• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengentasan Kemiskinan Dalam Program GPMK melalui Pemberdayaan Masyarakat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Pengentasan Kemiskinan Dalam Program GPMK melalui Pemberdayaan Masyarakat."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Administrasi Pembangunan 1. Pengertian Administrasi Pembangunan Administrasi pembangunan mencakup dua pengertian, yaitu: administrasi dan pembangunan. Telah diketahui bahwa yang dimaksud dengan administrasi ialah keseluruhan proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pembangunan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Dari pembahasan diatas, maka pengertian atau definisi dari administrasi Pembangunan yaitu: seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang, dan berubah secara sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhirnya (Siagian,2007:5). Hal ini seperti yang disebutkan oleh Riggs (1971: 75) development administration refers not only to a government’s efforts to carry out programs designed to reshape its physical, human, and cultural environment, but also to the struggle to enlarge a government’s capacity to engage in such programs. Bahwa administrasi pembangunan tidak berarti hanya sebagai usaha-usaha pemerintah melaksanakan program terencana dalam rangka membentuk lingkungan fisik, manusia, dan kebudayaannya, tetapi juga berarti perjuangan meningkatkan kemampuan melaksanakan berbagai program.. 2. Ruang Lingkup dan Masalah Administrasi Pembangunan. 2.1 Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan Menurut Tjokroamidjojo (1987, h.14) ruang lingkup administrasi pembangunan ada dua, yaitu :. 8.

(2) 9. 1. Ruang lingkup pembangunan administrasi mempunyai dua fungsi yaitu penyusunan kebijaksanaan pembangunan administrasi Negara. Dalam hal ini usaha penyempurnaan organisasi, pembinaan lembaga yang diperlukan, kepegawaian, tata kerja dan pengurusan saranasarana administrasi lainnya. Ini disebut sebagai the development of administration. 2. Ruang lingkup administrasi pembangunan mempunyai fungsi yaitu merumuskan kebijaksanaan dan program-program pembangunan di berbagai bidang serta pelaksanaannya secara efektif. Ini disebut juga sebagai the administration of development. Administrasi untuk pembangunan ini dapat pula dibagi dalam dua sub fungsi. Pertama, perumusan kebijaksanaan pembangunan. Kedua, pelaksanaan secara efektif. Menurut Tjokroamidjojo (1987, h.14) administrasi pembangunan meliputi: 1. Pembangunan Sumber Daya Manusia Pembangunan sumber daya manusia dipengaruhi oleh tindak pendidikan formal dan non formal yang telah diikuti pegawai, serta pengalaman yang telah dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan. 2. Pembangunan Lembaga atau Organisasi Pembangunan di bidang organisasi diarahkan untuk mendudukakan aparatur pemerintah dan unit-unit kegiatannya sesuai dengan fungsinya agar jelas bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing 3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pembanguan ini dimaksudkan untuk dapat terpenuhinya segala hal yang menjadi kebutuhan dan prasayarat dalam kelancaran dan keberhasilan proses pembangunan. 2.2 Masalah Administrasi Pembangunan. Riggs (1971:96) menyebutkan beberapa masalah dalam administrasi pembangunan, antara lain: 1. Masalah-masalah di lingkungan fisik. Dengan memperluas analogi terhadap sistem pemerintahan, para analis geopolitik mengatakan bahwa lingkungan fisik, geografi, iklim dan lokasi merupakan faktor determinan terhadap pembangunan. Berdasarkan pandangan mengenai pembangunan, dapat dikatakan bahwa sistem yang lebih maju adalah sistem yang mampu mengatasi berbagai hambatan.

(3) 10. lingkungan dengan lebih efektif. Artinya, ketika suatu lingkungan memiliki masalah yang sukar dipecahkan, sistem yang kurang maju akan mudah kewalahan. Sebaliknya, sistem yang telah maju memiliki kemampuan mengubah lingkungan yang lebih baik. Kemampuannya yang besar akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Lingkungan yang telah diubah juga akan mendukung berbagai keinginan manusia dan sekaligus kurang menjadi hambatan bagi pembangunan itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu tinjauan mengenai kondisi lingkungan sebagai materi pokok dalam perubahan administrasi. 2. Masalah-masalah di lingkungan manusia. Setiap manusia memainkan peranan tertentu dan terlibat dalam interaksi. Tetapi secara analitis aktor tersebut dapat dipisahkan dari peranan yang dimainkan serta tindakan yang dilakukannya. Dengan menyadari banyaknya tuntutan yang terus meningkat dari hari ke hari, maka sesungguhnya organisasi sosial yang ada dalam masyarakat dapat ikut serta mensosialisasikan para anggotanya, menolong memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan guna mengisi peranan yang ada. Peningkatan keterampilan dapat diartikan sebagai upaya membangun kemampuan administrasi bila konteks politik, ekonomi dan organisasi dianggap perlu, serta diimbangi dengan pemberian insentif sesuai dengan kedudukan sebagai abdi masyarakat. 3. Masalah-masalah dalam lingkungan budaya. Setiap kebudayaan mencerminkan suatu konfigurasi holistik dari suatu bagian yang saling berkaitan. Tidak satu bagian yang dapat diubah tanpa minimbulkan gangguan pada bagian lain. Setiap konfigurasi budaya dari suatu komunitas masyarakat berbeda dari lainnya, sehingga sedikit sekali generalisasi yang dapat dibuat dengan benar. Agar perubahan di dalam proses pembangunan dapat diterima, dibutuhkan cara yang khusus. Setiap budaya harus dipelajari secara keseluruhan oleh spesialis ahli di bidang bahasa, sejarah, agama dll..

(4) 11. Setiap kebudayaan pasti memiliki faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses perubahan atau pembangunan. Batas kemampuan tumbuhnya budaya dari dalam dirinya sendiri berbeda satu dari lainnya. Sistem lingkungan budaya mungkin saja berfungsi menghambat terhadap pembangunan administrasi. Namun demikian tentu keliru bila dikatakan bahwa selamanya mempersulit administrasi pembangunan.. 3. Paradigma Pembangunan Dalam mengatasi kemiskinan sebagai masalah pembangunan, kita juga harus mengetahui tentang strategi, kebijaksanaan maupun programprogram pembangunan. Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses kegiatan terencana dalam upaya pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa guna peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. Dalam. perkembangannya. pembangunan. mengalami. beberapa. pergeseran pola atau model atau paradigma pembangunan sebagai berikut: 1. Growth paradigm (Paradigma Pertumbuhan) Pelaksanaan pembangunan di negara berkembang penekanannya pada upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan pendapatan nasional.. Penerapan. pembangunan. paradigma. berorientasi. pada. pertumbuhan. dalam. pertumbuhan. pelaksanaan. ekonomi.. PBB. mencanangkan dasawarsa pembangunan pertama berlangsung pada dasawarsa 1960-1970 dengan strategi pertumbuhan ekonomi negara berkembang sebesar 5% pertahun. Pada periode ini ternyata masalah distribusi pendapatan nasional diabaikan, sehingga timbul masalah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan pembagian pendapatan, urbanisasi dan kerusakan lingkungan. Melihat kenyataan itu terjadilah pergeseran dari pertumbuhan ekonomi menjadi strategi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Selanjutnya timbul pemikiran paradigma baru yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm)..

(5) 12. 2. Welfare paradigm ( Paradigma kesejahteraan) Pada. periode. dasawarsa. pembangunan. kedua. (1971-1980). pelaksanaan pembangunan berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan (growth and equity of strategy development) menuju industrialisasi dengan strategi pertumbuhan sebesar 6% pertahun dengan tujuan pemerataan pembangunan di bidang pendapatan, kesehatan, keadilan, pendidikan, kewirausahaan, keamanan, kesejahteraasn sosial termasuk pelestarian dan belum mampu merubah ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju ditandai dengan ketergantungan investasi, bantuan dan pinjaman luar negeri. Pelaksanaan pembangunan dalam paradigma ini cenderung bersifat sentralistik (top down) sehingga menumbuhkan. hubungan. ketergantungan. pembangunan. (birokrasi. pemerintah).. membahayakan. keterlanjutan. pembangunan. sifatnya. (disempowering). proyek. tidak. rakyat. agar. pembangunan.. Selanjutnya. Pembangunan. untuk. Pada. proyek–proyek. gilirannya. pembangunan. itu,. menumbuhkan mampu. muncul. menjamin. antara. menjadi. gagasan. keberlanjutan. baru. dapat karena. pemberdayaan subyek. dalam. dalam. strategi. pembangunan. yaitu. pembangunan berkelanjutan (sustainable development) 3.. Sustainable. Development. Paradigma. (Paradigma. Pembagunan. Berkelanjutan) Strategi pembangunan berkelanjutan ini belajar dari pengalaman pelaksanaan pembangunan pada dasawarsa ketiga dengan munculnya konsep tata ekonomi dunia baru sebagai upaya perbaikan sosial ekonomi Negara berkembang dengan strategi pertumbuhan ekonomi sebesar 7% pertahun. Pada dasawarsa ini pusat perhatian proses pembangunan berkaitan dengan masalah kependudukan yang meningkat pesat, urbanisasi, kemiskinan, kebodohan, partisipasi masyarakat, organisasi sosial politik, kerusakan lingkungan dan masyarakat pedesaan. Dalam dasawarsa. ini. masih. menghadapi. masalah. yakni. pelaksanaan. pembangunan tidak berdimensi pada manusia, sehingga pada gilirannya.

