• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Badung, September 2016 Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar TIM REDAKSI BULETIN METEO NGURAH RAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Badung, September 2016 Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar TIM REDAKSI BULETIN METEO NGURAH RAI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1 TIM REDAKSI BULETIN

METEO NGURAH RAI Pelindung Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar

Catur Winarti, SP

Penasehat

Drs. A.A. Gede Trikumara S. Pande Putu Pardana Ni Wayan Siti, S.Sos

Pemimpin Redaksi

Agus Yarcana

Wakil Pemimpin Redaksi

Decky Irmawan, SE, M. Kom Dewa Gede Agung Mahendra,

S. Kom

Sekretaris Redaksi

Agit Setiyoko, S.T Rahma Fauzia Yushar, S.Tr Made Nanda Putri A.M., S.Tr

Tim Redaksi

Sangsang Firmansyah, SP Muh. Khamdani, SP

Suyatno, SP Sarnubih Hasan, SP I Putu Sumiana, S.Si Tanti Prasetya Prima Desi, S.Si

Bonggo Pribadi, S.Tr. Putu Eka Tulistiawan, A.Md Ni Luh Putu Sri Ariastuti, A.Md

Tim Percetakan/Distributor

I Wayan Subakti, A.Md Putri Kusumastuti, A.Md

Kadek Winasih, A.Md Devi Dwita Meiliza, SE Ni Made Dwi Jayanti, S. Kom

Alamat Redaksi

Stasiun Meteorologi Kelas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali

Gedung GOI Lt. II Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali

80361 Telp. 03619359754 Fax. 03619351124 Email : stametngurahraidps@gmail.com Website www.ngurahrai.bali.bmkg.go.id KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas diterbitkannya Buletin Meteo Ngurah Rai edisi September 2016 ini. Pembuatan buletin ini dilakukan sebagai ikhtiar untuk mengevaluasi sekaligus menginformasikan kejadian cuaca khususnya di lingkup Bandara I Gusti Ngurah Rai selama kurun waktu sebulan terakhir.

Penerbitan buletin ini diharapkan dapat memberi nilai tambah kepada masyarakat terutama kepada pengguna layanan cuaca penerbangan.

Sebagaimana biasa, saran dan kritik membangun tentu saja masih kami perlukan guna menjadikan kualitas buletin ini ke depan menjadi semakin baik.

Badung, September 2016 Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I

Ngurah Rai Denpasar

Catur Winarti, SP. NIP. 197507231997032001

(3)

2 DAFTAR ISI

TIM REDAKSI BULETIN METEO NGURAH RAI ... 1

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 2

I. DAFTAR ISTILAH ... 3

II. PENDAHULUAN ... 6

III. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT ... 8

A. ENSO (El Nino Southern Oscilation) ... 8

B. MJO (Madden-Jullien Oscilation) ... 9

C. Sirkulasi Monsun ... 11

D. Suhu Muka Laut... 14

IV. PROFIL PARAMETER CUACA STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR BULAN AGUSTUS 2016 ...15

A. Curah Hujan ... 15

B. Suhu Udara ... 15

1 Suhu Udara Rata-Rata Harian ...15

2 Suhu Udara Maksimum ...16

3 Suhu Udara Minimum ...17

C. Kelembaban Udara ... 17

D. Tekanan Udara ... 18

E. Arah dan Kecepatan Angin Permukaan ... 19

F. Crosswind, Headwind dan Tailwind ... 20

V. INFORMASI TAMBAHAN STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR ...22

A. Verifikasi Prakiraan Cuaca ... 22

B. Evaluasi Kunjungan Website... 23

C. Artikel ... 25

(4)

3

I. DAFTAR ISTILAH

Aerodrome Warning adalah berita meteorologi yang berisi peringatan untuk berhati-hati atau mengambil langkah-langkah tertentu berkaitan dengan prakiraan akan adanya cuaca signifikan atau fenomena ekstrem di sekitar Bandar udara.

AUSMI (Australian Monsoon Index) merupakan indeks yang mengukur sirkulasi monsun Australia yang terjadi dengan menghitung rata-rata angin zonal (timur barat) pada ketinggian 850 mb pada area (5oLS-15oLS, 110oBT-130oBT) (Kajikawa dkk., 2009). Indeks AUSMI bernilai positif berarti terjadi penguatan sirkulasi monsunal Asia dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (5oLS-15oLS, 110oBT-130oBT) cenderung bergerak dari barat, sebaliknya indeks AUSMI bernilai negatif berarti terjadi pelemahan sirkulasi monsunal Asia dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (5oLS-15oLS, 110oBT-130oBT) cenderung bergerak dari Timur – Tenggara.

Crosswind adalah angin yang arahnya dari samping benda yang bergerak misalnya pesawat yang sedang dalam penerbangan.

El Nino adalah fase negatif dari ENSO yang dicirikan dengan anomali suhu muka laut yang lebih hangat di wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian timur dibandingkan dengan di bagian baratnya dan ditandai dengan nilai SOI negatif.

ENSO (El Nino Southern Oscillation) adalah fenomena interaksi lautan-atmosfer skala global dengan variabilitas interannual yang terjadi karena adanya penyimpangan (anomali) suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial.

FKLIM71 adalah formulir yang di dalamnya dicatat data klimatologi bulanan pada stasiun meteorologi atau klimatologi.

Flight Forecast adalah prakiraan cuaca untuk penerbangan yang dikumpulkan dalam satu berkas dokumen prakiraan cuaca penerbangan dan diserahkan kepada penerbang sebelum terbang.

Headwind adalah angin yang bertiup dari arah depan berlawanan dengan arah benda, misalnnya pesawat yang sedang dalam penerbangan.

ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) adalah area di sekitar wilayah tropis yang dicirikan dengan pola pumpunan (konvergensi) angin dalam skala yang luas dan dapat berpotensi terjadi cuaca buruk di sepanjang wilayah yang dilewatinya.

