• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBAR APEM YAA QOWIYYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEBAR APEM YAA QOWIYYU"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1

SEBAR APEM “YAA QOWIYYU”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara

Program Studi Televisi dan Film Jurusan Media Rekam

Disusun oleh

NOPSI MARGA HANDAYANI NIM. 14148118

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2015

(2)

2

KATA PENGANTAR

Penelitian ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara mengenai observasi tradisi daerah. Peneliti memilih topik Yaa Woqiyyu karena kegiatan tersebut berada di kota asal peneliti (Klaten) juga bertepatan dengan moment berlangsungnya acara tersebut. Yaa Qowiyyu diadakan pada bulan Sapar sesuai dengan bulan Jawa. Setelah bulan Muharam, kegiatan ini sudah berlangsung sejak lama.

Terima kasih kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada Bp. Ir. Sugiarto selaku ketua umum dan Bp. Muhammad Darwanto selaku Sekretaris Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG) Jatinom Kabupaten Klaten, yang telah baik hati membagi ilmu kepada peneliti sehingga informasi yang dapat dijamin keakuratannya.

Surakarta, 30 Nopember 2015

(3)

3

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL 1 KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 DAFTAR GAMBAR 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 B. Rumusan Masalah 6 C. Tujuan 6 D. Tinjuan Teori 7 E. Metode Penelitian 10

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Wujud Budaya Ide/Konsep 13

B. Wujud Budaya Tindakan 15

C. Wujud Budaya Artefak 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 22

B. Saran 23

DAFTAR ACUAN 24

(4)

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 doa Upacara Yaa Qowiyyu 15

Gambar 2 prosesi kirab gunungan Apem 16

Gambar 3 panitia penyebar Apem 17

Gambar 4 antusias masyarakat 17

Gambar 5 makam Kyahi Ageng Gribig dengan Raden Ayu Mas 18

Gambar 6 makam Syaikh Ibrahim 18

Gambar 7 menara yang ada di Oro-oro Yaa Qowiyyu 19

(5)

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang kaya, memiliki 33 provinsi dari sabang sampai merauke. Setiap provinsi memiliki budaya, etnik, agama dan ciri khas yang berbeda-beda. Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Kebudayaan sudah melekat dan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sosial, hal ini karena kebudayaan sudah berlangsung sejak jaman dahulu dan menjadi bagian dari kehidupan

Budaya terdiri dari beberapa unsur diantaranya adat istiadat, agama, bahasa, karya seni, pakaian yang dikenakan dan artefak. Menurut Siti Amanatus Syarifah dalam Skripsinya yang berjudul Nilai-Nilai

Pendidikan Dalam Tradisi Ya Qowiyyu Di Desa Jatinom Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Tahun 2014 mengatakan bahwa Budaya adalah

suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Islam di Indonesia khususnya di Jawa diperkenalkan oleh para wali dan Kyahi melalui dakwah – dakwah mereka dengan cara berdagang yang mereka lakukan di Jawa. Melalui cara tersebut Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa. Islam menjadi agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Jawa sampai saat ini. Banyak Kyahi juga wali yang memperkenalkan Islam dengan pendekatan budaya, seperti nyanyian-nyantian yang mengandung unsur Islami, budaya berpakaian, makanan, bentuk bangunan yang ada pada masyarakat, adat istiadat, serta tradisi.

Kyahi Ageng Gribig yang bernama asli Wasibagno Timur, merupakan keturunan Prabu Brawijaya ke-5 dari Majapahit. Ia adalah seorang ulama besar yang memperjuangkan Islam di pulau Jawa, tepatnya di desa Jatinom (Siti Amanatus Syarifah, 2014:29). Wasibagno sengaja pergi mengembara meninggalkan kerajaan dengan tujuan untuk mencari

(6)

6 ilmu yang benar dan sejati, untuk bisa mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat (Panitia Riwayat, 1953M : I).

Jatinom, kecamatan yang cukup luas berada di utara Kota Klaten menjadi tempat yang sangat bersejarah, khususnya untuk pernyebaran islam di pulau Jawa. Konon menurut buku yang disusun oleh Panitia penyusun Riwayat Kyahi Ageng Gribig, desa Jatinom terbentuk karena Syekh Wasibagno beserta Istrinya hendak berkelana untuk membangun desa dimana ia sempat bertapa dahulu. Sebelum sampai ditempat yang dituju sampailah di bawah kedua pohon jati tempat bertapanya dahulu, disitulah beliau membentuk sebuah pedesaan yang dikehendaki. Pada waktu Sinuhun Sultan Agung bertemu yang pertama kali dengan Syekh Wasibagno sedang bertapa dibawah pohon Jati Muda yang sampai saat ini bernamalah “Jati Enom”, setelah menjadi desa yang ramai desa tersebut dikatakan sebagai desa Jatinom.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, ada sejumlah masalah yang perlu untuk diperhatikan. Masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana wujud budaya ide/konsep pada upacara Yaa Qowiyyu ? b. Bagaimana wujud budaya kegiatan pada upacara Yaa Qowiyyu ? c. Bagaimana wujud budaya artefak pada upacara Yaa Qowiyyu ? C. Tujuan

Tujuan merupakan segala sesuatu yang ingin dicapai dalam setiap bentuk kegiatan apapun. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan wujud budaya ide/konsep pada upacara Yaa Qowiyyu.

b. Mendiskripsikan wujud budaya kegiatan pada upacara Yaa Qowiyyu. c. Mendeskripsikan wujud budaya artefak pada upacara Yaa Qowiyyu.

