• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTA (4) KATA PENGANTA (4) KATA PENGANTA (4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KATA PENGANTA (4) KATA PENGANTA (4) KATA PENGANTA (4)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul "Memahami Teori Kebenaran" dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim kelompok 3 yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Filsafat Ilmu dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Teori-teori kebenaran Filsafat. Makalah ini dianjurkan untuk dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman tentang teori kebenaran dalam filsafat.

(2)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR...i

Daftar Isi...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Penulisan...2

D. Manfaat makalah...2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Landasan Teori...3

1. Pengertian Kebenaran...3

B. Pembahasan (Analisis Penulis)...14

BAB III PENUTUP...16

A. Kesimpulan...16

B. Saran...16

(3)
(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.

(6)

hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakannya.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari judulnya ada baiknya kita rumuskan masalah-masalah yang akan di bahas, antara lain :

1. Pengertian kebenaran.

2. Teori-teori kebenaran filsafat ilmu.

C. Tujuan Penulisan

Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah :

1. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan tingkatan-tingkatan kebenaran ilmu pengetahuan.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori-teori kebenaran ilmu pengetahuan.

3. Mahasiswa mampu memenuhi syarat tugas filsafat ilmu

D. Manfaat makalah

1. untuk memberikan pengetahuan yang lebih tentang pengertian ilmu filsafat kepada orang lain.

2. menambah wawasan dan meperdalam pengetahuan guna mengembangkan pola pikir yang ilmiah.

(7)

BAB II PEMBAHASAN A. Landasan Teori

1. Pengertian Kebenaran

Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha "memeluk" suatu kebenaran.Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Terdapat lima macam kebenaran yaitu kebenaran adat, kebenaran agama (dogma), kebenaran ilmu pengetahuan, kebenaran ideologi politik (doktrin), dan kebenaran capital. Kebenaran adat ialah kebenaran dari kepala suku, tidak boleh dibantah, jika dibantah akan dikucilkan dari masyarakat. Kebenaran agama ialah kebenaran atas dasar kepercayaan, keyakinan yang datangnya dari wahyu, tidak boleh dibantah, dosangkal, atau didebat, jika disangkal sanksinya adalah neraka. Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran atas dasar observasi, penyelidikan, penilitian terhadap objek, boleh disangkal, dibantah, dan didebat, jika didebat tidak ada sanksi apa-apa, bahkan pengetahuan tersebut semakin berkembang. Kebenaran ideologi politik ialah kebenaran atas dasar kekuasaan atau kebenaran ilmiah yang dijadikan dogma, tidak boleh disangkal, jika disangkal sanksinya adalah penjara. Kebenaran kapital ialah kebenaran atas dasar kepentingan kapitalis, kaum kapitalis atau majikan tidak boleh disangkal, dibantah atau didebati, jika didebat sanksinya adalah dipecat majikan. Lima macam kebenaran itu diterima manusia atas dasar kepercayaan dan keyakinan.

(8)

sungguh-sungguh (benar-benar) ada. Jadi dapat di simpulkan kebenaran merupakan salah satu sederhana untuk mempelajari suatu subyek adalah menentukan segala sesuatu yang bisa benar atau salah, termasuk pernyataan, proposisi, kepercayaan, kalimat, dan pemikiran.

Kebenaran menurut filsafat adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memluk” suatu kebenaran. Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengembantugas utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nialai-nilai kebenaran. Semua orang yang berhasrat untuk mencitai kebenaran, bertindak sesuai dengn kebenaran. Harus ada

Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya. Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran, pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti (begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan system.

Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata: "Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; "Kebenaran itu adalah kenyataan", tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak benaran (keburukan).

(9)

menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran.

Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.

Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat diluar jangkauan manusia.

Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akalbudi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akalbudi yang menyatakannya. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Karena itu, kegiatan berpikir adalah usaha menghasilkan pengetahuan yang benar itu atau kriteria kebenaran. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang akan metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Alam fisik pun memiliki perbedaan ukuran kebenaran bagi setiap jenis dan bidang pengetahuan.