(6) 13. berpengaruh pada timbulnya masalah ketidakadilan, kelangsungan hidup dan ketidakterpaduan pembangunan. 4. People Centered Development Paradigm (Paradigma Pembangunan yang Berpusat Pada Manusia) Belajar dari pengalaman pada dasawarsa ketiga pada awal 1980-an di Negara berkembang yang berkelanjutan (sustainable development) didukung dengan pembangunan manusia (human development) yang ditandai dengan pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada pelayanan sosial melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial di sektor kesehatan, perbaikan gizi, sanitasi, pendidikan, pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu juga diarahkan pada upaya mewujudkan keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya, kedamaian serta pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development) dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat (public empowerment) agar dapat menjadi sector pembangunan sehingga dapat menimbulkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga dapat menimbulkan partisipasi masyrakat dalam pembangunan, kemandirian dan etos kerja. Fokus perhatian dari paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia ini adalah perkembangan manusia (human-growth), kesejahteraan (well-being), keadilan (equity) dan berkelanjutan (sustainability). Dominasi pemikiran paradigm ini menurut Korten adalah keseimbangan manusia (balance human ecology), sumber pembangunannya adalah informasi dan prakarsa yang kreatif dengan tujuan utama adalah aktualisasi optimal dari potensi manusia. (tjokrowinoto, 1995:218) Seperti apa yang dikemukakan oleh Korten dalam Tjokrowinoto (1995:25) bahwa: “Dibutuhkan suatu pendekatan baru tentang orientasi pembangunan yang terkenal dengan sebutan People Center Development atau pembangunan yang berpusat pada manusia”. Dan memang di Indonesia paradigma peningkatan peranan negara atau pemerintahan pada posisi yang sentral telah bergeser ke paradigma yang sangat popular di Indonesia yaitu pemberdayaan (empowerment)”..

(7) 14. Berdasarkan paradigma pembangunan yang digunakan di Indonesia bisa disimpulkan bahwa masalah pokok tiap paradigma pembangunan adalah. permasalahan. ekonomi. yang. berujung. pada. kemiskinan. masyarakat. Sehingga untuk mengatasinya diperlukan adanya strategi dengan program yang saling mendukung satu dengan lainnya dan berfokus pada manusia sebagai obyek maupun subyek dalam pengentasan kemiskinan.. B. Definisi dan Pengertian Strategi 1. Pengertian Strategi Setiap organisasi, baik itu organisasi publik, maupun organisasi privat mempunyai sejumlah langkah-langkah atau cara yang disusun secara sistematis dalam rangka menjalankan segala aktifitas kegiatan. Langkahlangkah tersebut merupakan rangkaian kebijakan yang dituangkan dalam bentuk strategi. Strategi merupakan rangkaian dari perencanaan suatu kebiatan, yang meliputi berbagai kebijakan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengertian dasar strategi di definisikan oleh beberapa ahli. Menurut Siagian (1989:10) strategi berasal dari bahasa Yunani yakni “Stratos” yang berarti pasukan dan “agian’ yang berarti memimpin. Siagian (2007:17) juga menjelaskan bahwa yang dimaksud strategi bagi organisasi ialah: “Rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan.” Pengertian strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:964) adalah : 1. Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. 2. Ilmu dan seni memimpin bala tentra untuk mengahadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan. 3. Rencana yang cermat mengenai kebiatan untuk mencapai sasaran yang khusus. 4. Tempat yang baik menurut siasat perang..

(8) 15. Stoner,. freeman. dan. Gilbert. (dalam. Tjiptono,. 2003:3). mendefinisikan strategi berdasarkan dua presektif yang berbeda yaitu: 1. Dari prespektif apa yang organisasi ingin lakukan (intends to do) Sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplimentasikan misinya. 2. Dari prespektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does) Sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Bintoro Tjokroamidjojo (1993:13) mendefinisikan strategi sebagai: “Keseluruhan langkah-langkah (kebijaksanaan) dengan perhitungan yang pasti, guna mencapai suatu tujuan untuk mengatasi suatu permasalahan. Bintoro. juga. menjelaskan. bahwa. strategi. merupakan. rangkaian. kebijaksanaan dan pelaksanaan (policy decision and execution) dalam mencapai tujuan atau memecahkan persoalan tertentu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan strategi. Sadono Sukirno (1985:50) menyatakan bahwa di dalam menyusun strategi pembangunan ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain 1. Masalah-masalah yang dihadapi. 2. Jumlah dan kualitas sumber-sumber daya, dalam bentuk modal, tenaga ahli, keahlian pengusaha dan pengetahuan teknik yang tersedia. 3. Tujuan-tujuan pembangunan yang ingin dituju. Strategi dapat pula diartikan sebagai seni dan ilmu untuk dapat mencapai suatu tujuan dengan menggunakan cara-cara baru. Dan strategi dalam ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Menurut siagian (1989:10), terdapat beberapa ciri-ciri pendekatan strategi antara lain : a. Strategi memusatkan perhatian pada kekuatan, kekuatan adalah fokus pokok dalam pendekatan strategi. b. Strategi memusatkan perhatian pada analisa dinamik, analisa gerak dan analisa aksi c. Strategi memperhitungkan pada faktor waktu (sejarah masa lampau, masa kini dan masa depan) dan faktor lingkungan. d. Strategi berusaha menemukan masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditaksirkan berdasarkan konteks kekuatan kemudian menganalisa mengenai kemungkinan serta perhitungannya langkah dan pilihan yang dapat diambil dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu..

(9) 16. Untuk. mensukseskan. strategi. Glueck. dan. Jauch. (1990:109). memberikan pedoman yang terdiri atas: a. Strategi yang konsisten dengan lingkungan. b. Tidak membuat satu strategi saja. c. Strategi yang efisien hendaknya berfokus dan mengikutkan semua sumber daya. d. Memandang sumber daya sebagai sesuatu yang kristis. e. Strategi hendaknya disusun atas landasan keberhasilan yang telah dicapai. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah rangkaian kebijaksanaan atau langkah-langkah yang digunakan dalam usaha untuk memecahkan permasalahan, dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi Sumber Daya Manusia (human resources strategy) adalah pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan pokok, kebijakankebijakan dan prosedur-prosedur ke dalam rencana keseluruhan yang kohesif. Strategi sumber daya manusia yang terformulasi dengan baik akan membantu mengumpulkan dan mengalokasikan dengan baik sumbersumber daya perusahaan kedalam suatu entitas unik berdasarkan kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan internalnya, perubahan-perubahan lingkungan dan tindakan-tindakan pesaing yang terantisipasi. ( Henry Simamora, 1997, h.39). Secara teoritis Salusu ( 1996, h.99) menyatakan bahwa konsep strategi berkaitan dengan komponen atau determinan sebagai berikut : a. Tujuan dan sasaran: Tujuan orang merupakan keinginan yang secara umum hendak dicapai pada waktu yang akan datang. Sedangkan. sasaran. orang. adalah. pernyataan. yang secara. operasional mengarahkan kita pada pencapaian tujuan dalam waktu tertentu, secra periodik bulanan atau tahunan dan terperinci secara jelas. b. Lingkungan:. Tidak. dapat. disangkal. antara. orang dengan. lingkungan merupakan simbiosis mutualisme, yang berarti keduanya terjadi interaksi yang saling mempengaruhi dan menguntungkan..

(10) 17. c. Kemampuan internal: kemampuan organisasi untuk melaksanakan rencana kerjanya bertolak dengan tersedianya sumber daya d. Kompetensi: yaitu suasana persaingan yang menyebabkan orang harus mengukur kemampuan internal dengan melihat tantangan dan peluang yang mungkin diraih. e. Komunikasi: Penyusunan strategi jelas harus dikomunikasikan karena komunikasi akan banyak memberikan informasi mengenai tuntutan lingkungan (internal maupun eksternal) yang tidak kita ketahui dan tidak pernah diramalkan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi dapat berjalan lancar jika didukung dengan komponen-komponen strategi yang tepat. Diharapkan komponen strategi ini dapat diterpakan bagi perusahaan agar bisa berthan dilingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Strategi secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu strategi umum (grand strategy) dan strategi fungsional (functional strategy). Menurut Belohlav dan Giddens-Ering (Pearce-Robins dalam Agus Maulana, 1997:35-37) mengartikan strategi umum sebagai “Rencana umum dan menyeluruh, mengenai tindakan-tindakan utama yang akan dilakukan perusahaan untuk mencapai sasaran jangka panjangnya dalam suatu lingkungan yang dinamis”, sedangkan strategi fungsional sebagai “Rumusan rinci yang harus dilaksanakan oleh setiap bidang fungsional dalam suatu perusahaan guna mengimplementasikan strategi umum”. Dengan demikian strategi umum merupakan strategi induk yang akan dilakukan perusahaan unutk jangka panjang dan masih bersifat umum, sedangkan strategi fungsional merupakan penjabaran dari strategi induk yang disesuaikan dengan strategi masing-masing bidang dan lingkungan yang dihadapinya secara lebih rinci dan biasanya unutk jangka pendek. Ada tiga hal yang membedakan strategi umum dan strategi fungsional yaitu: a. Cakupan waktu, dimana strategi fungsional merencanakan kegiatan yang akan ilakukan sekarang atau dalam waktu dekat, sedangkan.

(11) 18. strategi umum difokuskan untuk masa tiga sampai lima tahun ke depan. b. Kespesifikan, dimana strategi fungsional lebih spesifik dari strategi umum yaitu dibuat oleh masing-masing bidang dan ditunjukkan unutk bidang tersebut dengan mengacu kepada strategi umum. c. Peserta. dalam. pengembangan. strategi,. dimana. dalam. pengembangan kedua strategi tersebut melibatkan orang yang berbeda dalam perumusan dan pelaksanaannya. Strategi umum merupakan tanggung jawab manajer umum (general manager) suatu perusahaan dan dilaksanakan oleh para manajer operasional, sedangkan strategi fungsional merupakan tanggung jawab masingmasing manajer operasional kunci dan dilaksanakan oleh para bawahannya. Pengertian strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep tidak jelas maka keputusan yang diambil akan bersifat subyektif atau berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan kepentingan yang lain, oleh karena itu perlulah kiranya perusahaan membuat strategi yang didasarkan pada lingkungan intern maupun ekstern perusahaan.. 1.1 Jenis-jenis Strategi Perencanaan strategi melibatkan analisis yang mendalam terhadap seluruh aktivitas perusahaan. Penilaian tersebut harus sesuai dengan visi, misi, tujuan dan kebijakan perusahaan. Dengan kesesuaian tersebut, maka strategi yang ditetapkan akan sinergis dengan perusahaan dan bukannya menghabat pencapaian tujuan dari perencanaan strategi tersebut. Berikut strategi menurut Wheelen da hunger (2001, h.24) dibagi menjadi : a. Strategi tingkat korporasi adalah, strategi yang menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dari manajemen berbagai bisnis dan lini produk untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa..

