• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Tax Planning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Dasar Tax Planning"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DASAR TAX PLANNING

KONSEP DASAR TAX PLANNING

MAKALAH KELOMPOK  MAKALAH KELOMPOK 

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PerpajakaPerpajakann

Dosen Pembina Dosen Pembina Dr. Diana Sari, S.E., M.Si.,

Dr. Diana Sari, S.E., M.Si., Ak., QIA.Ak., QIA.

Disusun oleh: Disusun oleh: Kelompok 3 Kelompok 3

Nama

Nama & & NPM NPM :: Dwi

Dwi Yulianti Yulianti Mariastuti Mariastuti (15131P008)(15131P008) Handi

Handi Firmansyah Firmansyah (15131P009)(15131P009) Angga

Angga Prima Prima Asmara Asmara (15131P010)(15131P010) Kurniawan

Kurniawan Ari Ari Wibowo Wibowo (15131P012)(15131P012)

Kelas :

Kelas : BB

FAKULTAS EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

BANDUNG

2013

2013

(2)

BAB I

BAB I

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

Hampir seluruh kehidupan perseorangan dan perkembangan dunia bisnis Hampir seluruh kehidupan perseorangan dan perkembangan dunia bisnis dipengaruhi oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengaruh dipengaruhi oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengaruh tersebut cukup berarti, sehingga bagi para eksekutif komponen pajak merupakan tersebut cukup berarti, sehingga bagi para eksekutif komponen pajak merupakan komponen yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

komponen yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Walaupun pajak berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan perseorangan dan Walaupun pajak berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan perseorangan dan keputusan bisnis, tidaklah berarti bahwa pajak tersebut tidak dapat keputusan bisnis, tidaklah berarti bahwa pajak tersebut tidak dapat dikendalikan. Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan dikendalikan. Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan  perpajakan sert

 perpajakan serta perkembangan a perkembangan dan perubahannya, dan perubahannya, pada hakikatnya pada hakikatnya pajak tpajak terseuterseut akan dapat dimajemeni dengan berhasil.

akan dapat dimajemeni dengan berhasil.

Salah satu fungsi manajemen pajak adalah

Salah satu fungsi manajemen pajak adalah perencanaan  perencanaan pajak pajak (tax planning).(tax planning). Perencanaan pajak itu sendiri sesungguhnya merupakan tindakan penstrukturan Perencanaan pajak itu sendiri sesungguhnya merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana  pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang

 pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang akan dibayar.akan dibayar.

Dalam penyusunan perencanaan pajak harus sudah memahami secara mendalam Dalam penyusunan perencanaan pajak harus sudah memahami secara mendalam tentang peraturan-peraturan perpajakan dan selalu mengikuti perkembangan dan tentang peraturan-peraturan perpajakan dan selalu mengikuti perkembangan dan  perubahan

 perubahan agar agar perencanaan perencanaan pajak pajak dapat dapat berfungsi berfungsi dengan dengan baik baik dan dan tidak tidak terjaditerjadi suatu kesalahan.

(3)

BAB I

BAB I

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

Hampir seluruh kehidupan perseorangan dan perkembangan dunia bisnis Hampir seluruh kehidupan perseorangan dan perkembangan dunia bisnis dipengaruhi oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengaruh dipengaruhi oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengaruh tersebut cukup berarti, sehingga bagi para eksekutif komponen pajak merupakan tersebut cukup berarti, sehingga bagi para eksekutif komponen pajak merupakan komponen yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

komponen yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Walaupun pajak berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan perseorangan dan Walaupun pajak berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan perseorangan dan keputusan bisnis, tidaklah berarti bahwa pajak tersebut tidak dapat keputusan bisnis, tidaklah berarti bahwa pajak tersebut tidak dapat dikendalikan. Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan dikendalikan. Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan  perpajakan sert

 perpajakan serta perkembangan a perkembangan dan perubahannya, dan perubahannya, pada hakikatnya pada hakikatnya pajak tpajak terseuterseut akan dapat dimajemeni dengan berhasil.

akan dapat dimajemeni dengan berhasil.

Salah satu fungsi manajemen pajak adalah

Salah satu fungsi manajemen pajak adalah perencanaan  perencanaan pajak pajak (tax planning).(tax planning). Perencanaan pajak itu sendiri sesungguhnya merupakan tindakan penstrukturan Perencanaan pajak itu sendiri sesungguhnya merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana  pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang

 pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang akan dibayar.akan dibayar.

Dalam penyusunan perencanaan pajak harus sudah memahami secara mendalam Dalam penyusunan perencanaan pajak harus sudah memahami secara mendalam tentang peraturan-peraturan perpajakan dan selalu mengikuti perkembangan dan tentang peraturan-peraturan perpajakan dan selalu mengikuti perkembangan dan  perubahan

 perubahan agar agar perencanaan perencanaan pajak pajak dapat dapat berfungsi berfungsi dengan dengan baik baik dan dan tidak tidak terjaditerjadi suatu kesalahan.

(4)

BAB II

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

TINJAUAN TEORITIS

KONSEP MANAJEMEN STRATEGI DAN

KONSEP MANAJEMEN STRATEGI DAN PERENCANAAN STRATEGISPERENCANAAN STRATEGIS Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program), dan operasi (tindakan) (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program), dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secar

yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secar a menyeluruh.a menyeluruh.

Perencanaan strategis dalam organisasi merupakan salah satu aspek dari Perencanaan strategis dalam organisasi merupakan salah satu aspek dari materi manajemen strategis yang selalu diperlukan oleh setiap organisasi. Setiap materi manajemen strategis yang selalu diperlukan oleh setiap organisasi. Setiap  perubahan

 perubahan lingkungan lingkungan yang yang terjadi terjadi memerlukan memerlukan respons respons strategis, strategis, baik baik dalamdalam  perencanaan, pelaksanakan, maupun evaluasi.

 perencanaan, pelaksanakan, maupun evaluasi.

Dari sebutan semula perencanaan perusahaan, berkembang menjadi Dari sebutan semula perencanaan perusahaan, berkembang menjadi strategi perusahaan, perencanaan strategis, kebijakan bisnis, dan akhirnya menjadi strategi perusahaan, perencanaan strategis, kebijakan bisnis, dan akhirnya menjadi manajemen strategis, yang berisi bagaimana pimpinan puncak suatu organisasi manajemen strategis, yang berisi bagaimana pimpinan puncak suatu organisasi menanggapi perubahan lingkungan yang sangat kompleks dan dinamis terse

menanggapi perubahan lingkungan yang sangat kompleks dan dinamis terse but.but. Agar dapat mencapai tujuan, setiap perusahaan melakukan dua fungsi Agar dapat mencapai tujuan, setiap perusahaan melakukan dua fungsi  pokok, yaitu:

 pokok, yaitu: 1.

1. Fungsi bisnis yang meliputi bidang pemasaran, produksi, keuangan,Fungsi bisnis yang meliputi bidang pemasaran, produksi, keuangan, sumber daya manusia, penelitian

sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, dan sebagainya.dan pengembangan, dan sebagainya. 2.

2. Fungsi Manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,Fungsi Manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,  penggerakan, dan pengawasan.

 penggerakan, dan pengawasan.

Tugas manajer perusahaan adalah mengambil keputusan yang didasarkan Tugas manajer perusahaan adalah mengambil keputusan yang didasarkan  pada keterpaduan

 pada keterpaduan antara antara kedua fungsi kedua fungsi tersebut stersebut sehingga mencapai ehingga mencapai keterpaduan diketerpaduan di tingkat atas. Menurut Glueck dan Jauch (1980) seperti yang dikutip oleh Martani tingkat atas. Menurut Glueck dan Jauch (1980) seperti yang dikutip oleh Martani Husaeni (1989), yang mengarah kepada perkembangan suatu strategi yang efektif  Husaeni (1989), yang mengarah kepada perkembangan suatu strategi yang efektif  untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.

untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.

