(TRANSISIONAL) IKATAN ARSITEK INDONESIA
IKATAN ARSITEK INDONESIA
| I n d o n e s i a n I n s t i t u t e o f A r c h i t e c t s | . . .
Member Institute of ARCASIA (Architects Regional Council Asia) National Section of UIA (Union Internationale des Architectes)
Founder – member of AAPH (ASEAN Association of Planning and Housing)
Situs http://www.iai.or.id, e-mail: iai@iai.or.id
Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Arsitek
Edisi 2007, cetakan pertama 2007
Disusun oleh:
Dewan Pendidikan Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia Badan Pendidikan Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia
Diterbitkan oleh:
Badan Sistem Informasi Arsitektur Ikatan Arsitek Indonesia Bekerja sama:
Ikatan Arsitek Indonesia DKI Jakarta
PEMBUKA
Pedoman ini merupakan hasil serangkaian pembicaraan dan pertemuan yang telah diselenggarakan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dengan berbagai pihak terkait berkenaan dengan kinerja, praktik, dan pendidikan seorang arsitek.
Penyusunan pedoman ini dimaksudkan sebagai rambu-rambu dan standardisasi dalam penyelenggaraan program Pendidikan Profesi Arsitek (PPA) untuk masa transisional, supaya baik perguruan tinggi maupun pihak-pihak lain yang menyelenggarakan program ini dapat menghasilkan lulusan dengan kualitas pengetahuan, keahlian, keterampilan, serta kinerja yang sama tingginya dan
memenuhi kriteria yang direkomendasikan oleh Union Internationale des Architectes (UIA).
Adapun tujuan penyusunan pedoman ini adalah agar keberadaan dan kemampuan para arsitek anggota IAI dan profesi arsitek di Indonesia dapat diakui masyarakat - khususnya yang terkait pada bidang pelayanan jasa perancangaan dan perencanaan dalam sektor industri konstruksi - baik di dalam maupun luar negeri, dan terutama sekali dalam rangka mengantisipasi praktik lintas-batas negara baik dalam lingkup ASEAN, AFTA, APEC, maupun WTO.
Januari, 2007
IKATAN ARSITEK INDONESIA PENGURUS NASIONAL
Budi A.Sukada, IAI Ketua Umum 2005-2008
DAFTAR ISI
PEMBUKA ...3
DAFTAR ISI ...4
PENGANTAR ...6
BAB 1 LATAR BELAKANG ...9
1. Kebijaksanaan Pemerintah Tentang Pendidikan Para Profesional ...9
2. Rekomendasi UIA Tentang Pendidikan & Kinerja Profesional Seorang Arsitek ... 10
3. Jenjang Pendidikan Tinggi Bidang Arsitektur di Indonesia ... 11
BAB 2 PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK IAI (PPArs-IAI) ... 14
Jenjang Menuju Arsitek Profesional di Indonesia ... 14
BAB 3 PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ... 17
1. Pihak Penyelenggara ... 17
2. Silabus & Kurikulum ... 17
3. Penyelenggara ... 18
4. Peserta ... 19
5. Pengajar ... 19
7. Biaya Penyelenggaraan ... 21
8. Penilaian Hasil Belajar & Sebutan Lulusan... 22
9. Evaluasi ... 24
10. Ketentuan Lain ... 24
LAMPIRAN 1 ...1
LAMPIRAN 2 ...3
PENGANTAR
Ketika pendidikan tinggi untuk para arsitek dibuka di Indonesia, misi utamanya adalah menghasilkan para arsitek profesional yang siap-pakai. Sebab itu masa pendidikannya pun lama (minimal 5 tahun) karena selain pengetahuan tentang ilmu arsitektur para mahasiswanya juga diberi pelatihan keterampilan merancang melalui penugasan di studio serta pembekalan pengalaman kerja melalui praktik kerja atau magang. Di akhir masa pendidikannya mereka diuji melalui simulasi proyek nyata dan apabila lulus mereka dinyatakan sebagai seorang Insinyur.
Sekarang tidak lagi.
Awalnya hanya sebutan yang berubah, dari Insinyur menjadi Sarjana Teknik. Kemudian masa pendidikannya dipersingkat menjadi 4 tahun. Selanjutnya beberapa perguruan tinggi mulai mengganti simulasi proyek nyata sebagai ujian akhir dengan tesis dan apabila lulus maka para calon arsitek tersebut dinyatakan sebagai seorang Sarjana Teknik Arsitektur. Di sepanjang masa perubahan tersebut terlontar keluhan dari para arsitek profesional. Para Sarjana Teknik tersebut menurut mereka tidak lagi siap-pakai sementara, padahal kantor mereka juga tidak menyiapkan diri untuk melatih para Sarjana Teknik tadi ketika menerimanya sebagai pegawai baru. Banyak pertemuan telah diselenggarakan untuk memecahkan persoalan di atas namun tanpa hasil sementara perguruan tinggi sendiri, di lain pihak, terus memeras silabus dan kurikulumnya agar masa pendidikan selama 4 tahun tersebut benar-benar efektif dan efisien sehingga sarat kandungan ilmiahnya dan berat pula bobot kandungannya. Untuk itu pembekalan pengalaman kerja dikurangi sehingga para lulusan itu semakin tidak siap-pakai.
Dunia internasional ternyata berpendapat lain. Organisasi para arsitek se-dunia, yaitu the Union
Internationale des Architectes (UIA), justru merekomendasikan bahwa seorang calon arsitek profesional minimal harus mengikuti pendidikan selama 5 tahun di perguruan tinggi disusul dengan permagangan sekurang-kurangnya 4 tahun sebelum diperbolehkan berpraktik sebagai seorang
arsitek profesional. Rekomendasi tersebut diperkirakan akan menyudutkan bagian terbesar dari para arsitek Indonesia yang berpraktik, khususnya dalam situasi praktik arsitektur lintas-negara karena pengakuan atas kinerja profesional para arsitek dalam situasi tersebut dilakukan dengan penilaian menyeluruh; mulai dari jangka waktu pendidikan sampai dengan hasil-karyanya selama berpraktik. Upaya untuk mengatasi persoalan di atas sudah lama dicoba. IAI telah banyak memprakarsai pertemuan dengan pihak perguruan tinggi dan semakin lama semakin terlihat kesesuaian pandangan antara kedua belah pihak. Di satu pihak diakui bahwa pendidikan tinggi selama 4 tahun memang belum dapat menghasilkan para arsitek siap-pakai sementara, di lain pihak, diakui pula bahwa jumlah kantor arsitek yang ada di Indonesia tidak akan mampu menampung seluruh Sarjana Teknik Arsitektur baru untuk dibekali pengalaman kerja. Karena itu solusinya adalah memberi para lulusan baru tersebut pendidikan tambahan yang sarat dengan muatan mengenai profesionalisme dalam bidang Arsitektur. Disepakati pula bahwa IAI menjadi pemrakarsa program pendidikan tambahan tersebut sedangkan pelaksanaannya ditangani bersama perguruan tinggi. Selanjutnya, program pendidikan tersebut diberi nama Pendidikan Profesi Arsitek IAI atau PPArs-IAI.
Buku pedoman ini merupakan perwujudan kesepakatan di atas yang dipersiapkan untuk masa transisional, karena sebagai beban studi tahun kelima semestinya berbobot setara dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu 18 sks per semester (beban studi normal per semester), jadi total 36 sks, yaitu beban studi minimum untuk program studi magister di Indonesia. Maka sesudah masa transisi itu, calon arsitek yang memperoleh sertifikat profesional itu setara dengan pendidikan magister arsitektur.
Selain berbagai landasan hukum di dalamnya terdapat sejumlah rujukan internasional dan pola penyelenggaraan yang dapat dipilih perguruan tinggi penyelenggara supaya sejalan dengan program pendidikan di masing-masing tempat, berikut persyaratan teknisnya. Kesepakatan kerja sama penyelenggaraan pendidikan tambahan bagi para calon arsitek profesional ini telah dilakukan dengan resmi antara IAI dan beberapa perguruan tinggi yang berminat menyelenggarakannya beberapa tahun
belakangan ini. Buku pedoman ini dengan demikian merupakan bagian dari kelengkapan kesepakatan resmi tersebut agar pihak-pihak perguruan tinggi tadi dan perguruan tinggi berikutnya dapat segera menyelenggarakan pendidikan ini.