(12) 19. b. Strategi tingkat bisnis adalah, strategi yang biasanya dikembangkan pada level divisi dan menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk atau jasa perusahaan dalam industri khususnya atau segmen dasar yang dilayani oleh divisi tersebut. Strategi bisnis divisi menekankan pada peningkatan laba dalam produksi dan penjualan produk dan jasa yang dihasilkan. Strategi bisnis sebaiknya juga menginterprestasikan berbagai aktivitas fungsional untuk mencapai tujuan divisi. Strategi bisnis merupakan salah satu dari overall cost leadership, atau diferensiasi. c. Strategi. fungsional. adalah,. startegi. yang. menekankan. pada. pemaksimalan sumber daya produktivitas. Dalam batasan perusahaan dan strategi bisnis yang berada disekitar mereka, departemen fungsional mengembangkan strategi untuk mengumpulkan bersama-sama berbagai aktivitas dan kompetensi mereka guna memperbaiki kinerja. Adapun jenis-jenis strategi yang berkaitan dengan pembangunan menurut Korten dalam Suryono (2001:84) adalah sebagai berikut: a. Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy) Strategi ini mempunyai focus dan nilai pusat pada industry dengan indikator berupa ekonomi makro. Peranan pemerintah adalah sebagai entrepreneur dengan sumber utama berupa modal. Kendala yang mungkin dihadapi adalah konsentrasi dan marginalisasi. Strategi ini berusaha mencapai kenaikan yang cepat dalam nilai tambah ekonomi dengan menyalurkan sumber daya dan dana kepada pemilik industri atau pengusaha. b. Strategi Kebutuhan Dasar (Basic Needs Strategy) Strategi ini mempunyai fokus pada pelayanan, nilai berpusat pada manusia dengan indikator berupa indikator sosial. Peranan pemerintah sebagai. service. provider. dengan. sumber. utama. kemampuan. administrative dan anggaran. Kendala yang mungkin dihadapi adalah keterbatasan anggaran dan inkompetensi aparat..

(13) 20. c. Strategi Berpusat pada Manusia ( People Centerde Strategy) Mempunyai fokus dan nilai pusat pada manusia dengan indikator hubungan manusia dengan sumber. Peranan pemerintah sebagai fasilitator/enabler dengan sumber utama kreativitas dan komitmen. Kendala yang mungkin adalah struktur dan prosedur yang tidak mendukung. Selanjutnya Korten dan Alfonso dalam Suryono (2001: 85) menambahkan jenis strategi pembangunan yaitu : a. Strategi Kesejahteraan (Welfare Strategy) Bertujuan memperbaiki kehidupan masyarakat banyak melalui berbagai sektor. Cirinya bantuan pemerintah atau subsidi dianggap bersifat pemberian cuma-cuma dengan asumsi bahwa masyarakat miskin dan tidak memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang mereka kehendaki. b. Strategi Jawaban (Respons Strategy) Merupakan jalan keluar terhadap kelemahan welfare strategy yang menganggap bahwa masyarakat bodoh dan perlunya intervensi pemerintah atasan dalam program-program pembangunan masyarakat. Fungsi pemerintah hanya memberikan respon atau dukungan terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan member bantuan teknologi, sumber daya dan dana, yang diharapkan dapat mendorong masyarakat memenuhi kebutuhannya. c. Strategi Menyeluruh (Holistic Strategy) Memiliki tujuan yang lebih bervariasi dan bersifat kompleks dengan sasaran. pokok. menciptakan. keadilan. (equity),. pemerataan. (distribution) dan partisipasi dalam proses pembangunan. Berdasarkan jenis-jenis strategi tersebut, maka strategi pengentasan kemiskinan merupakan salah satu bentuk strategi yang menyeluruh. Dengan strategi pengentasan kemiskinan diharapkan tercapai tujuan yang menyeluruh yaitu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyrakat, adanya pemerataan pembangunan, peningkatan kesempatan kerja, serta partisipasi dari masyarakat dalam proses pembangunan..

(14) 21. 1.2 Pemilihan Strategi Pemilihan strategi meupakan proses mengambil keputusan untuk memilih sejumlah alternatif strategi utama yang memungkinkan untuk dipilih. Menurut Pearce dan Robinson (1997, h.362) faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi yaitu: a. Peran strategi lalu, penyusunan strategi yang sekatang seringkali juga merupakan arsitek strategi yang lalu. Strategi masa lalu sangat mempengaruhi pilihan strategi sekarang. Makin tua dan makin berhasil suatu strategi maka sukar untuk diganti. Demikian pula, setelah suatu strategi dimlai, sangat sukar diubah karena momentum organisasi terus membuatnya berjalan. b. Tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar, jika suatu perusahaan sangat bergantung pada satu atau beberapa elemen lingkungan, alternatif strateginya dan pilihan strateginya harus mempertimbangkan perusahaan pada pihak luar, makin kecil ragam dan fleksibilitasnya dalam pemilihan strategi. c. Pertimbangan resiko, sikap terhadap resiko sangat mempengaruhi pilihan strategi. Jika sikap perusahaan menyukai resiko, kisaran pilihan strategi bertambah luas dan strategi resiko tinggi dapat diterima dan disukai. Bila manajemen bersikap menghindari resiko, ragam pilihan strategi terbatas dan alternatif yang beresiko tinggi akan dihilangkan sebelum pemilihan strategi dilakukan. d. Pertimbangan internal, faktor kekuasaan/politisi mempengaruhi peilihan strategi. Penggunaan kekuasaan/politisi untuk mendesakkan kepentingan kelompok merupakan hal yang lazim dalam kehidupan berorganisasi. e. Saat (timing), strategi yang baik dapat berbahaya jika dilaksanakan pada waktu yang salah. Oleh karena itu, timing sangat berpengaruh dalam pemilihan strategi. f. Reaksi pesaing, dalam mempertimbangkan pilihan strategi, perubahan seringkali memasukkan presepsi pesaing yang mungkin terhadap pilihan strategi. Dalam mempertimbangkan pilhan, perusahaan juga harus memperhitungkan dampak yang mungkin dari reaksi pesaing atas keberhasilan strategi yang dipilih. Orientasi strategi adalah bertumpu pada implikasinya di dalam kehidupan sehari-hari. Agar penyusunan strategi dapat berjalan dengan tepat sasaran dan diimplementasikan secara efektif, maka ada empat hal mutlak yang perlu diperhatikan : a. Strategi yang dirumuskan harus konsisten dengan situasi yang dihadapi organisasi. b. Strategi yang dirumuskan harus mampu di satu pihak memperoleh manfaat dari berbagai peluang yang diperkirakan akan timbul dan di pihak lain.

(15) 22. memperkecil dampak berbagai faktor yang sifatnya negatif atau bahkan berupa ancaman bagi organisasi dan kelangsungannya. c. Strategi harus memperhitungkan secara realistik kemampuan suatu organisasi dalam menyediakan berbagai daya, sarana, prasarana dan dana yang diperlukan untuk mengoperasionalkan strategi tersebut. d. Strategi yang telah ditentukan dioperasionalkan secara teliti. Tolok ukur tepat tidaknya suatu strategi bukan terlihat pada proses perumusannya saja, akan tetapi juga mencakup pada operasional atau pelaksanaanya. (Siagian, 2007:102-103). Penyusunan Strategi harus melihat daerah yang dihadapi, penyusunan strategi harus mempertimbangkan segala aspek yang bisa dimanfaat sebagai faktor pendukung dalam melaksanakan strategi tersebut. 1.3 Manfaat Strategi Strategi pada umumnya merupakan perhitungan mengenai rangkaian kebijaksanaan secara ilmiah. Strategi ditetapkan oleh suatu organisasi sebagai kelanjutan dari perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Penentuan strategi ini tentunya tidak terlepas dari rantai kegiatan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Secara implisit Siagian (2007:206-209) mengungkapkan manfaat dari penetapan strategi pada organisasi antara lain : a. Memperjelas makna dan hakikat suatu perencanaan melalui identifikasi rincian yang lebih spesifik tentang bagaimana organisasi hars mengelola bidang-bidang yang ada di masa mendatang. b. Merupakan langkah-langkah atau cara yang efektif untuk implementasi kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. c. Sebagai penuntun atau rambu-rambu dan arahan pelaksanaan kegiatan di berbagai bidang. d. Dapat mengetahui secara konkrit dan jelas tentang berbagai cara untuk mencapai sasaran atau tujuan serta prioritas pembangunan pada bidangbidang tersebut berdasarkan kemampuan yang dimiliki. e. Sebagai. rangkaian. dari. proses. pengambilan. menyelesaikan berbagai macam permasalahan.. keputusan. daam.

