HOMOMORFISMA GELANGGANG HOMOMORFISMA GELANGGANG
A.
A. HOHOMOMOMOMORFRFISISMAMA Homomorfisma
Homomorfisma
Pada bagian ini, kita mendiskusikan konsep homomorfisma pada suatu gelanggang dan beberapa Pada bagian ini, kita mendiskusikan konsep homomorfisma pada suatu gelanggang dan beberapa sifat-sifatnya.
sifat-sifatnya. Definisi 14.1.1
Definisi 14.1.1 Andaikan Andaikan〈 〈 R, + ,R, + , ⋅⋅ 〉 〉 dandan 〈 〈 S, +,S, +,⋅⋅ 〉 〉 masing-masing adalah suatu gelanggang.masing-masing adalah suatu gelanggang. Suat
Suatu u pempemetaaetaann φ φ : : RR → → S S dikdikatakatakan an sebsebagai agai suatsuatu u homhomomoomorfirfisma sma gelgelanganggangang g jikajika φ φ mempertahankan operasi gelanggang, yakni untuk setiap x, y
mempertahankan operasi gelanggang, yakni untuk setiap x, y∈∈R dipenuhiR dipenuhi (1)
(1) (x + y)(x + y)φ φ = (x)= (x)φ φ + (y)+ (y)φ φ (2)
(2) (x(x⋅⋅ y)y)φ φ = (x)= (x)φ φ ⋅⋅ (y)(y)φ φ
Sama seperti pada homomorfisma grup, operasi “penjumlahan dan perkalian” pada ruas kiri Sama seperti pada homomorfisma grup, operasi “penjumlahan dan perkalian” pada ruas kiri dilakukan dengan menggunakan operasi penjumlahan dan perkalian di gelanggang R, sementara dilakukan dengan menggunakan operasi penjumlahan dan perkalian di gelanggang R, sementara pada rua
pada ruas kanan ds kanan dilakukan ilakukan dengan medengan menggunakanggunakan operasn operasi yang bei yang berada di gerada di gelanggang langgang S.S. Contoh 14.1.2
Contoh 14.1.2 Perhatikan gelanggang bilangan bulat Z dengan operasi penjumlahan dan perkalianPerhatikan gelanggang bilangan bulat Z dengan operasi penjumlahan dan perkalian biasa da
biasa dan gelanggn gelanggangang
∈
∈
=
=
aa bb cc d d Z Z d d c c b b a a Z Z M M (( )) :: ,, ,, ,, 2 2Dengan operasi penjumlahan dan perkalian matriks. Pemetaan
Dengan operasi penjumlahan dan perkalian matriks. Pemetaan
φφ
: Z: Z→
→
MM22 (Z) yang didefinisikan(Z) yang didefinisikanoleh (x) oleh (x)
φφ
==
x x x x 0 0 0 0adalah suatu homomorf
adalah suatu homomorfisma gelanggangisma gelanggang. Untuk . Untuk sebarasebarang dua ng dua unsure x, yunsure x, y
∈
∈
Z diperoleh Z diperoleh ,, )) (( )) (( 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 )) (( φ φ x x φ φ yy φ φ y y y y x x x x y y x x y y x x y y x x
=
=
+
+
+
+
=
=
+
+
+
+
=
=
+
+
dan . ) ( ) ( 0 0 0 0 0 0 ) ( φ x φ y φ y y x x xy xy xy
=
=
=
Sehingga φ adalah homomorfisma gelanggang
Definisi 14.1.3 Suatu homomorfisma gelanggang φ : R → S dikatakan sebagai suatu isomorfisma jika φ adalah pemetaan bijektif.
