3.1.Letak
Lanskap Camplong terletak 45 km sebelah Timur Laut Kota Kupang. Secara administratif pemerintahan, lanskap Camplong termasuk dalam Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Lanskap Camplong memiliki kawasan TWA Camplong yang di kelilingi oleh beberapa desa yaitu; Desa Camplong I, Camplong II, Naunu, Silu dan Oebola Dalam yang
merupakan desa enclave seluas 51,5 ha. Berdasarkan administrasi kehutanan,
kawasan TWA Camplong ini terletak di wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II Camplong, Bidang Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) I Soe, Balai Besar KSDA NTT.
Berdasarkan letak geografis, lanskap Camplong terletak pada
10001’19,7”–10003’21,5’’ LS dan 123055’01,3”–123056’23,8’’ BT, sedangkan
kawasan TWA Camplong ini berada antara 1230 39’–1240 23’ Bujur Timur dan 90
57’–100 30’ Lintang Selatan.
3.2.Kondisi Fisik
3.2.1. Luas dan status kawasan
Luas lanskap Camplong dalam penelitian ini yaitu 2470,11 ha yang terbagi ke dalam dua bentuk kawasan yaitu kawasan hutan TWA Camplong (696,60 ha) dan bukan kawasan hutan (1773,51ha).
Kawasan TWA Camplong ditetapkan sebagai taman wisata dimulai 11 Mei 1929 oleh Keresidenan Timor melalui keputusan Nomor: 180 sebagai hutan tutupan yang terpelihara seluas kurang lebih 475 ha. Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 183/Kpts/UM/3/1980, Tanggal 17 Maret 1980 menetapkan kawasan hutan Camplong tergabung dalam kelompok hutan Sisimeni Sanam. Pada tanggal 30 Maret 1982, Gubernur NTT menunjuk kawasan hutan ini sebagai Taman Wisata melalui Keputusan Nomor: 46/BKLH/1982 seluas ± 2000 ha, tetapi hasil pengukuran defenitif oleh Balai Planologi Kehutanan IV, Tanggal 8 Juni 1982, disahkan oleh Menteri Pertanian RI Tanggal 25 Desember 1982 seluas 696,60 ha. (BKSDA VII Kupang 1996).
Be 1983, Men kawasan i Tahun 19 Provinsi ( Tanggal 2 ha. Peta ka G 3.2.2. Top Ha ini dipero bertopogra 45%. 3.2.3. Hid La air yang d erdasarkan T nteri Pertan ni sebagai 96 tentang (RTWP) da 23 Juli 1996 awasan TW Gambar 4 Pe pografi asil klasifika oleh data le afi datar sa drologi anskap Cam dijadikan s Tata Guna H nian melalui hutan wisat Penetapan an Tata Gu 6 menetapk WA Camplon eta Kawasan
asi peta pen etak lanska ampai sanga mplong mem ebagai sum Hutan Kese Keputusan ta. Berdasar Hasil Padu una Hutan kan luas kaw
ng tersaji pa n Taman W nutupan laha ap Camplon at curam de miliki beber mber air mi pakatan (TG n Nomor: 89 rkan Keputu userasi Ren Kesepakata wasan TWA ada Gambar Wisata Alam an lanskap ng pada ke engan kemi rapa jaringa inum maup GHK) tangg 9/KPTS/UM usan Guber ncana Tata an (TGHK) A Camplon r 4. Camplong Camplong etinggian 9 iringan lere an sungai d pun untuk k gal 12 Dese M/83 meneta rnur NTT N Ruang Wi ) Provinsi N ng adalah 69 dan sekitar dalam pene 2 - 465 m eng antara 0 dan sumber kebutuhan h ember apkan No. 64 ilayah NTT, 96,60 rnya. elitian m dpl, 0 – > mata hidup
lainnya oleh penduduk sekitar Camplong sampai dengan Naibonat (ibukota baru Kabupaten Kupang). Beberapa sungai (kali) yang berada di lanskap Camplong yaitu; kali Naunu, Kiuana, Tuana, Nefolina, Oetune, Oebola, Puamnasi, Oelpuah, Fatumetan, Oetobe, Oelhaubaat. Khusus di dalam kawasan TWA Camplong, pada tahun 1955 muncul mata air sebanyak sembilan lokasi, padahal sebelumnya hanya terdapat satu sumber mata air. Beberapa sumber mata air dapat mengalir sepanjang tahun (tidak pernah kering) yaitu mata air Oenaek (sumber mata air terbesar yang digunakan untuk kolam renang dan air minum), Oetakmanu dan Oehaubaat. Beberapa sumber mata air keluar dari celah-celah batu-batuan dan akar-akar pohon seperti sumber mata air Oenaek, Oebola, Oepua, Oetakmanu dan Oenaunu.
3.2.4. Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Indonesia Skala 1:2.000.000 (Direktorat Geologi Bandung 1965), secara umum kawasan TWA Camplong dan sekitarnya mempunyai formasi geologi dari jenis batuan; deret sonebait dan ofu, neogen, alluvial undah dan terumbu koral dan paleogen (BKSDA VII Kupang 1996).