BAB 1
LATAR BELAKANG
1. KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH TENTANG PENDIDIKAN PARA PROFESIONAL
Melalui Keputusan Mentri Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia nomor 036/U/1993 dan nomor 056/U/1994, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan 7 bidang keprofesian, yaitu:
1. Dokter 2. Dokter Gigi 3. Psikolog 4. Akuntan 5. Notaris 6. Insinyur 7. Arsitek
Ditetapkan pula bahwa para calon pelaku dalam bidang-bidang keprofesian tersebut memerlukan pendidikan tambahan seusai pendidikan tinggi S1 untuk memenuhi tuntutan keprofesiannya masing-masing.
Meskipun pendidikan tambahan tersebut tidak lagi termuat dalam Peraturan Pemerintah nomor 60/1999, IAI tetap berniat melaksanakannya dengan dalih lain; yaitu Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18/1999 tentang Jasa Konstruksi. Dalam undang-undang tersebut ditetapkan persyaratan “ahli yang profesional” untuk perencana, pelaksana, dan pengawas dalam bidang Jasa Konstruksi. Para ahli profesional tersebut disyaratkan memiliki sertifikat keahlian yang diterbitkan oleh asosiasi profesi masing-masing bekerja-sama dengan Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi (LPJK). Berdasarkan ketetapan tersebut pemberian sertifikat keahlian sektor pelayanan jasa bidang Arsitektur menjadi tugas dan tanggung-jawab IAI sementara persyaratan utama untuk memperoleh sertifikat keahlian itu sendiri tidak lain pendidikan tambahan di bidang keprofesian Arsitek.
2. REKOMENDASI UIA TENTANG PENDIDIKAN & KINERJA PROFESIONAL SEORANG ARSITEK
Rekomendasi ini disusun bersama oleh American Institute of Architects (AIA) dan Architects’
Society of China (ASA) atas dasar penunjukan oleh UIA setelah memperoleh masukan dari semua asosiasi profesi arsitek di seluruh dunia.
Intisari rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:
• Pendidikan minimal bagi seorang calon arsitek profesional adalah 5 tahun, dilanjutkan
dengan permagangan sekurang-kurangnya 4 tahun
• Pendidikan seorang calon arsitek profesional harus mencakup 37 butir pengetahuan
sedangkan permagangannya harus menghasilkan 13 butir kemampuan (lihat lampiran 2 dan 3).
IAI adalah salah satu anggota UIA sehingga selayaknya mengikuti rekomendasi tersebut namun ternyata bukan perkara mudah. Sosialisasi rekomendasi tersebut sudah dilakukan namun sampai sekarang belum tercapai kesepakatan antara IAI dan perguruan tinggi baik mengenai mekanisme pelaksanaan, pengawasan, maupun evaluasi atas cakupan 37 butir pengetahuan tersebut. Di pihak lain, pelaksanaan atas 13 butir kemampuan dalam proses permagangan justru berjalan dengan baik dan mulus. Saat ini ke 13 butir kemampuan tersebut telah dijadikan tolok-ukur dalam penilaian karya para arsitek anggota IAI yang ingin memiliki sertifikat, juga bagi yang ingin memperpanjang sertifikatnya. Selain itu 13 butir kemampuan tersebut juga telah dikonvensikan
dan diterima dengan resmi oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) sebagai standar kinerja arsitek profesional di Indonesia (lihat lampiran 3).
3. JENJANG PENDIDIKAN TINGGI BIDANG ARSITEKTUR DI INDONESIA
Cakupan 37 butir pengetahuan tersebut di atas pada dasarnya harus terkandung dalam kurikulum dan silabus pendidikan tinggi bidang Arsitektur di Indonesia. Sehubungan dengan itu perlu dicermati lebih dulu bahwa sistem penjenjangan pendidikan tinggi di Indonesia dewasa ini adalah sebagai berikut: S1 (4 th) S2 (2 th) S3 (3-5 th) Spesialis ** (2 th) Super- Spesialis ** (3 th) Pendidikan Keprofesian * (1 th)
S1 + PPArs-IAI * (5-6 th) S2 (2 th) S3 (3-5 th)
Untuk memasukkan rekomendasi UIA ke dalam sistem pendidikan tinggi Indonesia tersebut di atas pada garis besarnya tersedia 3 pilihan, yaitu:
1. Memasukkan seluruhnya dalam kurikulum dan silabus pendidikan S1 program studi Arsitektur
2. Mendistribusikannya secara proporsional ke dalam kurikulum dan silabus pendidikan S1 program studi Arsitektur serta sebagian dari kurikulum dan silabus program Pendidikan Profesi Arsitek (PPArs) IAI
3. Mendistribusikannya secara proporsional ke dalam kurikulum dan silabus pendidikan S1 program studi Arsitektur serta sebagian dari kurikulum dan silabus pendidikan S2 program studi Arsitektur.
Ikatan Arsitek Indonesia selaku penanggung-jawab program PPArs-IAI memberi kebebasan kepada pihak perguruan tinggi penyelenggara program pendidikan bidang Arsitektur untuk memilih salah satu di antara pilihan di atas yang dianggap selaras dengan kondisi di perguruan tinggi masing-masing.
Secara skematis, kedua pilihan di atas dapat digambarkan sebagai berikut: PILIHAN 1
Keterangan:
* Hanya untuk 7 bidang keprofesian
** Hanya untuk ilmu Kedokteran & Kedokteran Gigi Setara
PILIHAN 2 PILIHAN 3 S1 * (4 th) S3 (3-5 th) PPArs-IAI ** (1 th) S2 (2 th) Keterangan: * 37 butir pengetahuan
** 13 butir kemampuan profesional
S1 * (4 th) S2 (1 th) (1th) S3 (3-5 th) PPArs-IAI ** Keterangan: * 37 butir pengetahuan
PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK IAI (PPArs-IAI)
JENJANG MENUJU ARSITEK PROFESIONAL DI INDONESIA
Berlatar-belakang misi dan visi serta berdasarkan uraian yang telah disebutkan terdahulu Pengurus Nasional IAI menyusun jenjang menuju seorang arsitek profesional di Indonesia. Adapun skemanya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
• PKB = Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, harus diikuti para pemilik sertifikat agar dapat
memperpanjang sertifikat & lisensi masing-masing
• Lulusan program pendidikan D3 harus memasuki pendidikan S1 lebih dulu atau dapat langsung
mengikuti jenjang menuju arsitek profesional apabila mampu memenuhi persyaratan khusus yang ditetapkan oleh IAI
S1 (4/5 th) S2 atau PPArs-IAI +S2 (2 th) S3 (3-5th) PPArs-IAI (1 th) Sertifikat & Registrasi Lisensi D3 (Ber-syarat) Program PKB
BAB 2
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
1. PIHAK PENYELENGGARA
PPArs-IAI adalah program pendidikan tinggi lanjutan dalam bidang Arsitektur dalam rangka mempersiapkan para lulusan perguruan tinggi program studi Arsitektur menjadi seorang arsitek profesional.
PPArs-IAI dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi negeri maupun swasta; baik universitas, institut, maupun sekolah tinggi yang memiliki program studi bidang Arsitektur strata 1 (S1). Perguruan tinggi tersebut harus memperoleh akreditasi yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dengan peringkat minimum B.
Untuk menyelenggarakan PPArs-IAI perguruan tinggi terkait harus mengajukan usulan penyelenggaraan kepada IAI agar dapat diperiksa, direkomendasikan dan diberitahukan oleh IAI kepada Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen Pendidikan Nasional (DepDikNas). Setelah usulan disetujui pihak peyelelenggara harus mengikat kerja sama dengan IAI dalan bentuk dokumen tertulis dengan pilihan sebagai berikut:
• Antara universitas dan IAI
• Antara fakultas dan IAI
• Antara jurusan dan IAI
(lihat lampiran) 2. SILABUS & KURIKULUM
Kurikulum PPArs-IAI merupakan kelanjutan progran studi Arsitektur S1 dalam rangka melengkapi 37 butir pengetahuan dan memenuhi 13 butir kemampuan yang direkomendasikan oleh UIA. Pendidikan PPArs-IAI diselenggarakan dengan kurikulum yang pada garis besarnya mencakup 2 kegiatan, yaitu:
• Perkuliahan
• Pelatihan
Perkuliahan
Kegiatan perkuliahan merupakan pelengkap untuk memperkaya dan memperdalam wawasan teoritik mengenai Arsitektur, Lingkung-binaan, Etika dan Praktik Arsitektur. Mata-mata kuliah tersebut dapat dibagi rata ke dalam 2 semester dengan beban studi total bagi mata-mata kuliah tersebut minimum 4 sks tiap semester. Perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI dipersilakan mengisi materi perkuliahan dengan mengikuti sistem dan materi yang berlaku di tempat masing-masing.