Contoh 14.1.4 Andaikan
∈
=
d Z d d Z M : 0 0 ) ( 2Homomorfisma gelanggang φ : Z
→
Md (Z) seperti pada contoh 14.1.2 adalah suatu isomorfisma gelanggang. Perhatikan bahwa pada pemetaan Tersebut untuk setiapterdapat d Z sehingga (x)
∅
= . Jadi∅
adalah pemetaan pada. Selanjutnya,bila (
∅
= (∅
, maka=
Hal ini berakibat x = y, dan
∅
adalah pemetaan satu-satu. Jadi∅
: Z→ adalahsuatu isomorfismaenai
Contoh 14.1.5 pada diskusi kita mengenai grup sudah kita perlihatkan bahwa Z nZ, n ≠ a , tetapi tidak demikian halnya pada gelanggang. Pada konteks gelanggang Z nZ. Hal ini disebabkan gelanggang Z mempunyai unsure kesatuan, tetapi gelanggang nZ tidak mempunyai unsure kesatuan bila n ≠ 1
B. SIFAT-SIFAT HOMOMORFISMA
Pada bagian ini kita kembangkan fakta-fakta yang telah kita peroleh pada
homomorfisma grup kedalam homomorfisma gelanggang. Kita akan menemukan bahwa sifat homomorfisma grup juga akan berlaku pada homomorfisma gelanggang
Teorema 14.2.1 Andaikan
∅
: R → S adalah suatu homomorfisma dari gelanggang R ke gelanggang S1) Untuk setiap r R dan n Z, (nr)
∅
= n (r)∅
dan (∅
= alah2) Jika M adalah subgelanggang dari R, maka (M)
∅
adalah subgelanggang dari S 3) Jika R komutatif , maka (R)∅
adalah komutatifBukti. (1) Bila r R dan n Z, maka
(nr)
∅
= (r + r + r +…+ r)∅
= (r)∅
+ (r)∅
+…+ (r)∅
(
∅
= (r . r . . .)∅
= (r)
∅
. (r)∅
. . . (r)∅
=2. misalkan M adalah subgelanggang dari R, himpunan (M)
∅
= {(m)∅
: m M} S. karena 0 M dan M adalah suatu sub grup dari R, maka 0’= (0)∅
(M)∅
.Perhatikan sebarang dua unsure (m1)
∅
, (m2)∅
M, (m1)∅
- (m2)∅
= ( m1- m2)∅
. Karena M adalah suatu subgelanggang, m1- m2 M dan ( m1- m2)∅
(M)∅
.Akibatnya
(m1)
∅
- (m2)∅
(M)∅
. Selanjutnya, (m1)∅
(m2)∅
= ( m1m2)∅
, karena Madalah suatu subgelanggang, maka m1 m2 M, sehingga (m1)
∅
(m2)∅
(M)∅
. Jadi menurut teorema 13.1.2, (M)∅
adalah suatu sub gelanggang dari S 3. karena R adalah gelanggang komutatif, untuk setiap r1,r2 diperoleh r1,r2=r2,r1. Sehingga untuk sebarang dua unsur (r1)
∅
,(r2)∅
(R)∅
diperolehSehingga (R)
∅
adalah gelanggang komutatifDari teorema diatas kita ketahui bahwa banyangan homomorfik dari suatu subgelanggang M adalah subgelanggang. Tetapi secara khusus bila
subgelanggang M adalah subgelanggang. Tetapi secara khusus bila
subgelanggang M adalah suatu ideal dari gelanggang R, maka bayangan homomorphik dari suatu ideal belum tentu ideal, seperti yang diperlihatkan oleh contoh berikut ini.
