• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN HUKUM PENCEGAHAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME PADA LEMBAGA KEUANGAN DI KABUPATEN KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN HUKUM PENCEGAHAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME PADA LEMBAGA KEUANGAN DI KABUPATEN KLATEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

104

KAJIAN HUKUM PENCEGAHAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN

PENDANAAN TERORISME PADA LEMBAGA KEUANGAN DI

KABUPATEN KLATEN

Hanuring Ayu, Dika Yudanto

Fakultas Hukum Univervsitas Islam Batik Surakarta Indonesia hanuringayu@gmail.com

abstrak

Kegiatan pengabdian ini bertujuan Untuk mengetahui dan menganalisis tentang pengaturan tentang Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme di dalam hukum positif Indonesia dan Untuk memahami dan mengetahui cara mencegah Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme di Kabupaten Klaten. Pendanaan terorisme merupakan elemen penting dalam kegiatan terorisme. Oleh karena itu pemberantasan tindak pidana terorisme tidak hanya pada kegiatan aksi aktual teror, tetapi juga pada elemen pendukung pendanaan kegiatan terorismenya. Dalam rangka mencegah dan memberantas masuknya atau tersedianya dana dana yang diperuntukan melakukan kegiatan terorisme, Pemerintah Indonesia bersama sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat telah berhasil membentuk Undang Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana pendanaan terorisme. Salah satu kunci keberhasilan dari penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme adalah karyawan yang memahami dan terampil melakukan tindakan pencegahan pencucian uang.

Kata kunci : pencegahan; pencucian uang; pendanaan terorisme; lembaga keuangan.

abstract

This service activity aims to find out and analyze the regulations on Money Laundering and Terrorism Funding in Indonesia's positive law and to understand and know how to prevent Money Laundering and Terrorism Financing in Klaten Regency. Terrorism funding is an important element in terrorism activities. Therefore, the eradication of the criminal act of terrorism is not only in the actual activities of terrorism, but also in supporting elements of the funding of terrorism activities. In order to prevent and eradicate the entry or availability of funds intended to carry out terrorism activities, the Government of Indonesia together with the House of Representatives have succeeded in forming Law Number 9 of 2013 concerning Prevention and Eradication of Crime of Terrorism Financing. One of the keys to the success of implementing an anti-money laundering and terrorism financing prevention program is employees who understand and are skilled in taking money laundering prevention measures.

keywords: prevention, money laundering, terrorism financing, financial institutions

A.Pendahuluan

Pencucian uang atau Money Laundering adalah suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau kekayaan hasil suatu tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang atau harta tersebut tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal. Adapun tujuan pelaku tindak pidana pencucian uang berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal usul agar Harta Kekayaan hasil

(2)

105

kejahatannya sulit ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa memanfaatkan Harta Kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah. Di Indonesia tindak pidana pencucian uang telah diatur secara tersendiri dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Proses tindak pidana pencucian uang umumnya dilakukan melalui tiga langkah tahapan: tahap pertama adalah (tahap penempatan/placement) dalam arti uang/dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana/kejahatan ditempatkan pada sistem keuangan. dengan berbagai cara (tahap penempatan/placement). Tahap kedua adalah melakukan transaksi keuangan yang kompleks, dengan tujuan sulit untuk dilacak asal muasal dana tersebut yang dengan kata lain menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan hasil tindak pidana tersebut (tahap pelapisan/layering), sedangkan tahap terakhir atau tahap ketiga (final) merupakan tahapan di mana pelaku tindak pidana tersebut memasukkan kembali dana yang sudah kabur asal usulnya ke dalam harta kekayaannya yang telah tampak sah baik untuk dinikmati langsung. Pada tahap transaksi keuangan disinilah yang menjadi garda terdepan untuk mencegah sejak awal agar tidak terjadinya Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, transaksi keuangan melalui lembaga keuangan seperti Bank Konvensional, Bank Syariah, Bank Perkreditan Rakyat dan lembaga keuangan non bank. Hal ini yang perlu diperhatikan oleh perbankan untuk mencegah dana-dana keuangan yang diperoleh dari kejahatan dan disalurkan kembali untuk kejahatan. Disisi lain, bila memperhatikan prinsip kerahasian Bank hal ini yang menjadi penghambat untuk mencegah terjadinya pencucian uang dan pendanaan terorisme, mengingat prinsip kerahsian bank yang selalu dipegang teguh oleh lembaga perbankan demi menjaga nasabah agar tetap menyimpan keuangannya di bank tersebut, bila hal ini dibiarkan dan ada perubahan akan menjadikan peluang kejahatan seperti pencucian uang untuk kejahatan dan penanaan terorisme.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan harus mengalami perubahan seperti dalam Pasal 40 ayat (1) menyatakan bahwa Bank Wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan simpanannya. Perubuhan dalam Pasal 40 ini yang harus dihilangkan, karen dengan aturan seperti yang menyebabkan akan terjadi kejahatan yang didanai dari kejahatan kemudian disimpan di bank dan akan disalurkan kembali untuk kejahatan, maka dalam hal ini penting ada Kajian Hukum untuk memberikan sisoalisasi tertutama kepada lembaga keuangan sebagai mencegah awal terjadinya kejahatan pencucian uang dan pendaan terorisme serta kejahatan-kejahatan lainnya.