(16) 23. f. Mempermudah koordinasi bagi semua pihak agar mempunyai pertisipasi dan presepsi yang sama tentang bentuk serta sifat interaksi, interpendensi dan interrelasi yang harus tetap tumbuh terpelihara dalam mengelola jalannya roda organisasi, sehingga akan mengurangi atau bahkan menghilangkan kemungkinan timbulnya konflik antara berbagai pihak yang terkait. Dengan demikian strategi dapat berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan.. C. Kemiskinan 1. Pengertian Kemiskinan Kemiskinan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:179) adalah berasal dari kata “miskin” yang berarti tak berharta, sebab kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Sedangkan kemiskinan diartikan selalu berkaitan dengan orang atau kelompok yang serba kekurangan, menyangkut kebutuhan pokok minimum atau pokok minimum atau mendasar (makanan, pakaian, dan tempat tinggal), yang tidak memungkinkan seseorang dapat hidup secara layak. Pengertian kemiskinan adalah suatu konsep ilmiah yang lahir sebagai dampak ikutan dari istilah pembangunan. Hal ini dijelaskan oleh Sumodiningrat (1997:1) bahwa : “Karena dalam setiap pembatasan tentang pembangunan pemecahan kemiskinan mendapat tempat yang cukup penting. Pada tahap ini kemiskinan dipandang sebagai bagian dari masalah pembangunan, ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi kesenjangan, secara bersama kenyataan tersebut bukan saja meningkatkan tantangan tersendiri, juga memperlihatkan adanya suatu mekanisme dan proses yang tidak beres dalam pembangunan”. Selanjutnya Salim (1980:41) mengemukakan “Kemiskinan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dll”. Pemahaman yang lazim dan sederhana bahwa kemiskinan dilukiskan untuk orang dengan pendapatan yang diperolehnya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimumnya. Karena pada umumnya kemiskinan diukur dengan tingkat pendapatan orang atau rumah tangga dengan tingkat.

(17) 24. pendapatan yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan minimum. Mengacu pada hal itu maka Esmara (1996:286-287) membuat klasifikasi kemiskinan menjadi 2 yaitu, kemiskinan absolute dan kemiskinan relatif: “Seseorang dikatakan miskin secara absolute apabila tingkat penapatannya lebih rendah dari garis kemiskinan absolut yang ditetapkan atau dengan kata lain jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum yang dicerminkan absolute tersebut dengan demikian tingkat pendapatan minimum meupakan pembatas antara keadaan yang disebut miskin dan tidak miskin atau sering disebut garis kemiskinan. Sementara itu, kemiskinan relatif adalah keadaan perbandingan antara kelompok pendapatan dalam masyarakat yakni kelompok yang miskin. Tidak miskin, karena mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi dari garis kemiskinan, dan kelompok masyarakat yang relatif kaya. Dengan kata lain walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetap masih jauh dibandingkan dengan pendapatan masyarakat sekitarnya maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin”. Harjosuwarno dalam Mardimin (1996:23) menyebutkan 5 istilah kategoritatif kemiskinan, yaitu : 1.. 2. 3.. 4.. 5.. Kemiskinan absolut. Seseorang dapat dikatakan miskin jika tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum hidupnya untuk memelihara fisiknya agar dapat bekerja penuh dan efisien. Kemiskinan relatif. Kemiskinan yang muncul jika kondisi seseorang atau sekelompok orang dibandingkan dengan orang lain. Kemiskinan struktural. Kemiskinan ini menunjuk pada orang atau sekelompok orang yang tetap miskin atau menjadi miskin karena struktur masyarakatnya yang timpang, yang tidak menguntungkan golongan yang lemah. Kemiskinan situasional atau kemiskinan natural. Terjadi jika seseorang atau sekelompok orang tinggal di daerah-daerah yang kurang menguntungkan dan oleh karenanya mereka menjadi miskin. Kemiskinan kultural. Kemiskinan penduduk terjadi karena kultur masyarakatnya. Untuk mengerti uraian atau kutipan diatas, maka perlu diingat bahwa. kebutuhan pokok atau dasar manusia adalah berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara layak. Dari definisi-definisi tentang konsep kemiskinan adalah suatu keadaan kekurangan yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang diluar keinginan yang bersangkutan sebagai kejadian yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya..

(18) 25. 1.1 Faktor Penyebab Kemiskinan Menurut Bank Dunia, adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain: 1. Pendidikan Kemiskinan memiliki kaitan yang sangat erat dengan pendidikan yang tidak memadai. Sama halnya dengan temuan di negara-negara lain, capaian jenjang pendidikan yang lebih tinggi berkaitan dengan konsumsi rumah tangga yang lebih tinggi pula. Selain itu, koefisien korelasi parsial pada umumnya lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan di daerah pedesaan, baik bagi kepala rumah tangga maupun anggota keluarga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga di daerah perkotaan memperoleh manfaat yang jauh lebih besar dbandingkan dengan rumah tangga di daerah pedesaan untuk setiap tambahan tahun pendidikan. 2. Pekerjaan Bekerja di sektor pertanian memiliki korelasi yang kuat dengan kemiskinan. Kepala rumah tangga yang bekerja di sektor peranian memiliki tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah (dan karena itu memliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi miskin) dibandingkan mereka yang bekerja di sektor lain. 3. Gender Meskipun tingkat kemiskinan terlihat sedikit lebih rendah pada rumah tangga. dengan kepala keluarga perempuan, namun pada kenyataannya. tidaklah demikian. Rumah tangga yang dengan kepala laki-laki masih jauh lebih beruntung dibandingkan rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan 4. Akses tethadap pelayananan infrastuktur dasar Kemiskinan jelas berkaitan dengan rendahnya akses terhadap fasilitas dan infrastruktur dasar. Rumah tangga di daerah pedesaan yang memiliki lebih banyak akses kepada pendidikan sekolah menengah jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi miskin..

(19) 26. 5. Lokasi Geografis Dengan adanya ketimpangan antar wilayah tidaklah mengherankan apabila lokasi geografis juga bekorelasi dengan kemiskinan. Di samping wilayah yang sangat luas yang dimiliki Indonesia, dimungkinkan untuk menggunakan teknik disagregasi geografis yang lebih baik untuk mengonfirmasi ketimpangan-ketimpangan tersebut dan memfokuskan upaya penanggulangan kemiskinan pada tingkat yang paling rendah. Sumodiningrat (1997:15) membagi sebab-sebab kemiskinan menjadi 2 yaitu: “Pertama, kemiskinan yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal atau faktor yang berada di luar jangkauan individu. Faktor ini secara konkrit lebih bersifat hambatan, kelembagaan atau struktur yang memang bias menghambat seseorang untuk meraih kesempatan-kesempatannya. Kedua, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor internal yang berasal dari dalam diri seseorang atau lingkungannya. Kaum konservatif penganut pandangan ini melihat kemiskinan jenis ini terjadi sebagai akibat dari nilai-nilai dan kebudayaan yang dianut skelompok masyarakat jadi tidak bermula dari struktur sosial tetapi berasal dari karakterstik khas orang-orang miskin itu sendiri”. Kemiskinan struktural terjadi karena kepincangan struktural system sosial, sehingga orang tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang tersedia, atau usaha yang dilakukan untuk memperbaiki nasibnya selalu terbentur dengan system yang berlaku, sementara itu pandangan mengenai kemiskinan yang disebabkan oleh faktor intern menyebutkan bahwa kemiskinan tidak bermula dari struktur sosial, tetapi berasal dari karateristik khas orang-orang miskin itu sendiri, orng menjadi miskin karena ia tidak mau bekerja keras, boros tidak mempunyai rencana, kurang memiliki jiwa wiraswasta, tidak ada hasrat berprestasi dan sebagainya. Selain dari itu faktor lain yang menyebabkan pendapatan masyarakat sangat rendah sehingga masyarakat terbelenggu dalam lingkaran kemiskinan adalah faktor relatif tetap yaitu letak geografis dan daya dukung alam, atau faktor yang berkembang berupa keadaan sosial budaya yang menyangkut pengetahuan dan ketrampilan, adat istiadat situasi politik, dan kebijaksanaan penguasa..

(20) 27. 1.2 Ciri- Ciri Kemiskinan Mengingat luas dan kompleksnya masalah kemiskinan, maka untuk dapat memahami secara jelas siapa saja yang termasuk ke dalam kelompok miskin maka selain perlu menentukan garis kemiskinan, kita juga perlu mengetahui ciri-ciri kemiskinan, sehingga kita bisa membedakan kelompok-kelompok penduduk yang tergolong kemiskinan. Lebih lanjut Salim (1980:19) mengemukakan tentang ciri-ciri kelompok penduduk miskin, sebagai berikut : 1. Ciri pertama, ialah bahwa sebagian terbesar dari kelompok miskin ini terdapat di daerah pedesaan dan mereka ini umumnya buruh tani yang tidak memiliki tanah sendiri. Kalau pun ada yang memiliki tanah maka luasnya tidaklah cukup membiayai ongkos hidup yang layak. 2. Ciri kedua, ialah bahwa mereka itu pengangguran kalaupun ada pekerjaan, maka sifatnya tidaklah teratur atau pekerjaan itu tidaklah teratur atau pekerjaan itu tidaklah memberikan pendapatan yang memadai bagi tingkat hidup yang wajar. Mereka ini tedapat di perkotaan maupu pedesaan. 3. Ciri ketiga, ialah bahwa mereka berusaha sendiri. Biasanya dengan menyewa peralatan dari orang lain. Sifat usaha mereka kecil dan terbatas karena ketiadaan modal. Mereka banyak terdapat di perkotaan, tetapi dapat dijumpai di pedesaan. Sementara itu dengan menggunakan data SUSENAS 1987,hasil penelitian Dov Chomichousky dan Dea Astra Meesok (staff Bank Dunia) menunjukkan pula ciri-ciri rumah tangga di Indonesia pada umumnya adalah : “ Rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga banyak, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan anggotanya rendah, sering berubah pekerjaan, sebagian mereka yang telah bekaerja masih mau menerima tambahan pekerjaan lagi bila ditawarkan dan sebagian besar sumber pendapatan utamanya adalah sektor pertanian. Di daerah pedesaan RT-nya yang anggotanya bekerja di sektor pertanian adalah mereka yang menguasai tanah sangat marginal tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kesejahteraan rumah tangga. Sebagian besar pengeluaran rumah tangga miskin untuk makan, kondisi tempat tinggal rumah tangga yang miskin masih memperhatikan terutama dalam hal penyediaan air bersih dan listrik untuk penerangan. Selanjutnya studi yang dilakukan BPS tahub 1984 memaparkan ciri rumah tangga miskin adalah : “.... Sebagian besar rumah tangga miskin hanya mempunyai satu orang pekerja. Sebagian besar keadaan tempat tinggal mereka belum mempunyai.

