Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016
36
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VARIASI MAKANAN DENGAN
STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDIANGIN
KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2015
Nikmatullah Wahida*
ABSTRAK
Angka kejadian gizi di bukittinggi pada tahun 2011 kejadian gizi kurang pada balita sebanyak 675 orang balita (5.61%), dan kejadian gizi buruk sebanyak 155 orang balita (1,33%). Gizi merupakan salah satu penentu untuk kualitas sumber daya manusia, gizi kurang akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian, khususnya kematian terhadap anak dan balita. Penelitian ini bertujuan mengetahui Hubungan Pengeahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin, Bukittinggi Tahun 2015. Design rancangn penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (Cross sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin yaitu berjumlah 37 orang dengan jumlah balita 37 orang ibu pada bulan Februari 2015. Sampel dipilih dengan tehnik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara dengan alat bantu berupa kuesioner. Analisis data melalui dua tahapan, yaitu analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan. Analisis univariat dilakukan dengan uji kai kuadrat (Chi Square) serta perhitungan Odd Ratio. Hasil penelitian menunjukkan 56,8 % ibu anak balita memiliki pengetahuan yang tinggi dan 51,4 % anak balita memiliki status gizi baik, Hasil analisis bivariat pengetahuan berhubungan dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas mandiangin bukittinggi tahun 2014 (p= 0.002;OR=13.86). Hasil ini dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, degan status gizi di wilayah kerja puskesmas mandiangin Bukittinggi tahun 2015 diharapkan pada petugas kesehatan untuk meningkatkan kualitas penyuluhan tentang gizi kurang pada orang tua yang mempunyai anak balita yang berada di Wilayah Kerja Puskemas Mandiangin Bukittinggi.
Kata Kunci : Pengetahuan, Status Gizi
ABSTRACT
Amount of nutrition numbers in bukittinggi in 2011 Genesis nutrition less on as many as 675 people toddler toddlers (5.61%), and incidence of malnutrition is as much as 155 people toddler (1.33 percent). Nutrition is one of the determinant for the quality of human resources, lack of nutrition will cause failure of physical growth and development of the intellect, improves pain and mortality figures, particularly the death of a child and toddler. This research aims to know the Relationships Knowledge About Mother Of variety of food with nutritional Status in the region work Health Center Mandiangin, Bukittinggi In 2015. Research Design used was Cross sectional. The population in this research is the Moms who have Babies in the region work healthcenter Mandiangin which amounted to 37 people with a total of 37 people are toddlers mom in February 2015. The sample was selected with the total sampling techniques. Data collection was carried out with the technical interview with the form of a questionnaire. Data analysis through two stages, namely the univariate analysis to find out the frequency distribution analysis and bivariat to figure out the relationship. Univariate analysis done with test Chi Square as well as the calculation of the Odd Ratio. The results showed 56,8% moms toddlers have a high knowledge and 51.4% of toddlers have a good nutritional status, bivariat analysis results of knowledge related to the nutritional status of infants in the region work health center mandiangin bukittinggi 2014 (p = 0.002; OR = 13.86). These results can be concluded there is a meaningful relationship between knowledge, with nutritional status in the region work heslth center mandiangin Bukittinggi 2015 expected on health workers to improve the quality of counseling about nutrition less on parents who have toddlers in the working area Puskemas Mandiangin Bukittinggi.
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016
37
PENDAHULUAN
Tujuan utama pembangunan nasional adalah penngkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan dan mengetaskan masalah gangguan gizi pada balita. Menurut UNICEF-World Health Organitation (WHO) dalam The World Bank Joint Child Malnutrition Estimates 2012 diperkirakan 165 juta anak usia di bawah 5 tahun di seluruh dunia mengalami gangguan gizi, kejadian ini menurun di bandingkan dengan tahun 1990 yaitu sebanyak 253 juta anak. Tingkat kejadian tinggi di kalangan anak di bawah usia 5 tahun terdapat di Afrika (36%) dan Asia (27%) dan sering belum di akui dalam masalah kesehatan masyarakat (WHO, 2012).