(7)

7 D. Tinjauan Teori

a. Kisah Kyahi Ageng Gribig

Prabu Brawijaya Raja Majapahit mempunya putra dari Putri Campa, yang diberi nama Raden Guntur. Raden Guntur meninggalkan “Kasatrian” pergi dari Kerajaan yang kemudian beliau bertapa di ujung Hawar-hawar daerah pantai utara tuban, beliau menjauhkan diri dan menyepi dari hal yang bersifat duniawi kemudian beralih nama menjadi Wasi Jolodoro (Panitia Riwayat, 1953M : 3). Pada suatu hari Ki Hajar Wasi Jolodoro di datangi Sinuwun Bonang kemudian diajak berdebat mengenai ilmu-ilmu kebatinan, dalam debat tersebut Ki Hajar Wasi Jolodoro merasa kalah, lalu memeluk Agam Islam yang kemudian mengubah namanya menjadi Wasibagno.

Syaikh Wasibagno yang diperintah oleh Sunan Bonang untuk tinggal di desa Ngibik, Tuban, Jawa Timur. Di desa Ngibik Syaikh Wasibagno memiliki tiga orang anak, yaitu Syaikh Pekalangan, Syaikh Blacak Bilau dan Syaikh Panganti (Siti Amanatus Sholikhah, 2014:43). Anak pertama dan kedua tidak diceritakan, anak ketiga yakni Syaikh Panganti menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Syaikh Wasibagno II. Syaikh Wasibagno II mempunyai anak bernama Kyahi Fakir Miskin. Kyahi Fakir Miskin menggantikan ayahnya setelah meninggal, yang kemudian Kyahi Fakir miskin disebut Syaikh Wasibagno III.

Syaikh Wasibagno III mempunyai dua orang anak yaitu Ki Ageng Gribig dan yang kedua tidak diketahui namanya. Ki Ageng Gribig mempunyai anak bernama Syaikh Wasibagno Timur. Setelah Ki Ageng Gribig meninggal dunia, Syaikh Wasibagno Timur mengikuti ibunya untuk tinggal di desa Wonosroyo, dekat tempat tinggal Sunan Giri (Siti Amanatus Sholikhah, 2014:45). Setelah ibunya meninggal, Syaikh Wasibagno Timur mengembara, setelah lama mengembara beliau menetap di desa Jatinom, Klaten yang kemudian membuat

(8)

8 tempat tinggal di desa tersebut. Yang kemudian Syaikh Wasibagno Timur bergelar Ki Ageng Gribig II.

b. Penyebaran Dakwah Islam Kyahi Ageng Gribig

Hanafi Husni Mubaroq dalam skripsinya yang berjudul Islamisasi

di Jatinom Oleh Ki Ageng Gribig Pada Masa Sultan Agung

menyebutkan bahwa Kyahi Ageng Gribig ditawari oleh Sultan Agung untuk menduduki jabatan di lingkungan Kraton, tapi tawaran tersebut ditolak oleh Kyahi Ageng Gribig. Sultan Agung pun melantik Kyahi Ageng Gribig sebagai Alim dan Amir tanah perdikan yang disebut Tanah Perdikan Mutihan.

Ki Ageng Gribig kemudian meneruskan untuk memajukan daerah Jatinom dengan membuka hutan yang kemudian dijadikan tanah pertanian, perkebunan, perkampungan yang dikelola oleh masyarakat. Kyahi Ageng Gribig mendapat hadiah dari Sultan Agung berupa sebuah masjid yang pertama kali dibangun di desa Jatinom yang diberi nama “Masjid Alit”. Keluarga Keraton Surakarta juga memberikan hadiah kepada Kyahi Ageng Gribig berupa masjid yang diberi nama Masjid Besar. Setelah Masjid Besar di pugar seluruhnya, Kyahi Ageng Gribig kemudian membuat sebuah bedug sebagai penanda waktu sholat fardhlu untuk warga Jatinom, sendang sebagai tempat untuk berwudlu, oro-oro atau lapangan untuk sholat idul fitri.

Tanah Perdikan Mutihan digunakan untuk kegiatan keagaman seperti pondok Ramadhan yang mengkaji kitab Al-Qur’an dan Shaltullail yang dikerjakan berjamaah pada waktu tengah malam, pengajian yang bersifat umum dan lain-lain (Hanafi Husni Mubaroq, 2015:39). Kyahi Ageng Gribig juga menulis Al-Qur’an yang dijil setiap juz (muqodam).

Kyahi Ageng Gribig juga menerapkan strategi – strategi dalam menyebarkan Agama Islam di Jatinom, strategi tersebut dibagi kedalam beberapa aspek yaitu Pendidikan, Kebudayaan dan Politik. Di

(9)

9 bidang Pendidikan, Kyahi Ageng Gribig mengajarkan ilmu agama di serambi-serambi masjid. Kyahi Ageng Gribig juga mendirikan Pesantren yang sifatnya sementara yang dinamai Pondok Ramadhan dengan kegiatan tadarus Al-Qura’an, pengajian, dan shalat tarawih yang dikerjakan di tengah malam hari sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW (Hanafi Husni Mubaroq, 2015:45)

Bidang kebudayaan Kyahi Ageng Gribig menyebarkan Agama Islam dengan upacara Yaa Qowiyyu, kegiatan tersebut adalah kegiatan membagikan kue “Apem” yang dalam bahasa arab Apem adalah Affun yang berarti ampunan, dirasa setiap santri ataupun warga dapat saling memaafkan satu sama lain. Di bidang Politik Kyahi Ageng Gribig diangkat sebagai Kepala desa Perdikan Mutihan Jatinom.

c. Tradisi Yaa Qowiyyu

Awal mula tradisi Yaa Qowiyyu di Jatinom adalah ketika Kyahi Ageng Gribig pulang dari naik haji dan berziarah dari Mekah, kemudian beliau menceritakan pengalamannya kepada Sultan Agung. Menurut Siti Amanatus Syarifah dalam Skripsinya yang berjudul

Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Yaa Qowiyyu Di Desa Jatinom Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten upacara Yaa Qowiyyu pertama

kali berbentuk majelis pengajian yang dikunjungi oleh umat Islam dan masyarakat sekeliling Jatinom. Upacara Yaa Qowiyyu dilaksanakan setahun sekali pada hari Jum’at pertengahan bulan safar. Dalam pengajian tersebut dihidangkan kue Apem sebagai suguhan, yang sebelumnya kue Apem merupakan oleh-oleh Kyahi Ageng Gribig saat pergi ke Mekah. Apem berasal dari bahasa arab “Affun” yang berarti ampunan. Jadi pada saat pengajian tersebut para santri membagiakan kue Apem, agar mereka dapat memaknai bahwa kue Apem menjadi perantara dalam saling memaafkan satu sama lain dan meminta maaf kepada Allah SWT atas dosa yang telah diperbuat.

