• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi Massa

Penelitian komunikasi media massa kali ini disusun dengan harapan dapat menambah konstribusi kajian dalam bidang media massa dan fenomena sosial. Kajian tentang kedua hal tersebut telah banyak dibahas oleh beberapa akademisi untuk mengetahui serta menguji hipotesis tentang adanya unsur pesan moral dalam media massa. Untuk mendukung penelitian kali ini dan mengetahui posisi peneliti sekarang.6 Hasil penelusuran peneliti tentang referensi yang relevan dengan masalah kali ini, terdapat 3 (tiga) penelitian yang dijadikan rujukan yaitu :

pertama, skripsi yang berjudul potret etika komunikasi dalam keluarga (analisis hermeneutika terhadap film “I Not Stupid Too”) oleh elsa puji Rahmawati jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial universitas Lampung 2014. Penelitian ini menggunakan analisis hermeneutika dengan menggunakan metode Penelitian kualitatif deskriptif. Fokus dari penelitian ini adalah bentuk etika Komunikasi dalam

6

Badudun Stanley J. Dannis. 2010. Teori komunikasi massa, dasar, pergolakandan masa depan. Jakarta: Salemba Humanika.

(2)

keluarga yang tertuang dalam film dan menggambarkannya Dalam teks. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan film “I Not Stupid Too 2” yang menggambarkan bentuk etika komuniksi dalam keluarga tersebut, maka Disimpulkan hal-hal sebagai berikut: sebagian adegan yang terlihat dalam adegan Di film ini menunjukkan cara mendidik anak secara otoriter (keras) sehingga saat Berkomunikasi anak hanya dipaksa mendengarkan tanpa bisa menjawab atau Memberi alasan, dan anak hanya dipaksa melakukan sesuatu sesuai dengan kriteria Orang tua tanpa bisa menjalani bakat miliknya dengan baik. Anak yang tidak terbiasa menyuarakan pendapat serta mengungkapkan apa yang Diinginkannya, apa yang menjadi kendalanya, ataupun bagaimana perasaan Mereka.

Anak tumbuh menjadi pribadi yang demikian murni karena didikan orang Tua. Karena lingkungan pertama yang anak kenal adalah keluarga, dan kasih Sayang yang seharusnya ia terima pertama kali tentunya adalah dari orang tua. Hal Tersebut yang akan mempengaruhi sikap dan sifat anak ketika mereka berkembang Menuju kedewasaan. Namun apabila di rumahnya orang tua tidak memberikan Kesempatan anak berbicara atau berpendapat, memuji bakatnya, mendukungnya Bahkan mengungkapkan perasaan sayang terhadap dirinya, bagaimana anak bisa Melakukan hal yang berbeda. Apa yang mereka dapat dalam keluarga tentulah yang menjadi cerminan kepribadian mereka. Adapun relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni umumnya hampir sama dengan teori peneliti karena sama-sama Menggunakan analisis hermeneutika. Hanya saja fokus penelitian

(3)

skripsi ini Adalah mengenai representasi bentuk etika komunikasi dalam keluarga, sementara Penelitian peneliti adalah mengenai pesan-pesan moral.

Kedua, jurnal yang berjudul analisis isi kualitatif pesan moral dalam film Berjudul “kita versus korupsi” oleh elita sartika jurusan ilmu komunikasi Fakutas ilmu sosial dan ilmu politik universitas lampung 2014. Penelitian ini Menggunakan analisis isi kualitatif dengan metode penelitian kulaitatif deskriptif. Fokus penelitian ini pada film omnibus berjudul “kita versus korupsi, dengan unit analisis penelitian adalah keseluruhan scene yang terdapat dalam film yang Diteliti, yang mana berkaitan dengan bentuk-bentuk penyampaian pesan moral. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan film “kita versus korupsi” yang Menggambarkan bentuk-bentuk pesan, maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Pesan moral dalam film kita versus kosupsi berupa pesan yang tampak (manifest message) dan pesan moral yang tersembunyi (latent message) Diantaranya moral dalam hubungan manusia dengan tuhan, moral hubungan Manusia dengan alam, moral hubungan manusia dengan manusia lain, dan moral Dalam hubungan manusia dengan diri sendiri.

