Bab 2
EVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI
2.1.
Profil Kota Padangsidimpuan
2.1.1. Kependudukan
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik
pertambahan
maupun
penurunannya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (natalitas),
kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran
dan kematian adalah faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk
adalah faktor non alami. Penduduk akan bertambah jumlahnya
apabila bayi yang lahir dan penduduk yang datang lebih banyak dari
pada yang meninggal dan berpindah, dan penduduk akan berkurang
apabila hal yang sebaliknya.
Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan mengalami perubahan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2014 jumlah penduduk di Kota
Padangsidimpuan sebanyak 223.696 jiwa dan 44.739 rumah tangga
dengan luas wilayah 15.931 ha dan kepadatan penduduk 132
jiwa/ha.
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk
dengan luas wilayah. Kepadatan kotor adalah perbandingan antara
jumlah penduduk dengan luas keseluruhan. Jumlah Penduduk
terbesar berada di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan sebanyak
73.762 jiwa dengan 14.752 rumah tangga dengan luas wilayah
1.927 ha dan kepadatan penduduk 321 jiwa/ha. Sementara
penduduk
dengan
jumlah
terkecil
berada
di
Kecamatan
Padangsidimpuan Angkola Julu yaitu sebanyak 7.703 jiwa dengan
1.541 rumah tangga dengan luas wilayah 2.291 ha dan kepadatan
penduduk 96 jiwa/ha.
Tabel 2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Padangsidimpuan Tahun 2014
NO Kecamatan Luas Terbangun (Ha) Penduduk Tahun 2014 Keterangan
Jumlah (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Ha)
1. Padangsidimpuan Tenggara 152 32.779 216 Perkotaan/Desa
2. Padangsidimpuan Selatan 230 73.762 321 Perkotaan
3. Padangsidimpuan Batunadua 284 24.410 86 Perkotaan/Desa
4. Padangsidimpuan Utara 847 66.976 79 Perkotaan
5. Padangsidimpuan Hutaimbaru 107 18.066 169 Perkotaan/Desa
6. Padangsidimpuan Angkola Julu 80 7.703 96 Pedesaan
Tabel 2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Padangsidimpuan
Nama Kecamatan Jumlah Penduduk
Tahun 2013
Pertumbuhan (%)
Jumlah Penduduk (jiwa) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Padangsidimpuan Tenggara 32.726 1,99 34.775 35.467 36.173 36.893 37.627 Padangsidimpuan Selatan 73.762 1,98 78.231 79.780 81.359 82.970 84.613 Padangsidimpuan Batunadua 24.410 1,98 25.889 26.401 26.924 27.457 28.001 Padangsidimpuan Utara 66.976 1,97 71.013 72.412 73.838 75.293 76.776 Padangsidimpuan Hutaimbaru 18.066 1,98 19.161 19.540 19.927 20.321 20.724
Padangsidimpuan Angkola Julu 7.703 1,99 8.172 8.335 8.501 8.670 8.842
Total 223.696 237.240 241.935 246.722 251.604 256.583
2.1.2. Area Berisiko
Risiko Sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup
kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses
terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Penentuan area berisiko, ditentukan berdasarkan tingkat resiko
sanitasi yang dilakukan dengan berdasarkan data sekunder, hasil
penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA (Data Primer).
Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder yaitu kegiatan
menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa),
berdasarkan data yang tersedia di SKPD terkait sanitasi tentang
ketersediaan layanan fasilitas sanitasi seperti sumber air bersih,
ketersediaan dan pengelolaan air, limbah domestik, pengelolaan
persampahan dan penanganan genangan (drainase), juga meliputi
jumlah populasi, luas administratif, luas terbangun, jumlah KK
miskin serta luas genangan.
Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD yaitu
berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi
yang dimiliki individu SKPD/anggota Pokja Sanitasi Kota
Padangsidimpuan.
Penentuan area berisiko berdasarkan hasil kajian /studi EHRA
meliputi : kondisi sumber air, pencemaran air limbah domestik,
pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga, kondisi drainase,
aspek perilaku hidup bersih dan sehat (cuci tangan pakai sabun,
higiene jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan).
Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data
sekunder, penilaian SKPD dan analisis hasil studi EHRA berdasarkan
instrumen profil sanitasi. Berdasarkan survei lapangan, pengamatan,
pengetahuan praktis dan keahlian dari anggota Pokja Sanitasi Kota
Padangsidimpuan dilakukan penyesuaian area berisiko sebagai hasil
akhir area berisiko sanitasi di Kota Padangsidimpuan.
Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama dan kesepakatan
seluruh anggota Pokja Sanitasi berdasarkan hasil dari ketiga data
tersebut.
Proses penentuan area beresiko dilakukan dengan pengumpulan data
pada setiap kelurahan/desa di Kota Padangsidimpuan. Berdasarkan
elaborasi data sekunder, persepsi SKPD dan data hasil studi EHRA di
Kota padangsidimpuan diperoleh area berisiko sanitasi sebagai
berikut.
Tabel 2.3. Area Berisiko Sanitasi Kota Padangsidimpuan
Tabel Penentuan Area Berisiko Tabel Penentuan Area Berisiko
Kecamatan Skor Risiko Sanitasi
(Penyesuaian) Kecamatan Skor Risiko Sanitasi (Penyesuaian) Kelrahan / Desa Air L imb ah Per sa mp ah an D ra in ase Kelurahan / Desa Air L imb ah Per sa mp ah an D ra in ase
Padangsidimpuan Tenggara Padangsidimpuan Utara