(10)

10 E. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Lexy J. Moleong dalam Skripsi Anna Falasifah mengatakan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Menurut Rachmat Kriyantono dalam Skripsi Anna Falasifah Metode Deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Pada penelitian ini memfokuskan pada fungsi, tata cara dan artefak yang berhubungan dengan Upacara Yaa Qowiyyu.

b. Objek Kajian

Penelitian ini mengulas tentang Upacara Yaa Qowiyyu yang sudah menjadi tradisi sejak dulu. Upacara Yaa Qowiyyu diselenggarakan di Desa Jatinom Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten, tepatnya di Masjid Besar Jatinom dan di belakang Makam Kyahi Ageng Gribig. Upacara Yaa Qowiyyu ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Sapar pada kalender jawa.

c. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Menurut Rochmat Kriyantono dalam Skripsi Anna Falasifah Data Primer adalah data yang diperolh dari sumber data pertama atau tangan pertamadi lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, data sekunder bersifat melengkapi. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber primer adalah wawancara dengan Ketua umum dan Sekretaris P3KAG (Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig). Sumber sekunder dalam penelitian ini berupa buku Riwayat Kyahi Ageng Gribig dan artikel maupun skripsi yang mengulas tentang Yaa Qowiyyu maupun Kyahi Ageng Gribig.

(11)

11 d. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan itu menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Rakhmat Kriyantono, dalam Skripsi Anna Falasifah). Instrumen dalam penelitian ini adalah riset wawancara, dokumentasi, dan observasi.

 Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai Upacara Yaa Qowiyyu. Wawancara dilakukan secara langsung dengan narasumber yang dirasa akan memberikan informasi secara jujur dan tidak ditutupi kebenarannya. Wawancara dilakukan pada dua tempat, wawancara dengan Bp. Ir. Sugiarto (Ketua Umum P3KAG) dilakukan dirumahnya di desa Jatinom pada 13 Desember 2015, wawancara dengan Bp. Muhammad Daryanto (Sekretaris P3KAG) dilakukan di makam Kyahi Ageng Gribig pada 27 Nopember 2015 bertepatan dengan berlangsungnya Upacara Yaa Qowiyyu. Alat yang digunakan untuk wawancara berupa Handphone ASUS T001.

 Dokumentasi

Dokumentasi yang mendukung dlam penelitian ini berupa foto kegiatan Yaa Qowiyyu juga foto tempat-tempat yang berhubungan dengan upacara tersebut. Foto didapat dari dokumentasi pribadi penulis juga dari dokumentasi dari situs resmi Blackberry Messenger dan Instagram Kabar Klaten. Dokumentasi foto diambil menggunakan kamera Canon 60D.

(12)

12  Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti adalah tidak langsung. Pada observasi tidak langsung peneliti tidak diketahui kehadirannya oleh subyek yang diteliti (H.B Sutopo dalam Skripsi Anna Falasifah). Peneliti mengamati kegiatan upacara Yaa Qowiyyu dan menelaah rekaman dari beberapa sumber yang telah diwawancarai.

(13)

13

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Wujud Budaya Ide/Konsep

a. Fungsi Upacara Yaa Qowiyyu

Menurut Daryanto (Wawancara, 27 Nopmber 2015) selaku Sekretaris P3KAG awal mula adanya upacara Yaa Qowiyyu yaitu seusai Kyahi Ageng Gribig pulang dari tanah suci dan membawa beberapa oleh oleh, tetapi satu yang pasti dibawa oleh Kyahi Ageng Gribig yakni Islam, diharapkan masyarakat di pulau Jawa dapat memeluk Agama Islam. Dalam penyebaran Agama Islam, sepulang dari tanah suci Kyahi Ageng Gribig membawa tiga hal yaitu air, tanah/pasir dan kue untuk diberikan kepada para sahabat dan masyarakat. Ketiga hal tersebut digunakan oleh Kyahi Ageng Gribig sebagai sarana dakwah beliau.

Ketika Kyahi Ageng Gribig pulang dari Tanah Suci para santrinya memohon keberkahan Allah lewat Kyahi Ageng Gribig dengan doa, yang kemudian doa tersebut disampaikan secara menyeluruh. Ketika para santri Kyahi Ageng Gribig berkumpul di pesantren, mereka disuguhi kue oleh oleh dari Tanah Suci. Kue yang dibagikan kepada para santri juga masyarakat kemudian diberi nama “Apem” yang berasal dari kata “Affun” yang berarti ampunan. Diharapkan semua orang mendapat ampunan dari Allah SWT, juga mendapat ampunan antar sesama umat manusia. Menurut Daryanto (Wawancara, 27 Nopmber 2015) Strategi dakwah yang dilakukan oleh Kyahi Ageng Gribig lewat budaya yang lain adalah dengan “Apem kolak” atau

Apem ketan yang setiap kata memiliki arti tersendiri, dimana “Apem”

berasal dari kata “Affun” yang berarti ampunan, “Ketan” dari kata “khatam” yang artinya selesai, Kolak yang berasal dari kata kholu yang artinya menyampaikan. Yang intinya jika sudah selesai melakukan sesuatu agar segera meminta maaf. Yaa Qowiyyu sendiri

(14)

14 sangat dalam, dimana mengajarkan kesederhanaan dan Allah adalah Yang Maha Kuat.

