• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKM KSR PMI Borong Tiga Piala pada Ajang Kompetisi Palang Merah Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UKM KSR PMI Borong Tiga Piala pada Ajang Kompetisi Palang Merah Nasional"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

UKM KSR PMI Borong Tiga Piala

pada Ajang Kompetisi Palang

Merah Nasional

UNAIR NEWS – Sebanyak dua tim yang terdiri dari 8 personel

delegasi Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Universitas Airlangga memborong piala pada ajang National Voluntary Red Cross Competition (NVRCC). NVRCC merupakan kompetisi tingkat nasional yang dilaksanakan oleh KSR PMI Unit, Universitas Negeri Semarang (UNNES). Kompetisi tingkat nasional tersebut berlangsung sejak 23-27 Juli, di Kampung Budaya, UNNES.

Sebanyak 24 tim dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia turut meramaikan NVRCC yang ditutup pada 27 Juli. Diantara perguruan tinggi yang ikut berpartisipasi yaitu Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Poltekkes Semarang, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Jember, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Syah Kualah Aceh, dan STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati Tarakan.

Banyak kategori yang dilombakan pada event NVRCC, diantaranya lomba Cerdas Tangkas, Pemetaan, Design WASH (Water and Sanitation Hygiene), dan Pertolongan Pertama dan Orienteering Challenge. Keseluruhan lomba ini dilaksanakan secara sportif oleh semua peserta. Lewat ajang ini, UKM KSR PMI berhasil memborong tiga piala. Ketiga piala tersebut yaitu Juara 2 lomba Pertolongan Pertama, Juara 2 Orienteering Challenge, dan Juara 3 Program Pengurangan Risiko Bencana.

“Selain Juara 2 lomba Pertolongan Pertama, Juara 2 Orienteering Challenge, dan Juara 3 Program Pengurangan Risiko Bencana, sebenarnya kami juga berkesempatan masuk kedalam final pada lomba Cerdas Tangkas. Tapi pada akhirnya kami

(2)

hanya menempati nomor urut 8 dan 9 saja pada kategori ini,” kata Noval Salim, Ketua UKM KSR PMI UNAIR.

Menurut Noval, tak sedikit persiapan yang dilakukan para delegasi UNAIR. Seminggu sebelum kompetisi, mereka melakukan latihan secara intensif dengan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal UKM. Diantaranya, intensif latihan bersama PMI Kota Surabaya dan UKM Resimen Mahasiswa.

“Seminggu sebelum acara berlangsung, tim kami melakukan intensif latihan. Persiapan kami ini tentunya tidak hanya berjalan sendiri. PMI Kota Surabaya turut membantu memberikan pembinaan terkait Vulnerability Capacity Assessment (VCA) serta Design WASH. UKM Resimen Mahasiswa turut membantu pemahaman materi navigasi darat untuk kategori lomba Orientering Challenge,” tambahnya.

Ketercapaian dalam meraih juara nasional ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kontingen. Sebelumnya, kontingen ini pernah menjadi juara 3 pada lomba Evakuasi di SRCC pada perigatan hari AIDS Sedunia tahun 2015.

“Ini kali pertama UKM KSR PMI mendapatkan juara nasional. Rata-rata juara yang diperoleh UKM ini hanya sebatas regional saja. Setelah perolehan prestasi ini, semoga UKM KSR PMI UNAIR bisa berpartisipasi lebih dalam menorehkan prestasi pada almamater tercinta,” terang Dwi Ratna Paramitha, peserta yang mengikuti kompetisi . (*)

Penulis : Disih Sugianti

(3)

BNN Berdayakan Mahasiswa

menjadi Penggiat Antinarkoba

UNAIR NEWS – Badan Narkotika Nasional Pusat menggandeng

Universitas Airlangga dalam upaya pemberantasan narkotika. Upaya tersebut dilaksanakan dalam acara seminar dan praktik lapangan bertajuk “Pengembangan Kapasitas Unit Kegiatan Mahasiswa bidang P4GN (Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika). Acara yang diikuti oleh 18 kampus di Jatim itu digelar selama dua hari pada tanggal 20 – 21 Juli 2016 di Ruang Kahuripan, Kantor Manajemen, UNAIR.