(5)

4

La Nina adalah fase positif dari ENSO yang dicirikan dengan anomali suhu muka laut yang lebih hangat di wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian barat dibandingkan dengan di bagian timurnya dan ditandai dengan nilai SOI positif.

MET REPORT adalah singkatan dari “meteorological report”. Digunakan dalam bahasa laporan cuaca penerbangan yang menyatakan bahwa laporan yang dibuat adalah laporan rutin dari hasil pengamatan cuaca.

METAR adalah kata sandi yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sandi atau keterangan yang mengikutinya adalah informasi cuaca yang sedang berlangsung di Bandar udara. METAR dibuat secara rutin, biasanya dibuat secara berkala setiap 30 menit sekali, untuk dikirim ke atau dipertukarkan dengan Stasiun Meteorologi Penerbangan lainnya, dan/atau dikirim ke Pusat-Pusat Data dan Analisis yang ditentukan. MJO (Madden Jullian Oscillation) adalah fenomena atmosfer skala global dengan variabilitas intraseasonal yang menunjukkan potensi area konvektif kuat dan menjalar dari barat ke timur di sepanjang wilayah ekuatorial.

Monsun suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal tiga bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan dua istilah monsun yaitu Monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim penghujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

OLR (Outgoing Longwave Radiation) adalah energi gelombang panjang dari permukaan bumi yang dipancarkan ke angkasa. Nilai besar/kecil dari OLR mengindikasikan jumlah tutupan awan yang rendah/tinggi.

Pilot Balon (Pibal) adalah pengukuran dan perhitungan arah dan kecepatan angin dengan pelacakan balon meteorologi menggunakan theodolite.

PW (Precipitable Water) adalah banyaknya uap air yang berpotensi menjadi hujan. Siklon tropis adalah sistem tekanan rendah dengan angin berputar siklonik yang terbentuk di lautan wilayah tropis dengan kecepatan angin maksimal 34,8 (tiga puluh empat koma delapan) knots atau 64,4 (enam puluh empat koma empat) km/jam (kilometer per jam) di sekitar pusat pusaran.

SOI (Southern Oscillation Index) adalah indeks yang menunjukkan aktifitas ENSO dan mengindikasikan adanya perkembangan atau intensitas kejadian El Nino atau La Nina di Samudera Pasifik. SOI dihitung berdasarkan perbedaan tekanan permukaan laut antara Tahiti dan Darwin.

(6)

5

SPECI adalah kata sandi yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sandi atau keterangan yang mengikutinya adalah informasi tentang adanya fenomena khusus pada suatu saat di suatu Bandar udara dan atau di sekitarnya. SPECI dibuat untuk dikirim ke atau dipertukarkan dengan Stasiun Meteorologi Penerbangan lainnya, dan/atau dikirim ke Pusat-Pusat Data dan Analisis yang ditentukan.

TAFOR adalah singkatan dari “terminal forecast”. Sandi meteorologi yang menunjukkan bahwa berita yang tertulis di belakangnya adalah tentang prakiraan cuaca Bandar udara.TAFOR memuat informasi tentang akan terjadinya cuaca di suatu Bandar udara pada waktu yang akan datang. Unsur cuaca yang diprakirakan meliputi angin permukaan, jarak pandang mendatar, fenomena cuaca, awan, dan perubahan signifikan dari satu atau lebih unsur tersebut selama selang waktu prakiraan.

Tailwind adalah angin yang bertiup dari arah belakang sejajar dengan arah benda, misalnya pesawat yang sedang dalam penerbangan.

WNPM (Western North Pacific Monsoon) merupakan indeks yang mengukur sirkulasi monsun Asia yang terjadi dengan menghitung perbedaaan rata-rata angin zonal (timur barat) pada ketinggian 850 mb antara area (5oLU-15oLU, 100oBT-130oBT) dan area (20oLU-30oLU, 110oBT-140oBT) (Wang B, dkk.,2008). Indeks WNPM bernilai negatif berarti terjadi penguatan sirkulasi monsunal Asia dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (20oLU-30oLU, 110oBT-140oBT) cenderung lebih besar nilainya dibanding angin paras 850mb pada area (5oLU-15oLU, 100oBT-130oBT). Sehingga dominan arah angin paras 850 mb adalah Timur Laut-Timur. Indeks WNPM bernilai positif berarti terjadi pelemahan sirkulasi monsunal Asia dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (20oLU-30oLU, 110oBT-140oBT) cenderung lebih kecil nilainya dibanding angin paras 850mb pada area (5oLU-15oLU, 100oBT-130oBT). Sehingga dominan arah angin paras 850 mb adalah Barat Daya-Barat.

WXREV adalah informasi meteorologi yang berisikan rangkuman keadaan cuaca selama 24 jam pada stasiun meteorologi atau klimatologi.

(7)

6

II. PENDAHULUAN

Benua maritim Indonesia yang hangat mengakibatkan banyak fenomena atmosfer skala global dan regional mempengaruhi cuaca dan iklimnya. Fenomena atmosfer ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang terjadi di Samudra Pasifik, IOD (Indian Ocean Dipole) yang terjadi di Samudra Hindia, osilasi Madden-Jullien (Madden-Jullien Oscilation), daerah pumpunan antar tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ITCZ) serta sirkulasi monsun Asia dan Australia adalah beberapa fenomena skala global dan regional yang mempengaruhi wilayah Indonesia. Luasnya bentangan wilayah Indonesia menyebabkan pengaruh fenomena atmosfer ini tidaklah sama di setiap wilayah. Secara umum pengaruh fenomena-fenomena tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2 berikut :

Bali adalah salah satu pulau kecil yang berada di kawasan tengah Indonesia dengan koordinat 9o0’ - 7o50’ LS dan 114o0’ - 116o0’ BT. Luas wilayah daratan Bali

Gambar 2.1 Pengaruh Fenomena La Nina dan IOD Positif untuk wilayah Indonesia

Gambar 2.2 Pengaruh Fenomena El Nino dan IOD Negatif untuk wilayah Indonesia

(8)

7

adalah 5.636,66 km2, sedangkan luas lautannya 9.634,35 km2, terlihat bahwa luas lautan Bali dua kali lipat luas daratannya. Kondisi ini mengakibatkan keadaan cuaca dan iklim di wilayah Bali dipengaruhi oleh fenomena atmosfer seperti ENSO, MJO dan sirkulasi angin monsun Asia dan Australia. Penyampaian informasi mengenai analisa cuaca di wilayah Bali ini menjadi salah satu tugas dari Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar.

Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar merupakan stasiun meteorologi yang terletak di dalam bandar udaraI Gusti Ngurah Rai Bali. Selain memberikan informasi analisa keadaan cuaca wilayah Bali, juga bertugas untuk memberikan informasi cuaca untuk penerbangan di bandar udara I Gusti Ngurah Rai Bali. Informasi cuaca penerbangan yang diberikan antara lain METAR, SPECI, Met Report, Special Report, Flight Forecast dan Aerodrome Warning. Informasi lain yang juga dihasilkan oleh Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar adalah informasi pengamatan cuaca synoptik dan udara atas. Semua informasi yang disampaikan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi jasa penerbangan pada khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya untuk mengantisipasi perubahan cuaca yang terjadi.

(9)

8

III. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT

Analisis dinamika atmosfer dan laut selama periode Agustus 2016 akan memberikan gambaran terhadap fenomena atmosfer dominan yang mempengaruhi perubahan cuaca di wilayah Bali. Secara umum akan ditampilkan kondisi tiap-tiap fenomena atmosfer seperti ENSO, MJO, sirkulasi monsun dan suhu muka laut selama periode Agustus 2016 sebagai berikut :

A. ENSO (El Nino Southern Oscilation)

Penentuan fase ENSO dilakukan dengan analisis terhadap indeks NINO dan SOI yang mengamati perubahan kondisi atmosfer di sekitar samudra Pasifik. Indeks NINO dibagi menjadi 4, dimana tiap indeks menunjukan anomali suhu muka laut untuk wilayah yang berbeda di samudra Pasifik. Untuk wilayah Indonesia, indeks NINO yang digunakan adalah indeks NINO 3.4.

Pada periode Juni hinggaAgustus2016 indeks NINO 3.4 menunjukan kisaran nilai antara -0,7ºC s/d +0,4ºC. Nilai indeks ini menunjukan fase ENSO yang negatif dan adanya fenomena La Nina yang terjadi. Intensitas dari fenomena La Nina yang terjadi menurun menjadiLa Ninalemah. Hal ini menunjukan bahwa kondisi La Nina berpengaruh terhadap kondisi cuaca di sekitar wilayah Indonesia bagian Timur dan Tengah. Secara lengkap indeks NINO terlihat pada Gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1 Indeks NINO Tahun 2015-2016

(10)

9

Selain Indeks NINO 3.4, indeks yang juga harus digunakan untuk analisis ENSO adalah indeks SOI. Indeks SOI memiliki batas-batas nilai yang menunjukan ENSO fase negatif atau positif. Untuk ENSO fase negatif indeks SOI bernilai -7 atau lebih, sedangkan untuk ENSO fase positif bernilai 7 atau lebih. Nilai indeks SOI antara -7 s/d 7 adalah keadaan netral.

Selama periode Agustus 2016, indeks SOI rata-rata 30 harian mengalami fluktuasi nilai yang signifikan antara +2,6 s/d +5,8. Hal ini menunjukan bahwa pada periode Agustus 2016 terindikasi adanya keadaan netral dan kondisi normal di sekitar wilayah samudra Pasifik. Secara lengkap perubahan indeks SOI rata-rata 30 harian terlihat pada Gambar 3.2 berikut:

Berdasarkan indeks NINO 3.4 dan SOI tersebut dapat diketahui bahwa selama periode Agustus 2016 terindikasi adanya keadaan netral, serta menunjukan tidak adanya fenomena El Nino. Oleh karena itu tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap peluang curah hujan di sekitar wilayah Indonesia bagian Timur dan Tengah.

B. MJO (Madden-Jullien Oscilation)

Pada umumnya analisis fenomena atmosfer MJO menggunakan indikasi perubahan nilai OLR yang terjadi di sekitar area ekuator. Perubahan nilai OLR pada periode Agustus 2016 yang ditampilkan dengan diagram Hovmoller terlihat seperti Gambar 3.3 berikut :

Gambar 3.2 Indeks SOI Rata-Rata 30 Harian (Sumber : www.bom.gov.au/climate/enso/)

(11)

10

Dari data OLR di atas berdasarkan letak geografis Indonesia 94°58' 21" BT-141°01' 10"BT dapat ditentukan bahwa pada awalhingga pertengahan periodeAgustus 2016 nilai OLR berkisar dari -0,5 sampai -1,5 yang menunjukkan terjadinya peningkatan tutupan awan di wilayah tengah dan timur Indonesia. Sedangkan pada akhir periode Agustus 2016 nilai OLR berkisar dari 0,5 sampai 1 yang menunjukkan terjadinya penurunantutupan awan diwilayah baratIndonesia.

Untuk pergerakan MJO selama periode Agustus 2016 dapat dilakukan analisis terhadap diagram fase MJO yang terlihat seperti Gambar 3.4 berikut :

Gambar 3.3 Diagram Hovmoller Nilai OLR Rata-Rata 5 Harian (Sumber :www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/mjo.shtml)

Gambar 3.4 Diagram Fase MJO

(12)

11

Dari pergerakan MJO pada gambar di atas dapat disimpulkan bahwa selama bulan AgustusMJOaktif di wilayah Indonesia pada tanggal 5 – 8 Agustus.