Ketiga, Skripsi yang berjudul Pesan Moral dalam Film To Kill A Mockingbird (Analisis Semiotika pada Film To Kill A Mockingbird) Oleh Jaquiline Melissa Renyoet Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin 2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teori Analisis Semiotika Roland Barthes. Hasil dari penelitian ini adalah menemukan pesan moral yang ada dalam film To Kill A

(4)

Mockingbird. Hasil penelitian ini pesan moral yang terdapat pada film Film To Kill A Mockingbird yang menunjukan bentuk-bentuk pesan moral yang kuat Kepada penontonnya dengan menggunakan sejarah, instruksi moral dan Perkembangan karakter film. Pesan moral pada film ini berusaha mendidik tentang Tanggung-jawab moral yaitu bagaimana kita memperlakukan orang lain. Bagaimana memperlakukan orang lain dengan hormat dan baik tanpa memikirkan Perbedaan yang ada. Selain itu pesan moral lainnya seperti moral sopan santun, Bersyukur, menghormati, kejujuran, pendidikan dan keberanian. Adapun relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti lakukan Adalah penelitian pertama sama-sama menggunakan analisis hermeneutika dan Penelitian kedua dan ketiga sama memfokuskan pesan-pesan moral yang erat hubunganya dengan pesan-pesan bermuatan etis yang terkandung dalam film tersebut.

2.2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa Penyampai Pesan

2.2.1. Pengertian Film

Film menurut (Mcquail, 2011: 14) merupakan media yang memiliki kelebihan selain informatif dan jangkauan yang luas, juga punya sisi seni dan hiburan. Dalam komunikasi memahami film sebagai teks harus dibaca secara holistik agar mengetahui apa saja unsur yang membentuk film. Membaca teks dalam film membutuhkan kodifikasi yang jelas tentang apa saja elemen-elemen yang terdapat

(5)

dalam film.7 Film dalam arti sempit adalah penyampaian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas. Bisa juga termasuk yang disiarkan. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang sifatnya audio dan atau visual dalam bentuk film.

Menurut undang-undang perfilman, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam dengan pita seluloid, pita video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan/ atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan dan/atau ditayangkan dengan system proyeksi mekanik, elektronik, atau lainnya.

Film, hendaknya dimaknai sebagai esensi yang meminta kecermatan dan ketepatan memilih, secara individu maupun kebudayaan. Ketika film telah direspon sebagai identitas seni dan kreativitas yang harus member warna cerah dalam wajah kebudayaan, maka film tidak lagi sekedar menghibur belaka tetapi sebagai media penyampaian pesan, dalam konteks ini film akan digagas dengan kreativitas dan berorientasi dengan pikiran terbuka. Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan. Namun isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai tertentu, seperti bias ideology atau politik dari si pembuat film.

7

(6)

2.2.2. Fungsi Film

Film merupakan salah satu alat komunikasi yang mudah disampaikan, mudah diterima, dan dicerna oleh manusia. Dalam fungsi film mengandung tiga unsure, yaitu:

1. Sebagai alat penerangan

Dalam film segala sesuatu dapat disampaikan secara audio visual sehingga mudah mengerti, kumpulan gambar yang artistik dan memiliki sebuah pesan moral melalui pesan-pesan yang disampaikan.

2. Sebagai alat pendidikan

Dapat memberikan sebuah pesan moral sebagai contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, teladan bagi masyarakat dan memperlihatkan perbuatan-perbuatan yang baik.

3. Sebagai alat hiburan

Dalam mensejahterakan rohani manusia karena disini kepuasan batin untuk melihat secara visual dan mendapat sebuah pesan moral yang terkandung dalam sebuah film.

(7)

Fungsi film adalah salah satu nilai yang dapat memuaskan kebutuhan kita sebagai manusia. Khususnya sebagai pemenuhan kebutuhan psikologi dan spiritual dalam kehidupannya.

