• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONSUMSI ASAM LEMAK DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN DI KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG TAHUN 2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KONSUMSI ASAM LEMAK DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN DI KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG TAHUN 2009."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI ASAM LEMAK DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN DI KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG TAHUN 2009

Delmi Sulastri*Fivi Melva Diana*Azrimaidaliza*Danny ABSTRAK

Latin America and Developing countries 15-30% of natural child less age nutrition 0 until 4 year in the year 2005. In Indonesia, Yogyakarta (15, 1%) and the highest of Gorontalo (46, 11%),In West Sumatra ugly nutrient that is (30, 4%). Padang 2,2% children under five with ugly nutrient. One of the district in Padang having number of children under five with status of nutrient highest good is district of Nanggalo. Target of research the knowing of distribution development, consume omega 3, consume omega 6, consume omega 9, consume EPA, Consume DHA, AA, and the knowing of relation consume omega 3,omega 6 and omega 9, EPA, AA, DHA with development of age child 2 – 5 year pursuant to gender of children under five, pattern take care of, education of economic status and mother and knowing the dominant factor for development children. Design this research is cross sectional, location is in District of Nanggalo Padang. Sampel counted 210 people of children under five which have fulfilled criterion of inclusive research. This Research instrument is record food form and of KPSP (Growth pre-screening kuisioner). Result of research of natural responder of development of child is (54.8 %), Omega consumption 3 is (1,78 gr/day), Omega consumption 6 is (0,14 gr/day), Omega consumption 9 is (4,87 gr/day), Consumption of EPA is (0,11 gr/day), Consumption of DHA is (0,34 gr/day), Consumption of AA is (0,06 gr/day). There isn’t significant between fatty acid consumtion with development children p > 0,05.

Pendahuluan

Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia (WHO/ World Health Organization) menunjukkan kesehatan masyarakat Indonesia terendah di Asean yaitu peringkat ke–142 dari 170 negara. Di Amerika latin, negara maju, Asia, negara berkembang dan Afrika diketahui persentase anak yang mengalami kurang gizi usia 0 sampai 4 tahun pada tahun 2005 yaitu Amerika latin dan negara berkembang (5%), Afrika dan negara berkembang (15-30%) sedangkan Asia hampir sama dengan Afrika. (Gaoway, R, 2006)

(2)

Hasil pemantauan status gizi (PSG) kota Padang tahun 2007, menunjukkan bahwa di Padang 2,2% balita dengan gizi buruk, 14% balita gizi kurang dan 82,5% balita gizi baik (indikator BB/U), 10 % balita sangat pendek, 16,2% balita pendek dan 73,7% balita normal (indikator TB/U), 1,5% balita sangat kurus,7,4% balita kurus dan 85,2 % balita normal (indikator BB/TB). ( DKK, 2007 )

Kekurangan gizi ini dapat berdampak pada meningkatnya angka kematian balita, berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut UNICEF (1998) kurang gizi pada anak dapat menyebabkan menurunnya perkembangan fisik, kecerdasan, mental, kemampuan interaksi anak dengan lingkungan pengasuhnya. Hasil penelitian Husaini (2003) menunjukkan bahwa anak dengan status gizi buruk cenderung lebih banyak terhambat perkembangan motorik kasarnya (25%) dan 8 kali lebih basar kemungkinan terlambat perkembangan motorik kasarnya dibandingkan anak yang berstatus gizi normal. Hal yang sama dinyatakan dalam hasil penelitian Ferdiyana (2003), semakin rendah status gizi anak maka semakin tinggi keterlambatan perkembangannya. (Husaini,2006).

Menurut Maharmajono, dkk, (1996) gizi yang optimal dan seimbang sangat diperlukan untuk perkembangan susunan syaraf. Perkembangan otak yang terganggu dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan serta kualitas SDM. Selanjutnya Winarno (1995) Masa pertumbuhan bayi merupakan masa yang sangat peka atas pengaruh kurang gizi yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan otak dan gangguan pertumbuhan intelegensia. SDM ( Sumber Daya Manusia ) yang memiliki fisik yang tangguh,mental yang kuat dan kesehatan yang prima menentukan keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa. Hal yang menjadi perhatian utama dalam peningkatan SDM adalah mempersiapkan generasi muda melalui pembinaan sejak dini yaitu upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai usia lima tahun pertama kehidupannya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat meningkatkan kualitas hidup anak agar dapat tercapainya tumbuh kembang yang optimal. (Jalal,F,2000).

