• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perda No. 2 2008 Ttg Pengendalian Kawasan Keselamatan Dan Kebisingan Bandar Udara Supadio

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perda No. 2 2008 Ttg Pengendalian Kawasan Keselamatan Dan Kebisingan Bandar Udara Supadio"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN BARAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT

NOM

NOMOR 2 TAHUN 20OR 2 TAHUN 20 0808

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

NOMOR 2 TAHUN 2008 NOMOR 2 TAHUN 2008

TENTANG TENTANG

PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN DAN KAWASAN PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN DAN KAWASAN

KEBISINGAN BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK KEBISINGAN BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, M

Menimbang enimbang : : a. a. bahwa untuk membahwa untuk mem berikan keleluasberikan keleluasaan pesaan pesawat tawat t erbang erbang dalamdalam melakukan gerakannya baik di darat maupun di udara, dan menjamin melakukan gerakannya baik di darat maupun di udara, dan menjamin keselamatan penerbangan, diperlukan ruang bebas yang memadai agar keselamatan penerbangan, diperlukan ruang bebas yang memadai agar dicapai tingkat keselamatan penerbangan yang optima l dan dapat dicapai tingkat keselamatan penerbangan yang optima l dan dapat dipertanggungjawabkan;

dipertanggungjawabkan; b.

b. bahwa sbahwa suara bisuara bising dan ing dan getaran yang getaran yang ditdit imim bulkbulk an oan oleh mesin pesleh mesin pesawatawat terbang dapat mengganggu kenyamanan penduduk yang tinggal di terbang dapat mengganggu kenyamanan penduduk yang tinggal di kawasa

kawasan bandar n bandar udara;udara; c.

c. bahwa untbahwa unt uk mencapai suk mencapai sebagaebagaimim ana ana dimdim aksaksud dalam huruf a dan ud dalam huruf a dan b,b, perlu pengaturan dalam rangka pengendalian terhadap tumbuhan, perlu pengaturan dalam rangka pengendalian terhadap tumbuhan, pendirian bangunan dan berbagai kegiatan yang menggunakan ruang pendirian bangunan dan berbagai kegiatan yang menggunakan ruang udara ag

udara agar ar menjmenj amin amin keskeselamatan elamatan penerbangpenerbangan;an; d.

d. bahwa berdasbahwa berdasarkan arkan pertpert imim bangan bangan ssebagaimana ebagaimana dimdim aksaksud dalam ud dalam huruf a,huruf a, b, dan c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengendalian b, dan c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan Kawasan Kebisingan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan Kawasan Kebisingan Bandar Udara Supadio Pontianak.

Bandar Udara Supadio Pontianak.

M

Mengingat engingat : : 1. Undang-U1. Undang-Undang ndang Nomor Nomor 25 25 Tahun Tahun 1956 1956 tt entent ang ang PPembeembe ntnt ukan ukan DDaerah- aerah-Daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 65,

Nomor 65, Tambahan LembTambahan Lemb aran Negaaran Negara Rra Republepubl ik Indonesia Nomor 1106);ik Indonesia Nomor 1106); 2.

2. UndangUndang-Undang N-Undang Nomor omor 5 Tahun 1960 tent5 Tahun 1960 tent ang Pang Peraterat uran Dasuran Dasar Pokok-ar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lem

104, Tambahan Lem baran Negabaran Negara Republik ra Republik IndonesIndonesia Nomor ia Nomor 11061106););

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran

Lembaran NegNegara Republik ara Republik IndonesIndonesia Nomor ia Nomor 32093209);); 4.

4. UndangUndang-Undang -Undang Nomor 15 Tahun Nomor 15 Tahun 1992 1992 tt entent ang ang PPenerbangan (Lembaranenerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3481);

Negara Republik Indonesia Nomor 3481); 5.

5. UndangUndang-Undang Nomor -Undang Nomor 24 Tahun 1992 t24 Tahun 1992 t entent ang Pang Penatenat aan Raan Ruanguang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lemb

Tambahan Lemb aran Negara Raran Negara Republiepubli k Indonesia Nomor 3501);k Indonesia Nomor 3501); 6.

6. UndangUndang-Undang -Undang Nomor 23 Tahun 19Nomor 23 Tahun 1997 tent97 tent ang Pang Pengelolaan Lingkungengelolaan Lingkunganan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lemb

(2)
(3)

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 t ent ang Telekom unikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 124, Tambahan Lemb aran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lemb aran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 t ent ang Pembe nt ukan Perat uran Perundangan-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemer int ahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lemb aran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

11. Perat uran Pemeri nt ah Nomor 22 Tahun 1982 tent ang Tat a Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lemb aran Negara Republik Indonesia Nomor 3235);

12. Perat uran Pemeri nt ah Nomor 35 Tahun 1991 tent ang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);

13. Perat uran Pemeri nt ah Nomor 41 Tahun 1993 t ent ang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

14. Perat uran Pemeri nt ah Nomor 43 Tahun 1993 te nt ang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tam bahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor 3529);

15. Perat uran Pemer int ah Nomor 69 Tahun 1996 t ent ang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);

16. Perat uran Pemeri nt ah Nomor 47 Tahun 1997 t ent ang Rencana Tat a Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721);

17. Perat uran Pemer int ah Nomor 68 Tahun 1998 t ent ang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tamb ahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor 3776);

18.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

19. Peraturan Pemerint ah Nomor 10 Tahun 2000 t entang Tingkat Ketel it ian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

20. Perat uran Pemer int ah Nomor 53 Tahun 2000 t ent ang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108, Tamb ahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor 3981);

(4)
(5)

21. Perat uran Pemeri nt ah Nomor 3 Tahun 2001 t ent ang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075);

22. Perat uran Pemeri nt ah Nomor 70 Tahun 2001 tent ang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lemb aran Negara Republik Indonesia Nomor 4146);

23. Perat uran Pemeri nt ah Nomor 77 Tahun 2001 tent ang Irigasi (Lemb aran Negara Republi k Indonesia Tahun 2001 Nomor 143, Tamb ahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4156);

24. Perat uran Pemeri nt ah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemer int ahan Daerah Kabupat en/ Kot a (Lemb aran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);

25. Keput usan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tent ang Kawasan Indust ri; 26. Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan

Lindung;

27.Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri;

28. Keput usan Presiden Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Pengendali an Pencemar an Udara;

29. Perat uran Presiden Nomor 26 Tahun 2005 t ent ang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pemb angunan unt uk Kepent ingan Umum sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Presiden Nomor 65 Tahun 2006;

30. Keput usan Ment eri Perhubungan Nomor KM 58 Tahun 2004 t ent ang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Di Sekitar Bandar Udara Supadio Pontianak;

31. Perat uran Ment eri Perhubungan Nomor KM 16 Tahun 2005 tent ang Batas-Batas Kawasan Kebisingan di Sekitar Bandar Udara Supadio Pontianak; 32. Perat uran Daerah Nomor 4 Tahun 1986 tent ang Penyidik Pegawai Negeri

Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat I Kalimantan Barat (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Barat Tahun 1986 Nomor 60);

33. Perat uran Daerah Nomor 5 Tahun 2004 t ent ang Rencana Tat a Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat (Lembaran Daerah Provinsi Kalim antan Barat Nomor 9 Tahun 2004 Seri B Nomor 7);

34. Perat uran Daerah Nomor 2 Tahun 2005 t ent ang Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Lembaran Daerah Provinsi Kalim ant an Barat Tahun 2005 Nomor 2).