(10)

hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan. Kebenaran dalam arti semantis adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran memang unik, tak pernah terjawab secara mudah. Berbagai abstraksi sering dipakai untuk menjawab pertanyaan, untuk menemukan kebenaran. Abstraksi lahir atas atas akal budi, yang menemukan kebenaran yang lebih esensial. Dengan akal budinya, maka kemampuan manusia bersuara bisa menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Lewat bahasa dan komunikasi, manusia hendak menemukan kebenaran. Kebenaran merupakan cita-cita tertinggi, yang selalu menjadi obsesi hidup. Untuk menemukan kebenaran manusia di kelilingi oleh dunia simbol yang bermacam-macam. Manusia mampu menciptakan dan menggunakan simbol-simbol dalam kehidupan sehari-hari. Kebenaran tidak datang dengan sendirinya, melainkan perlu dicari dengan cara yang tepat. Ketika orang memanjat pohon kelapa, mungkin sambil naik, akan menghitung berapa banyaknya lubang yang digunakan memanjat. Jika dia dapat menghitung dengan tepat, maka kebenaran dengan cara mematik dia lakukan atas dasar faktual. Jika demikian, cara manusia menemukan kebenaran tidak sesuka hati. Kebenaran diraih dengan langkah yang tepat. Dengan filsafat ilmu, kebenaran ilmiah dicapai dengan cara yang tersistem.

2. Teori-Teori Kebenaran

(11)

bagi manusia; (viii) teori esensialisme yang menyatakan bahwa kebenaran itu sesuatu yang abstrak dan yang bermakna sebagai hal yang esensial atau yang terdalam dari pikiran manusia: (ix) teori eksiistensialisme yang menyatakn bahwa kebenaran itu sesuatu yang sangat kontektual, sesuai dengan ruang dan waktu. Oleh sebab itu kebenaran yang absolute tidak pernah ada. (x) teori metafisisontolgy yang menyatakan bahwa kebenaran itusuatu hal yang ontologis, diketahui atau tidak, kebenaran itu ada dalam ruang yang ada. Kebenaran ada di dunia metafisis dan bukan dalam dunia empiri; (xi) teori ilmu pengetahuan/ teori ilmiah yang menyatakan bahwa kebenaran itu sesuai dengan asas-asas yang ada dalam ilmu pengetahuan (merupakan kebenaran dari pembuktian terhadap hipotesis). (xii) teori penomenologi (E.Husserl) yang menyatakan bahwa kebenaran itu adalah sesuatu yang tetap dan abstrak bernama “neumenon” jauh dibalik penomenon (gejala); (xiv) teori konstruktivismen yang menyatakan bahwa kebenaran itu suatu hasil konstruksi pikiran manusia yang bebas, dan selalu berubah, dan sangat bersubjektif; (xvi) teori post-modernisme menyatakn bahwa kebenaran itu bukan suatu yang tetap, selalu berubah, dan akal manusia menciptakan secara bebas dan tidak pernah sama dengan yang lalu, tetap kecenderungan bahwa kebenaran tidak dapat diungkap dalam bahasa; (xvii) teori progresivisme menyatakan bahwa kebenaran yang tidak pernah statik, melainkan selalu berubah ke depan (ke masa yang akan datang) sesuai perkembangan manusia dan zaman. Paham itu mencolok paham-paham warisan tradisi dan konservatif; (xviii) teori kritik (Critical theory of truth) menyatakan kebenaran itu suatu hasil pemikiran manusia yang terbuka dan kritis sepanjang zaman, dan kebenaran lahir dari dialog, diskusi, dan diskursus yang kontinu (Jurgen Herbernas); (xix) teori nihilism menyatakan bahwa sesungguhnya tidak pernah ada kebenaran di dunia ini, yang ada hanya power, who holds the power, he is able to creat the truth and jaustice (F.Nietzsche).