(3)

Asam lemak itu terdiri dari asam lemak esensial ( omega 3, omega 6, EPA, DHA, AA) dan asam lemak non esensial ( omega 9 ).Omega 3 berperan sebagai asam lemak otak. Omega 9 membantu pembentukan selaput myelin otak anak. Asam lemak merupakan zat gizi yang harus terpenuhi kebutuhannya. Asam lemak yang sangat dibutuhkan oleh jaringan tubuh terutama adalah asam lemak yang esensial. Asam lemak yang esensial adalah asam lemak yang tidak dapat dibuat didalam tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan, terdiri dari asam linoleat, linulenat dan arakidonat. (Almatsier,S, 2006). Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak. Yang termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah: omega 3,EPA (eikosapentaenoat),DHA (dokosaheksaenoat ) dan omega 6, AA(Arachidonic Acid) serta omega 9. DHA dan AA adalah Asam lemak esensial terutama sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan normal janin dan bayi, juga untuk perkembangan otak dan penglihatan. (Soetomo, 2008).

Bayi sampai anak usia 5 tahun (balita) dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar–dasar kepribadian juga dibentuk pada masa balita ini. Tiga tahun pertama masa kehidupan anak merupakan masa paling rawan sebab gangguan yang terjadi pada masa ini dapat menyebabkan efek yang menetap. Usia 0 – 2 tahun adalah periode emas sebab dalam periode ini terjadi perkembangan saraf otak tercepat khususnya mielinisasi. Berdasarkan penelitian para ahli kecepatan pertumbuhan otak manusia mencapai puncaknya 2 kali yaitu pada masa janin di usia kehamilan minggu ke 15 – 20 dan usia kehamilan minggu ke 30 sampai bayi berusia 18 bulan. (Soetomo,2008)

(4)

sebab perkembangan itu berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu sedangkan pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik. Salah satu instrumen deteksi dini dalam perkembangan anak usia 0 sampai 6 tahun adalah Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). KPSP ini berguna untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Instrumen KPSP ini dapat dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan dasar. Formulir KPSP terdiri dari 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan anak yang telah dicapai anak, yang terdiri dari gerak kasar, gerak halus, sosialisasi dan kemandirian serta berbicara dan berbahasa. Interpresasi hasil KPSP berdasarkan jumlah jawaban “Ya” sebanyak 9 atau 10 yang berarti perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban “Ya” sebanyak 7 atau 8 perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban “Ya” sebanyak 6 atau kurang. Kemungkinan ada penyimpangan (P). untuk jawaban “Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak” menurut jenis keterlambatan. KPSP digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke atas. (Soetjningsih, 1994 )

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi asam lemak dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun yang diukur dengan KPSP di Kecamatan Nanggalo Kota Padang tahun 2009,dan secara khusus bertujan untuk diketahuinya distribusi tingkat perkembangan responden,distribusi omega 3,EPA,DHA,omega 6,AA,omega 9, serta diketahuinya hubungan konsumsi omega 3,EPA,DHA,omega 6,AA dan omega 9 dengan perkembangan anak usIa 2-5 tahun. Metodologi

Desain, waktu dan tempat penelitian

Disain penelitian ini adalah cross sectional,penelitian dilakukan di Kecamatan Nangalo Kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2009. Penelitian ini berlokasi di 3 kelurahan yang ada di kecamatan Nanggalo yaitu Surau Gadang, Kurao Pagang dan Kampung Lapai.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita usia 2-5 tahun di daerah Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Sasaran pada penelitian ini adalah anak balita usia 2-5 tahun dengan status gizi baik, tidak sakit lebih dari 15 hari dan tidak dirawat yang berdomosili di Kecamatan Nanggalo kota Padang. Jumlah sample sebanyak 192 orang.