C. Sirkulasi Monsun

Pengaruh sirkulasi monsun terhadap perubahan cuaca di sekitar wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur dapat dianalisa pada AUSMI (Australian Monsoon Index) dan WNPM (Western North Pacific Monsson). Pada periode Agustus 2016indeks WNPMmenunjukan nilai antara -3 s/d +19. Pada awal hingga akhirperiode Agustus 2016nilai WNPMcenderung stabil bernilaipositifyang menunjukan sirkulasi monsunal Asia melemah.Secara lengkap fluktuasi nilai WNPMterlihat pada Gambar 3.5 berikut :

Sedangkan pada periode Agustus 2016 AUSMI menunjukan nilai antara -9 s/d +1,5. Pada awal dan akhir periode Agustus 2016 nilai AUSMI cenderung stabil bernilai negatif, yang menunjukan sirkulasi monsunal Australia menguat. Sedangkan pada pertengahan periode Agustus 2016 nilai AUSMI cenderung bernilai positif, yang menunjukkan sirkulasi monsunal Australia melemah. Secara lengkap fluktuasi nilai AUSMI terlihat pada Gambar 3.6berikut :

Gambar 3.5 Grafik WNPM

(Sumber:http://apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon)

Gambar 3.6 Grafik AUSMI

(13)

12

Berdasarkan pola angin lapisan 5000ft (850 HPa) rata-rata pada periode Agustus 2016 diketahui bahwa arah angin dominan di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timurdari arah Timur - Tenggara, kecuali wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan Maluku. Angin timuran yang menguat mengindikasikan bahwa sirkulasi monsunalAustraliaberpengaruhterhadap keadaan cuaca di wilayah tersebut. Wilayah Bali secara khusus, arah angin rata-rata dari arah Timurdengan kecepatan rata-rata antara 6- 10 knots pada periode Agustus 2016. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada Gambar 3.7berikut :

Sirkulasi monsun Australiayang kuatterlihat pada pola tekanan udara permukaan rata-rata pada periode Agustus2016. Pola ini hampir sama jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, dimana tekanan udara permukaan di Benua Australia tinggi, sedangkan di Benua Asia rendah. Hal ini mengakibatkan aliran massa udara bergerak dari Benua Australia menuju ke Benua Asia. Untuk wilayah Indonesia, tekanan udara permukaan rata-rata pada periode Agustus 2016 berkisar antara 1009 – 1013 HPa, khusus untuk wilayah Bali, tekanan udara permukaan rata-rata berkisar antara 1010- 1011 HPa. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada gambar 3.8berikut :

(14)

13

Berdasarkan nilai kandungan uap air di atmosfer atau Precipitable Water (PW) rata - rata diketahui bahwa kisaran nilainya antara 30 - 53 kg/m2pada periode Agustus 2016. Kisaran nilai PW tersebut hampir sama jika dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini jugaberlaku untuk wilayah Bali yang meningkat nilai kandungan uap airnya di atmosfer, dimana kisaran nilai PW antara 35 - 40 kg/m2. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada gambar 3.9 berikut :

Gambar 3.9 Precipitable Water (PW) Rata - rata

(15)

14 D. Suhu Muka Laut

Suhu muka laut pada periode Agustus 2016 di wilayah Indonesia berkisar antara 26,5 - 34oC, yang menunjukan potensi penguapan dan pertumbuhan awan yang signifikan. Wilayah Bali pada periode Agustus 2016 suhu muka laut antara 26,5 – 28,5oC.

Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada gambar 3.10berikut :

(16)

15

IV. PROFIL PARAMETER CUACA STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR BULAN AGUSTUS 2016

A. Curah Hujan

Pada periode Agustus 2016 tercatat jumlah hari hujan di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar sebanyak 13 hari, dengan jumlah total curah hujan 62,6 mm. Berdasarkan dasarian, maka curah hujan yang tercatat dapat dikelompokan manjadi dasarian I, II dan III. Pada dasarian I tidak tercatat hari hujan, pada dasarian II tercatat 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 52,7 mm, sedangkan pada dasarian III tercatat 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 9,9 mm. Curah hujan tertinggi tercatat pada tanggal 15 Agustus 2016. Grafik curah hujan pada periode Agustus 2016 ditunjukan oleh Gambar 4.1 sebagai berikut :

B. Suhu Udara

Secara umum akan diberikan penjelasan mengenai profil suhu udara rata rata harian, profil suhu udara maksimum dan profil suhu udara minimum pada periode Agustus 2016 di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar.

1 Suhu Udara Rata-Rata Harian

Suhu udara rata rata harian pada periode Agustus 2016 berkisar antara 25,4oC– 28,2oC. Suhu udara rata-rata harian terendah terjadi pada tanggal 18 Juli 2016, sedangkan suhu udara rata-rata harian tertinggi terjadi tanggal 30 Agustus 2016. Secara

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Cu ra h Hu ja n ( m m ) Tanggal

Grafik Curah Hujan Periode Agustus 2016

(17)

16

umum grafik suhu udara rata rata harian periode Agustus 2016 dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut :

2 Suhu Udara Maksimum

Suhu udara maksimum pada periode Agustus 2016 berkisar antara 28,8oC-31,5oC. Selama periode ini, rata-rata suhu udara maksimum tercatat sebesar 30,2oC, dengan suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada tanggal 29 Agustus 2016 dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada tanggal 22 Agustus 2016. Secara umum penggambaran tentang suhu udara maksimum pada periode Agustus 2016 terlihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut : 24,0 24,5 25,0 25,5 26,0 26,5 27,0 27,5 28,0 28,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 S u h u Ud a ra ( o C) Tanggal

