• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruli Darliana 1. Vidya Pratiwi, S.Pd. 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ruli Darliana 1. Vidya Pratiwi, S.Pd. 2"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL COOPERATIF SCRIPT UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV

PADA PELAJARAN IPA MATERI FUNGSI ALAT

INDERA DAN PEMELIHARAANNYA

SEMESTER GANJIL DI SDN I TAMAN

KECAMATAN SUMBERMALANG

KABUPATEN SITUBONDO

TAHUN PELAJARAN

2012/2013

Ruli Darliana1 Vidya Pratiwi, S.Pd.2

Abstract: The method can be used to improve student learning outcomes is "Cooperative Script is a method of learning in which students work together in pairs and take turns orally summarizing part dipelajari.Jenis part of the material of this study is action research (PTK) .At first cycle , by 60% while the second cycle 90% .Berdasarkan above description of student activity in the classical persiklus continue meningkat.Berdasarkan results of the analysis of student activity. Cooperative learning science with models Script increased in each cycle. In the first cycle as a whole obtained a percentage of student activity () = 68.74%, when adjusted for student activities such as the criteria in Table 3.1, it is classified as a category is quite active. While in the second cycle of learning has increased by 19.79% from 68.74% to 88.75%, in which case the activity of students during the learning Cooperative Script relatively active.

KeyWord: Cooperative Script, learning, and students

1 Alumni FKIP PGSD UNARS Situbondo 2

(2)

PENDAHULUAN

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih

strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu penerapan menjelaskan bahwa “Cooperative Script merupakan metode belajar dimana murid bekerjasama berpasangan, dan secara lisan bergantian mengikhtisarkan bagian bagian dari materi yang dipelajari”.

Menurut Brosseau yang dikutip oleh Hadi (2007:18) pembelajaran

cooperativescript adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara-cara berkolaborasi. Siswa bersama

(3)

dengan pesangannya memecahkan masalah secara bersama-sama. Siswa dituntut untuk beraktivitas sendiri, Siswa menemukan sendiri suatu konsep atau mampu memecahkan masalah sendiri.

Berdasarkan pengertian tersebut, dalam pembelajaran

cooperative script terjadi suatu

kesepakatan untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dengan mandiri. Pada pembelajaran

cooperative script masalah yang

dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, guru mengontrol siswa selama pembelajaran berlangsung dan guru memberikan pengarahan jika siswa merasa kesulitan. Pada interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran cooperative script

benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan yang telah didapatkan dan juga keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai jika digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam penyelesaian masalah

Dalam metode pembelajaran

cooperative script siswa lebih aktif

dalam memecahkan masalah dan untuk melakukan kerjasamanya dengan teman-temannya sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Penerapan Model

Cooperatif Script Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pelajaran IPA Materi Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya Semester Ganjil Di SDN 1 Taman Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Bagaimanakah langkah – langkah peningkatan hasil belajar

(4)

siwa dengan diterapkannya pembelajaran Model Cooperatif Script? b) Bagaimanakah pengaruh

metode pembelajaran Model Cooperatif Script terhadap hasil

belajar siswa?

Sementara itu tujuan penelitian ini adalah a) Untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa kelas 4 setelah diterapkannya pembelajaran Model Cooperatif Script pada pelajaran IPA materi

fungsi alat indra dan pemeliharaanya semester ganjil SDN I Taman Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013. b) Untuk meningkatkan belajar siswa kelas 4 pada pelajaran IPA materi fungsi alat indra dan pemeliharaanya semester ganjil SDN I Taman Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action

research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di

kelas.Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu:

1) Penelitian tindakan guru sebagai peneliti

2) Penelitian tindakan kolaboratif 3) Penelitian tindakan simultan

terintegratif

4) Penelitian tindakan sosial eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya.

Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada:

1) Tujuan utamanya atau pada tekanannya

2) Tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar

(5)

3) Proses yang digunakan dalam melakukan penelitian

4) Hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga siklus/putaran.Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, dan 2dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

HASIL PEMBAHASAN PELAKSANAAN SIKLUS I Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yang meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), wacana yang akan dibuat ikhtisar, soal latihan individu, dan pedoman observasi aktifitas siswa.

Tindakan Siklus I

Sesuai dengan rencana yang telah disusun, pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di Kelas IV SDN 1 Taman. Untuk siklus I ini dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan rincian pertemuan I untuk pre-tes dan pertemuan II untuk menerapkan model pembelajaran Cooperatif Script sekaligus pemberian post-tes.