Studi tentang manajemen strategi menekankan pada pemantauan dan Studi tentang manajemen strategi menekankan pada pemantauan dan evaluasi kesempatan-kesempatan dan hambatan-hambatan li

evaluasi kesempatan-kesempatan dan hambatan-hambatan lingkungan, di sampingngkungan, di samping kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan perusahaan.

(5)

RESIKO DAN PENGARUH PAJAK ATAS PERUSAHAAN RESIKO DAN PENGARUH PAJAK ATAS PERUSAHAAN Risiko perusahaan

Risiko perusahaan

Beberapa risiko yang mungkin timbul karena investasi, antara lain: Beberapa risiko yang mungkin timbul karena investasi, antara lain:

1.

1. Risiko penghasilan, timbul karena adanya ketidakpastian penerimaanRisiko penghasilan, timbul karena adanya ketidakpastian penerimaan operasi dari biaya saat ini, ketidakpastian atas harga keluaran (output) operasi dari biaya saat ini, ketidakpastian atas harga keluaran (output)  perusahaan dibandingkan dengan

 perusahaan dibandingkan dengan biaya (input) dimasa yang akan datang.biaya (input) dimasa yang akan datang. 2.

2. Risiko Modal, timbul karena ketidakpastian ekonomi atas biaya depresiasiRisiko Modal, timbul karena ketidakpastian ekonomi atas biaya depresiasi sebab asset yang cepat usang atau berganti mode. Akibatnya, asset yang sebab asset yang cepat usang atau berganti mode. Akibatnya, asset yang diinvestasikan sudah ketinggalan jaman sehingga tidak mampu bersaing diinvestasikan sudah ketinggalan jaman sehingga tidak mampu bersaing lagi.

lagi. 3.

3. Risiko Keuangan, timbul karena ketidakpastian tingkat biaya bunga atasRisiko Keuangan, timbul karena ketidakpastian tingkat biaya bunga atas dana pinjaman, akibatnya mungkin perusahaan tidak mampu membayar  dana pinjaman, akibatnya mungkin perusahaan tidak mampu membayar  kembali pinjaman dan bunganya.

kembali pinjaman dan bunganya. 4.

4. Risiko Inflasi, timbul karena ketidakpastian tingkat inflasi pada masa yangRisiko Inflasi, timbul karena ketidakpastian tingkat inflasi pada masa yang akan datang. Ia akan berpengaruh terhadap penghasilan dan biaya untuk  akan datang. Ia akan berpengaruh terhadap penghasilan dan biaya untuk  mengganti asset perusahaan di masa

mengganti asset perusahaan di masa yang akan datang.yang akan datang. 5.

5. Risiko atas keputusan yang tidak dapat diubah, timbul karena pembelianRisiko atas keputusan yang tidak dapat diubah, timbul karena pembelian asset atau biaya yang sudah dikeluarkan tidak dapat digunakan untuk  asset atau biaya yang sudah dikeluarkan tidak dapat digunakan untuk  keperluan lainnya. Oleh karena itu, investor harus betul-betul keperluan lainnya. Oleh karena itu, investor harus betul-betul memperhitungkan masalah waktu.

memperhitungkan masalah waktu. 6.

6. Risiko politik, timbul karena adanya perubahan kebijakan pemerintah,Risiko politik, timbul karena adanya perubahan kebijakan pemerintah, misalnya kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan misalnya kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan (Tax(Tax  Policy)

 Policy) yang disesuaikan dengan kondisi perekonomian suatu negarayang disesuaikan dengan kondisi perekonomian suatu negara maupun untuk mencapai tujuan yang telah ditetap

maupun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.kan.

Pengaruh Pajak terhadap perusahaan Pengaruh Pajak terhadap perusahaan

Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah, Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik. Besar pajak  yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik. Besar pajak  dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Secara dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Secara administratif pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung dan administratif pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung dan  pajak

(6)

 penghasilan yang diterima atau diperoleh dapat dianggap sebagai bia ya dan beban dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan maupun distribusi laba kepada  pemerintah (Smith dan Skousen, 1987).

Secara ekonomis, pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia untuk dibagi atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan. dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha mengindentikan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing maka manajer wajib menekan biaya seoptimal mungkin.

Pengelolaan kewajiban pajak sering diasosiasikan dengan suatu elemen dalam manajemen dalam suatu perusahaan yang disebut manajemen pajak. Manajemen pajak merupakan bagian dari manajemen keuangan. Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,  pendanaan, dan pengelolaan aset dengan beberapa tujuan secara menyeluruh.

Tujuan manajemen pajak harus sejalan dengan tujuan manajemen keuangan, yaitu memperoleh likuiditas dan laba yang memadai.

Pada dasarnya, ada dua hal yang perlu dilakukan perusahaan berhubungan dengan pajak. Langkah pertama yaitu mulai dengan mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan terdaftar  di salah satu Kantor Pelayanan Pajak, melaksanakan akuntansi perpajakan, serta membayar dan menyampaikan SPT masa tahunan sesuai dengan jenis pajaknya  pada tanggal yang telah ditentukan. Langkah kedua adalah merencanakan pajak 

(tax planning ) yaitu dengan memperhitungkan pengaruh pengambilan keputusan tertentu terhadap kewajiban pajaknya, misalnya keputusan untuk melakukan investasi.

MANAJEMEN PAJAK 

Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (Sophar  Lumbantoruan,1996).

(7)

Menurut Zain (2005:5) manajemen pajak adalah merupakan suatu proses mengorganisasikan usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya  berada dalam posisi seminimal mungkin, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh

ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku.

Tujuan manajemen pajak dapat menjadi dua, yaitu : 1. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar 

2. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya

Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak  yang terdiri atas:

1. Perencanaan Pajak (tax planni ng )

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar  dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban  pajak.

Perencanaan pajak merupakan tindakan legal pengendalian transaksi terkait dengan konsekuensi potensi pajak, pajak yang dapat mengefisiensikan jumlah  pajak yang ditransfer ke pemerintah.

Tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban pajak (Tax  Burden)serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi  berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-undang maka tax planning disini sama

dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak  merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada  pemegang saham maupun diinvestasikan kembali.

Dalam buku Mohammad Zain (2006 : 67) pengertian perencanaan pajak  adalah sebagai berikut: “Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada

(8)

 pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah  bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan di transfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak  (tax avoidance) dan bukan penyeludupan pajak (tax evasion)yang merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan di toleransi. Walaupun kedua cara tersebut kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindak kriminal, namun suatu hal yang jelas berbeda disini bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan  peraturan perundang-undangan perpajakan, sedang penyeludupan pajak jelas -jelas

merupakan perbuatan illegal yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”

Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah  pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda  pembayarannya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, setip wajib pajak akan membuat rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan secara seksama. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa perencanaan pajak adalah proses pengambilan faktor non pajak yang material untuk menentukan:

a. Apakah,  b. Kapan,

c. Bagaimana, dan

d. Dengan siapa dilakukan transaksi, operasi, dan hubungan dagang yang memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah mungkin dan sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan.

Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Ukuran yang digunakan dalam mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak, adalah:

a. Tax saving, yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan  jalan menahan diri untuk tidak membeli produk  –  produk yang ada pajak 

(9)

 pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau  pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.

 b. Tax avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil  jumlah pajak yang terhutang.

c. Tax evasion, yaitu upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak  terhutang secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.