Pelatihan
Kegiatan pelatihan diselenggarakan dalam bentuk Studio Proyek Perancangan Arsitektur berupa simulasi praktik merancang proyek nyata. Kegiatan ini diselenggarakan di tiap semester, masing-masing dengan beban studi 6 – 8 sks. Materi pelatihan ini akan diisi para instruktur yang ditunjuk IAI.
3. PENYELENGGARA
Penyelenggara PPArs-IAI adalah perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Minimal memperoleh akreditasi B untuk program studi S1 bidang Arsitektur
4. PESERTA
Peserta PPArs-IAI adalah lulusan pendidikan tinggi program studi Arsitektur S1, S2, atau S3 yang berhasil lolos dari seleksi perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI setempat.
5. PENGAJAR
Pengajar PPArs-IAI terdiri dari 2 kategori, yaitu:
• Dosen penanggung-jawab mata kuliah
• Instruktur studio perancangan
Dosen Penanggung-jawab Mata Kuliah
Dosen penanggung-jawab mata kuliah dalam PPArs-IAI dapat berstatus tenaga pengajar tetap, tidak tetap, atau pengajar tamu di perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI terkait. Ketiganya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Memiliki kemampuan akademis untuk mengajar di pendidikan tingkat pasca-sarjana
• Memperoleh rekomendasi dari IAI untuk menjadi penanggung-jawab mata kuliah
PPArs-IAI
Instruktur Studio Perancangan
Instruktur studio perancangan dalam PPArs-IAI dapat berstatus tenaga pengajar tetap, tidak tetap, atau pengajar tamu di perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI terkait. Ketiganya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Memperoleh penunjukan dari IAI untuk menjadi instruktur studio perancangan dalam
PPArs-IAI
Baik penanggung-jawab mata kuliah maupun instruktur studio perancangan dapat dibantu para asisten yang berasal dari perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI terkait. Para asisten tersebut harus berstatus tenaga pengajar tetap di perguruan tinggi terkait dan berkemampuan akademis untuk mengajar di pendidikan tingkat sarjana
6. PRASARANA & SARANA Prasarana
Perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI harus menyediakan prasarana minimal sebagai berikut:
• Meja kerja, kursi, dan lemari bagi setiap peserta PPArs-IAI
• Stop-kontak di tempat kerja setiap peserta PPArs-IAI
• Sumber energi listrik yang memadai bagi para staf administrasi, pengajar, instruktur, dan
peserta untuk bekerja minimal selama 12 jam setiap hari
• Penerangan dan pendingin ruangan yang memadai bagi para staf administrasi, pengajar,
instruktur, dan peserta untuk bekerja minimal selama 12 jam setiap hari Sarana
Perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI harus menyediakan sarana minimal sebagai berikut:
• Ruangan kerja yang memadai untuk pimpinan, sekretariat, dan tenaga pengajar, serta
instruktur PPArs-IAI. Fasilitas ini harus terpisah dari fasilitas program studi lainnya di perguruan tinggi terkait
• Ruangan kuliah dan seminar, minimal 48 m2. Fasilitas ini dapat menggunakan fasilitas
program studi lainnya di perguruan tinggi terkait asalkan tidak saling mengganggu jadwal masing-masing
• Studio, minimal 4 m2 untuk setiap peserta dengan bengkel tempat pembuatan maket studi
serta fotografi. Fasilitas ini harus terpisah dari fasilitas program studi lainnya di perguruan tinggi terkait
• Perpustakaan, dapat menggunakan fasilitas program studi bidang Arsitektur S1, S2, atau
S3 di perguruan tinggi terkait asalkan tidak saling mengganggu aksesibilitas masing-masing
• Toilet & wc untuk para peserta PPArs-IAI dan kamar mandi untuk para staf pengajar serta
instruktur. Fasilitas ini harus terpisah dari fasilitas program studi lainnya di perguruan tinggi terkait
• Ruangan dan peralatan lain yang dianggap perlu untuk melancarkan penyelenggaraan
PPArs-IAI
Perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI juga harus menjamin kebersihan dan keamanan di seluruh sarana tempat PPArs-IAI dilaksanakan.
7. BIAYA PENYELENGGARAAN
PPArs-IAI harus diselenggarakan dengan swadana. Caranya diserahkan kepada masing-masing perguruan tinggi penyelenggara dengan memperhatikan komponen biaya berikut ini:
• Administrasi penyelenggaraan
• Pendaftaran peserta
• Imbalan staf penanggung-jawab perkuliahan, instruktur studio, dan para asisten
Khusus bagi imbalan staf penanggung-jawab perkuliahan, instruktur studio, dan para asisten perlu diperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
• Transportasi dan akomodasi penanggung-jawab dan instruktur yang berasal dari luar kota
harus ditanggung perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI sesuai dengan modus transportasi yang dipakai dan untuk akomodasi yang memadai bagi mereka
• Imbalan staf penanggung-jawab perkuliahan harus setara dengan staf pengajar di tingkat
pasca-sarjana di perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI terkait
• Imbalan para asisten harus setara dengan staf pengajar di tingkat sarjana di perguruan
tinggi penyelenggara PPArs-IAI terkait
• Imbalan para instruktur studio harus mengikuti kesetaraan sebagai berikut:
Pemegang sertifikat madya berpengalaman 10 – 15 tahun disetarakan dengan
Lektor Muda
Pemegang sertifikat madya berpengalaman 15 – 20 tahun disetarakan dengan
Lektor Kepala
Pemegang sertifikat madya berpengalaman > 20 tahun disetarakan dengan Guru
Besar
Pemegang sertifikat utama disetarakan dengan Guru Besar
8. PENILAIAN HASIL BELAJAR & SEBUTAN LULUSAN Perkuliahan
penyelenggara dan mengikuti mata-kuliah pilihan yang diminatinya. Penilaian atas hasil pembelajaran tiap mata-kuliah tersebut dilaksanakan atas dasar komponen-komponen berikut ini:
• Nilai Ujian Tengah Semester (UTS)
• Nilai Ujian Akhir Semester (UAS)
• Nilai tugas-tugas yang diberikan di tiap mata-kuliah tersebut
• Nilai absensi
Penentuan persentasi nilai masing-masing komponen tersebut diserahkan kepada perguruan tinggi penyelenggara PPArs-IAI terkait.
Pelatihan
Peserta PPArs-IAI harus mengikuti program studio perancangan di tiap semester sampai selesai. Apabila terputus, peserta tersebut harus mengulanginya dari awal. Penilaian atas hasil pelatihan di studio perancangan dilaksanakan dalam bentuk presentasi di hadapan para penguji yang terdiri dari:
• Para instruktur studio
• Para penanggung-jawab mata kuliah
• Para penguji eksternal
Para penguji eksternal harus anggota IAI bersertifikat Madya atau Utama dari IAI Daerah atau Cabang setempat; atau dari IAI Daerah atau Cabang yang berdekatan. Kehadiran mereka sebagai penguji eksternal harus memperoleh imbalan yang memadai, sesuai dengan ketentuan yang tertulis dalam butir Biaya Penyelenggaraan.
Para peserta PPArs-IAI disebut Peserta, sedangkan lulusannya disebut Arsitek disingkat Ars.