Menurut Jujun S, Suriasumantri dalam tulisannya berjudul Hakikat Dasar Keilmuan, ilmu merupakan suatu pengetahuan yang menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. Ilmu membatasi ruang jelajah kegiatan pada daerah pengalaman manusia. Artinya, objek penjelajah keilmuan meliputi segenap gejala yang dapat ditangkap oleh pengalam manusia lewat pancaindranya.

(12)

digabungkan dalam mempelajari grjala alam untuk menemukan kebenaran. Kemudian ada juga teori ilmu pengetahuan/ teori ilmiah yang menyatakn kebenaran itu sesuai dengan asas-asas yang ada dalam ilmu pengetahuan (merupakan kebenaran dari pembuktian terhadap berbagai kalagan dengan persepsi yang berbeda-beda, namun pada dasarnya sama yaitu nilai kebenaran yang diperoleh dari berbagai pengetahuan yang telah dikaji.

Ilmu dalam menemukan kebenaran menyadarkan dirinya kepada kriteria atau teori kebenaran antara lain :

1. Teori Kebenaran Korespodensi

(13)

Teori korespondensi ini pada umumnya dianut oleh para pengikut realisme. Di antara pelapor teori korespondensi ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, Russel< Ramsey, dan Tarski. Teori ini dikembangkan oleh Bertrand Russell (1872-1970). Seseorang bernama K. Roders, seorang penganut realismekritis Amerika, berpendapat bahwa keadaan benar ini terletak dalam kesesuaian antara “esesnsi atau arti yang kita berikan”.

Contohnya: ada seseorang yang mengatakan bahwa Provinsi Yogyakarta itu berada di Pulau Jawa. Pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau realita yang ada. Tidak mungkin Provinsi Yogyakarta di Pulau Kalimantan atau bahkan Papua.

Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.

2. Teori Kebenaran Koherensi

(14)

kebenaran koherensi dapat melalui fakta sejarah apabila merupakan proposisi sejarah atau memakai logika dengan pertanyaan yang bersifat logis.

Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan logika. Sederhannya, pernyataan itu dianggap benar jika sesuai (koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

Sebagai contoh, kita mempunyai pengetahuan bahwa runtuhnya kerajaan Majapahit pada tahun 1478. Kita tidak dapat membuktikan secara langsung dari isi pengetahuan itu melainkan kita hanya dapat menghubungkan dengan proposisi yang terdahulu, baik dalam buku atau peninggalan sejarah.

3. Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme

(15)

Dari pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik) berbeda dengan teori koherensi dan korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita objektif, sedangkan pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara menguji melalui konsekuensi praktik dan pelaksanaannya.

Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima pengalaman pribadi, kebenaran mistis, yang terpenting dari semua itu membawa akibat praktis yang bermanfaat.

4. Teori Kebenaran Positivisme

Positivisme dirintis oleh Agust Comte (1798-1857), yang dianggap sebagai bapak imu sosiologi Barat. Positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan bedasarkan sains (nyata). Positivisme sebagai perkembangan Empirisme yang eksterm, adalah pandangan yang menggap bahwa yang dapat diselediki atau pelajari hanyalah “data-data yang nyata/ empirik”, atau yang mereka namakan positif. Nilai-nilai politik dan sosial menurut positivisme dapat di generasikan berdsarkan fakta-fakta yang diperoleh dari penyelidikan terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai politik dan sosial juga dapat dijelaskan secara ilmiah, dengan mengemukakan perubahan historis atas dasar cara berfikir induktif jadi, nialai-niali tersebut tumbuh dan berkembang dalam suatu proses kehidupan dari suatau masyarakat itu sendiri. Menganut paham postivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jikaada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.

5. Teori Kebenaran Esensialisme

(16)

memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada niali-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan niali-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini di kuasai oleh tatat yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme juga didukung oleh idelisme subjektif yang berpendapat bahwa alam semseta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual.