Berdasarkan peta tanah Indonesia skala 1: 1.250.000 (Lembaga Penelitian
Tanah Bogor, 1968 diacu dalam BKSDA VII Kupang 1996), jenis tanah yang
terdapat di lanskap Camplong adalah jenis aluvial dengan bentuk dataran mediteran dan tanah-tanah komplek dengan bentuk pegunungan komplek. Tanah
Timor termasuk ke dalam “margalitis soil” yang dicirikan dengan kelabilan,
mudah tererosi, kelabilan mudah tererosi, drainase kurang baik serta mudah merekah pada musim panas (BKSDA VII Kupang 1996).
3.2.5. Iklim
Berdasarkan peta tipe iklim skala 1: 2.000.000 verhadelingen No. 42.
Jawatan Meteorologi dan Geofisika tahun 1952, wilayah Timor pada umumnya termasuk lanskap Camplong, berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson, tergolong dalam tipe iklim D dan E. Berdasarkan data dari Stasiun Mateorologi dan Geofisika Lasiana menunjukkan bahwa jumlah curah hujan sekitar 1330 mm/tahun (rata-rata 110,8 mm) dengan jumlah hari hujan kurang lebih 101 hari (rata-rata 8,33 hari). Distribusi bulan basah antara November
sampai April dan bulan kering terjadi pada Mei–Oktober. Suhu udara berkisar
antara 20o-32o C (BKSDA VII Kupang 1996).
3.2.6.Aksesibilitas
Aksesibilitas ke lanskap Camplong seperti jaringan jalan negara, dan sarana transportasi tersedia cukup memadai sehingga dapat ditempuh selama satu jam perjalanan dengan kendaraan roda empat dan roda dua melewati ruas jalan Kupang – Soe – Atambua – Dili.
Taman Wisata Alam Camplong memiliki beberapa obyek wisata alam yang telah dikembangkan diantaranya adalah; kolam sumber mata air dan gua alam. Beberapa potensi obyek wisata belum dikelola dengan baik seperti tipe-tipe ekosistem hutan (hutan alam, hutan gugur daun, savana dan hutan tanaman),
obyek wisata kera ekor panjang, bird watching terutama burung-burung endemik
Timor dan Nusa Tenggara. Fasilitas pendukung kegiatan wisata yang terdapat di dalam kawasan TWA Camplong meliputi; (a) kolam renang, (b) jalur penjelajahan hutan/lintas alam, dan fasilitas ini sudah umum dilakukan oleh pengunjung untuk kegiatan pendidikan dan penelitian, lintas alam (kalangan peneliti, mahasiswa, pramuka, pencinta alam, TNI, wisatawan domestik dan mancanegara), (c) bumi perkemahan dilengkapi dengan fasilitas berupa papan intepretasi wisata, pondok berkemah, dan toilet, (d) koleksi satwa yang menampung beberapa satwa di antaranya buaya air tawar dan ular phiton.
Masyarakat yang bermukim di enclave adalah kelompok masyarakat asli
Timor yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Penduduk yang bermukim di sekitar kawasan TWA Camplong merupakan gabungan kelompok masyarakat asli Timor dan pendatang dari berbagai daerah di NTT, Jawa, dan Bugis.
3.3.Biologi 3.3.1. Flora
Flora yang tumbuh di lanskap Camplong sangat dipengaruhi oleh ekosistem lingkungan tempat tumbuhnya. Secara garis besar, ekosistem lanskap Camplong hanya meliputi ekosistem daratan. Namun secara fisiografis, ekosistem
daratan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe ekosistem sebagai berikut;
(1) Tipe ekosistem hutan musim
Vegetasi hutan musim dicirikan oleh pohon-pohon yang tidak tinggi (berkisar 15-20 m), banyak percabangannya dan pada musim kering menggugurkan daunnya.
(2) Ekosistem hutan savana
Savana terdapat di sekitar Oelkuku yang didominasi oleh lontar (Borasus sp),
dan gewang (Corypha gebanga), serta kayu putih (Eucalyptus alba), asam
jawa (Tamarindus indica), akasia (Cassia fistula), dan kesambi (Schleichera
oleosa), kabesak putih/pilang (Acasia leucocephala) mendominasi sekitar Desa Silu.
(3) Ekosistem hutan tanaman
Jenis-jenis vegetasi yang tumbuh pada tipe ekosistem ini meliputi jati (Tectona grandis), johar (Cassia siamea), dan flamboyan (Delonix regia) (BKSDA VII Kupang 1996).
Paga et al. (2007) menyatakan bahwa di kawasan TWA Camplong
terdapat keanekaragaman tumbuhan obat yang tinggi. Di kawasan ini ditemukan 85 jenis tumbuhan berkhasiat obat yang terdiri dari tingkat vegetasi semai, pancang, tiang dan pohon. Tumbuhan obat tingkat pohon ditemukan 37 jenis
dengan spesies dominan yaitu taduk (Alstonia scholaris), kenanga (Cananga
odorata), dan kesambi (Schleichera oleosa). Tumbuhan obat tingkat tiang
sebanyak 32 jenis yang didominasi oleh spesies jambu biji/oben (Psidium
guajava), kenanga (Cananga odorota), dan kanunak (Cordia subcrodata). Tumbuhan obat tingkat pancang sebanyak 38 jenis yang didominasi oleh spesies
bambu (Bambusa multipleks), bijaema (Elaeocarpus petiolatus), dan kanunak.