Kelurahan Sihitang 2,0 1,0 3,0 Kelurahan Wek IV 2,0 2,0 3,0 Desa Palopat Pijor Koling 3,0 2,0 2,0 Kelurahan Wek III 2,0 2,0 3,0 Desa Salambue 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Wek II 3,0 3,0 2,0 Desa Sigulang 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Wek I 4,0 3,0 4.0 Desa Huta Koje 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Batang Ayumi Julu 2,0 2,0 2,0 Desa Huta Limbong 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Batang Ayumi Jae 2,0 2,0 2,0 Desa Huta Padang 2,0 1,0 2,0 Kelurahan Tobat 1,0 2,0 1,0 Kelurahan Pijor Koling 4,0 4,0 4,0 Kelurahan Tanobato 2,0 2,0 2,0 Desa Goti 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Bonan Dolok 1,0 2,0 1,0 Desa Manegen 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Sadabuan 2,0 2,0 2,0 Desa Manunggang Jae 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Panyanggar 2,0 2,0 2,0 Desa Labuhan Rasoki 3,0 2,0 3,0 Kelurahan Losung batu 2,0 2,0 3,0 Desa Purbatua Pijor Koling 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Kantin 3,0 2,0 2,0 Desa Manunggang Julu 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Bincar 3,0 2,0 3,0 Desa Tarutung Baru 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Timbangan 4,0 3,0 3,0 Desa Huta Lombang 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Kayu Ombun 2,0 2,0 2,0 Desa Perkebunan Pijorkoling 1,0 1,0 1,0
Tabel Penentuan Area Berisiko Tabel Penentuan Area Berisiko
Kecamatan Skor Risiko Sanitasi
(Penyesuaian) Kecamatan Skor Risiko Sanitasi (Penyesuaian) Kelrahan / Desa Air L imb ah Per sa mp ah an D ra in ase Kelurahan / Desa Air L imb ah Per sa mp ah an D ra in ase Padangsidimpuan Hutaimbaru
Padangsidimpuan Selatan Desa Partihaman Saroha 2,0 1,0 1,0 Kelurahan Hanopan 2,0 1,0 2,0 Kelurahan Hutaimbaru 2,0 1,0 2,0 Kelurahan Sidangkal 2,0 1,0 3,0 Kelurahan Palopat Maria 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Wek VI 4,0 3,0 4,0 Kelurahan Sabungan Jae 2,0 1,0 1,0 Kelurahan Ujung Padang 1,0 1,0 2,0 Kelurahan Lembah Lubuk Manik 2,0 1,0 2,0 Kelurahan Aek Tampang 4,0 3,0 4,0 Desa Sabungan Sipabangun 2,0 1,0 1,0 Kelurahan Padang Matinggi 2,0 2,0 3,0 Desa Singali 2,0 1,0 1,0 Kelurahan Silandit 3,0 2,0 3,0 Desa Huta Padang 2,0 1,0 1,0 Kelurahan Wek V 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Lubuk Raya 2,0 1,0 1,0 Kelurahan Sitamiang 2,0 2,0 3,0 Desa Tinjoman 2,0 1,0 1,0 Kelurahan Losung 2,0 2,0 3,0
Kelurahan Pd. Matinggi Lestari 1,0 1,0 2,0 Padangsidimpuan Angkola Julu
Kelurahan Sitamiang Baru 3,0 1,0 3,0 Desa Simatohir 2,0 1,0 2,0
Desa Rimba Soping 2,0 1,0 2,0
Padangsidimpuan Batunadua Desa Mompang 2,0 1,0 2,0 Desa Purwodadi 1,0 1,0 1,0 Desa Batu Layan 2,0 1,0 2,0 Desa Gunung Hasahatan 1,0 1,0 1,0 Desa Joring Lombang 2,0 1,0 2,0 Desa Ujung Gurap 2,0 1,0 2,0 Desa Joring Natobang 2,0 1,0 2,0
Desa Baruas 1,0 1,0 1,0 Desa Simasom 2,0 1,0 2,0
Desa Aek Bayur 1,0 1,0 1,0 Desa Pintu Langit Jae 2,0 1,0 2,0 Desa Aek Tuhul 1,0 1,0 1,0
Desa Pudun Jae 1,0 1,0 1,0
Desa Pudun Julu 1,0 1,0 1,0
Desa Siloting 2,0 2,0 2,0 Desa Batang Bahal 1,0 1,0 1,0 Desa Aek Najaji 1,0 1,0 1,0 Desa Bargot Topong 1,0 1,0 1,0 Desa Simirik 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Batunadua Jae 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Batunadua Julu 2,0 2,0 2,0
Berdasarkan tabel diatas, untuk sektor air limbah, kelurahan / desa
yang termasuk beresiko sangat tinggi sebanyak 5 (lima) Kelurahan /
desa yaitu Kelurahan Pijorkoling Kecamatan Padangsidimpuan
Tenggara, Kelurahan Wek VI dan Kelurahan Aek Tampang Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan, serta Kelurahan Wek I dan Kelurahan
Timbangan Kecamatan Padangsidimpuan Utara. Sedangkan 74 (Tujuh
Puluh Empat) kelurahan/desa lainnya merupakan area beresiko
tinggi, rendah dan sangat rendah. Hal ini disebabkan prasarana air
limbah domestik belum memadai.
Untuk sektor persampahan, jumlah kelurahan/desa yang termasuk
wilayah area beresiko sangat tinggi terdapat 1 (Satu) kelurahan yaitu
Kelurahan Pijorkoling Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
Permasalahan yang ditemukan yakni belum teraturnya pengelolaan
sampah rumah tangga dan masih ada masyarakat membuang
sampah rumah tangga di lahan kosong, sungai, dibakar dan dibuang
ke drainase.
Untuk sektor drainase kelurahan/desa yang termasuk wilayah area
beresiko sangat tinggi terdapat 4 (Empat) kelurahan/desa yaitu
Kelurahan Pijar Koling Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara,
Kelurahan
Wek
VI,
Kelurahan
Aek
Tampang
Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan dan Kelurahan Wek I Kecamatan
padangsidimpuan Utara. Sedangkan 75 (Tujuh Puluh Lima)
kelurahan/desa beresiko tinggi, resiko rendah dan berisiko sangat
rendah.
Permasalahan
dalam
sektor
drainase
di
Kota
Padangsidimpuan berupa belum adanya data base untuk jaringan
drainase di tingkat kota yang berakibat pada kurang tepat sasaran,
rendahnya anggaran dalam pembangunan drainase sekunder dan
tersier (lingkungan), serta masih minimnya biaya pemeliharaan
drainase. Selain itu juga belum adanya keterlibatan pihak swasta
dalam pembangunan dan pemeliharaan drainase di Kota
Padangsidimpuan.
2.1.3.
Zona Sistem
Dari hasil kesepakatan Pokja Sanitasi Kota Padangsidimpuan pada
pembahasan Instrumen Profil Sanitasi, penanganan air limbah
domestik dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) tipikal sistem
yaitu: 1) On-site; 2) Sistem Komunal; 3) Off-Site Kepadatan Sedang
dan; 4) Off-Site Terpusat.
Untuk pengelolaan persampahan dibagi ke dalam 5 (lima) Fitur Zona,
yaitu : 1) Area Kepadatan Rendah; 2) 25-100 pp Urban/Rural; 3)
>100 Orang/ha Bukan Urban; 4) Central Business District (CBD)
dan; 5) >100 Orang/ha Urban.
Untuk pembagian zona sistem drainase hanya terdapat 1 (satu) zona,
dimana sebanyak 16 (enam belas) kelurahan/desa berada pada zona
resiko tinggi dan 63 (enam puluh tiga) kelurahan/desa berada pada
zona rendah.