Grafik Suhu Udara Rata-Rata Harian Periode Agustus 2016 27,0 27,5 28,0 28,5 29,0 29,5 30,0 30,5 31,0 31,5 32,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 S u h u Ud a ra ( o C) Tanggal

Grafik Suhu Udara Maksimum Periode Agustus 2016

Gambar 4.2 Grafik Suhu Udara Rata Rata Harian Periode Agustus 2016

(18)

17 3 Suhu Udara Minimum

Suhu udara minimum pada periode Agustus 2016 berkisar antara 21,6oC–26,1oC. Selama periode ini, rata-rata suhu udara minimum tercatat sebesar 24,1oC, dengan suhu udara minimum tertinggi terjadi pada tanggal 09 Agustus 2016 dan suhu udara minimum terendah terjadi pada tanggal 22 Agustus 2016. Secara umum penggambaran tentang suhu udara minimum pada periode Agustus 2016 terlihat pada Gambar 4.4 sebagai berikut :

C. Kelembaban Udara

Kondisi kelembaban udara rata-rata harian di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar selama periode Agustus 2016 berkisar antara 67–84 %. Pada periode ini kelembaban udara rata-rata harian tertinggi terjadi pada tanggal 07 Agustus 2016, sedangkan kelembaban udara rata rata harian terendah terjadi pada tanggal 19 Agustus 2016. Kondisi kelembaban udara rata rata harian periode Agustus 2016 ditunjukkan pada Gambar 4.5 sebagai berikut :

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 S u h u Ud a ra ( o C) Tanggal

Grafik Suhu Udara Minimum Periode Agustus 2016

(19)

18 D. Tekanan Udara

Tekanan udara rata-rata harian di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar periode Agustus 2016 berkisar antara 1009–1011,9 HPa. Tekanan udara rata-rata harian tertinggi pada periode ini terjadi pada tanggal 10 Agustus 2016, sedangkan tekanan udara rata rata terendah terjadi pada tanggal 23 Agustus 2016. Secara umum profil tekanan udara rata rata harian periode Agustus 2016 dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut :

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Kel e m b a b a n Ud a ra ( % ) Tanggal

Grafik Kelembaban Udara Rata-Rata Harian Periode Agustus 2016 1008,0 1008,5 1009,0 1009,5 1010,0 1010,5 1011,0 1011,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 T e k a n a n Ud a ra ( HP a ) Tanggal

Grafik Tekanan Udara Rata-Rata Harian Periode Juli 2016

Gambar 4.5 Grafik Kelembaban Udara Rata Rata Harian Periode Agustus 2016

(20)

19 E. Arah dan Kecepatan Angin Permukaan

Profil arah angin permukaan (10 meter) di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar pada periode Agustus 2016 dapat dilhat pada windrose angin permukaan pada Gambar 4.7. Berdasarkan windrose angin permukaan tersebut diketahui bahwa arah angin permukaan dominan adalah dari arah Timur (67,5o-112,5o) dengan persentase mencapai 52,2%.

Sedangkan profil kecepatan angin permukaan (10 meter) di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar pada periode Agustus 2016 dapat dilihat pada Gambar 4.8. Terlihat bahwa kecepatan angin permukaan berkisar antara 7-11 knots memiliki persentase tertinggi sebesar 59,1%.

Gambar 4.7 Windrose Angin Permukaan Periode Agustus 2016

Gambar 4.8 Grafik Distribusi Frekuensi Kecepatan Angin Periode Agustus 2016

(21)

20 F. Crosswind, Headwind dan Tailwind

Informasi crosswind, headwind dan tailwind di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar pada periode Agustus 2016 disajikan dalam bentuk histogram dan grafik persentase. Histogram crosswind periode Agustus 2016 dapat dilihat pada Gambar 4.9. Terlihat bahwa kondisi netral dan crosswind kanan dengan kecepatan 2-3 knots memiliki jumlah kejadian tertinggi yang mencapai 313 kejadian. Untuk kecepatan crosswind maksimum, tercatat kecepatan crosswind kiri mencapai 13-14 knots sebanyak 1 kejadian, sedangkan kecepatan crosswind kanan mencapai 12-13 knots sebanyak 5 kejadian.

Sedangkan histogram headwind dan tailwind dapat dilihat pada Gambar 4.10. Terlihat bahwa headwind dengan kecepatan 8-9 knots memiliki jumlah kejadian tertinggi yang mencapai 324 kejadian. Untuk kecepatan headwind maksimum, tercatat mencapai 16-17 knots sebanyak 10 kejadian. Sedangkan untuk kecepatan tailwind maksimum, tercatat mencapai 9-10 knots sebanyak 11 kejadian.

1 2 3 7 27 96 74 202 313 307 235 176 51 5 0 50 100 150 200 250 300 350 -14-(-13) -12-(-11) -10-(-9) -8-(-7) -6-(-5) -4-(-3) -2-(-1) 0-1 2-3 4-5 6-7 8-9 10-11 12-13 F re k u e n s i Kec e p a ta n Kecepatan Crosswind (kt)

Histogram Crosswind Periode Agustus 2016 Nilai - : Crosswind Kiri

Nilai + : Crosswind Kanan

(22)

21

Persentase kejadian crosswind kanan dan kiri, headwind dan tailwind pada periode Agustus 2016 dapat dilihat pada Gambar 4.11. Crosswind kanan memiliki persentase kejadian tertinggi yang mencapai 72%. Sedangkan untuk persentase kejadian headwind dan tailwind, terlihat bahwa persentase kejadian headwind yang tertinggi mencapai 84%.