Dengan Perset uj uan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT dan

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT MEMUTUSKAN:

Menet apkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN DAN KAWASAN KEBISINGAN BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK.

(6)
(7)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Perat uran Daerah ini yang dim aksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Kalim ant an Barat .

2. Pemer int ah Daerah adalah Gubernur d an perangkat daerah sebagai unsur penyelen ggaraan pemerint ahan daerah.

3. Gubernur adalah Gubernur Kalim ant an Barat .

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut DPRD, adalah DPRD Provinsi Kalimant an Barat .

5. Bandar Udara adalah Bandar Udara Supadi o Pont ianak.

6. Penyel enggara Bandar Udara adal ah PT. (Persero) Angkasa Pura II.

7. Landas Pacu adalah suat u daerah persegi panj ang yang dit ent ukan pada Bandar Udara di darat yang dipergunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat udara.

8. Landas Pacu Inst rum en dengan Pendekat an Presisi Kate gori I adalah l andas pacu yang dilengkapi dengan Instrument Landing System (ILS) dan Alat Bantu Visual untuk mendaratkan pesawat udara dengan jarak pandang vertikal tidak lebih rendah dari 60 met er dan j arak pandang horizontal t idak kurang dari 800 met er.

9. Permukaan Utama Landas Pacu Instrumen adalah permukaan yang garis tengahnya berhimpit dengan sumbu landas pacu yang membentang sampai 60 meter di luar setiap ujung landas pacu dan lebarnya 482,5 meter, dengan ketinggian untuk setiap titik pada permukaan utama diperhitungkan sama dengan ketinggi an titik terdekat pada sumbu landas pacu.

10. Kawasan Keselam atan Operasi Penerbangan, selanj ut nya disebut KKOP, adalah t anah dan/  atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.

11. Pengendalian KKOP bandar udara adalah arahan kebijakan dan kriteria pemanfaatan ruang KKOP bandar udara yang mel iput i r adius 15.000 met er dari landas pacu.

12. Bangunan adalah suat u benda ber gerak maupun t idak ber gerak yang bersif at sement ara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami, antara lain gedung-gedung, menara, mesin derek, cerobong asap, gundukan tanah,  j ar i nga n t r an sm i si di at as t an ah dan buki t at au gu nung.

13. Kegiatan yang menggunakan ruang udara adalah kegiatan perseorangan maupun kelompok yang menggunakan peralatan yang dapat diterbangkan dengan tenaga sendiri atau angin atau mesin elektronis, antara lain permainan layang -layang, balon udara, parasut, paralayang, paralayang bermotor, layang gantung, layang gantung bermotor, pesawat udara ringan, aeromodeling, kembang api dan peralat an lainnya.

14. Daerah Lingkungan Kerj a Bandar Udara, yang selanj ut nya d isebut DLKR Bandar Udara, adalah w ilayah daratan dan/ atau per airan yang dipergunakan l angsung untuk kegiat an bandar udara.

15. Kawasan Kebisingan Bandar Udara yang selanj ut nya disebut KKB adalah kawasan t ert ent u di sekitar bandar udara yang terpengaruh gelombang suara mesin pesawat udara dan yang dapat menganggu li ngkungan.

16. Decibel atau A – Weighted Sound Level at au t ingkat kebisingan tert im bang A selanj ut nya disebut d B (A) adalah ti ngkat keb isingan maksimum yang dibaca pada skala A.

17. Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level atau tingkat kebisingan yang dapat diterima terus menerus ekivalen tertimbang selanjutnya disingkat WECPNL adalah satuan untuk menyusun frekuensi pesawat udara pada siang, malam hari dan dini hari, pada saat kebisingan lebih terasa berdasarkan pada jumlah kebisingan harian dan penyesuaian terhadap dampak psikologis.

18. Koordinat Geografis adalah posisi suatu t empat atau t it ik permukaan bum i yang dinyatakan dengan besaran lint ang dan buj ur dengan satuan deraj at, menit dan deti k yang mengacu t erhadap bi dang refer ensi World Geodeti c Syst em 1984 (WGS’ 84).

(8)
(9)

19. Penyidik an di bidang kebandarud araan adalah t indakan yang dil akukan oleh Penyidi k Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti-bukti dan membuat terang tentang tindak pidana di bidang kebandarudaraan yang terj adi serta m enemukan t ersangka.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Bagian Per t ama

Maksud Pasal 2

Maksud pengendalian KKOP dan KKB adalah unt uk mem beri kan dasar dalam m enet apkan j enis pemanfaatan ruang dan batas-batas kebisingan, ketentuan teknis serta dasar pengendalian penggunaan ruang.

Bagian Kedua Tujuan Pasal 3

Tuj uan pelaksanaan dan pengendalian pem anfaat an ruang KKOP dan KKB adalah:

a. Menj amin keamanan dan keselamat an pergerakan penerbangan/ pesawat udara di sekit ar bandar udara;

b. Menertibkan kawasan di sekitar bandar udara agar tidak mengganggu aktivitas operasi bandar udara;

c. Memberik an bat asan damp ak kebisingan yang dit im bulk an oleh pesawat udar a yang dapat mengganggu lingkungan.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 4

Ruang li ngkup Perat uran Daerah t ent ang Pengendal ian KKOP dan KKB me ncakup arahan kebijakan sebagai dasar pelaksanaan penggunaan ruang dan pengendalian penggunaan KKOP dan KKB.

BAB IV

KRITERIA DAN PENGGUNAAN KKOP Pasal 5

(1) KKOP meliputi daerah berbentuk lingkaran lonjong dengan jari-jari kurang lebih 15.000 met er di sekeliling bandar udara.

