Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI, No. 30/E/KPT/2018 e-ISSN: 2528-6579
69
PERBANDINGAN ANTARA METODE ADVANCE USE CASE POINT DAN
REVISED USE CASE POINT UNTUK EVALUASI BIAYA PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI RESERVASI RUANGAN
Mochamad Chandra Saputra1, Admaja Dwi Herlambang*2, Savira Fahrunisa3 1,2,3 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email: 1andra@ub.ac.id, 2herlambang@ub.ac.id, 3 savirafhr@student.ub.ac.id
*Penulis Korespondensi
(Naskah masuk: 03 Desember 2018, diterima untuk diterbitkan: 13 Januari 2020) Abstrak
Proyek-proyek pengembangan perangkat lunak seringkali mengalami kegagalan karena tidak terpenuhinya batasan ruang lingkup, biaya dan waktu. Pada CV Gumcode Indonesia beberapa proyek mengalami keterlambatan dan kelebihan biaya karena metode perhitungan estimasi yang digunakan berupa campuran perhitungan dan dugaan, sehingga menghasilkan estimasi yang tidak tepat. Evaluasi terhadap metode estimasi dibutuhkan untuk menghasilkan estimasi yang lebih baik. Penelitian ini menjelaskan tentang estimasi biaya, waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pengembangkan Sistem Informasi Reservasi Ruangan yang mengacu pada Work Breakdown Structure dan menjadwalkan ke dalam Gantt Chart menggunakan metode Advance Use Case Point
dan Revised Use Case Point. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara kepada Manajer Proyek dan observasi pada sistem, yang diolah menjadi use case diagram dan use case scenario. Dari metode Advance Use Case Point
diperoleh estimasi hours of effort sebesar 2.229,4 jam kerja dengan total biaya Rp 110.558.733,00 dan dikerjakan oleh 26 orang. Sedangkan, dari metode Revised Use Case Point diperoleh estimasi hours of effort sebesar 1.679,8 jam kerja dengan total biaya Rp 83.303.382,00 dan dikerjakan oleh 26 orang. Berdasarkan analisis perbandingan hasil kedua metode, metode Advance Use Case Point lebih direkomendasikan karena mencangkup fitur End-User Development yang dibutuhkan dalam Sistem Informasi Reservasi Ruangan.
Kata kunci: evaluasi, perangkat lunak, estimasi biaya, advance use case point, revised use case point
COMPARISON BETWEEN ADVANCE USE CASE POINT AND REVISED USE CASE
POINT METHOD FOR COST EVALUATION OF ROOM RESERVATION
INFORMATION SYSTEM DEVELOPMENT
AbstractMany software development projects failed because they didn’t meet the limits of scope, cost and time. In CV Gumcode Indonesia, some projects experienced delay and the cost was overrun because the estimation method used is a mixture of calculations and guesses, resulting in incorrect estimates. This study described the cost, time and resource estimation needed to develop a Room Reservation Information System that referred to the Work Breakdown Structure and scheduled it into the Gantt Chart using the Advance Use Case Point and Revised Use Case Point methods. Data is collected by interviewing the Project Manager and observing the system, which is processed into a use case diagram and use case scenario as input for both methods. The Advance Use Case Point method produces hour of effort estimate of 2,229.4 hours of work with a total cost of Rp 110,558,733.00 and is done by 26 people. The Revised Use Case Point method produces hours of effort estimation of 1,679.8 working hours with a total cost of Rp. 83,303,382.00 and is done by 26 people. Based on the results of the comparative analysis, the Advance Use Case Point method is more recommended because it covers the End-User Development features needed in the Room Reservation Information System.
Keywords: evaluation, software, cost estimation, advance use case point, revised use case point
1. PENDAHULUAN
Berkembangnya teknologi informasi
mendukung perkembangan sistem informasi di
berbagai jenis organisasi, sehingga memunculkan banyak proyek pengembangan perangkat lunak. Suatu proyek dapat disebut berhasil apabila memenuhi triple constraints, yaitu ruang lingkup
(scope), biaya (cost) dan waktu (time) (Schwalbe, 2007). Estimasi biaya menjadi penting karena menentukan nilai jual dari proyek dan menghasilkan usaha (effort), durasi dan biaya yang dibutuhkan selama pengembangan (Tantra, 2012).