2.2.3. Jenis-jenis film

Pratista Himawan (2008: 4-7)8 mengatakan bahwa terdapat 3 (tiga) jenis film yang dapat diketahui secara mudah yaitu:

pertama, film dokumentasi yaitu film yang dibuat berdasarkan kisah nyata serta bertujuan merekonstruksi peristiwa yang terjadi tersebut. Tiada skenario yang dibawa, hanya mengalir mengikuti kisah yang rekonstruksi. Biasanya dalam pembuatannya direkam secara langsung melalui interview.

Kedua, film fiksi, yaitu film yang dibuat berdasarkan skenario sutradara, dengan plot dan jalan cerita tertentu. Cerita tersebut merupakan rekaan di luar kejadian kenyataan yang telah dirancang, yang ditujukan menghibur.

Ketiga film ekserimental, yaitu film yang dibuat tidak menggunakan kaidah perfilman secara lazim. Bertujuan untuk pengungkapan gagasan atau ide baru lewat film. Film eksperimental berdurasi tidak lama, bahkan sebagian menyebutnya

video art. Film yang tidak memiliki plot namun terstrukstur.

8

(8)

2.2.4. Penokohan dalam film

Penokohan dalam film mempunyai beberapa peran, menurut Elizabeth Lutters (2006: 80) terdapat 4 (empat) peran dalam dunia sinema

Pertama, protagonis. Peran yang mewakili hal-hal positif dalam kebutuhan cerita. Peran ini menjadi tokoh sentral atau tokoh utama yang menetukan gerak adegan.

Kedua, antagonis. Peran yang mewakili hal-hal negative dalam kebutuhan cerita. Peran ini cenderung melawan peranjalannya cerita. Peran ini pun menjadi tokoh sentral dalam cerita yang tugasnya melawan peran protagonis.

Ketiga, tritagonis. Peran pendamping dan pendukung, baik untuk peran protagonis maupun untuk peran antagonis. Peran ini juga disebut pembantu utama.

Keempat, pembantu. Peran ini berfungsi sebagai pelengkap, gunanya untuk mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini hanya ada di beberapa scene

saja. Misalnya peran ayahdan ibu atau saudara yang tidak terlalu urgen dalam jalan cerita.

2.2.5. Struktur dalam film

Secara fisik sebuah film dapat dilihat secara satu per satu hingga menjadi beberapa 3 (tiga) unsur (pratista, 2008: 29-30):

(9)

Pertama, shot merupakan proses pengambilan gambar dengan bingkai dan teknik kamera tertentu dalam sekali pengambilan gambar.

Kedua, scene merupakan satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi tema dan karakter. Scene dalam bahasa indonesia disebut adegan. Satu

sceneter susun dari beberapa shot.

Ketiga, sequence merupakan segemen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Sequence dalam bahasa indonesia disebut babak, yang di mana satu babak tersusun dari beberapa scene yang saling berkaitan.

2.2.6. Pesan moral

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kara mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selain itu moral menurut istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,salah, baik, buruk.9 istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai ( ketentuan ) baik dan buruk, benar dan salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang

9

Holsti, Ole R. 1969. Content Analysis for The Social Science and Humanities. Massachusetts: Addison-Westley Publishing.

(10)

tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.

Achmad Charris Zubair dalam bukunya berjudul Kuliah Etika mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor paling penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berprilaku susila, dan perbuatanya selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral erat hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, gewetan, dan dalam bahasa arab disebut dengan qalb fu’ad. Dan kesadaran moral mencangkup tiga hal, yakni perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral, kesadaran moral juga dapat berwujud rasional dan obyektif, dan kesadaran moral juga dapat muncul dalam bentuk kebebasan.

Moral atau moralitas berarti suatu orientasi aktivitas yang impersonal. Tindakan demi kepentingan diri sendiri tidak pernah dianggap bersifat moral. Tetapi jika perilaku yang bersifat moral tidak diorientasikan kepada diri sendiri, objek manakah yang pantas menjadi fokusnya? “ karena orang lain tidak dapat menuntut secara sah kepuasan yang jika ditunjukan kepada diri kita sendiri akan bersifat amoral, maka obyek perilaku moral haruslah sesuatu yang berada diluar diri seseorang atau diluar seseorang sejumlah orang dari sejumlah orang lain.