(21) 28. persyaratan kesehatan yang memadai, sebagian besar rumah tangga msikin memiliki lahan pertanian yang relatif kecil, tingkat pendidikan kepala rumah tangga miskin rendah dan rata-rata jam kerja perminggu rumah tangga miskin memiliki lahan pertanian yang relatif kecil, tingkat pendidikan kepala rumah tangga rendah dan rata-rata jam kerja perminggu rumah tangga miskin lama dibandingkan dengan jam kerja rumah tangga tidak miskin, kepala ruah tangga lebih dari 70 % adalah pekerja dengan status pengusaha sendiri. Hasan yang dikutip oleh Sumodiningrat (1997:15) menyebutkan bahwa kelompok penduduk miskin mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : “Pertama, sebagian besar penduduk miskin tidak mempunyai penghasilan yang tetap. Kedua, pada umumnya penduduk miskin tidak bekerja secara penuh (full timer). Ketiga, mereka kebanyakan tidak mempunyai peralatan produksi, peralatan kerja yang memadai. Keempat, sebagian besar penduduk miskin berpendidikan rendah”. Dengan mengenali ciri-ciri kemiskinan seperti yang diungkap diatas, maka dapat disederhanakan bahwa seseorang atau keluarga atau kelompok penduduk yang mengalami kemiskinan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Sebagian besar bermukim di daerah pedesaan 2. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal maupun ketrampilan (skill) 3. Tidak mempunyai syarat yang bias dipenuhi untuk memperoleh kredit bank, sehingga tidak mempunyai akses modal. 4. Anggota rumah tangganya banyak 5. Tingkat pendidikan mereka rata-rata rendah 6. Tempat tinggal, makanan, pakaian, penyediaan air bersih dan penerangan listrik sangat memprihatinkan 7. Sebagian besar mereka bekerja di sektor pertanian dengan lahan terbatas dan pengolahannya masih tradisional 8. Di daerah perkotaan biasanya mereka adalah pengangguran, bekerja sebagai pengrajin kecil, pegawai kecil sebagai buruh atau pegawai kecil swasta atau pemerintah dan sektor lainnya..

(22) 29. Dari beberapa poin diatas bisa disimpulkan bahwa ciri-ciri dari seseorang yang miskin adalah orang yang hanya bisa memenuhi kebutuhan mereka dengan keterbatasan.. 1.3 Garis Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang kronis dan kompleks, karena berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang, sehingga tidaklah mengherankan jika kemudian timbul kesulitan dalam mengukur dan menentukan apa yang disebut garis keiskinan sebab kebutuhan manusia sendiri selalu bervariasi, yaitu berbeda antar satu dengan yang lain dan selalu berkembang menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu wajar jika metode pengukuran tentang garis kemiskinan belum ada yang memuaskan, sebab masalah kemiskinan itu sendiri bersifat dinamis. Langkah pertama untuk memperkirakan jumlah kaum miskin adalah dengan mendefinisikan garis kemiskinan. Garis kemiskinan pada dasarnya adalah standart minimum yang diperlukan oleh individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk jenis pangan dan bukan jenis pangan. Karena data pendapatan seringkali tergantung perkiraan yang lebih rendah, BPS menggunakan data pengeluaran sebagai representasi dari pendapatan untuk mendefinisikan titik batas dari minimum standard ini bagi kebutuhan pangan dan bukan pangan. Untuk itu dapat mengerti akan kebutuhan bukan pangan, dalam Remi dan Tjiptoherijanto (2002:39) disebutkan bahwa pilihan terhadap jenis-jenis kebutuhan bukan pangan didasarkan pada hasil “Survei Paket Komoditi Dasar 1995” adalah mencakup perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, transportasi, barang-barang tahan lama, dan barang-barang serta jasa-jasa esensial lainnya. Lebih lanjut Sumodiningrat, seperti dikemukakan oleh ILO, sebagai berikut : “Kebutuhan dasar meliputi dua unsur : pertama, kebutuhan yang meliputi tuntutan minimum tertentu sebagai suatu konsumsi pribadi, seperti makanan, perumahan, pakaian, peralatan dan perlengkapan rumah tangga. Kedua, kebutuhan yang meliputi pelayanan sosial yang diberikan oleh dan untuk masyarakat, seperti air minum, angkutan umm, kesehatan, pendidikan dan fasilitas kebudayaan”. Jadi kebutuhan dasar tidak meliputi kebutuhan pokok orang atau keluarga tetapi juga meliputi kebutuhan fasilitas-fasilitas..

(23) 30. Berkaitan dengan konsep kemiskinan yang didasarkan pandangan atas perkiraan kebutuhan dasar atau minimum sepeti diatas, Esmara (1996:291) mengingatkan bahwa “Kendati demikian, konsep tersebut bukanlah yang terbaik, karena penentuan garis kemiskinan berdasarkan pertimbangan subyektif daripada pertimbangan obyek”. Kemudian apa yang dimaksud pertimbangan subyektif dan obyektif. berkaitan. menjelaskan:. dengan. Pertimbangan. konsep obyektif. tersebut? dilakukan. Sumodiningrat secara. (1997:32). ilmiah. dengan. mempertimbangkan faktor-faktor kesehatan dan kelayakan hidup. Sedangkan pertimbangan subyektif diperoleh dari para konsumsi riil masyarakat. Garis kemiskinan tidak mungkin ditentukan secara obyektif, mengingat banyak sekali faktor yang mempengaruhi garis kemiskinan ini akan berbeda antar lokasi dan antar waktu sehingga tidak ada garis kemiskinan yang dapat berlaku secara umum. Kendati demikian, penggunaan pengukuran dengan pendekatan kebutuhan pokok minimum ini sangat penting untuk menaikkan kehidupan masyarakat. Hal ini dijelaskan oleh Tjokrowinoto dalam Sumodiningrat (1997:33) bahwa: “Kalau dilacak kebelakang sesungguhnya sebagai konsep, pendekatan kebutuhan pokok ini telah menguasai pemikiran para negarawan dan para pakar di sekitar tahun 1960-an. Tetapi sebagai acuan, kebijakan ini baru mendapatkan perhatian luas pada dasa warsa 1970-an. Bahkan dengan diilhami oleh kegagalan pembangunan dalam memecahkan kemiskinan di banyak Negara berkembang, pendekatan ini baru dicetuskan secara resmi sebagai agenda aksi oleh Barrilocke Fondation di Argentina pada tahun 1974. Dimana mereka sampai pada kesimpulan bahwa pemenuhan kebutuhan pokok secara merata bagi setiap manusia merupakan prasyarat peningkatan mutu kehidupan”. Bahkan baru pada tahun 1976 dalam konferensi International Labor Organitation (ILO) di Genewa yang dikenal As World Employment Word (WEW), ide kebutuhan pokok tersebut muncul kembali sebagai pokok bahasan yang mendapatkan bahasan luas. Kesimpulan akhir dari konferensi tersebut, Tjokrowinoto (1995:33) menyatakan : “Kebutuhan pokok itu tidak dapat mungkin terpenuhi jika pendapatannya rendah sebagai akibat dari pengangguran. Oleh karena itu, ILO meletakkan 3 sasaran utama di dalam kerangka pemikiran melalui pembukaan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan dan memenuhi kebutuhan pokok”..

(24) 31. D. Strategi Pengentasan Kemiskinan Pemerintah perlu menyusun strategi penanggulangan kemiskinan sebagai bagian dai kerangka kebijakan pembangunan jangka panjang, yang dalam proses penyusunannya perlu melibatkan para pelaku pembangunan lainnya. Strategi yang digunakan dalam penaggulangan kemiskinan meliputi, penciptaan kesempatan, pemberdayaan, peningkatan kapasitas, dan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Globalisasi disatu sisi membawa perbaikan ekonomi kepada Negara yang sudah efisien dan cukup kompetitif dalam pasar internasional, tetapi dapat pula menjadi sangat beresiko tinggi karena dapat menimbulkan ketidakadilan dalam ekonomi, marjinalisasi dan eksplosi sosial. Meningkatnya ketidakadilan dapat memperburuk usaha pengurangan kemiskinan. Karena itu, melihat penyebab kemiskinan tidak bisa hanya dari faktor penyebab tradisional seperti tidak meratanya akses terhadap pendidikan, bias urban dan lainnya tetapi juga harus dilihat dari segi global inequality dan kompleksitas interaksi antara set, pasar dan kelembagaan ( Machiko Nissanke, 2000 dalam Dokumentasi Sementara Strategi Penanggulangan Kemiskinan) Dengan latar belakang tersebut di atas, maka wajib bagi kita semua mempertegas sikap terhadap masalah keiskinan ini, baik karena alasan ekonomi, sosial, politik maupun moral. Dari sisi ekonomi, kemiskinan mengancam keberlanjutan pembangunan. Dari sisi politik, diamanatkan oleh pasal 27 ayat 2, pasal 31 ayat 1, dan pasal 34 UUD 1945. Sedangkan dari sisi moral, kita mempunyai tanggung jawab untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan. Strategi yang digunakan dalam penangulangan kemiskinan meliputi: (i) Penciptaan kesempatan yang berkaitan dengan sasaran pemulihan ekonomi makro, perwujudan kepemerintahan yang baik, dan peningkatan pelayanan umum. (ii) Pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan sasaran penyediaan akses masyarakat miskin ke sumberdaya ekonomi dan keterlibatan masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan (iii) Peningkatan kemampuan yang berkaitan dengan sasaran peningkatan pelayanan, pendidikan, kesehatan, pangan, perumahan agar masyarakat makin produktis, dan.