Mewakili Rektor UNAIR, Kasubag Kesejahteraan Direktorat Kemahasiswaan Fauzi, S.E., memberikan sambutan dalam acara itu. Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai strategi pengembangan program P4GN di lingkungan pendidikan oleh Sinta Dame Simanjutak selaku Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN Pusat.

“Indonesia dinyatakan darurat narkoba karena 4,09 juta pengguna narkoba, 27,32% merupakan pelajar dan sekarang marak sekali modus operandi yang dilakukan pengedar untuk menjual narkotika,” ujar Sinta.

Dalam konsep pemberdayaan mahasiswa, ada empat aspek yang diterapkan, yaitu konsep regulasi, penganggaran, program, dan kegiatan. Dengan adanya konsep tersebut, mahasiswa diharapkan bisa menjadi penggiat antinarkoba dengan cara mengadakan sosialisasi mengenai narkoba terutama anak-anak di bawah umur dan remaja. Mahasiswa juga bisa menjadi informan untuk BNN jika mengetahui adanya transaksi narkoba ataupun penggunaan narkoba di sekitar.

“Kami mengharapkan para mahasiswa yang hadir ini bisa melakukan TOT (training on trainer) di kampus masing-masing, sehingga mahasiswa di lingkungan kampus bisa menjadi penggiat

(4)

antinarkoba dan mengajak kawan yang lain. Sehingga, efek domino dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasan narkoba lebih terkena,” imbuh Sinta.

Setelah materi mengenai P4GN, Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Jatim Sugeng Winarno juga memberikan materi mengenai komunikasi efektif dalam sosialisasi P4GN. Materi terakhir hari pertama ditutup dengan materi tentang implementasi konsep kerelawanan di bidang P4GN oleh Deni Yasmara.

Keesokan harinya, acara dilanjutkan dengan materi konseling dan simulasi konseling yang dipandu oleh Dekan Fakultas Psikologi. Pada acara konseling, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan lima orang. Dua orang dari masing-masing kelompok berperan menjadi konseli dan konselor. Lalu, tiga orang sisanya menuliskan penilaian terhadap kawan mereka tentang pemahaman terhadap materi yang telah dipaparkan.

Dengan adanya acara yang digelar BNN dan UNAIR, mahasiswa bisa menambah pengetahuan seputar narkoba dan pemberantasannya. “Acara pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari penuh ini menarik untuk dibahas dan ditindaklanjuti. Justru, harus ada aksi nyata untuk mengubah prevalensi pengguna narkoba supaya semakin berkurang,” tutur Disih Sugianti, peserta program P4GN.

Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S.

(5)

Pengalaman

Mahasiswa

Antropologi Hidup Bersama

Masyarakat Papua

UNAIR NEWS – Salah satu pengalaman belajar yang tidak pernah

didapat di bangku perkuliahan adalah menjalani hidup bersama masyarakat Indonesia bagian timur, Papua. Hidup selama empat bulan bersama saudara di timur Indonesia telah memberikan banyak pelajaran dan cara pandang terhadap kehidupan. Begitulah yang dirasakan Ijud, mahasiswa Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.

Ijud mengikuti Ekspedisi NKRI, salah satu kegiatan yang diadakan oleh Kopassus TNI AD. Dari ekspedisi itu, Ijud belajar banyak tentang makna hidup kepada masyarakat Papua. Kehidupan masyarakat di Papua, tentunya jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat dan fasilitas yang didapat oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di Jawa. Dari masyarakat Papua, Ijud belajar bahwa keterbatasan hidup tak membuat masyarakat Papua berhenti dan menyerah.

“Beberapa distrik di Papua menggantungkan diri kepada air hujan hanya untuk sekadar minum dan memasak. Susahnya air membuat mereka harus memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan pokok. Akses pendidikan dan kesehatan yang berada di distrik pedalaman Sorong juga berbeda jauh dengan akses pada umumnya yang ada di Pulau Jawa,” ujar Ijud.

Tidak semua distrik memiliki sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), maupun sekolah menengah atas (SMA). Meskipun ada distrik di pedalaman yang memiliki fasilitas tersebut, namun masih banyak kendala lain seperti kekurangan tenaga pengajar, jumlah ruangan, bangunan, dan fasilitas umum lainnya seperti buku.