Pesan moral ditangkap melalui penafsiran cerita film. Adegan-adegan yang mengandung suatu materi atau gagasan mengenai ajaran tentang baik buruknya

(11)

perbuatan dan kelakuan atau nilai luhur dalam film tersebut merupakan pesan moral yang ingin disampaikan pembuat film kepada penontonnya. Hal ini berhubungan dengan kehidupan seperti sikap, tingkah laku, prinsip, pendirian, dan sebagainya. Penampaian hal tersebut melalui penampilan aktor-aktor pada cerita.

Adapun jenis-jenis moral sebagai berikut :

1. Moral Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang berkembang dengan pengaruh banyak orang lain, dan kehadirannya sendiri pun juga ikut mempengaruhi perkembangan pribadi orang lain. Perkembangan individu terjadi dalam hubungan-hubungan antarpribadi. Sebaliknya individu pun dapat berkurang mutunya karena pengaruh orang-orang lain. Karena hubungan-hubungan dalam masyarakat itu begitu kompleks, kiranya baik penilaian moral terhadap hubungan hubungan itu kita laksanakan segi demi segi. Namun harus tetap diingat segi yang satu dalam kenyataan selalu berkaitan dalam kenyataan selalu berkaitan erat dengan segi-segi yang lainnya.

2. Moral Hidup

Hidup selayaknya dilihat sebagai anugerah Tuhan yang sangat berharga. Karena itu kita terpanggil untuk memelihara dan melindungi kehidupan sejauh mungkin. Pemeliharaan kehidupan juga merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas

(12)

anugerah tersebut. Maka manusia dalam keadaan manapun, harus kita hargai sesuai dengan martabatnya yang luhur itu.

2.2.7. Teori Semiotika peirce

Teori komunikasi dalam penelitian ini yaitu mengacu pada teori semiotika yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce. Bagi Peirce, semiotika adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence) atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant). Pierce membedakan tiga konsep dasar semiotika, yaitu:

1. Semiotik sintaksis yang mempelajari hubungan antar tanda. Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama.

2. Semiotik semantik yang mempelajari hubungan antara tanda, objek, dan interpretannya.

3. Membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotik. Semiotik pragmatik yang mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.

Pendekatan yang dilakukan oleh Pierce adalah pendekatan triadic, karena mencakup tiga hal yakni tanda, hal yang diwakilinya serta kognisi yang terjadi pada pikiran seseorang pada waktu menangkap tanda tersebut. Tanda-tanda (sign) adalah baris atau dasar dari seluruh komunikasi. Pakar komunikasi Little John mengatakan

(13)

sesamanya dan banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. Pierce mengatakan, sebuah tanda senantiasa memiliki tiga dimensi yang saling terkait yaitu:

Representamen (R) sesuatu yang dapat dipersepsi (perceptible), Objek (O) sesuatu yang mengacu kepada hal lain (referetial), dan (I) sesuatu yang dapat diinterpretasi (interpretable). Hubungan itu dapat didasari oleh keterkaitan (indeks), keserupaan (ikon), atau konvensi (lambang), atau gabungan ketiganya. Jadi, asap (R) mewakili kebakaran (O). Proses ini belum selesai karena, berdasarkan hubungan R-O (asap kebakaran), penerima tanda akan melakukan penafsiran (I). Jadi, dengan melihat asap (R), seseorang menghubungkannyan dengan kebakaran (O), dan dapat menafsirkan bahwa yang terbakar adalah gedung pertokoan (I). Proses inilah yang disebut semiosis. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh peirce disebut representamen. Konsekuensinya, tanda (sign/representamen) selalu terdapat dalam hubungan dalam hubungan triadik, yaitu representamen, objek, dan interpretan.