(25) 32. (iv) Perlindungan sosial yang berkaitan dengan sasaran pemberian jaminan kehidupan. bagi. masyarakat. yang. mengalami. kecacatan,. fakir-miskin,. keterisolasian, konflik sosia, kehilangan pekerjaan sehingga berpotensi menjadi miskin. Dalam penanggulangan kemiskinan, pengaruh utama diartikan sebagai upaya untuk meletakkan prespektif yang benar tentang konsistensi antara kebijakan dan program, antara program dan penganggaran, antara penentuan sasaran dan system penyampainnya, dan pembagian peran antar perilaku pembangunan (pemerintah, masyarakat, dan swasta) dalam penanggulangan kemiskinan. Kebijakan makro strategis dioperasionalkan dengan berbagai kebijakan makro operasional, diantaranya adalah : a. Bidang Ekonomi -. Kebijakan investi meliputi pemberian insentif bagi investor unutuk daerah-daerah miskin.. -. Kebijakn pembangunan infrastruktur yang mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat miskin. b. Bidang Sosial dan Budaya -. Kebijakan perlindungan sosial, diarahkan untuk peningkatan pelayanan publik formal melalui pemberian subsidi langsung, asuransi sosial dan bantuan sosial. -. Kebijakan pemberdayaan perempuan, diarahkan untuk mengurangi kesenjangan dalam pencapaian kualitas kehidupan antara pria dan wanita dalam pembangunan yaitu dengan memperhatikan wanita sebagai kelompok tertinggal dibandingkan pria.. c. Bidang politik dan keamanan -. Alternatif. kebijakan. ini. meliputi. peningkatan. tanggungjawab. pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan, peningkatan praktek pemerintahan yang baik dalam penanggulangan kemiskinan, peningkatan kapasitas lembaga dan organisasi masyarakat local dalam penaggulangan kemiskinan. Sebagai salah satu agenda utama pembangunan, penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan melibatkan para-para pelaku pembangunan, antara lain sektor.

(26) 33. pemerintah, sektor swasta/dunia usaha, dan sektor masyarakat. Pemerintah hendaknya secara langsung maupun tidak langsung melalui peran : a. Kebijakan dan regulasi b. Pelayanan/servis c. Fasilitasi dan mediasi, mendorong para pelaku pembanguunan lainnya untuk menjadi pelaku dalam menanggulangi kemiskinan. Sektor pemerintah disini meliputi pemerintah pusat dan daerah selaku eksekutif dan DPR/DPRD selaku legislatif. Sektor swasta hendaknya memberikan akses pada masyarakat miskin baik secara langsung maupun tidak langsung dan juga harus menjaga keseimbangan lingkungan hidup dalam proses produksi mereka. Sektor sawsta/dunia usaha adalah pelaku bisnis yang terdiri dari individu, perusahaan maupun organisasi-organisasi bisnis, baik di pusat maupun daerah. Masyarakat dengan lembaga-lembaga yang didirikannya dapat membuat mekanisme perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, menyampaikan aspirasi mereka, mendampingi dan menadvokasi mereka untuk memperoleh hak-haknya. Sektor masyarakat terdiri dari individu maupun kelmpok masyarakat, baik yang terorganisir maupun tidak..

(27) 34.

(28) 35. 1. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah Dalam Bank Dunia dijelaskan ada tiga cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui pertumbuhan ekonomi, layanan masyarakat dan belanja negara. Masing-masing cara tersebut menangani minimal satu dari tiga ciri utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: kerentanan, sifat multi-dimensi dan ketimpangan antar daerah. Dengan kata lain, strategi pengentasan kemiskinan yang efektif bagi Indonesia terdiri dari tiga komponen. a. Menjadikan Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Penduduk Miskin. Pertumbuhan ekonomi telah dan akan tetap menjadi landasan bagi penanggulangan kemiskinan. Pertama, langkah menjadikan pertumbuhan bermanfaat bagi penduduk miskin merupakan kunci bagi upaya untuk menghubungkan penduduk miskin dengan proses pertumbuhan. Kedua, dalam menangani ciri kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan padatnya konsentrasi distribusi pendapatan di Indonesia, apapun yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk akan dapat dengan cepat mengurangi angka kemiskinan serta kerentanan kemiskinan. b. Menjadikan Perlindungan Sosial Bermanfaat bagi Penduduk Miskin Penyediaan layanan sosial bagi penduduk miskin baik oleh sektor pemerintah ataupun sektor swasta adalah hal mutlak dalam penanganan kemiskinan di Indonesia. Pertama, hal itu merupakan kunci dalam menyikapi dimensi non-pendapatan kemsikinan di Indonesia. Indikator pembangunan manusia yang kurang baik, misalnya angka kematian ibu yang tinggi, harus diatasi dengan memperbaiki kualitas layanan yang tersedia untuk masyarakat miskin. Hal ini lebih sekedar persoalan yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah, karena berkaitan dengan perbaikan system pertanggungjawaban, mekanisme penyediaan layanan, dan bahkan proses kepemerintahan. Kedua, ciri ketimpangan antar wilayah kebanyakan dicerminkan oleh perbedaan dalam akses terhadap layanan, yang pada akhirnya mengakibatkan adanya perbedaan dalam pencapaian indikator pembangunan manusa di berbagai daerah. Dengan demikian, membuat layanan masyarakat bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci dalam menangani masalah miskin.

(29) 36. c. Menjadikan Belanja Pemerintah Bermanfaat bagi Penduduk Miskin Di samping pertumbuhan ekonomi dan layanan sosial, dengan menentukan sasaran pengeluarn untuk penduduk miskin, pemerintah dapat membantu ,mereka dalam menghadapi kemiskinan (baik dari segi pendapatan maupun non pendapatan). Pertama, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang renan terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu system perlindungan sosial modern yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi. Kedua, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator. pembangunan. manusia,. sehingga. dapat. mengatasi. kemiskinan dari aspek non-pendapatan. Menciptakan pengeluaran pemerintah yang bermanfaat bagi penduduk miskin sangat menentukan saat ini, terutama mengingat adanya peluang dari sisi fiskal yang ada di Indonesia pada saat ini. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bidang pembangunan yang diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup masyarakatnya. Secara umum, strategi pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengembangkan lapangan kerja bagi penduduk, mengingat kesempatan kerja yang ada sekarang sangat terbatas melalui banyak kompetisi. Strategi pembangunan ekonomi darah ini terutama diarahkan pada pengembangan basis ekonomi, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan mencapai stabilitas ekonomi. Menurut Lincolin Arsyad (1999:122-126), strategi pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yakni : a. Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas Tujuan strategi ini adalah menciptakan identitas daerah, memperbaiki basis pesona (amenity base) atau kualitas hidup masyarakat dan menperbaiki daya tarik pusat kota (civic center) dalam memperbaiki dunia usaha daerah. b. Strategi Pengembangan dunia usaha Merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah, karena daya tarik kreasi atau daya tahan kegiatan dunia usaha adalah cara terbaik untuk menciptakan perekonomian daerah yang sehat..

(30) 37. c. Strategi Pengambangan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam proses. pembangunan. ekonomi,. karena. peningkatan. kualitas. dan. ketrampilan sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang sangat mendukung bagi proses pengembangan itu sendiri. d. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat Merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan suatu kelompok masyarakat tertentu di suatu daerah. Disebut juga dengan istilah pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Kegiatan ini berkembang dikarenakan kebijakan umum ekonomi. yang ada tidak mampu. mengembalikan manfaat bagi kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Bertujuan untuk menciptakan manfaat sosial misalnya melalui penciptaan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memperoleh keuntungan. Dari beberapa pengertian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa strategi adalah suatu cara untuk menentukan pilihan dan langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan cara-cara baru.. 2. Pemberdayaan 2.1 Pengertian dan konsep Pemberdayaan Isu pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa pada era globalisasi dan transparansi semakin banyak dibicarakan dalam forumforum diskusi yang dilakukan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, nasional dan international, dan melalui artikel-artikel dalam media massa. Kesimpulannya mempersoalkan: sikap apatis masyarakat terhadap proyek pembangunan, partisipasi masyarakat yang rendah dalam pembangunan, penolakan. masyarakat. terhadap. beberapa. proyek. pembangunan,. ketidakberdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan serta pemecahan masalahnya, tingkat adopsi masyarakat yang rendah terhadap inovasi, dan masyarakat cenderung menggantungkan hidup terhadap bantuan pemerintah, serta kritik-kritik lainnya yang umumnya meragukan bahwa masyarakat memiliki potensi untuk dilibatkan sebagai pelaksana pembangunan. Meskipun.