6. Teori Kebenaran Konstruktivisme

Didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagagsan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ii merupakan himpunan dan pembinaan pengalam demi pengalaman. Ini menyebabkan seorang mempunyai pengertahuan dan menjadi lebih dinamis.

Konstruktivisme dianggap berusaha menghilangkan aspek power dalam memahami niali. Nilai dianggap sebagi sesuatu yang netral dan tidak punya bias ataupun basis kekuasaan. Dalam artian ini, konstruktivisme kehilangan tujuan utama pemikiran kritis, yakni emansipasi. Jadi, sekalipun memahami realitas bukan sebagai sesuatu yang beku, alamiah, dan abdi melainkan sebagai produk dan interaksi antar nilai ini sebgai sebuah proses politik yang sangat berperpengaruh pada aspek keadilan, kesederajatan, dan kebebasan.

7. Teori Kebenaran Religiusisme

(17)

dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio, dan reason manusia, dalam agama yang dikedepankan adalah wahyu yang bersumber dari Tuhan.

Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berpikir setelah melakukan penyelidikan, pengalaman, dan percobaan sebagai trial and eror. Sedangkan manusia mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang berbagai masalah asasi dari atau kepada Kitab Suci.

Secara pasti, kita tidak akan mendapatkan kebenaran mutlak, dan untuk mengukur kebenaran dalam filsafat sesungguhnya tergantung kepada kita oleh metode-metode untuk memperoleh pengetahuan kepada kita oleh metode-metode untuk memperoleh pengetahuan itu.

Bertrand Russell dalam bukunya The Problems of Philosophy, menulis “Kebenaran dan kesesatan”. Dualisme ini sepanjang sejarah kehidupan tidak akan pernah terpisahkan, karena anggapan kebenaran berkaitan dengan adanya kesesatan. Suatu kebearan muncul saat asumsi kesesatan itu mengiringinya. Keyakinan-keyakinan yang keliru serig kali dipegang teguh sebagaimana keyakinan-keyakinan yang benar, sehinnga menjadi suatu pertanyaan yang sulit bagaimana keyakian-keyakian itu dibedakan dari keyakinan-keyakinan yang benar.

(18)

B. Pembahasan (Analisis Penulis)

(19)

praktik menjadi ilmu, berkembang menjadi kepercayayaan dan meningkatya menjadi keyakinan. Jaid jelas bahwa suatu kebenaran diperoleh dari hasil penelitia suatu objek yang sebelumnya diketahui sebagai suatu pengetahuan dan kemudian pengetahuan tu dikaji menjadi suatu rteori, teori diuji melalui praktik sehingga menghasilkan nilai kebenaran yang sesungguhnya.

Teori kebenaran pada dasaranya muncul berdasarakan pertanyaan yang mendasar mengenai kejadian yang ada disekitar kehidupan kita. Hal ini menunjukkan bahwa teori-teori kebenaran muncul dari berbagai kalangan dengan perseosi yang berbeda-beda, namun pada dasarnya sama yaitu nilai kebenaranyang diperoleh dari berbagai pengetahuan yang telah dikaji. Ilmu dalam menemukan kebenaran menyadarkan diri pada teori kebenaran :

1. Koherensi yaitu teori kebenaran yang menegaskan bahwa suatu proposi ( pernyataan suatu pengetahuan, pendpat, kejadian, atau informasi) akan dianggap benar apabila memiliki hubungan dengan gagasan dari proporsi sebelumnya dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhan logika yang artinya suatu teori kebenaran yang mengatakan hubungan yang erat antara pengetahuan yang diketahui dengan gagasan sebelumnya yang dapat dijelaskan secara logika.

