• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA POTENSI ANCAMAN KEBAKARAN DI KAWASAN PEMUKIMAN PESISIR KOTA TARAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA POTENSI ANCAMAN KEBAKARAN DI KAWASAN PEMUKIMAN PESISIR KOTA TARAKAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Proyek Konstruksi E-119

ANALISA POTENSI ANCAMAN KEBAKARAN DI KAWASAN

PEMUKIMAN PESISIR KOTA TARAKAN

BUDI SETIAWAN1, I.PUTU ARTAMA WIGUNA2

1

Jurusan Teknik Sipil Universitas Borneo Tarakan, email : bsetiawan.hm@gmail.com 2

Jurusan Teknik Sipil, ITS Surabaya, email : artama.wiguna@gmail.com

Abstrak – Pemukiman di kawasan pesisir di perkotaan pada umumnya merupakan pemukiman yang padat penduduk dan bangunan. Kondisi ini dapat menimbulkan bencana sosial seperti kebakaran. Kebakaran kemungkinan terjadi jika terdapat potensi ancaman di kawasan tersebut. Penelitian ini mengkaji tentang potensi ancaman kebakaran (hazard) di kawasan pemukiman pesisir Kota Tarakan dengan variabel keberadaan sumber penyebab kebakaran, jenis material bangunan, sistem jaringan listrik dan jumlah kejadian kebakaran.

Analisa dilakukan dengan pendekatan deskriptif dan pembobotan (scoring) sebagai metode penelitian. Penelitian menggunakan data sekunder berupa data jumlah stasiun/pangkalan BBM, jumlah warung makanan (restoran), jumlah pabrik, industri rumah tangga, gudang dan pasar, prosentase bangunan semi permanen, rumah sewa dan jumlah kejadian kebakaran di daerah pesisir Kota Tarakan. Kemudian menggunakan pendapat ekspert di bidang penanggulangan kebakaran untuk menghitung bobot variabel dengan metode AHP. Selanjutnya dilakukan klasifikasi potensi ancaman kebakaran di daerah pesisir dengan metode equal interval class dan dilakukan pemetaan potensi ancaman kebakaran.

Berdasarkan hasil analisa, potensi ancaman kebakaran di kawasan pemukiman pesisir Kota Tarakan ditunjukkan dengan klasifikasi sangat tinggi , tinggi, sedang dan klasifikasi rendah.

Kata kunci— Potensi ancaman, kebakaran, kawasan pesisir

1. PENDAHULUAN

Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak. Kebakaran dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup besar, sehingga memerlukan perhatian akan

keselamatan penghuni kawasan pemukiman. Berdasarkan UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, kebakaran merupakan bencana yang berdasarkan penyebab kejadiannya dapat digolongkan sebagai bencana alam (natural disaster) maupun bencana non-alam yang

diakibatkan oleh kelalaian manusia (man-made disaster).

Dalam rentang tahun 2003 sampai dengan tahun 2009, frekuensi kebakaran bangunan

dan lahan di kota Tarakan sebanyak 56 kejadian (Kantor PMK Tarakan, 2009). Beberapa kejadian kebakaran pemukiman di kota Tarakan dengan kerugian yang besar diantaranya terjadi di kawasan pemukiman

(2)

Manajemen Proyek Konstruksi E-120 pesisir yaitu, kebakaran di kelurahan Karang

Rejo pada tahun 2003 terdapat lebih 200 bangunan rumah termasuk 1 (satu) bangunan sekolah yang hangus terbakar dan 500 kk yang mengalami kerugian materi (Radar Tarakan, 2003). Pada tahun 2004 di kelurahan Selumit Pantai terjadi kebakaran yang menghanguskan 419 rumah dengan 792 kk yang mengalami kerugian materi (Kantor Kelurahan Selumit Pantai, 2004). Pada tahun 2005 di kelurahan yang sama terjadi kebakaran yang mengakibatkan kerugian materi dari 92 kk dan 54 bangunan rumah hangus. Pada tahun 2005 dan 2007 di kelurahan Karang Anyar Pantai terjadi kebakaran yang menghanguskan 66 bangunan rumah dan mengakibatkan 88 kk yang mengalami kerugian materi (Kantor Kelurahan Karang Anyar Pantai, 2007).

Potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi ikutan (colateral hazard) suatu peristiwa bencana yang sangat tinggi terutama di daerah yang memiliki kepadatan penduduk, prosentase bangunan kayu (utamanya daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya tinggi (SatBakornas, 2002). Kota Tarakan merupakan daerah di wilayah utara Kalimantan Timur yang memiliki tingkat pertumbuhan dan aktivitas penduduk yang tinggi (BPS kota Tarakan, 2006). Pada tahun 2009, jumlah penduduk kota Tarakan adalah 192.430 jiwa dan 39,63% berada di pesisir kota Tarakan (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tarakan, 2009), sehingga kawasan pesisir kota Tarakan termasuk kawasan pemukiman dengan tingkat kepadatan yang tinggi.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi ancaman kebakaran di kawasan pesisir Kota Tarakan yang akan digambarkan dalam peta potensi ancaman kebakaran. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah bangunan pemukiman

penduduk yang secara kewilayahan berada di kawasan pesisir Kota Tarakan, yang meliputi : Kelurahan Selumit Pantai, Kelurahan Karang Anyar Pantai, Kelurahan Lingkas Ujung, Kelurahan Juata laut dan Kelurahan Mamburungan serta Kelurahan Pantai Amal. 2. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan studi eksploratif dan deskriptif yang digunakan untuk memahami dan memperoleh pengetahuan tentang potensi ancaman kebakaran pada pemukiman di kawasan pesisir di kota Tarakan. Tujuan dari studi ini adalah melakukan diagnosa melalui observasi, pengumpulan dan pengambilan data.

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari kajian pustaka tentang karakteristik kebakaran dan manajemen kebakaran digunakan dalam menentukan variable-variabel potensi ancaman bahaya kebakaran. Sedangkan data sekunder yang bersumber dari survei yang dilakukan di Kantor PMK kota Tarakan, PDAM, RT/RW, dan kelurahan yang dijadikan wilayah penelitian, serta instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini. Survei ini dilakukan untuk memperoleh data yang menjadi parameter dalam variabel dari potensi ancaman kebakaran. Dari hasil kajian pustaka diperoleh variabel potensi ancaman kebakaran, yaitu sumber penyebab kebakaran, sistem instalasi listrik, jenis material bangunan pemukiman dan kejadian kebakaran (fire history).

Dalam studi ini dilakukan transformasi data dengan metode normalisasi data, tujuannya adalah agar data yang diperoleh memiliki nilai range data yang sama. Metode normalisasi yang digunakan adalah metode geometri sederhana garis lurus yaitu min-max normalization (Pyle, 1999). Selanjutnya,

(3)

Manajemen Proyek Konstruksi E-121 perhitungan potensi ancaman dilakukan

dengan melakukan klasifikasi masing-masing nilai setiap variabel potensi ancaman kebakaran (hazard) dengan metode equal interval class dari nilai skala maksimum dan minimum parameter. Dalam penelitian ini, klasifikasi nilai variabel potensi ancaman kebakaran di kawasan pesisir Kota Tarakan dibagi atas 4 (empat) kriteria penilaian dengan mengacu pada pada standar AS/NZS 4360 (1999), yaitu :

 Risiko sangat tinggi (Extreme risk)  Risiko tinggi (High risk)

 Risiko sedang (Moderate risk)  Risiko rendah (Low risk)