(3)

106

Di dalam sistem keuangan nasional, kita mengenal berbagai lembaga keuangan, yaitu lembaga keuangan berbentuk bank, non bank, perusahaan sekuritas dan koperasi serta lembaga keuangan lain yang belum terdapat otoritas pengawasannya seperti lembaga keuangan mikro. Sesuai Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998, bank dikelompokkan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Kegiatan usaha Bank Umum serta jasa yang dapat diberikannya lebih banyak dibandingkan dengan BPR. Kegitan usaha BPR hanya menghimpun dana dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau penempatan lainnya seperti Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka dan/atau tabungan pada bank lain. Di samping itu, secara tegas BPR dilarang : menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran; melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing; melakukan penyertaan modal; dan melakukan usaha perasuransian; serta melakukan usaha diluar yang telah ditentukan.

Sementara itu, baik bank umum maupun BPR dapat melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan atau dengan prinsip bagi hasil (syariah). Hingga saat ini, perbankan masih merupakan lembaga keuangan yang utama, baik dari segi pangsa pasar maupun dari segi jenis transaksi atau jasa yang ditawarkan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat serta dengan berbagai jenis jasa transaksi keuangan yang ditawarkan khususnya dalam memindahkan dana (transfer dana) dari bank satu ke bank lain baik di dalam maupun luar negeri dalam waktu yang sangat cepat serta ketentuan kerahasian keuangan yang relatif ketat, maka perbankan menjadi pilihan yang cukup menarik bagi pelaku pencucian uang untuk memasukkan dana hasil kejahatannya.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, pelaku pencucian uang senantiasa terus mencari setiap peluang agar harta kekayaan hasil kejahatannya dapat dicuci sehingga nampak seolah-olah merupakan hasil kegiatan yang sah. Dalam hal bank umum dianggap kurang aman, tidak menutup kemungkinan pencuci uang akan memanfaatkan produk BPR. Demikian pula, dalam hal produk perbankan konvensional dianggap kurang aman maka pencuci uang dapat mengalihkannya pada produk perbankan dengan prinsip syariah. Dengan kata lain, tidak ada satu produkpun baik di bank umum maupun BPR yang luput dari incaran pelaku pencuci uang.

Sebagaimana telah disinggung dimuka bahwa aktifitas pencucian uang secara umum merupakan suatu cara menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang

(4)

107

diperoleh dari hasil tindak pidana sehingga nampak seolah-olah harta kekayaan dari hasil tindak pidana tersebut sebagai hasil kegiatan yang sah.

Secara alamiah, bank merupakan tempat paling nyaman untuk mencuci uang dan private banking dikenal sebagai salah satu produk bank yang berisiko tinggi digunakan oleh para kriminal sebagai sarana pencucian uang. Tingginya risiko produk bank ini karena private banking menawarkan jasa khusus dan bersifat personal kepada nasabah tertentu seperti pejabat publik, pengusaha, penasehat investasi dan politisi termasuk keluarga dan relasi mereka. Itu sebabnya, terhadap nasabah private banking, bank diwajibkan melakukan proses identifikasi yang lebih mendalam dan menyeluruh untuk mengetahui sumber pendapatan/kekayaan, kebutuhan dan transaksi yang diinginkan oleh nasabah tersebut. Bank diwajibkan pula mendokumentasikan secara lengkap bentuk dan jenis transaksi yang diinginkan nasabah private banking. Kompleksitas hubungan antara bank dan nasabah private banking memerlukan sistem yang harus didisain khusus untuk mengawasi dan melaporkan aktivitas yang mencurigakan dari nasabah tersebut agar bank dapat mengevaluasi secara objektif dan rasional seluruh aktivitas mereka.