CV Gumcode Indonesia mempertimbangkan pengalaman dan teknologi untuk perhitungan biaya, waktu dan jumlah pengembang, sehingga hasil estimasi merupakan campuran dari perhitungan dan dugaan. Cara ini cenderung bersifat subjektif dan memiliki ketidakpastian yang lebih tinggi sebab tidak adanya standar perhitungan yang pasti.
Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi proyek setelah proyek selesai berupa postmortem review, dimana lingkup proyek, biaya dan waktu ditinjau ulang (Marchewnka, 2003) dengan mengestimasi
effort yang dapat dikonversi menjadi durasi dan biaya menggunakan metode Advance Use Case Point dan
Revised Use Case Point. Distribusi effort nantinya mengacu pada work breakdown structure yang menghasilkanestimasi waktu pekerjaan proyek.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengimplementasikan metode Advance Use Case Point dan Revised Use Case Point dengan menggunakan pembagian lingkup kerja berdasarkan
Work Breakdown Structure (WBS) dalam menghasilkan alokasi effort, biaya dan waktu pada setiap aktivitas. Penelitian ini akan memberikan informasi kepada manajer proyek mengenai metode yang sesuai untuk mengestimasi waktu, biaya, dan jumlah pengembang yang dibutuhkan untuk mengembangkan Sistem Informasi Reservasi Ruangan dengan membandingkan hasil analisis perhitungan dari metode Advance Use Case Point dan
Revised Use Case Point.
Advance Use Case Point
Advance Use Case Point adalah modifikasi dari metode Use Case Point yang menggunakan model
End User Development untuk menghasilkan etimasi
effort (Srivastava dkk., 2015). Perhitungan dimulai dengan analisis nilai Unadjusted Actor Weight
(UAW) yang merupakan nilai yang diperoleh dari kategorisasi tipe aktor yang dikalikan dengan bobot dari tiap tipe aktor (Sangeetha dkk., 2016). Hanya aktor yang terspesialisasi dan bukan subtipe dari aktor lain yang dipertimbangkan (Wazlawick, 2014).
Unadjusted Use Case Weight (UUCW) dihitung dari kategorisasi kompleksitas use case berdasarkan jumlah transaksi yang dikalikan dengan bobot tiap kategori use case (Sangeetha dkk., 2016). Aktor dan use case dikategorikan menjadi simple, average dan
complex. Aktor simple merupakan sistem lain yang berinteraksi melalui command promt atau API. Aktor
average merupakan sistem lain yang berinteraksi melalui protokol SOAP atau TCP / IP, HTTP dan manusia melalui command promt, dan aktor complex
merupakan manusia yang berinteraksi melalui halaman web atau GUI. Masing-masing nilai pada setiap tipe aktor adalah 1, 2 dan 3.
Use case simple bernilai 5 dengan jumlah transaksi 1 sampai 3. Use case average bernilai 10 dengan jumlah transaksi 4 sampai 7. Use case complex bernilai 15 dengan jumlah transaksi lebih dari 7.
Unadjusted Use Case Point (UUCP) didapatkan dari Persamaan (1).
UUCP=UAW+UUCW (1)
Technical Complexity Factor (TCF) merupakan faktor yang mewakili dampak persyaratan non-fungsional pada sistem, terdiri dari 13 faktor dan dihitung menggunakan Persamaan (2). Tabel 1 menampilkan technical factor dan masing-masing bobotnya.
Tabel 1 Technical Factor pada Advance Use Case Point Technical Factor Bobot
T1 Distributed System Required 2 T2 Response Time is Important 1 T3 End User Efficiency 1 T4 Complex Internal Processing Required 1 T5 Reusable Code Must be a focus 1 T6 Installation Easy 0,5 T7 Usability 0,5 T8 Cross-Platform Support 2 T9 Easy to Change 1 T10 Highly Concurrent 1 T11 Custom Security 1 T12 Dependence on Third-Part Code 1 T13 User Training 1
TCF = 0,6 + (0,01 *∑14 𝑇𝐹𝑖
𝐼=1 ) (2)
Environmental Complexity Factor (ECF) merupakan faktor yang mewakili dampak persyaratan non-fungsional dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan pada sistem, terdiri dari 8 faktor dan dihitung menggunakan Persamaan (3). Tabel 2 menampilkan environmental factor dan masing-masing bobotnya.
Tabel 2 Environmental Factor pada Advance Use Case Point Environmental Factor Bobot
E1 Familiar with Objectory 1,5 E2 Stable requirement 2 E3 Analyst capability 0,5 E4 Application experience 0,5 E5 Object-oriented experience 1
E6 Motivation 1
E7 Difficult Programming language -1 E8 Part Time Workers -1
ECF = 1,4 + ( -0,03 * ∑9 𝐸𝐹𝑖
𝐼=1 ) (3)
Selanjutnya, menghitung Use Case Point (UCP) yang diperoleh dari Persamaan (4).