11 4 16 14 23 111 135 132 164 324 348 145 62 10 0 50 100 150 200 250 300 350 400 -10-(-9) -8-(-7) -6-(-5) -4-(-3) -2-(-1) 0-1 2-3 4-5 6-7 8-9 10-11 12-13 14-15 16-17 F re k u e n s i Kec e p a ta n

Kecepatan Headwind dan Tailwind (kt)

Histogram Headwind dan Tailwind Periode Agustus 2016 Crosswind Kiri 14% Netral 8% Crosswind Kanan 78%

Prosentase Crosswind Kanan dan Kiri Periode Agustus 2016 Tailwind 5% Netral 5% Headwind 90%

Prosentase Headwind dan Tailwind Periode Agustus 2016 Gambar 4.10 Histogram Headwind dan Tailwind Periode Agustus 2016

Gambar 4.11 Grafik Persentase Crosswind Kanan dan Kiri, Headwind dan Tailwind Periode Agustus 2016

Nilai - : Tailwind Nilai + : Headwind

(23)

22

V. INFORMASI TAMBAHAN STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR

Informasi Tambahan Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai memberikan informasi tentang verifikasi prakiraan cuaca, evaluasi kunjungan website dan artikel cuaca dan penerbangan

A. Verifikasi Prakiraan Cuaca

Verifikasi prakiraan cuaca adalah evaluasi kinerja yang digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan informasi prakiraan yang diberikan oleh Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar. Verifikasi dilakukan dengan melakukan perbandingan antara hasil prakiraan cuaca dari informasi TAFOR dengan hasil pengamatan cuaca dari informasi METAR dan SPECI. Pada proses verifikasi, setiap unsur meteorologi hasil prakiraan cuaca mempunyai nilai persyaratan toleransi ketelitian saat dibandingkan dengan hasil pengamatan cuaca. Batasan toleransi ketelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut :

No. Unsur Meteorologi Persyaratan Toleransi Ketelitian Prosentase Minimum Ketelitian

1. Arah Angin ± 30o 80 %

2. Kecepatan Angin ± 5 Kt untuk kecepatan sampai 25 Kt 80 %

± 20% untuk kecepatan diatas 25 Kt

3. Jarak Pandang ± 200 m untuk jarak pandang sampai 700 m 80 %

± 30% untuk jarak pandang antara 700 m & 10 Km

4. Cuaca/Endapan Terjadi atau tidak 80 %

5. Jumlah Awan ± 2 Oktas 70 %

6. Tinggi Dasar Awan ± 30 m (100 ft) untuk tinggi dasar awan sampai 120 m 70 % ± 30% untuk tinggi dasar awan antara 120 m & 3000 m (10.000 ft)

Pada periode Agustus 2016, verifikasi prakiraan cuaca menunjukan hasil yang cukup baik dengan hasil verifikasi tertinggi pada unsur kecepatan angin yaitu sebesar 97%. Secara lengkap hasil verifikasi prakiraan cuaca Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar terlihat pada Tabel 5.6. Hasil verifikasi ini menunjukan bahwa kualitas informasi prakiraan cuaca yang dihasilkan cukup baik, sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh jasa penerbangan di Bandar Udara Ngurah Rai Bali.

Verifikasi Unsur Meteorologi

Arah Angin Kecepatan Angin Jarak Pandang Cuaca/Endapan Jumlah Awan Tinggi Dasar Awan Standart Minimum 80% 80% 80% 80% 70% 70% Hasil Verifikasi 81% 93% 86% 83% 67% 92%

Tabel 5.5 Tabel Persyaratan Toleransi KetelitianPada Verifikasi Prakiraan Cuaca

(24)

23 B. Evaluasi Kunjungan Website

Website Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar, www.ngurahrai.bali.bmkg.go.id, merupakan salah satu bentuk penyampaian informasi meteorologi. Evaluasi terhadap banyaknya kunjungan ke halaman website selama periode Agustus 2016 dapat menunjukan jumlah informasi meteorologi yang tersampaikan kepada pengguna. Khusus untuk informasi Flight Forecast, dilakukan evaluasi terhadap pengambilan data tersebut via website. Selama periode Agustus 2016 fluktuasi jumlah kunjungan website dapat dilihat pada Gambar 5.1, untuk fluktuasi jumlah pengambilan tiap jenis Flight Forecast via website dapat dilihat pada Gambar 5.2, dan untuk fluktuasi jumlah pengambilan Flight Forecast oleh tiap pengguna via website dapat dilihat pada Gambar 5.3.

937 630 439 579 706 349 292 380 235234 435435435426 305 431430 371 703 405404 603 444 221 525554571570 630 527544 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Ju m lah K u n jun g a n Tanggal

Grafik Kunjungan Website Periode Agustus 2016

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Tafor Indonesia Timur

Tafor Indonesia Barat Tafor Timika Taf Internasional SIN, MYS Taf Internasional HGK Taf Internasional AUS Flight Doc Jakarta Flight Doc Kupang Flight Doc Makasar Flight Doc Itl 00Z Flight Doc Itl 06Z Flight Doc Itl 12Z Flight Doc Itl 18Z

Jumlah J e n is F li g h t F o re c a s t

Grafik Jumlah Pengambilan Tiap Jenis Flight Forecast Via Website Periode Agustus 2016

Gambar 5.1 Grafik Jumlah Kunjungan Website Periode Agustus 2016

Gambar 5.2 Grafik Jumlah Pengambilan Tiap Jenis Flight Forecast Via Website Periode Agustus 2016

(25)

24 0 200 400 600 800 1000 1200 1400

(flopstam) -Tranusa (DPSJTFLOPS) - Lion/Wing (ExecuJet) - ExecuJet PT. JAS (Jasa Angkasa Semesta) NAM Air J u m la h Pengguna Website

Grafik Jumlah Pengambilan Flight Forecast oleh Tiap Pengguna Via Website Periode Agustus 2016

Gambar 5.3 Grafik Jumlah Pengambilan Flight Forecast oleh Tiap Pengguna Via Website Periode Agustus 2016