B.Metode Pelaksanaan

Kajian Hukum seperti sosialisasi dalam suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat, metode pelaksanaan program merupakan salah satu faktor penting yang menunjang keberhasilan program pengabdian tersebut. Sosialisasi diperuntukkan bagi pegawai Perbankan Kabupaten Klaten Khususya BPR klaten. Bentuk kegiatan pengabdian ini adalah dengan metode ceramah (penyuluhan hukum dan pemaparan materi) yang dilanjutkan dengan diskusi dan in house training..

C.Hasil Pembahasan

1. Pengaturan Tentang Pencucian Uang Dan Pendanaan Terorisme Di Dalam Hukum Positif Indonesia

Dalam rangka mencegah dan memberantas masuknya atau tersedianya dana dana yang diperuntukan melakukan kegiatan terorisme, Pemerintah Indonesia bersama sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat telah berhasil membentuk Undang Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana pendanaan terorisme. Salah satu pertimbangan dibentuknya undang-undang tersebut adalah bahwa unsur pendanaan

(5)

108

merupakan salh satu faktor utama dalam setiap aksi terorisme sehingga upaya penanggulangan tindak pidana terorisme haus diikuti dengan upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap pendanaan terorisme1.

Penjelasan umum UU No. 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (UU- PPTPPPT) antara lain menerangkan bahwa tindak pidana terorisme merupakan kejahatan internasional yang membahayakan keamanan dan perdamaian dunia serta merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup.

Bank Indonesia mengatur penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme yaitu melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/21/DPNP tanggal 14 Juni 20132.

Komitmen masyarakat internasional dalam upaya mencegah dan memberantas pidana pendanaan terorisme diwujudkan dengan disahkannya internasional convention for the suppression of the financing of terorism, 1999 (konvensi internasional pemberantasan pendanaan terorisme, 1999. Indonesia telah melakukan ratifikasi konvensi tersebut dengan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengesahan internasional convention for the suppression of the financing of terorism, 1999 (konvensi internasional pemberantasan pendanaan terorisme, 19993.

2. MENCEGAH PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME

Program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme adalah serangkaian aktivitas yang harus dilakukan oleh bank ketika melakukan kegiatan oprasionalnya untuk

1 Nyoman Serikat Putra Jaya, Hukum Pidana Khusus, Universtas Diponegoro, Semarang 2016, hlm 137 2 Djoko Sarwoko, Pendanaan Terorisme, Genta Publishing, Yogyakarta, 2018, Hlm 54

(6)

109

mencegah aktivias pencucian uang. Aktivitas pencegahan dimaksud dilaksanakan dengan :

a. Identitas nasabah dan custumer profiling b. Memantau transaksi nasabah

c. Melaporkan transaksi nasabah yang mempunyai unsur-unsur pencucian uang kepada pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan.4

Salah satu kunci keberhasilan dari penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme adalah karyawan yang memahami dan terampil melakukan tindakan pencegahan pencucian uang. Agar hal ini dapat tercapai, maka bank wajib menyelenggarakan pelatihan yang berkesinambungan tentang :

a. Implementasi peraturan perundang undangan yang terkait dengan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.

b. Teknik, metode, dan tipologi pencucian uang atau pendanaan terorisme

c. Kebijakan dan prosedur penetapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme5.