Aspek formal dan administratif perencanaan pajak 

a. Sanksi administrasi maupun pidana merupakan pemborosan sumber daya sehingga perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak yang baik.

 b. Aspek administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftar diri untuk memperoleh NPWP dan pengukuhan pengusaha kena  pajak (PKP), menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, membayar   pajak, Menyampaikan SPT, di samping memotong atau memungut pajak. c. Dalam sistem perpajakan selalu dipisahkan antara assessment dengan

sistem pembayaran. Assessment yang berlaku saat ini adalah self  assessment yaitu kewajiban untuk menghitung sendiri, membayar sendiri, dan melaporkan sendiri. Atau dengan sistem pemotongan oleh pihak  ketiga (withholding system.

Aspek Material dalam perencanaan pajak 

Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Basis perhitungan pajak adalah objek pajak. Maka untuk  mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan  pembayaran pajak yang tidak lebih bayar (karena dapat mengurangi optimalisasi

(10)

alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya tidak membayar sanksi administrasi yang merupakan pemborosan dana).

Penghindaran sanksi pajak 

Sistem perpajakan menganut prinsip substansi mengalahkan bentuk formal. Walaupun perusahaan telah memenuhi kewajiban perpajakan secara formal, tetapi kalau ternyata substansi menunjukkan lain atau motivasi rekayasa tidak sesuai dengan jiwa dari ketentuan perpajakan, fiskus dapat menganggap bahwa wajib  pajak kurang patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Apabila terjadi  perbedaan interpretasi fakta perpajakan, lembaga peradilan pajak yang akan

memutuskan.

Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu  perencanaan pajak (tax planning) :

a. Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan. Bila suatu  perencanaan pajak ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan  perpajakan buat WP merupakan resiko yang sangat berbahaya dan

mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.

 b. Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan pajak  merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh  perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maka  perencanaan pajak yang tidak masuk akan akan memperlemah  perencanaan itu sendiri.

c. Bukti-bukti pendukungnya yang memadai

2. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax impl ementati on )

Setelah tahap perencanaan, maka langkah selanjutnya adalah mengimpelementasikannya baik secara formal maupun material. Harus dipastikan  bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan

yang berlaku. manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika dalam pelaksanaanya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka  praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.

(11)

Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan dilaksanakan, yaitu :

a. Memahami ketentuan peraturan perpajakan

 b. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat

Apabila implementasi tax planning  pada perusahaan dilakukan secara baik dan  benar, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan yang

diantaranya, adalah:

a. Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan.

 b. Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat,  perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat, mengestimasi kebutuhan kas terhadap pajak dan menentukan waktu  pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal atau terlambat yang

mengakibatkan denda atau sanksi.

3. Pengendalian pajak (tax contol )

Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak  telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi  persyaratan formal maupun material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak 

adalah pemeriksaan pembayaran pajak. Oleh sebab itu, pengendalian dan  pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi penghematan pajak.

a. Strategi dalam Perencanaan Pajak 

Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak  untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar (Sophar Lumbantoruan, 1996), yaitu:

a)  Pergeseran pajak , merupakan pemindahan atau mentransfer   beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan

demikian orang atau badan yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak menanggungnya.

(12)

 b)  Kapitalisasi, merupakan pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh  pembeli.

c) Transformasi, merupakan cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya.

d) Tax Evasion e) Tax Avoidance

MOTIVASI DILAKUKANNYA TAX PLANNING

Motivasi yang mendasari dilakukannya perencanaan pajak umumnya bersumber  dari tiga unsur perpajakan, yaitu:

1. Kebijakan perpajakan (Tax policy)

Kebijakan perpajakan merupaka alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai aspek kebijakan, terdapat faktor-faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan  pajak.

a. Jenis pajak yang akan dipungut

Dalam sistemperpajakan modern terdapat berbagai jenis pajak yang harus menjadi pertimbangan. Pertama, baik berupa pajak langsung maupun pajak tidak langsung. Seperti:

i. Pajak Penghasilan Badan atau perseorangan. ii. Pajak atas keuntungan modal.

iii. Pajak atas impor, ekspor, serta bea masuk. iv. Pajak atas undian atau hadiah.

v. Bea materai.  b. Subjek Pajak 

Indonesia merupakan salah satu Negara yang menganut sistem klasik, dimana ada pemisahan antara badan usaha dengan pribadi pemiliknya yang akan menimbulkan pajak ganda.

(13)

Adanya perbedaan perlakuan perpajakan ataspembayaran deviden  badan usaha kepada pemegang saham perseorangan dan kepada  pemegang saham berbentuk badan usaha, yang menyebabkan timbulnya usaha untuk merencanakan pajak dengan baik agar beban  pajak rendah sehingga sumber daya perusahaan dapat dimanfaatkan

untuk tujuan lain.

Disamping itu ada pertimbangan untuk menunda pembayaran deviden dengan cara meningkatkan jumlah laba yang ditahan. Bagi perusahaan yang juga akan menimbulkan penundanaan pembayaran pajak.

c. Objek pajak 

Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas objek pajak yang secara ekonomis hakikatnya sama, akan menimbulkan usaha  perencanaan pajak agar beban pajaknya rendah.

d. Tarif pajak 

Adanya penerapan  scheduler taxation tariff  yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang perencana pajak berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang paling rendah.

e. Prosedur pembayaran pajak 

Self assessment system dan  payment system mengharuskan seorang  perencana pajak untuk merencanakan pajaknya dengan baik. Saat ini sistem pemungutan withholding tax di Indonesia makin ditingkatkan  penerapannya. Hal ini, disamping mengganggu arus kas perusahaan,  juga bias mengakibatkan kelebihan pembayaran atas pemungutan  pendahuluan tersebut padahal untuk memperoleh restitusi atas

kelebihan tersebut diperlukan waktu dan biaya. 2. Undang-undang perpajakan (tax law)

Kita menyadari bahwa kenyataannya di manapun tidak ada undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam  pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden, Keputusa digunakan Menteri Keuangan dan Direktur Jendral Pajak), maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan

(14)

tersebut bertentangan mencapai tujuan yang lain yang ingin dicapainya. Keadaan ini menyebabkan munculnya celah (loopholes) bagi wajib Pajak  untuk menganalisis dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk   perencanaan pajak yang baik.

3. Administrasi perpajakan (tax administration)

Indonesia merupakan negara yang begitu luas wilayahnya dan begitu  banyak penduduknya, dan sebagai negara yang sedang membangun (developing country) masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan secara memadai ( property). Hal yang mendorong perusahaan untuk  melaksanakan perencanaan perpajakan (tax planning ) dengan baik agar  terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan  penafsiran antara aparat fiskus dengan Wajib pajak akibat dari begitu luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang  belum efektif.

Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak (tax planning ) adalah untuk memaksimalkan laba setelah pajak (after tax return) karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam pengembalian keputusan atas suatu tindakan dalam operasi  perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara menganalisis secara cermat

dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai tujuan lain tersebut) dengan memanfaatkan:

1. Perbedaan tarif pajak (tax rates)

2. Perbedaan perlakuan atas objek sebagai dasar pengenaan pajak (tax base) 3.  Loopholes, shelters, havens.

AREA TAX PALNNING

Perencanaan merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen.Secaraumum,  perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) yang

disajikan dengan jelas tentang strategi (program), taktiktaktik (tata cara  pelaksanaan program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai

(15)

tujuan perusahaan secara menyeluruh. Manajemen pajak adalah sarana untuk  memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar  dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (lumbartoruan,1994:354). Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. menerapkan peraturan perpajakan secara benar, dan

2. usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.

Tujuan tersebut dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari:

1.  perencanaan pajak (tax planning );

2.  pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation); 3.  pengendalian pajak (tax control ).