(2) KKOP sebagaimana dim aksud pada ayat (1) t erdi ri d ari: a. Daerah Lingkungan Kerj a (DLKR) Bandar Udara; b. Kawasan Pende kat an dan Lepas Landas;

c. Kawasan Kemungki nan Bahaya Kecelakaan;

d. Kawasan Di bawah Perm ukaan Horisontal Dalam ; e. Kawasan Di bawah Perm ukaan Horisont al Luar; f. Kawasan Di bawah Perm ukaan Kerucut ;

g. Kawasan Di baw ah Perm ukaan Transisi;

h. Kawasan Di sekit ar Penemp at an Alat Bant u Navigasi Penerbangan. Pasal 6

(1) DLKR Bandar Udara sebagaimana dim aksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a mel iput i w ilayah darat an dan/ at au perairan yang diper gunakan secara langsung unt uk kegiatan bandar udara.

(2) Penggunaan kawasan sebagaimana dim aksud pada ayat (1) dipe runt ukkan bagi f asili t as pokok dan fasilitas penunjang bandar udara.

(10)
(11)

Pasal 7

Fasilitas pokok dan fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) harus mem enuhi ket entuan keselamat an dan keamanan yang dit etapkan oleh penyelenggara bandar udara.

Pasal 8

(1) Kawasan Pendekat an dan Lepas Landas sebagaim ana di mak sud dal am Pasal 5 ayat (2) huruf b dit entukan sebagai berikut :

a. t epi dalam dari kawasan ini berimpi t dengan uj ung-uj ung Permukaan Utama, berj arak 60 meter dari uj ung landar pacu dengan lebar 487,5 met er;

b. kawasan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, m eluas ke luar secara terat ur, dengan garis tengah merupakan perpanjangan dari sumbu landas pacu, sampai lebar 4.987,5 met er pada jarak mendatar 15.000 met er dari uj ung Permukaan Ut ama;

c. bat as-bat as ket inggian dit ent ukan oleh kemir ingan 1,6 % (satu kom a enam persen) diukur dari ujung Permukaan Utama sampai jarak mendatar 15.000 m untuk batas-batas ketinggian pada kawasan yang berpotongan dengan Permukaan Horizontal Dalam, Permukaan Kerucut dan Permukaan Horizontal Luar ditentukan berdasarkan batasan ketinggian pada Permukaan Horizontal Dalam, Permukaan Kerucut dan Permukaan Horizontal Luar.

(2) Penggunaan kaw asan sebagaimana dim aksud pada ayat (1) pada daerah sej auh 3. 000 meter sampai dengan 15.000 meter dari ujung landas pacu adalah:

a. mengutamakan penggunaan ruang non hunian yang tidak menj adi habitat bur ung;

b. penggunaan ruang hunian maupun f asili t as sosial dan f asili t as umum yang sudah ada tetap diperkenankan sepanjang prosedur keselamatan operasi penerbangan terpenuhi. (3) Penggunaan kawasan pada daerah sej auh 3000 met er sampai dengan 15.000 met er dari

ujung landasan pacu untuk pembangunan instalasi berbahaya yang dapat meninbulkan dampak berlipat atau menambah f atalit as apabila terj adi kecelakaan penerbangan sepert i SPBU, pabrik kimia, jaringan listrik (SUTT ), ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

(4) Kawasan sebagaimana dim aksud pada ayat ( 1) dil arang digunakan untuk:

a. Pembangunan instalasi berbahaya yang dapat menim bulkan dampak berlipat atau menambah fatalitas apabila terjadi kecelakaan penerbangan seperti SPBU, pabrik kimia, jaringan listrik (SUTT) sampai dengan jarak 3000 meter dari ujung landasan pacu;

b. instalasi st rat egis sepert i menara komunikasi, saluran ult ra tegangan tinggi maupun saluran t egangan ekst ra t inggi;

c. peter nakan atau hunian habitat burung;

d. industr i yang meni mbul kan asap yang dapat m engganggu keselam at an penerbangan; e. kegiatan yang dapat m engganggu keselamat an operasi penerbangan sepert i perm ainan

layang-layang, balon udara, parasut, paralayang, paralayang bermotor, la yang gantung, layang gantung bermotor, pesawat udara sangat ringan, aeromodeling, kembang api dan peralatan yang dapat diterbangkan l ainnya serta pembakaran lahan yang dapat menimbulkan asap.

Pasal 9

(1) Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c merupakan sebagian Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas yang berbatasan langsung dengan ujung-ujung Permukaan Utama, ditentukan sebagai berikut:

a. t epi dalam dari kawasan ini berimpit dengan uj ung Permukaan Ut ama, dengan lebar 487,5 meter, dari tepi dalam kawasan ini meluas ke luar secara teratur, dengan garis tengahnya merupakan perpanjangan dari garis tengah landas pacu, sampai lebar 1.387,5 met er dan j arak mendatar 3.000 meter dari uj ung Permukaan Ut ama;

(12)
(13)

b. bat as-bat as ket inggian dite nt ukan oleh kemi ringan 2 % (dua persen) arah ke atas dan ke luar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang landas pacu sampai d engan keti nggian + 45 m di at as ambang landas pacu 15 Eksisting dan Pengembangan sepanjang jarak mendatar 3.000 m melalui perpanjangan sumbu landas pacu.

(2) Penggunaan kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan sampai j arak mend atar 1. 100 met er dari ujung landas pacu hanya untuk membangun bangunan atau fasilitas bandar udara dan benda tumbuh yang tidak membahayakan operasi penerbangan.

(3) Di lu ar j arak sebagaim ana dimaksud pada ayat (2) pe nggunaan kawasan adalah:

a. sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian lingkungan dan pertanian yang tidak mengundang burung;

b. kegiat an non hunian dan non sosial.

(4) Kawasan sebagaimana dim aksud pada ayat (1) dil arang digunakan untuk:

a. membangun bangunan yang dapat menambah tingkat f atalitas apabi la terjadi kecelakaan pener bangan sepert i SPBU, pabr ik ki mi a, j aringan listr ik ( SUTT);

b. pet ernakan dan at au habitat hunian burung;

c. pem bangunan instalasi st rat egis, sepert i menar a komuni kasi;

d. industr i yang meni mbul kan asap, dan dapat m enganggu keselamat an penerb angan; e. kegiatan yang dapat m enganggu keselam atan operasi penerb angan sepert i perm ainan

layang-layang, balon udara, parasut, paralayang, paralayang bermotor, la yang gantung, layang gantung bermotor, pesawat udara sangat ringan, aeromodeling, kembang api dan peralatan yang dapat diterbangkan l ainnya serta pembakaran lahan yang dapat menimbulkan asap.