Tumbuhan obat tingkat semai sebanyak 27 jenis yang didominasi oleh spesies
kirinyu/sufmuti (Chromolaena odorata), bijaema (Elaeocarpus petiolatus), dan
tisel/johar hutan (Cassia sp).
3.3.2. Fauna
Timor merupakan pulau terbesar di Nusa Tenggara dengan luas 28.759
terbatas yang tinggi. Sujatnika et al. (1995) menyatakan bahwa Pulau Timor memiliki 32 spesies burung; Trainor (2002) menyatakan ada 31 jenis burung yang
terdapat di pulau ini dan enam diantaranya endemik Pulau Timor, Rombang et al.
(2000) mencatat 30 jenis burung sebaran terbatas yang terdapat di kawasan TWA
Camplong, diantaranya; walik ratu, (Ptilinopus regina), tekukur (Streptopelia
chinensis), ayam hutan (Gallus gallus), anis timor (Zoothera peronii), merpati
hitam Timor (Turacoena modesta), srigunting wallacea (Dicrurus densus). Paga
et al. (2006) melaporkan terdapat enam jenis burung endemik Pulau Timor di
kawasan TWA Camplong yaitu; Sikatan timor/Black-banded Flycatcher (Ficedula
timorensis), Opior Timor/Spotbreasted White-eye (Heleia muelleri), Mizomela
timor/Red-rumped Myzomela (Myzomela vulnerata), Celucuk timor/Buffbanded
Bushbird (Buettikoferella bivtitata), Cikukua timor, dan Isap madu
timor/Yellow-eared Honeyeater (Lichmera flavicans).
Jenis satwa lainnya yang terdapat pada lanskap Camplong yaitu; mamalia
terdiri dari Kera ekor panjang (Macaca fascilularis), Musang (Paradoxurus
hermaphrodites), Kucing hutan (Prionailurus planices), Babi hutan (Sus scrofa),
(b) reptilia terdiri dari Biawak timor (Varanus timorensis), Tokek (Gecko-gecko),
dan ular Sanca timor atau ular Phiton timor (Python timorensis).
3.4. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya
Lanskap Camplong termasuk dalam wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang. Luas wilayah Kecamatan Fatuleu adalah
400,29 km2 dengan jumlah penduduk pada akhir tahun 2010 sekitar 23022 jiwa
yang tersebar di 10 desa. Rata-rata kepadatan penduduk 58 jiwa/ km2 (BPS
Kecamatan Fatuleu 2010).
Sebagian besar wilayah desa di lanskap Camplong berbatasan langsung dengan kawasan TWA Camplong. Desa-desa yang berbatasan langsung dengan
kawasan TWA Camplong adalah; Camplong I memiliki luas 20 km2 dengan
jumlah penduduk 4615 jiwa, Camplong II (48,63 km2) dengan jumlah penduduk
2823 jiwa, Naunu (11,23 km2) dengan jumlah penduduk 2009 jiwa, Silu (130,07
km2) dengan jumlah penduduk 4055 jiwa, Oebola (40,85 km2) dengan jumlah
penduduk 1764 jiwa, Oebola Dalam (19 km2) dengan jumlah penduduk 1000 jiwa,
Penduduk di lanskap Camplong sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani (ladang/kebun) dan peternak. Lahan pertanian sawah dan kebun dilakukan dengan pengelolaan secara tradisional, demikian pula pada usaha peternakan seperti sapi, babi dan kambing masih dilakukan dengan sistem penggembalaan secara liar baik di dalam maupun di luar kawasan hutan TWA Camplong.
Fasilitas peribadatan berupa gereja dan mesjid dapat dijumpai pada beberapa desa-desa yang berbatasan dengan kawasan hutan TWA Camplong. Penganut agama Kristen Protestan lebih dominan dari pada Katolik dan Islam. Bahasa yang digunakan di daerah ini adalah bahasa Timor sebagai bahasa pengantar sehari-hari dalam lingkungan budaya mereka, tapi bila berkomunikasi dengan pihak luar, maka masyarakat lokal menggunakan bahasa Indonesia. Adat istiadat yang berlaku di daerah ini adalah adat Timor yang dapat ditemukan dalam upacara perkawinan, upacara keagamaan dan lain-lainnya. Pengaruh bekas keturunan bangsawan/raja-raja atau kevektoran masih terasa di masyarakat, sehingga masyarakat tetap menghargai mereka sebagai pemimpin adat dalam menggerakkan pembangunan di desa. Kebiasaan makan sirih pinang sebagai tanda persaudaraan dan penghormatan kepada tamu yang datang sangat bermakna (BKSDA VII Kupang 1996).