Selanjutnya, untuk menghitung pengaruh variabel terhadap faktor risiko dilakukan pembobotan masing-masing variabel potensi ancaman kebakaran dengan metode Analytical Hierarchy Proses (AHP). Variabel yang lebih berpengaruh pada potensi ancaman kebakaran akan mendapat bobot (wi) yang lebih besar

daripada variabel yang kurang berpengaruh pada potensi ancaman kebakaran. Penilaian dalam pembobotan dengan metode AHP didasarkan pendapat dari expert dalam bidang penanggulangan kebakaran. Nilai akhir dari masing-masing variabel diperoleh dari formula sebagai berikut (ADPC, 2004) :

Hasil dari penilaian variabel potensi ancaman kebakaran di kawasan pesisir Kota Tarakan akan digambarkan dalam peta potensi ancaman kebakaran. Pemetaan ini akan dilakukan dengan melihat pada angka indeks/nilai skala di setiap jenis variabel. Untuk memudahkan penggabaran hasil penilaian pemetaan dilakukan dengan geographic information system (GIS). Sistem

ini memiliki kelebihan dalam melakukan kombinasi data baik yang bersifat data tabuler maupun data spasial.

3. HASIL PENELITIAN

Kawasan pemukiman pesisir di Kota Tarakan terbentang dari arah timur sampai dengan utara Kota Tarakan yang meliputi 7 (tujuh) wilayah administratif kelurahan. Diantaranya, Kelurahan Pantai Amal, Kelurahan Mamburungan, Kelurahan Lingkas Ujung, Kelurahan Selumit Pantai, Kelurahan Karang Rejo, Kelurahan Karang Anyar Pantai dan Kelurahan Juata Laut. Karakteristik pemukiman Kota Tarakan adalah pemukiman pasang surut yang hampir keseluruhan daratan digenangi air pasang laut.

Pemukiman di kawasan pesisir Kota Tarakan pada umumnya adalah bangunan semi permanen dengan konstruksi dan bahan materialnya dari kayu. Prosentase jumlah konstruksi bangunan semi permanen merupakan dasar yang digunakan dalam penilaian risiko bencana kebakaran (Kepmen PU No.11/KPSTS/2000). Semakin tinggi prosentase jumlah bangunan semi permanen pada suatu daerah maka semakin tinggi potensi ancaman kebakaran di daerah tersebut, demikian pula sebaliknya. Disamping prosentase jumlah bangunan semi permanen yang cukup tingggi sekitar 78% dari keseluruhan jumlah bangunan yang ada di kawasan pesisir Kota Tarakan (Dinas PU & Tata Ruang Kota Tarakan, 2010), di kawasan pemukiman pesisir juga terdapat pangkalan BBM dan tempat pengisian BBM bagi perahu nelayan dan juga warung-warung makanan serta industri rumah tangga yang merupakan sumber-sumber penyebab kebakaran.

Variabel lainnya yang menjadi penilaian potensi ancaman kebakaran di kawasan pesisir

(4)

Manajemen Proyek Konstruksi E-122 Kota Tarakan adalah keberadaan rumah sewa

dan kios-kios jualan di kawasan pesisir Kota Tarakan yang memiliki instalasi listrik yang tidak sesuai standar PLN, seperti : penyambungan yang asal-asalan karena disambung sendiri oleh pemilik rumah sewa/kios, penggunaan 1 (satu) sekering dan MCB untuk beberapa unit rumah sewa/kios serta penggunaan material dan peralatan listrik yang tidak standar dengan alasan harga yang murah. Berdasarkan data kejadian kebakaran di daerah perkotaan seperti DKI Jakarta, 60% disebabkan karena listrik, khusus kebakaran yang disebabkan karena listrik diperoleh data karena instalasi listrik 78%, piranti listrik 11%, panel listrik 8%, dan saklar/kotak kontak 3% (Dinas Kebakaran Prov. DKI Jakarta dalam www.konsuil.or.id, 2011)

Potensi ancaman kebakaran suatu kawasan pemukiman juga dapat dinilai dari riwayat kebakaran suatu kawasan. Di kawasan pesisir Kota Tarakan dalam kurun waktu 7 tahun terakhir terjadi sebanyak 37 kejadian kebakaran pemukiman (Kantor PMK Kota Tarakan). Kejadian kebakaran (fire history) mengindikasikan bahwa suatu kawasan memiliki faktor yang dapat menimbulkan kebakaran sehingga kawasan tersebut memiliki potensi ancaman kebakaran.