Pasal 10

(1) Kawasan di Bawah Permukaan Hori zontal Dalam sebagaimana dim aksud dal am Pasal 5 ayat (2) huruf d dit entukan sebagai berikut :

a. kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan rad ius 4.000 meter dari titik tengah setiap ujung permukaan Utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan ini tidak termasuk Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas dan Kawasan Di Bawah Perm ukaan Tr ansisi;

b. bat as-bat as ket inggian dit ent ukan + 45 m di atas ket inggian ambang landas pacu 15 Eksist ing dan Pengem bangan.

(2) Penggunaan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk hunian dengan menyediakan jalur hijau.

(3) Kawasan sebagaimana dim aksud pada ayat ( 1) dil arang digunakan untuk:

a. industr i yang meni mbu lkan polusi udara / asap yang dapat menganggu keselam at an penerbangan;

b. pet ernakan dan atau habitat burung;

c. kegiatan yang dapat me nganggu keselam atan operasi penerbangan sepert i permainan layang-layang, balon udara, parasut, paralayang, paralayang bermotor, la yang gantung, layang gantung bermotor, pesawat udara sangat ringan, aeromodeling, kembang api dan peralatan yang dapat diterbangkan l ainnya serta pembakaran lahan yang dapat menimbulkan asap.

Pasal 11

(1) Kawasan Di Bawah Permukaan Horisontal Luar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e dit entukan sebagai berikut :

a. kawasan ini dit entukan oleh lingkaran dengan radius 15.000 met er dari t it ik t engah setiap ujung Permukaan Utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan ini tidak termasuk Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas dan Kawasan Di Bawah Permukaan Kerucut;

(14)
(15)

b. bat as-bat as ket inggian dit ent ukan + 150 m di atas ket inggian ambang landas pacu 15 Eksist ing dan Pengem bangan.

(2) Penggunaan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk hunian, fasilitas sosial, fasilitas umum maupun non hunian yang bukan merupakan habitat atau mendatangkan burung.

(3) Kawasan sebagaimana dim aksud pada ayat ( 1) dil arang digunakan untuk:

Kegiatan yang dapat menganggu keselamatan operasi penerbangan seperti permainan layang-layang, balon udara, parasut, paralayang, paralayang bermotor, layang gantung, layang gantung bermotor, pesawat udara sangat ringan, aeromodeling, kembang api dan peralatan yang dapat diterbangkan lainnya serta pembakaran lahan yang dapat menimbulkan asap.

Pasal 12

(1) Kawasan Di bawah Permuk aan Kerucut sebagaimana dim aksud dal am Pasal 5 ayat (2) huruf f dit etapkan sebagai berikut :

a. kawasan ini dit ent ukan mulai dari t epi luar Kawasan Di Bawah Perm ukaan Horisontal Dalam meluas ke luar dengan jarak mendatar 2.000 meter berbatasan dengan Kawasan Di baw ah Perm ukaan Horisont al Luar;

b. bat as-bat as ket inggian dit ent ukan oleh kemir ingan 5 % (li ma persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari tepi luar Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam pada ket inggian + 45 m sampai mem ot ong Perm ukaan Horizont al Luar pada ket inggian + 145 m di at as ketinggian amb ang landas pacu 15 Eksisting dan Pengembangan.

(2) Penggunaan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk hunian, fasilitas sosial dan fasilitas umum maupun non hunian yang bukan merupakan habitat atau mendatangkan burung.

(3) Kawasan sebagaimana dim aksud pada ayat ( 1) dil arang digunakan untuk:

a. industr i yang meni mb ulkan asap yang dapat menganggu keselam at an penerb angan; b. pet ernakan dan atau habitat burung;

c. kegiatan yang dapat me nganggu keselam atan operasi penerbangan sepert i permainan layang-layang, balon udara, parasut, paralayang, paralayang bermotor, la yang gantung, layang gantung bermotor, pesawat udara sangat ringan, aeromodeling, kembang api dan peralatan yang dapat diterbangkan l ainnya serta pembakaran lahan yang dapat menimbulkan asap.

Pasal 13

(1) Kawasan Di Bawah Permukaan Transisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf g ditent ukan sebagai berikut :

a. tepi dalam dari kawasan ini berimpit dengan sisi panjang Permukaan Utama, sisi kawasan Pendekat an dan Lepas Landas, kawasan ini m eluas ke luar sampai j arak mendatar 315 meter dari sisi panjang Permukaan Utama;

b. bat as-bat as ket inggian dit ent ukan oleh kemiri ngan 14,3 % (emp at bel as koma t iga persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari sisi panjang dan pada ketinggian yang sama seperti Permukaan Utama serta Permukaan Pendekatan dan Lepas Landas mener us sampai mem ot ong Perm ukaan Horizont al Dalam pada keti nggian + 45 m di atas ketinggian ambang landas pacu 15 Eksisting dan Pengembangan.

(2) Penggunaan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah hanya untuk fasilitas pokok dan fasilitas penunjang bandar udara.

Pasal 14

(1) Kawasan di Sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf h adalah kawasan bidang miring di sekitar alat bantu navigasi penerbangan, diukur kem iringan 2 deraj at d ari alat bant u navigasi t ersebut.

(2) Penggunaan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk hunian, fasilitas umum, fasilitas sosial, ketinggian bangunan kemiringan 2 derajat dari alat bantu navigasi penerbangan.

(16)
(17)

(3) Kawasan sebagaimana dim aksud pada ayat ( 1) dil arang digunakan untuk: a. fasilit as t elekomunikasi dan listrik t egangan tinggi;

b. bangunan yang t idak tem bus atau mem antulkan gelombang suara. BAB V

KRITERIA DAN PENGGUNAAN KAWASAN KEBISINGAN Pasal 15

(1) Kawasan keb isingan m erupakan kawasan t ert ent u di sekit ar b andar udar a yang terpengaruh gelombang suara mesin pesawat udara dan yang dapat mengganggu lingkungan.

(2) Tingkat keb isingan kawasan sekit ar Bandar Udara dit et apkan berdasarkan WECPNL. Pasal 16

(1) Kawasan kebisingan Tingkat 1 (satu) adal ah kawasan yang mem punyai i ndeks kebisingan 70 < WECPNL < 75 (lebi h besar atau sama dengan 70 dan lebi h kecil 75 ); berj arak ± 2.414 m s/ d ± 4.590 m ke arah Barat l andas pacu dan ± 1.606 m s/ d ± 4.080 m ke arah Timur landas pacu. Kawasan ini mempunyai tingkat gangguan terkecil akibat operasi pesawat udara pada siang dan malam hari .

(2) Penggunaan kawasan sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat dim anfaat kan unt uk berbagai j enis kegiat an dan/ atau bangunan, kecuali unt uk j enis kegiat an dan/ atau bangunan sekolah dan r umah sakit.