(5)

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan instrumen kuesioner KPSP dan food record. Data yang diambil adalah konsumsi asam lemak omega,omega 6, omega 9, EPA, DHA dan AA. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan Kota Padang mengenai kejadian gizi buruk dan baik tahun 2007. Data geografi dan demografi penduduk serta jumlah dan alamat responden diperoleh dari Puskesmas Nanggalo. Pengolahan dan analisa data

Data yang sudah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan software pada komputer. Analisis data dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi. Hubungan antara asupan zat gizi makro dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun dilakukan T-Test pada tingkat kemaknaan p<0,05.

Definisi Operasional

1.Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, Cara ukur dengan observasi, alat ukur menggunakan formulir Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), hasil ukur perkembangan anak sesuai (S) jika jawaban ya sebanyak 9 atau 10, tidak sesuai (TS) jika jawaban ya sebanyak < 9

2.Konsumsi asam asam lemak adalah makanan yang di makan olah anak balita usia 2-5 tahun yang di ukur dengan menggunakan food record dan kemudian dilakukan food Recall 2 x 24 jam,cara ukur dengan wawancara, alat Ukur menggunakan form food recall.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis Situasi

Kecamatan Nanggalo merupakan satu dari sebelas kecamatan yang ada di kota Padang dengan luas wilayah 8,07 km2. Kecamatan Nanggalo terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1

. Luas wilayah, Kepadatan Dan Jumlah Penduduk Di Kecamatan Nanggalo

No Kelurahan Luas (km) Penduduk (jiwa) Kepadatan

1. Tabing Banda Gadang 0,91 3,341 3,671

2. Gurun Lawas 0,85 2,201 2,589

3. Kampung Olo 0,57 7,382 12,951

4. Surau Gadang 0,61 22,333 36,661

5. Kurao Pagang 2,28 10,947 4,801

6. Kampung Lapai 2,85 11,319 3,972

(6)

Jumlah penduduk yang terbanyak adalah di kelurahan surau gadang yaitu 22.333 jiwa dengan kepadatan penduduk 36.661 jiwa..Hasil analisis univariat dapat dilihat tabel 2,3 dan gambar 1

Tabel 2

. Hasil Univariat Variable Independen (Omega 3,EPA,DHA Omega 6,AA,

Omega 9) di Kecamatan Nanggalo Kota Padang Tahun 2009

Variabel Mean (gr/hr) SD Min-Max 95% CI konsumsi omega 9 yaitu 4,87 gram/hari. Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata konsumsi omega 3 responden adalah 1,78 gram/hari. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Barbara,JM et al (2003) rata-rata konsumsi omega 3 pada 10.851 orang dewasa di Australia adalah 1,17 gram/hari. Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata konsumsi EPA responden adalah 0,11 gram/hari.

Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian Barbara,JM et al (2003) rata-rata konsumsi EPA pada 10.851 orang dewasa di Australia adalah 0,06 gr/hr. Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata konsumsi DHA responden adalah 0,34 gram/hari. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Barbara,JM et all (2003) rata-rata konsumsi DHA pada 10.851 orang dewasa di Australia adalah 0,11 gram/hari. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Halifax (2009) menemukan bahwa sebagian besar dari anak-anak berusia 4-8 tahun di Canada mengalami kekurangan omega-3 EPA/DHA. Penelitian menemukan median konsumsi sehari-hari omega-3,EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) hanya 31.5 mg dengan menggunakan asupan harian yang dianjurkan oleh Institute of Medicine hanya 90 mg omega-3, EPA/DHA perhari. Penelitian halifax juga mencatat anjuran dari American Dietician Association dan Dieticians of Canada adalah 351 mg EPA/DHA perhari.

(7)

Tida k Ses uai Ses uai

Perkembangan Anak umumnya mengkonsumsi ikan, telur, Ayam dan susu dan pada umumnya pengolahan makanannya banyak yang digoreng.

Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata konsumsi omega 6 responden adalah 0,14 gram/hari. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Barbara,JM et al (2003) rata-rata konsumsi omega 6 pada 10.851 orang dewasa di Australia adalah 10,8 gram/hari. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan pola konsumsi. Pada penelitian ini umunya pengolahan makananannya banyak yang di goreng .Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata konsumsi AA responden adalah 0,06 gram/hari. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Barbara, JM (2003) rata-rata konsumsi AA pada 10.851 orang dewasa di Australia adalah 0,05 gram/hari. Hal ini kemungkinan disebabkan bahan makanan sumber AA pada penelitian adalah minyak.

Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata konsumsi omega 9 responden adalah 4,87 gram/hari. Tingginya angka konsumsi omega 9 ini disebabkan oleh sumber omega 9 penelitian ini didapatkan dari minyak dan lemak (susu) ditambah lagi dengan pengolahan makananan pada penelitian ini umumnya banyak yang digoreng, sebagai contoh ikan goreng, ayam goreng dan goreng tahu. Secara teori omega 9 tidak termasuk asam lemak esensial, termasuk pada asam lemak tak jenuh tunggal yang terbanyak ditemukan di alam, sehingga sangat kecil kemungkinan tubuh akan kekurangan omega 9 ini. Omega 9 tidak mempunyai efek samping. Hasil analisis univariat perkembangan anak dapat dilihat pada gambar 1.

(8)

Dari gambar 1 dapat dilihat jumlah responden yang mengalami perkembangan

anak yang sesuai dengan umurnya adalah 54,82%. Hasil penelitian ini hampir sama

dengan hasil suatu studi Persiapan Pengembangan Pendidikan Anak Dini Usia (PADU)

di 5 propinsi di Indonesia (1997) memperlihatkan bahwa anak Sumatera Barat tertinggi

mengalami gangguan motorik halus adalah sebanyak 57%, pre-akademik sebanyak

81% dan sosial sebanyak 62%. Penelitian ini sama-sama berlokasi di daerah rural.

Lokasi pada penelitian ini sebagian besar berlokasi di kelurahan (Kurao Pagang,

Kampung Lapai dan Surau Gadang) sehingga balitanya kurang stimulus, kurang respon

dan kurang tanggap terhadap sesuatu yang baru.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Harahap,H (2003) persentase anak gizi baik yang terlambat perkembangan motoriknya adalah 19,4%. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan lokasi penelitian, penelitian ini berlokasi di daerah rural sedangkan penelitian Harahap,H di daerah urban. Setelah dilakukan analisis univariat maka dilanjutkan dengan analisis bivariat yang dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3

.Hubungan Konsumsi (Omega 3,EPA, DHA, Omega 6,AA, Omega 9) dengan

Perkembangan Anak Usia 2 -5 tahun di Kecamatan Nanggalo Kota Padang

Tahun 2009

Konsumsi Asam

Lemak Perkembangan AnakUsia 2 – 5 Tahun f % Nilai p

Omega 3 Tidak Sesuai

Sesuai 10889 45,1854,82 0,744

EPA Tidak Sesuai

Sesuai 10889 45,1854,82 0,736

DHA Tidak Sesuai

Sesuai 10889 45,1854,82 0,669

Omega 6 Tidak Sesuai

Sesuai 10889 45,1854,82 0,951

AA Tidak Sesuai

Sesuai 10889 45,1854,82 0,382

Omega 9 Tidak Sesuai

Sesuai 10889 45,1854,82 0,355

Total 197 100

(9)

Hubungan Konsumsi Omega 3 dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 tahun.

Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata konsumsi omega 3 dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Bell,JG (2004) bahwa analisis sampel darah dari responden penelitian memperlihatkan, anak-anak dengan autis yang regresive (autis yang tidak terlihat pada saat kelahiran, berkembang pada bulan ke 18-36 setelah kelahiran) dan ASP mempunyai tingkat tetracosanoic acid yang lebih tinggi (24:0), n-6 docosapentaenoic acis (22:5) dan tetracosenoic acid (24:1) pada membran sel darah merah mereka daripada kelompok kontrol. Dilain sisi, tingkat n-3 docosapentaenoic acid (22:5) dan total n-3 asam lemak lebih rendah secara bermakna pada anak-anak dengan ASD. Rasio antara arachidonic acid dan EPA juga lebih tinggi secara bermakna pada anak-anak penderita ASP dan autis. Rasio ini menurun setelah pemberian 6 bulan suplementasi 2-4 gram /hari EPA dan DHA. Suplementasi dengan EPA yang tinggi minyak ikan telah dilaporkan dapat meningkatkan kesehatan secara umum, pola tidur, konsentrasi, dan sosialisasi dan pengurangan sensitif, keagresifan dan hiperaktif pada anak-anak autis.

Menurut penelitian Horrobin,D (2006) asam lemak omega-3 diketahui mampu menambah kapabilitas membran pada sel otak. Satu penjelasan medisnya adalah omega-3 memainkan peran pada fortifikasi selaput myelin. Tidak bersamaan waktu asam lemak omega-3 berisi kira-kira 8 % dari rata-rata otak manusia . Holman,R (2006) memberikan perkiraan nama omega-3 bagaimana komponen omega-3 bisa dianalogikan dengan otak manusia dengan menyatakan, DHA sebagai struktur, EPA sebagai fungsi.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil pada sebuah penelitian yang dilakukan selama 6 bulan melibatkan orang-orang dengan schizophrenia dan penyakit Huntington’s yang dirawat dengan EPA atau placebo, group placebo secara jelas kehilangan jaringan cerebral, sementara pasien yang diberikan supplement memiliki peningkatan dari unsur abu-abu dan putih secara significant.

(10)

otak (70% massa otak terdiri dari lemak) pada masa kritis yaitu selama kehamilan sampai usia 18 bulan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pada masa kritis akan sangat baik bila gizi ibu dan bayi dicukupi dengan gizi mikro dan makro termasuk asam lemak esensial (ALE) omega 6 dan omega 3.

Berdasarkan teori omega 3 merupakan zat gizi yang berperan vital dalam proses tumbuh kembang sel – sel neuron otak untuk bekal kecerdasan bayi yang dilahirkan sampai pada usia dini ( 0-3 ) tahun. Omega-3 membantu otak untuk memperbaiki kerusakan dengan meningkatkan pertumbuhan neuron. Omega-3,EPA/DHA adalah esensial pada setiap tahap kehidupan.

Untuk anak yang baru lahir sampai umur 3 tahun, DHA penting untuk perkembangan otak dan mata. Setelah umur tiga tahun, baik EPA dan DHA penting untuk fungsi kognisi. Usia 0-3 tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak. 75 % otak telah terbentuk pada usia ini, sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya tinggal lebih kurang 20 % untuk proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan otak saja. Jadi omega 3 ini penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini ( 0-3) tahun.

Matorrel (1996) menyimpulkan bahwa kekurangan gizi pada masa kehamilan dan usia dini menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik anak, perkembangan motorik dan gangguan perkembangan kognitif, perubahan prilaku sosial, berkurangnya perhatian, dan rendahnya hasil belajar. Pengaruh ini dapat menyebabkan berkurangnya IQ sebanyak 15 poin. Semakin muda anak mendapatkan intervensi gizi semakin baik perkembangan prilakunya. Menurut Brown & pollit (1996) pada waktu bayi dapat terjadi pengaruh kekurangan gizi tingkat berat dalam waktu yang lama dan telah terjadi penurunan pertumbuhan fisik dan kerusakan otak akan berpengaruh terhadap perkembangan motorik dan intelektual.

Hubungan Konsumsi EPA dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun.

(11)

penelitian lain menggunakan disain penelitian experiment yang lebih jelas hasilnya di bandingkan disain crossectional.