(31) 38. kritik-kritik di atas ada benarnya, tetapi dengan hanya menyalahkan masyarakat tanpa mencari faktor-faktor penyebabnya maka permasalahannya tidak dapat dipecahkan. Yang lebih penting adalah mencari solusi yang sifatnya komprehensif. Faktor utama penyebab permasalahan itu adalah rendahnya. sumberdaya. manusia. (SDM).. Karena. itu,. upaya-upaya. pemberdayaan masyarakat melalui aktualisasi pendidikan perlu mendapat perhatian. Pendidikan memegang peranan kunci dalam mencetak SDM yang berkualitas. (http://kamal2k5.multiply.com) Kebutuhan miskin harus diberdayakan untuk membentuk kebijakan dan program yang mempengaruhi kehidupan mereka dan memastikan efisien dan efektif pelaksanaan pelayanan publik. Dalam lingkungan desentralisasi ini lebih mudah dilakukan selain di satu terpusat, tetapi bukan merupakan suatu jaminan atas partisipasi melalui organisasi pemerintah disponsori mungkin bukan solusi yang tepat. Tetapi langkah ke arah partisipasi lebih lanjut dapat diambil pada setiap tingkat pengambilan keputusan program-program yang bermanfaat bagi masyarakat miskin. Dari konsultasi dalam tahapan perencanaan, implementasi program masyarakat, untuk pemantauan program kemiskinan, orang miskin harus dilibatkan unutk memastikan suara mereka didengar ketika pemerintah daerah mengalokasikan sumber daya, menyetujui rancangan program, dan melaksanakan proyek. Pendekatan yang bersandar pada suatu pemahaman untuk mendorong masyarakat sehingga masyarakat menjadi lebih mandiri dikenal sebagai pendekatan pemberdayaan. Pergeseran paradigma peran pemerintah dari posisi sentral ke paradigma pemberdayaan seperti yang dikemukakan oleh Kaloh (2003:132) bahwa: “Dalam pengentasan kemiskinan peran pemerintah berubah antara lain dari pelaksana menjadi fasilitator, menjadi instruksi jadi melayani masyarakat, bekerja untuk memenuhi aturan menjad bekerja untuk mewujudkan misi.” Dengan demikian peran pemerintah dalam mengatasi kemiskinan bukanlah seperti peran yang selama ini dilakukan sebagai pelaksana, akan tetapi lebih berperan sebagai fasilitator yang memberikan iklim kondusif bagi suksesnya penyelenggaraan dan proses pemberdayaan..

(32) 39. 1. Pengertian dan konsep Pemberdayaan Konsep tentang pemberdayaan telah luas diterima dan digunakan, mungkin pengertian dan presepsi yang berbeda satu sama lain. Pemakaian konsep tersebut secara kritikal meminta adanya telaah yang bersifat mendasar dan jernih. Istilah pemberdayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:214) berasal dari kata berdaya yang berarti, berkekuatan, bertenaga, berkemampuan untuk melakukan sesuatu. Munculnya konsep pemberdayaan ini pada awalnya merupakan gagasan yang ingin menempatkan manusia sebagai subyek dari dunianya sendiri Oleh karena itu menurut Pranata dalam Soedarmayanti (2006:61) “Wajar apabila konsep ini menampakkan dua kecenderungan. Pertama, pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagai keuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat, organisasi atau individu agar lebih berdaya. Proses ini merupakan kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua, kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, medorong, memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya”. Dasar proses pemberdayaan adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta kemampuan mereka untuk menjadi lebih baik. Dalam hal ini pemberdayaan bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Selanjutnya bisa dikatakan bahwa kajian konsep pemberdayaan pada awalnya terfokus pada masyarakat. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat merupakan titik tolak konsep pemberdayaan di sektor lain. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat pada intinya ialah meningkatkan kemampuan masyarakat dan memandirikan masyarakat. Strategi dalam pengentasan kemiskinan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan kelompok-kelompok sasaran, dalam hal ini adalah penduduk miskin atau masyarakat. Dikaitkan dengan konsep pemberdayaan masyarakat, pengentasan kemiskinan dilaksanakan melalui pendekatan tridaya, yaitu:.

(33) 40. 1. Pemberdayaan manusia Pemberdayaan kualitas warga masyarakat baik fisik maupun nonfisik. Tujuan utama pemberdayaan manusia adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan orientasi pada: a. Peningkatan ketrampilan teknis dan manajerial demi mendukung penciptaan peluan usaha baru dan pengembangan usaha yang telah ada. b. Mendukung peningkatan mutu kehidupan keluarga miskin melalui perbaikan kebutuhan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan Dengan ruang lingkup kegiatannya meliputi penyuluhan, pendidikan dan pelatihan (diklat), dan peningkatan partisipasi masyarakat secara terorganisir berbasis keswadayaan bersama (gotong royong). 2. Pemberdayaan usaha Tujuan utama pemberdayaan usaha adalah pengembangan usaha ekonomi produktif dan peningkatan pendapatan kelompok miskin. Komponen ini meliputi: -. Meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha yang produktif dan berkelanjutan serta kegiatan masyarakat, baik yang bersifat tradisional maupun pengembangan usaha baru dalam rangka peningkatan pendapatan warga masyarakat.. -. Memberikan bantuan peralatan atau modal usaha yang digunakan untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif masyarakat miskin (antara lain bantuan sarana pertanian, peternakan, industri kecil, aneka usaha dan lainnya).. 3. Pemberdayaan lingkungan Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan lingkungan usaha dengan memperbaiki serta membangun sarana dan prasarana yang memadai sehingga meningkatkan akses perekonomian di wilayah tersebut, antar lain dengan bantuan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin (misalnya : pengadaan air bersih, pemugaran rumah, dan prasarana dasar lainnya)..

(34) 41. Masih banyak rakyat di desa maupun di kota hidup dalam cengkeraman kemiskinan. Mereka terpuruk dibalik potensi ekonomi yang bernilai tinggi dan. minimnya. pengetahuan. serta. kemauan. sehingga. mempersulit. pemanfaatan potensi ekonomi itu menjadi sumber penghidupan baru. Oleh karena itu , diperlukan suatu mekanisme perencanaan yang memuat strategi dalam memberdayakan manusia dan sumber-sumber yang berpotensial. Strategi yang dirumuskan memuat hal-hal yang berkenaan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi pemerintah daerah sekaligus merebut peluangpeluang yang tersedia serta berupaya mencari hambatan-hambatan yang terjadi. Menurut Argyris, Mintzberg, Stainer, Miner dalam Rangkuti (2002:4) menyatakan bahwa: “Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal, kekuatan, dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi oganisasi”. Strategi yang disusun merupakan upaya mengentaskan dari kemiskinan. Oleh karena itu semua kekuatan dan kelemahan dalam organisasi pemerintah daerah sendiri harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan peluang-peluang dan hambatan-hambatan dalam pengentasan kemiskinan daerah. Untuk mengatasi kemiskinan perlu dilakukan langkah-langkah yang sistematis dan dalam suatu proses perencanaan yang matang dan terkoordinasi, tepat sasaran tanpa adanya rasa egosime sektoral. Mengatasi kemiskinan masyarakat adalah inti pemberdayaan masyarakat melalui perubahan dan melaksanakan suatu social-change untuk mencapai suatu kemajuan yang diinginkan. Perubahan yang dikehendaki itu sendiri, melalui berbagai pendekatan ilmiah, teknik, dan metode, memang bisa direncanakan, namun proses perubahan tidak sepenuhnya dapat dikendalikan. Menurut Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada menyebutkan setidaknya terdapat tiga pendekatan yang bisa digunakan untuk mengembangkan/memberdayakan masyarakat : 1. Pendekatan pertama adalah pendekatan peningkatan pendapatan. Banyak ilmuwan sosial seperti Adelman dan Robinson (1978: 146) dan Szirmain (1997: 277) setuju bahwa salah satu facet dalam proses.

(35) 42. community development, terutama program pembangunan masyarakat desa (rural community development), adalah bagaimana meningkatkan pendapatan keluarga. Mereka berpendapat bahwa community development dirancang untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Mereka berpendapat bahwa community development dirancang untuk meningkatkan inkam masyarakat desa dengn meningkatkan produktifitas sektor pertanian dan non pertanian seperti perdagangan, industri kecil rumah tangga, dan jasa. 2. Pendekatan kedua adalah modernisasi. Dalam pendekatan ini community development diasumsikan sebagai suatu proses pembangunan yang terjadi pada suatu masyarakat yang masih tradisional. Dengan kata lain, pembangunan merupakan suatu proses transformasi dari masyarakat tradisional. Dengan kata lain, pembangunan merupakan suatu proses transformasi dari masyarakat tradisoinal menuju masyarakat modern. Proses transformasi tersebut bisa menjadi melalui difusi sumber daya, teknolgi, nilai, dan pengembangan kelembagaan (Weaver, Rock, and Kustener, 1997: 152). 3. Pendekatan ketiga adalah Pemberdayaan (empowerment). Konsep pemberdayaan menunjuk pada : Proses pemberdayaan merupakan suatu usaha untuk mendapatkan control dan mendapatkan resourses yang dibutuhkan. Suatu proses dikatakan memberdayakan apabila proses tersebut mampu menolong masyarakat unutk bisa mengembangkan kemampuan sehingga mereka menjadi entitas yang mampu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi secara mandiri dan mampu mengambil keputusan secara otonom (Fatterman, et.all., 1996: 4) Proses pemberdayaan berusaha untuk menempatkan masyarakat sebagai bagian terpenting dalam implementasi suatu program. Program-program dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam bahasa yang lebih sederhana realisasi program yang berwajah pemberdayaan merupakan suatu kegiatan-kegiatan yang berusaha untuk membei seseorang kail, memberinya resourses selama orang tersebut mampu untuk mengail, mengembangkan kemampuannya untuk mengail, sampai akhirnya orang tersebut mampu untuk.