Tabel 2.4 Zona Sistem Air Limbah
Kelurahan/ Desa Kode Zona Penyesuaian Kode Zona
Catatan (jelaskan jika zona berubah setelah disesuaikan
dengan hasil pemetaan)
Kelurahan Sihitang 4 4
Desa Palopat Pijor Koling 4 4
Desa Salambue 4 4
Desa Sigulang 3 4 Diubah untuk efisiensi
Desa Huta Koje 4 4
Desa Huta Limbong 3 4 Diubah untuk efisiensi
Desa Huta Padang 3 4 Diubah untuk efisiensi
Kelurahan Pijor Koling 4 4
Desa Goti 3 4 Diubah untuk efisiensi
Desa Manegen 4 4
Desa Manunggang Jae 4 4
Desa Labuhan Rasoki 4 4
Desa Purbatua Pijor Koling 1 4 Diubah untuk efisiensi
Desa Manunggang Julu 4 4
Desa Tarutung Baru 2 4 Diubah untuk efisiensi
Desa Huta Lombang 4 4
Kelurahan/ Desa Kode Zona
Kode Zona Penyesuaian
Catatan (jelaskan jika zona berubah setelah disesuaikan
dengan hasil pemetaan)
Desa Labuhan Labo 2 4 Diubah untuk efisiensi
Kelurahan Hanopan 4 4
Kelurahan Sidangkal 4 4
Kelurahan Wek VI 4 4
Kelurahan Ujung Padang 4 4
Kelurahan Aek Tampang 4 4
Kelurahan Padang Matinggi 3 4 Diubah untuk efisiensi
Kelurahan Silandit 4 4
Kelurahan Wek V 4 4
Kelurahan Sitamiang 4 4
Kelurahan Losung 4 4
Kelurahan Padang Matinggi Lestari
4 4
Kelurahan Sitamiang Baru 4 4
Desa Purwodadi 3 3
Desa Gunung Hasahatan 3 3
Desa Ujung Gurap 3 3
Desa Baruas 3 3
Desa Aek Bayur 4 3 Diubah untuk efisiensi
Desa Aek Tuhul 3 3
Desa Pudun Jae 3 3
Desa Pudun Julu 3 3
Desa Siloting 3 3
Desa Batang Bahal 2 3 Diubah untuk efisiensi
Desa Aek Najaji 2 3 Diubah untuk efisiensi
Desa Bargot Topong 1 3 Diubah untuk efisiensi
Desa Simirik 3 4 Diubah untuk efisiensi
Kelurahan Batunadua Jae 4 4
Kelurahan Batunadua Julu 3 4 Diubah untuk efisiensi
Kelurahan Wek IV 4 4
Kelurahan Wek III 4 4
Kelurahan Wek II 4 4
Kelurahan Wek I 3 4 Diubah untuk efisiensi
Kelurahan Batang Ayumi Julu 1 4 Diubah untuk efisiensi Kelurahan Batang Ayumi Jae 4 4
Kelurahan Tobat 4 4
Kelurahan Tanobato 4 4
Kelurahan Bonan Dolok 3 4 Diubah untuk efisiensi
Kelurahan Sadabuan 4 4
Kelurahan Panyanggar 3 4 Diubah untuk efisiensi Kelurahan Losung batu 3 4 Diubah untuk efisiensi
Kelurahan Kantin 4 4
Kelurahan Bincar 4 4
Kelurahan Timbangan 4 4
Kelurahan Kayu Ombun 4 4
Desa Partihaman Saroha 4 4
Kelurahan/ Desa Kode Zona
Kode Zona Penyesuaian
Catatan (jelaskan jika zona berubah setelah disesuaikan dengan hasil pemetaan) Kelurahan Palopat Maria 4 2 Diubah untuk efisiensi
Kelurahan Sabungan Jae 4 4
Kelurahan Lembah Lubuk Manik 3 2 Diubah untuk efisiensi Desa Sabungan Sipabangun 3 2 Diubah untuk efisiensi
Desa Singali 4 4
Desa Huta Padang 2 2
Kelurahan Lubuk Raya 3 2 Diubah untuk efisiensi
Desa Tinjoman 2 2
Desa Simatohir 1 1
Desa Rimba Soping 2 2
Desa Mompang 1 1
Desa Batu Layan 1 2 Diubah untuk efisiensi
Desa Joring Lombang 2 2
Desa Joring Natobang 2 2
Desa Simasom 1 1
Desa Pintu Langit Jae 1 1
Sumber : Instrumen Profil Sanitasi Kota Padangsidimpuan, 2015
Empat tipikal sistem, yaitu: On Site, Sistem komunal, Off site
kepadatan sedang dan Off Site terpusat adalah rencana prioritas
pengembangan air limbah domestik sesuai dengan kebutuhan
masing-masing wilayah di tingkat Kelurahan/Desa berdasarkan
instrumen profil sanitasi yang telah disepakati oleh pokja sanitasi.
Berdasarkan Tipikal sistem tersebut maka perencanaan pengolahan
air limbah domestik ke depan dapat digambarkan sebagai berikut:
Zona 1, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik
menggunakan sistem on-site individual atau bersama yang harus
diatasi dalam jangka menengah Kota Padangsidimpuan. Pada zona 1
ini diutamakan sistem on-site dengan MCK Umum. Sistem ini
diutamakan pada kelurahan/desa dengan kepadatan penduduk yang
rendah seperti Kelurahan Batang Ayumi Julu Kecamatan
Padangsidimpuan Utara dan Desa Bargot Topong Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua. Pokja sanitasi merencanakan untuk
memfasilitasi penambahan mobil sedot tinja, pengadaan tenaga
operator, dan peraturan daerah terkait air limbah domestik di Kota
Padangsidimpuan.
Zona 2, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik
dengan Sistem Komunal. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam
jangka menengah dan jangka panjang yang dikhususkan di
Kecamatan
Padangsidimpuan
Batunadua
dan
sebagian
Kelurahan/Desa di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan
dapat dikembangkan sebagai percontohan pembangunan tangki
septik komunal dan IPAL Komunal (Settler-Anaerobic Bafflet
Reactor-Anaerobic Filter).
Zona 3, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik
melalui off Site kepadatan sedang. Pengelolaan dengan off Site
kepadatan sedang ini dapat diatasi dalam jangka menengah dan
jangka panjang yang dikhususkan di Kecamatan Padangsidimpuan
Hutaimbaru dan beberapa kelurahan/desa di kecamatan lainnya,
yang dapat dijadikan dijadikan sebagai daerah percontohan
pembangunan Ipal kawasan untuk masa yang akan datang.
Zona 4, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik
melalui off Site Terpusat. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam
jangka panjang yang dikhususkan di Kecamatan Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, dan
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, yang merupakan daerah
padat penduduk dan kawasan Central Business District (CBD) yang
dapat dijadikan sebagai daerah percontohan pembangunan Ipal
Skala Kota untuk masa yang akan datang.