(6)

“Bahkan dalam satu sekolah hanya memiliki satu guru yang aktif mengajar setiap harinya sedangkan siswa yang harus diajar ada enam kelas sehingga akhirnya setiap dua kelas digabung dalam satu ruangan, kelas satu digabung dengan kelas dua, kelas tiga dan empat dan kelas lima dan enam,” kenang Ijud.

Pengalaman ini memberikan pandangan kepada Ijud tentang alasan masyarakat yang selama ini menjudge Papua sebagai masyarakat yang tertinggal.

“Apa yang mereka dapatkan tidak seperti yang anak Indonesia dapatkan pada umumnya. Keterbatasan dan keadaan yang memaksa diri mereka, sehingga kebiasaan dengan kehidupan seperti itu seolah sudah menjadi sesuatu hal yang lumrah,” tegas Ijud.

Ijud juga bercerita, keterbatasan akses kesehatan pun memaksa masyarakat Papua untuk hidup harmoni dengan alam, seperti menggunakan obat-obat tradisional yang didapatkan langsung dari alam.

“Tidak semua distrik di pedalaman Kabupaten Sorong memiliki puskesmas. Kalaupun ada, itu merupakan puskesmas pembantu. Permasalahan yang sering terjadi adalah fasilitas di distrik yang memiliki puskesmas sangat kurang, bahkan tidak memberikan dampak apapun bagi masyarakat setempat. Sudah hal lumrah bangunan puskesmas berdiri kokoh namun tidak memiliki tenaga kesehatan. Apabila ada anggota keluarga yang sakit keras, maka harus mereka bawa ke pusat kesehatan di kota yang jaraknya cukup jauh,” kenang Ijud.

Praktik Kebhinekaan

“Masyarakat Papua memiliki falsafah hidup bahwa mereka harus berbuat baik kepada siapa saja yang datang ke tanah mereka, termasuk kepada para pendatang asalkan tetap menghormati dan menjunjung adat istiadat yang mereka yakini. Apabila kita telah menghormati adat istiadat maka gelar saudara yang akan kita dapatkan dari mereka,” kata Ijud.

(7)

Bagi Ijud, kunci hidup bersama masyarakat Papua adalah sikap saling menghormati. Karena menjalani hidup di Papua akan bersinggungan dengan masyarakat yang memiliki perbedaan warna kulit, bentuk rambut, serta keyakinan.

“Kehidupan dalam keterbatasan tidak membuat mereka putus asa dan berhenti beraktivitas. Namun keadaan tersebut justru menjadikan mereka sosok-sosok yang kuat yang bisa hidup di alam bebas. Pelajaran hidup tersebut akan menjadi penuntun kehidupan ke depannya agar menjadi orang yang pandai bersyukur dan bijak dalam berpikir dan bertindak,” pungkas Ijud. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh

BNN dan UNAIR Selenggarakan

Seminar

Penanggulangan

Narkoba

UNAIR NEWS – Narkoba adalah musuh bersama, tak terkecuali

generasi muda. Dewasa ini, tak sedikit dari generasi muda yang terjangkit dengan persoalan narkoba. Padahal, generasi muda diharapkan bisa menjadi ujung tombak perubahan untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Berkaitan dengan hal itu, Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Universitas Airlangga sebagai tuan rumah, menggelar acara berjudul ‘Pengembangan Kapasitas Unit Kegiatan Mahasiswa bidang P4GN (Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika). Acara tersebut akan digelar selama dua hari 20 – 21 Juli 2016 dan dihadiri perwakilan 18 universitas di Jawa Timur.

(8)

Deni Yasmara, M.Kep, Koordinator UKM Direktorat Kemahasiswaan UNAIR, mengatakan acara pada hari pertama akan dihadiri para pembicara menarik, yaitu Kepala BNN Provinsi Jatim Drs. Sukirman, perwakilan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM), Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Dr. Seger Handoyo, Rektor Universitas Wiraraja Alwiyah, MM, dan Kepala Subdirektorat Lingkungan Pendidikan BNN Pusat Dr. Sulastiana.