Dari hasil perhitungan potensi ancaman kebakaran di daerah pesisir Kota Tarakan seperti pada tabel 1 , maka dapat digambarkan klasifikasi tingkat potensi ancaman kebakaran di daerah pesisir Kota Tarakan sebagai berikut:

 Klasifikasi Sangat Tinggi (4)

Nilai antara 3.25 s/d 4, artinya potensi ancaman terjadinya kebakaran di daerah tersebut adalah sangat tinggi. Daerah pesisir di Kota Tarakan yang masuk kategori/klasifikasi ini adalah Kelurahan Selumit Pantai.

 Klasifikasi Tinggi (3)

Skala potensi ancaman kebakaran dengan nilai antara 2.6 s/d 3.25, artinya daerah atau kelurahan tersebut memiliki potensi ancaman terjadinya kebakaran adalah tinggi. Daerah tersebut adalah Kelurahan Lingkas Ujung.

 Klasifikasi Sedang (2)

Skala potensi ancaman kebakaran dengan nilai antara 1.76 s/d 2.5, artinya potensi ancaman terjadinya kebakaran di daerah tersebut adalah sedang. Daerah pesisir Kota Tarakan yang masuk klasifikasi ini adalah Karang Karang Anyar Pantai, Kelurahan Juata Laut dan Mamburungan.  Klasifikasi Rendah (1)

Skala potensi ancaman kebakaran dengan nilai skala 1 s/d 1.75, yang berarti daerah atau kelurahan ini potensi terjadinya kebakaran adalah rendah. Kelurahan Kelurahan Karang Rejo dan Kelurahan Pantai Amal termasuk dalam klasifikasi ini.

Berdasarkan hasil klasifikasi potensi ancaman kebakaran di daerah pesisir Kota Tarakan, selanjutnya dilakukan pemetaan tingkat potensi ancaman (hazard) kebakaran dengan menggunakan geographic information system (GIS) seperti pada gambar 1.

4. PEMBAHASAN

Dari hasil penilaian potensi ancaman kebakaran di daerah pesisir Kota Tarakan, diperoleh gambaran bahwa variabel yang sangat berpengaruh terhadap potensi ancaman kebakaran adalah variabel sumber penyebab kebakaran dengan bobot sebesar 0.4063 (hasil olahan dengan metode AHP, 2012). Kemudian variabel sistem jaringan listrik dengan bobot sebesar 0.3210, diikuti variabel

(5)

Manajemen Proyek Konstruksi E-123 jenis material bangunan sebesar 0.1869 dan

variabel kejadian kebakaran sebesar 0.0858. Keberadaan sumber penyebab kebaran menjadi variabel terbesar terhadap potensi ancaman kebakaran disebabkan karena di daerah pesisir terdapat banyak penampung atau pangkalan bahan bakar minyak untuk nelayan

yang bermukim di daerah pesisir. Dan di daerah pesisir Kota Tarakan, terdapat banyak rumah kontrakan yang diperuntukkan bagi nelayan dengan instalasi listrik yang tidak standar, maka variabel sistem jaringan listrik merupakan faktor kedua yang berpengaruh pada potensi ancaman kebakaran. Kemudian faktor berikutnya adalah variabel jenis material bangunan di daerah pesisir yang umumnya dari material kayu yang mudah terbakar.

Kelurahan Selumit Pantai merupakan daerah di pesisir Kota Tarakan dengan potensi ancaman kebakaran yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil penilaian dari semua variabel potensi ancaman kebakaran, Kelurahan Selumit Pantai memiliki nilai 4 yang berarti semua variabel sangat tinggi untuk berpotensi menimbulkan kebakaran. Di Kelurahan Lingkas Ujung dengan potensi ancaman kebakaran yang tinggi, sangat dipengaruhi dari variabel sistem jaringan listrik (1.00) disebabkan karena jumlah rumah sewa/kontrakan dan kios yang banyak serta bangunan pemukiman terbuat dari bahan kayu.