Tabel 2.5 Zona Sistem Persampahan
Fitur Zona (K ep a da tan pe n duduk da ri luas te rba n gu n + fung si pe rko ta an )Kelurahan/ Desa Kode Zona
Kode Zona Penyesu aian Catatan (jelaskan jika zona berubah setelah disesuaikan dengan hasil pemetaan) > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Sihitang 5 5
CBD Desa Palopat Pijor Koling 4 4
CBD Desa Salambue 4 4
CBD Desa Sigulang 4 4
> 100 orang/ha; Urban Desa Huta Koje 5 4 Diubah untuk efisiensi
25-100 pp; Urban/rural Desa Huta Limbong 2 2
25-100 pp; Urban/rural Desa Huta Padang 2 4 Diubah untuk efisiensi
CBD Kelurahan Pijor Koling 4 4
> 100 orang/ha; Urban Desa Goti 5 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Desa Manegen 5 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Manunggang Jae 3 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Desa Labuhan Rasoki 5 4 Diubah untuk efisiensi
CBD Desa Purbatua Pijor Koling 4 4
> 100 orang/ha; Urban Desa Manunggang Julu 5 4
> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Tarutung Baru 3 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Desa Huta Lombang 5 4 Diubah untuk efisiensi
25-100 pp; Urban/rural Desa Perkebunan Pijorkoling 2 2
> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Labuhan Labo 3 2 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Hanopan 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Sidangkal 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Wek VI 5 5
CBD Kelurahan Ujung Padang 4 5 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Aek Tampang 5 5
CBD Kelurahan Padang Matinggi 4 5 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Silandit 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Wek V 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Sitamiang 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Losung 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Padang Matinggi Lestari 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Sitamiang Baru 5 5
25-100 pp; Urban/rural Desa Purwodadi 2 3 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Desa Gunung Hasahatan 5 3 Diubah untuk efisiensi
25-100 pp; Urban/rural Desa Ujung Gurap 2 3 Diubah untuk efisiensi
25-100 pp; Urban/rural Desa Baruas 2 3 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Desa Aek Bayur 5 5
25-100 pp; Urban/rural Desa Aek Tuhul 2 5 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Desa Pudun Jae 5 5 > 100 orang/ha; Urban Desa Pudun Julu 5 5 > 100 orang/ha; Urban Desa Siloting 5 5
Fitur Zona (K ep a da tan pe n duduk da ri luas te rba n gu n + fung si pe rko ta an )
Kelurahan/ Desa Kode Zona
Kode Zona Penyesu aian Catatan (jelaskan jika zona berubah setelah disesuaikan dengan hasil pemetaan) > 100 orang/ha; bukan-urban Desa Aek Najaji 3 3
25-100 pp; Urban/rural Desa Bargot Topong 2 2
> 100 orang/ha; Urban Desa Simirik 5 3 Diubah untuk efisiensi
CBD Kelurahan Batunadua Jae 4 4
25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Batunadua Julu 2 3 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Wek IV 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Wek III 5 5
CBD Kelurahan Wek II 4 5 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Wek I 5 5
area kepadatan rendah Kelurahan Batang Ayumi Julu 1 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Batang Ayumi Jae 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Tobat 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Tanobato 5 5
25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Bonan Dolok 2 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Sadabuan 5 5
25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Panyanggar 2 5 Diubah untuk efisiensi
25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Losung batu 2 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Kantin 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Bincar 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Timbangan 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Kayu Ombun 5 5 > 100 orang/ha; Urban Desa Partihaman Saroha 5 5 > 100 orang/ha; Urban Kelurahan Hutaimbaru 5 5
CBD Kelurahan Palopat Maria 4 5 Diubah untuk efisiensi
CBD Kelurahan Sabungan Jae 4 4
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Lembah Lubuk Manik 5 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Desa Sabungan Sipabangun 5 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Desa Singali 5 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Huta Padang 3 2 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Lubuk Raya 5 4 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Tinjoman 3 4 Diubah untuk efisiensi
25-100 pp; Urban/rural Desa Simatohir 2 2
area kepadatan rendah Desa Rimba Soping 1 2 Diubah untuk efisiensi
area kepadatan rendah Desa Mompang 2 2
25-100 pp; Urban/rural Desa Batu Layan 2 2
area kepadatan rendah Desa Joring Lombang 1 2 Diubah untuk efisiensi
CBD Desa Joring Natobang 4 2 Diubah untuk efisiensi
> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Simasom 2 2 > 100 orang/ha; bukan-urban Desa Pintu Langit Jae 2 2 Sumber : Instrumen Profil Sanitasi Kota Padangsidimpuan, 2015
Dalam pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS) dinyatakan bahwa di
Kota Padangsidimpuan persampahan telah tertangani sebesar
194 M
3/hari atau setara dengan 50,39% dari timbulan sampah Kota
Padangsidimpuan setiap hari sebesar 385 M
3/hari.
Berdasarkan analisis penentuan zona sistem Persampahan di Kota
Padangsidimpuan dengan kriteria yang ada di dalam wilayah
pengembangan pelayanan persampahan dapat dikategorikan dalam
4 penetapan prioritas penanganan persampahan yaitu;
Zona 2, merupakan area kepadatan rendah menuju sedang, yaitu
kawasan urban/rural dengan tingkat kepadatan penduduk 25 –
100 KK/ha dengan target layanan sampai 80% sampah terangkut
dengan sistem secara langsung ke TPA dan juga sosialisasi dan
penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat mengelola sampah
dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan serta konsep 3R (reduce,
reuse, recycle). Cakupan layanan wilayah ini dapat diatasi dalam
dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
Zona 3, merupakan area kepadatan sedang menuju padat, yaitu
kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk lebih dari 100 KK/ha
dengan target layanan sampai 80% sampah terangkut dengan sistem
secara langsung ke TPA dan juga sosialisasi dan penyuluhan kepada
masyarakat untuk dapat mengelola sampah dengan baik sesuai
dengan syarat kesehatan serta konsep 3R (reduce, reuse, recycle).
Cakupan layanan wilayah yang seperti ini dapat diatasi dalam dalam
jangka pendek, menengah, dan panjang. Pokja sanitasi Kota
Padangsidimpuan merencanakan untuk penambahan gerobak
sampah/motor sampah, pembangunan transfer depo dan amrol truk
untuk zona ini.
Zona 4, merupakan area CBD (Central Business District)
yang harus
terlayani 100% dengan sistem secara langsung ke TPA. Cakupan
layanan wilayah ini akan diatasi dalam dalam jangka pendek,
menengah, dan panjang. Pokja sanitasi Kota Padangsidimpuan
merencanakan untuk penambahan sarana pengumpul amroll truck
dan pembangunan transfer depo yang akan ditempatkan di kawasan
pusat bisnis di Kota Padangsidimpuan.
Zona 5, merupakan area perkotaan yang padat penduduk, yang harus
terlayani 100% dengan sistem secara langsung ke TPA dan juga
sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat
mengelola sampah dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan serta
konsep 3R (reduce, reuse, recycle). Cakupan layanan wilayah ini akan
diatasi dalam dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Pada
kawasan ini Pokja sanitasi Kota Padangsidimpuan juga merencanakan
untuk penambahan sarana pengumpul dan amroll truck serta
pembangunan transfer depo yang akan ditempatkan di kelurahan
yang berada pada zona ini.
2.1.4. Keuangan Daerah
Pelaksanaan program dan kegiatan hasil analisa instrumen
perencanaan sanitasi untuk komponen air limbah, persampahan dan
drainase tidak terlepas dari sumber pendanaan yang tersedia. Untuk
itu berdasarkan rata-rata pertumbuhan belanja langsung, APBD
Murni untuk sanitasi dan belanja sanitasi Tahun 2010 – 2014,
Pemerintah
Kota
Padangsidimpuan
melalui
Pokja
Sanitasi
memperkirakan proyeksi besaran Pendanaan Sanitasi APBD Kota
Padangsidimpuan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Proyeksi Besaran Pendanaan Sanitasi APBD Kota Padangsidimpuan
No Uraian
Proyeksi Besaran Pendanaan Sanitasi (Rp Dalam Jutaan) Jumlah 2015 2016 2017 2018 2019 1 Perkiraan Belanja Langsung 356.005,09 452.589,27 575.376,74 731.476,45 929.926,01 3.045.373,55 2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi
31.841,68 45.135,58 63.979,69 90.691,20 128.554,78 360.202,93 3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi APBD Kota 32.449,75 44.916,95 62.174,04 86.061,30 119.126,06 344.728,10 4 Persentase Komitmen Sanitasi terhadap Belanja Langsung 9,11 % 9,92 % 10,81 % 11,77 % 12,81 % 10,88 %
2.2.