9. EVALUASI
Dalam rangka menjamin mutu program PPArs-IAI perlu dilakukan evaluasi berkala atas aspek akademik dan administrasi penyelenggaraannya agar perguruan tinggi terkait dapat direkomendasikan kembali sebagai penyelenggara. Untuk itu evaluasi akan dilakukan oleh Dewan Pendidikan Arsitek (DPA) bersama dengan Dewan Keprofesian Arsitek (DKA) IAI dan unsur-unsur dari profesi lain serta Pemerintah yang berkaitan dengan bidang Arsitektur setiap 3 (tiga) tahun. Adapun tolok-ukurnya adalah penilaian atas para lulusan PPArs-IAI di perguruan tinggi penyelenggara terkait dengan merujuk ke kompetensi arsitek profesional oleh IAI.
10. KETENTUAN LAIN
Pedoman pelaksanaan PPArs-IAI ini akan terus disempurnakan oleh Pengurus Nasional IAI berdasarkan masukan yang diperoleh baik dari kegiatan evaluasi maupun dari perguruan tinggi penyelenggara. Setiap perubahan dan penyempurnaan akan diinformasikan baik ke perguruan
tinggi yang sudah menyelenggarakan PPArs-IAI maupun yang berminat untuk
SEMESTER 1 Studio Perancangan Proyek Arsitektur 1 Mata Kuliah Wajib: Teori Arsitektur Lanjutan Mata Kuliah Pilihan 1
6 sks 2 sks 2 sks
SEMESTER 2 Studio Perancangan Proyek Arsitektur 2
Mata Kuliah Wajib: Etika Mata Kuliah Pilihan 2
6 sks 2 sks 2 sks TOTAL 20 sks
SEMESTER 1 Studio Perancangan Proyek Arsitektur 1
Mata Kuliah Wajib: Teori Arsitektur Lanjutan
8 sks 2 sks
SEMESTER 2 Studio Perancangan Proyek Arsitektur 2
Mata Kuliah Wajib: Etika Mata Kuliah Pilihan 2
8 sks 2 sks 2 sks TOTAL 22 sks
Mata Kuliah Wajib: Teori Arsitektur Lanjutan Mata Kuliah Pilihan 1
2 sks 2 sks
SEMESTER 2 Studio Perancangan Proyek Arsitektur 2
Mata Kuliah Wajib: Etika Mata Kuliah Pilihan 2
8 sks 2 sks 2 sks TOTAL 24 sks
SEMESTER 1 Studio Perancangan Proyek Arsitektur 1
Mata Kuliah Wajib: Sejarah & Teori Arsitektur Mata Kuliah Pilihan 1
Mata Kuliah Pilihan 2
6 sks 2 sks 2 sks 2 sks
SEMESTER 2 Studio Perancangan Proyek Arsitektur 2
Mata Kuliah Wajib: Etika Mata Kuliah Pilihan 3 Mata Kuliah Pilihan 4
6 sks 2 sks 2 sks 2 sks TOTAL 24 sks
LAMPIRAN 2
37 BUTIR KRITERIA KEAHLIAN, KETRAMPILAN, & PENGETAHUAN
1. Verbal Verbal Skills
2. Grafis Graphic Skills
3. Riset Research Skills
4. Berpikir Kritis Critical Thinking Skills
5. Dasar-Dasar Perancangan Fundamental Design Skills
6. Kolaborasi Collaborative Skills
7. Perilaku Manusia Human Behaviour
8. Keragaman Manusia Human Diversity
9. Sejarah dan Preseden History & Precedent
10. Tradisi Nasional & Regional National & Regional Traditions
11. Tradisi Barat Western Traditions
12. Tradisi Non-Barat Non-Western Traditions
13. Pelestarian Lingkungan Environmental Conservation
14. Aksesibilitas Accessibilitas
15. Kondisi Tapak Site Conditions
17. Sistem Struktur Structural Systems
18. Sistem Penyelamatan dari Bangunan Building Life-safety Systems
19. Sistem Sampul Bangunan Building Envelope Systems
20. Sistem Lingkung Bangunan Building Environmental Systems
21. Sistem Pelayanan Bangunan Building Service Systems
22. Integrasi Sistem-Sistem Bangunan Building System Integration
23. Tanggung-jawab Hukum Legal Responsibility
24. Kepatuhan Terhadap Peraturan Building Code Compliance
Bangunan
25. Bahan Bangunan & Penerapannya Building Materials & Assemblies
26. Ekonomi Bangunan & Pengendalian Building Economics & Cost Control
Biaya
27. Pengembangan Detail Rancangan Detailed Design Development
28. Dokumentasi Grafik Graphic Documentation
29. Perancangan Komprehensif Comprehensive Design
30. Persiapan Program Programme Preparation
31. Konteks Hukum Praktik Arsitektur Legal Context of Architecture Practice
32. Organisasi & Manajemen Praktik Practice Organization & Management
34. Pemagangan Professional Internship
35. Wawasan Peran Arsitek Breadth of the Architect’s Role
36. Kondisi Masa Silam dan Kini Past & Present Conditions for Architecture
LAMPIRAN 3
BAB 1
STANDAR KOMPETENSI ARSITEK
Standar Kompetensi Arsitek ini disusun sebagai acuan dalam menilai kemampuan seorang arsitek dalam menjalankan keahliannya. Standar ini dimaksudkan untuk merumuskan kemampuan yang harus dimiliki
seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang disyaratkan.
A. MAKSUD dan TUJUAN
Panduan ini dimaksudkan sebagai sebuah rambu baik untuk para penimbang atau penakar nilai (assessor)
maupun mereka yang ingin mengikuti program sertifikasi arsitek profesional Ikatan Arsitek Indonesia, terutama untuk kategori Arsitek Utama, agar memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Arsitek
Internasional (Union Internationale des Architectes disingkat UIA).
Panduan ini berisi butir-butir kompetensi yang harus dimiliki seorang arsitek profesional sebagaimana telah ditetapkan oleh Perserikatan Arsitek Internasional tersebut di atas, yang ditulis dalam bahasa Inggris sesuai dengan aslinya dan telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia agar diperoleh teks dalam bentuk selengkap mungkin dan dengan acuan yang jelas.
Setiap butir kompetensi tersebut di atas menuntut kriteria dan cara memberi nilai berikut pertimbangan-pertimbangannya. Mereka yang ingin mengikuti program sertifikasi arsitek profesional Ikatan Arsitek Indonesia perlu mengetahui kriteria dan cara memberi nilai berikut pertimbangan-pertimbangannya tersebut agar mampu menyiapkan diri dengan dokumen selengkap mungkin.
Para penimbang atau penakar nilai (assessor), di lain pihak, perlu mengetahui dan memahami seluruh teks dalam panduan ini karena mereka harus memberi penilaian kepada dokumen yang diajukan oleh mereka yang ingin mengikuti program sertifikasi arsitek profesional Ikatan Arsitek Indonesia secara logis berdasarkan kriteria yang terdapat dalam butir-butir kompetensi di atas.
B. LANDASAN
Panduan ini disusun atas dasar 13 butir kompetensi yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Arsitek Internasional (Union Internationale des Architectes disingkat UIA) sebagai kriteria seorang arsitek profesional. Adapun penjabarannya menjadi sebuah petunjuk cara memberi nilai berikut pertimbangan-pertimbangannya dibuat dengan merujuk ke format yang telah ditetapkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN).
C. DASAR PEMIKIRAN
Tiap butir kompetensi yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Arsitek Internasional (Union Internationale des
Architectes disingkat UIA) memiliki tingkatan yang berbeda. Sehubungan dengan itu terdapat sejumlah istilah yang perlu dijabarkan lebih lanjut agar dapat ditakar, yaitu:
1. Ability to create architectural design
Istilah ini menunjukkan suatu keterampilan yang perlu ditampilkan melalui gambar rancangan. Penampilan tersebut harus ditunjukkan dalam bentuk suatu hasil pekerjaan berikut penjelasannya, mulai dari gagasan awal sampai dengan hasil-akhir.
2. Adequate knowledge
Istilah ini menunjukkan suatu kemampuan yang juga dapat ditakar melalui gambar rancangan apabila gayut atau dapat juga ditakar dengan mengacu ke transkrip mata-ajaran yang diikuti para peserta program sertifikasi arsitek profesional Ikatan Arsitek Indonesia ketika mereka menempuh pendidikannya di perguruan tinggi atau yang
setara dengan itu; atau dengan menanyakannya langsung kepada yang bersangkutan.