5. KESIMPULAN

Hasil penilaian potensi ancaman kebakaran (hazard) di daerah atau kawasan pesisir Kota Tarakan yang meliputi 7 (tujuh) kelurahan adalah sebagai berikut : Kawasan dengan potensi ancaman kebakaran kategori sangat tinggi (ekstrem) adalah Kelurahan Selumit

Pantai, menyusul Kelurahan Lingkas Ujung dengan kategori tinggi (high), selanjutnya dengan kategori sedang (low) meliputi Kelurahan Karang Anyar Pantai, Kelurahan Juata Laut dan Kelurahan Mamburungan. Sedangkan potensi ancaman kebakaran dengan kategori rendah adalah Kelurahan Karang Rejo dan Kelurahan Pantai Amal.

SARAN

Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan pembahasan tentang risiko kebakaran di kawasan pesisir Kota Tarakan dengan variabel yang lebih banyak, dengan cakupan yang wilayah penelitian yang lebih luas. Sehingga dapat menjadi acuan dalam penanggulangan bencana kebakaran dan pembangunan di Kota Tarakan.

REFERENSI

ADPC (2004), Reducing Fire Threat to Homes: Piloting Community-based Fire Risk Assessment in ban Hatsady Village, ADPC, Bangkok

AS/NZS 4360 (2004), Risk Management Standard, Australia

Biro Pusat Statistik (2006), Buku Statistik Kota Tarakan 2006, BPS, Tarakan.

Budiyanto, E. (2002), Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arcview GIS, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Carter, N. (1991), Disaster Management: A Disaster Manager’s Handbook, ADB, Manila.

Coburn, A. W, et.al (1994) , Modul Mitigasi Bencana, UNDP, United Kingdom

Departemen Pekerjaan Umum (1990), Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, Keputusan Menteri Negara Pekerjaan

(6)

Manajemen Proyek Konstruksi E-124 Umum Nomor : 441/KPTS/1998, DPU,

Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum (2000), Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan, Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 10/KPTS/2000, DPU, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum (2000), Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 11/KPTS/2000, DPU, Jakarta.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004), Pedoman Konstruksi Konstruksi dan Bangunan tentang Metode Penyusunan Pos-Pos Kebakaran Berdasarkan Hasil Analisa Resiko Kebakaran dalam Wilayah Manajemen Kebakaran Perkotaan, Depkimpraswil, Jakarta

Departemen Pekerjaan Umum (2008), Pedoman Persyaratan Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran, Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 25/PRT/M/2008, DPU, Jakarta.

LUDMP (2004), Lao Urban Fire Risk Assesment Mapping in Pakse City, LUDMP, Lao PDR.

Mantra, I.B.G.W. (2005), “Kajian Penanggulangan Bahaya Kebakaran pada Perumahan-Suatu Kajian Pendahuluan di Perumahan Sarijadi Bandung”, Jurnal Pemukiman Natah, Vol. 3, No. 1, hal. 1-61. Masellis (1999), Fire Disaster and Burn

Disaster : Planning and Management, Annals of Burns and Fire Disaster, Vol. 12, No. 2

Mulyono, S. (1996), Teori Pengambilan Keputusan, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta

Oetomo, A. (2007), “Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana”, Buletin Tata Ruang, Edisi Mei – Juni.

Ramli, S. (2010), Seri Manjemen K3 : Pedoman Praktis Manajemen Kebakaran, Seri k3-04, Dian Rakyat, Jakarta.

Riduwan (2003), Dasar-Dasar Statistika, Alfabeta, Bandung

Pemda DKI (2008), Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2008, Jakarta.

Pemkot Tarakan (2001), Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 15 Tahun 2001, Tarakan.

Prahasta, E. (2003), Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView, Informatika, Bandung.