UCP=UUCP*TCF*ECF (4)
Proses berikutnya yaitu menghitung End User Development Technical Complexity Factor
(EUD_TCF) dan End User Development
Environmental Complexity Factor (EUD_ECF). EUD_TCF. EUD_TCF adalah faktor yang mewakili
dampak penambahan fitur End User Development
pada persyaratan di faktor teknis, terdiri dari 17 faktor dan dihitung menggunakan Persamaan 5. Tabel 3 menampilkan EUD Technical Factor dan masing-masing bobotnya.
Tabel 3End User Development Technical Complexity Factor EUD Technical Factor Bobot
T1 Creating throw away codes 0,5 T2 Creating reusable codes 1,2 T3 Sharing reusable code 1,4 T4 Easy and understandable code 1 T5 Security features in code for more
control by end user
1,3 T6 Authentication features 1,12 T7 Inbuilt feedback about the correctness 1,3 T8 Testable code 1,2 T9 Tools for analyzing by debugging 1,4 T10 Error detection tools 1,2 T11 Online help availability 1,3 T12 Self-efficacy 1,11 T13 Perceived ease of use 1,2 T14 Perceived usefulness 1 T15 Flexible code 1,2 T16 Scalability features 1,25 T17 Ease of maintenance 1,2
EUD_TCF=0,6+(0,01*EUD_TF) (5)
EUD_ECF adalah faktor yang mewakili dampak penambahan fitur End User Development pada persyaratan di faktor lingkungan, terdiri dari 8 faktor dan dihitung menggunakan Persamaan (6). Tabel 4
menampilkan EUD Environmental Factor dan
masing-masing bobotnya.
Tabel 4End User Development Environmental Complexity Factor
EUD Environmental Factor Bobot
E1 Content level of EUP 1,4 E2 End User Computing capability 0,25 E3 Ease of use and feedback 1,2 E4 Inbuilt system assistance for EUP 1,25 E5 Training and learning time constrain for
end user
1,12 E6 Reliability of end user code 1,2 E7 End user storage constraint 1,02 E8 Risk factors 1,12 EUD_ECF=1,4+(0,03*EUD_EF) (6)
Terakhir, menghitung nilai Advance Use Case Point (AUCP) yang didapat dari Persamaan (7).
AUCP=UCP*EUD_TCF*EUD_ECF (7)
Revised Use Case Point
Revised Use Case Point adalah perluasan dari metode Use Case Point dan Extended Use Case Point
yang mengkategorikan lebih lanjut setiap aktor,
usecase, technical factor dan environmental factor
(Kirmani & Wahid, 2015). Unadjusted Actor Weight
(UAW) dan Unadjusted Use Case Weight (UUCW)
dikategorikan menjadi simple, average, complex dan
critical. Aktor simple merupakan sistem lain yang berinteraksi melalui command promt atauAPI. Aktor
average merupakan sistem lain yang berinteraksi
melalui protokol SOAP atau TCP / IP, HTTP dan manusia melalui command promt. Aktor complex
merupakan manusia yang berinteraksi melalui halaman web atau GUI, dan aktor critical merupakan aktor yang berinteraksi melalui modul atau memiliki kompleksitas sangat tinggi. Masing-masing nilai pada setiap tipe aktor adalah 1, 2, 3 dan 4.
Use case simple bernilai 5 dengan jumlah transaksi 1 sampai 4. Use case average bernilai 10 dengan jumlah transaksi 5 sampai 8. Use case complex bernilai 15 dengan jumlah transaksi lebih dari 9. Use case critical bernilai 20 dengan jumlah transaksi lebih dari 15. Perhitungan Unadjusted Use Case Point (UUCP) yang diperoleh dari Persamaan (8).
UUCP=UAW+UUCW (8)
Pada Technical Complexity Factor (TCF) terdapat tambahan faktor teknis sehingga terdiri dari 14 faktor, yaitu scalability yang menilai kemampuan sistem menangani beban kerja yang meningkat tanpa menambah resource ke sistem (Kirmani & Wahid, 2015). Persamaan (9) digunakan untuk menghitung TCF.