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak yang dilakukan dengan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud untuk dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yangdilakukan. Beberapa para ahli telah memberikan pengertian tentang perencanaan  pajak,diantaranya pengertian yang dikemukakan oleh Zain (2007) berikut ini:

“ Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha WajibPajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa, sehingga hutang pajaknya baik pajak   penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang paling 

minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan  perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial ”.

Pengertian perencanaan pajak menurut Soemitro (1988) adalah sebagai berikut ini:

“ Perencanaan pajak adalah suatu perencanaan pajak yang dilakukan oleh  seorang tax planner untuk Wajib Pajak tertentu baik perorangan, badan atau  suatu usaha dengan menerapkan peraturan-peraturan perundang-undangan  pajak secara legal dan terhadap suatu keadaan atau perbuatan yang melanggar 

(16)

atau bertentangan dengan undang-undang sedemikian atau sehingga Wajib Pajak  membayar pajak seringan-ringannya atau sama sekali tidak membayar pajak ”.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada  perencanaan pajak adalah sebagai berikut:

1. dilakukan untuk meminimumkan kewajiban pajak;

2. harus dilakukan sesuai peraturan perpajakan yang berlaku.

Upaya untuk meminimalisasi beban pajak dalam perencanan pajak dapatdilakukan dengan berbagai cara baik yang masih memenuhi ketentuanperpajakan ( lawful )  berupa penghindaran pajak (tax avoindance), maupun yang melanggar peraturan  perpajakan (unlawful ) berupa pelanggaran pajak (taxevasion). Pengertian atas kedua istilah tersebut menurut Mortenson dalamZain (1988) adalah sebagai  berikut ini.

“Tax evasion adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan kegiatan Wajib Pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak. Tax avoidance berkenaan dengan pengaturan sesuatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu tax avoidance tidak merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk  mengurangi, menghindari, meminimalkan atau meringankan beban pajak dengan cara-cara yang dimungkinkan oleh undang-undang pajak ”.

Dalam melakukan perencanaan pajak terdapat tiga hal yang harus diperhatikan,yaitu sebagai berikut ini.

1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan.

Seorang tax planner  harus dapat membedakan antara penghindaran pajak ( tax avoidance) dengan penggelapan pajak (tax evasion), karena bila suatu  perencanaan pajak dilakukan dengan melanggar ketentuan perpajakan yang

(17)

 berlaku, bagi wajib pajak merupakan resiko (tax risk ) yang dapat mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.

2. Secara bisnis masuk akal.

Perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh ( global strategy) perusahaan baik jangka panjang maupun jangka  pendek, maka perencanaan pajak yang tidak masuk akal akan memperlemah  perencanaan itu sendiri.

3. Memadainya bukti-bukti pendukung.

Dalam melakukan perencanaan pajak, seorang tax planner  harus memiliki bukti- bukti pendukung untuk memperkuat atau mendukung perencanaan pajaknya, misalnya bukti perjanjian, faktur, dan nota. Motivasi dilakukannya perencanaan  pajak secara umum, yaitu untuk memaksimalkan laba setelah pajak (after tax

return), karena pajak ikut mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam kegiatan perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara menganalisis secara cermat dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk  memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomis hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai tujuan lain tertentu) dengan memanfaatkan  beberapa hal berikut ini.

1. Perbedaan tarif pajak (tax rates). Dengan adanya penerapan  schedular  taxation tarif yang diterapkan di Indonesia, membuat seorang perencana  pajak (tax planner ) akan berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang  paling rendah.

2. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (tax base). Dengan adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas objek pajak  yang secara ekonomis sama, maka akan menimbulkan usaha perencanaan  pajak agar beban pajaknya rendah. Jadi karena objek pjak merupakan basis  perhitungan (tax bases) besarnya pajak, maka dalam rangka mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan

(18)

 pajak yang tidak lebih (karena bisa mengurangi optimalisasi alokasi sumber daya), dan tidak kurang (kuatir harus membayar transaksi bersifat  pemborosan dana, misalnya pembayaran bunga atau denda).

3.  Loopholes, shelters, dan havens.  Loopholes, muncul karena adanya  perbedaan antara undang-undang dengan ketentuan pelaksananya yang disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapai. Shelters, biasanya diberikan dalam bentuk  insentif pajak, yaitu suatu pemberian fasilitas perpajakan yang diberikan kepada investor luar negeri untuk aktivitas tertentu atau untuk suatu wilayah tertentu, misalnya untuk wilayah kawasan Indonesia Bagian Timur. Tax havens adalah tempat tertentu yang memungkinkan wajib  pajak untuk membayar pajak dalam jumlah lebih rendah atau tidak 

dikenakan pajak.

STRATEGI TAX PLANNING

Secara umum penghematan pajak menganut prinsip the lease and latest , yaitu membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada waktu terakhir yang masih diijinkan oleh undang-undang dan peraturan perpajakan. Strategi perencanaan  pajak yang umum dilakukan untuk mengefisiensikan beban pajak dari berbagai

literatur, dapat dijabarkan sebagai berikut ini.

1. Mengambil Keuntungan dari Berbagai Pilihan Bentuk Badan Hukum (L egal E ntity ) yang Tepat Sesuai dengan Kebutuhan dan Jenis Usaha. Bila dilihat dari persektif perpajakan, pemilihan bentuk badan hukum  bentuk perseroan, firma dan kongsi ( patnership) merupakan bentuk yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan Perseroan Terbatas. Pada Perseroan Terbatas yang pemegang sahamnya perseroan atau badan tetapi kurang dari 25%, akan mengakibatkan pajak atas penghasilan perseroan dikenakan dua kali, yaitu  pada saat penghasilan diperoleh pihak perseroan dan pada saat penghasilan

dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham perseorangan atau badan yang kurang dari 25%.

(19)

2. Pemilihan Lokasi dari Perusahaan yang akan Didirikan.

Umumnya pemerintah akan memberikan semacam insentif pajak atau fasilitas perpajakan khususnya untuk daerah tertentu (misalnya untuk wilayah Indonesia Bagian Timur), sebagaimana tercantum dalam Pasal 31A Undang-Undang PPh, dalam bentuk:

a. Pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah  penanaman yang dilakukan;

 b. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;

c. Kompensasi kerugian yang lebih lama tetapi tidak lebih dari 10 tahun; dan,

d. Pengenaan Pajak Penghasilan atas deviden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sebesar 10%, kecuali apabila tarif menurut perjanjian  perpajakan yang berlaku menetapkan lebih rendah.

3. Mendirikan Perusahaan dalam Satu Jalur Usaha (Corpor ate Company ). Apabila perusahaan mendirikan usaha lain dalam satu jalur usaha, maka dapat diatur mengenai penggunaan tarif pajak yang paling menguntungkan antara masing-masing badan usaha (business entity). Banyak negara termasuk Indonesia, mengatur bahwa pembagian deviden antar  corpotare tidak dikenakan pajak. Sebagai contoh, PT X pabrik benang, PT Y pabrik kain dan PT Z adalah distributornya, maka antara perusahaan tersebut dapat diatur sejumlah keuntungan (margin) yang sekiranya dapat meringankan pajak mereka, kemudian baru dibagikan dalam bentuk deviden.