Usia 0-3 tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak, EPA yang prekursor pendahulunya adalah omega 3 membantu otak untuk memperbaiki kerusakan dengan meningkatkan pertumbuhan neuron. Omega-3,EPA/DHA adalah esensial pada setiap tahap kehidupan. Untuk anak yang baru lahir sampai umur 3 tahun, EPA penting untuk fungsi kognisi. Usia 0-3 tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak. 75% otak telah terbentuk pada usia ini, sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya tinggal lebih kurang 20% untuk proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan otak saja. Jadi EPA ini penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini (0-3) tahun sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya tinggal lebih kurang 20 % untuk proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan otak saja.

Hubungan Konsumsi DHA dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun.

Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata konsumsi DHA dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Makrides,M (2006), menyebutkan bayi perempuan yang preterm yang diberikan diet tinggi docosahexaenoic acid (DHA) bisa menambah skor test perkembangan mental mereka sebanyak 5 point. Intervensi tersebut juga menurunkan 80% jumlah bayi perempuan yang mengalami kelambatan mental yang signifikan.

Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Tomohito,dkk (1996) menambahkan bukti tentang pentingnya DHA melalui penemuan mereka bahwa suplementasi DHA yang kaya minyak ikan dapat mengurangi stres-induced perilaku agresif pada mahasiswa perguruan tinggi. Percobaan mereka melibatkan 41 mahasiswa kedokteran yang dipilih secara acak untuk menerima kapsul minyak ikan sebanyak 1.5-1.8 gram/hari dari DHA atau kapsul yang berisi kacang kedele sebagai placebo. percobaan memperlihatkan peningkatan agresifitas sementara mahasiswa yang mengambil suplementasi DHA memperlihatkan agresifitas yang lebih sedikit dari mahasiswa yang mengambilnya pada akhir libur musim panas mereka. Para peneliti menyimpulkan bahwa suplementasi DHA mencegah peningkatan perilaku agresif pada waktu stres mental.

(12)

AA. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian di Inggris (2001) menunjukkan agar balita tumbuh sehat dan cerdas maka kebutuhan yang diperlukan antara lain asam lemak ( DHA dan AA ) yang merupakan salah satu nutrisi penting untuk pertumbuhan otak dan mata anak. (Nasar, 2006).

Perbedaan hasil pada penelitian ini diduga karena perbedaan disain penelitian dan perbedaan sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan crossectional sedangkan penelitian lain menggunakan experiment. Sebagian besar sampel pada penelitian ini adalah anak balita yang berusia diats 3 tahun. Sedangkan penelitian lain sampelnya bayi (usia 0-1) dan remaja.

Menurut Heller,S (2006) DHA sangat penting untuk perkembangan otak pada rahim dan penglihatan, telah ada studi yang membuktikan pemberian suplementasi DHA pada pertengahan kehamilan bisa menambah peningkatan anak-anak. Berdasarkan teori DHA diperlukan sebagai unsur pembentuk cawan untuk wadah rhodopsin yaitu senyawa vital penginderaan dan pengiriman balik sinyal yang diterima mata ke otak. Docosahexaenoic Acid (DHA) merupakan unsur nutrisi yang juga penting dalam tumbuh kembang dan perkembangan saraf di otak dan membantu pembentukan jaringan lemak otak (mylenisasi ) serta menjaga interkoneksi sel – sel syaraf otak terutama untuk mempengaruhi perkembangan otak pada usia dini (0-3) tahun.

Pada usia 0-3 tahun merupakan peride emas tumbuh kembang otak. 75 % otak telah terbentuk pada usia ini, sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya tinggal lebih kurang 20 % untuk proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan otak saja. Jadi omega DHA ini penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini ( 0-3) tahun. Hubungan Konsumsi Omega 6 dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun

Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbadaan yang bermakna rata-rata konsumsi omega 6 dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Vancassel (2001) menemukan bahwa anak-anak autis memiliki tingkat DHA yang lebih rendah sebanyak 23% daripada anak-anak yang mengalami retardasi mental. Anak-anak autis jauga memiliki rasio asam lemak omega-6 dan omega-3 yang lebih tinggi daripada yang dimiliki anak-anak retardasi mental.