Menurut Ir. Sugiarto (Wawancara, 30 Nopember 2015) selaku Ketua P3KAG, fungsi Yaa Qowiyyu sendiri adalah agar manusia sebagai makhluk Allah SWT selalu memberikan ampunan, selalu memberikan maaf antar umat manusia. Diharapkan setiap masyarakat dapat hidup rukun. Yaa Qowiyyu ataupun Sebaran Apem menjadi simbol untuk menyebarkan ampunan, menyebarkan maaf antar sesame manusia dan selalu meminta maaf kepada Allah Ta’ala. Serta menjadi ajang silaturahmi antar warga dan sanak saudara Kyahi Ageng Gribig.

b. Ajaran

Ajaran yang dibawa oleh Kyahi Ageng Gribig adalah Syiar Agama Islam, yang mengajarkan keEsaan Allah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kemudian diteruskan oleh Kyahi Ageng Gribig. Kyahi Ageng Gribig selalu mengajarkan bahwa setiap manusia harus saling memaafkan, sederhana dalam kehidupan, Menurut Ir. Sugiarto (Wawancara, 30 Nopember 2015). Terkait dengan Yaa Qowiyyu, Kyahi Ageng Gribig selalu mengajarkan kepada santri juga masyarakat untuk selalu memberikan maaf kepada sesama umat manusia dan selalu meminta maaf kepada Allah SWT. Apem menjadi perantara untuk saling memaafkan.

c. Doa – Doa

Kyahi Ageng Gribig selama hidupnya hanya meninggalkan ilmu kepada para santri dan masyarakatnya serta doa yang dapat menentramkan jiwa dan memudahkan dalam meminta kepada Allah SWT. Menurut Ir. Sugiarto (Wawancara, 30 Nopember 2015) doa tersebut berbunyi “Ya Qowiyyu Ya Azizu, Ya Qowiyyu Ya Rozzaqu. Qowwimna Wal Muslimin, Warzuqna Wal Muslimin. Subhanallohi Wal Hamdulillahi Wala Ila Haillallohu Akbar La Haula Wala

(15)

15 Quwwata Illa BIllahil Aliyil Adhim”. Dan “Ya Qowiyyu Ya Azizu, Ya Qowiyyu Ya Rozzaqu. Qowwimna Wal Muslimin, Warzuqna Wal Muslimin. Masya Alloh La Quwwata Illa Billahi Tawaklna ‘Alalloh Hasbunal Lohu Wani’mal Wakil, Wal Hamdu Lillahi Robbil ‘Alamin.

Gambar 1. doa Upacara Yaa Qowiyyu (Sumber: Riwayat Kyahi Ageng Gribig, 1953) B. Wujud Budaya Tindakan

a. Pembukaan Yaa Qowiyyu

Menurut Daryanto (Wawancara, 27 Nopmber 2015) prosesi Yaa Qowiyyu dibuka pada H-7 dari puncak acara sebar Apem yang dibuka oleh camat Jatinom. Apem yang terkumpul merupakan Apem dari sumbangan masyarakat di Klaten. Seusai pembukaan pihak panitia Yaa Qowiyyu membuka Sodaqoh Apem dari para warga baik dari Kota Klaten maupun luar Kota Klaten karena para santri Kyahi Ageng Gribig tak hanya berasal dari Kota Klaten saja. Pembukaan dilakukan pada hari Jum’at 20 Nopember 2015, pada hari Sabtu sampai Selasa dilakukan pentas budaya disepanjang jalan raya Jatinom, peserta pentas budayapun sangat beragam mulai dari siswa TK-SMA, Instansi pemerintah, dan warga masyarakat Jatinom.

(16)

16 b. Kirab Gunungan Apem

Kirab Gunungan Apem dari Kecamatan Jatinom sebagai tempat berkumpulnya masyarakat yang membuat Apem sebagai Sodaqoh, menuju Masjid Besar dilakukan sehari sebelum acara puncak sebar

Apem yakni pada hari Kamis, 26 Nopember 2015, hal tersebut seperti

diungkapkan oleh Daryanto (Wawancara, 27 Nopmber 2015). Pada malam harinya warga masyarakat melakukan doa bersama dan mengkumandangkan nyanyian sebagai rasa syukur warga masyarakat terhadap rezeki dari masyarakat yang telah diberikan dan banyaknya partisipan dalam prosesi penyebaran Apem.

Gambar 2. prosesi kirab gunungan Apem

(Sumber: dokumentasi grup Blackberry Messenger Kabar Klaten) c. Sebar Apem

Prosesi Sebar Apem dilakukan pada hari Jum’at setelah sholat Jum’at di Oro-oro Yaa Qowiyyu. Penyebaran Apem ini di awali oleh Paraga Kyahi Ageng Gribig yang pada saat itu diperagakan oleh Bp. Muhammad Daryanto, yang kedua adalah Walikota atau wakil Walikota kota Klaten, ketiga adalah Instansi terkait (DISBUDPARPORA, Camat) yang kemudian diikuti oleh semua

(17)

17 panitia yang berada di panggung. Prosesi Sebar Apem dilakukan di dua panggung yang bentuknya seperti menara dan disebarkan oleh 26 orang yang diidentikkan dengan santri Kyahi Ageng Gribig hal tersebut seperti diungkapkan oleh Daryanto (Wawancara, 27 Nopmber 2015). Penyebaran Apem yang dilakukan diatas panggung dimaksudkan agar Apem yang dibagikan dapat merata ke semua warga yang mengikuti prosesi tersebut. Peraga Kyahi Ageng Gribig harus diseleksi dengan beberapa kriteria yaitu Muslim, dan kepatutannya (tidak cacat fisik).