4. Pemilihan Penggunaan Dasar Pembukuan Perusahaan.

Seperti halnya akuntansi, dasar pembukuan yang diakui oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah basis akrual (accrual basis) dan basis kas yang dimodifikasi (modified cash basis). Pada basis akrual, pendapatan dan biaya dicatat dan dilaporkan pada saat timbulnya hak dan kewajiban, meskipun uangnya  belum diterima atau dibayar. Sedangkan pada basis kas, pendapatan dan biaya

(20)

Basis kas yang dimodifikasi dalam rangka menghitung PPh Badan sebagai berikut ini:

a. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.

 b. Biaya-biaya yang boleh dibebankan adalah biaya-biaya yang telah dibayar. c. Dalam perolehan harta, yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya yang boleh dibebankan hanya dapat dilakukan melalui  penyusutan dan amortisasi. Jadi perbedaan antara basis akrual dan basis

kas yang dimodifikasi dalam bidang perpajakan terletak pada biaya administrasi dan umum. Pada basis akrual, biaya administrasi dan umum dibebankan pada saat timbulnya kewajiban, sedangkan pada basis kas,  biaya tersebut baru dapat dibebankan pada saat terjadinya pembayaran.

Dengan demikian dari sisi efisiensi beban pajak lebih menguntungkan memilih basis akrual.

d. Pemilihan sumber dana dalam pengadaan aktiva tetap. Dalam pendanaan aktiva tetap, perusahaan dapat mempertimbangkan sewa guna usaha dengan hak opsi ( finance lease) disamping pembelian langsung. Perlakuan  perpajakan untuk transaksi. leasing  diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991 dan perlakuan standar akuntansinya diatur dalam PSAK No.30 Pendanaan aktiva tetap dengan membeli secara langsung, perlakuan perpajakannya adalah sebagai berikut:

i. Jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung  penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutan; dan

ii. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh metode  penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh  peraturan perpajakan.

5. Pemilihan Metode Penilaian Persediaan.

Penentuan metode penilaian persediaan cukup penting dalam perencanaan  pajak terutama untuk perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan  perdagangan. Terdapat dua metode penilaian persediaan yang diizinkan oleh

(21)

 peraturan perpajakan, yaitu metode rata-rata (average) dan metode FIFO ( first in  first out ). Untuk efisiensi pajak, terutama dalam kondisi perekonomian yang

mengalami inflansi seperti saat ini dimana harga-harga barang cenderung naik, maka metode rata-rata (average) akan menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode FIFO ( first in first out ). Harga pokok   penjualan yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba kotor menjadi lebih kecil

sehingga penghasilan kena pajak juga akan menjadi lebih kecil. Dengan demikian dalam penilaian persedian, pemilihan menggunakan metode rata-rata (average) lebih menguntungkan untuk efisiensi beban pajak bagi perusahaan.

6. Pemilihan Metode Penyusutan.

Berdasarkan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan No.17, penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aktiva tersebut semakin berkurang. Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 9 ayat 2 Undang-Undang PPh Tahun 2000, bahwa pengeluaran untuk  mendapatkan manfaat, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan. Sejak tahun 1995, metode penyusutan fiskal untuk aktiva tetap berwujud bukan bangunan yang diakui oleh fiskus adalah metode saldo menurun dan metode garis lurus dan wajib pajak diperkenankan untuk memilih metode mana yang akan dipakainya, sepanjang dilaksanakan dengan taat asas dan diterapkan terhadap seluruh kelompok harta.

Penyusutan dengan metode garis lurus akan menghasilkan beban  penyusutan yang sama besarnya setiap periode, sedangkan penyusutan dengan metode saldo menurun akan menghasilkan beban penyusutan lebih besar pada awal periode dan semakin menurun pada periode-periode berikutnya. Pada saat umur ekonomis aktiva tersebut habis, maka jumlah akumulasi penyusutan dari kedua metode tersebut sama. Sebelum menentukan metode penyusutan mana yang akan digunakan untuk mengefisiensi beban pajak, maka seorang tax planner  terlebih dahulu harus melihat kondisi dari perusahaan yang bersangkutan. Jika

(22)

 pada awal tahun investasi kondisi perusahaan mempunyai prediksi laba yang cukup besar, maka dapat dipakai metode penyusutan saldo menurun, sehingga  biaya penyusutan tersebut dapat mengurangi laba kena pajak. Sedangkan jika  pada awal tahun investasi diperkirakan kondisi perusahaan belum bisa memberikan keuntungan atau timbul kerugian, maka dapat memilih menggunakan metode penyusutan garis lurus yang akan memberikan biaya yang lebih kecil supaya biaya penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Sedangkan untuk  aktiva tetap bangunan, metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan  peraturan perpajakan hanya metode garis lurus.

7. Pemberian Tunjangan Kepada Karyawan dalam Bentuk Uang dan / atau natura atau Kenikmatan.

Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang dan/atau natura atau kenikmatan oleh pemberi kerja dapat menjadi salah satu pilihan untuk  menghindari lapisan tarif maksimum. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-Undang PPh Tahun2000, bahwa besarnya penghasilan kena  pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan  berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya tunjangan yang diberikan dalam  bentuk uang, sehingga tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang merupakan  biaya yang dapat menghindari lapisan tarif maksimum bagi perusahaan. Sedangkan pemberian tunjangan dalam bentuk natura atau kenikmatan dapat dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi kerja sepanjang pemberian tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan yang menerimanya. Dalam melakukan efisiensi PPh badan, banyak yang dapat dilakukan pada biaya-biaya yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan. Strategi efisiensi PPh badan yang berkaitan dengan biaya kesejahteraan karyawan sangat tergantung dari kondisi perusahaan,seperti berikut ini.

a. Pada perusahaan yang memperoleh penghasilan kena pajak (Tax Income) yang telah dikenakan tarif tertinggi (di atas Rp 100 juta) dan pengenaan PPh badannya tidak final, maka diupayakan seminimal mungkin

(23)

memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan, karena pengeluaran ini tidak dapat dibebankan sebagai biaya.  b. Untuk perusahaan yang PPh badannya dikenakan pajak secara final, maka

sebaiknya memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan, karena pemberian natura dan kenikmatan kepada karyawan tidak termasuk objek PPh Pasal 21. Sedangkan pengeluaran untuk   pemberian natura dan kenikmatan tersebut tidak mempengaruhi besarnya

PPh badan, karena PPh badan final dihitung dari persentase atas  penghasilan bruto sebelum dikurangi dengan biaya-biaya.

c. Bagi perusahaan yang masih rugi, pemberian natura dan kenikmatan akan menurunkan PPh Pasal 21 sementara PPh badan tetap nihil. Tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang yang diberikan perusahaan dapat  berupa:

i. tunjangan uang makan; ii. tunjangan perumahan; iii. tunjangan transportasi; iv. tunjangan kesehatan.

Sedangkan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan, dapat berupa:

i. fasilitas makanan dan minuman/ kafetaria;

ii. fasilitas pengobatan, berupa klinik milik perusahaan atau bekerja sama dengan pihak rumah sakit tertentu;

iii. fasilitas rumah dinas; iv. fasilitas transportasi;

v. fasilitas pakaian kerja sehubungan dengan lingkungan kerja misalnya satpam dan/ atau seragam karyawan pada umumnya.

(24)

8. Mengambil Keuntungan Semaksimal Mungkin dari Berbagai Pengecualian, Potongan atau Pengurangan atas Penghasilan Kena Pajak yang Diperbolehkan Undang-Undang.

Jika kondisi perusahaan diketahui memiliki laba yang cukup besar dan akan dikenakan tarif pajak tinggi, untuk efisiensi beban pajaknya sebaiknya perusahaan membelanjakan sebagian laba tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat secara langsung untuk perusahaan, dengan catatan biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang dapat dikurangkan (deductible) dalam menghitung penghasilan kena pajak. Sebagai contoh biaya untuk riset dan pengembangan, biaya pendidikan dan latihan pegawai, biaya perbaikan kantor, biaya pemasaran dan biaya lainnya yang dapat dimanfaatkan tergantung kepada jenis usaha dan peraturan pajak yang  berlaku, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6ayat 1 Undang-Undang PPh Tahun

2000.