Pada tahun 1990 di Indonesia, kejadian gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 31%, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 17,9%. Berdasarkan hasil dari Riskesdas 2010, kejadian gizi lebih pada balita sebesar 14,0%, meningkat dari keadaan tahun 2007 yaitu sebesar 12,2%. Masalah gizi lebih yang paling mengkhawatirkan terjadi pada perempuan dewasa yang mencapai 26,9% dan laki-laki dewasa sebesar 16,3% (WHO, 2012).
Sedangkan di Bukittinggi pada tahun 2011 kejadian gizi kurang pada balita sebanyak 675 orang balita (5.61%), dan kejadian gizi buruk sebanyak 155 orang balita (1,33%).
Beberapa kasus gizi buruk yang terjadi selama ini baik di Indonesia maupun secara Global menemukan implikasi bahwa tingkat pendidikan rendah orangtua dan kurangnya nafsu makan pada balita yang tidak tepat memiliki resiko besar dalam penderita gizi kurang dan gizi buruk.
Sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, rencana strategis (Restra) Dinas Kesehatan Tahun 2011-2015, Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar telah membuat program-program pembangunan kesehatan dengan penekanan pada pencapaian sasaran prioritas nasional, Standar Pelayanan Nasional (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/ Kota serta Milenium Development Goal (MDGs).(Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar 2012).
Untuk itu prioritas program pembangunan kesehatan Tahun 2011, dititik beratkan pada (a) Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan keluarga berencana, (b) Perbaikan kasus gizi masyarakat, (c) Pengendalian penyakit menular serta penakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan, (d) Pemenuhan, Pengembangan dan pembrdayaan SDM kesehatan, (e) Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan pengguna obat serta pengawasan obat dan makanan, (f) Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), (g) Pemberdayaan Masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan, (h) Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier (Profil Dinas Kesehatan Sumbar 2011).
Menurut data dari Dinas Kesahatan Provinsi Sumatraa Barat 2007 angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 28,4/1000 Kelahiran Hidup. Sedangkan di kota Bukittinggi AKB yaitu 28,6/1000 Kelahiran hidup. AKB menurut umur ibu yaitu pada ibu umur 20-35 tahun
adalah 25,8/1000 Kelahiran Hidup, sedangkan AKB pada kelompok ibu umur < 20 tahun dan >35 tahun atau kelompok resiko tinggi sangat tinggi, yaitu 40,8/1000 Kelahiran Hidup.
Berdasarkan data prevelensi bailita menurut Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, negara Indonesia mempunyai permasalahan gizi akut (BB/TB>10%) dengan prevelensi gizi kurang (BB/U) 18,4%, TB/U 36,8%, BB/TB 13,6%, sedangkan Provinsi Sumatra Barat mempunyai permasalahan gizi akut dan kronis dengan prevelensi gizi kurang (BB/U) 20,2%, TB/U 36,5%, BB/TB 15,3%.
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita. Status gizi kurang dan gizi buruk dapat di sebabkan oleh dua penyebab, yaitu penyebab tak langsung dan penyebab secara langsung. Penyebab tak langsung yaitu kurang nya jumlah dan kwalitas makanan yang di konsumsi, menderita penyakit infeksi dan cacat bawaan. Penyebab secara langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan tetapi juga merupakan masalah kemiskinan, pendidikan rendah, ktersediaan pangan dan kesempatan kerja (Arisman, 2007).
Masalah gizi dikenal sebagai masalah multi kompleks, karena di samping banyak nya faktor satu dengan yang lain nya. Gizi kurang dan gizi buruk terjadi karena defesiensi atau ketidakseimbangan energi atau zat gizi. Di negara maju masalah yang umum di hadapi adalah obesitas yang di akibakan konsumsi zat gizi yang berlebihan tetapi kurang aktifitas fisik nya. Gizi kurang menurunkan produktifiktas sehingga pedapatan menjadi rendah. Selan itu gizi kurang menyebabkan daya tahan tubuh (resistens) terhadap penyakit menjadi rendah (suharjo, 2005).