(26)

25 C. Artikel

PEMBUATAN AERODROME CLIMATOLOGICAL SUMMARY Oleh Kadek Sumaja

Banyak orang yang bertanya bagaimana menentukan suatu wilayah yang layak untuk dibagun bandar udara. Terdapat beberapa faktor yang digunakan sebagai pertimbangan dalam pembangunan ini baik faktor sosial, ekonomi dan geografis. Faktor geografis yang dimaksud termasuk kondisi alam, keamanan daerah dari gempa banjir dan kodisi cuaca atau iklim nya. Kondisi cuaca atau iklim suatu wilayah sangat berperan penting dalam penentuan desain suatu bandara, sebagai contoh penentuan arah landasan sangat tergantung dari prevailing wind atau arah dan kecepatan angin dominan di daerah tersebut karena untuk tinggal landas dan mendarat dengan aman pesawat harus berlawanan dengan arah angin. Informasi rata-rata kondisi cuaca selama beberapa waktu atau dikenal dengan informasi klimatologi di suatu daerah bandar udara tidak hanya berguna sebelum membangun suatu bandara tapi sangat berguna untuk antisipasi bencana akibat efek buruk dari cuaca pada bulan atau musim tertentu. Informasi klimatologis ini dikenal dengan nama Aerodrome Climatological Summary atau biasa disingkat dengan ACS.

Pengertian Aerodrome Climatological Summary

Mengacu pada Technical Regulations Volume II Meteorological Service for International Air Navigation, 2007 edition, WMO-No. 49, Bab 3.1 halaman 17 Aerodrome Climatological Summary adalah ringkasan data klimatologi bandar udara tentang unsur meteorologi tertentu yang berfungsi untuk mengetahui keadaan cuaca rata-rata sekurang-kurangnya jangka waktu 5 (lima) tahun. Pengumpulan data untuk pembuatan ACS dilakukan oleh stasiun meteorologi baik yang beroperasi selama 24 jam atau kurang dari 24 jam. Kegiatan ini dilakukan sesuai jam operasional pada saat jam penuh yaitu pada jam 00.00; 01.00; 02.00; 03.00; 04.00; 05.00; 06.00; 07.00; 08.00; 09.00; 10.00; 11.00; 12.00; 13.00; 14.00; 15.00; 16.00; 17.00; 18.00; 19.00; 20.00; 21.00; 22.00; 23.00 UTC atau standar waktu internasional.

Jenis Data ACS

Dari sekian banyak parameter cuaca yang diamati di setiap stasiun meteorologi, tidak semua parameter itu dimasukkan ke dalam ACS. Data dari parameter cuaca yang di catat dalam ACS terdiri dari:

(27)

26

a. Runway Visual Range (RVR), bagi stasiun meteorologi yang sudah dilengkapi dengan alat pengukur RVR;

b. jarak pandang mendatar (visibility); c. tinggi dasar awan terendah untuk awan d. arah dan kecepatan angin; dan

e. suhu udara permukaan.

Dalam pembuatan ACS, data ini diambil keseluruhan dari METAR untuk stasiun meteorologi dengan jam operasional 24 jam dan membuat METAR 24 jam. Sedangkan untuk stasiun meteorologi dengan jam operasional 24 jam dan tidak membuat METAR 24 jam dalam pembuatan ACS dilengkapi dengan data dari pengamatan udara permukaan (synoptic). Namun untuk stasiun meteorologi dengan jam operasional tidak 24 jam harus tetap membuat ACS sesuai dengan jam operasional stasiun tersebut.

Pengolahan dan Penerbitan Data ACS

Pengolahan data dalam pembuatan ACS dilakukan oleh petugas pengolahan data di setiap stasiun meteorologi, meliputi:

a. pemasukan data;

b. penghitungan frekuensi kejadian;

c.penghitungan persentase frekuensi kejadian; dan

d. penghitungan rata-rata persentase masing-masing unsur meteorologi.

Laporan untuk pembuatan ACS menurut ICAO Annex 3 - Meteorological Service for International Air Navigation, 2010, edition 17; disusun dalam bentuk:

a. tabel Model A untuk frekuensi RVR/Visibility dan/atau tinggi dasar awan terendah pada keadaan Broken (BKN) dimana jumlah awan terendah yang menutupi sebanyak lima sampai tujuh per delapan bagian langit atau Overcast (OVC) dengan jumlah awan terendah yang menutupi seluruh bagian langit.

b. tabel Model B untuk frekuensi visibility berdasarkan visual tenaga pengamat; c. tabel Model C untuk frekuensi tinggi dasar awan terendah pada keadaan BKN

atau OVC berdasarkan visual tenaga pengamat;

d. tabel Model D untuk frekuensi arah dan kecepatan angin pada jam penuh; dan e. tabel Model E untuk frekuensi suhu udara permukaan pada jam penuh.

(28)

27

Tabel 1. Contoh Pencatatan Data ACS

Berdasarkan peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika nomor : kep. 10 tahun 2010 tentang tata cara tetap pelaksanaan ACS, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengisian setiap kolom pada masing-masing model table ACS yaitu:

a. Model A

Bilamana pada jam tertentu tercatat tinggi dasar awan terendah Hs = 250 ft dan visibility = 4000 m (sekaligus 2 jenis pengamatan), maka pada kolom

Hs<300 dicatat 1 kali kejadian, kolom Hs<1000 dicatat 1 kali kejadian, kolom Hs<1500 dicatat 1 kali kejadian dan kolom Hs<2000 dicatat 1 kali kejadian. Bersama itu juga pada kolom Vis<5000 dicatat 1 kali kejadian dan kolom Vis<8000 dicatat 1 kali kejadian.

b. Model B

Bilamana pada jam tertentu tercatat visibility = 4000 m, maka pada kolom Vis<5000 dicatat 1 kali kejadian dan kolom Vis<8000 dicatat 1 kali kejadian, pada jam yang sama;

c. Model C

Bilamana pada jam tertentu tercatat tinggi dasar awan terendah Hs = 250 ft, maka pada kolom Hs<300 dicatat 1 kali kejadian, kolom Hs<1000 dicatat 1 kali kejadian, kolom Hs<1500 dicatat 1 kali kejadian dan kolom Hs<2000 dicatat 1 kali kejadian; d. Model D

Melakukan pencatatan arah dan kecepatan angin setiap jam. Jenis angin calm dan variabel ditentukan berdasarkan kriteria yang telah berlaku.