9. Menghindari dari Pengenaan Pajak dengan Cara Mengarahkan pada Transaksi yang Bukan Objek Pajak.

Upaya untuk efisiensi beban pajak bagi perusahaan dalam hal ini sebagai contoh, untuk jenis usaha yang PPh badannya dikenakan pajak secara final, maka efisiensi PPh Pasal 21 karyawan dapat dilakukan dengan cara memberikan semaksimal mungkin tunjangan karyawan dalam bentuk natura, karena pemberian natura bukan merupakan objekpajak PPh Pasal 21 sesuai dengan Pasal 9 ayat 1 huruf e UU PPh.11. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar. Dalam hal ini untuk efisiensi beban pajak, wajib pajak harus jeli untuk memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan atau yang bersifat tidak final. PPh yang dapat dikreditkan antara lain:

a. PPh Pasal 22 atas impor;

 b. PPh Pasal 22 atas pembelian solar dari pertamina; c. fiskal luar negeri karyawan;

(25)

10. Menghindari Pelanggaran Terhadap Peraturan Perpajakan yang Berlaku.

Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang berlaku dan melakukan kewajiban pajak berupa pelaporan dan penyetoran pajak tepat waktu.

11. Penundaan Pembayaran Kewajiban Hingga Saat Mendekati Tanggal Jatuh Tempo.

Penundaan pembayaran kewajiban pajak dapat dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh tempo. Khusus untuk  menunda pembayaran PPN, dapat dilakukan dengan menunda penerbitan faktur   pajak sampai batas waktu yang diperkenankan khususnya atas penjualan kredit. Perusahaan dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan setelah bulan  penyerahan barang sesuai Kep. Dirjen pajak No:53/PJ/1994.

12. Permohonan Penurunan Angsuran Lump-Sum (PPh Pasal 25 Bulanan). Besarnya pembayaran PPh Pasal 25 tergantung dari besarnya PPh terutang tahun lalu atau adanya kenaikan laba pada RKAP tahun berjalan untuk  BUMN/BUMD. Namun bisa saja terjadi diproyeksikan dalam tahun berjalan akan terdapat penurunan laba (penghasilan kena pajak), sehingga jika kita mengangsur  PPh Pasal 25 yang besarnya berdasarkan tahun lalu maka kemungkinan pada akhir tahun akan menjadi kelebihan pembayaran pajak. Untuk itu perusahaan sebaiknya mengajukan permohonan lump-sum dengan disertai proyeksi laba pada akhir tahun dan alasannya terjadi penurunan laba. Hal ini disebabkan jika terjadi kelebihan pembayaran pajak yang walaupun dapat direstitusi, tetapi sebelumnya wajib pajak akan dikenakan tindakan pemeriksaan.

(26)

PENGHINDARAN PAJAK DAN PENYELUDUPAN PAJAK  Pengertian Penyelundupan Paiak Dan Penghindaran Pajak 

Harry Graham Balter:

 Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib  pajak-apakah berhasil atau tidak-untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan perpajakan, sedang penghindaran pajak  merupakan usaha yang sama, yang tidak melanggar ketentuan peraturan  perundang-undangan perpajakan.

Ernest R. Mortenson:

 Penyelundupan pajak adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan kegiatan wajib pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan  pajak, sedang Penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan sesuatu  peristiwa sedemikian rupa untuk meminimkan atau menghilangkan beban pajak 

dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang  ditimbulkannya. Oleh karena itu, penghindaran pajak tidak merupakan  pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak 

dianggap salah dalam rangka usaha waiib paiak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara-cara yang  dimungkinkan oleh undang-undang pajak .

 N. A. Bar, S. R James, A.R Prest:

 Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai manipulasi secara ilegal atas  penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang, sedang   Penghindaran pajak diartikan sebagai manipulasi penghasilannya secara legal   yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang . Robert H. Andercon:

 Penyelundupan pajak adalah penyelundupan pajak yang melanggar undang-undang pajak, sedang Penghindaran pajak adalah cara rnengurangi paiak yang  masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan Pajak .

(27)

Suatu hal yang wajar apabila seorang wajib pajak membayar pajaknya tidak melebihi apa yang menjadi kewajibannya sesuai ketentuan peraturan  perundang-undangan perpajakan yang berlaku dengan mengingat asumsi yang dibuat pada waktu merencanakan undang-undang pajak tersebut bahwa wajib  pajak akan melaporkan semua penghasilannya dengan benar dan mengklaim

semua potongan-potongan yang diperkenankan oleh undang-undang pajak, sehingga secara moral pun tidak dianggap salah, apabila pengurangan beban pajak  melalui penghindaran pajak tersebut masih dalam batas ketentuan peraturan  perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Penghindaran pajak (tax avoidance) selalu diartikan sebagai kegiatan yang legal (misalnya meminimalkan beban pajak tanpa melawan ketentuan perpajakan) dan penyelundupan pajak (tax evasion/tax fraud) diartikan sebagai kegiatan yang ilegal (misalnya meminimalkan beban pajak dengan memanipulasi pembukuan). Permasalahannya adalah apakah penghindaran pajak selalu legal? Menurut Roy Rohatgi (2002: 342), di banyak negara penghindaran pajak dibedakan menjadi  penghindaran pajak yang diperbolehkan (acceptable tax avoidance/tax  planning/tax mitigation) dan yang tidak diperbolehkan (unacceptable tax

avoidance).

Artinya, penghindaran pajak dapat saja dikategorikan sebagai kegiatan legal dan dapat juga dikategorikan sebagai kegiatan ilegal. Suatu penghindaran  pajak dikatakan ilegal apabila transaksi yang dilakukan semata-mata untuk tujuan  penghindaran pajak atau transaksi tersebut tidak mempunyai tujuan usaha yang  baik (bonafide business purpose).

Oleh karena itu, untuk mencegah praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan multinasional, sebagian besar negara telah mempunyai ketentuan anti penghindaran pajak (Brian J. Arnold dan Michael J. McIntyre, 2002:81).

Pajak adalah beban bagi perusahaan, sehingga wajar jika tidak satupun perusahaan (wajib pajak) yang dengan senang hati dan suka rela membayar pajak. Karena  pajak adalah iuran yang sifatnya dipaksakan, maka negara juga tidak 

(28)

ketaatan. Suka tidak suka, rela tidak rela, yang penting bagi negara adalah  perusahaan tersebut telah membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lain halnya dengan sumbangan, infak maupun zakat, kesadaran dan kerelaan  pembayar diperlukan dalam hal ini.

Mengingat pajak adalah beban  – yang akan mengurangi laba bersih  perusahaan, maka perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak. Namun demikian penghindaran pajak harus dilakukan dengan cara-cara yang legal agar  tidak merugikan perusahaan di kemudian hari.

Penghindaran pajak dengan cara illegal adalah penggelapan pajak. Hal ini  perbuatan kriminal, karena menyalahi aturan yang berlaku. Contoh kasus  penggelapan pajak :

o Melaporkan penjualan lebih kecil dari yang seharusnya, omzet 10 milyar 

hanya dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan sebesar 5 milyar  misalnya,

o Menggelembungkan biaya perusahaan dengan membebankan biaya fiktif, o Transaksi export fiktif,

o Pemalsuan dokumen keuangan perusahaan.

Dalam ketentuan perpajakan, masih terdapat berbagai celah  – loophole-yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah pajak  – loophole-yang dibayar oleh  perusahaan optimal dan minimum (secara keseluruhan). Optimal disini diartikan

sebagai, perusahaan tidak membayar sesuatu (pajak) yang semestinya tidak harus dibayar, membayar pajak dengan jumlah yang „paling sedikit‟ namun tetap dilakukan dengan cara yang elegan dan tidak menyalahi ketentuan yang berlaku.