Sesuai dengan teori kesehatan dan gizi bahwa variasi makanan mempengaruhi kualitas gizi anak. Ketika pendidikan kepala rumah tangga rendah, maka pengetahuan mereka terhadap kesehatan dan gizi menjadi rendah, sehingga pola konsusmsi gizi untuk anak menjadi tidak baik.
Dari temuan di atas terdapat implikasi bahwa variasi makanan dan tingkat pendidikan yang rendah merupakan resiko terbesar dalam persoalan status gizi pada balita.
Pada peneliti sebelum nya yang dilakukan oleh Risca Wina Nofreta tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi dan pola makan bayi dengan status gizi bayi menurut berat badan dan umur di jorong muaro wilayah kerja puskesmas gambok Kabupaten Sijunjung tahun 2011. Menemukan bahwa ada nya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kecamatan Mandi Angin, wilayah kerja Puskesmas Mandiangin, Bukittinggi jumlah balita sebanyak 71 orang, 32 orang mengalami kurang gizi dan 5 orang mengalami gizi buruk. Berdasarkan survey yang peneliti lakukan pada tanggal 14 Februari 2014 terhadap 10 orang balita, didapatkan 2 orang yang menderita gizi buruk. Sedangkan
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016
38
pihak puskesmas sudah melakukan program penyuluhankesehatan pada saat dilakukan posyandu, bahkan pihak puskesmas telah membagikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) kepada 40 balita gizi kurang dan gizi buruk. Dari survei yang telah dilakukan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang bervariasi.
Sedangkan perbandingan data yang di peroleh dari kecamatan Lintau Buo Kabupaten Tanah Datar, wilayah kerja Puskesmas Lintau Buo 1 jumlah balita di jorong mawar 1 sebanyak 61 orang, 17 orang mengalami gizi kurang dan 9 orang menderita gizi buruk. Berdasarkan survei peneliti terhadap 10 orang balita, di dapatkan 2 orang yang menderita gizi buruk.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang ‘’Hubungan Pengeahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin, Bukittinggi Tahun 2015”.
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan penelitian crosssectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin yaitu berjumlah 37 responden. Seluruh populasi dijadikan subjek penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan
Tabel 1. Distribusí Responden berdasarkanPengetahuan Ibu Variasi Makanan di Wilayah Kerja Puskemas Mandiangin Bukittinggi tahun 2015
Pengetahuan f %
Tinggi 21 56,8
Rendah 16 43,2
Jumlah 37 100,0
Berdasarkan tabel 1 ditemukan sebesar 56,8 % ibu anak batita memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang variasi makanan balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separoh ibu-ibu yang memiliki anak batita memiliki pemahaman yang tinggi tentang variasi makanan.
Pengetahuan adalah wawasan seseorang tentang suatu objek atau suatu hal. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Suatu tindakan yang didasari oleh pengetahuan yang baik, akan lebih langgeng bila dibandingkan tindakan yang tidak didasari oleh pengetahuan yang baik (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang tinggi akan mempengaruhi perilaku atau tindakan seorang ibu dalam memberikan makan terhadap anaknya.
Penelitian yang hampir sama diperoleh oleh Darmaneli (2008) dan Dewita (2005) yang melaporkan hasil penelitiannya di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir dimana ditemukan masing-masing hanya sebesar 65,5 % dan 55,4 % ibu-ibu anak balita memilki pengetahuan yang tinggi tentang gizi.
Menurut asumsi tingginya persentase tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tentang variasi makanan disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya yaitu pendidikan (rata-rata SMA). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, baik informasi secara formal maupun informal.