Materi yang akan dibahas dalam seminar itu antara lain pengenalan narkoba, kampanye pencegahan narkoba, dan strategi penerapan program P4GN di lingkungan perguruan. Pada hari kedua, peserta akan diajak terjun langsung ke suatu daerah di Madura yang penduduknya dianggap mengalami kecenderungan narkoba.

“Diharapkan dari acara ini bisa melatih softskill mahasiswa untuk bisa mensosialisasikan pencegahan narkoba kepada rekan sebaya ataupun masyarakat,” ujar Deni ketika diwawancarai tim Radio UNAIR. (*)

Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S.

IMAKAHI, Himpunan Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Hewan

yang Mendunia

RADIO UNAIR – Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia

(IMAKAHI) cabang Surabaya yang bertempat di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR), merupakan satu dari 10 cabang dari IMAKAHI di seluruh FKH

(9)

yang ada di Indonesia. Dalam berkegiatan IMAKAHI UNAIR, selalu menyelenggarakan berbagai kegiatan yang memiliki hal-hal untuk meningkatkan kompetensi bagi anggotanya dan pengetahuan bagi masyarakat umum. Kegiatan yang mereka lakukan dibagi sesuai dengan bidang yang ada di dalam IMAKAHI UNAIR.

Ada beberapa kegiatan yang menjadi program andalan mereka, VETERINARY INTEGRITY AND SKILL IMPROVEMENT yaitu program yang pengembangan kualitas sumber daya manusia yang berbasis pada kurikulum keprofesian yang sistematis untuk meningkatkan totalitas, solidaritas, dan kualitas seluruh mahasiswa kedokteran hewan agar tercipta calon dokter hewan yang cinta dengan profesinya, siap berkiprah dalam dunia kesehatan hewan Indonesia, serta siap terhadap tantangan globalisasi. Sasaran darei kegiatan ini adalah mahasiswa Fakultas kedokteran hewan UNAIR dan dikemas dalam kuliah inspiratif serta praktikum.

“IMAKAHI UNAIR dibawah BEM sebagai BSO, dan anggota IMAKAHI UNAIR adalah seluruh mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,” papar Fadi Adhari penanggung jawab cabang IMAKAHI UNAIR.

Selain itu pada bulan maret kemarin mereka menggelar kegiatan MUKERNAS IMAKAHI ke XVIII yang bertempat di Surabaya, kedepannya mereka sudah memiliki agenda-agenda kegiatan lainnya seperti mengikuti kongres Asian Veterinary Student Association di Thailand dan juga Indternational Veterenary Syudent Association di Austria pada tahun ini.

Mau tahu lebih dekat talk show IMAKAHI Universitas Airlangga, ayo dengarkan PODCAST IMAKAHI sekarang juga. (*)

Penulis : Yudira Pasada Lubis Editor : Nuri Hermawan

(10)

Calon Mahasiswa Baru UNAIR

Jalur SBMPTN 2016 Diimbau

Segera Lakukan Pendaftaran

Ulang

UNAIR NEWS – Pengumuman penerimaan mahasiswa baru melalui

jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) telah resmi disampaikan pada Selasa (28/6) lalu. Rektor Universitas Airlangga menghimbau kepada seluruh peserta yang diterima di UNAIR untuk segera melakukan proses pendaftaran ulang calon mahasiswa baru (camaba).

“Kami harapkan mereka segera melakukan proses berikutnya yaitu daftar ulang, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Karena sebentar lagi masuk seleksi jalur Mandiri,” ujar Rektor UNAIR, Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak, CMA.

Seperti dijelaskan oleh Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR Drs. Suko Widodo, M.Si., dalam proses pendaftaran ulang ini setiap calon mahasiswa baru wajib mengikuti seluruh rangkaian proses daftar ulang. Seluruh camaba wajib melakukan pra pendaftaran ulang dengan mengunggah semua berkas persyaratan pada laman http://regmaba.unair.ac.id. Registrasi

online dapat dilakukan terhitung sejak 28 Juni hingga 10 Juli

2016.

Penentuan tarif Uang Kuliah Tunggal (UKT) ditentukan berdasarkan entri data yang telah dilakukan. Selanjutnya, satuan biaya UKT program S-1 dapat dilihat di laman

http://ppmb.unair.ac.id/web/site/sbmptn. Kemudian camaba UNAIR melakukan tes kesehatan dan tes kemampuan Bahasa Inggris pada rentan waktu 14-19 Juli 2016. Jadwal tes kesehatan dan tes kemampuan Bahasa Inggris akan diberikan setelah camaba

(11)

bersangkutan melakukan pembayaran UKT.