Purnomo, H., Rarasati, A.D., Adventus, M.R. (2008), “Assesmen Risiko Kebakaran Pasar-Pasar di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta”, Jurnal Teknologi, Edisi 22, No. 2, hal. 81-89.

Pyle, D. (1999), Data Preparation for Data Mining, Morgan Koufmann

(2007), Undang-Undang Nomor 24 tentang Penanggulangan Bencana, Jakarta.

Saaty, T. L. (1980), The Analytic Hierarchy Prosess, McGraw-Hill International, New York, USA

Solichin, et.al. (2007), Manual Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran, SSFFMP, Palembang.

Suprapto (2003), “Sistem Proteksi Kebakaran dan Antisipasi Tantangan Pembangunan Perkotaan Masa Depan”, Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama, DPU, Jakarta

Tim DRR PPMU ERA (2008), Metode Pemetaan Risiko Bencana Provinsi DIY, Bappeda DIY, Yogyakarta

(7)

Manajemen Proyek Konstruksi E-125 Wiguna, I.P.A, Widodo, A., Sudarma, E.

(2010), “Pemetaan Risiko Kebakaran Wilayah Surabaya Pusat”, Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil VI, ITS, Surabaya. hal. 245-245.

Yung, D. (2008), Principle of Fire Risk Assessment in Buildings, John Wiley & Sons Ltd, United Kingdom

Tabel: 1 Klasifikasi Potensi Ancaman Kebakaran

Gambar 1: Peta Potensi Ancaman Kebakaran JENIS MATERIAL BANGUNAN SUMBER PENYEBAB KEBAKARAN SISTEM JARINGAN LISTRIK KEJADIAN KEBAKARAN

1 SELUMIT PANTAI 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 Sangat

Tinggi

2 KARANG ANYAR PANTAI 1.41 2.06 2.31 3.50 2.14 Sedang

3 LINGKAS UJUNG 3.68 2.22 3.12 3.00 2.84 Tinggi

4 JUATA LAUT 3.03 1.67 2.68 3.50 2.41 Sedang

5 KARANG REJO 1.00 1.73 1.68 1.00 1.51 Rendah

6 MAMBURUNGAN 3.43 1.14 2.36 1.50 1.99 Sedang

7 PANTAI AMAL 3.43 1.02 1.00 2.00 1.55 Rendah

VARIABEL POTENSI ANCAMAN KELURAHAN NO POTENSI ANCAMAN KEBAKARAN KLASIFIKASI

(8)

Gambar

Gambar 1: Peta Potensi Ancaman Kebakaran

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis yang dilakukan untuk angkutan umum konvensional yang perlu ditingkatkan kinerjanya adalah item yang masuk kuadran A atau tingkat harapan

Sebaliknya pada tanah- tanah yang basa (pH lebih besar dari 6,5), tanaman kubis sering terserang penyakit kaki hitam (blacklegn) akibat cendawan Phoma lingam sehingga perlu

Hasil dari penelitian ini adalah upaya yang dilakukan dalam merevitalisasi musik iringan tari Jepin Cangkah Pedang yaitu pertemuan dengan narasumber yang

Benarkah status sosial ekonomi keluarga, pengetahuan tentang teknologi informasi, dan me- dia massa, berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan teknologi informasi

Ianya juga bertujuan untuk mereka mengadakan tuntutan hak-hak mereka, seperti tuntutan supaya pihak kerajaan mengambil tindakan balas kepada pegawai kerajaan yang

Adanya kesadaran masyarakat untuk menjadikan RCTI sebagai sarana bagi terbentuknya suatu ruang publik saat ini sudah mulai muncul, masyarakat tidak hanya berperan

Berdasarkan pemaparan di atas, tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui perbedaan hasil belajar membaca bahasa Inggris antara kelompok siswa yang

Keistimewaan langki/bumbung adalah sebagai berikut: mencegah terjadinya banjir ketika musim hujan karena memiliki lubang yang terukur sehingga debet air yang masuk