UU PPTPPT 2013 dalam upaya mencegah terjadinya tindak pidana pendanaan terorisme, menentukan cara cara yang dilakukan sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 antara lain: a. Penerapan prinsip mengenali pengguna jasa keuangan. Lembaga yang diberi wewenang untuk menetapkan ketentuan prinsip mengenali pengguna jasa keuangan termasuk pengguna jasa keuangan yang berhubungan dengan tindak pidana pendanaan terorisme adalah lembaga pengawas dan pengatur (LPP) artinya

4 Ikatan bankir indonesia, menguasai fungsi kepatuhan bank, gramedia pustaka utama, jakarta, 2015,

Hlm 96

(7)

110

lembaga yang mengatur dan membuat adalah LPP dan PJK wajib menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa keuangan.

b. Pelaporan dan pengawasan kepatuhan PJK (penyedia Jasa Keuangan). Guna melakukan pengawasan kepatuhan PJK atas kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan terkait pendanaan terorisme dilakukan oleh PPATK dan LPP yang berwenang. Jika LPP menemukan adanya transaksi keuangan mecurigakan terkait pendanaan terorisme, yang tidak dilaporkan kepada PPATK, maka temuan tersebut segera disampaikan kepada PPATK. Pelaksanaan kewajiban pelaporan tersebut dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan yang berlaku bagi PJK yang bersangkutan. PJK, pejabat dan pegawainya tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana atas pelaksanaann kewajiban pelaporan tersebut kecuali terdapat unsur penyalahgunaan wewenang. Artinya sepanjang tidak ada penyalahgunaan wewenang, maka PJK, pejabat dan pegawainya tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana.

c. Pengawasan kegiatan pengiriman uang melalui sistem transfer atau pengiriman uang melalui sistem lainnya. Pengawasan kegiatan pengiriman uang dibedakan antara (1) melalui sistem transfer dan (2) melalui sistem lainnya. Pengguna jasa keuangan yang melakukan transaksi pengiriman uang melalui sistem transfer wajib mengisi formulir yang disediakan oleh PJK yang berisi identitas dan informasi yang benar mengenai pengirim asal, alamat pengirim asal, penerima kiriman, jumlah uang, jenis mata uang, tanggal pengiriman uang, sumber dana dan informasi lain yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan wajib diberikan kepada PJK disertai dengan lampiran dokumen pendukung6.

(8)

111

d. Pengawasan pembawaan uang tunai dan atau instrumen pembayaran lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia. Dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai khususnya yang terkait pendanaan terorisme7.

Pencegahan selanjutnya berupa pemblokiran terhadap dana yang secara langsung atau tidak langsung atau yang diketahui atau patut diduga digunakan atau akan digunakan, baik seluruhnya maupun sebagian untuk tindak terorisme. Permintaan pemblokiran harus dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai8:

1) Nama dan jabatan pejabat yang meminta atau memerintahkan 2) Identitas orang atau korporasi yang dananya akan diblokir 3) Alasan pemblokiran

4) Tempat dana berada

Terhadap pelaksanaan pemblokiran tersebut, setiap orang dapat mengajukan keberatan yang ditujukan kepada PPATK, penyidik, penuntut umum atau hakim dalam waktu paling lama 14 hari sejak mengetahui adanya pemblokiran. Keberatan disampaikan secara tertulis disertai dengan :

a) Alasan yang mendasari keberatan disertai penjelasan mengenai hubungan atau kaitan pihak yang mengajukan keberatan dengan dana yang diblokir

b) Bukti, dokumen asli, atau salinan yang telah dilegalisir yang menerangkan sumber dan latar belakang dana.

Dalam hal tidak ada orang dan atau pihak ketiga yang mengajukan keberatan, dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal pemblokiran, PPATK atau penyidik menyerahkan penanganan dana yang diketahui atau patut diduga terkait tindak pidana terorisme ke pengadilan negeri, dalam waktu 30 hari sejak diumumkan apabila :

7 Ibid, Hlm 150 8 Ibid, Hlm 150

(9)

112

a) Terdapat pihak yang keberatan, pengadilan negeri melakukan pemeriksaan guna memutuskan dana dikembalikan kepada yang berhak atau dirampas untuk negara

b) Tidak ada pihak yang keberatan, pengadilan memutuskan dana dirampas untuk negara atau dimusnahkan9.