Air Limbah
2.2.1. Permasalahan Mendesak Air Limbah
Tabel 2.7 Ringkasan Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik
Aspek Teknis 1. Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana User Interface Keterangan:
- Jumlah Penduduk Kota Padangsidimpuan tahun 2014 sebesar 223.696 jiwa atau 44.739 KK
- Akses Jamban pribadi dan MCK = 48,0 % (21.475 KK) - Akses MCK Komunal = 24,1 % (10.782 KK) - WC Gantung (Cubluk) = 2,4 % (1.074 KK) Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal: Keterangan:
Akses jamban pribadi dengan tangki septik aman = 82,4 % (17.795 KK)
Akses jamban pribadi dengan tangki septik tidak aman = 17,6 % (3.780 KK) 48,0 24,1 2,4 23,4 ,5 1,5 2,2 1,0 ,5 Jamban pribadi MCK/WC Umum Ke WC helikopter Ke sungai/pantai/laut Ke kebun/pekarangan Ke selokan/parit/got Ke lubang galian Lainnya, Tidak tahu 12,5 20,8 12,5 17,6 87,5 79,2 87,5 82,4 ,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0
Strata 1 Strata 2 Strata 3
Strata Desa/Kelurahan Total
Suspek aman Tidak aman
Kesimpulan: (data ini sesuaikan dengan hasil instrumen profil) Akses sesuai dengan SNI (Tangki septic aman + MCK) = 28.577 KK
(63,87%)
Akses dasar (Cubluk + tangki septic tidak aman) = 4.854 KK (10,85%)
Tidak memiliki akses = 12.482 KK (27,9%) Pengangkutan /
Pengaliran
Hanya ada 1 truk penyedot tinja. Pembuangan tinja ke TPA Praktek pengurasan tangki septik 11,2% atau 2.405 KK Pengolahan Akhir
Terpusat
Belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Daur Ulang /
Pembuangan Akhir
belum dilakukannya praktek monitoring kualitas limbah Perencanaan
Teknis dll.
Belum adanya Master Plan Air Limbah Permukiman yang terintegrasi dengan RTRW perkotaan
Aspek Non-Teknis
2. Aspek Pendanaan: - Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah
- Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi - Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat 3. Aspek
Kelembagaan:
- Belum terpisahnya fungsi regulator dan Operator dalam pengelolaan IPLT.
- Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait pengelolaan - Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan 4. Aspek Peraturan
Perundangan dan penegakan hukum:
- Belum memadainya perangkat PERDA yang diperlukan dalam pengelolaan
- Belum adanya PERDA terkait Restribusi Air Limbah Permukiman 5. Aspek Peran serta
Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta:
- Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah
- Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem yang berbasis masyarakat
- Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan - Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan
peran masyarakat
6. Aspek Komunikasi - Belum adanya sosialisasi, publikasi dan pemberian informasi kepada masyarakat berkaitan dengan pengelolaan air limbah domestik dengan menggunakan berbagai media komunikasi baik media cetak (koran dan majalah) maupun elektronik (internet).
2.2.2. Sasaran Pembangunan Air Limbah
Tabel 2.8 Ringkasan Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik
Air Limbah Permukiman
Tujuan :
Meningkatkan akses rumah tangga terhadap fasilitas pengelolaan air limbah
rumah tangga yang memadai.
Sasaran :
1.
Tersedianya akses ke fasilitas pengolahan air limbah yang memadai bagi
16.262 KK (36,13% ) pada tahun 2020.
Sumber : SSK - Bab 3 dan Pokja Sanitasi Kota Padangsidimpuan, Tahun 2014.
Tabel 2.9 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik
Kota Padangsidimpuan
No Sistem Cakupan Layanan Eksisting Tahun Keterangan 2016 2017 2018 2019 2020 I Sistem On-Site A.1 Individual - Jamban DenganTangki Septik layak 39,78% 40% 40,5% 41% 41,5% 42% - Cubluk dan
Sejenisnya (Akses Dasar)
10,85% 11% 12% 13% 14% 15% A.2 Sistem Komunal
1 MCK 24,10% 25% 26% 27% 28% 30% 2 IPAL Komunal 0% 0% 5% 7% 9% 11% B Sistem Off-site 1 Skala Kota 0% 0% 0% 2% 3% 5% 2 Skala Wilayah/Kawasan 0% 0% 0% 2% 5% 7% C BABS 25,8% 20% 15% 10% 5% 0% D Tingkat Pelayanan Pengangkutan Lumpur Tinja ke IPLT 0% 0% 25% 35% 45% 60% Lumpur Tinja ke IPLT (ton/hari) 0 0
2.2.3. Kerangka Kerja Logis Air Limbah
PermasalahanMendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi
Indikasi Program Indikasi Kegiatan Air Limbah Pernyataan Masalah: A Sistem/Teknis a. User Interface: - Jumlah Penduduk Kota tahun 2014: 223.696 jiwa atau 44.739 KK. - Akses Jamban pribadi dan MCK = 48,0 % (35.427 KK). - Akses MCK = 24,1 % (10.782 KK). - WC Gantung (Cubluk) = 2,4 % (1.074 KK). b. Pengumpulan dan penampungan/ Pengolahan awal: - Akses sesuai dengan SNI 1. Belum Adanya PERDA Air Limbah domestik. 2. Belum optimalnya fungsi kelembagaan dalam menangani permasalahan air limbah. 3. Kurang sosialisasi kepada masyarakat dari lembaga terkait. 4. Kemampuan
APBD Kota dalam membiayai pembangunan sanitasi belum optimal. 5. Belum masuknya aspek sanitasi dalam dokumen peren-canan kota. 6. Retribusi Pengelolaan Air Meningkatkan akses rumah tangga terhadap fasilitas pengelolaan air limbah rumah tangga yang memadai. Tersedianya akses ke fasilitas pengolahan air limbah yang memadai bagi 16.262 KK (36,13% ) pada tahun 2020. 1. 16.262 KK memiliki akses ke fasilitas pengolahan air limbah domestik tahun 2020 2. 2.566 KK (5%) tersambung ke sistem pengolahan air limbah on-site pada tahun 2020. 3. 2.566 KK (5%) tersambung ke sistem pengolahan air limbah IPAL Komunal 1. Menyediakan peraturan daerah terkait pengelolaan air limbah. . 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat umum terkait pengelolaan air limbah dmestik. 3. Menyediakan fasilitas pengolahan air limbah permukiman terpusat dan setempat untuk area beresiko yang ditetapkan. 1. Penyiapan masyarakat dengan pemicuan dan perubahan perilaku (STBM) 2. Penyediaan sarana dan prasarana SPAL setempat 3. Pembangunan IPLT 1. Penyiapan masyarakat (SPAL Individual) dengan pendekatan STBM wilayah Pedesaan. 2. Penyiapan masyarakat (SPAL individual) dengan pendekatan STBM wilayah Perkotaan. 3. Pembangunan tangki septik komunal. 4. Pembangunan IPAL Komunal (SPAL – T) 5. Pembangunan IPLT
(Tangki septic aman + MCK) = 28.577 KK (63,87%) - Akses dasar (Cubluk + tangki septic tidak aman) = 4.854 KK (10,85%) - Tidak memiliki akses = 11.308 KK (25,28%) c. Pengangkutan dan Pengaliran: Truk penyedot tinja. Bari 1 unit
d. Pengolahan akhir terpusat : Belum memiliki IPLT. e. Daur ulang/Pembuanga n akhir: belum dilakukannya praktek pendeteksian kualitas limbah
Limbah Tidak Ada. 7. Kurangnya
Jumlah truck penyedot tinja. 8. Tidak ada Sarana
dan Prasarana Air Limbah (IPAL dan IPLT). 9. Media yang digunakan untuk sosialisasi dan promosi kurang menarik 10. Masih banyak tangki septik masyarakat yang tidak aman (tidak pernah dikuras). 11. Masih banyak masyarakat yang membuang limbah domestik ke saluran drainase. 12. Praktek BABs masih tinggi. pada tahun 2020 4. 2.566 KK perkotaan (5%) tersambung ke sistem pengolahan air limbah terpusat skala kota pada tahun 2020. 5. 3.593 KK (7%) tersambung ke sistem pengelolaan air limbah off-site skala kawasan di tahun 2020.