Kemampuan tersebut di atas menuntut seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya menguasai berbagai jenis pengetahuan spesifik. Untuk itu yang bersangkutan harus mampu membuktikan penguasaannya atas berbagai jenis pengetahuan spesifik di atas melalui contoh-contoh pemecahan persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimaksud. Dengan pembukitan tersebut yang bersangkutan sudah dianggap telah menjalani tahap mengenal, membedakan dan mengulangi.
3. Understanding
Istilah ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk menjelaskan apa yang telah dipahaminya. Untuk itu yang bersangkutan harus memperlihatkan bahwa dirinya mampu mengatur dokumen yang berkaitan dengan objek yang dimengertinya tersebut dengan jeli.
Pemahaman merupakan tingkat penguasaan atas sesuatu yang dialami seseorang. Untuk itu yang bersangkutan harus membuktikannya dengan jalan mampu menjelaskan baik gejala yang dialaminya maupun teori-teori yang mendukungnya, bukan dengan mengutip pendapat pihak lain melainkan dengan kata dan kalimat yang
disusunnya sendiri. Sebab itu understanding memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada awareness, yang
penguasaannya cukup dibuktikan dengan cara memperlihatkan kemampuan mengulangi apa yang disodorkan kepadanya.
BAB 2
SUSUNAN UNIT KOMPETENSI
Kode Unit
ARS 01
Judul Unit
Perancangan Arsitektur
Uraian Unit
Kemampuan menghasilkan rancangan arsitektur yang memenuhi ukuran estetika dan persyaratan teknis, dan yang bertujuan melestarikan lingkungan.
(Ability to create architectural designs that satisfy both aesthetic and technical requirements, and which aim to be environmentally sustainable)
Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Estetika 1 Mampu mengekspresikan pandangan serta menentukan pilihan secara
kritis dan memberi keputusan estetis, lalu mencerminkannya secara konseptual dalam sebuah rancangan
2 Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep warna, bahan, komposisi,
proporsi, irama dan skala
3 Mampu mengkaji berbagai pengalaman ketika melakukan pemilihan
struktur dan bahan serta unsur-unsur estetikanya, lalu mewujudkannya dalam bentuk-bentuk 3 dimensi
2 Persyaratan Teknis 1 Mampu menyelidiki lalu menetapkan persyaratan luasan, organisasi,
fungsi dan sirkulasi ruang, ruangan serta bangunan; baik di dalam maupun di sekitar bangunan yang bersangkutan
2 Mampu mengenali, memahami dan mengikut-sertakan kaidah serta standar yang dikeluarkan oleh badan-badan terkait; termasuk yang berkenaan dengan faktor keselamatan, keamanan, kenyamanan dan lain-lainnya
Acuan Penilaian
Periksa kelengkapan dokumen dan kelengkapan keterangan tentang hasil rancangan bangunan; terutama konsep tapak, denah, tampak, potongan, perspektif dan detail-detail yang mendukung konsep estetika dan persyaratan teknis di atas
Tingkat penguasaan Unit Kompetensi : Arsitek Pratama : Mahir
Arsitek Madya : Mahir Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 02
Judul Unit
Pengetahuan Arsitektur
Uraian Unit
Pengetahuan yang memadai tentang sejarah dan teori arsitektur termasuk seni, teknologi dan ilmu-ilmu pengetahuan manusia.
(Adequate knowledge of the history and theories of architecture and related arts, technologies, and human sciences) SubKompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Pengetahuan tentang
Sejarah Arsitektur
1 Mampu menjelaskan garis besar sejarah arsitektur dan
perkembangannya
2 Mampu menyusun konsep yang dihasilkan dari masukan sejarah
2 Pengetahuan tentang
Teori Arsitektur
1 Mampu menjelaskan berbagai teori arsitektur dan pemikiran-pemikiran
yang melandasinya
2 Mampu menjelaskan gaya bangunan yang diterapkan dalam rancangan
berikut aliran yang terlibat seperti klasisisme, neo-klasisisme,
modernisme, pasca-modern, regionalisme kritis dan seterusnya, dengan memperlihatkan contoh karya-karya yang berkaitan dengan aliran-aliran tersebut.
Periksa keterangan yang menjelaskan gaya bangunan serta aliran yang melandasinya di gambar denah dan tampak; juga penggunaan ruangan yang menjamin keselamatan, kenyamanan ruang-gerak, efisiensi dan skala manusia berikut kelayakan pelaksanaannya
Tingkat penguasaan Unit Kompetensi : Arsitek Pratama : Tahu
Arsitek Madya : Tahu Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 03
Judul Unit
Pengetahuan Seni
Uraian Unit
Pengetahuan tentang seni rupa dan pengaruhnya terhadap kualitas rancangan arsitektur
(Knowledge of the fine arts as an influence on the quality of architectural design) Kriteria Unjuk Kerja
1
Mampu menjelaskan berbagai berbagai kaidah seni rupa dan pengaruhnya dalam rancangan massa bangunan, rancangan tata ruang dalam, rancangan warna ruangan dan bangunan, garis bidang tekstur dalam ekspresi bangunan
Acuan Penilaian
Periksa ketaat-asasan kaidah estetik yang dipilih sebagaimana tertera di atas dokumen, khususnya yang berkaitan dengan proporsi, warna, tekstur, urutan, irama dan keseimbangan
Periksa kejelasan penerapan kaidah komposisi gugusan massa dan bagian bangunan yang menampilkan proporsi, warna, tekstur, urutan, irama dan keseimbangan tersebut sesuai dengan jenis obyek yang dirancang Tingkat penguasaan Unit Kompetensi :
Arsitek Pratama : Tahu Arsitek Madya : Tahu Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 04
Judul Unit
Perencanaan dan Perancangan Kota
Unit Kompetensi
Pengetahuan yang memadai tentang perencanaan dan perancangan kota serta ketrampilan yang dibutuhkan dalam proses perencanaan itu
(Adequate knowledge on urban design, planning, and the skills involved in the planning process)
Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Perencanaan Kota 1 Mampu menerapkan cara memenuhi persyaratan perkotaan, khususnya
KDB, KLB, KDH, garis sempadan, kepadatan, ketinggian dan jarak bebas bangunan
2 Mampu menjelaskan sumbangan positif kehadiran bangunan terhadap
ruang umum, khususnya jalan, jalan untuk pejalan kaki dan fasilitas untuk penyandang cacat
2 Perancangan Kota 1 Mampu menjelaskan dampak kehadiran obyek perancangan terhadap
kemungkinan mengundang pertumbuhan fasilitas tambahan atau sampingan di lingkungan kota yang bersangkutan
2 Mampu menjelaskan pengaruh kehadiran obyek perancangan terhadap
bentukan ruang kota dan estetika urban di kawasan tersebut.
Acuan Penilaian
Periksa apakah terdapat akibat sampingan yang mengorbankan kepentingan umum dari segi penghambatan lalu lintas, beban langsung yang ditimbulkan oleh kepadatan bangunan yang diprakirakan, pertambahan jumlah kendaraan di jalan umum sekitar bangunan yang dirancang
Periksa sumbangan bangunan terhadap kepentingan umum, keselamatan pemakai ruang umum, peluang terjadinya kegagalan bangunan atau kegagalan pelayanan bangunan, kecukupan perputaran sirkulasi, kecukupan toilet dan tempat wudhu
Periksa antisipasi terhadap pedagang kaki lima, khusus dalam kasus perancangan bangunan tinggi atau yang berkepadatan tinggi
Tingkat penguasaan Unit Kompetensi : Arsitek Pratama : Bisa
Arsitek Madya : Bisa Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 05
Judul Unit
Hubungan antara Manusia, Bangunan dan Lingkungan
Unit Kompetensi
Memahami hubungan antara manusia dan bangunan gedung serta antara bangunan gedung dan lingkungannya, juga memahami pentingnya mengaitkan ruang-ruang yang terbentuk di antara manusia, bangunan gedung dan
lingkungannya tersebut untuk kebutuhan manusia dan skala manusia.