(3) Bangunan sekolah dan rumah sakit yang sudah ada dilengkapi dengan pemasangan insulasi suara sesuai dengan prosedur yang standar sehingga tingkat bising yang terjadi di dalam bangunan sesuai dengan per atu ran per undang-undangan yang berl aku.

Pasal 17

(1) Kawasan Kebisingan Tingkat 2 (dua) adal ah kawasan yang memp unyai i ndeks kebisingan 75 < WECPNL < 80 ( lebi h besar at au sama dengan 75 dan lebih kecil 80 ); ber j arak ± 1.067 m s/ d ± 2.414 m ke arah Barat landas pacu dan ± 536 m s/ d ± 1.605 m ke arah Timu r landas pacu. Kawasan ini mempunyai tingkat gangguan lebih besar dibandingkan Kawasan Kebisingan Tingkat 1 sebagaimana di maksud dalam Pasal 16 ayat (1).

(2) Penggunaan kawasan sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat dim anfaat kan unt uk berbagai j enis kegiat an dan/ atau bangunan kecuali unt uk j enis kegiat an dan/ atau banguan sekolah, rum ah sakit dan t empat t inggal.

(3) Bangunan sekolah, rum ah sakit dan t empat t inggal yang sudah ada dil engkapi dengan pemasangan insulasi suara sesuai dengan prosedur yang standar sehingga tingkat bising yang terjadi di dalam bangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 18

(1) Kawasan Kebisingan Tingkat 3 (tiga) adalah kawasan yang mempunyai indeks kebisingan WECPNL > 80 ( lebi h besar at au sama dengan 80 ); ber j arak ± 1.067 m ke ar ah Barat landas pacu dan ± 536 m ke arah Timur l andas pacu. Kawasan ini mem punyai t ingkat gangguan terb esar akibat operasi pesawat udara pada siang dan mal am hari .

(2) Penggunaan kawasan sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat dim anfaat kan unt uk membangun bangunan dan fasilitas bandar udara yang dilengkapi dengan pemasangan insulasi suara sesuai dengan prosedur yang standar sehingga tingkat bising yang terjadi di dalam bangunan seusai dengan perat uran per undang-undangan yang berlaku.

(3) Selain penggunaan sebagaimana d im aksud pada ayat (2), t anah dan r uang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 3, dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian lingkungan dan pertanian yang tidak mengundang burung.

BAB VI

PENGENDALIAN PENGGUNAAN KKOP DAN KKB Pasal 19

(18)
(19)

a. Perijinan; b. Pengawasan; c. Penertiban.

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, Bupat i/ Walikot a set empat dan Penyelenggara Bandar Udara berdasarkan kewenangannya sesuai dengan perat uran per undangan-undangan yang berlaku.

(3) Pengendalian t ekni s penggunaan KKOP dan KKB harus di j abark an d alam RT RW Kabupaten/ Kota.

Pasal 20

Perijinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Bupati/  Walikota setempat dengan terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah dan Penyelenggara Bandar Udara untuk mendapat kajian teknis.

Pasal 21

Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b dilaksanakan secara t erpadu antara Pemerint ah Daerah, Bupati/ Walikot a set empat , Penyelenggara Bandar Udara, Camat , Kepala Desa, Lurah, Perangkat Desa, i nst ansi/ Satuan Kerj a Perangkat Daerah berwenang lainnya dan masyarakat sekitar bandar udara.

Pasal 22

(1) Penertiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf c dilakukan berdasarkan laporan per kemb angan pemanfaat an ruang hasil pen gawasan.

(2) Penert iban sebagaim ana di maksud pada ayat (1) d ilakuk an ol eh Pemer int ah Kabupaten/ Kota m elalui aparat yang diberi wew enang dalam hal penert iban pelanggaran penggunaan ruang.

(3) Bentuk penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa pemberian sanksi yang terdiri dari sanksi administratif dan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB VII

HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 23

Hak dan Kewaj iban meliput i:

a. Hak dan kewaj iban masyarakat ;

b. Hak dan kew aj iban penyelenggara bandar udara; c. Hak dan kewaj iban pemerint ah daerah;

d . Hak d an k ewaj ib an pe me ri nt ah kab up at en / k ot a. Pasal 24

Hak dan kewajiban masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a terdiri dari : a. Hak masyarakat , meli puti :

1. berper an sert a dalam proses perencanaan t at a ruang, pemanf aatan dan pengendalian pemanfaatan ruang;

2. menget ahui secara ter buka isi ket ent uan pengunaan ruang dan pengendalian pe nggunaan KKOP dan KKB;

3. menikm ati m anfaat ruang dan/ atau pert ambahan nilai ruang sebagai akibat dari penggunaan ruang;

4. hak masyarakat sebagaimana dim aksud angka 1, 2 dan 3 t idak t erm asuk unt uk DLKR bandar udara.

b. Kewaj iban masyarakat , meliput i:

(20)
(21)

2. berlaku tertib dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan r uang, dan pengendalian pem anfaatan ruang;

3. mentaati dan melaksanakan ketentuan penggunaan KKOP dan KKB yang telah d it et ap k an .

Pasal 25

Hak dan kew aj iban Penyelenggara Bandar Udara sebagaimana dim aksud d alam Pasal 23 hur uf b te rd i ri da ri :

a. Hak Penyelenggara Bandar Udara, mel iput i:

1. berperan serta dalam proses perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian penggunaan ruang pada KKOP dan KKB;

2. menget ahui secara ter buka isi ket ent uan penggunaan ruang KKOP dan KKB; 3. mengaj ukan keberat an ter hadap penggunaan ruang dalam KKOP dan KKB. b. Kewaj iban Penyelenggara Bandar Udara, mel iput i:

1. berperan sert a dalam mewuj udkan dan mem elihara keselamat an dan keamanan KKOP dan KKB;

2. berperan serta dan berkontribusi pada proses pembangunan dan pemeliharaan inf rast rukt ur dasar yang ada d i DLKR Bandar Udara;

3. berper an sert a dalam pengembangan dan pemb erdayaan masyarakat pada KKOP dan KKB;

4. ikut sert a dalam proses penat aan ruang berkai t an dengan KKOP dan KKB; 5. menaat i ket ent uan penggunaan KKOP dan KKB.