Namun masih adanya pengetahuan rendah bisa disebabkan factor pengalaman dan informasi yang kurang tentang variasi makanan pada balitanya. Hal ini juga bisa disebabkan factor kebudayaan atau kebiasaan orang tua yang selalu menentukan makanan yang baik menurut informasi yang belum jelas manfaatnya
Status Gizi Balita
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Batita Di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi
Status Gizi f %
Baik 19 51,4
Kurang 18 48,6
Jumlah 37 100,0
Berdasarkan tabel 2 diperoleh sebesar 51,4 % memiliki status gizi baik di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2015. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari separoh anak batita di wilayah tersebut berada pada kategori status gizi baik
Status gizi anak balita adalah keadaan tubuh yang menggambarkan status kesehatan seorang anak balita dalam kehidupan sehari-hari akibat interaksi makanan, tubuh dan lingkungan hidupnya (Supariasa, 2002).
Status Gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan bekerja secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2003).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2004).Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002)
Status gizi balita menurut WHO adalah mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat atau tinggi badan standar tabel WHO-NCHS (World Health Organization-National Center for Health Statistics).Jika hasil berat badan anak setelah dicocokkan dengan tabel WHO-NCHS masih kurang maka status gizi balita tersebut dinyatakan kurang. Begitu pula dengan tinggi badan. Jika setelah dicocokkan tinggi badan balita masih kurang, maka termasuk pendek (stunted) (WHO, 2009).
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016
39
dilakukan oleh Dina Afriani (2007) tentang faktor-faktoryang berhubungan dengan status gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Didapatkan bahwa lebih dari separuh (57,2 %) yang memiliki status gizi kurang.
Darmaneli (2008) pada penelitiannya di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir Padang menemukan hasil yang sama dimana ditemukan sebesar 74,5 % anak balita menderita gizi kurang. Pada penelitian lain Srinilasari (2008) menemukan pula anak balita dengan gizi kurang sebesar 66,7 % di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah Padang
Menurut analisa penelitian kurangnya gizi balita dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi pada balita, juga tindakan untuk pemberian gizi yang baik untuk balita, dari seluruh ibu-ibu masih banyak yang tingkat ekonomi rendah sehingga untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi masih kurang, dari masalah faktor di atas sangatlah berpengaruh terhadap gizi yang diberikan kepada balita. Perlu diupayakan peningkatan gizi balita dengan memberikan gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan balita tersebut untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya.
Analisa Bivariat
Hubungan Pengetahuan tentang Variasi
Makanan dengan Status Gizi Anak Balita
Tabel 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu denganStatus Gizi Anak Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandianginn Kota Bukittinggi
Penget ahuan Status Gizi Jumlah P Value OR Baik Kurang f % f % n % Tinggi Rendah 16 3 76,2 18,8 5 13 23,8 81,3 21 16 100 100 0,002 13,86 (2,77-69,20 Jumlah 19 51,4 18 48,6 37 100
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 21 responden yang mempunyai pengetahuan tinggi dengan status gizi baik sebanyak 16 responden (76,2 %) dan dari 16 orang responden yang berpengetahuan rendah dengan status gizi kurang sebanyak 13 (81,3 %).Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang variasi makanan dengan status gizi anak batita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi Tahun 2014 (p value < 0,05).
Nilai OR = 13,86 artinya ibu yang mempunyai
pengetahuan tinggi mempunyai kecendrungan
(berpeluang) akan mempunyai balita dengan status gizi yang baik sebanyak 13,86 kali dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah di wilayah kerja puskesmas mandiangin Bukittinggi tahun 2015.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Srinilasari (2008) di Kelurahan Lubuk Minturun Bukittinggi dimana dilaporkan tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita.
Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman.
Dari penelitian ini terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bermakna dari pada tidak didasari oleh pengetahuan.
Sering kita melihat dalam lingkungan masyarakat, yaitu kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan memiliki gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemberian bahan makanan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang (Suhardjo, 1996 ).