B. Lain-lain/Non-Teknis a. Aspek pendanaan: - Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah - Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi - Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat. b. Aspek kelembagaan: - Belum terpisahnya fungsi regulator dan Operator dalam pengelolaan IPLT. - Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait pengelolaan - Rendahnya
koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan c. Aspek regulasi: - Belum memadainya perangkat Perda yang diperlukan dalam pengelolaan - Belum adanya Perda terkait Restribusi Air Limbah Permukiman
d. Aspek peran serta Masyarakat & Swasta : - Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah - Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan system yang berbasis
masyarakat - Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan - Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran masyarakat e. Aspek komunikasi & PMJK : - Belum memadainya sosialisasi, publikasi dan informasi kepada masyarakat berkaitan dengan pengelolaan air limbah domestik
2.2.4. Prioritas Pembangunan Air Limbah
Tabel 2.10 Prioritas Kegiatan Air limbah Domestik
No Program
Score (dan bobot)
Score
total prioritas Urutan Penerima
manfaat Permasalahan mendesak Persepsi Pokja Pro -poor
30% 25% 20% 25% 1. Pembangunan MCK 2 4 4 4 3,4 1 2. Pembangunan Septiktank Komunal < 10 SR 1 4 4 4 3,1 1 3. Pembangunan IPAL Komunal 1 4 4 3 2,85 2 4. Pembangunan IPLT 2 3 3 1 2,2 2 5 Pembangunan SPAL
Terpusat Skala Kawasan 2 2 2 1 1,75 3
2.3.
Persampahan
2.3.2. Permasalahan Persampahan
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah mewajibkan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Tingkat II harus menyediakan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
sampah. Walaupun demikian, peningkatan laju timbunan sampah di
Kota Padangsidimpuan tidak diikuti dengan ketersediaan sistem
pengelolaan sampah yang memadai. Akses pelayanan pengangkutan
dan lokasi Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) yang belum cukup
dan tidak menyebar merata menyebabkan sampah dibuang di
sembarang tempat dan melakukan pembakaran sampah secara
terbuka. Pengangkutan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pencegahan Kebakaran (DKP2K) masih sebatas di
pusat kota. Pengangkutan sampah belum sampai menjangkau sampai
ke pelosok desa atau penggiran kota.
Tabel 2.11 Ringkasan Permasalahan Mendesak Persampahan
Aspek Teknis 1. Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana User Interface: Pengelolaan Sampah pada Rumah tangga berdasarkan hasil Survei EHRA:
Keterangan:
- Pengangkutan sampah belum dilakukan disetiap kelurahan/desa ( 194 m3/hari untuk seluruh wilayah kota). Dengan jumlah
penduduk Kota Padangsidimpuan 223.696 jiwa atau 44.739 KK. - Sampah dibakar sebesar 54,3% (24.293 KK)
- Dikumpulkan ke TPS dan daur ulang sebesar 31,0% dan 2,3% (13.869 KK dan 1.029 KK)
- Sisanya 12,4,4% (5.549 KK) sampah belum dikelola dengan baik.
Strata 1 Strata 2 Strata 3
Dikumpulkan dan
dibuang ke TPS 60,0 28,2 27,0
Dikumpulkan oleh kolektor informal yang
mendaur ulang 2,5 2,0 2,6
Dibakar 37,5 54,3 60,0
Dibuang ke dalam lubang
dan ditutup dengan tanah ,0 ,8 ,9
Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup
dengan tanah ,0 2,9 2,6
Dibuang ke
sungai/kali/laut/danau ,0 4,9 3,5
Dibiarkan saja sampai
membusuk ,0 ,4 ,0 Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk ,0 2,4 2,6 Tidak tahu ,0 ,4 ,0 Lain-lain ,0 3,7 ,9 ,0 3,7 ,9 ,0 2,4 2,6 ,0 4,9 3,5 ,0 2,9 2,6 ,0 ,8 ,9 37,5 54,3 60,0 2,5 2,0 2,6 60,0 28,2 27,0 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Praktek Pemilahan Sampah oleh RT:
Keterangan:
- Pemilahan sampah yang sudah dilakukan oleh Rumah Tangga : 7,40 % (3.311 KK)
Kesimpulan: ( Hasil Instrumen Profil) Wilayah Perkotaan
- Produksi Sampah Perkotaan (2,5 kg/jiwa) = 263.575 kg - Tingkat layanan = 44%
Wilayah Perdesaan
- Produksi Sampah Perdesaan (2,5 kg/jiwa) = 36.110 kg - Tingkat Layanan = 49%
Pengumpulan setempat
- Alat pengumpulan setempat belum memadai dari segi kuantitas (Becak sampah 11 unit, Becak Motor Sampah 4 unit dan Gerobak Sampah 10 unit)
- Belum ada pembagian zona sistem pengangkutan sampah. - Belum adanya skema strategi untuk kerjasama dengan
swasta/kelompok masyarakat dalam pengelolaan persampahan. Penampungan
Sementara/ TPS
Jumlah TPS yang ada belum mencukupi (terdapat 21 konteiner). Belum memiliki TPST
Pengangkutan: Belum mencukupi sarana pengangkut sampah, terdapat 14 unit dump truck, dan 8 unit amroll truk untuk melayani wilayah kota. (Semi) Pengolahan
Akhir Terpusat
Kapasitas pengolahan sampah sebesar: 194 m3/hari atau setara dengan 50,39% dari timbulan sampah Kota Padangsidimpuan. Daur Ulang /
Tempat
Pemrosesan Akhir:
Sudah ada TPA dan akan berakhir pemakaiannya pada akhir tahun 2015, seluas 4 Ha.
Pengelolaan TPA masih memakai sistem Open Dumping Perencanaan Belum tersedianya master plan persampahan
100,0 96,6 79,5 ,0 3,4 20,5 ,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0
Strata 1 Strata 2 Strata 3
Apakah ibu melakukan pemilahan sampah di rumah sebelum dibuang? Ya
Apakah ibu melakukan pemilahan sampah di rumah sebelum dibuang? Tidak
Aspek Non-Teknis 2. Aspek
Kelembagaan:
Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator
Belum adanya Badan Pengelola TPST dan (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat karena keterbatasan pendanaan operasional.
SDM kurang memadai, baik dari kuantitas dan kualitas 3. Aspek
Pendanaan:
Penganggaran untuk pembangunan prasarana dan sarana persampahan belum dapat melayani seluruh wilayah perkotaan. Biaya Operasi dan Pemeliharaan untuk pengangkutan, TPST dan TPA
masih sangat kurang untuk dapat melakukan O & P infrastruktur yang ada.