Pasal 26

Hak dan kewajiban Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c terdiri dari:

a. Hak Pemerint ah Daerah, meli puti :

1. ber per an sert a dalam pr oses penat aan ruang pada KKOP dan KKB yang dilak sanakan oleh Pemerint ah Kabupaten/ Kota;

2. mend apatk an manf aat keberadaan Bandar Udara berdasarkan perat uran perundangan-undangan yang berl aku;

3. mengajukan keberatan terhadap pemanfatan ruang yang dilaksanakan oleh pemerint ah Kabupat en/ Kot a dalam KKOP dan KKB.

b. Kewaj iban Pemerint ah Daerah, melip uti :

1. berper ansert a dalam m ewuj udkan dan mem eli hara kualit as KKOP dan KKB; 2. ikut sert a dalam proses penat aan ruang berkait an dengan KKOP dan KKB;

3. menaat i ket ent uan pelaksanaan dan pengendalian pemanf aatan ruang KKOP dan KKB; 4. me laksanakan pengaw asan penggunaan ruang pada KKOP dan KKB sesuai mekan isme

yang berlaku.

Pasal 27

Hak dan kewaj iban Pemer int ah Kabupat en/ Kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf d te rd i ri da ri :

a. Hak Pemerint ah Kabupaten/ Kota, melip uti :

1. menet apkan j enis penggunaan lahan maupun pem anfaat an ruang pada KKOP dan KKB; 2. mel aksanakan pengawasan, evaluasi dan penert iban pem anfaat an ruang pada KKOP

dan KKB sesuai dengan ket ent uan yang telah d it et apkan;

3. mend apatk an manf aat keberadaan Bandar Udara berdasarkan perat uran perundangan-undangan yang berl aku;

(22)
(23)

4. mem fasilit asi dan menyel esaikan set iap konfli k pelaksanaan dan pem anfaat an ruang KKOP dan KKB sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam peraturan perundangan-undangan yang berl aku.

b . Ke wa ji ba n Pe me ri nt ah Ka bup at en / Ko ta , m el ip u ti :

1. menyusun rencana yang lebi h rinci sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3); 2. berper an sert a dalam mew uj udkan dan mem eli hara kualit as KKOP dan KKB;

3. menaat i ket ent uan pelaksanaan dan pengendalian pemanf aatan ruang KKOP dan KKB yang t elah ditet apkan;

4. mel aksanakan pengendalian pem anfaat an ruang pada KKOP dan KKB. Pasal 28

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat, Penyelenggara Bandar Udara, Pemerintah Daerah dan Pemerint ah Kabupaten/ Kota dalam penat aan ruang dilaksanakan dengan m emat uhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruan g yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kaidah dan at uran pem anfaat an ruang yang dipr akt ekkan masyarakat secara t urun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan fa ktor-faktor keselamatan penerbangan, keselamatan masyarakat, daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 29

Sanksi administrasi dikenakan atas pelanggaran ketentuan pelaksanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang KKOP dan KKB berupa pencabutan ijin dan pembongkaran bangunan d an/ a ta u be nd a t u mb uh .

BAB IX

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 30

(1) Penyidikan dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang kebandarudar aan sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidi k sebagaimana dim aksud pada ayat (1) adalah:

a. menerim a, mencari, mengumpulkan dan menelit i keterangan at au laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang kebandarudaraan khususnya KKOP dan KKB agar keterangan at au laporan tersebut menj adi lebih lengkap dan jelas;

b. menelit i, m encari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bid ang keb andar udar aan khu susnya KKOP dan KKB;

c. mem int a keterangan atau barang bukti , dari p ribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang kebandarudaraan khususnya KKOP dan KKB;

d. memer iksa buku-buku, catat an-cat atan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang kebandarudaraan khususnya KKOP dan KKB;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti , pembukuan, catat an dan dokumen-dokumen lain sert a melakukan penyitaan terhadap barang bukt i t ersebut; f. memi nt a bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pid ana di bi dang keb andar udar aan khu susnya KKOP dan KKB;

g. menyur uh berhent i dan at au mel arang seseorang meni nggalkan ruangan at au t empat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokum en yang dibaw a sebagaimana dim aksud pada huruf e;

h. memot ret seseorang yang berkaitan dengan t indak pidana di bidang kebandarudaraan khususnya KKOP dan KKB;

(24)
(25)

i. mem anggil orang unt uk didengar ket erangan dan diper iksa sebagai t ersangka atau saksi;

 j . m engh ent i kan penyi di kan ;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelanca ran penyidikan tindak pidana di bi dang ke bandar udar aan khu susnya KKOP dan KKB.

(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum m elalui Penyidik, Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA Pasal 31

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 8 ayat (3), Pasal 9 ayat (4), Pasal 10 ayat (3), Pasal 11 ayat (3), Pasal 12 ayat (3), Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lim a puluh j ut a rupiah).

(2) Tindak pid ana sebagaimana dim aksud pada ayat ( 1) adalah pelanggaran. BAB XI

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 32

Ketentuan penggunaan ruang KKOP dan KKB ini digunakan sebagai pedoman bagi:

a. perum usan kebij akan pokok penggunaan ruang di wil ayah Kabupat en/ Kota sekit ar Bandar Udara secara adil dan m erat a;

b. mew uj udkan keterp aduan, ket erkait an, penataan ruang pada KKOP dan KKB;

c. pengarahan kepada pemeri nt ah dalam menet apkan penggunaan lahan sekit ar KKOP dan KKB;

d. acuan penataan ruang wil ayah Kabupaten/ Kota. Pasal 33

(1) Terhadap bangunan yang berupa benda tidak bergerak yang sifatnya sementara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami dalam KKOP, sebelum diterbitkannya Peraturan Daerah ini antara lain gedung-gedung, menara, cerobong asap, gundukan tanah, jaringan transmisi, bukit dan gunung yang sekarang ini menjadi penghalang (obstacle) tetap diperkenankan s epanjang prosedur keselamatan operasi penerbangan terpenuhi.

(2) Bangunan sekolah dan rumah sakit yang sudah ada dalam KKB tingkat 1 dan tingkat 2 dilengkapi dengan pemasangan insulasi suara sesuai dengan prosedur yang standar sehingga tingkat bising yang terjadi di dalam bangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berl aku.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 34

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua rencana tata ruang wilayah, daerah, dan sektoral yang berkaitan dengan penataan ruang tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 35

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaan penataan ruang pada KKOP dan KKB sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana tat a Ruang Wilayah Provinsi, dit et apkan dengan Perat uran Gubernur.

(26)
(27)

Pasal 36

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Daerah Provinsi Kalim ant an Barat .