Pendaftaran ulang dengan melakukan verifikasi berkas dilakukan langsung di Gedung Airlangga Convention Centre (ACC), Kampus C, UNAIR, pada 19-20 Juli. Untuk camaba penerima bantuan biaya pendidikan Bidikmisi, akan ada pengarahan penerimaan bantuan biaya pendidikan yang diselenggarakan di Ruang Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR, pada Selasa 19 Juli 2016. Suko mengatakan, kepada seluruh peserta yang diterima pada jalur SBMPTN supaya sesegera mungkin melakukan registrasi. Pihaknya juga mengatakan, jika terdapat kesulitan tentang proses dan tata cara pendaftaran ulang, camaba dapat menghubungi PIH UNAIR.

“Kepada calon mahasiswa baru yang diterima di UNAIR, jika ada kesulitas mengenai proses dan alur pendaftaran bisa menghubungi PIH UNAIR,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (29/6). Informasi lengkap tentang proses pendaftaran ulang mahasiswa baru dapat diakses melalui laman http://unair.ac.id atau No. Telp. (031) 5915042 – 43, 5912546, 5912564, Pesawat 221, 211, 115, dan 116. Apabila calon mahasiswa baru tidak memenui proses pendaftaran ulang yang tertera di atas, maka yang bersangkutan dianggap mengundurkan diri sebagai mahasiswa baru UNAIR. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Bambang BES

(12)

Optimis Bisa Buat Publikasi

Internasional

UNAIR NEWS – Mimpi kampus untuk menjadi 500 terbaik dunia

harus ditopang oleh semua civitas akademika. Tak terkecuali, para dosen dan mahasiswa. Untuk bisa berbicara di ranah internasional, dosen dan mahasiswa mesti sanggup membuat publikasi ilmiah. Terlebih, beberapa tahun lalu, Dikti menyebarkan edaran tentang kewajiban mahasiswa program doktoral memiliki publikasi internasional.

Prof Dr Ahmad Syahrani Apt MS mengutarakan, baik dosen maupun mahasiswa harus menyikapi ini sebagai tantangan. Bukan memposisikannya laksana beban. Sebab, memproduksi publikasi internasional bukan sebuah kemustahilan.

Guru Besar Fakultas Farmasi ini menceritakan, dia pernah akan menempuh pendidikan S3 di Jerman dan Perancis. Namun, tidak kesampaian karena beberapa alasan. Saat itu, dia melakukan komunikasi dengan sejumlah kolega sesama dosen dan staf kependidikan.

“Saya memiliki satu pertanyaan utama: memangnya, apa bedanya kuliah di dalam negeri dan kuliah di luar negeri?” kata lelaki asal Kalimantan Selatan itu. Salah satu rekan menjawab, perbedaan yang dimaksud bisa terkait kepemilikan publikasi internasional.

“ D a r i s a n a , s a y a b e r t e k a d u n t u k m e m b u a t p u b l i k a s i internasional. Saya ingin membuktikan, meskipun akhirnya kuliah S3 di dalam negeri (UNAIR, Red), saya tetap mampu berkarya,” ujar pria yang sudah memiliki 31 publikasi internasional ini (delapan di antaranya sebagai author). Saat lulus S3 di tahun 1997, Syahrani telah memproduksi empat publikasi internasional.

(13)

dan mahasiswa wajib optimis bahwa dirinya sanggup membuat publikasi internasional. Modalnya, ketekunan dan keseriusan. Sebab, untuk bisa berkontribusi di jurnal bertaraf dunia, dibutuhkan penelitian dan pemikiran yang orisinal.