Contoh 14.2.2 kita telaah kembali pemetaan
∅
: Z→ (Z) yang diberikan oleh contoh 14.1.2. perhatikan bahwa 2Z adalah suatu ideal dari Z, tetapi (2Z)∅
bukanlah suatu ideal dari (Z).karena untuk unsur- unsur(Z) dan (2Z)
∅
Diperoleh
(2Z)
∅
Jadi bayangan homomorphik dari 2Z bukanlah suatu ideal
Teorema berikut ini menjamin bahwa bila
∅
: R → S adalah suatuhomomorfisma dari gelanggang R pada gelanggang S, maka bayangan homomorfik dari suatu ideal adalah suatu ideal juga
Teorema 14.2.3 Andaikan R dan S adalah gelanggang dan misalkan
∅
adalah suatu homomorfisma dari R pada S. bila N adalah suatu ideal dari R, maka (N)Bukti. Teorema 14.2.1 memeperlihatkan bahwa (N)
∅
adalah suatusubgelanggang dari R. sehingga kita tinggal memperlihatkan bahwa untuk sebarang s S dan sebarang (n) (N)
∅
dipenuhi s (n)∅
(N)∅
dan (n)∅
s(N)
∅
Karena
∅
: R →S adalah homomorfisma pada, untuk setiap s S terdapat r R sehingga s = (r)∅
. Hal ini berakibat bahwa s (n)∅
= (r)∅
(n)∅
= (rn)∅
.Tetapi N adalah ideal di R, sehingga rn N. jadi s (n)
∅
= (rn)∅
(N)∅
. Sebaliknya(n)
∅
s = (n)∅
(r)∅
=(nr)∅
. Karena N adalah ideal di R, nr N. sehingga (n)∅
s = (nr)∅
(N)∅
. Jadi (N)∅
adalah suatu ideal dari STeorema-teorema yang dibicarakan berikut ini merupakan hasil-hasil yang setara dengan hasil-hasil yang dibicarakan dalam teori grup
Teorema 14.2.4 bila N adalah ideal dari gelanggang R, maka pemetaan
∅
: R R/N yang didefinisikan oleh (r)→∅
= r + N adalah suatu homomorfismaBukti. Untuk sebarang dua unsur r1,r2 R maka
(r1+ r2)
∅
= (r1+ r2) + N = (r1+ N) + (r2+ N) = (r1)∅
+( r2)∅
Dan (r1 r2)∅
= (r1 r2) + N = (r1+ N) (r2+N) = (r1)∅
(r2)∅
Definisi 14.2.5 Andaikna R dan S adalah gelanggang dan misalkan
∅
: R → S adalah suatu homomorfisma gelanggang. Inti dari∅
didefenisikan sebagaiInti (
∅
) = {r R : (r)∅
= 0 S}Contoh 14.2.6 perhatikan gelanggang Z6dengan operasi penjumlahan dan perkalian modulo 6 dan gelanggang Z2 dengan operasi penjumlahan dan perkalian modulo 2. Pemetaan
∅
: Z6 → Z2yang didefenisikan oleh∅
=Adalah suatu homomorfisma, dengan inti (
∅
)={0, 2, 4}Contoh 14.2.7 perhatikan gelanggang Z dengan operasi penjumlahan dan
perkalian biasa dan gelanggang Zn dengan operasi penjumlahan dan perkalian modulo n. pemetaan
∅
: Z → Znyang didefinisikan oleh (x)∅
= x mod n adalah suatu homomorfisma. Karena untuk setiap x,y Z berlaku(x + y)
∅
= (x + y) mod n= x mod n + y mod n
= (x)
∅
+ (y)∅
Dan(xy)
∅
= (xy) mod n= (x mod n) (y mod n)
=(x)
∅
(y)∅
Inti dari homomorfisma
φ
adalahBila x = kn
∈
n Z dengan k∈
Z, maka (x)φ
= (kn)φ
= kn mod n = 0 mod n. Jadi kn∈
Inti (φ
), sehingga nZ⊆
Inti (φ
). Sebaliknya, jika y∈
Inti (φ
), maka (y)φ
= 0 mod n. Ini berarti y adalah kelipatan dari n. Hal ini berakibat y∈
nZ, sehingga Inti (C)⊆
nZ. Jadi Inti (φ
) = nZ.Seperti pada homomorfisma grup yang menyatakan bahwa inti dari suatu homomorfisma adalah suatu subgroup normal, teorema berikut ini memperlihatkan bahwa inti dari suatu homomorfisma gelanggang adalah suatu ideal.
Teorema 14.2.8 Jika φ : R → S adalah homomorfisma gelanggang, maka inti ( φ ) adalah suatu ideal dari R
Bukti.