Rendahnya dana penarikan restribusi 4. Aspek Peran
Serta
Masyarakat dan Swasta:
Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis
Peran serta masyarakat dan dunia usaha / swasta masih sangat kecil dibandingkan kebutuhan untuk pengelolaan persampahan skala kota. 5. Aspek Peraturan Perundangan dan penegakan hukum:
Belum ada Perda yang mengatur tentang tata kelola persampahan khususnya yang mengatur kelembagaan pengelolaan persampahan secara keseluruhan dan berkelanjutan.
Belum tersosialisasinya ketentuan penangan sampah terhadap masyarakat
Sumber : BPS- Bab 3, SSK- Bab, dan Studi EHRA Tahun 2014
2.3.2. Sasaran
Pembangunan Persampahan
Tabel 2.12 Ringkasan Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan
Persampahan
Tujuan :
1. Meningkatkan persentase cakupan dan kualitas pelayanan pengelolaan
persampahan di Kota Padangsidimpuan.
2. Tersedia Tempat Pembunagan Akhir (TPA) Sanitary Landfill atau yang lebih
baik untuk pengelolaan sampah masyarakat.
Sasaran :
1. Terlayaninya 80% (35,79 KK) dengan pengangkutan sampah secara kontiniu
pada tahun 2020 di Kota Padangsidimpuan
2. Tersedianya Transfer Depo pada semua kelurahan di Kota Padangsidimpuan
3. Tersedianya TPA yang beroperasi secara Sanitary Landfill atau yang lebih
baik pada tahun 2020.
Tabel 2.13 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Persampahan
No Sistem Cakupan Layanan Eksisting Sasaran Tahun Keterangan 2016 2017 2018 2019 2020 A Penanganan langsung 1 Kawasan Perkotaan 60% 68% 76% 84% 92% 100% 2 Kawasan Perdesaan 0% 20% 40% 60% 80% 100% B Penanganan tidak langsung 1 Kawasan Perkotaan 14% 32% 50% 68% 86% 100% 2 Kawasan Perdesaan 0% 20% 40% 60% 80% 100% C Penanganan berbasis masyarakat 0% 20% 40% 60% 80% 100% D TPA 60% 80% 100%2.3.3. Kerangka Kerja Logis Persampahan
PermasalahanMendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Program Indikasi Kegiatan Indikasi Persampahan Pernyataan Masalah: A Sistem/Teknis a.User Interface: - Sampah dibakar sebesar 54,3% (24.293 KK) - Dikumpulkan ke TPS dan daur ulang sebesar 31,0% dan 2,3% (13.869 KK dan 1.029 KK)
Sisanya 12,4,4% (5.549 KK) sampah belum dikelola dengan baik
- Pemilahan sampah yang sudah dilakukan oleh Rumah Tangga : 7,40 % (3.311 KK) b. Pengumpulan
setempat:
- Alat pengumpulan setempat belum memadai dari segi kuantitas (Becak sampah 11 unit, Becak Motor Sampah 4 unit dan Gerobak Sampah 10 unit)
c. Penampungan sementara atau TPS
- Jumlah TPS yang ada
1. Belum tersedianya dokumen rencana dan strategi pengelolaan persampahan termasuk kelembagaan &pengaturannya. 2. Pembangunan pengelolaan persampahan belum menjadi prioritas daerah. 3. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk database persampahan. 4. TPA yang masih
dengan sistim open dumping 5. Armada pengangkutan sampah masih kurang. 6. Terbatasnya fasilitas pengumpulan sampah (TPS, Kontainer,dan 1. Meningkatkan persentase cakupan dan kualitas pelayanan pengelolaan persampahan di Kota. 2. Menyediakan TPA Sanitary Landfill untuk pengelolaan sampah masyarakat. 1. Terlayaninya 66,70% (29.841 KK) dengan pengangkutan sampah secara kontiniyu pada tahun 2020. 2. Tersedianya TPS pada kecamatan padat penduduk Kota Padangsidimpu an. 3. Tersedianya TPA yang beroperasi secara Sanitary Landfill pada tahun 2020. 1. Terlayaninya 66,70% (29.841 KK) dengan truk pengangkut sampah. 2. Tersedianya TPS dimasing-masing kecamatan Kota Padangsidimp uan. 3. Prinsip-prinsip operasi Sanitary Landfill terpenuhi. 1. Menyediakan fasilitas pengangkut sampah untuk memenuhi jumlah kebutuhan. 2. Menyediakan peraturan daerah terkait pengelolaan sampah. 3. Menyiapkan stimulus/ insentif terkait pengurangan sampah setempat. 4. Menyediakan TPA milik pemerintah Kota Padangsidimpu an. 1. Program Pengadaan alat angkut sampah 2. Pembangunan Infrastruktur TPA dengan sistem Sanitary Landfill. 1. Pembangunan Transfer Depo sebagai tempat penampugan sementara.. 2. Pembangunan TPS Transfer Depo) 3. Pembangunan TPA Sanitary Landfill.
belum mencukupi (terdapat 84 TPS biasa dan 23 konteiner). - Belum memiliki TPST. d.Pengangkutan : - Belum mencukupi sarana pengangkut sampah, terdapat 14 unit dump truck, dan 8 unit amroll truk untuk melayani wilayah kota. e.(Semi) Pengolahan Akhir Terpusat - Kapasitas pengolahan sa Kapasitas pengolahan sampah sebesar: 194 m3/hari atau setara dengan 50,39% dari timbulan sampah Kota
Padangsidimpuan.
f. Daur ulang/tempat
pemrosesan akhir:
- Sudah ada TPA dan akan berakhir pemakaiannya pada akhir tahun 2015, seluas 4 Ha. - Pengelolaan TPA masih memakai system Open Dumping
g.Perencanaan: - Belum tersedianya master plan persampahan transper depo). 7. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah ke saluran drainase. 8. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah dengan cara dibakar.
B. Lain-lain/Non-Teknis a. Aspek pendanaan:
- Penganggaran untuk pembangunan
prasarana dan sarana persampahan belum dapat melayani seluruh wilayah perkotaan. - Biaya Operasi dan
Pemeliharaan untuk pengangkutan, TPST dan TPA masih sangat kurang untuk dapat melakukan O & P infrastruktur yang ada. - Rendahnya dana penarikan restribusi. b. Aspek kelembagaan:
- Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator
- Belum adanya Badan Pengelola TPST dan (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat karena keterbatasan
pendanaan operasional.