TEKNIK DASAR MANAJEMEN PAJAK DAN PERENCANAAN PAJAK  Perencanaan dan Manajemen Pajak adalah suatu keniscayaan bagi setiap  perusahaan yang menginginkan adanya penghematan pajak karena dalam undang-undang perpajakan Indonesia hal ini diperkenankan. Dengan menyusun

(29)

 perencanaan dan manajemen pajak sejak dini perusahaan akan terhindar dari segala hal yangmengakibatkan peningkatan beban pembayaran pajak.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban  perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan  pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.

Manajemen Pajak (Tax Management)

Manajemen perpajakan (Tax Management) merupakan suatu proses untuk  meminimalkan beban pajak (minimizing tax burden), dimana dalam hal ini tetap  berada pada jalur (on the track) ketentuan peraturan per-UU-an perpajakan

(lawful) dan tidak melanggarnya (unlawful). Untuk mendapatkan penghematan  pajak (tax benefit atau tax saving dan kemanfaatan usaha lainnyadilakukan

melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari perencanaan pajak (Tax Planning), pengimplementasian pajak (tax implementation), pengendalian pajak  (tax control) yang berkesinambungan.

Tax Management merupakan pelaksanaan dari peran pengaturan dan pengawasan dalam bidang perpajakan (organization and controlling). Pelaksanaannya bersifat rutin/regular, karena bersangkutan dengan transaksi yang berulang kali terjadi.Tax Management bertujuan untuk meminimalisasi tax exposure/risiko hutang pajak  yang mungkin akan timbul dalam suatutransaksi yang rutin tersebut.

Contoh Tax Management

Suatu perusahaan melakukan penjualan dengan orientasi ekspor. Sedangkan,  bahan baku banyak dibeli di dalam negeri. Dengan demikian, maka PPN masukan

(30)

yang diperoleh lebih besar daripada PPN keluaran, akibatnya harus dilakukan restitusi, mungkin tiap tahun atau tiap bulan harus dilakukan proses tersebut. Divisi perpajakan harus melakukan suatu proses Tax Management berupa me-manage restitusi pajak yang berjalan. Misalnya : me-mantain suatu rekonsiliasi  pajak antara Penjualan menurut PPh badan dan menurut SPM PPN, merapikan faktur pajak masukan, serta bank account ataupun voucher pembayaran yang diperlukan. Kita bisa bayangkan jika hal ini tidak ter- manage dengan baik, restitusi akan membawa denda dan hutang pajak yang materiil tentunya.

Beberapa Teknik dari Tax Management:

1. Membuat rekonsiliasi data akuntansi dan pajak seperti: Beban pegawai vs  Nilai penghasilan bruto di SPT PPh psl 21 ,Sales revenue (as per book/PL)

vs Peredaran dari SPM PPN.

2. Mengontrol dokumentasi untuk mendukung transaksi yang terjadi. Misalnya: Surat Perintah Kerja (Kontrak), Perjanjian Jual Beli, Akte  Notaris.

3. Sistem administrasi keuangan untuk memastikan perhitungan pajak yang tepat dan pembayaran yang tepat waktu.

4. Sistem arsip laporan dan korespondensi pajak yang teratur serta terkontrol. 5. Management atas proses tax audit

Aspek-aspek dalam Tax Planning

1. Aspek Formal dan Administratif 

a. Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok  Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);

 b. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan; c. Memotong dan/atau memungut pajak;

d. Membayar pajak;

(31)

2. Aspek Material

Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasialokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan  pembayaran pajakyang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek   pajak harus dilaporkansecara benar dan lengkap.

PERENCANAAN PAJAK (TAX PLANNING) Mohammad Zain (2005 : 43) mendefinisikan bahwa :

“ Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik wajib  pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling 

minimal sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan  perpajakan maupun secara komersial.”

Tujuan Tax Planning

Tujuan tax planning secara lebih khusus ditujukan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut :

o Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali

o Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan o Menunda pengakuan penghasilan

o Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain

Tahapan Tax Planning

1. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)

2. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak ( designing one or more possible tax plans)

3. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)

4. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging  the tax plans)

(32)

Menurut Zain (2005 : 70-71) dalam bukunya menjelaskan, langkah-langkah dalam  penyusunan perencanaan pajak yang merupakan komponen sistem manajemen  pajak adalah:

1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak 

2. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan 3. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan

PENGARUH PENCATATAN DAN SISTEM AKUNTANSI DALAM MANAJEMEN DAN PERENCANAAN PAJAK 

Sebuah perusahaan harus mempunyai catatan yang perlu jika perencanaan  pajak yang baik ingin diwujudkan, jika manajemen ingin mempunyai pandangan yang jeias tentang situasi perpajakan, atau jika tingkat penentu dari pengendalian administratif ingin sukses. Sifat dari catatan akan ditentukan oleh kerumitan relatif dari masalah pajak. Tetapi, secara umum, catatan tertentu diperlukan untuk  kepentingan pengendalian administratif, untuk mendukung pengembalian pajak, dan untuk memenuhi kewajiban spesifik dari undang -undang. Catatan pajak dapat dikelompokkan ke dalam empat klasifikasi utama :

1. Kalender pajak 

Sebuah sarana administratif yang dibutuhkan dalam kebanyakan  perusahaan adalah kalender pajak.Ini merupakan jadwal yang berfungsi sebagai alat pengingat bagi mereka yang benanggung jawab atas tanggal  jatuh tempo dari pemberkasan pengembalian pajak, penyiapan berbagai laporan, pernbayaran tagihan pajak, tanggal pemeriksaan, tanggal audit, tanggal penetapan, dan semua peristiwa pajak yang penting.

2. Catatan informasi

Jenis pokok catatan yang lain dapat disebut “catatan informasi pajak” dan ini merupakan ikhtisar dari undang-undang pajak dan masalah-masalah yang berkaitan yang mempunyai pengaruh terhadap jalannya usaha. Catatan ini digunakan sebagai referensi ketika menyiapkan pengembalian  pajak dan sebagainya.

(33)

3. Berkas kertas kerja (working paper files)

Catatan-catatan lain dapat dianggap sebagai berkas kerja dan memuat angka-angka dan fakta peristiwa SPT dari tahun ke tahun. Berkas/arsip operasional ini tidak terbatas macamnya dan barangkali dapat dibandingkan dengan berkas permanen dan berkas kertas kerja pada suatu audit.Pokok yang penting adalah catatan yang lengkap dan teratur  mengenai bagaimana jumlah pajak ditentukan setiap tahun, tanggal  pembayaran, dan lain-lain.

4. Buku besar pendukung (sorting ledger)

Metode akuntansi terbaik yang akan dipergunakan oleh Wajib Pajak, sangat bergantung kepada bentuk usaha dan ukuran perusahaan yang  bersangkutan serta sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Untuk 

kepentingan perpajakan, Wajib Pajak harus menyelenggarakan  pembukuan atau pencatatan tanpa mempersoalkan prinsip pembukuan apa yang dipergunakan. Pada umumnya semua laporan keuangan dipersiapkan untuk memenuhi tujuan tertentu, dan tujuan ini pada akhirnya akan mempengaruhi bentuk dan isi dari laporan keuangan tersebut dengan segala keterbatasannya. Misalnya, laporan keuangan yang dipersiapkan untuk digunakanoleh para manajer akan sangat berbeda sekali dengan laporan yang dipersiapkan untuk keperluan pasar modal dan instansi lainnya.