Tidak boleh asal tulis. Karena sudah pasti seleksinya ketat. Kapabilitas bahasa Inggris pun harus di level sangat baik. “Mewarnai dunia akademik di tingkat internasional itu hal yang lumrah dan sangat mungkin dilakukan civitas UNAIR. Saya sudah membuktikannya sendiri,” ungkap lelaki yang pernah menjadi dekan Fakultas Farmasi ini. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

Tumbuhkan Jiwa Kreativitas

lewat Bazar Kewirausahaan

UNAIR NEWS – Mahasiswa program studi S-1 Ilmu Gizi, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga juga punya jiwa kewirausahaan. Buktinya, mereka berhasil melaksanakan kegiatan bazaar di selasar Aula Soemarto, Rabu (1/6). Kegiatan ini merupakan praktik mata kuliah kewirausahaan dan gizi.

Bazar yang dimulai sejak pukul sembilan pagi itu, ramai dikunjungi mahasiswa dan dosen. Sepuluh stan yang dipersiapkan oleh mahasiswa peserta mata kuliah kewirausahaan dan gizi berisi stan makanan yang unik dan memiliki nilai gizi. Sebagian besar peserta menawarkan makanan dengan tidak lupa memperhatikan keamanan pangan dengan nilai gizi yang terukur bagi konsumen.

Penanggung jawab mata kuliah Siti Rahayu Nadhiroh, S.KM, M.Kes, menjelaskan, bazar yang diselenggarakan pertama kalinya

(14)

ini adalah pengganti program ujian akhir semester mata kuliah yang diampunya. Kegiatan bazaar mahasiswa ini merupakan implementasi teori-teori yang selama ini diajarkan di kelas. Nadhiroh merasa senang karena kegiatan bazar itu disambut antusias oleh mahasiswa dan berjalan sesuai harapan.

“Untuk kali pertama, hasilnya sudah sangat baik. Anak-anak dapat menciptakan banyak inovasi usaha yang juga memperhatikan nilai gizi dan berbasis keamanan pangan. Meskipun beberapa masih butuh banyak belajar. Ini bisa dikarenakan masih pertama kali bagi mereka. Saya berharap agar kegiatan ini dapat menjadi pemantik bagi kreativitas mahasiswa dalam bidang kewirausahaan dan gizi,” ujar Nadhiroh sambil memperlihatkan beberapa produk buatan mahasiswa.

Karena antusiasme pengunjung, beberapa stan telah menjual habis produknya dalam waktu kurang dari tiga jam. Dari pelaksanaan kegiatan ini, mahasiswa juga bisa belajar tentang inovasi produk berbasis gizi, proses promosi dan pemasaran, hingga desain produk.

Novi dan Della, kedua mahasiswa peserta bazar, menjelaskan bahwa mereka senang dengan kegiatan ini. Bagi keduanya, kegiatan ini berhasil memunculkan ide kreativitas pada mereka. (*)

Penulis: Okky Putri Rahayu Editor: Defrina Sukma S.

(15)

Membangun Citra

UNAIR NEWS – Media sosial saat ini memiliki fungsi yang

penting untuk membangun citra sosial, baik untuk kepentingan individu maupun kelompok. Di media sosial, kita memiliki banyak kesempatan untuk menulis gagasan, opini, dan berbagai hal untuk membangun citra diri. Dulu, persaingan untuk membangun citra diri hanya terbatas pada media cetak. Namun kini, media sosial menawarkan berbagai kemungkinan itu.

Pernyataan itu disampaikan oleh Redaktur Tempo Endri Kurniawati dalam workshop “Menulis Opini dalam Media Sosial” yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Rabu (15/6). Selain Endri, hadir pula Nieke Indrietta selaku Ketua Biro Tempo Jawa Timur. Keduanya memberikan materi seputar penulisan opini.

Pada kesempatan tersebut, Endri mengungkapkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memposting atau menyebarluaskan informasi, baik berita tertulis maupun foto. Hal tersebut dikarenakan adanya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) nomor 11 tahun 2008. Selain itu, Endri juga membagi tips seputar penulisan opini untuk dimuat di media massa.

“Pilihlah tema yang disukai media massa, karena itu akan sangat menentukan naskahmu dimuat atau tidak. Tema itu berkaitan dengan kejadian yang sedang in saat ini. Media tidak akan menerima tulisan yang topiknya tidak ada kaitannya dengan kejadian. Atau, pilihlah tema yang berkaitan dengan hari peringatan yang luput dari jangkauan masyarakat,” ujar Endri. Endri juga berujar, orisinalitas itu perlu. “Jangan menulis tema yang sudah banyak orang bahas,” ungkapnya.