Gambar 3. panitia penyebar Apem (Foto : Nopsi Marga, 2015)

Gambar 4. antusias masyarakat (Foto : Nopsi Marga, 2015)

(18)

18 C. Wujud Budaya Artefak

a. Makam Kyahi Ageng Gribig

Menurut Ir. Sugiarto (Wawancara, 30 Nopember 2015) makam Kyahi Ageng Gribig terdiri dari empat Ring, pada Ring satu terdiri dari enam makam yakni makam Kyahi Ageng Gribig dengan Istrinya Raden Ayu Mas, makam Kyahi Prabu dan Nyai Prabu yang merupakan menantu Kyahi Ageng Gribig, makam Raden Ayu Penganten yang bergelar Nyai dan Kyai Gambiran. Pada ring dua terdapat makam Syaikh Ibrahim dan sanak saudara Kyahi Ageng Gribig. Ring tiga dan empat merupakan makam para sahabat dan sanak suadara Kyahi Ageng Gribig.

Gambar 5 makam Kyahi Ageng Gribig dengan Raden Ayu Mas (Foto : Nopsi Marga, 2015)

Gambar 6 makam Syaikh Ibrahim (Foto : Nopsi Marga, 2015)

(19)

19 b. Oro-oro Yaa Qowiyyu

Oro-oro Yaa Qowiyyu merupakan tanah lapang yang berada di

belakang Makam Kyahi Ageng Gribig dan di samping Masjid besar. Pada Oro-oro Yaa Qowiyyu terdapat dua buah bangunan yang menyerupai menara tinggi bangunan tersebut kira-kira 5m. Bangunan tersebut digunakan untuk membagikan kue Apem saat bulan Sapar. Konon menurut Ir. Sugiarto (Wawancara, 30 Nopember 2015) bangunan tersebut hanya terbuat dari bambu, akan tetapi dirasa rugi apabila bangunan dari bambu tersebut tidak terpakai karena rusak setelah prosesi saparan atau sebar Apem. Pemerintah Kabupaten Klaten kemudian memberikan bantuan dana kepada P3KAG untuk membangun menara yang kokoh.

Gambar 7 menara yang ada di Oro-oro Yaa Qowiyyu (Foto : Nopsi Marga, 2015)

c. Gunungan Apem

Gunungan Apem merupakan wujud rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah SWT terhadap masyarakat Jatinom dalam bentuk

Sodaqoh terdiri dari Apem dengan dihiasi Janur. Menurut Daryanto

(Wawancara, 27 Nopmber 2015) gunungan dalam arti jawa melambangkan suatu tempat yang tinggi dan juga kemakmuran. Yang sebelumnya hanya dibagikan menggunakan tempat yang sederhana

(20)

20 berupa tampah, semakin majunya teknologi, bentuk Apem pun dibuat seperti gunungan. Pada gunungan Apem ini sedikit dihiasi oleh Janur untuk menambah keindahan gunungan Apem tersebut. Pada prosesi Yaa Qowiyyu terdiri dari dua gunungan Apem yakni gunungan laki-laki dan gunungan perempuan yang dimaksudkan setiap orang baik laki-laki maupun perempuan dapat menumbang Apem untuk dibagikan kepada semua masyarakat pada prosesi Yaa Qowiyyu.

Gambar 8 Gunungan laki-laki dan perempuan (Sumber: dokumentasi Instagram Kabar Klaten)

(21)

21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kyahi Ageng Gribig atau Syeikh Wasibagno Timur merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya Raja Mjapahit yang menyebarkan agama Islam ke jawa, beliau telah melalui perjalanan yang sangat panjang hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi Islam dan menyebarkannya. Kyahi Ageng Gribig sangat sederhana, beliau memebangun pondok pesantern dengan sistem sehari lalu santri bisa pulang. Dengan pondok tersebut, Kyahi Ageng Gribig dapat menyebarkan ilmu-ilmu Islam kepada masyarakt juga santrinya.

Suatu hari Kyahi Ageng Gribig pulang dari Tanah Suci dan dimintai para sahabatnya oleh-oleh, beliau mengatakan hanya membawa tiga hal yakni air, tanah, dan kue. Lalu kue tersebut dibagikan saat pengajian di Masjid Besar. Para Sahabat menamai kue tersebut dengan nama Apem. Apem berasal dari bahasa arab “Affun” yang berarti ampunan. Jadi pada saat pengajian tersebut para santri membagiakan kue

Apem, agar mereka dapat memaknai bahwa kue Apem menjadi perantara

dalam saling memaafkan satu sama lain dan meminta maaf kepada Allah SWT atas dosa yang telah diperbuat. Kegiatan tersebut kemudian dinamai Yaa Qowiyyu. Upacara Yaa Qowiyyu dilaksanakan setahun sekali pada hari Jum’at pertengahan bulan safar.

Upacara Yaa Qowiyyu terdiri dari tiga tahap yakni Pembukaan Yaa Qowiyyu, Kirab Gunungan Apem, dan Sebar Apem. Pembukaan dilakukan seminggu sebelum puncak pembagian Apem, dengan diadakan pesta seni disepanjang jalan Kecamatan Jatinom. Kirab Gunungan dilakukan dari Kecamatan jatinom menuju Masjid Besar dilakukan sehari sebelum hari puncak. Sebar Apem dilakukan di Oro-oro Yaa Qowiyyu pada Hari Jum’at setelah Sholat Jum’at dipertengahan bulan Sapar. Pembagian Apem dilakukan didua bangunan yang berbentuk menara di

(22)

22

Oro-oro Yaa Qowiyyu oleh 26 Santri yang melambangkan santri Kyahi

Ageng Gribig. Pada Prosesi pembagian Apem ada seorang peraga Kyahi Ageng Gribig yang sebelumnya harus diseleksi terlebih dahulu. Apem yang dibagikan berbentuk gunungan, terdapat dua gunungan yaitu gunungan laki-laki dan perempuan. Hal tersebut dimaksudkan agar semua warga dapat berSodaqoh Apem pada upacara Yaa Qowiyyu.