(13)

AA yang prekursor pendahulunya adalah omega 6 berfungsi sebagai penghantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh termasuk ke otak. Untuk anak yang baru lahir sampai umur 3 tahun, omega 6 penting untuk perkembangan otak . Usia 0-3 tahun merupakan periode emas tumbuh kembang otak. 75 % otak telah terbentuk pada usia ini, sedangkan pada usia di atas 3 tahun hanya tinggal lebih kurang 20 % untuk proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan otak saja. Jadi omega 6 ini penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini ( 0-3) tahun.pada usia di atas 3 tahun lapisan myelin otak telah terbentuk dan usia di atsa 3 tahun ini hanya tinggal proses pematangannya saja yang sedang berlangsung.

Hubungan Konsumsi AA dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun

Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata konsumsi AA dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Scot,D (1995) tidak ada perbedaan yang significant dalam Vocublary production pada kelompok yang diberi AA+ DHA dan susu formula standar tidak memperlihatkan skor yang berbeda dengan kelompok ASI. pada bayi pada 274 bayi sehat full term usia 1 minggu yang di bagi menjadi 4 kelompok yaitu ( ASI, susu formula standar, susu formula + AA + DHA, susu formula + DHA).

AA adalah (asam arakidonat) yang prekursor pendahulunya adalah omega 6, Asam lemak ini berfungsi membantu pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu bertugas sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak pada usia dini (0-3) tahun. AA ini penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini ( 0-3) tahun.

Hubungan Konsumsi Omega 9 dengan Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun. Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata konsumsi omega 9 dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. Hal ini berbeda dengan teori omega 9 ini membantu pembentukan selaput myelin otak. Lapisan myelin dan neurotransmitter berperan penting dalam penghantaran impuls saraf pada usia dini (0-3) tahun. Omega 9 dibentuk sendiri oleh tubuh sehingga sedikit sekali kemungkinan tubuh kekurangan omega 9 ini.

(14)

penting pada masa saat dalam kandungan dan usia dini ( 0-3) tahun.pada usia di atas 3 tahun lapisan myelin otak telah terbentuk dan usia di atas 3 tahun ini hanya tinggal proses pematangannya saja yang sedang berlangsung.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak balita mengalami perkembangan yang sesuai dengan umurnya di Kecamatan Nanggalo Kota Padang, rata-rata konsumsi omega 3 responden adalah 1,78 gram/hari, rata-rata konsumsi omega 6 responden adalah 0,14 gram/hari, rata-rata konsumsi omega 9 responden adalah 4,87 gram/hari, rata konsumsi EPA adalah 0,11 gram/hari, rata-rata konsumsi DHA (0.34 gram/hari), rata-rata-rata-rata konsumsi AA responden adalah (0.06 gram/hari). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata konsumsi asam lemak (omega 3 (EPA,DHA), omega 6 (AA) dan omega 9 dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun. Dari hasi penelitian ini Kepada para orang tua di sarankan untuk sangat memberikan pola asuh makan dan pola asuh kesehatan (imunisasi, penimbangan balita) yang sesuai dengan usia balitanya mengingat pola asuh itu menyangkut pemberian makanan pendamping ASI, pelayanan kesehatan,imunisasi,penimbangan, psikososial dan kebersihan yang akhirnya akan berpengaruh pada perkembangan seorang anak. Kepada Dinas Kesehatan diharapkan agar tetap meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap anak balita dan memberikan informasi serta promosi kesehatan terutama tentang pentingnya pengasuhan terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sehingga para orang tua semakin memahami peranan pola asuh terhadap tumbuh-kembang anak.

Lampiran 1. Daftar Pustaka

Almatsier,S, Prinsip Dasar Ilmu Gizi,PT Gramedia,Jakarta,2006

Angela, Stimulasi Kecerdasan Anak Sejak dalam Kandungan di akses dari http://www.google.com 20 Januari 2007

Anwar HM. Peranan gizi dan pola asuh dalam meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak. www.beritabaru.com.22 januari 2007

Dinas Kesehatan Kota Padang 2007

(15)

Hurlock . Child development. Sixth edition. New York : Mc Graw-Hill. 1978

Husaini, Y, Rehabilitasi dan Fleksibilitas Penggunaan KMS Perkembangan Motorik Kasar. di akses dari http://www.google.com 17 juli 2006

Kartika V, Faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik Anak Usia 12 – 18 bulan di Keluarga miskin dan tidak miskin. Penelitian Gizi dan makanan. 2002 ; 25 : 38 – 48.