Pertama, akan diperlihatkan bahwa untuk setiap x, y
∈
Inti (φ
), maka x – y∈
Inti (φ
). Selanjutnya, diperlihatkan bahwa untuk semua r∈
R dan x∈
Inti (φ
), maka rx∈
Inti (φ
) dan xr∈
Inti (φ
).Perhatikan bahwa untuk sebarang x, y
∈
Inti (φ
), maka (x)φ
= (y)φ
= 0. Karenaφ
suatu homomorfisma, maka( x – y )
φ
= (x)φ
- (y)φ
= 0 – 0 = 0 Jadi ( x – y )∈
Inti (φ
)Selanjutnya, untuk sebarang r
∈
R dan x∈
Inti (φ
), maka (rx)φ
= (r)φ
(x)φ
= (r)φ
0 = 0Jadi, rx
∈
Inti (φ
). Dengan cara yang serupa dapat diperlihatkan bahwa xr∈
Inti (φ
) adalah suatu ideal dari R.Contoh 14.2.9 Kita perhatikan kembali homomorfisma
φ
: Z6→
Z2 pada Contoh 14.2.6. Inti (φ
) = {0,2,4} adalah suatu ideal dari Z6Teorema 14.2.9 Andaikan R adalah suatu gelanggang. Bila N adalah ideal dari R, maka N adalah inti dari homomorfisma φ : R→ R ⁄ N yang didefinisikan oleh (r)φ = r + N
Bukti. Perhatikan bahwa unsure identitas terhadap operasi penjumlahan dari gelanggang R
⁄
N adalah N. Sehingga inti dariφ
didefinisikan sebagaiInti (
φ
) = (r∈
R : (r)φ
= N}Kita perlihatkan Inti (
φ
) = N. Andaikan x∈
N, maka (x)φ
= x + N = N. Sehingga x∈
Inti (φ
). Hal ini berarti N⊂
Inti (φ
). Sebaliknya, bila y∈
Inti (φ
), maka (y)φ
= y + N = N. Karena y + N = N diperoleh y∈
N. Sehingga Inti (φ
)⊂
N. Jadi N = Inti (φ
)C. TEOREMA ISOMORFISMA
D. 14.3 Teorema Isomorfisma
E. Pada bagian ini kita akan membicarakan konsep-konsep isomorfisma pada gelanggang yang bersesuaian dengan konsep-konsep isomorfisma pada grup. Kita dapat melihat bahwa semua teorema-teorema isomorfisma pada grup, kita peroleh ekivalensinya pada gelanggang.
F.Teorema 14.3.1 (Teorema Isomorfisma pertama) Bila
φ
: R→
S adalah suatu homomorfisma dari gelanggang R pada gelanggang S dengan inti K, maka R⁄
K≅
S G. Bukti. Kita akan mendefinisikan suatu pemetaanψ
R ⁄ K → S demikian sehinggaψ
adalahsuatu isomorfisma. Karena
φ
adalah homomorfisma dari pada R pada S, S dapatdinyatakan sebagai
I. Sehingga pemetaan
ψ
dapat didefinisikan sebagai (r + K)ψ
= (r)φ
. Karena pendefinisianψ
melibatkan koset pada domainnya, kita harus memperlihatkan bahwaψ
didefinisikan dengan baik. Dengan perkataan lain, bila r 1 + K = r 2 + K adalah dua koset yang sama,maka kita harus memperlihatkan bahwa (r 1 + K)
ψ
= (r 2 + K)ψ
, yakni (r 1)φ
= (r 1)φ
.Andaikan r 1 + K = r 2 + K. Akibat 9.1.5 menjadi r 1- r 2
∈
K. Karena K adalah inti dariφ
,diperoleh (r 1- r 2)
φ
= (r 1)φ
- (r 2)φ
= 0. Sehingga (r 1)φ
= (r 2)φ
. Jadiψ
adalah terdefinisidengan baik.
