuai dengan

pendapat Darwin (1809-1882). Dia menjelaskan

bahwa perkembangan alam didasari oleh ketentuan

alam, perjuangan hidup, dan kekal bagi yang lebih

pantas. 11

(25)

B

A

B

I

I

I

P

E

N

U

T

U

P

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dan makalah

sebelumnya, dapat diketahui bahwa antara akhlak is lam

yang bersumber pada wahyu dapat menerima atau

mengakui peranan yang dimainkan oleh etika, moral, dan

susila, yaitu sebagai sarana atau partner untuk

(26)

dan al-hadis, sepanjang etika, moral dan susila itu

sejalan dengan al- Qur’an dan al-hadis tersebut.

Dengan demikian ajaran akhlak disamping

memiliki nilai-nilai yang bersifat mutlak, absolute, dan

universal sebagaimana terdapat dalam al -Qur’an dan

al-hadis, juga menerima ajaran yang bersifat rasional, lokal

dan cultural. Sehingga ajaran islam dapat hadir dan

diterima oleh se luruh lapisan sosial.

Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative,

karena bergantung pada pandangan dan penilaian

masing-masing yang merumuskannya. Dengn demikian nilai baik

atau buruk bersifat subyektif karena bergantung kepada

individu yang menilainya.

Aliran filsafat yang mempengaruhi pemikiran

akhlak tersebut adalah Baik Buruk Menurut Aliran Adat

Istiadat (Sosialisme), Baik Buruk Menurut Aliran

Hendonisme, Baik Buruk Menurut Paham Intuisisme

(Humanisme), Baik Buruk Menurut Paham

Utilitarianisme, Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme,

Baik Buruk Menurut Paham Religiosisme, dan Baik

Buruk Menurut Paham Evolusi.

B. Saran

Demikianlah makalah tentang “Baik dan

(27)

sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari sempurna, maka dari itu kami sangat berharap

kritik dan saran kalian semua, agar menjadi pembelajaran

bagi kami untuk kedepannya agar menjadi lebih baik. Atas

(28)

D A FT

A R P U ST

A K A

Amin, Ahmad. 1983. Etika (Ilmu Akhlak).

Jakarta: Bulan Bintang. Anwar, Rosihon. 2010.

Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Nata, Abuddin. 2017. Cet. 15. Akhlak Tasawuf dan

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) Apabila saya dinyatakan sebagai penerima Beasiswa KTI-FKIP maka saya bersedia mentaati peraturan di bawah ini

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara kelas dengan penerapan metode GI dan kelas dengan penerapan metode TGT terhadap hasil belajar

Perspektif keuangan, pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, sistem dan prosedur

Menindaklanjuti pembelajaran hari ini dengan melihat hasil akhir pekerjaan siswa sesuai dengan materi belajar yang baru saja di pelajari. Follow-up pada siswa untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh pengencer TS terhadap kualitas semen beku kambing PE (persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup

Pada waktu yang sama, sebanyak 1 lup spora aktinomiset, yang diperoleh dari biakan berusia 7 hari, diinokulasikan ke erlenmeyer berisi 10 mL medium LB dan diinkubasi pada

Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh informasi tentang objek (permukaan bumi dan perairan) atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh pada jarak

diri sastrawan seperti kapan, dan di mana dia dilahirkan, pendididkan sastrawan, agama, latar belakang sosial budayanya, juga pandangan kelompok sosialnya. Pendekatan