• Tidak ada hasil yang ditemukan

Birokrasi Inovatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Birokrasi Inovatif"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Birokrasi Inovatif: Belajar dari Kisah Sukses Singapura

dan Kabupaten Sragen

Oleh: Muhammad Alfisyahrin, 1006692846, Sosiologi 2010

Apa yang tergambar dalam benak kita ketika kata ‘birokrasi’ diucapkan. Ribet, berbelit-belit, proses lama, memakan waktu dan biaya, dsb. Ya, nampaknya runtutan kata tadi merupakan gambaran umum dari makna birokrasi dalam benak kita, masyarakat Indonesia. Saya mengatakan Indonesia, karena gambaran tentang birokrasi di negara lain mungkin saja berbeda. Survey Political and Economic

Risk Consultancy (PERC) menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan

tingkat efisensi birokrasi terburuk kedua di Asia, setelah India. Di saat bersamaan, Singapura menempati peringkat terbaik pertama.1 Maka, ketika kita menanyakan tentang ‘birokrasi’ di Singapura, runtutan kata yang menjadi gambaran umum atasnya mungkin saja berbeda, karena wajah implementasinya juga berbeda. Di Singapura, birokrasi tampil begitu inovatif. Birokrasi hadir dengan semangat melayani, inisiatif tinggi, efisiensi atas sumber daya, peningkatan gaji atau bonus berbasis kinerja, berorientasi pada kepuasan pelanggan (baca: masyarakat), dan pembaharuan terus-menerus terhadap cara dan hasil kerja, khas entrepreneur. Ide tentang birokrasi inovatif2 dan implementasinya oleh Singapura dapat menjadi semacam sumber inspirasi bagi Indonesia yang sedang berjuang untuk membenahi birokrasi yang sudah begitu buruk citranya dalam benak masyarakat. Apalagi beberapa daerah di Indonesia, salah satunya Kabupaten Sragen, sudah relatif berhasil melakukannya. Maka layaklah bagi kita untuk mempelajari bagaimana Singapura dan Kabupaten Sragen dapat melakukannya, serta bagaimana mendudukannya dalam konteks Indonesia sekarang. Ayo belajar!

Birokrasi Inovatif ala Singapura: Penerapan Prinsip Entrepreneur dalam Birokrasi

1

http://www.thejakartaglobe.com/home/indonesias-bureaucracy-among-worst-in-asia-survey/378341. Diakses 23 April 2011 05:40

2 Birokrasi inovatif adalah ide tentang penerapan prinsip-prinsip entrepreneur dan ke-organisasian

modern dalam struktur dan kultur birokrasi. Lebih jelasnya lihat Elexender Styhre, The Innovative

(2)

Singapura adalah negara kecil dengan luas wilayah 647,5 km2, populasi yang berjumlah 4,16 juta jiwa, menggunakan sistem parlementer yang dikuasai oleh partai aksi masyarakat dengan perolehan suara mencapai 92 persen. Dengan wilayah yang tidak terlalu luas, penduduk yang tidak terlalu banyak, dan adanya satu kekuatan politik mayoritas, membuat kondisi politik Singapura relatif stabil dan pemerintah menjadi lebih bisa leluasa mengurusi soal ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat. Uniknya, di Singapura, sektor privat domestik relatif lemah sehingga pemerintah dan birokrasinya-lah yang akhirnya menjadi

pendorong laju ekonomi, penyedia lapangan pekerjaan, infrastruktur, hingga berbagai pelayanan. Bukti nyatanya adalah bagaimana goverment-linked company (GLC), semacam BUMN jika di Indonesia, mampu menyumbang 10 persen dari total output Singapura dan 25 persen dari pasar modal lokal.3