TCF = 0,6 + (0,01 *∑14 𝑇𝐹𝑖
𝐼=1 ) (9
)
Pada Environmental Complexity Factor (ECF) terdapat tambahan faktor lingkungan sehingga terdiri dari 9 faktor, yaitu Project Methodology yang menilai pengalaman pengembang terhadap metodologi proyek yang digunakan dalam pengembangan proyek perangkat lunak. Persamaan (10) digunakan untuk menghitung ECF.
ECF = 1,4 + ( -0,03 * ∑9 𝐸𝐹𝑖
𝐼=1 ) (10)
Terakhir, menghitung nilai Revised Use Case Point (Re-UCP) yang didapat dari Persamaan (11).
Re-UCP = UUCP*TCF*ECF (11)
Nilai AUCP dan Re-UCP harus dikonversikan ke bentuk hours of effort sesuai penelitian Karner (1993), dengan cara mengkalikannya dengan 20 man-hours per-use case seperti pada Persamaan (12).
Hours of effort = Re-UCP * 20 (12)
2. METODOLOGI
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dan observasi. Sebelum melakukan wawancara harus menyusun instrumen penelitian sebagai pedoman untuk mengumpulkan data. Pertanyaan wawancara dan lembar penilaian merupakan representasi dari instrumen penelitian.
Instrumen penelitian diuji kelayakannya
menggunakan face validity dan content validity. Jika telah lolos uji kelayakan, maka ditujukan kepada responden. Responden pada penelitian ini adalah
manajer proyek dan analis sistem. Observasi pada
sistem juga dilakukan untuk memastikan
fungsionalitas sistemnya. Data yang telah
dikumpulkan akan dianalisis menghasilkan use case point dan use case scenario dan dilakukan perhitungan sesuai kedua metode menghasilkan estimasi effort, waktu, biaya dan jumlah pengembang. Perhitungan total biaya membutuhkan Pedoman Distribusi Effort dari penelitian Saleh (2011
) dan
Indonesia Salary Guide 2017 dari Kelly Service Inc. Hasil estimasi dari metode Advance Use Case Pointdan Revised Use Case Point dibandingkan dan dianalisis factor apa saja yang mempengaruhi perbedaan dan metode apa yang paling sesuai digunakan dalam pengembangan Sistem Informasi Reservasi Ruangan. Berdasarkan hasil analisis perbandingan tersebut, kesimpulan dan saran diambil untuk penelitian selanjutnya.
3. HASIL DAN ANALISIS
Selama ini, CV Gumcode Indonesia menjalankan WBS yang terdiri dari 4 level, yang terdiri dari level pertama berupa nama sistem, level kedua terdiri dari aktivitas Project Life Cycle (PLC), yaitu Define Project Goal, Plan Project, Execute Project Plan dan
Close Project, level ketiga terdiri dari aktivitas
Software Development Life Cycle (SDCL), dan level keempat adalah sub-fase SDLC, yaitu Planning, Analysis, Design, Implementation, serta Maintenance
dan Support.
Pedoman Distribusi Effort dari Saleh (2011) akan mendukung perhitungan kedua metode, yaitu
Advance Use Case Point dan Revised Use Case Point, sekaligus menghasilan estimasi alokasi effort yang
lebih tepat. Pada pedoman ini, aktivitas
pengembangan perangkat lunak dibagi ke dalam dua kelompok aktivitas, yaitu Software Development dan
On-Going Life Cycle yang dijalankan pada fase
Execute Project.
Berdasarkan hasil wawancara kepada manajer proyek terkait fungsi, fitur serta kebutuhan pengguna yang terdapat di dalam sistem dan observasi langsung pada Sistem Informasi Reservasi Online, peneliti mengidentifikasi 5 aktor dan menyusun 23 use case.
Pada metode Advance Use Case Point, terdapat 3 aktor yang dipertimbangkan untuk nilai Unadjusted Actor Weight (UAW). Aktor tersebut terdiri dari
customer, vendor, dan admin yang dikategorikan ke dalam tipe aktor complex, dan tawk.to yang dikategorikan ke dalam tipe aktor simple, sehingga menghasilkan nilai UAW sejumlah 10.
Analisis perhitungan nilai Unadjusted Use Case Weight (UUCW) ditampilkan pada Tabel 5.
Nilai Unadjusted Use Case Point (UUCP) diperoleh dengan menjumlahkan nilai UAW dan UUCW. Hasilnya sejumlah 150. Kemudian, manajer proyek memasukkan penilaian pada lembar penilaian
Technical Complexity Factor (TCF) dan
Environmental Complexity Factor (ECF). Hasilnya
diperoleh nilai TCF sejumlah 0,89 dan ECF sejumlah 0,8.