Selepas kedua pembicara memaparkan materi, peserta diajak untuk praktik menulis opini secara langsung. Tiap tim peserta

(16)

membentuk kelompok sebanyak tiga orang. Sebagai apresiasi kepada para peserta, tiga naskah terpilih akan dipublikasikan pada media blog resmi milik Tempo.

Dicky Murdian Putra selaku ketua panitia acara mengatakan, penulisan opini penting untuk dipahami masyarakat luas. Mengingat, saat ini banyak penulisan ide dan gagasan yang marak di media sosial.

“Sekarang ini banyak orang yang suka berpendapat dan beropini di media masaa, tapi mereka belum tau penulisan yang baik dan benar bagaimana. Kita sering melihat di media sosial banyak yang asal ngomong. Padahal dibalik itu semua ada undang-undang yang mengatur,” ujar Dicky.

Dengan terselenggaranya acara, Dicky berharap para peserta memiliki wawasan yang baru dan ilmu yang diperoleh bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dicky juga mengatakan, HIMA ILKOM memiliki media “Club Koma” yang menghimpun mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk mewadahi tulisan mereka.

“Kami memiliki club bernama “Club Koma” yang menghimpun anak-anak yang suka menulis, ingin jadi jurnalis, dan ingin karyanya dimuat di media. Kami menerbitkan majalah setiap bulannya, dengan tema berganti-ganti sesuai edisi,” pungkas Dicky. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Nuri Hermawan

(17)

Libatkan Mahasiswa, FKH UNAIR

Ternakkan

Iguana

Hingga

Belasan Ekor

UNAIR NEWS – Iguana adalah salah satu kelompok hewan reptil

yang berasal dari negara kawasan Amerika Latin. Meski demikian, karena kecocokan iklim dan cuaca, tak ada salahnya mengembangbiakkan iguana di Indonesia. Atas nama hobi dan pengembangan ilmu pengetahuan, iguana juga bisa ditangkar di lingkungan kampus.

Fajar Dany Prabayudha, drh., adalah salah satu perintis penangkaran iguana (Iguana iguana) di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR). Kini, FKH UNAIR telah memiliki 11 ekor iguana dewasa, 8 ekor anak iguana, dan 11 telur iguana. Belasan ekor iguana itu dimiliki oleh pihak fakultas (5 ekor), dan mahasiswa (6 ekor). Karena iguana memiliki anakan, maka jumlah anakan itu dibagi setara dengan pemilik.

“Kalau siklus reproduksi iguana tidak sulit sama sekali. Di Indonesia, bisa setahun dua kali. Setelah pendirian kandang diresmikan sejak Januari 2016, tiga betina bertelur pada 21 Maret 2016, dan menetas 15 Juni 2016 kemarin,” tutur Fajar. Penangkaran iguana terbentuk karena saran mahasiswa yang bergabung dengan kelompok minat reptil, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Cita-cita mereka sama, yaitu ingin mendirikan kebun binatang mini di kampus.

Pada saat kru News Room berkunjung ke kandang iguana berukuran 4,5 meter x 4,5 meter di FKH UNAIR, ditemui sebelas ekor iguana dewasa bertengger dan melata, sambil sesekali mengerlipkan mata sayunya. Kandang tersebut berisikan beberapa tanaman hijau berdahan, rumput, dan kubangan air.

(18)

Telur-telur iguana dalam masa inkubasi yang disimpan dalam wadah plastik. (Foto: Alifian Sukma)

“Perlu untuk iguana exercise, tempat bertelur berupa pasir, dan lain-lain. Perlu diperhatikan juga adanya dahan di dalam kandang untuk panjatan iguana. Karena iguana akan merasa nyaman jika berada pada dahan yang lebih tinggi,” tutur Fajar. Di FKH, ada dua spesies iguana yang ditangkar, yaitu iguana hijau dan merah. Namun, anakan iguana ditaruh secara terpisah dengan induknya. “Anakan memang ditaruh sendiri. Takutnya, kalau pejantan yang dewasa terlalu dominan, bisa jadi digigit dan diburu,” tutur Fajar.