(14)

Gambar 2.1 Teori Segitiga Makna (Triangle of Meaning)

Sign

Interpretant objek

Panah dua arah pada unsur makna Pierce menekankan bahwa masing-masing istilah dapat dipahami hanya dalam relasinya dengan yang lain. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu di luar dirinya sendiri (objek), dan ini dipahami oleh seseorang, dan ini memiliki efek dibenak penggunanya (interpretant). Untuk lebih menjelaskan Pierce membagi tipe tanda tersebut dengan kembali dimodelkan kedalam sebuah segitiga.

Tanda menurut Pierce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Salah satu contohnya yaitu seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedangkan mengomunikasi

(15)

mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian namun penampilan fisiknya yang seksi, para penonton bisa saja memaknainya sebagai ikon wanita muda cantik dan menggairahkan.

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir ini bertujuan agar memudahkan peneliti dalam membahas penelitian yaitu tentang isi film The Fault In Our Stars mengenai makna pesan yang disampaikan oleh film tersebut, terutama makna pesan moral. Makna pesan tersebut dianalisis dengan teori semiotika dalam aspek verbal dan non verbal serta segitiga makna. Pesan moral yang disampaikan juga menyangkut etika dalam

Film The Fault In Our Stars

Isi Film Makna pesan Moral Etika Semiotika Non Verbal

(16)

berperilaku.

Penerapan semiotika pada tanda nonverbal, yang terutama penting diperhatikan adalah pemahaman tentang bidang nonverbal. Bidang nonverbal adalah wilayah yang menekankan pentingnya fenomena bersifat empiris, faktual, dan konkret, nyata, dan dapat dibuktikan melalui indra manusia. Penerapan semiotika pada tanda nonverbal bertujuan untuk mencari dan menemukan makna pada meta-tanda nonverbal.

Hakikat bahasa adalah tutur (poespoprodjo, 1987:110). Bahasa membahas dalam bahasa tutur, tidak dalam bahasa tulis, didengar, tidak dilihat. Bahasa terlepas dari proses pelaksanaannya begitu dibahasa tuliskan namun bahasa tulis kehilangan daya ekspresif dibanding bahasa yang diucapkan dan jumlah tanda-tanda bahasa dalam suatu bahasa tertentu selalu lebih besar daripada jumlah tanda-tanda bahasa yang diketahui oleh seseorang. Pengertian bahasa sebagai percakapan atau pembicaraan, tidak sepenuhnya benar, sebab dalam aktivitas berfikir, berbahasa, dan berbicara karena bahasa dapat diartikan sebagai suatu penukaran tanda-tanda, kemudian kaidah-kaidah mengenai cara-cara tanda-tanda menunjukan kepada objek-objek tertentu misalnya orang, barang dan peristiwa.

Gambar

Gambar 2.1 Teori Segitiga Makna (Triangle of Meaning)
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran Hak Asasi Manusia Ownership yang saat ini umum digunakan dalam pemaknaan hak atas tubuh khususnya pada kasus aborsi

Jika session benar maka user dipersilahkan membuka halaman kotak surat, namun jika salah maka user tidak bisa membuka halaman kotak surat dan biasanya akan

di Indonesia mulai berkurang dan hal ini tidak terlepas dari masyarakat.Posisi masyarakat ibarat pedang bermata dua yaitu masyarakat bisa sebagai pelindung dan bisa juga

285 Pada persamaan regresi diatas dapat kita lihat bahwa nilai Unstandardized Coefficients B sebesar – 0,990 yang berarti bahwa jika variabel independen dalm hal

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS, diperoleh interaksi antara model pembelajaran berbasis proyek terhadap pemecahan masalah usaha dan energi ditinjau

1. Mediasi yudisial di Pengadilan Agama Semarang sudah diterapkan sejak ditetapkannya PERMA No. Bisa dikatakan pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Semarang

Persoalan sekaligus pertanyaannya paling mendasar adalah apakah perjuangan politik Islam Indonesia, untuk menegakkan agama Islam di satu sisi dan

Menurut buku panduan penggunaan perpustakaan Undiksha 2012 bahwa layanan bebas pustaka adalah suatu layanan yang diberikan kepada anggota perpustakaan untuk