Tabel 5 Nilai Unadjusted Use Case Weight
Use Case Type Weight Number of Use Case Number of Use Case * Weight Simple 5 18 90 Average 10 5 50 Complex 15 0 0 Total UUCW 140
Perhitungan nilai Use Case Point (UCP) diperoleh dengan mengkalikan UUCP, TCF dan ECF
menghasilkan nilai sejumlah 106,8 UCP.
Selanjutnya, analis sistem sebagai perwakilan pengguna memasukkan penilaian pada lembar
penilaian End-User Development Technical
Complexity Factor (EUD_TCF) dan End-User Development Environmental Complexity Factor
(EUD_ECF), menghasilkan nilai EUD_TCF
sejumlah 0,71 dan nilai EUD_ECF sejumlah 1,47. Perhitungan nilai Advance Use Case Point
dengan mengkalikan UCP, EUD_TCF dan EUD_ECF, menghasilkan nilai sejumlah 111,47 UCP. Setelah dikonversikan ke hours of effort, nilai ini menghasilkan effort sejumlah 2.229,4 jam kerja.
Hours of effort ini disistribusikan ke seluruh aktivitas pada WBS. Tabel 6 menyajikan distribusi effort dan alokasi pengembang pada aktivitas-aktivitas fase
Software Development.
Tabel 6 Alokasi Pengembang dan Waktu fase Software Development pada AUCP
Activity % Effo rt Effort (perso n-hours)
% Hours Per Son
Requirement 7,5 167,21 15 27,89 6 Specification 7,5 167,21 15 27,89 6 Design 10 222,94 20 37,19 6 Implementation 10 222,94 20 37,19 6 Integration Testing 7,5 167,21 15 27,89 6 Acceptance & Deployment 7,5 167,21 15 27,89 6 Total 50 1.114,7 100 185,93
Tabel 7 menyajikan distribusi effort dan alokasi pengembang pada aktivitas-aktivitas di On-Going Life Cycle.
Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukkan masing-masing alokasi waktu dan jumlah pengembang yang dibutuhkan pada setiap aktivitas pada masing-masing fase. Nilai pada kolom %Effort adalah nilai mutlak sesuai Pedoman Distribusi Effort Saleh (2011). Dari Tabel 7, diketahui waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem adalah 185,93 jam, karena mengacu pada aktivitas Project Management yang berjalan selama proyek berlangsung. Tabel 8 menyajikan distribusi total biaya setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem.
Tabel 7 Alokasi Pengembang dan Waktu fase On-Going Activity pada AUCP Activity % Effort Effort (person-hours) Hours Person Project Management 8,34 185,93 185,93 1 Configuration Management 4,16 92,74 92,74 1 Quality Assurance 8,34 185,93 185,93 1 Documentation 4,16 92,74 92,74 1 Training & Support 4,16 92,74 92,74 1 Evaluation & Testing 20,84 464,61 464,61 3 Total 50 1.114,7 1.114,7 6
Tabel 8 Perhitungan Total Biaya pada Advance Use Case Point Group of Activity Role % Eff ort Hou rs of effo rt Salary Per Hour (Rp) Total (Rp)
Software Development Phased
Requireme nt System analyst 7,5 % 167, 21 43.750 7.315. 219 Specificati on System analyst 7,5 % 167, 21 43.750 7.315. 219 Design System analyst 10% 222,94 43.750 9.753.625 Implement ation Softwar e engineer 10 % 222, 94 31.250 6.966. 875 Integration Testing Test analyst 7,5 % 167, 21 50.000 8.360. 250 Acceptanc e and Deployme nt Softwar e engineer 7,5 % 167, 21 31.250 5.225. 156 SubTotal 44.936.344
On-Going Life Cycle Activities
Project Manageme nt Project manager 8,3 4 % 185, 93 125.000 23.241.495 Configurati on Manageme nt Softwar e engineer 4,1 6 % 92,7 4 31.250 2.898. 220 Quality Assurance Softwar e QA 8,3 4 % 185, 93 50.000 9.296. 598 Documenta
tion System analyst 4,1 6 % 92,7 4 43.750 4.057.508 Training & Support Softwar e engineer 4,1 6 % 92,7 4 31.250 2.898. 220 Evaluation
& Testing anlyst Test 20, 84 % 464, 61 50.000 23.230.348 SubTotal 65.622.389 Total 110.558.733
Perhitungan biaya diperoleh dari perkalian antara hours of effort dengan Salary per hour, sedangkan alokasi pengembang tergantung pada peran dan waktu kerja pada saat menjadwalkan proyek ke bentuk gantt chart. Dari hasil penjadwalan
gantt chart diperoleh alokasi pengembang sebanyak 26 orang.
Pada metode Revised Use Case Point, terdapat 3 aktor yang dipertimbangkan untuk menghitung nilai Unadjusted Actor Weight (UAW). Aktor tersebut terdiri dari customer, vendor, dan admin yang masuk tipe aktor complex, dan tawk.to yang masuk tipe aktor
simple, sehingga menghasilkan nilai UAW sejumlah 10. Nilai Unadjusted Use Case Weight (UUCW) diperoleh sejumlah 120. Tabel 9 menyajikan hasil analisis perhitungan UUCW.
Tabel 9 Nilai Unadjusted Use Case Weight
Use Case Type Weight Number of Use Case Number of Use Case * Weight Simple 5 22 110 Average 10 1 10 Complex 15 0 0 Critical 20 0 0 Total UUCW 120
Nilai Unadjusted Use Case Point (UUCP) sejumlah 130, yang diperoleh dari penjumlahan UAW dan UUCW. Kemudian, penilaian dari manajer proyek pada lembar penilaian Technical Complexity Factor (TCF) dan Environmental Complexity Factor
(ECF) menghasilkan nilai TCF sejumlah 0,91 dan ECF sejumlah 0,71.
Selanjutnya, perhitungan nilai Revised Use Case Point (UCP) dengan mengkalikan UUCP, TCF dan ECF menghasilkan nilai sejumlah 83,99 UCP. Setelah dikonversikan ke hours of effort, nilai ini menghasilkan effort sejumlah 1.679,8 jam kerja.
Hours of effort ini disistribusikan ke seluruh aktivitas pada WBS. Tabel 10 menyajikan distribusi effort dan alokasi pengembang pada aktivitas-aktivitas di fase
Software Development.
Tabel 10 Alokasi SDM dan Waktu fase Software Development pada Re-UCP Activity Effo% rt Effort (person-hours)
% Hours Per son
Requirement 7,5 125,99 15 21,01 6 Specification 7,5 125,99 15 21,01 6 Design 10 167,98 20 28,02 6 Implementatio n 10 167,98 20 28,02 6 Integration Testing 7,5 125,99 15 21,01 6 Acceptance & Deployment 7,5 125,99 15 21,01 6 Total 50 839,9 100 140,1
Tabel 11 menyajikan distribusi effort dan alokasi pengembang pada aktivitas-aktivitas di On-Going Life Cycle.
Tabel 10 dan Tabel 11 menunjukkan masing-masing alokasi waktu dan jumlah pengembang yang dibutuhkan pada setiap aktivitas pada masing-masing fase. Dari Tabel 11, diketahui waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem adalah 140,1 jam,
karena mengacu pada aktivitas Project Management
yang berjalan selama proyek berlangsung. Tabel 12 menyajikan distribusi total biaya setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem.
Tabel 11 Alokasi SDM dan Waktu fase On-Going Activity pada Re-UCP
Activity Effort % (person-Effort hours) Hours Person Project Management 8,34 140,1 140,1 1 Configuration Management 4,16 69,88 69,88 1 Quality Assurance 8,34 140,1 140,1 1 Documentation 4,16 69,88 69,88 1 Training & Support 4,16 69,88 69,88 1 Evaluation & Testing 20,84 116,99 69,88 3 Total 50 350,07 116,69 6
Tabel 12 Perhitungan Total Biaya pada Revised Use Case Point
Group of Activity Role % Eff ort Hou rs of effor t Salary Per Hour (Rp) Total (Rp) Software Development Phased
Requiremen
t System analyst 7,5% 167,21 43.750 7.315.219 Spesificatio
n System analyst 7,5% 167,21 43.750 7.315.219 Design System analyst 10% 222,94 43.750 9.753.625 Implementa
tion Software engineer 10% 222,94 31.250 6.966.875 Integration
Testing analyst Test 7,5% 167,21 50.000 8.360.250 Acceptance and Deployment Software engineer 7,5 % 167, 21 31.250 5.225.156 SubTotal 44.936.344
On-Going Life Cycle Activities Project Managemen t Project manager 8,34 % 185,93 125.000 23.241.495 Configurati on Managemen t Software engineer 4,16 % 92,74 31.250 2.898.220 Quality Assurance Software QA 8,34 % 185,93 50.000 9.296.598 Documentat
ion System analyst 4,16 % 92,74 43.750 4.057.508 Training &
Support Software engineer 4,16 % 92,74 31.250 2.898.220 Evaluation
& Testing analyst Test 20, 84 % 464, 61 50.000 23.230.348 SubTotal 65.622.389 Total 110.558.733
Perhitungan biaya diperoleh dari perkalian antara hours of effort dengan Salary per hour, sedangkan alokasi pengembang tergantung pada peran dan waktu kerja pada saat menjadwalkan proyek ke bentuk gantt chart. Dari hasil penjadwalan
gantt chart diperoleh alokasi pengembang sebanyak 26 orang.
4. PEMBAHASAN
Perbandingan hasil perhitungan dari metode Advance Use Case Point dan Revised Use Case Point dengan CV Gumcode Indonesia bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan perbedaan pada hasil dan dampaknya, sehingga dapat digunakan sebagai informasi dalam menentukan metode yang lebih baik untuk menghitung estimasi waktu, biaya dan pengembang di masa mendatang. Tabel 13 menyajikan hasil perhitungan dari masing-masing metode.
Tabel 13 Perbandingan Hasil Estimasi Waktu, Biaya dan Pengembang CV Gumcode Indonesia Advance Use Case Point (AUCP) Revised Use Case Point
(Re-UCP)
30 hari 24 hari 18 hari ±
Rp40.000.000,00
Rp 110.558.733,00
Rp 83.303.382,00 5 pengembang 26 pengembang 26 pengembang
Alokasi waktu dari hasil metode AUCP dan Re-UCP lebih cepat daripada CV Gumcode Indonesia karena keduanya mengalikan effort dengan 20
person-hours per-UCP sesuai teori Karner (1993), dan menggunakan Pedoman Distribusi Effort dari Saleh (2011). Nilai distribusi effort fase manajemen proyek pada AUCP lebih besar daripada Re-UCP karena adanya fitur tambahan End-User Development
dan menggunakan TCF sejumlah 13 faktor, serta ECF sejumlah 8 faktor, sedangkan nilai distribusi effort
fase manajemen proyek pada Re-UCP lebih kecil daripada AUCP karena adanya pengklasifikasian aktor dan use case ke dalam kategori yang lebih luas dan menggunakan TCF sejumlah 14 faktor, serta ECF sejumlah 9 faktor.
Kondisi di CV Gumcode Indonesia, perhitungan berdasarkan dugaan dan perhitungan, timeline yang tidak diperbarui selama proyek berjalan, jam kerja lebih dari 8 jam dan aktivitas dokumentasi yang tidak
memanfaatkan staf magang, kemungkinan
menyebabkan alokasi waktu lebih lama dan kurang akurat. Selain itu, beberapa proses pada area Project Schedule Management tidak berjalan sesuai dengan Pedoman PMBOK (Project Management Body of Knowledge), seperti tidak adanya dokumentasi rencana pengelolaan jadwal, tidak memperbarui daftar aktivitas dan jadwal secara periodik, masih menjadwalkan dalam bentuk timeline sederhana, dan tidak ada standar perhitungan untuk estimasi durasi tiap aktivitas.
Alokasi biaya hasil metode AUCP dan Re-UCP lebih tinggi daripada CV Gumcode Indonesia karena keduanya menggunakan kelompok aktivitas Software Development dan On-Going Life Cycle Activity yang sebelumnya belum dilakukan, standar gaji sesuai
Indonesia Salary Guide 2017 dari Kelly Service Inc., serta jumlah staf 26 orang dan telah terspesialisasi. Penentuan biaya pada CV Gumcode hanya berdasarkan dugaan dan perhitungan, standar gaji berdasarkan ketetapan CV Gumcode Indonesia untuk pengembang dan berdasarkan nilai proyek untuk pengembang outsourcing. Untuk pengembang yang terlibat pada proyek ini adalah 5 orang hal ini mengakibatkan alokasi biaya lebih rendah dan kurang akurat.
Alokasi pengembang hasil metode AUCP dan Re-UCP lebih banyak daripada CV Gumcode Indonesia karena menggunakan kelompok aktivitas
Software Development dan On-Going Life Cycle yang sebelumnya belum dilakukan, adanya hubungan keterkaitan antar aktivitas, dan pengembang telah terspesialisasi pada setiap aktivitas, sedangkan, kondisi di CV Gumcode Indonesia hanya menggunakan aktivitas pada Software Development
dan beberapa pengembang melakukan pekerjaan ganda, sehingga jumlah alokasi SDM sangat jauh berbeda.
Selain itu, beberapa proses pada area Project Resource Management tidak berjalan sesuai dengan Pedoman PMBOK, seperti tidak dibuatnya dokumen
Team Charter yang penting untuk menetapkan nilai-nilai tim, perjanjian dan pedoman operasi bagi tim, beberapa pengembang menjalankan peran ganda, tidak ada metode atau standar pasti untuk menentukan ukuran tim proyek serta kalender proyek, tidak ada penilaian keefektifan tim proyek secara formal, dan dokumentasi apabila terdapat perubahan tim.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa faktor end-user development yang tidak diperhitungkan di dalam penentuan kebutuhan Sistem Informasi Reservasi Ruangan oleh CV Gumcode
Indonesia, sehingga ketika perhitungan
menggunakan metode Advance Use Case Point
(AUCP) diaplikasikan, hasil estimasi waktu dan biaya yang diperoleh lebih besar daripada perhitungan perusahaan. Perhitungan menggunakan metode AUCP menghasilkan estimasi alokasi waktu selama
185,92 jam, dan alokasi biaya sebesar
Rp110.558.733,00. Hasil ini karena metode AUCP dapat mencangkup adanya kebutuhan di fitur end-user development pada faktor teknis dan lingkungan
dengan adanya lembar penilaian End-User
Development Technical Complecity Factor
(EUD_TCF) dan End-User Development
Environmental Complexity Factor (EUD_ECF) yang
sebelumnya tidak dipertimbangkan dalam
perhitungan estimasi. Jadi, penggunaan metode AUCP lebih sesuai digunakan untuk menghitung
estimasi effort yang dikonversikan ke waktu dan
biaya karena mencangkup fitur End-User
Development yang dibutuhkan dalam Sistem Informasi Reservasi Ruangan.
Metode Revised Use Case Point (Re-UCP) menghasilkan estimasi alokasi waktu selama 140,1 jam dan alokasi biaya sebesar Rp83.303.382,00. Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan metode AUCP, karena tidak dapat mencangkup kebutuhan pada fitur End-User Development yang dibutuhkan, sehingga metode ini tidak tepat digunakan untuk menghitung estimasi waktu dan biaya pada pengembangan Sistem Informasi Reservasi Ruangan. Pembagian lingkup kerja yang disarankan untuk pengembangan Sistem Informasi Reservasi Ruangan adalah menggunakan pendekatan Work Breakdown Structure yang terdiri dari 4 level, yaitu level pertama berupa nama sistem yang dikembangkan, level kedua terdiri dari fase Project Life Cycle, yaitu Define Project Goal, Plan Project, Execute Project Plan dan
Close Project, level ketiga terdiri dari aktivitas
Software Developmentdan On-Going Life Cycle, dan level keempat teridi dari sub-aktivitas dari aktivitas
Software Development dan On-Going Life Cycle. Penggunaan WBS ini akan membantu menghasilkan estimasi alokasi waktu, biaya dan pengembang yang lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA
SANGEETHA, K & DALAL, P., 2016. Software Sizing with Use Case Point”. India: Shrinthji Institute of Technology and Engineering. KARNER, G., 1993. Resource Estimation for
Objectory Project. Objective Systems SF AB.
KELLY SERVICE., 2017. Indonesia Employment Salary Outlook and Salary Guide. Indonesia: Kelly Service, Inc.
KIRMANI, M.M. & WAHID, A., 2015. Revised Use Case Point (Re-UCP) Model for Software Effort Estimation. International Journal of
Advanced Computer Science and
Application.
MARCHEWKA, J., 2003. Information Technology Project Management. Holoben: NJ Wiley. SALEH, K., 2011. Effort and Cost Allocation in
Medium to Large Software Development Projects. International Journal of Computers (I).
SCHWALBE, K., 2015. An Introduction to Project Management, Fifth Edition. Minneapolis: Schwalbe Publishing.
SRIVASTAVA, A., SINGH, S.K. & ABBAS, S.Q., 2017. Evaluation of Project Estimation Methodology: AUCP. International Journal of Software Engineering and Application Vol.6, No.2.
TANTRA, R., 2012. Manajemen Proyek Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
WAZLAWICK, P.S., 2013. Object-Oriented Analysis and Design for Information System.