Negara Singapura seakan menjelma menjadi sebuah perusahaan raksasa layaknya perusahaan swasta di Indonesia. Gambaran seperti pengelolaan sumber daya yang efisien, mengutamakan kepuasan pelanggan, hingga inovasi pelayanan dan kebijakan tiada henti. Lalu, iklim kompetisi antar perusahaan dan antar pegawai yang membuat setiap orang berusaha untuk menghadirkan kinerja terbaiknya demi hasil yang terbaik pula. Belum lagi, daya tarik dari perusahaan yang

membuat banyak lulusan terbaik antre untuk bekerja di sana. Simpelnya, menjadi birokrat di Singapura sama dengan menjadi pegawai swasta di Indonesia. Jika di Indonesia, menjadi birokrat adalah pekerjaan ‘aman’ karena gaji tetap dan

terjamin, meski harus mencari banyak ‘objekan’ jika ingin mencukupi kebutuhan, sedangkan di Singapura, birokrat adalah pekerjaan ‘menantang’ yang menjanjikan kenaikan gaji dan berbagai bonus jika kinerja mereka membanggakan. Inilah buah dari penerapan prinsip entrepreneur dalam birokrasi.

Meski begitu, penerapan prinsip entrepreneur dalam birokrasi seperti yang dilakukan Singapura ini belum tentu berjalan mulus. Karena setiap negara punya konteks politik, ekonomi, sosial, dan budaya-nya masing-masing. Untuk itulah, birokrasi inovatif ini perlu kita kontekstualisasikan. Untunya, kita punya beberapa 3 M. Shamsul Haque, “Governance and Bureaucracy in Singapore: Contemporary Reforms and

(3)

daerah yang telah relatif berhasil melakukannya, salah satunya adalah Kabupaten Sragen.

Kabupaten Sragen: Birokrasi Inovatif dalam Konteks Indonesia

Indonesia jauh lebih besar wilayahnya dan jauh lebih banyak pula penduduknya dibanding Singapura. Indonesia merupakan negara terkorup di saat bersamaan Singapura menjadi negara terbersih di Asia. Ada perbedaan konteks di antara keduanya. Orde baru telah membuktikannya bahwa membuat Indonesia menjadi terlalu sentralistis itu bermasalah, karena wilayah kita luas, penduduk kita banyak, beragam pula. Trickle down effect atau efek merembes ke bawah yang diharapkan pun tidak terjadi karena ada kebocoran di tingkat elit akibat KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Oleh karena itu, birokrasi inovatif ala Singapura itu harus kita dudukkan dalam konteks ke-Indonesia-an yang dapat kita ambil sepotong bagiannya, yakni Kabupaten Sragen, sebagai contoh mikro.

Seperti di Singapura, di Kabupaten Sragen, birokratnya dipacu untuk

mengembangkan kapasitas demi peningkatan kinerjanya. Pemiskinan struktur dan pengayaan fungsi lewat lembaga ad hoc (seperti marketing unit dan engineering

service) yang membuat pengelolaan sumber daya menjadi lebih efisien. Belum

lagi, berbagai kebijakan inovatif lainnya khas entrepreneur yang intinya adalah efisiensi sumber daya seminimal mungkin demi pelayanan prima yang

semaksimal mungkin.4 Mental penguasa para birokrat di Kabupaten Sragen yang dulunya feodalis dan ingin dilayani kini mulai berganti, menjadi lebih seperti entrepreneur yang berorientasi pada melayani.

Meski terlihat sama, birokrasi inovatif yang diterapkan di kabupaten seragen butuh pelibatan masyarakat yang lebih luas dibanding di Singapura. Keragaman budaya dan karakter yang umumnya terjadi di seluruh Indonesia membuat pemerintah dan birokrasi tidak bisa memposisikan diri sebagai kekuatan politik tunggal, sebagaimana yang terjadi di Singapura. Karena tanpa dukungan politik, 4 Eko Prasodjo dan Teguh Kurniawan, “Reformasi Birokrasi dan Good Governance: Kasus Best

Practices dari Sejumlah Daerah di Indonesia,” 5th International Symposium of Jurnal Antropologi Indonesia (Banjarmasin 2008), hlm. 11

(4)

motivasi, dan penerimaan masyarakat, kebijakan se-inovatif apa pun pasti akan dianggap ingin lalu.5 Ujung-ujungnya, masyarakat akan apatis dan cenderung malas mengawasi pemerintah dan birokratnya. Padahal keterlibatan dan pengawasan langsung masyarakat adalah cara paling praktis untuk mencegah adanya KKN.