D. Kesimpulan

Dalam rangka mencegah dan memberantas masuknya atau tersedianya dana dana yang diperuntukan melakukan kegiatan terorisme, Pemerintah Indonesia bersama sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat telah berhasil membentuk Undang Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana pendanaan terorisme. Program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme adalah serangkaian aktivitas yang harus dilakukan oleh bank ketika melakukan kegiatan oprasionalnya untuk mencegah aktivias pencucian uang. Aktivitas pencegahan dimaksud dilaksanakan dengan :

a. Identitas nasabah dan custumer profiling b. Memantau transaksi nasabah

c. Melaporkan transaksi nasabah yang mempunyai unsur-unsur pencucian uang kepada pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan.10

Salah satu kunci keberhasilan dari penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme adalah karyawan yang memahami dan terampil melakukan tindakan pencegahan pencucian uang. Agar hal ini dapat tercapai, maka bank wajib menyelenggarakan pelatihan yang berkesinambungan tentang :

a. Implementasi peraturan perundang undangan yang terkait dengan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.

b. Teknik, metode, dan tipologi pencucian uang atau pendanaan terorisme

9 Ibid, Hlm 152

10 Ikatan bankir indonesia, menguasai fungsi kepatuhan bank, gramedia pustaka utama, jakarta, 2015,

(10)

113

c. Kebijakan dan prosedur penetapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme11.

SARAN

Pendanaan terorisme merupakan elemen penting dalam kegiatan terorisme. Oleh karena itu pemberantasan tindak pidana terorisme tidak hanya pada kegiatan aksi aktual teror, tetapi juga pada elemen pendukung pendanaan kegiatan terorismenya. Pendanaan terorisme bersifat lintas negara sehingga upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan melibatkan penyedia jasa keuangan , aparat penegak hukum, dan kerjasama internasional untuk mendeteksi adanya suatu aliran dana yang digunakan atau diduga digunakan untuk pendanaan kegiatan terorisme. Perang melawan pendanaan terorisme merupakan suatu tantangan yang signifikan. Oleh karena itu, anti pencucian uang dan pemberantasan tindak pidana pendanaan terorisme yang efektif pada umumnya adalah penting untuk mengarahkan serta menfokuskan pada tindak pindana pendanaan terorisme yaitu dengan cara mengintegrasikan seluruh rekomendasi yang ada sehingga akan tampak jelas rekomendasi khusus yang dapat berlaku secara efektif. Undang undang tentang pemberantasan pendanaan terorisme sebaiknya juga memuat kettentuann mengenai hukum acara atau kegiatan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaaan di sidang pengadilan terhadap perkara perkara pendanaan terorisme.

DAFTAR PUSTAKA

Djoko Sarwoko, Pendanaan Terorisme, Genta Publishing, Yogyakarta, 2018

Ikatan bankir indonesia, menguasai fungsi kepatuhan bank, gramedia pustaka utama, jakarta, 2015

Irman, Hukum Pembuktian Pencucian Uang, MQS Publishing dan Ayyccs, Jakarta, 2006 Nyoman Serikat Putra Jaya, Hukum Pidana Khusus, Universtas Diponegoro, Semarang 2016,

https://zulsitompul.wordpress.com/2011/05/03/bank-dan-pencucian-uang/

https://sudiharsa.wordpress.com/2007/06/20/pencegahan-dan-pemberantasan-pencucian-uang-di-perbankan/

Referensi

Dokumen terkait

Kelayakan Auto-Mechanical sebagai media pembelajaran Teknik Mikroprosesor kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Ototronik SMK Negeri 1 Seyegan berdasarkan hasil uji

Dari hasil pengujian LC50 dan Indeks nutrisi yang telah dilakukan terhadap Indeks nutrisi larva H.armigera pada makanan yang mengandung ekstrak kulit batang bakau (R.mucronata)

Hasil akhir dari penelitian ini berupa beberapa model jalur-jalur mobilitas penduduk Kelurahan Condongcatur yang dapat memberikan informasi mengenai jalur yang

Metode sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi menggunakan tablet formaldehid pada suhu kamar, panas kering dengan tablet formaldehid pada suhu 60°C selama 8 jam,

Adanya fanatik terhadap figur calon tertentu, masyarakat akan memilih atau menilai figur tertentu yang memiliki etnis yang sama dengan mereka seperti figur dari Jarot

Pendengar radio dalam penelitian ini merupakan pendengar radio yang mendengarkan siaran RRI di Kota Jayapura. Berdasarkan pada hasil kuesioner menunjukkan bahwa

Adapun perubahan tersebut yakni pada sebelum konseling empat yang nampak atau dirasakan klien yang terjadi jarang pulang kerumah dan kurang perhatian kepada orangtuanya,

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Prihatsanti (2000), terhadap istri anggota TNI di Mojolaban, Sukoharjo, berkaitan dengan sumbangan efektif yang diberikan variabel