B. Saran

Saran untuk kegiatan Yaa Qowiyyu adalah untuk masyarakat agar tidak berpikir Syirik, karena menganggap Apem dapat memberikan mereka keberuntungan. Untuk masyarakat juga diharap bisa tertib pada upacara tersebut, agar tidak membuat kerusuhan pada upacara tersebut. Saran juga dibutuhkan untuk penulis, agar dapat mengembangkan cara menulis dan cara berpikir dalam melihat sebuah budaya dan suatu hal yang dapat merubah cara berpikir semua orang.

(23)

23

DAFTAR ACUAN

Buku:

Panitia Riwayat. 1953M. Riwayat Kyahi Ageng Gribig Jatinom-Klaten. Klaten: ____

Internet:

Blackberrymessenger.com/Kabarklaten Instagram.com/Kabarklaten

Skripsi:

Siti Amanatus Syarifah. “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Tradisi Ya Qowiyyu Di Desa Jatinom Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Tahun 2014”. Skripsi Untuk menempuh derajat S-1 pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2014.

Hanafi Husni Mubaroq. “Islamisasi Di Jatinom Oleh Ki Ageng Gribig Pada Masa Sultan Agung. Skripsi Untuk menempuh derajat S-1 pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.

Bayu Prasetyo. “Pemaknaan Simbol kekeramatan Makam Ki Ageng Gribig Di Jatinom Klaten”. Skripsi Untuk menempuh derajat S-1 pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.

Muh. Gozali Hasan A., “Upacara Ya-Qowiyyu Dan Perubahan Sosial Masyarakat Jatinom”. Skripsi Untuk menempuh derajat S-1 pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.

Artikel:

Doni ranchman,dkk. Kajian Mitos Masyarakat Terhadap Folklor Ki Ageng Gribig. Universitas negeri Malang.

Narasumber:

Ir. Sugiarto. 55 Tahun. Pensiunan/ Ketua Umum P3KAG. Jatinom Muhammad Daryanto. 50 Tahun. Guru/ Sekretaris P3KAG. Jatinom

(24)

24

LAMPIRAN 1

TRANSKIP WAWANCARA

Bp. Ir Sugiarto (Ketua Umum P3KAG)

1. Apa fungsi dari Upacara Yaa Qowiyyu ?

Upavara tradisional Yaa Qowiyyu sebetulnya itu untuk nguru-uri kebudayaan leluhur dan melanjutkan ajaran Kyahi Ageng Gribig. Supaya beliau itu mengajarkan ke Tauhidan, bahwa Kyahi Ageng Gribig ikut menyebarkan Islam di Jawa Selatan (Jatinom). Jadi Upacara Yaa Qowiyyu itu sebenarnya filosofi, bahwa Kyahi Ageng Gribig hidup bermasyarakat, hidup vertical maupun horizontal, Habbuminallah dan Habbuminannas, Habbuminannas itu selalu memafkan antara manusia dan sesama dan dapat hidup rukun dengan semua umat manusia. Apem sendiri asal bahasanya dari Affun yang berarti ampunan, jadi filosofi sebar Apem sebagai simbolis kita saling memberikan ampunan. Yang berhubungan dengan Habbuminallah, kita manusia agar selalu meminta maaf kepada Allah SWT.

2. Ajaran Kyahi Ageng Gribig seperti apa ?

Ajaran yang disebarkan oleh Kyahi Ageng Gribig adalah syiar agama Islam, yakni mengajarkan ketauhidan yakni mengajarkan keEsaan Allah SWT. Ajaran Nabi Muhammad yang kemudian diteruskan oleh Kyahi Ageng Gribig dipulau Jawa khususnya bagian selatan. Soalnya bagian utara dan timur sudah disebarkan oleh para wali, khususnya walisongo. 3. Doa-doa seperti apa yang dikumandangkan saat upacara ?

Kyahi Ageng Gribig merupakan seorang ulama yang agak special, jadi Kyahi Ageng Gribig itu tidak meninggalkan warisan berupa fisik, seperti halnya manusia. Kalau goa-goa cuma petilasan yang ditinggali oleh Kyahi Ageng Gribig untuk berdoa. Nah doa yang ditinggali Kyahi Ageng Gribig yaitu “Yaa Qowiyyu Yaa Matin, Qowinna wal muslimin. Yaa Qowiyyu Yaa Rozaq warzuqna wal mu’minin.” Yang diucapkan itu ya cuma itu,

(25)

25 sisanya “Yaa Qowiyyu Yaa Matin, Yaa Qowiyyu Yaa Aziz” yang artinya Allah Yang Maha Kuat berilah kekuatan pada kami dan umat muslimin, . “Yaa Qowiyyu Yaa Rozaq warzuqna wal mu’minin” yang artinya Ya Allah Yang Maha Kaya berilah kami rezeki bersama-sama dengan orang yang mu’min. kalau “Yaa Qowiyyu Yaa Matin” itu artinya Ya Allah berilah kekuatan bagi kami. Ya cuma itu aja doanya, kalau barang yang ditinggalkan oleh Kyahi Ageng Gribig tidak semua orang dapat memiliki, kalau doa itu semua orang bisa memiliki.

4. Bagaimana tata cara pengumpulan Apem sebelum upacara Yaa Qowiyyu ?

Mulai tahun 1982 dari pihak panitia sudah ikut andil dalam prosesi perayaan Apem itu, prosesi sebar Apem ini dulu aslinya diadakan intern pengurus P3KAG, semenjak tahun 1982 dinas pariwisata mulai mengemasnya, maka timbulah istilah gunungan, gelar budaya dan sebagainya. Jadi yang gunungan cuma simbolis dari masyarakat, dari dinas pariwisata megemasnya sedemikian rupa untuk simbolis pengumpulan

Apem dari masyarakat. Tapi yang intern dari P3KAG ada dua panggung Apem, jadi kita menerima Sodaqoh ampunan, dari masyarakat disekitar

kita dari semarang, Jakarta itu sebagai simbolis masyarakat yang menyetorkan ampunan melalui Apem. Dan diSodaqohkan kepada masyarakat Jatinom dan pengunjung. Apem disetorkan kepada panitia P3KAG.