Apa yang telah dilakukan pemerintah dan birokrat di Kabupaten Sragen adalah bukti bahwa lewat pelibatan masyarakat, birokrasi inovatif bisa juga loh

diterapkan di Indonesia. Lebih dari itu, hal ini juga menjadi semacam pemicu bagi daerah lain yang sebenarnya telah memiliki kesempatan yang sama karena

desentralisasi untuk ikut juga menjadikan birokrasinya lebih inovatif lewat penerapan prinsip entrepreneur dengan pelibatan aktif dari masyarakat tentunya.

Kesamaan Visi dan Senantiasa Bermitra: Menuju Birokrasi Inovatif ala Indonesia

Meski belum banyak daerah yang melakukan seperti Kabupaten Sragen lakukan, saya masih melihat secercah harapan untuk melihat birokrasi inovatif di masa depan nanti di seluruh daerah di Indonesia. Kuncinya adalah visi yang sama dan senantiasa bermitra untuk mewujudkannya. Terlebih dalam konteks Indonesia sekarang yang menggunakan sistem demokrasi dan desentralisasi yang membuat semakin banyak tangan yang terlibat.

Ketika pemerintah pusat bersama dengan pemerintah daerah yang sudah lebih inovatif birokrasinya membantu daerah lain yang masih feodalis dan inefisien. Ketika pemerintah daerah bahu-membahu bersama LSM dan akademisi untuk melahirkan kebijakan inovatif yang melibatkan partisipasi masyarakat. Ketika birokrat tidak lagi gengsi bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain di masyarakat. Ketika semua tangan yang berkepentingan bergandengan dan berjalan ke satu tujuan. Adakah yang bisa menghalangi langkah kita menuju birokrasi inovatif ala Indonesia?

(5)

Daftar Pustaka

Website

http://www.thejakartaglobe.com/home/indonesias-bureaucracy-among-worst-in-asia-survey/378341. Diakses 23 April 2011 05:40

Buku

Styhre, Elexender. (2007). The Innovative Bureaucracy: Bureaucracy in The Age

of Fluidity. New York: Routledge.

Jurnal

Haque, M. Shamsul.. “Governance and Bureaucracy in Singapore: Contemporary

Reforms and Implications,” International Political Review (2004), Vol. 25, No.2.

Makalah Seminar

Prasodjo, Eko dan Teguh Kurniawan. “Reformasi Birokrasi dan Good

Governance: Kasus Best Practices dari Sejumlah Daerah di Indonesia.” 5th International Symposium of Jurnal Antropologi Indonesia (Banjarmasin 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kerja alat dan mengetahui kecepatan angin yang dibutuhkan untuk dapat memutar kincir angin yang digunakan untuk penggerak

Perencanaan struktur suatu jembatan terutama struktur jembatan rangka baja dengan model K-Truss memiliki banyak aspek dan variabel yang harus dijadikan pertimbangan dalam

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa kaidah mengenai konstruksi verba yang berasal dari onomatope dan pembaca juga disuguhkan pengetahuan mengenai pola

Miturut urut-urutan ing dhuwur, wayang digawe saka .... Tembung disungging ing dhuwur padha tegese karo tembung ..... Carane gawe lenga klentik yaiku klapa sing

(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan

Stereotip yang ditunjukkan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa Part 1 berupa setereotip terhadap orang Muslim Turki sebagai penjajah yang kalah dan stereotip terhadap pemakai

Demikian pula halnya dengan keberadaan BPRS Bhakti Sumekar yang pada beberapa tahun yang lalu (2007-2008) pernah menempati urutan teratas untuk BPRS seluruh

dengan ini maka nanti nya Kota Mempawah terdiri dari 7 kecamatan,itu lebih dari cukup untuk memenuhi syarat sebagai kota otonom yang minimal memiliki 4 kecamatan agar bisa