Tingkat pengetahuan seseorang berhubungan dengan latar pendidikannya. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. Peranan ibu dalam melindungi keadaan gizi anak adalah dengan meningkatkan pengetahuannya mengenai gizi. Sesuatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi adalah bahwa status gizi yang cukup merupakan hal penting bagi kesehatan dan kesejahteraan serta masa depan generasi masa depan. Oleh karena itu, gangguan gizi bias diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan gizi dalam upaya menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan gizi ibu adalah tingkat pengetahuan tentang bahan makanan yang berhubungan dengan sumber-sumber zat gizi, pengetahuan yang kurang tentang makanan sehat akan menimbulkan anggapan bahwa makanan yang sehat adalah makanan yang mahal dan sulit didapatkan. Tingkat pengetahuan ibu banyak menentukan sikap dan keterampilan dalam menghadapi berbagai masalah gizi karena memiliki peran besar dalam keluarga ; yang mengatur pangan keluarga, mengatur menu
keluarga, mengolah makanan keluarga, dan
mendistribusikan makanan. (Budiman, 2012)
Namun dalam penelitian ini, ditemukan adanya pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap status gizi anak balita. Depkes RI (2007) menjelaskan bahwa status gizi yang baik pada anak balita dipengaruhi oleh konsumasi zat gizi yang cukup, status kesehatan yang baik, ketersediaan pangan yang cukup dalam rumah tangga, pola asuh ibu yang baik dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
Masih adanya pengetahuan yang rendah tapi mempunyai status gizi batita yang baik menurut asumsi peneliti disebabkan oleh faktor konsumasi zat gizi yang cukup, status kesehatan yang baik, ketersediaan pangan yang cukup dalam rumah tangga, pola asuh ibu yang baik dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Lebih dari separoh responden sebesar 56,8 % ibu anak balita memiliki pengetahuan yang tinggi
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016
40
tentang variasi makanan pada balita di WilayahKerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2015
2. Lebih dari separoh responden 51,4 % anak balita memiliki status gizi baik di wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2015 3. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat
pengetahuan ibu tentang variasi makanan dengan status gizi anak balita di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2015 (p=0,002 dan OR=13,86)
SARAN
Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga pelaksana gizi di Puskesmas Mandiangin untuk terus melakukan penyuluhan gizi secara periodik baik di puskesmas maupun di posyandu-posyandu menggunakan leaflet, poster, dan alat-alat peraga lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2012. Indonesia Sehat 2015, Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Padang, 2007. Laporan Seksi Gizi, Padang
I Dewa Nyoman Supriasa, 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta : EGC
Irianto Aritonang, 2004. Majalah Kesehatan, Jakarta :
EGC Kartasapoetra, 2008. Ilmu Gizi, Jakarta : Rineka Cipta
Mardalis, 2008. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal), Jakarta : Bumi Aksara
Mien Karmini, 2007. Prevalanesi Gizi Kurang Di Dunia, http://www.google.com
Ninik Handayani, 2007. Berita Hot Ibu Bekerja dan Dampak Bagi Perkembangan Anak, http://www.google.com
RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2003. Penuntun Didik Anak, PT. Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta.
Soekidjo Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Sugeng Santoso, 2004. Kesehatan dan Gizi, Jakarta : Rineka Cipta
Sunita Almatsier, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Gramedia Putaka Utama
Suharsimi Arikunto, 2009. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta
Suharjo, 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi, Jakarta : Bumi Aksara
Sunita Almatsier, 2003. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, Jakarta : Rineka Cipta
Sjahmien. M, 2002. Ilmu Gizi, Jakarta : Bharata
Syaifuddin Azhar, 1995. Perilaku Sehat Manusia, Jakarta ; EGC
Tri Susanto, 2004. Dasar-Dasar Ilmu Pangan dan Gizi, Yogyakarta : Akademi Yogyakarta.
Yurnaldi, 2007. Prevalensi Gizi Kurang Di Sumatera Barat, http://www.google.com