Libatkan mahasiswa

Dalam merawat iguana, Fajar bersama mahasiswa lainnya secara bergantian memberikan suplai makanan kepada hewan herbivora tersebut. “Karena ini dari mahasiswa dan untuk mahasiwa, maka yang support makanan, ya, mahasiswa. Misalnya, Senin dan Selasa, (yang memberi makan) adalah mahasiswa angkatan 2013. Giliran Rabu dan Kamis, mahasiswa angkatan 2014. Jadi setiap

(19)

hari ada kontak dengan mahasiswa,” tutur Fajar yang kini melanjutkan pendidikan spesialis dokter hewan.

Karena tergolong herbivora, mahasiswa biasanya memberi makan sayur-sayuran sejenis kangkung, sawi, dan kecambah. Kebutuhan pangan sebelas ekor iguana dicukupi dengan 20 ikat kecil kangkung, dan kecambah seharga Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu. Kadang-kadang, mahasiswa juga memberikan wortel kepada hewan bersisik dan berpaku ini. Pemberian makan ini cukup dilakukan selama sekali sehari.

Dalam keseharian, iguana juga butuh berjemur. Semakin besar iguana, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk berjemur. Waktu yang dibutuhkan bersifat relative, karena bergantung kebutuhan dan metabolisme iguana. Di kampus FKH, karena kandang berlokasi di luar ruangan, iguana bisa mengatur sendiri kebutuhan terhadap panas sinar matahari.

Fajar mengatakan, tidak ada kendala yang berarti ketika menangkar iguana. Menurutnya, iguana adalah hewan yang cepat beradaptasi dengan manusia. Terlebih, iguana yang dibiakkan di kampus FKH bukanlah keturunan terdekat dari iguana yang berasal dari Amerika Latin.

(20)

Salah satu dari belasan iguana yang baru menetas dan diletakkan di dalam kotak inkubator yang ada di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Foto: Alifian Sukma) “Ini hasil tangkaran yang sebelumnya sudah ditangkarkan di Indonesia. Jadi, bukan asli Amerika Latin banget. Kalau yang di Amerika Latin mungkin menggigit,” kata Fajar.

Keberadaan iguana di kampus FKH juga dimanfaatkan oleh mahasiswa demi kebutuhan studi. Mahasiswa dapat memanfaatkan iguana untuk mengamati siklus reproduksi, berahi, maupun dalam keadaan sakit. Mahasiswa yang sedang praktikum juga diperbolehkan untuk mengambil sampel pada iguana yang diternak di kampus.

Fajar juga berpesan dua hal yang perlu diperhatikan kepada para penangkar iguana di luar kampus. Pertama adalah waktu. Menurut Fajar, pemilik iguana harus menyisihkan waktu untuk memelihara iguana. “Harus punya waktu dulu karena iguana ini butuh berjemur dari pagi sampai siang,” saran Fajar.

(21)

(iguana) dulu, kemudian baru punya kandang. Iguana memang mudah perawatannya tidak serumit hewan lainnya,” imbuh Fajar. Penulis: Defrina Sukma S.

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi

Setelah itu tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah edukasi dianalisis secara statistik dengan menggunakan SPSS 20 untuk mengetahui apakah terdapat

Penempatan tetrapod meliputi penyediaan tetrapod di lokasi dan sebaiknya tidak dibongkar dari truck/trailer, pengangkatan dan penempatan dengan crane 15 ton atau 50

UOB berhak menagihkan kepada pemegang kartu kredit UOB seharga produk yang ditukarkan apabila transaksi belanja pemegang kartu kredit dianggap tidak wajar oleh Bank,

 Sistem saraf berupa tangga tali dan alat peraba berupa antena, Sistem syaraf itu terdiri dari ganglion anterior yang merupkan “otak” terletak di atas saluran pencernaan,

Hukum Perdata Internasional (privat international law), keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang dilakukan oleh subjek hukum, yang

Metode yang dilakukan yaitu dengan simulasi dan praktek langsung dengan menggunakan Emotional Freedom Technic (EFT). Indikator keberhasilan dalam sesi ini, yaitu orangtua

Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian berbagai dosis serbuk biji dan ekstrak daun sirsak (Annona muricata) dengan dosis yang berbeda berpengaruh terhadap daya bunuh larva