(36) 43. mencukupi kebutuhannya sendiri (Fatterman, et, all, 1996: 11). Namun demikian terdapat hal lain yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dalam banyak kasus masyarakat mampu mengail tetapi karena kekuatan struktural yang tidak bisa mereka patahkan maka mereka tidak memiliki akses untuk mengail karena wilayah untuk mengail dikuasai oleh negara atau kekuatan lain. Oleh karena itu, agenda yang juga perlu dilakukan adalah membuka ruang yang cukup lebar bagi masyarakat untuk mendapatkan kesempatan mengail. Dengan demikian pemberdayaan dapat dilihat sebagai proses dan tujuan. Sebagai. proses,. memperkuat. pemberdayaan. kekuasaan. atau. adalah. serangkaian. keberdayaan. kelompok. kegiatan. untuk. lemah. dalam. masyarakat, termasuk kelompok miskin. Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat menjadi berdaya, mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup, memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan mandiri dalam melaksanakan kehidupan. Berdasarkan beberapa hal di atas dapat dimaknai bahwa setelah munculnya kesadaran atas potensi dan kemampuan untuk meningkatkan derajat maka tumbuhlah semangat untuk melakukan perubahan, mengingat perubahan ini adalah sebuah proses sekaligus sebuah tujuan.. 2.2 Tujuan dan Proses Pemberdayaan Pemberdayaan. masyarakat. bertujuan. untuk. meningkatkan. potensi. masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya. Menurut Bartle (2007) terdapat 16 (enam belas) elemen yang harus dikedepankan dan menjadi tujuan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat, yaitu: 1. Mendahulukan kepentingan umum (Altruisme). Tingkat kesiapan individu mengorbankan kepentingan sendiri untuk kepentingan seluruh masyarakat (seperti kedermawanan, rasa kemanusiaan, kebanggaan sebagai anggota masyarakat, saling mendukung, perduli, persahabatan, persaudaraan)..

(37) 44. 2. Nilai bersama (Common Values). Tingkatan dimana anggota masyarakat berbagi nilai, terutama ide-ide atau nilai untuk kepentingan bersama sebagai pengganti kepentingan anggota per anggota masyarakat. 3. Layanan masyarakat (Communal Service). Penyediaan fasilitas dan layanan (seperti jalan, pasar, air minum, pendidikan, layanan kesehatan), pemeliharaan dan perbaikan, kesinambungan, dan kemudahan bagi semua anggota masyarakat untuk mengakses fasilitas dan layanan yang tersedia. 4. Komunikasi (Communications): Adanya komunikasi yang baik di antara anggota masyarakat, dan diantara anggota masyarakat dengan lingkungan luarnya. Dimensi komunikasi meliputi adanya jalan, metode elektronika (seperti telefon, radio, tv, internet), media cetak (Koran, majalah, buku), jaringan kerja, bahasa yang dapat dimengerti, kemampuan tulis baca dan keinginan dan kemampuan berkomunikasi (yang dinyatakan secara bijaksana, diplomasi,kemauan untuk mendengarkan dan membicarakan). 5. Percaya diri (Confidence): Meskipun diekspresikan secara individual, rasa percaya diri harus tersebar diantara semua anggota masyarakat. Masyarakat yang penuh rasa percaya diri tidak akan bergantung pada pihak luar, tidak pasrah, tidak masa bodoh, mampu memperjuangkan haknya dan memiliki visi. 6.. Kontekstual. Administrative):. (Politik Masyarakat. dan akan. Administrasi); semakin. Context. kuat,. berdaya. (Political dan. and. mampu. mempertahankan dirinya apabila didukung oleh lingkungan dan situasi yang mampu memberikan penguatan tersebut. Lingkungan dan situasi yang mendukung tersebut meliputi lingkungan dan situasi politis (termasuk nilai dan sikap pemimpin nasional, hukum dan legislative) dan lingkungan administrasi (sikap dari pegawai/pelayan publik, peraturan dan prosedur serta kebijakan pemerintah). 7. Informasi (Information): Tidak sekedar memiliki dan menerima informasi, namun yang lebih penting adalah kemampuan untuk mengolah dan menganalisa informasi, adanya kesadaran/kepedulian, pengetahuan dan kebijaksanaan yang terdapat diantara tokoh-tokoh kunci masyarakat dan dalam kelompok secara keseluruhan. Jika informasi dapat menjadi lebih efektif dan berguna, tidak hanya sekedar banyaknya saja, maka masyarakat dapat menjadi lebih kuat dan berdaya..

(38) 45. 8. Intervensi (Intervention): Pola intervensi yang dilakukan harus ditujukan untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas masyarakat, harus menantang masyarakat agar dapat menjadi lebih kuat, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Intervensi sedapat mengkin harus melepaskan diri dari tujuan charity, karena charity pada umumnya menciptakan ketergantungan. 9. Kepemimpinan (Leadership): Seorang pemimpin dalam suatu masyarakat memiliki kekuatan, pengaruh, dan kemampuan untuk menggerakkan anggotaangota masyarakat. Pemimpin harus memiliki keahlian, kemauan, kejujuran dan beberapa karisma. Pemimpin harus dapat mendengarkan dan mengakomodasi keinginan masyarakat secara keseluruhan. Semakin efektif kepemimpinan seseorang maka semakin kuat masyarakatnya. 10. Jaringan kerja (Networking): Hal ini berkaitan dengan Tidak hanya “apa yang anda ketahui” tetapi yang lebih penting adalah “siapa yang anda ketahui” dapat menjadi sebuah sumber untuk menguatkan dan memberdatakan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat diharap mampu untuk membangun hubungan yang bermanfaat antar angota masyarakat dan dengan pihak lain di luar masyarakat, yang dapat membuat mereka berdaya. Jalinan kerja yang efektif dapat menjadi sumber semangat yang akan memperkuat masyarakat secara keseluruhan. 11. Organisasi (Organization): Tingkatan dimana para anggota masyarakat memandang dan mengorganisasikan dirinya sebagai individu-individu yang memiliki peran dalam mendukung keseluruhan masyarakat. Elemen ini meliputi bagaimana. membangun. integritas. organisasi,. struktur,. prosedur,. proses. pengambilan keputusan, efektifitas, pembagian tenaga kerja dan kelengkapan peran dan fungsi. 12. Kekuatan politik (Political Power): Tingkatan dimana masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan baik di tingkat desa, regional maupun nasional. Setiap individu memiliki kekuatan-kekuatan yang beragam yang saling melengkapi dalam suatu suatu masyarakat yang pada akhirnya mewarnai kekuatan politik masyarakat tersebut dan hal ini dapat memengaruhi dan memberikan warna bagi daerah dan nasional. Semakin sering kekuatan dan pengaruh yang ada dimasyarakat diterapkan maka akan semakin kuat masyarakat tersebut..

(39) 46. 13. Keterampilan (Skills): Kemampuan yang ada pada individu akan memberikan sumbangan yang signifikan bagi masyarakat. Dengan adanya kemampuan ini masyarakat akan mampu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Kemampuan ini meliputi: kemampuan teknis, kemampuan manajemen, kemampuan. berorganisasi,. kemampuan. mengerahkan.. Semakin. banyak. keterampilan (baik individu maupun kelompok) yang diperoleh dan dimanfaatkan oleh masyarakat, maka semakin berdaya masyarakat tersebut. 14. Kepercayaan (Trust): Tingkat kepercayaan dari masing-masing anggota masyarakat tehadap sesamanya, khususnya pemimpin dan pelayan-pelayan masyarakat (public servants). Tingkat kepercayaan ini akan merefleksikan tingkat integritas (kejujuran, ketergantungan, keterbukaan, transparansi, kepercayaan dan penghargaan) yang ada dalam suatu masyarakat. 15. Kesatuan (Unity): Perasaan bersama dan berbagi sebagai suatu entitas masyarakat. Meskipun dalam suatu masyarakat terdapat perbedaan (agama, kelas, status, penghasilan, usia, jenis kelamin, adat, suku), masyarakat saling memberikan toleransi dan menghargai atas perbedaan tersebut dan memiliki kemauan untuk saling bekerjasama dan bekerja bersama-sama karena adanya suatu rasa kesamaan tujuan atau visi, dan adanya nilai bersama. 16. Kesejahteraan (Wealth): Tingkat dimana masyarakat secara keseluruhan memiliki kontrol terhadap sumber daya potensial dan sumber daya aktual, dan terhadap produksi serta penyaluran barang dan jasa yang bermanfaat, memiliki akses terhadap lembaga-lembaga keuangan dan non keuangan. Semakin sejahtera/kaya suatu masyarakat, maka akan semakin kuat atau berdaya masyarakat tersebut. (http://arsury.blogspot.com) Strategi pemberdayaan sumber daya disegala bidang merupakan salah satu upaya yang wajib dilakukan bagi terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas, memiliki kemampuan, dapat memanfaatkan, mengembangkan kreatifitas dan inovasi, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Strategi pemberdayaan sumber daya manusia untuk dapat menghadapi peluang dan tantangan serta perkembangan yang semakin pesat, perlu dilakukan secara terus menerus, sehingga menjadikan sumber daya manusia tetap merupakan sumber.

Referensi

Dokumen terkait

(i) Dengan menggunakan aktor dan kelas yang dicadangkan, serta kelas-kelas lain yang sesuai, rekabentuk rajah jujukan bagi senario menyewa video.. Using suitable actors and

Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering terjadi pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik. Pada kedua keadaan ini, cedera

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 9 ayat (3) Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan

sekumpulan aktivitas dan kejadian yang dirangkai sebagai sebuah rangkaian kausalitas yang membahas seputar tema, yang menggambarkan kepribadian tokoh dan pergulatannya dengan

penanganan kasus preeklamsia ringan ini sudah sesuai dengan teori yang diberikan yang telah dikemukakan diatas, sehingga pasien telah tertangani dengan baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ketepatan konsep dari isi buku pelajaran IPA Terpadu dengan textbook biologi, mengetahui Pengembangan struktur

Setelah peneliti mengadakan penelitian tentang Manajemen Program Evaluasi Kinerja Guru di MTs Ma‟arif Mandiraja dengan mengumpulkan data melalui berbagai sumber,

Rencana Strategis - Satuan Kerja Perangkat Daerah ( RENSTRA – SKPD ) Kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 – 2015 merupakan