(Understanding of the relationship between people and buildings and between buildings and their environments, and of the need to relate spaces between them to human needs and scale)
Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Manusia dan
Bangunan
1 Mampu mengumpulkan dan menganalisis informasi yang dibutuhkan untuk
menentukan kebutuhan-ruang pemakai bangunan
2 Mampu mengumpulkan dan menganalisis standar-standar kebutuhan ruang
dan menerapkannya dalam rancangan
3 Mampu merancang susunan ruang yang memenuhi standar keamanan,
keselamatan, kesehatan dan kenyamanan
4 Mampu menganalisis dan memecahkan permasalahan yang akan timbul
dalam hubungan antara bangunan dan penggunanya
2 Bangunan dan
Lingkungan
1 Mampu menghindari dampak negatif kehadiran bangunan yang dirancang di
suatu lingkungan
2 Mampu menyusun konsep rancangan yang tanggap terhadap lokasi dan
lingkungan-binaan di sekitarnya
3 Mampu mempadukan kepentingan pemakai gedung terhadap kepentingan
3 Manusia dan Lingkungan
1 Mampu menggubah bangunan yang tidak menambah polusi di lingkungan di
sekitarnya, baik yang bersifat terukur (tangible) seperti buangan beracun
maupun yang tak terukur (intangible) seperti wajah lingkungan atau street
picture
2 Mampu menggugah para pengguna bangunan dan masyarakat sekitar untuk
memelihara lingkungan setelah berdirinya bangunan yang dirancang
Acuan Penilaian
Periksa kejelasan sumbangan obyek perancangan terhadap pemakai ruang terbuka di antara batas bangunan, pemanfaatan ruangan yang sesuai standar keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan pencapaian (termasuk anak kecil, orang tua, dan penyandang cacat tubuh) serta hubungan antar-ruang pada tiap lapis jalan Periksa sumbangan positif dari penyelesaian jarak bangunan berupa taman atau ruang terbuka yang dapat
dimasuki umum, tergantung dari jenis bangunan di kawasan yang sesuai atau terkait serta penyelesaian titik-masuk yang mengantisipasi penyandang cacat
Periksa sumbangan positif obyek perancangan terhadap upaya menghindari ketimpangan sosial Tingkat penguasaan Unit Kompetensi :
Arsitek Pratama : Mahir Arsitek Madya : Mahir Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 06
Judul Unit
Pengetahuan Daya Dukung Lingkungan
Unit Kompetensi
Menguasai pengetahuan yang memadai tentang cara menghasilkan perancangan yang sesuai daya dukung lingkungan.
(An adequate knowledge of the means of achieving environmentally sustainable design)
Kriteria Unjuk Kerja
1
Mampu memberi penjelasan kepada pemakai jasa mengenai pentingnya memiliki rancangan bangunan yang sesuai dengan dukung lingkungan ragawi dan sosial, khususnya yang berkaitan dengan daya-dukung tanah, vegetasi, pencemaran dan kepadatan
2 Mampu mengumpulkan informasi mengenai bahan serta struktur bangunan yang akan digunakan dalam
rancangan dan menganalisis pengaruhnya terhadap lingkungan
3 Mampu mengajukan gagasan penghematan energi dan menerapkannya dalam rancangan
Acuan Penilaian
Periksa kejelasan tentang pemanfaatan teknologi sadar-lingkungan seperti penghematan pemakaian sumber daya alam, pengudaraan yang tidak mengakibatkan pengikisan lapisan ozon, pemanfaatan sistem dan prinsip daur-ulang, kecukupan penghijauan terhadap luas lahan dan permukaan bangunan serta penerapan prinsip ramah-lingkungan
Tingkat penguasaan Unit Kompetensi : Arsitek Pratama : Bisa
Arsitek Madya : Bisa Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 07
Judul Unit
Peran Arsitek di Masyarakat
Unit Kompetensi
Memahami aspek keprofesian dalam bidang Arsitektur dan menyadari peran arsitek di masyarakat, khususnya dalam penyusunan kerangka acuan kerja yang memperhitungkan faktor-faktor sosial
(Understanding of the profession of architecture and the role of architects in society, in particular in preparing briefs that account for social factors)
Kriteria Unjuk Kerja
1 Mampu membuat rancangan yang mewadahi kepentingan masyarakat dan sejarah serta tradisi bangunan
setempat
2 Mampu mengkaji dampak perancangan terhadap masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosialnya
3 Mampu mematuhi kode etik dan kaidah tata-laku keprofesian arsitek
4 Mampu memenuhi kepentingan masyarakat sebagaimana disyaratkan oleh ketentuan peraturan dan
perundang-undangan
Acuan Penilaian
Periksa kejelasan perancangan yang mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan pemesan serta pemakai dalam bentuk program dan penampilan bangunan yang serasi terhadap sekitarnya; khususnya dari segi besaran, ketinggian, bahan dan warna
Periksa lampiran bagan alir tata-olah perancangan, berita-acara pertemuan atau menanyakan langsung peran perancang yang bersangkutan dalam masyarakat dan pendapatnya tentang bangunan yang menimbulkan kesenjangan sosial
Arsitek Pratama : Bisa Arsitek Madya : Bisa Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 08
Judul Unit
Persiapan Pekerjaan Perancangan
Unit Kompetensi
Memahami metode penelusuran dan penyiapan program rancangan bagi sebuah proyek perancangan
(Understanding of the methods of investigation and preparation of the brief for a design project) Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Metode Pengumpulan
Data
1 Mampu mengenali kebutuhan data dan menyusun strategi pengumpulannya
dalam rangka pembuatan program perancangan
2 Mampu mencari data, peraturan bangunan dan standar yang dibutuhkan
dalam perancangan
2 Penyusunan Program
Rancangan
1 Mampu menganalisis data yang telah diperoleh, untuk dijadikan sumber
dalam pekerjaan perancangan
2 Mampu menyusun dan menjelaskan program rancangan kepada pemakai
jasa
Acuan Penilaian
Periksa kejelasan dan kelengkapan proses pengumpulan dan pengolahan data Periksa keterangan tata-olah pengkajian perancangan melalui tanya-jawab Tingkat penguasaan Unit Kompetensi :
Arsitek Pratama : Mahir Arsitek Madya : Mahir Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 09
Judul Unit
Pengertian Masalah Antar-Disiplin
Uraian Unit
Memahami permasalahan struktur, konstruksi dan rekayasa yang berkaitan dengan perancangan bangunan gedung.