2. Korespodensi, yaitu teori kebenaran yang mengatakan bahwa suatu pengetahuan it dianggap benar apabila proporsi yang bersesuaian dengan realitas menjadi objek pengetahuan itu ynag artinya kebenatan didapat dari keseseuaian antara pengetahuan dan realita atau kenyataan yang ada.

3. Positifisman yaitu cara pandang dalam memahami dunia berdasaran sains yang artinya suatu kebenaran diperoleh dari data-data yang empiris berupa fakta-fakta dari penyelidikan terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri.

(20)

5. Esensialisme, yaitu pendidikan yang didasrkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

6. Konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang bersifat generatif artinya tindakan mencipta suatu makna dari apa yang dipelajari.

7. Religiusisme yaitu teori yang mempaparkan bahwa manusia bukanlah semata-mata makhluk jasmani tetapi juga rohaniah.

Jadi dapat disimpulkan kita tidak bisa mendapatkan kebenaran mutlak dan kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri tergantung kepada kita yang berusaha mencari tahu. Jika yang kita ketahui adalah ide maka pengetahuan hanya dapat terdiri dari ide-ide yang dihubungkan secara tepat.

(21)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebenaran yang mutlak di dunia ini secara pasti tiada, namun ada upaya dari setiap manusia untuk mencari tahu tentang kebenaran-kebenaran itu melalui berbagai cara dan metode. Begitu banyak imuwan yang terus berusaha mencari kebenaran melalui metodenya yang kemudian mereka paparkan dan definisikan secara luas kepada yang lainnya. Hakikatnya, kebenaran itu adalah kesesuaian antara pengetahuan dan fakta yang ada. Artinya, apakah pengetahuan yang ada itu benar-benar ada realita pada dunia nyatanya. Oleh sebab itu, kajian yang tepat diperlukan untuk mendapatkan suatu nilai kebenaran agar dapat diperoleh suatu teori yang dapat dipertanggungjawabkan, kemudian teori tersebut dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan dalam kajian. Berdasrkan penjelasan diatas diketahui secara umum metode kebenaran yang digunakan terdiri dari koherensi, korespodensi, positivisme, pragmatisme, esensialisme, konstruksivisme, dan religiusisme. Dengan demikian, teori-teori tersebut merupakan teori pengkajian kebenaran yang digunakan dalam mengkaji suatu objek (pengetahuan).

B. Saran

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Adib, Muhammad. "FILSAFAT ILMU: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan". Yogyakarta: Puataka Pelajar. 2010

Ahmad, Beni Saebani. "FILSAFAT ILMU: Kontemplasi Filosofis tentang Seluk-beluk Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan". Bandung: Pustaka Setia, 2009

Kattsoff, Louis O. "Pengantar Filsafat". Yogyakarta: Tiara Wacana. 2004

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) pengelolaan pembelajaran fisika secara keseluruhan dengan model pembelajaran berbasis masalah termasuk dalam kategori cukup baik

New/Post pear consumption for MY 2016/17 is revised upward from previous estimates due to slightly higher international demand and domestic production.. However consumption was

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dibuktikan bahwa pendapat para ahli yang menyatakan bahwa ada pengaruh variabel citra merek dan harga terhadap keputusan

Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefak- artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman

Report Text adalah salah satu dari ke-13 jenis teks bahasa Inggris (Types of Text) yang menghadirkan informasi tentang sesuatu seperti alam, hewan, tumbuhan, hasil

Agar subsektor kerajinan dapat menjadi efisien maka yang harus dilakukan adalah dengan menaikkan target pasar (PDB) dari subsektor kerajinan sebesar 38,84%, hal

pada penelitian ini dilakukan pengambilan senyawa terpenoid pada daun salam dengan ekstraksi dengan bantuan teknologi gelombang ultasonik menggunakan pelarut etanol..

Babad Tanah Sunda Babad Cirebon menyatakan bahwa berdirinya Kesultanan Cirebon yang bersemayam di Keraton Kasepuhan adalah seiring pengangkatan Sunan Gunung Jati sebagai