J. Selanjutnya, kita perlihatkan bahwa
ψ
adalah suatu homomorfisma gelanggang. Untuk sebarang dua unsur r 1 + K , r 2+ K∈
R ⁄ K , diperolehK. (( r 1 + K) + ( r 2 + K))
ψ
= (( r 1 + r 2) + K )ψ
= ( r 1- r 2)φ
.L.Karena
φ
adalah suatu homomorfisma gelanggang, (r 1 + r 2)φ
= ( r 1)φ
+ ( r 2)φ
. SehinggaM. (( r 1 + K) + ( r 2 + K))
ψ
= ( r 1)φ
+( r 2)φ
N. = (r 1+ K )
ψ
+ ( r 1 + K )ψ
O. Selanjutnya,
P. (( r 1+ K) ( r 2 + K))
ψ
= (( r 1 r 2) + K )ψ
Q. = (r 1 r 2)
φ
R. Karena
φ
adalah suatu homomorfisma gelanggang, (r 1 r 2)φ
= (r 1)φ
(r 2)φ
S.Sehingga
T. ((r 1 + K) ( r 2+ K))
ψ
= (r 1)φ
(r 2)φ
U. = (r 1+ K)
ψ
( r 2 + K)ψ
V. Jadi
ψ
adalah suatu homomorfisma gelanggang.W. Karena
φ
adalah pemetaan pada, untuk setiap s∈
S terdapat r∈
R sehingga s = (r)φ
. Tetapi ini juga berarti untuk setiap s∈
S terdapat r∈
R sehingga (r + K)ψ
= (r)φ
= s.Sehingga
ψ
adalah homomorfisma pada. Selanjutnya, bila (r 1 + K)ψ = ( r 2 + K)ψ
, maka(r 1)φ = (r 2)φ . Hal ini berakibat bahwa (r 1)φ - (r 2)φ = (r 1 - r 2)φ = 0. Jadi r 1- r 2
∈
K, yangberakibat r 1 + K = r 2 + K. Sehingga
ψ
adalah pemetaan satu-satu. Karenaψ
adalahhomomorfisma satu-satu dan pada,
ψ adalah isomorfisma dan
R ⁄ K≅
S.X. Seperti yang telah kita bicarakan pada teori grup, teorema isomorfisma kedua dan ketiga juga berlaku pada teori gelanggang.
Y.Teorema 14.3.2 (Teorema isomorfisma kedua) Andaikan R adalah suatu gelanggang. Bila M dan N masing-masing adalah ideal dari R dan
Z. M + N = { m + n : m
∈
M, n∈
N }AA. Maka M + N adalah ideal dari R dan ( M + N )
⁄
N≅
M⁄
( M∩
N )BB. Teorema 14.3.3 (Teorema Isomorfisma ketiga) Andaikan R adalah suatu gelanggang. Bila M dan N masing-masing adalah ideal dari R sehingga M
≤
N, maka R⁄
N≅
( R⁄
M )⁄
( N⁄
M ).CC. Pada bab 13 kita telah memperlihatkan bahwa bila F adalah suatu lapangan, maka F tidak mempunyai ideal sejati. Akibat dari teorema isomorfisma pertama lebih lanjut memperlihatkan bahwa suatu gelanggang komutatif dengan unsur kesatuan yang tidak mempunyai ideal sejati adalah suatu lapangan.
DD. Akibat 14.3.4 Andaikan R adalah suatu gelanggang dengan unsur kesatuan. R adalah suatu lapangan jika dan hanya jika R tidak mempunyai ideal sejati.
EE.Bukti. Akibat 13.2.13 menyatakan bahwa bila R adalah suatu lapangan, maka R tidak mempunyai ideal sejati.
FF. Sebaliknya, andaikan R tidak mempunyai ideal sejati. Akibatnya {0} adalah ideal maksimum dari R. Teorema 13.3.2 menjamin R
⁄
{0} adalah suatu lapangan. Selanjutnyaperhatikan bahwa pemetaan