Perbedaan tersebut tidak saja disebabkan oleh siapa pemakainya, tetapi  juga tergantung pada metode akuntansi apa yang digunakan, misalnya metode  penyusutan atau metode penilaian persediaan yang berbeda, sehingga dapat dipastikan bahwa penghitungna laba yang menjadi dasar untuk menentukan  besarnya pajak terutang akan berbeda.

Dapat diambil sebuah contoh bahwa standar akuntansi kita menyediakan metode penyusutan garis lurus dan metode penyusutan saldo menurun. Kedua metode ini sah digunakan di setiap perusahaan, namun jika untuk tujuan meringankan beban pajak, perusahaan cenderung menggunakan metode

(34)

 penyusutan saldo menurun karena pengenaan beban penyusutan dari awal periode umur aktiva tetap akan tinggi namun akan mengecil di periode berikutnya. Hal ini dapat meningkatkan biaya dari perusahaan yang akan mengurangi jumlah  penghasilannya dan secara langusng juga mengurangi jumlah beban pajak yang

harus dibayar.

Metode lainnya adalah metode pencatatan persediaan barang untuk  menentukan harga pokok produksi.yang lazimnya digunakan oleh perusahaan untuk menekan beban pajak saat harga barang-barang turun adalah metode FIFO. Yang akan memberikan efek penurunan laba bersih. Hal ini akan menyebabkan  beban pajak berkurang karena kecilnya laba yang diperoleh.

ETIKA DALAM PRAKTIK PERPAJAKAN

Konsultan Pajak adalah setiap orang yang dengan keahliannya dan dalam lingkungan pekerjaannya, secara bebas dan profesional memberikan jasa  perpajakan kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan  perpajakan.

Aicpa Statements on Responsibilities in Tax Services

Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut:

1. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1, Tax Return  Positions (Posisi Pengembalian Pajak)

Statemen ini menetapkan standar masa depan yang bisa diterapkan untuk  anggota ketika merekomendasikan tingkat pengembalian pajak dan menyiapkan atau menandatangani surat pembayaran pajak (termasuk  klaim untuk lebih bayar) yang disimpan dengan mengenakan pajak  otoritas. Karena tujuan standar ini, suatu nilai pajak terutang, (a) mencerminkan tingkat pengembalian pajak seperti yang mana wajib pajak  telah secara rinci membicarakannya dengan anggota atau (b) suatu anggota mempunyai pengetahuan semua fakta yang bersifat material dan, atas

(35)

dasar fakta itu, telah menyimpulkan apakah posisinya sudah sesuai. Karena tujuan standar ini, suatu wajib pajak adalah klien, pemberi kerja, atau pihak ketiga lain penerima jasa pajak.

2. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 2, Answers to  Questi ons on Retur ns (Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian)

Statemen Ini menetapkan standar yang bisa diterapkan untuk anggota ketika menandatangani suatu pajak kembalian jika atau mempertanyakan kelebihan pajak kembalian.Istilah questionsincludes meminta informasi untuk pajak kembalian di dalam perusahaan.Instruksi, atau di dalam  peraturan, ya atau tidaknya dinyatakan format suatu pertanyaan.

3. Statement on Responsibi l it ies in Tax Ser vices No. 3, Cer tain Procedur al  Aspects of Preparing Returns (Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian)

Dalam menyiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, suatu anggota dengan hati jujur boleh mempercayakan, tanpa verifikasi, atas informasi yang diberikan oleh wajib pajak atau dengan pihak ketiga. Bagaimanapun, suatu anggota mestinya tidak mengabaikan tentang implikasi yang melengkapi informasi tersebut dan perlu membuat  pemeriksaan yang layak jika informasi nampak seperti ada kesalahan, tidak sempurna, atau plin-plan baik di bagian depannya atau atas dasar lain fakta tidak diketahui oleh suatu anggota. Jika hukum perpajakan atau  peraturan memaksakan suatu kondisi dengan rasa hormat, seperti  pemeliharaan buku dan arsip atau memperkuat dokumentasi wajib pajak  untuk mendukung pengurangan yang dilaporkan ke kantor pajak, suatu anggota perlu membuat pemeriksaan yang sesuai untuk menentukan kondisi yang dijumpai untuk memberi kepuasan kepada wajib pajak. Ketika menyiapkan suatu kembalian pajak, suatu anggota perlu mempertimbangkan informasi yang benar dari pajak kembalian wajib  pajak lain jika informasi berkait dengan pajak kembalian dan  pertimbangannya pajak kembalian itu. Di dalam menggunakan informasi seperti itu, suatu anggota perlu mempertimbangkan batasan-batasan yang

(36)

dikenakan oleh hukum atau aturan manapun yang berkenaan dengan kerahasiaan.

4. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 4, Use of  Estimates (Penggunaan Estimasi)

Kecuali jika yang dilarang oleh undang-undang atau menurut peraturan, suatu anggota boleh menggunakan taxpayer‟s untuk menaksir persiapan suatu pajak kembalian jika itu bukanlah praktis untuk memperoleh data tepat dan jika anggota menentukan bahwa perkiraan yang layak adalah didasarkan pada keadaan dan fakta saat itu yang diperlihatkan kepada anggota. Jika perkiraan dengan taxpayer‟s digunakan, mereka harus diperlihatkan dengan suatu cara yang tidak menyiratkan ketelitian lebih  besar disbanding yang ada.

5. Statement on Responsibi l it i es in Tax Ser vices No. 5, Departu r e Fr om a  Posit ion Pr eviously Concluded in an Admi ni str ative Proceedin g or Cour t  Decision  (Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan)

Pajak Kembalian berkenaan dengan memposisikan suatu item ketika ditentukan di dalam suatu kelanjutan administratif atau keputusan  pengadilan/lingkungan tidak membatasi suatu anggota merekomendasikan dari suatu pajak yang berbeda, kemudian memposisikannya kembali, kecuali jika wajib pajak dalam pemeriksaan. Oleh karena itu, ketika disiapkan dalam bentuk Statement onResponsibilities in Tax Services  No.1, pajak kembalian diposisikan, anggota boleh merekomendasikan sebuah pajak kembalian untuk memposisikan atau menyiapkan suatu pajak  kembalian yang memerlukan pemeriksaan dari suatu item ketika disimpulkan untuk suatu kelanjutan administratif atau meramahi keputusan berkenaan dengan suatu kembali wajib pajak.

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembelajaran yang menggunakan model Probing Prompting Learning (PPL). Sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan

Berdasarkan pelaksanaan pem- belajaran problem posing pada siswa kelas VII SMP Xaverius Kotabumi menunjukkan bahwa pembelajaran problem posing tidak efektif ditinjau

Hasil analisis statistik yang dilakukan terhadap infusa daun mangga bacang terhadap anggota famili Enterobacteriaceae yaitu Escherichia coli menunjukkan bahwa

Selalu bersiat terbuka dengan orang-orang di lingkungan baru` serta faktor yang menghambat proses adaptasi dan interaksi antara kedua kelompok mahasiswa Malaysia dan mahasiswa

Berdasarkan analisis untung rugi dan analisis kelayakan, terpilih 3 (tiga) struktur atas jembatan yang dapat digunakan di atas Kali Pekacangan yaitu jembatan beton

Seperti yang terlihat pada diagram di atas, penelitian akan diawali dengan survai di lapangan untuk mengumpulkan data tentang konfigurasi fisik spatial elemen arsitektural,

Tugas akhir ini merupakan hasil penelitian yang menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang menggambarkan bagaimana penerapan model

Dengan menggunakan Sistem Informasi Penjualan Kelapa Berbasis Web Pada Karya Kelapa Campang, maka konsumen akan lebih mudah mengakses informasi yang telah