5. Bagaimana prosesi pelereman Apem ?

Apem juga ada pelereman, ada prosesi dari kecamatan. Ada simbolis dari

masyarakat yang diberikan oleh masyarakat untuk selanjutnya dipasrahkan kepada panitia P3KAG. Tradisi kita sebar Apem dilakukan pada hari Jum’at, sehingga harus menginap satu malam.

6. Bagaimana Prosesi Sebar Apem, kenapa harus hari Jum’at yang membagikan ?

Jadi awal penyebaran Apem yang ada di masyarakat disebarkan pada hari Jum’at 15 Sapar 1511 Tahun Saka atau kira-kira abad ke-16. Jadi

(26)

26 dimulainya dari situ, setelah hari Jum’at pada waktu itu Kyahi Ageng Gribig membagikan Apem kepada santrinya, jadi awalnya itu dibagikan bukan disebarkan. Sehingga sampai saat ini turun temurun dilakukan pada hari Jum’at, setelah sholat Jum’at.

7. Bagaimana tata cara sebar Apem ?

Jadi setelah Apem sudah terkumpul dari masyarakat dan disetorkan ke panitia, disetorkan diatas panggung. Sebenernya waktu itu Apem disebarkan oleh Kyahi Ageng Gribig dan orang terdekat beliau. Beberapa tahun lalu masih berjalan, lama kelamaan karena ahli waris yang tidak jelas, maka santri yang mendapat surat dari panitia yang menyebarkan

Apem. Apem disebarkan di oro-oro Klampeyan. Penyebaran yang

dilakukan di oro-oro klampeyan ini baru saj dilakukan, yang dahulunya Kyahi Ageng Gribig membagikan Apem di depan masjid. Seiring berkembangnya waktu dan penduduk yang semakin banyak, penyebaran yang dilakukan di depan masjid dirasa merugikan masyarakat, karena antusias warga yang sangat banyak untuk mendapatkan Apem.

8. Siapa pengelola Makam Kyahi Ageng Gribig ?

Jadi dulunya, sebelum era 70an. Yang mengelola merupakan garis keturunan, akan tetapi juga belum jelas siapa ahli warisnya. Setelah yang mengelola meninggal, masyarakat yang kini mengelola makam secara sukarela. Untu ziarah pertama kali dibuka hanya setiap malam Jum’at legi. Dengan antusias peziarah yang sangat banyak maka selanjutnyan dibuka setiap malam Jum’at, hingga saat ini makam dibuka setiap hari untuk para peziarah. Untuk pengelola, saat ini makam Kyahi Ageng Gribig dikelola oleh P3KAG atau Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig yang SK nya disahkan oleh Disbudparpora. Dimakam tersebut terdiri dari empat ring, ring pertama terdapa makam Kyahi Ageng Gribig dan Raden Ayu Mas Istrinya, Kyahi Gambiran dan Istrnya, Kyahi Prabu dan Nyai Prabu. Pada ring dua terdapat makam Syaikh Ibrahim juga para keluarga Kyahi Ageng Gribig. Pada Ring tiga dan empat terdapat makam para sahabat Kyahi Ageng Gribig.

(27)

27 9. Apakah ada makna tertentu mengenai menara yang ada di oro-oro

Klampeyan ?

Sebenarnya dulu saat penyebaran Apem menggunakan menara yang terbuat dari bambu, akan tetapi dirasa sanagt boros, karena setelah upacara bangunan tersebut tidak terpakai maka dari pemerintah memberikan dana agar dapat membuat menara yang tahan lama dan dapat menyebar Apem secara menyeluruh.

10. Apa makna dari Gunungan Apem ?

Jadi seperti yang sudah saya jelaskan, gunungan merupakan tambahan dari masyarakat. Yang bisa dikatakan bahwa gunungan merupakan banyaknya orang yang ingin berSodaqoh ampunan pada upacara tersebut. Gunungan

Apem dikemas menjadi gunungan laki-laki dan gunungan perempuan, hal

ini dimaskudkan bahwa semua orang baik laki-laki maupun perempuan dapat berSodaqoh Apem di upacara Yaa Qowiyyu.

Bp. Muhammad Daryanto (Sekretaris P3KAG) 1. Seperti apa Sejarah Yaa Qowiyyu ?

Jadi ada tiga hal yang berkaitan yaitu Kyahi Ageng Gribig, Yaa Qowiyyu, dan Apem itu sendiri. Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Tradisi Yaa Qowiyyu kaitannya dengan budaya yaitu, salah satu cara Kyahi Ageng Gribig dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa Khususnya di Jatinom. Kyahi Ageng Gribig dakwah lewat budaya sekitar tahun 1511 Saka, kaitan eratnya dengan tahun jawa. Awalnya ketika beliau sepulang dari ibadah Haji, sepulang dari tanah suci Kyahi Ageng Gribig membawa oleh-oleh, sebenarnya yang dibawa oleh Kyahi Ageng Gribig yaitu Islam, bagaimana masyarakat Jawa ini bisa memeluk agama Islam. Dalam kepentingan dakwahnya, Kyahi Ageng Gribig harus menggunakan perantara agar dapat tersampaikan kepada masyarakat secara luas, maka oleh-oleh yang dibawanya adalah air, tanah/pasir, dan kue. Ketiga hal tersebut sebagai sarana dakwah Kyahi Ageng Gribig yang kaitannya dengan Yaa Qowiyyu, ketika beliau pulang para santri berkumpul dan

(28)