Dit etapkan di Pontianak pada t anggal 9 Juni 2008

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Tt d

CORNELIS

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Kalim ant an Barat Nomor 2 Tahun 2008 Tanggal 10 Juni 2008

Sekretaris Daerah Propinsi Kalimantan Barat

Tt d SYAKIRMAN

(28)
(29)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008

TENTANG

PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN DAN KAWASAN KEBISINGAN BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK

PENJELASAN UMUM

Transportasi udara mempunyai peranan yang penting dalam mendukung pembangunan sekt or ekonomi dan pariw isat a. Penyelenggaraan t ransport asi udara yang selam at, am an, lancar dan efisien perlu ditunjang oleh sub sistem airline dengan berbagai aspeknya, sub sistem bandar udara dengan berbagai sarana dan prasarananya dan sub sistem keselamatan penerbangan dengan pengelolaan ruang udara yang bebas dari segala gangguan dan dit unj ang oleh sumber daya manusia yang berkual it as sesuai dengan st andar int ernasional.

Bandar Udara Supadio Pont ianak sebagai salah sat u sub sist em t ransport asi udara har us dapat menj amin keamanan dan keselamatan penerbangan di sekit ar bandar udara. Oleh karena itu Bandar Udara Supadio Pontianak harus memenuhi persyaratan teknis yang telah dit ent ukan secara inter nasional. Salah sat u persyarat an t eknis dim aksud adalah kawasan di sekitar bandar udara harus bebas dari penghalang tetap maupun bergerak.

Untuk menjamin keselamatan operasi penerbangan dan keselamatan masyarakat khususnya yang tinggal dan atau beraktivitas di sekitar Bandar Udara Supadio Pontianak telah ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 58 Tahun 2004 tentang Kawasan Keselam atan Operasi Penerbangan di sekit ar Bandar Udara Supadio Pont ianak.

Pengoperasian bandar udara di sisi lain memberikan dampak kebisingan bagi masyarakat yang berada di sekitar bandar udara. Karena itu dalam rangka keselamatan masyarakat t erhadap bahaya suara mesin pesawat yang dapat m engganggu pendengaran m aka ditetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 16 Tahun 2005 tentang Batas-batas Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Supadio Pontianak sehingga masyarakat mengetahui daerah-daerah mana yang mempunyai tingka t gangguan terkecil dan terbesar akibat operasi pesawat udara pada siang dan malam hari dan diharapkan dapat menghindarinya at au mel akukan pengamanan t erhadap bahaya t ersebut.

Untuk mencapai tujuan keselamatan dan keamanan pene rbangan serta perlindungan masyarakat di sekitar bandar udara tersebut di atas perlu pengaturan dalam rangka pengendalian t erhadap benda-benda t umbuh, pendirian bangunan dan berbagai aktivit as yang menggunakan ruang udara dengan suat u Peratur an Daerah.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup j elas. Pasal 2 : Cukup j elas. Pasal 3 : Cukup j elas. Pasal 4 : Cukup j elas. Pasal 5

Ayat (1) : Batas-batas KKOP dit ent ukan berdasarkan persyaratan perm ukaan batas penghalang untuk landas pacu dengan Pendekatan Presisi Kategori I Nomor kode 4 sesuai Annex 14 ICAO Konvensi Chicago Tahun 1944 dan dinyatakan dalam Sistem Koordinat Bandar Udara yang posisinya ditent ukan terhadap tit ik-t it ik referensi sebagai berikut:

(30)
(31)

a. Titi k referensi bandar udara t erlet ak pada koordinat geografis 00º 08' 52,632" LS

109º 24' 14,628" BT

b. Titi k referensi sist em koordinat bandar udara (perpotongan sumbu X dan sumbu Y) terletak pada ujung landas pacu 15 Eksisting dan Pengembangan dengan koordi nat geograf is

00º 08' 31, 084" LS 109º 24' 14, 628" BT

atau koor dinat bandar udara : X = + 20.000 m Y = + 20.000 m

sumbu X berhimpit dengan sumbu landas pacu dengan arah 147º 17' 23,5" geografis, sumbu Y melalui ujung landas pacu 15 eksisting dan Pengembangan dan tegak lurus pada sum bu X.

Ayat (2) : Cukup j elas. Pasal 6 : Cukup j elas. Pasal 7

Ayat (1) : Cukup j elas.

Ayat (2) : Fasilit as pokok bandar udara meli puti :

a. fasilit as sisi udara (airside facilit y), antara lain: 1) land asan pacu;

2) penghubung landasan pacu (t axiw ay); 3) t empat parkir pesawat udara (apron); 4) runway st rip;

5) fasilitas pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran ( PKP – PK )

6) marka dan rambu.

b. fasilit as sisi darat (landslif e facilit y), antara lain: 1) bangunan t erminal penumpang;

2) bangunan t erm inal kargo; 3) bangunan oper asi;

4) menar a pengawas lalu li nt as udara ( ATC t ower ); 5) bangunan VIP;

6) bangunan met eorologi; 7) bangu nan SAR;

8) j alan masuk (acces road);

9) depo pengisian bahan bakar pesawat udara; 10) bangunan admini st rasi/ perkantoran;

11) marka dan rambu.

c. fasilit as navigasi penerb angan, ant ara lain: 1) Non Direct ional Beacon (NDB);

2) Doppl er VHF Omn i Range (DVOR); 3) Dist ance Measuri ng Equi pm ent (DME); 4) Runw ay Visual Range (RVR);

5) Inst rum ent Landing System (ILS); 6) Radio Detec t ion and Ranging (RADAR);

7) Very High Frequen cy – Direct ion Finder (VHF-DF); 8) Diff ere nt ial Glob al Posit ioni ng System (DGPS); 9) Autom at ic Dependent Surveil lance (ADS); 10) Sat elit e Navigation Syst em;

11) Aerodrome Surface Detection Equipment; 12) Very High Frequency Omnidir ect ional Range.

(32)
(33)

d. fasilit as alat bantu pendaratan visual antara lain: 1) marka dan rambu;

2) runway lighti ng; 3) t axiway lighting; 4) t hreshold lighti ng; 5) runway end lighting; 6) apron lighting;

7) Precision Approach Pat h Indicator ( PAPI)/ Visual Approach Slope Indicator (VASI);

8) Rot at ing beacon;

9) Apron area fl ood/ apron fl ood light; 10) Approach Lighting Syst em;

11) Indicat or and Signallin g Device; 12) Circl ing Guidance Light ;

13) Seque nce Flashing Li ght ;

14) Runway Lead in Lighting System; 15) Runway Guard Light ;

16) Road Holdi ng Posit ion Light;

17) Aircraf t Docking Guidance Syst em.

e. fasilit as komuni kasi penerbangan antar a lain:

1) komunikasi antar stasiun penerbangan (Aeronautical Fixed Servi ce/ AFS):

a) Very High Frequency (VHF) Air Ground Comm unicat ion; b) Aut om at ic Message Sw it chin g Cent er (AMSC);

c) Aeronautical Fixed Telecomm unicat ion Netw ork (TELEX/ AFTN); d) High Fre qu en cy – Sin gl e Sid e Band ( HF–SSB);

e) Direct Speech; f ) T el ep ri n te r.