(Understanding of the structural design, construction, and engineering problems associated with building design) Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Pengetahuan Sistem
Struktur dan Konstruksi
1 Mampu menunjukkan berbagai alternatif jenis struktur dan konstruksi
2 Mampu menjelaskan konsep berbagai jenis struktur dan konstruksi yang
akan diterapkan dalam bangunan
3
Mampu menetapkan jenis struktur dan konstruksi serta menilai kelebihan maupun kekurangannya dan membuat rekomendasi dalam kaitannya dengan kebutuhan pemberi tugas
2 Pengetahuan Sistem
Mekanikal, Elektrikal, Elektronika dan Plambing
1 Mampu menunjukkan berbagai alternatif Sistem Mekanikal, Elektrikal,
Elektronika dan Plambing
2 Mampu menjelaskan konsep berbagai Sistem Mekanikal, Elektrikal,
Elektronika dan Plambing yang akan diterapkan dalam bangunan
3
Mampu menetapkan Sistem Mekanikal, Elektrikal, Elektronika dan Plambing, serta menilai kelebihan maupun kekurangannya; dan membuat rekomendasi dalam kaitannya dengan kebutuhan pemberi tugas
Acuan Penilaian
Periksa kejelasan pertimbangan pemilihan jenis struktur dan konstruksi serta Sistem Mekanikal, Elektrikal, Elektronika dan Plambing
Periksa gambar denah dan potongan serta keterangan tentang jenis struktur dan konstruksi serta Sistem Mekanikal, Elektrikal, Elektronika dan Plambing yang dipilih, terutama untuk bangunan tertentu
Tingkat penguasaan Unit Kompetensi : Arsitek Pratama : Bisa
Arsitek Madya : Bisa Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 10
Judul Unit
Pengetahuan Fisik dan Fisika Bangunan
Unit Kompetensi
Menguasai pengetahuan yang memadai mengenai permasalahan fisik dan fisika, teknologi dan fungsi bangunan gedung sehingga dapat melengkapinya dengan kondisi internal yang memberi kenyamanan serta
perlindungan terhadap iklim setempat
(Adequate knowledge of physical problems and technologies and of the function of buildings so as to provide them with internal conditions of comfort and protection against climate)
Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Faktor Kenyamanan di Dalam Bangunan Mampu menjelaskan cara penanganan
pencahayaan dan penghawaan di dalam bangunan Mampu menjelaskan dasar pertimbangan sistem akustik yang diterapkan
2 Faktor Perlindungan Bangunan Terhadap Iklim
Mampu menjelaskan pemilihan bahan dan teknologi bahan bangunan untuk perlindungan bangunan terhadap iklim dan cuaca
Mampu menjelaskan cara menangani masalah dan perawatan bahan bangunan yang dipakai
Acuan Penilaian
Periksa kejelasan kaidah-kaidah pencahayaan, pengaliran udara, perimbangan kelembaban udara, akustik, dan perlindungan terhadap iklim dan cuaca, sesuai cakupan objek rancangan
Periksa gambar denah dan potongan untuk intensitas cahaya alami, bahan dan bentuk langit-langit untuk akustik, dan teritis untuk perlindungan dari iklim dan cuaca, serta gambar rancangan langit-langit untuk titik lampu, dan sistem penghawaan
Periksa gambar yang menunjukan kelengkapan alat untuk perawatan bangunan Tingkat penguasaan Unit Kompetensi :
Arsitek Pratama : Mahir Arsitek Madya : Mahir Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 11
Judul Unit
Penerapan Batasan Anggaran dan Peraturan Bangunan
Unit Kompetensi
Menguasai keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pihak pengguna bangunan gedung dalam rentang-kendala biaya pembangunan dan peraturan bangunan
(Necessary design skills to meet building users requirements within the constraints imposed by cost factors and buildign regulations)
Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1 Pengetahuan
mengenai Anggaran Bangunan
1 Mampu menjelaskan penghitungan biaya bangunan yang diterapkan dalam
perancangan terkait
2 Mampu mengenali berbagai faktor yang berpengaruh atas biaya bangunan
3 Mampu membuat berbagai alternatif rancangan sebagai pemecahan atas
masalah pembiayaan bangunan
2 Pengetahuan
Peraturan Bangunan
1 Mampu mengenali peraturan-peraturan bangunan yang harus diperhatikan
dalam proses perencanaan dan perancangan
2 Mampu menerapkan peraturan-peraturan bangunan dalam rancangan
Acuan Penilaian
Periksa kejelasan tentang analisis biaya, penghitungan volume dan pengaruh berbagai faktor, khususnya yang berkaitan dengan lokasi, tipologi bangunan, metode dan teknologi membangun
Periksa dokumen konstruksi sesuai dengan peraturan teknis bangunan terkait Tingkat penguasaan Unit Kompetensi :
Arsitek Pratama : Mahir Arsitek Madya : Mahir Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 12
Judul Unit
Pengetahuan Industri Kontruksi dalam Perencanaan
Uraian Unit
Menguasai pengetahuan yang memadai tentang industri, organisasi, peraturan dan tata-cara yang berkaitan dengan proses penerjemahan konsep perancangan menjadi bangunan gedung serta proses mempadukan
penataan denah-denahnya menjadi sebuah perencanaan yang menyeluruh
(Adequate knowledge of the industries, organizations, regulations, and procedures involved in translating design concepts into buildings and integrating plans into overall planning)
Kriteria Unjuk Kerja
1 Mampu menjelaskan organisasi di dalam industri konstruksi yang berhubungan dengan konsep
perancangan yang akan diterapkan oleh yang bersangkutan
2 Mampu menjelaskan peraturan dan prosedur di dalam industri konstruksi yang berhubungan dengan
konsep perancangan yang akan diterapkan oleh yang bersangkutan
3 Mampu menjelaskan keterkaitan konsep perancangan dengan keseluruhan perancangan
Acuan Penilaian
Periksa kejelasan tentang pengelolaan perancangan mulai pada tahap gagasan hingga penerjamahannya ke dalam seluruh rancangan, termasuk proses pengadaan dan pelaksanaan pembangunannya
Periksa laporan lengkap atau bertanya langsung kepada pemohon tentang tata-olah perancangan, juga lampiran tentang laporan pertemuan dan perubahan-perubahan perancangan selama proses pembangunan Tingkat penguasaan Unit Kompetensi :
Arsitek Pratama : Mahir Arsitek Madya : Mahir Arsitek Utama : Mahir
Kode Unit
ARS 13
Judul Unit
Pengetahuan Manajemen Proyek
Uraian Unit
Menguasai pengetahuan yang memadai mengenai pendanaan proyek, manajemen proyek dan pengendalian biaya pembangunan
(Adequate knowledge of project financing, project management and cost control) Kriteria Unjuk Kerja
1 Mampu menunjukkan hubungan antara pendanaan dan proses perancangan
2 Mampu menunjukkan permasalahan yang dihadapi dalam dengan manajemen proyek terkait, khususnya
yang berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi
3 Mampu menunjukkan cara pengendalian biaya proyek sesuai dengan tahapan-tahapannya
Acuan Penilaian
Periksa kejelasan pengendalian biaya dan pengelolaan proyek
Periksa alir-biaya selama pelaksanaan dan bar chart dalam dokumen proyek, kemudian dicocokkan dengan
kenyataan pelaksanaan sebagaimana dilaporkan dalam notulen rapat lapangan Tingkat penguasaan Unit Kompetensi :
Arsitek Pratama : Bisa Arsitek Madya : Bisa Arsitek Utama : Mahir