Kartika V, Dkk. Pola Pemberian Makan Anak ( 6-18 bulan ) dan Hubungannya Dengan Pertumbuhan dan Perkembangan anak pada Keluarga Miskin dan tidak miskin. Penelitian Gizi dan makanan. 2000; 23 :37 – 47

Jalal, F Tantangan pembangunan kesehatan dan gizi dalam upaya peningkatan kualitas SDM, CPI, 2006.

Lestari, R,A., Konsumsi Lemak di akses dari http://www.google.com 24 Januari 2008

Masrul, Pengaruh Sumber Daya Pengasuhan terhadap Tumbuh Kembang Bayi Usia 6 – 12 bulan pada keluarga etnik Minang Kabau di Pedesaan Propinsi Sumatera Barat (Proposal disertasi) UNAIR, Surabaya, 2003.

Nasar,S,S, Nutrisi untuk Cerdas di akses dari http://www.google.com 4 desember 2007.

Nasution,Z . Asuhan keperawatan keluarga dengan anak balita an prasekolah fakultas kedokteran progran studi keperawatan,USU.www.google.com 12 desember 2006

Nurjanah,Omega 3 dan Kesehatan di akses dari http://www.google.com 14 Januari 2008.

Rahardjo,B, Peranan Keluarga Mendidik Anak Usia Dini, di akses dari http://www.google.com 12 Februari 2007.

Soetomo,Penambahan DHA dan AA pada makanan bayi, Peran dan Manfaatnya. di akses dari http://www.google.com 17 Januari 2008.

Soetj ningsih. Tumbuh kembang Anak, Buku kedokteran, Jakarta, 1999.

Susenas, di akses dari http://www.google.com 27 Oktober 2006.

Widodo, D,P. Perkembangan Otak Bayi, di akses dari http/www.google.com. 25 Januari 2008

Gambar

Tabel 2. Hasil  Univariat  Variable  Independen  (Omega  3,EPA,DHA Omega  6,AA,Omega 9)  di Kecamatan Nanggalo Kota Padang Tahun 2009
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak Usia 2-5 Tahun di KecamatanNanggalo Kota Padang Tahun 2009
Tabel 3.Hubungan Konsumsi (Omega 3,EPA, DHA, Omega 6,AA, Omega 9) denganPerkembangan Anak Usia 2 -5 tahun di Kecamatan Nanggalo Kota PadangTahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

e) Penyediaan alat / media edukasi yang dapat mendukung kesadaran, pengetahuan tentang manfaat pentingnya ASI Ekslusif bagi bayi, ibu dan keluarga bagi Ibu-Ibu di RT 16

• Melalui pengamatan terhadap gambar yang disajikan di PPT peserta didik mampu menyusun teks recount tulis, pendek dan sederhana, terkait peristiwa/ pengalaman, dengan

1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan 1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan

Kolom berikut berisikan model jaringan komputer yang digunakan dalam sistem informasi akademik SMK Isen Mulang Palangka Raya. Berikut ini merupakan model topologi

Skema ini diantaranya dilakukan dengan membiayai anak perusahaan di negara lain yang bertarif pajak tinggi menggunakan utang, sehingga bunga utang bisa dikurangkan dari

Dalam mengoptimalkan potensi yang telah dimiliki, mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang masih ada, memanfaatkan peluang, serta menghadapi tantangan,

baik lagi terhadap para pihak sehingga para pihak memiliki pengetahuan yang baik terhadap pelaksanaan mediasi, diharapkan agar fasilitas yang telah ada dibuat sedemikian

Asam amino non-esensial adalah asam amino yang dapat disintesis tubuh yang sehat dalam jumlah yang cukup, sedangkan asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat