Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya
4039
Evaluasi Biaya Pengembangan Perangkat Lunak Dengan Menggunakan
Metode
Extended Use Case Point
Dan
Use Case Size Point
Farinda Ristanti1, Admaja Dwi Herlambang2, Mochamad Chandra Saputra3
Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1farindarista@gmail.com, 2herlambang@ub.ac.id, 3andra@ub.ac.id
Abstrak
Dalam perhitungan estimasi biaya pengerjaan suatu proyek, softwarehouse belum memiliki standar perhitungan biaya, serta disarankan dalam setiap pengerjaan proyek mengacu pada Work Breakdown Structure (WBS) agar lebih terstruktur. Tujuan penelitian ini yaitu pembagian ruang lingkup menggunakan pendekatan WBS dan penjadwalan menggunakan Gantt Chart berdasarkan pembagian aktivitas menggunakan metode Extended Use Case Point dan Use Case Size Point. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan penyebaran lembar penilaian pada pihak developer serta observasi software, kemudian hasilnya akan dijadikan sebagai bahan membuat use case diagram dan use case skenario untuk perhitungan Extended Use Case Point dan Use Case Size Point. Pada Extended Use Case Point menghasilkan hours of effort sebesar 118,1 jam kerja dan estimasi biaya total sebesar Rp. 70.252.030,00serta dikerjakan oleh 25 orang. Sedangkan perhitungan Use Case Size Point menghasilkan estimasi effort (usaha) yaitu 25 orang selama 91,2 jam kerja dan estimasi biaya total sebesar Rp 56.747.500,00. Dari hasil perbandingan kedua metode tersebut, penghitungan estimasi biaya dengan metode Use Case Size Point lebih direkomendasikan, karena memiliki tingkat akurasi yang lebih kecil dibandingkan dengan metode Extended Use Case Point, yaitu sebesar 3,1 %.
Kata kunci: estimasi biaya, perangkat lunak, waktu, biaya, dan sumber daya manusia.
Abstract
In calculating the cost estimation of project, software house doesn’t have any standards, and suggested in every construction project refers to the execution of a structured on the Work Breakdown Structure (WBS). This research lay's out used WBS and scheduling using Gantt Chart, as well as the calculation of the estimated costs of using metode Extended Use Case Point and Use Case Size Point. Data collection technique was done by interviewed and deployment assessment sheet for developer and software observation, then the result will be used as material to make use case diagram and use case scenario for calculation of Extended Use Case Point and Use Case Size Point. Extended Use Case Point estimated effort 25 people during 118,1 hours and the total estimated cost was Rp 70.252.030,00. While Use Case Size Point produce the effort 25 people during 91,2 hours and the total estimated cost is Rp 56.747.500,00. From the comparison of the two methods, the calculation of cost estimation using the Use Case Size Point method is recommended, because it has a smaller accuracy than the method of Extended Use Case Point, which is 3,1%.
Keywords: cost estimation, software, duration, cost, human resource
1. PENDAHULUAN
Dalam rangka mengestimasi biaya pengembangan perangkat lunak, software house melakukannya dengan cara memperkirakan waktu dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan software, kemudian akan diperoleh estimasi total biaya yang dibutuhkan. Mengestimasi pengembangan
software dengan cara tersebut dirasa kurang baik karena proses menjadi tidak transparan. Oleh karena itu perlu adanya metode estimasi biaya yang digunakan sebagai standar untuk perhitungan estimasi waktu, jumlah sumber daya manusia dan biaya pengembangan software.
Case Size Point yang merupakan beberapa metode yang telah dimodifikasi guna menyempurnakan kekurangan pada metode Use Case Point yang dapat mempengaruhi keakuratan estimasi. Extended Use Case Point menambahkan faktor naratif Use Case pada penghitungan estimasi biayanya (Periyasamy & Ghode, 2009), sedangkan Use Case Size Points yaitu metode yang lebih berfokus pada struktur internal use case (Braz, 2006).
Tujuan penelitian ini yaitu menjabarkan lingkup kerja berdasarkan Work Breakdown Stucture (WBS) yang merupakan metode pengorganisasian proyek menjadi stuktur pelaporan hierarkis (PMBOK). Kemudian untuk memantau kemajuan proyek, penjadwalan dilakukan dengan menggunakan Gantt Chart yaitu format standar untuk menampilkan informasi mengenai penjadwalan proyek dalam bentuk daftar kegiatan proyek serta sesuai dengan tanggal mulai dan selesai dalam bentuk kalender (Schwalbe,2014:270). Pendekatan WBS dan penjadwalan menggunakan Gantt Chart tersebut berdasarkan pembagian aktivitas pada metode Extended Use Case Point dan Use Case Size Point. Penelitian ini akan memberikan bahan pertimbangan kepada PT. DOT Indonesia dalam mengestimasi biaya pengembangan software
Metode Extended Use Case Point merupakan metode untuk estimasi biaya pengembangan perangkat lunak berdasarkan use case diagram dengan fokus pada rincian internal pada masing-masing use case yang umumnya dijelaskan pada use case narrative. (Ghode et al, 2009). Langkah pertama Extended Use Case Point yaitu menghitung Unadjusted Extended Use Case Point yang terdiri dari Unadjusted Actor Weights (UAW), Unadjusted Use Case Weights (UUCW), dan Unadjusted Use Case Narrative Weights (UNW). Unadjusted Actor Weights (UAW) merupakan total nilai dari masing – masing tipe yang ada pada use case kemudian dikalikan bobot. (Ghode et al, 2009). Pengkategorian aktor didasarkan jenis aktor dan jumlah transakasi yang dilakukan aktor pasa use case (Tabel 1).
Tabel 1 Unadjusted Actor Weights (UAW)
Tipe Aktor Kategori Bobot
Very simple Aktor primer atau aktor sekunder 0.5
Simple Aktor primer
Jumlah transaksi : 1-3
1
Less average
Aktor primer
Jumlah transaksi : 4-5
1.5
Average Aktor primer
Jumlah transaksi : >5
2.0
Aktor sekunder
Jumlah transakasi : 1
2.0
Complex Aktor sekunder
Jumlah transaksi : 2-3
2.5
Very Complex
Aktor sekunder
Jumlah transaksi: 4-5
3.0
Most Complex
Aktor sekunder
Jumlah transaksi : >5
3.5
Unadjusted Use Case Weight (UUCW) diperoleh dari perkalian antara jumlah masing masing tipe use case dengan bobotnya, kemudian hasil perkalian tersebut dijumlahkan. Kategori use case berdasarkan jumlah transakasi yang dilakukan aktor pada use case (Ghode et al, 2009) seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Unadjusted Actor Weights (UAW)
Tipe Aktor Kategori Bobot
Simple Jumlah transaksi <= 2 0.5
Average Jumlah transaksi antara 2 sampai 4 1
Complex Jumlah transaksi antara 5 sampai 6 2
Most Complex Jumlah transaksi lebih dari 6 3
Langkah ketiga yaitu menghitung Unadjusted Use Case Narrative Weights (UNW) dengan cara mengalikan jumlah masing-masing parameter narasi use case dengan bobotnya, lalu hasil perkalian tersebut dijumlahkan (Ghode et al, 2009). Struktur narasi use case yang digunakan dalam metode ini yaitu input parameter, output parameter, predikat pada pra-kondisi, predikat pada post-pra-kondisi, exception, serta Successful scenario. Masing masing parameter narasi use case tersebut memiliki bobot 0,1, kecuali successful scenario memiliki bobot 0,2.
Langkah selanjutnya yaitu Penghitungan Unadjusted Extended Use Case Point (UUCP) yang diperoleh dari penjumlahan Unadjusted Actor Weights (UAW), Unadjusted Use Case Weights (UUCW) dan Unadjusted Use Case Narrative Weight (UNW).
Tabel 3 Technical Complexity Factor
Technical Factor Bobot
T1 Distributed Sistem Required 2
T2 Response Time 2
T3 End User Efficiency 1 T4 Complex Internal Processing Required 1
T5 Reusable Code 1
T6 Easy to Install 0,5
T7 Easy to use 0,5
T8 Portable 2
T9 Easy to Change 1
T10 Concurrent 1
T11 Security Features 1 T12 Access for Third Parties 1 T13 Special Training Required 1
TCF = 0.6 + (0.01 * TFactor) (2) Environment Complexity Factor (ECF) ECF adalah faktor untuk memperhitungkan pertimbangan lingkungan sistem yang dihitung dengan Persamaan 3. Faktor-faktor lingkungan beserta dengan bobotnya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Environment Complexity Factor
Environment Factor Bobot
E1 Familiarity With The Project 1.5 E2 Application Experience 0.5 E3 OO Programming Experience 1 E4 Lead Analyst Capability 0.5
E5 Motivation 1
E6 Stable Requirements 2 E7 Part Time Staff -1 E8 Difficult Programming Language -1 ECF = 1.4 + (-0.03 * EFactor) (3)
Pada langkah terakhir didapatkan hasil Use Case Point dengan mengalikan Unadjusted Use Case Point dengan Complexity Factor seperti pada persamaan 4.
E-UCP = UUCP * TCF * ECF (4) Untuk merubah nilai Extended Use Case Point atau Use case Size Point menjadi Hours of Effort, maka nilai Extended Use Case Point harus dikalikan dengan nilai staff-hour per use case menurut Karner (1993) yaitu 20 staff hours seperti persamaan 5.
Hours of Effort = metode * 20 (5) Metode yang kedua yaitu Use Case Size Point yaitu metode yang mengukur fungsi use case dengan mempertimbangkan struktur use case seperti menghitung bobot aktor, skenario, precondition dan postcondition(Braz, 2006).
Langkah yang pertama yang dilakukan yaitu menentukan kompleksitas aktor (CA) dengan cara menentukan kategori aktor berdasarkan data yang diberikan maupun yang diterima oleh aktor. Untuk menghitung total Kompleksitas aktor (TPA) disajikan pada
persamaan 6. Kategori dan bobot masing masing aktor disajikan pada tabel 5.
𝑻𝑷𝑨 = ∑𝒏𝒊=𝟏𝑪𝑨𝒊 (6)
Tabel 5 Total Kompleksitas Aktor
Complexity Kategori UUSP
Simple Jumlah data <= 5 1 Average Jumlah data antara 6 – 10 2 Complex Jumlah data >10 3
Langkah kedua yaitu menentukan total kompleksitas precondition (TCPrC) yang ditentukan oleh jumlah ekspresi logis yang diuji (Tabel 6). Total kompleksitas precondition (TPPrC) didapatkan dari persamaan 7.
Tabel 6. Total Kompleksitas Precondition
Complexity Kategori UUSP
Simple 1 logical expression 1 Average 2 logical expression 2 Complex 3 logical expression 3
𝑇𝑃𝑃𝑟𝐶 = ∑𝑛𝑖=1𝐶𝑃𝑟𝐶𝑖 (7) Langkah ketiga yaitu mengklasifikasikan skenario utama berdasarkan jumlah entitas dan jumlah step dasar yang diperlukan untuk skenario utama, sesuai Tabel 7. Total kompleksitas skenario utama diperoleh dari Persamaan 8.
Tabel 7. Total Komplesitas Skenario Utama
Complexity Entities + steps UUSP
Very simple ≤ 5 4
Simple 6 -10 6
Average 11-15 8
Complex 16-20 12
Very complex >20 16
𝑃𝐶𝑃 = ∑𝑛𝑖=1𝑃𝐶𝑃𝑖 (8) Langkah kelima yaitu menghitung total komplesitas exception yang ditentukan dengan mengkategorikan exception berdasarkan jumlah ekspresi logis diuji untuk mendeteksi terjadinya exception tersebut. Total kompleksitas exception (TPE) ditentukan oleh persamaan 10. Tabel 10 merupakan klasifikasi exception.
Tabel 8 Total Kompleksitas Exception
complexity Texted expression UUSP
Simple 1 logical expression 1 Average 2 – 3 logical expression 2 Complex >3 logical expression 3
terkait (Tabel 10). Total kompleksitas postcondition (TPPoC) diperoleh dengan Persamaan 11.
Tabel 9. Total Komplesitas Postcondition
Complexity Klasifikasi UUSP
Simple Jumlah entitas ≤ 3 1 Average Jumlah entitas antara 4 sampai 6 2 Complex Jumlah entitas > 6 3
𝑇𝑃𝑃𝑜𝐶 = ∑𝑛𝑖=1𝐶𝑃𝑜𝐶𝑖 (11) Untuk menghitung Unadjusted use-case SizePoint (UUSP) dilakukan penjumlahan nilai kompleksitas dari semua bagian use case (Persamaan 12).
UUSP = TPA + TPPrC + TPCA + TPE + TPPoC (12)
Penghitungan metode Use Case Size Point juga menyertakan Technical Adjustment Factor dan Environtment Adjustment Factor. Technical Adjustment Factor (FTA) berisi 14 faktor (Table 11). Setiap nilai faktor merupakan pengaruh faktor teknis terhadap produktifitas perangkat lunak. Untuk menghitung FTA menggunakan Persamaan 13. Sedangkan Environtment Adjustment Factor (EAF) mewakili beberapa karakteristik ada di lingkungan pengembangan yang dapat mempengaruhi biaya perangkat lunak kator faktor tersebut tersaji pada Tabel 12 dan dihitungan dengan Persamaan 14.
Tabel 10. Technical Adjustment Factors
Technical Factor influences
T1 Data Communication I1 T2 Distributed Processing I2 T3 Performance I3 T4 Heavily used configuration I4 T5 Transaction Capability I5 T6 On-line input of data I6 T7 User Efficiency I7 T8 On-line update I8 T9 Reusability I9 T10 Complex processing I10 T11 Easiness of deploy I11 T12 Esiness operation I12 T13 Many places I13 T14 Facility Of Change I14
𝐹𝑇𝐴 = 0.65 + (0.01 ∗ ∑𝑛𝑖=1𝐼𝑖) (13)
Tabel 11. Envitontment Adjustment Factor
Environment Factor Influences
E1 Formal development process existence I1 E2 Experience with the apllication I2 E3 Experience of the team with the used
Technologies
I3
E4 Presence on an experienced analyst I4 E5 Stable Requirements I5
𝐸𝐴𝐹 = (0.01 ∗ ∑5𝑖=1𝐼𝑖) (14)
Nilai akhir dari Use Case Size Point didapat dari persamaan 15.
USP = UUSP * (FTA – EAF) (15) Untuk merubah nilai Use Case Size Point menjadi nilai effort, maka Nilai Use Case Size Point harus dibagi dengan nilai produktifitas menurut Braz (2006) yaitu sebesar 0,38. Rumus peenghitungan effort disajikan pada persamaan 16.
Effort = USP / Productivity (16) Effort yang telah didapatkan pada masing masing metode dibagi menjadi dua aktifitas yaitu software development, dan ongoing activity. Software Development, meliputi analisis kebutuhan pengguna seperti pemintaan dan spesifikasi, desain, implementasi, pengujian integrasi, dan acceptance test . Sedangkan Ongoing activity, atau disebut juga aktifitas yang berkesinambungan seperti manajemen proyek, manajemen konfigurasi, dokumentasi, penerimaan dan penyebaran penjaminan kualitas, evaluasi dan pengujian (Saleh, 2011).
2. METODOLOGI
Metodologi penelitian ini dimulai dari studi pustaka, pengumpulan data, analisis hasil, dan penarikan kesimpulan. Studi pustaka pada penelitian ini untuk menggali informasi mengenai 1) konsep estimasi biaya perangkat lunak; 2) penjelasan mengenai metode Extended Use Case Point dan Use Case Size Point. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan lembar penilaian. Wawancara dilakukan dengan manajer proyek mengenai perusahaan, metode penghitungan estimasi biaya yang ada di PT. DOT Indonesia serta analisis kebutuhan fungsional sistem yang hasilnya akan dirubah ke dalam bentuk use case diagram. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan terhadap perangkat lunak sebagai user. Pengisian lembar penilaian oleh tim pengembang untuk memperoleh skor di setiap factor teknis dan faktor lingkungan.
yang ada di PT. DOT Indonesia.
3. HASIL
Setiap use case yang didefinisikan akan
dijelaskan menggunakan Use Case Scenario dalam bentuk tabel yang berisi nama dan tujuan use case, aktor yang terkait dengan use case tersebut, skenario utama dan alternatif.
Gambar 1. Use Case Diagram GRANOL
Work Breakdown Structure digunakan untuk melakukan breakdown atau memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya.
Work Breakdown Structure proyek Sistem Pelaporan Gratifikasi Online (GRANOL) pada PT. DOT Indonesia. Work Breakdown Structure tersebut terdiri dari tiga level, level pertama
4. ANALISIS
Penghitungan metode Extended Use Case Point dimulai dengan menentukan nilai Unajusted Actor Weight. Hasilnya yaitu terdapat 3 (tiga) aktor yang terdiri dari admin, atasan dan pelapor yang masing masing termasuk dalam kategori Average, sehingga nilai Unajusted Actor Weight (UAW) yaitu 6.
Selanjutnya yaitu menentukan nilai Unajusted Use Case Weight (UUCW) yang diperoleh dengan mengalikan bobot dengan jumlah aktor sesuai dengan tipe Use Case. Penghitungan Unajusted Use Case Weight (UUCW) tersaji pada Tabel 13.
Tabel 12 Nilai Unajusted Use Case Weight
Tipe Bobot Jumlah
Aktor
Bobot X Jumlah Aktor
Simple 0,5 41 20,5
Average 1 0 0
Complex 2 0 0
Most Complex 3 0 3 Total Unajusted Use Case Weight
(UUCW)
20,5
Unadjusted Use Case Narrative Weights (UNW) dihitung dengan mengalikan jumlah dan bobot masing-masing Use Case Narrative lalu hasilnya dijumlahkan. Hasil penghitungan tersaji pada tabel 14.
Tabel 13. Use Case Narrative Weights
Narrative Bobot Jumlah Aktor
Bobot X Jumlah Aktor Input Prameter 0.1 144 14,4 Output Parameter 0.1
91 9,1
Pre-Condition 0.1 52 5,2 Post Conditions 0.1 49 4,9
Exeption 0.2 27 5,4
Successfull Scenario 0.1 34 3,4 Total Unajusted Use Case Narrative Weight
(UNW)
42,4
Nilai Unadjusted Use Case Point (UUCP) diperoleh dengan cara menambahkan total bobot dari ketiga faktor tersebut hasilnya yaitu 110,7.
Penyebaran lembar penilaian Technical complexity factor dan Environtment Complexity Factor dilakukan pada tim developer berjumlah 4 orang. Skor dari lembar penilaian tersebut kemudian dirata-rata, lalu dihitung sesuai dengan persamaan yang telah dijelaskan sebelumnya. Hasil Technical complexity factor yaitu 1,128. SedangkanEnvirontment Complexity Factor (ECF) yaitu 16,125.
Nilai Extended Use Case Point (E-UCP) diperoleh dari perkalian Unadjustment Extended Use Case Point (U-EUCP), Technical Complexity Factor (TCF) dan Environtment Complexity Factor (ECF), hasilnya yaitu 70,8.
Kemudian untuk mengubahnya menjadi nilai hours of effort , maka nilai Extended Use Case Point (E-UCP) harus dikalikan dengan nilai staff hour per use case point. sehingga hours of effort nya sebesar 1417 jam.
Penghitungan total biaya mengacu pada Guideline Shaleh (2011) yaitu dengan membagi Hours of Effort ke dalam 2 kelompok aktivitas. Pembagian Hours of Effort tersebut tersaji pada tabel 15.
Tabel 14. Alokasi waktu dan sumber daya Extended Use Case Point
Kelompok
1 Sofware Development A Requirment System
2 On Going Activity
A 19.062.50
yaitu Software Development dan Ongoing Activity. Level keempat terdiri dar 12 aktivitas yaitu Requirement, Specification, Design, Implementation, Integration Testing, Acceptance and Deployment, Project Management, Configuration Management, Support and Trainning, Quality Assurance, Evaluation and testing
Metode yang kedua yaitu Use Case Size Point. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan menghitung total kompleksitas aktor (TPA) yang diperoleh dari pengklasifikasian aktor. Hasilnya yaitu terdapat 3 aktor yaitu admin, pelapor dan atasan yang termasuk dalam tipe compleks, sehingga total kompleksitas aktor dihasilkan nilai sebesar 18.
Langkah kedua yaitu penghitungan total kompleksitas prekondisi yang diperoleh dengan cara mengklasifikasikan prekondisi berdasarkan jumlah ekspresi logis yang diuji pada setiap use case scenario. Penghitungan total kompleksitas precondition tersaji pada table 16.
Tabel 15 Total Kompleksitas Precondition
Kategori UUSP Jumlah UUSP X
Langkah ketiga yaitu menentukan total kompleksitas skenario utama tersaji pada Tabel 17. Total kompleksitas alternatif bernilai 0, karena tidak ada alternatif pada use case skenario.
Tabel 16. Total Kompleksitas Skenario Utama
Kategori UUSP Jumlah UUSP X
Langkah selanjutnya yaitu menentukan total kompleksitas exception diperoleh dengan cara mengklasifikasikan exception. Hasilnya yaitu terdapat 32 exception dengan kategori simple, sehingga total kompleksitas exception sebesar 32. Langkah terakhir yaitu menghitung total Kompleksitas postcondition seperti yang tersaji pada tabel 18.
Tabel 17. Total Kompleksitas Postcondition
Kategori UUSP Jumlah UUSP X didapatkan dari jumlah nilai kompleksitas dari semua bagian use case, hasilnya yaitu 417.
Penyebaran lembar penilaian Technical Adjustment Factor dan Environtment Adjustment Factor dilakukan pada tim developer Sistem Pelaporan Gratifikasi Online (GRANOL yang berjumlah 4 orang. Setiap faktor akan dilakukan rata-rata pada skor yang diberikan oleh tim developer. Hasil dari penghitungan skor Technical Adjustment factor sebesar 1,09. Sedangkan Environtment Adjustment Factor sebesar 0,16.
Nilai akhir dari Use Case Size Point di dapat dari perkalian Unajusted Use Case Size Point dengan selisih nilai Environtment Adjustment Factor dan Technical Adjustment Factor. Hailnya yaitu 415,7. Untuk mendapatkan nilai hours of effort , maka nilai Use Case Size Point harus dibagi dengan nilai productivity yaitu 0,38 h/USP, hasilnya yaitu sebesar 1.094 jam.
Penghitungan total biaya mengacu pada Guideline Shaleh (2011) yaitu dengan membagi Hours of Effort ke dalam 2 kelompok aktivitas yang tersaji pada tabel 19.
Tabel 18 Alokasi SDM, waktu dan biaya Use Case Size Point.
1 Sofware Development A Requirment System B Spesification System
Analys
Engine er E Quality
Assurance
Softwa re QA
8,34 %
103,5 91,2 50.000
F Evaluating & Testing
Test Analys
20,8 4 %
258,8 227,9 8
50.000
Total
56.747.5 00 Work Breakdown Structure berdasarkan metode Use Case Size Point terdiri dari 4 (empat) level. Level 1 yaitu nama proyek yaitu Sistem Pelaporan gratifikasi online. Level 2 berisi Project Life Cycle(PLC) yang terdiri dari Define Project Goal, Plan Project, Excecute Project. Level 3 terdiri dari 2 aktivitas utama yaitu Software Development dan Ongoing Activity. Level keempat terdiri dar 12 aktivitas yaitu Requirement, Specification, Design, Implementation, Integration Testing, Acceptance and Deployment, Project Management, Configuration Management, Support and Trainning, Quality Assurance, Evaluation and testing
5. PEMBAHASAN
Waktu pengerjaan yang dibutuhkan untuk pengembangan perangkat lunak Sistem Pelaporan Gratifikasi Online menurut Extended Use Case Point yaitu selama 118,1 jam (12 hari) dengan biaya sebsar Rp 70.252.030,00 dan jumlah staf sebanyak 25 orang. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan penghitungan Use Case Size Point dan penghitungan estimasi PT. DOT Indonesia, hal ini disebabkan oleh: (1) Penghitungan Unadjustment Extended Use Case Point didapat dari Unadjustment Actor Weight, Unadjustment Use Case Weight, dan Unadjustment Narrative Use Case Weight; (2) Technical factor pada Extended Use Case Point sebanyak 13 faktor, sedangkan Environtment Factor berjumlah 8 factor; (3) Penghitungan effort didapat dari hasil perkalian antara nilai Extended Use Case Point dan Nilai staff hour menurut karner (1993) yaitu 20 staff hours; (4) Gaji sesuai dengan Indonesian salary Guide 2017 yang diterbitkan oleh Kelly Service.
Waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan perangkat lunak Sistem Pelaporan Gratifikasi Online menurut Use Case Size Point yaitu selama 91,2 jam (13 hari) dengan biaya sebesar Rp. 56.747.500, dan
jumlah sumber daya sebnyak 25 orang. Nilai tersebut lebih kecil dari penghitungan Extended Use Case Point, namun lebih besar dari penghitungan penghitungan estimasi PT. DOT Indonesia, hal ini disebabkan oleh (1)
Penghitungan Unadjustment Use Case Size Point diperoleh dari total kompleksitas aktor, total kompleksitas precondition, total kompleksitas skenario utama, total kompleksitas exception serta total kompleksitas postcondition; (2) Technical factor pada Use Case Size Point berjumlah 14 faktor, sedangkan environtment factor berjumlah 5 faktor; (3) Penghitungan effort diperoleh dari nilai Use Case Size Point dibagi dengan nilai produktivitas menurut penelitian Braz (2006) yaitu sebesar 0,38; (4) Gaji sesuai dengan Indonesia Salary Guide 2017 yang diterbitkan oleh Kelly Service.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan perangkat lunak sistem pelaporan gratifikasi online menurut penghitungan estimasi PT. DOT Indonesia yaitu 60 hari (3 bulan) dengan biaya antara Rp. 50.000.000,00 s/d Rp. 60.000.000,00 dan jumlah sumber daya sebanyak 4 orang. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkah dengan penghitungan metode Extended Use Case Point dan Use Case Size Point, Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) Terdapat seorang staff yang memiliki peran ganda; (2) Terkadang staff bekerja lebih dari 8 jam; (3) Pengerjaan dokumen perancangan dibantu oleh anak magang.
Gantt Chart pada penelitian ini disusun berdasarkan Work Breakdown Structure. Hasil perbandingan Gantt Chart dari ketiga metode tersebut yaitu: (1) Hasil penjadwalan pengembangan Sistem Pelaporan Gratifikasi Online menggunakan Gantt Chart menurut WBS PT.DOT Indonesia pada Execute project plan, membutuhkan waktu selama 60 hari dengan biaya antara Rp. 50.000.000,00 sampai Rp. 60.000.000,00. (2) Hasil penjadwalan pada metode Extended Use Case Point yaitu pada Execute Project Goal terdiri dari dua aktivitas utama yaitu Software Development dengan biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 28.561.405,00 selama 118,1 jam, sedangkan pada Ongoing Activity Rp. 41.690.625,00 dan membutuhkan durasi selama 118,1 jam. (3) Hasil penjadwalan pada metode Use Case Size Point yaitu pada tahap Execute Project Goal terdiri dari dua aktivitas utama yaitu Software Development yang membutuhkan biaya sebesar Rp.21.894.000,00 selama 91,2 jam, sedangkan pada Ongoing Activity membutuhkan biaya sebesar Rp. 36.525.250,00 dan membutuhkan durasi selama 91,2 jam.
Tingkat akurasi pada penelitian ini yaitu dengan membandingkan biaya metode Extended Use Case Point dan Use Case Size Point dengan penghitungan estimasi PT. DOT Indonesia. Penghitungan dilakukan dengan cara membagi biaya estimasi model dengan Cost Model Factor (CMF) sesuai dengan Persamaan 15 (Poh & Horner, 1995):
𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 =(𝐸𝑣−𝐴𝑣)𝐴𝑣 X 100% (15) Keterangan :
Ev : Estimated bill value Av : Actual bill value
Hasil tingkat akurasi pada metode Use Case Size Point lebih kecil yaitu sebesar 3,1%, sedangkan pada Extended Use Case Point memiliki tingkat akurasi sebesar 27%. Semakin kecil nilai akurasi maka estimasi tersebut akan semakin baik (Poh & Horner, 1995).
6. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil penghitungan menggunakan Use Case Size Point memiliki tingkat akurasi yang lebih kecil yaitu sebesar 3,1 % dengan waktu selama 91,2 jam, membutuhkan biaya sebesar Rp. 56.747.500, dengan jumlah staff sebanyak 25 orang. Sedangkan pada metode Extende Use Case Point memiliki
tingkat akurasi sebesar 27 % dengan waktu pengerjaan selama 118,8 jam, biaya sebesar Rp. 70.525.750,00 dan jumlah staff sebanyak 25 orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Use Case Size Point lebih baik jika dibandingkan dengan Extended Use Case Point karena semakin kecil nilai akurasi maka estimasi tersebut akan semakin baik (Poh & Horner, 1995).
Work Breakdown Structure pengembangan Sistem Pelaporan Gratifikasi Online berdasarkan hasil wawancara yaitu termasuk dalam Process-Centered WBS terdiri dari 3 level. Level pertama berisi nama proyek, level kedua berisi Project Life Cycle (PLC) serta level ketiga merupakan level Software Development Life Cycle (SDLC). Sedangkan Work breakdown Structure berdasarkan metode Extended Use Case Point dan Use Case Size Point merupakan Delivered-Oriented WBS yang terdiri dari terdiri dari 4 level. level pertama merupakan nama proyek yang dikembangkan, level kedua merupakan Project Life Cycle (PLC), level ketiga merupakan fase pengembangan software Sistem Pelaporan Gratifikasi Online (GRANOL) dan level ke 4 merupakan subfase dari level 3.
7. DAFTAR PUSTAKA
Braz, R., & Vergilio, S., 2006. Software Cost Estimation Based on Use Case. Proceedings of the 30th Annual International Computer Software and Applications Conference. 17-21 Sept. Chicago.
Ghode, A., & Periyasamy, K., 2009. Cost Estimation using extended Use Case Point (e-UCP). Proceedings of Computational Intelligence and Software Engineering. 11-13 Dec. China
Gustav Karner, Resource Estimation for Objectory Projects, Objective Systems SF AB, 1993.
Kamal, M.,Ahmed, M., El-Attar. 2011. Use Case-Based Effort Estimation Approaches: A Comparison Criteria. International Conference on Software Engineering and Computer Systems. 24(1). 735-754.
Marchekaw, J. 2003. Information Technology Project Management. John Wiley & Sons: New York.
Pressman, S. 2010. Software Engineering : A
Practitioner’s Approach (7th Edition).
Recker, J. 2013. Scientific Research in Information Systems. Queensland: Springer-Verlag.
Rudy, T. 2012. Manajemen Proyek Sistem Informasi, bagaimana mengolah proyek sistem informasi secara efektif & efisien: Andi Offset.
Saleh, K. 2011. Effort and Cost Allocation in Medium to Large Software Development Projects. International Journal of Computers. vol. 5, no. 1, pp. 74-79, 2011. Schwalbe, Kathy .2014. Information technology Project Management (7th Edition). United State Of America: Augburgs College. Sholiq. 2015. Estimasi Biaya Pembuatan Modul
Enterprise Resource Planning (ERP) Untuk Unit Bisnis Pabrik Gula Di PT. Perkebunan XYZ dengan Metode Use Case Point. Surabaya: Procedia Computer Science .72 ( 2015 ). 78 – 85. Suharjito, Prasetyo. 2006. Penggunaan Model
Function Point dalam Estimasi Biaya dan Usaha Proyek Pengembangan Software Sistem Informasi Bisnis. Batan: Pusat Pengembangan Informatika Nuklir. Tegarden, D., Denis, A. & Wixom, B. H.,