28 meminta doa agar mendapat keberkahan dari Allah SWT. Dalam mendoakan santrinya, Kyahi Ageng Gribig sangat baik dan tidak pelit, semuanya didoakan. Munculnya sebaran Apem, ketika santrinya berdatangan disuguhi kue oleh Kyahi Ageng Gribig. Kemudian para sahabat memberikan nama Apem yang berasal dari kata Al Affun yang artinya ampunan, Allah yang memberikan ampunan tanpa Allah kita tidak bisa diberikan ampunan. Kyahi Ageng Gribig juga menginggatkan kepada warga juga masyarakat agar saling memberikan maaf. Kaitannya dengan budaya di Jatinom, ada Ketan Kolaq Apem yang artinya ketan berasal dari kata Khotam yang artinya selesai. Kholaq dari kata Kholu artinya berkata atau menyampaikan. Apem dari kata Affun yang artinya maaf. Jadi setelah selesai agar selalu meminta maaf. Apem tersebut merupakan salah satu dakwah melalui budaya. Yaa Qowiyyu kalau kita maknai sangat dalam, kita adalah hamba Allah yang lemah, sehingga Allah punya nama-nama baik yaitu Allah yang maha kuat atau Al Qowiyyu. Hingga muncul kontradiksi sebaran Apem, sebenarnya sebaran Apem hanya menjadi symbol.

2. Doa apa yang dikumandangkan saat Yaa Qowiyyu ?

Doanya cukup singkat, “Yaa Qowiyyu” Ya Allah Yang Maha Kuat, “Yaa Aziz” Ya Allah Yang Maha Menang, “Qowinna” kekuatan dari Allah, “Wal Muslimin” yang diberikan kepada kaum muslimin. Berikutnya “Yaa Qowiyyu” Ya Allah Yang Maha Kuat, “Yaa Rozaq” Ya Allah yang memberikan rezeki. “Warzuqna Wal Muslimin.”

3. Ada unsur apa saja di gunungan Apem ?

Pada gunungan Apem sebenarnya ada tambahan. Tambahan untuk mendukung perayaan sebaran Apem yang sebetulnya sangat sederhana, sebagai perlambang sodqohnya masyarakat Jatinom dan Klaten, untuk dibagikan di upacara Yaa Qowiyyu setelah sholat Jum’at untuk siapa saja yang datang. Bila dikaitkan dengan adat Jawa, gunungan menyimbolkan suatu tempat yang tinggi dan banyak sekali. Pada waktu itu masyarakat

(29)

29 menyerahkan Apem kepada pengurus P3KAG. Janur dan lain sebagainya hanya untuk estetika saja.

4. Bagaimana proses penyebaran Apem ?

Yang menyebar Apem ada di dua panggung dengan 26 personel yang diidentikkan dengan santri-santri Kyahi Ageng Gribig. Yang menyebarkan salah satunya ada yang memperagakan adalah Paraga Kyahi Ageng Gribig. Untuk Paraga Kyahi Ageng Gribig harus diseleksi terlebih dahulu. 5. Bagaimana Urutan Upacara Yaa Qowiyyu ?

Ada tiga urutan yang pertama pembukaan, kirab dan sebar Apem. Pembukaan dilaksanakan H-7 dari acara puncak, setelah pembukaan mulai dari jam 14.00-16.00 dikemas oleh panitia untuk hari Sabt.u-selasa pentas budaya disepanjang jalan jatinom, peserta dari TK-SMA juga warga dan Instansi terkait. H-1 hari Kamis Sore atau Kirab dari Kecamatan jatinom menuju Masjid Besar. Pada malam Jum’at diadakan pengajian sebentar setelah itu pentas budaya yang merupakan ciri khusus karena diadakan oleh pengurus makam. Pada puncaknya dikirabkan menuju panggung dan kemudian dibagikan, yang membagikan Apem yang pertama adalah Paraga Kyahi Ageng Gribig, yang kedua Walikota atau wakil walikota, yang ketiga Instansi terkait, kemudian diikuti dengan petugas yang bertugas menyebar Apem.

6. Siapakah pengelola Makam Kyahi Ageng Gribig ?

Makam dan sekitarnya termasuk peninggalan Kyahi Ageng Gribig menjadi diurus oleh P3KAG, yang mengurusi makam, masyarakat yang berziarah termasuk melaksanakan kegiatan inti Yaa Qowiyyu.

(30)

30

LAMPIRAN 2

Gambar

Gambar 1. doa Upacara Yaa Qowiyyu   (Sumber: Riwayat Kyahi Ageng Gribig, 1953)
Gambar 2. prosesi kirab gunungan Apem
Gambar 3. panitia penyebar Apem   (Foto : Nopsi Marga, 2015)
Gambar 5 makam Kyahi Ageng Gribig dengan Raden Ayu Mas  (Foto : Nopsi Marga, 2015)
+4

Referensi

Dokumen terkait

We will show the constraints under which the second order dynamic derivative provides a consistent approximation to the conventional second derivative; the cases where the

Ekstrak etanol dari kulit batang mangga menunjukkan hasil yang paling signifikan yaitu dapat menurunkan kadar glukosa mencit dalam waktu 30 menit.. Penelitian

The value of the total effect of the variable orientation of entrepreneurs through market orientation variables on the performance of MSMEs unit, obtained from the addition

In a synchronous transmission system in which the transmitted data changes on the rising edge of the CLOCK, why is it normal for the receiver to sense the data on the falling edge

Begitupun tingkat kinerja pegawai berada pada kategori tinggi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Terdapat pengaruh motivasi intrinsik dan disiplin kerja

In the wake of growing concerns about Internet security, Google announced recently that they will be implementing a new policy of data retention, which will involve the deletion of

Pada hari ini Rabu tanggal Dua puluh tiga bulan Oktober tahun Dua ribu tiga belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa ULP RSUD Balaraja Tahun

1.Pemeliharaan/ servis sistem pendingin- komponennya dilaksanakan tanpa menyebabkan kerusakan terhadap komponen atau sistem lainnya 2.Sistem pendingin dan komponen-