N o . K r i t e r i a K E T R A M P I L A N S E B A G A I A R S I T E K [ 1 ] [ 1 1 ] T : T a h u [ 8 ] M M M B : B i s a [ 5 ] M : M a h i r [ 1 0 ] [ 1 2 ] P E R A N A R S I T E K D A N D I S I P L I N Y A N G T E R K A I T [ 4 ] [ 6 ] [ 9 ] [ 1 3 ] M B B [ 7 ] P E N G E T A H U A N A R S I T E K T U R [ 2 ] [ 3 ] A U A M A P p e m b e r la k u a n i n t e r n n a s . n a s . A . T O L O K U K U R P E N I L A I A N U n t u k m e m p e r o le h S K A d e n g a n k u a lif ik a s i M e n g e r t i a k a n p e m b i a y a a n , m a n a j e m e n p r o y e k s e r t a p e n g e n d a l i a n b i a y a M e n g e r t i a k a n p r o f e s i d a n p e r a n a r s i t e k d a l a m m a s y a r a k a t k h u s u s n y a y a n g m e m p e r t i m b a n g k a n m a s a l a h s o s i a l M e n g e t a h u i t e n t a n g s e j a r a h , t e o r i a r s i t e k t u r d a n s e n i t e r k a i t , t e k n o l o g i d a n p e n g e t a h u a n t e n t a n g m a n u s i a M e m i l i k i p e n g e t a h u a n t e n t a n g s e n i r u p a y a n g b e r p e n g a r u h p a d a k u a l i t a s r a n c a n g a n a r s i t e k t u r P a h a m a k a n f u n g s i , f i s i k d a n t e k n o l o g i b a n g u n a n u n t u k m e n d a p a t k a n k e n y a m a n a n d a n p e r l i n d u n g a n t e r h a d a p i k l i m M e n g e r t i a k a n p e r e n c a n a a n , p e r a n c a n g a n k o t a d a n k e t r a m p i l a n y a n g t e r k a i t d a l a m p r o s e s p e r e n c a n a a n i t u M e n g e r t i a k a n p e r a n c a n g a n A r s i t e k t u r , k o n s t r u k s i d a n e n g i n e e r i n g y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n p e r a n c a n g a n b a n g u n a n M e n g e r t i a k a n c a r a m e m b u a t p e r e n c a n a a n y a n g m e n d u k u n g p e l e s t a r i a n l i n g k u n g a n K R I T E R I A K O M P E T E N S I A U A M A P K e m a m p u a n m e n g h a s i l k a n r a n c a n g a n A r s i t e k t u r y a n g m e m e n u h i p e r s y a r a t a n e s t e t i k a d a n t e k n i s s e r t a b e r t u j u a n m e l e s t a r i k a n l i n g k u n g a n M e m i l i k i k e t r a m p i l a n m e r a n c a n g y a n g s e s u a i k e b u t u h a n p e n g g u n a b a n g u n a n d a l a m b a t a s a n g g a r a n b i a y a d a n p e r a t u r a n b a n g u n a n P a h a m a k a n k e p r a n a t a a n i n d u s t r i k o n s t r u k s i y a n g t e r k a i t d a l a m p e r w u j u d a n k a r y a M m e n g u a s a i c a r a p e n y i d i k a n d a n p e n y u s u n a n u r a i a n p e k e r j a a n p e r a n c a n g a n P a h a m a k a n h u b u n g a n a n t a r m a n u s i a d a n b a n g u n a n , b a n g u n a n d e n g a n l i n g k u n g a n s e r t a p e r l u n y a m e n g a i t k a n r u a n g y a n g t e r j a d i d e n g a n s k a l a d a n k e b u t u h a n m a n u s i a R e s ik o B e s a r, S e d a n g , K e c il . D a m p a k B e s a r, S e d a n g , K e c il . K o m p le k s it a s T in g g i, S e d a n g , R e n d a h . M M M M M M M M M M M R e s ik o S e d a n g d a n K e c il . D a m p a k & K e c il . K o m p le k s it a s S e d a n g & R e n d a h . M M M M B B T T R e s ik o K e c il . D a m p a k K e c il . K o m p le k s it a s R e n d a h . B B M B B B A B I I I P E D O M A N U M U M P E N I L A I A N T T M B B M M M
Catatan:
Tolak Ukur Penilaian untuk Arsitek Utama, Arsitek Madya, dan Arsitek Utama adalah sama, perbedaan terletak pada Bagan Tingkat Kewenangan
Tahu : Menguasai suatu pengetahuan dan secara prinsip dapat menjelaskan atau mendefinisikan
pengetahuan tersebut
Biasa : Menguasai suatu pengetahuan dan secara prinsip dapat menjelaskan atau mendefinisikan pengetahuan tersebut serta menerapkannya dalam praktek
Mahir : Menguasai suatu pengetahuan dan secara prinsip dapat menjelaskan atau mendefinisikan pengetahuan tersebut serta menerapkannya dalam praktek juga mampu mengatasi persoalan di lapangan secara langsung dengan pemecahan yang jitu
Resiko : Korban yang timbul bila terjadi kegagalan (dikaitkan dengan nyawa manusia)
Dampak : Besar kecil pengaruhnya terhadap lingkungan dalam segi estetika, kesehatan, kenyamanan, ekonomi, dst.
B. PEDOMAN ASSESMEN KOMPETENSI ARSITEK MENURUT TINGKATANKOMPLEKSITAS
I. KOMPLEKSITAS TINGGI
1. Kriteria Normatif
a Menimbulkan risiko yang besar terhadap manusia jika terjadi kegagalan (life safety and security)
b Mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan dalam segi estetika, kesehatan,
kenyamanan dst (human welfare)
2. Kriteria Perancangan
Melibatkan multidisiplin keahlian:
b Ahli Mekanikal (AC, lift, eskalator, dan lain-lain)
c Ahli Elektrikal (sistem penerangan, sistem komunikasi, sistem catur-daya dan lain-lain)
d Ahli Plambing (pemadam kebakaran, dan lain-lain)
e Ahli Lansekap
f Ahli Perencanaan Kota
g Konsultan Khusus
h Lembaga pengguna jasa yang multi disiplin (bukan perorangan)
Catatan: Dalam hal ini Arsitek berfungsi sebagai penanggung jawab Perancangan sekaligus manajemen perancangan.
3. Tipe bangunan/lingkungan binaan dengan karakter khusus serta memiliki kompleksitas dan tingkat kesulitan tinggi antara lain:
a. Tipe bangunan komersial: Hotel Berbintang, Apartemen, High Rise Office, Shopping Mall.
b. Tipe Bangunan Umum: Galeri, Ruang Konser, Museum, Monumen, Istana, Bandara.
c. Tipe Bangunan Pendidikan: Kampus, Pusat Penelitian/Riset, Laboratorium.
d. Tipe Bangunan Pelayanan Medis: Rumah Sakit, Sanatorium.
e. Tipe Bangunan Institusi: Kantor Kedutaan, Kantor Lembaga Tinggi Negara, Bangunan dengan
dekorasi khusus, Pemugaran, Renovasi.
f. Type Bangunan Campuran: Pertokoan - Hunian - Kantor - Hotel dan lain-lain.
II. KOMPLEKSITAS SEDANG
1. Kriteria Normartif
a. Menimbulkan risiko sedang/tidak terlalu besar terhadap pengguna bangunan jika terjadi kegagalan
(medium life safety and security)
b. Tidak mempunyai dampak yang terlalu besar terhadap lingkungan dalam segi estetika, kesehatan,
kenyamanan, dst (medium impact on environment)
2. Kriteria Perancangan
Melibatkan disiplin keahlian yang memiliki Sertifikat Keahlian yang diterbitkan oleh Asosiasi Keprofesiannya dan telah di-Registrasi antara lain
b Ahli Mekanikal (AC, lift, eskalator, dan lain-lain)
c Ahli Elektrikal (sistem penerangan, sistem komunikasi, sistem catur-daya dan lain-lain)
d Tidak harus melibatkan Tenaga Ahli lainnya atau Konsultan Khusus.
3. Tipe bangunan/lingkungan binaan dengan karakter dan kompleksitas tingkat kesulitan sedang sesuai dengan Kriteria Normatif dan Kriteria Perancangan diatas, antara lain:
a. Tipe bangunan kelompok hunian
b. Tipe bangunan komersial:
c. Tipe bangunan sekolah bertingkat
d. Tipe bangunan pelayanan medis
e. Tipe bangunan kantor
f. Tipe bangunan campuran
III. KOMPLEKSITAS RENDAH
1. Kriteria Normartif
a. Menimbulkan risiko kecil terhadap pengguna bangunan jika terjadi kegagalan (low life safety and
security)
b. Mempunyai dampak yang kecil terhadap lingkungan segi estetika, kesehatan, kenyamanan, dst
(low impact on environment)
2. Kriteria Perancangan
Selain Arsitek , tidak harusmelibatkan disiplin keahlian lain
3. Tipe bangunan/lingkungan binaan dengan karakter sederhana dan tingkat kompleksitas yang rendah, maksimum dua lantai, antara lain:
a. Tipe rumah sederhana
b. Tipe fasilitas kesehatan sederhana seperti puskesmas c. Tipe sekolah sederhana
d. Tipe bangunan kantor sederhana seperti kantor kepala desa, kecamatan
Kriteria diatas merupakan pedoman umum, yang masih memungkinkan terjadinya kasus-kasus khusus diluar
Dewan Keprofesian Arsitek (DKA.)
Kompleksitas
int. Risiko Tinggi atau
Dampak Besar ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● I I
Kompleksitas tinggi Risiko Sedang atau
Dampak Sedang I
Komplksitas sedang Kompleksitas rendah
Risiko Kecil atau
Dampak Kecil ● Perancangan K ri te ri a N o rm a ti f a h li s ip il/ s tr u k tu r a h li m e k a n ik a l ● ● Tingkat a rs it k e k ● ● ● Tipe bangunan b a n g . k o m e rs ia l ru m a h s e d e rh a n a s e k o la h d a s a r k a n to r lu ra h , c a m a t m o n u m e n la b o ra to ri a ARSITEK nas a h li e le k tr ik a l a h li p lu m b in g a h li p e rt a m a n a n d ll y g k o m p le k s k o n s u lt a n k h u s u le m b .m u lt i d is ip lin a h li p e re n c . k o ta s e k o la h k e lo m p o k h u n ia n g e d . K o n s e r h ig h r is e a p a rt m h ig h r is e o ff ic e h o te l b e rb in ta n g b a n g u n a n c a m p u ra n k a n to r p e la y a n a n m e d is
TABEL PEDOMAN ASSESMEN KOMPETENSI ARSITEK MENURUT TINGKATAN KOMPLEKSITAS
P R A T A M A M A D Y A U T A M A p u s k e s m a s ru k o m ix h ig h ri s e k a m p u s ru m a h s a k it m u s e u m