2) peralatan komunikasi lalu lintas penerbangan (Aeronautical Mobile Servi ce/ AMS ):

a) High Frequency Air Ground Comm unicat ion; b) Very High Frequency Air Ground Comm unicat ion; c) Voice Swi t ching Comm unicat ion Syst em;

d) Controll er Pilot Dat a Link Communicat ion; e) Very High Frequency Digit al Link;

f) Integrat ed Remot e Cont rol and Monit oring Syst em; g) Aerodrome Terminal Informat ion Syst em.

3) tranmisi: a) radio link; b) VSAT.

Fasilitas penunjang bandar udara yang meliputi antara lain : a . p en gi nap an / h ot el ;

b. penyediaan t oko dan rest oran;

c. fasilit as penempat an kendaraan bermot or;

d. fasilit as perawatan pada umumnya (ant ara lain per awatan gedung/ perkantoran, peralatan operasional);

e. fasilit as pergudangan;

f. fasilit as perbengkelan pesawat udara; g. fasilit as hanggar;

h. fasilit as pengelolaan lim bah;

i. fasilitas lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak langsung kegiatan bandar ud ara.

(34)
(35)

Pasal 8

Huruf a : Cukup j elas. Huruf b : Cukup j elas.

Huruf c : Batas-batas ket inggian bangunan dan benda t umb uh unt uk kawasan ditetapkan atas dasar :

1) persyaratan Permukaan Batas Penghalang untuk Landas Pacu Inst rum en Pendekatan Presisi Kat egori I dan Nomor Kode 4;

2) ketinggian semua titik ditentukan terhadap ketin ggian ambang landas pacu 15 Eksisting d an Pengemb angan sebagai t it ik ref erensi sistem ketinggian bandar udara yaitu titik 0,00 m y ang keti nggiannya + 2,52 m di at as permukaan air laut rata-rata (MSL);

Pasal 9 : Cukup j elas. Pasal 10 : Cukup j elas. Pasal 11 : Cukup j elas. Pasal 12 : Cukup j elas. Pasal 13 : Cukup j elas. Pasal 14

Ayat (1) : Alat Bant u Navigasi Penerbangan yang t ersedia dalam penyelenggaraan operasi penerbangan di Bandar Udara Supadio Pontianak ter diri dari:

a. Non Direct ional Beacon (NDB);

b. Doppler Very High Frequency Omni Range (DVOR)/ Distance Measuri ng Equi pm ent (DME);

c. Inst rum ent Landing Syst em (ILS) yang t erdi ri dari Localizer, Glide Path, Outer Marker dan Middle Marker;

d. Radar;

e. Approach Lightin g Syst em.

Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan tersebut ditentukan sebagai berikut :

a. Non Direct ional Beacon (NDB) terl et ak pada koordi nat geograf is: 00º 08' 33,078" LS

109º 24' 18,072" BT

b. Very High Omni Range (VOR)/ Dist ance Measuring Equi pm ent ( DME) t erlet ak pada koordinat geografis:

00º 04' 44,790" LS 109º 22' 29,724" BT

c. Inst rum ent Landing Syst em (ILS)

1) Localizer t erlet ak pada koordinat geografis 00º 09' 44,040" LS

109º 24' 30,810" BT

dengan ukuran nominal 600 m x 220 m 2) Glide Path terl etak pada koordinat geografis

00º 08' 36,546" LS 109º 24' 07,524" BT

dengan ukuran nomi nal 600 m x 200 m

3) Middle Marker terlet ak pada koordinat geografis 00º 08' 0,240" LS

109º 23' 48,798" BT

dengan ukuran nominal 10 m x 10 m

4) Out er Marker terlet ak pada koordinat geografis 00º 04' 40,482" LS

109º 22' 29,676" BT

(36)
(37)

d. Radar t erlet ak pada koordinat geografis 00º 07' 53,310" LS

109º 24' 33,438" BT

dengan ukuran nomi nal 100 m x 100 m

e. Approach Light ing Syst em dengan ukuran nomi nal lokasi 1.000 m x 60 m dengan persyaratan lahan di sebelah kanan dan kiri Approach Light sebesar 120 m dari as landas pacu harus rata serta bebas benda tumbuh.

Pasal 15 : Cukup j elas. Pasal 16 : Cukup j elas. Pasal 17 : Cukup j elas. Pasal 18 : Cukup j elas. Pasal 19 : Cukup j elas.

Pasal 20 : Kaj ian t eknis ant ara lain me nyangkut bat as-bat as ket inggian bangunan dan benda t umbu h pada KKOP.

Pasal 21 : Peran sert a masyarakat ant ara lain mel aporkan kepada aparat berwenang apabila menjumpai pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini .

Pasal 22 : Cukup j elas. Pasal 23 : Cukup j elas. Pasal 24 : Cukup j elas. Pasal 25 : Cukup j elas. Pasal 26 : Cukup j elas. Pasal 27 : Cukup j elas. Pasal 28 : Cukup j elas. Pasal 29 : Cukup j elas. Pasal 30 : Cukup j elas. Pasal 31 : Cukup j elas. Pasal 32 : Cukup j elas. Pasal 33 : Cukup j elas. Pasal 34 : Cukup j elas. Pasal 35 : Cukup j elas. Pasal 36 : Cukup j elas.

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sugiyono (2010) metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme , digunakan untuk meneliti pada populasi

dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Principal Operation Inspector (POI), Principal Maintenance Inspector (PMI)

apabila surat suara cadangan atau surat suara yang belum digunakan di TPS untuk Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada huruf a

kontradiktif tentang berjalan di depan orang salat dalam Sunan Abi@ Da&gt;wud no. Sedangkan metode yang digunakan deskriptif guna untuk. melukiskan fakta dan data yang ada.

Unjuk kerja Unjuk kerja Unjuk kerja Tes identifikasi Uji prosedur Tes identifikasi  tunjukkanlah salah satu dari berbagai ragam piranti lunak yang termasuk dalam kelompok pengolah

Berapa selisih antara kendaraan roda empat yang melaju ke arah kiri dengan ke arah kanan.. Apakah perempatan yang kalian amati perlu diberi lampu

Adapun kegunaan dari masing-masing bahan tersebut antara lain; yang  pertama yaitu paraffin digunakan sebagai bahan bakar untuk lilin agar mudah terbakar, lalu asam stearat,

Variabel bebas lainnya seperti biaya produksi, luas lahan sawah yang dikelola, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani padi dan dummy agroekosistem 2 tidak