(29)

28

Penerbitan ACS dilakukan oleh Stasiun Meteorologi setempat setiap bulan untuk periode 5 (lima) tahun pada bulan yang sama. ACS yang telah diterbitkan wajib dikirimkan dalam bentuk softcopy dan buku paling lambat pada tanggal 5 (lima) bulan berikutnya kepada:

a. Pusat Meteorologi Penerbangan dan Maritim; b. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara; dan c. Balai Besar Wilayah setempat.

Selain pengiriman stasiun meteorologi yang melakukan pengamatan kurang dari 5 (lima) tahun wajib melakukan pengiriman tambahan dengan ketentuan:

a. stasiun yang melakukan pengamatan kurang dari 2 (dua) tahun mengirimkan laporan pembuatan ACS untuk periode 1 (satu) tahun;

b. stasiun yang melakukan pengamatan kurang dari 3 (tiga) tahun mengirimkan laporan pembuatan ACS untuk periode 2 (dua) tahun;

c. stasiun yang melakukan pengamatan kurang dari 4 (empat) tahun mengirimkan laporan pembuatan ACS untuk periode 3 (tiga) tahun; atau

d. stasiun yang melakukan pengamatan kurang dari 5 (lima) tahun mengirimkan laporan pembuatan ACS untuk periode 4 (empat) tahun.

Perhitungan Data ACS

a. Menentukan Total Number of Observation/TNO, dengan cara menghitung jumlah jam pengamatan dalam 1 (satu) bulan

b. Menentukan frekuensi kejadian pada bulan yang bersangkutan dengan cara menghitung banyaknya kejadian masing-masing unsur (tabel ACS model A, B, C, D, dan E) selama 1 (satu) bulan

c. Menjumlah masing-masing frekuensi kejadian unsur meteorologi ke dalam tabel ACS model A, B, C, D, dan E

d. Menghitung persentase setiap kejadian untuk tabel ACS model A, B dan C dan E dengan rumus:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 % =𝑥𝑖

𝑛100% Dimana :

xi : frekuensi kejadian

n : jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan

e. Menghitung mean pada baris terakhir untuk setiap kolom untuk tabel ACS model A,B,C dan E. Harga Mean dirumuskan sebagai :

(30)

29

𝑥′ =

𝑥

𝑖

𝑛

Dimana :

x’ : harga rata-rata pada tiap kolom.

H : jumlah jam pengamatan setiap hari. Dimana untuk stasiun meteorologi beroperasi 24 jam, maka jumlah pengamatan dalam bulan Juni = 24 x 30 = 720 (untuk 1 jenis pengamatan yang dilakukan setiap jam);

𝑥𝑖 : jumlah frekuensi kejadian pada tiap kolom.

Daftar Pustaka

WMO. 2007. WMO-No. 49. Technical Regulations, Volume II, Meteorological Service for International Air Navigation. Geneva: Secretariat of the World Meteorological Organization.

ICAO. 2010. ICAO Annex 3 - Meteorological Service for International Air Navigation, edition 17. International Civil Aviation Organization.

BMKG. 2010. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika nomor : kep. 10 tahun 2010 tentang tata cara tetap pelaksanaan ACS. Jakarta : Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika.

Gambar

Gambar 2.2  Pengaruh  Fenomena  El  Nino  dan  IOD  Negatif  untuk  wilayah  Indonesia
Gambar 3.1  Indeks NINO Tahun 2015-2016
Gambar 3.2  Indeks SOI Rata-Rata 30 Harian  (Sumber : www.bom.gov.au/climate/enso/)
Gambar 3.3  Diagram Hovmoller Nilai OLR Rata-Rata 5 Harian  (Sumber :www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/mjo.shtml)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian terdahulu MEH-K juga telah dikembangkan untuk menganalisis benda elastis tiga dimensi (dinamakan K-Solid ). Dalam penelitian ini dikukan penyelidikan

Area pagelaran SAU berbentuk arena (tapal kuda), dengan panggung yang berfungsi sebagai area para pemain musik dan pada bagian tengahnya di gunakan sebagai area pemain

Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Bukit Batu saat ini kurang memuaskan. Karena masih banyak masalah yang mengakibatkan siswa kurang antusias untuk belajar.. 14 Pembelajaran

Semakin besar volume larutan sari nenas maka nilai tegangan, arus serta daya listriknya semakin besar, hal ini dikarenakan larutan sari nenas memiliki kandungan asam klorida dan

Pada penelitian ini dapat ditemukan perumusan masalah yaitu : Bagaimana data mining dapat membantu pihak Bank Perkreditan Rakyat dalam menentukan tingkat resiko

“Perancangan Sistem Aplikasi Lelang Barang Berbasis Android” Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk dapat mengaplikasikan teori- teori yang telah dipelajari selama

Menurut perhitungan BPS provinsi Jawa Barat maka angka kematian bayi (AKB) kab Sukabumi tahun 2005 sebesar 53,25 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian ibu (AKI)

Alasan responden yang lebih yakin untuk menggunakan jasa mencuci dibandingkan dengan alasan lainnya, praktis dan memudahkan kegiatan sehari-hari, kesibukan dalam