- SDM kurang memadai, baik dari kuantitas dan kualitas
c. Aspek regulasi:
- Belum ada Perda yang mengatur tentang tata kelola persampahan khususnya yang mengatur kelembagaan pengelolaan persampahan secara keseluruhan dan berkelanjutan. - Belum tersosialisasinya ketentuan penanganan sampah terhadap masyarakat.
d. Aspek peran serta Masy & Swasta:
- Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis - Peran serta
masyarakat dan dunia usaha / swasta masih sangat kecil dibandingkan kebutuhan untuk pengelolaan persampahan skala kota
2.3.4. Prioritas Pembangunan Persampahan
Tabel 2.14 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Persampahan
No Program
Score (dan bobot)
Score
total prioritas Urutan Penerima manfaat Permasalah an mendesak Persepsi Pokja poor
Pro-30% 25% 20% 25% 1 Pembangunan TPA 4 4 4 3 3,75 1 2 Penyusunan Masterplan Persampahan 4 4 4 2 3,50 1 3 Pembangunan TPS 3R 2 4 4 1 2,75 2 4 Pembangunan TPST 1 3 3 3 2,50 2
5 Pengadaan Amroll Truck 2 3 4 1 2,50 2
6 Revisi Perda Pengelolaan Persampahan
3 2 2 1 2,00 2
7 Pengadaan kontainer 2 2 2 1 1,75 3
2.4. Drainase
2.4.1. Permasalahan Mendesak Drainase
Pembangunan infrastruktur drainase di Kota Padangsidimpuan belum
menyentuh semua daerah permukiman. Drainase berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan
bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan
tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegiatan pembangunan dan pemeliharaan drainase di Kota
Padangsidimpuan merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kota
Padangsidimpuan yang dikelola oleh instansi teknis yaitu Dinas
Pekerjaan Umum Bidang Keciptakaryaan.
Tabel 2.15 Permasalahan Mendesak Drainase
Aspek Teknis
User Interface: - Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: 1,41% (633 KK)
- Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin:
Frekuensi genangan secara rutin dialami oleh sekitar 1,37 % rumah tangga (611 KK) sebagian besar atau 98,63% tidak secara rutin dan tidak mengalami banjir Data Genangan (Estimasi)
No. Lokasi Genangan
Luas Genangan (Ha) Lama Genangan (jam) Tinggi Genangan (cm) 1 Kelurahan Sihitang 2,60 - -
2 Kelurahan Pijor Koling 0,70 - -
3 Desa Labuhan Rasoki 0,70 - -
4 Kelurahan Sidangkal 1,60 - -
5 Kelurahan Wek VI 0,40 - -
6 Kelurahan Aek Tampang 1,60 - -
7 Kelurahan Padang Matinggi 5,50 - -
8 Kelurahan Silandit 0,35 - -
9 Kelurahan Sitamiang 1,45 - -
10 Kelurahan Losung 2,30 - -
11 Kelurahan Sitamiang Baru 1,10 - -
7,5 7,6 5,0 ,0 1,6 ,8 5,0 3,6 ,0 5,0 4,4 ,0 82,5 82,8 94,2 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Strata 1 Strata 2 Strata 3
Tidak pernah
Sekali dalam setahun
Beberapa kali dalam
Sekali atau beberapa dalam sebulan
12 Kelurahan Wek IV 1,40 - -
13 Kelurahan Wek III 1,10 - -
14 Kelurahan Wek I 6,20
15 Kelurahan Losung Batu 18,35 - -
16 Kelurahan Bincar 2,80 - -
17 Kelurahan Timbangan 0,50 - -
Jumlah 48,65
Keterangan:
Kategori genangan adalah:
- Genangan dipermukiman dan genangan yang mengganggu aktifitas warga. - Tinggi genangan lebih dari 30 cm, Lama genangan lebih dari 3 jam dan
frekuensi genangan terjadi minimal 2 kali dalam 1 tahun. Penampungan /
Pengolahan Awal:
grey water masih bercampur dengan saluran drainase. Pengangkutan /
Pengaliran:
Kondisi drainase berdasarkan hasil EHRA 2014:
Data lain
berdasarkan hasil EHRA 2014:
Ditemukan bahwa sekitar 7,1 % rumah tangga memiliki lingkungan sekitar rumah yang terdapat genangan air.
Pada umumnya, sistem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water). Porsi belanja fisik sub sektor drainase masih rata-rata 27,80% dari total
belanja Sanitasi Kota Padangsidimpuan
Prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik 71%. Akses masyarakat terhadap sarana drainase masih 60% Dokumen
Perencanaan Belum tersedianya master plan dan dokumen perencanaan drainase lainnya Aspek Non-Teknis
Regulasi dan Partisipasi Masyarakat
Belum adanya peraturan daerah terkait pengelolaan drainase.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelancaran saluran drainase.
Sumber : BPS - Bab 3, SSK - Bab 3, dan Studi EHRA Tahun 2013.
Ada Saluran Dapat Mengalir 71% Air Tidak Dapat Mengalir 2% Saluran kering 1% Tidak ada saluran 26%
2.4.2. Sasaran Pembangunan Drainase
Tabel 2.16 Ringkasan Tujuan dan Sasaran Utama Pembangunan Drainase
Drainase
Tujuan :
Menyediakan layanan jaringan drainase ke wilayah rawan genangan
permukiman.
Sasaran :
1. Pengurangan luas genangan 7,1% ( 3.164 KK ) pada tahun 2020.
2.4.3. Kerangka Kerja Logis Drainase
PermasalahanMendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Program Indikasi Kegiatan Indikasi Drinase
Pernyataan Masalah:
A Sistem/Teknis
a. User Interface - Lama genangan bila
terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: 0,27% (120 KK) - Frekuensi genangan
secara rutin dialami oleh sekitar 1,35 % (604 KK)
b. Pengumpulan dan
penampungan/ Pengolahan awal
- Grey water masih bercampur dengan saluran drainase c. Pengangkutan dan Pengaliran - Terdapat 26% luas wilayah mempunyai Drainase - Terdapat 3% luas wilayah drainase tidak berfungsi.
- Ditemukan bahwa sekitar 7,1 % rumah tangga memiliki lingkungan sekitar rumah yang terdapat genangan air. 1. Belum adanya Perda yang mengatur pengelolaan drainase lingkungan. 2. Pemeliharaan saluran darinase lingkungan yang masih terbatas. 3. Masih ada terjadinya genangan air pada saat hujan di permukiman penduduk. 4. di alur drainase lingkungan kota terjadi sedimentasi oleh lumpur. 5. Kebiasaan masyarakat yang membuang limbah domestik ke saluran drainase. Menyediakan layanan jaringan drainase ke Wilayah rawan genangan permukiman. Pengurangan luas genangan bagi 3.164 KK pada pada tahun 2020. 3.164 KK Terbebas dari genangan. 1. Menyediakan peraturan daerah terkait pengelolaan drainase. 2. Memaksimalka n pembangunan fasilitas drainase. 3. Melakukan pembersihan saluran drainase. 1. Program pembangun an saluran drainase primer. 2. Program pembangun an saluran drainase sekunder. 3. Program pembersiha n saluran drainase.
- Pada umumnya, sistem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water).
- Porsi belanja fisik sub sektor drainase masih 27,80%. - Akses masyarakat terhadap sarana drainase masih 60% B Lain-lain/Non-Teknis 1. Belum adanya peraturan daerah terkait pengelolaan drainase. 2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelancaran saluran drainase
2.4.4. Prioritas Pembangunan Drainase
Tabel 2.17 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan
Drainase
No Program
Score (dan bobot)
Score
total prioritas Urutan Penerima manfaat Permasala han mendesak Persepsi Pokja poor
Pro-30% 25% 20% 25% 1. Pembangunan/Normalisasi
Saluran Primer Sungai
4 4 4 4 4,00 1
2. Pembangunan Saluran
Sekunder
3 4 4 3 3,45 1
3. Pembangunan Kolam Retensi 4 3 3 3 3,30 1
4. Pembangunan Saluran
Sekunder
3 3 3 2 2,75 2
5. Pengerukan Sedimen Sal.
Drainase
2 2 3 2 2,20 2