1) Pertemuan I (Selasa, 03 Juli 2012)

Pada pertemuan pertama, peneliti memberikan pre-tes dengan

(6)

materi Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaanya. Tujuan dilakukan

pre-tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya dan mengetahui kesiapan siswa sebelum menerima materi yang berkaitan dengan Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Sebelum tes dilakukan, yaitu pada waktu akhir observasi kelas pada 03 Juli 2012, diberikan informasi kepada siswa untuk mempelajari materi tentang Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Jumlah soal pada

pre-test pada materi Fungsi Alat

Indera dan Pemeliharaannya terdapat 5 soal, soal bersifat subjektif (essay). Hasil pre-tes tersebut juga digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun pasangan belajar yang disusun berdasarkan kemampuan siswa yaitu siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan tes tersebut, dapat diketahui bahwa 20% saja dari jumlah keseluruhan siswa yang telah mencapai ketuntasan. Kendala yang dihadapi terutama kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep

Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya, dan siswa kesulitan mengerjakan soal subjektif. Sehingga, soal-soal tersebut menjadi permasalahan bagi mereka.

2) Pertemuan II (Selasa, 17 Juli 2012)

Pertemuan kedua, guru (peneliti) melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan model Cooperative Script dengan materi Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Sebelum pelajaran dimulai, guru (peneliti) menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu Cooperative Scriptdan menjelaskan sekilas tentang jalannya pembelajaran IPA, aturan dan langkah-langkah pembelajaran Cooperative Script.

a. Pada awal pelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Kemudian guru mengajak siswa untuk mengenal sumber-Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Setelah semua siswa siap menerima pelajaran kemudian guru menjelaskan

(7)

pelajaran secara klasikal dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.

b. Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi siswa antusias memperhatikan meskipun terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan karena siswa tersebut duduk pada bangku paling belakang sehingga tidak terfokus pada penjelasan guru. Kemudian guru membagi siswa dalam bentuk berpasangan sesuai dengan daftar yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Siswa dibagi dalam 10 pasang karena jumlah seluruh siswa dalam kelas tersebut ada 20 siswa. Guru juga menetapkan siapa yang terlebih dulu menjadi pembicara dan siapa yang menjadi pendengar. Pada saat pembentukan pasangan, suasana kelas tampak gaduh karena siswa sibuk mencari pasangannya, bahkan ada yang berteriak-teriak mencari pasangannya. Akan tetapi kegaduhan tersebut bisa cepat teratasi dan tidak berlangsung lama, sehingga suasana kelas

pun dapat dikendalikan.Setelah siswa duduk dengan pasangannya masing-masing, guru memberikan wacana untuk dibaca dan dibuat ikhtisar atau ringkasan secara berpasangan. Pada saat membuat ikhtisar atau ringkasan, siswa masih bekerja sendiri-sendiri dan tidak membantu rekannya yang mengalami kesulitan, sehingga kerja sama masih terlihat pasif, bahkan ada siswa yang enggan memberi tahu temannya yang mengalami kesulitan. Hal itu disebabkan, siswa terlihat belum terbiasa dengan situasi tersebut, interaksi antar siswa dengan pasangannya belum terlihat, ada 2 siswa yang masih tidak mau mengerjakan secara berpasangan dan cenderung ramai sendiri. Siswa yang pintar cenderung diam dan tidak membantu siswa yang kesulitan. Ketika pembuatan ikhtisar atau ringkasan berlangsung guru (peneliti) berkeliling melakukan bimbingan kepada pasangan yang membutuhkan penjelasan dan terus memotivasi siswa supaya saling bekerjasama untuk

(8)

membantu pasangannya.Setelah semua selesai membuat ikhtisarnya, guru meminta siswa mempresentasikan hasil setiap pasangan. Guru (peneliti) meminta siswa yang menjadi pembicara untuk maju ke depan kelas dan membacakan ikhtisarnya secara lengkap sambil memasukkan ide dalam ringkasannya, sementara pendengar memperhatikan, mengoreksi, menunjukkan ide yang kurang lengkap serta membantu mengingat, menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya. Setelah pembicara selesai membacakan ikhtisarnya, giliran pendengar yang menjadi pembicara (bertukar peran). Begitu seterusnya dengan pasangan yang lain. Dalam kegiatan presentasi ini guru atau peneliti membimbing siswa supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan lancar. Tetapi dalam pelaksanaan presentasi siswa terlihat gugup, malu, canggung dan takut. Selain itu siswa kurang dapat mengkomunikasikan

pengetahuannya sehingga siswa lain mengalami kebingungan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak terbiasa untuk presentasi di depan kelas, sehingga keberanian siswa untuk berbicara dan menyampaikan hasil diskusi kurang. Guru membimbing siswa dalam presentasi kelas dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang kurang dipahami. Setelah presentasi kelas selesai dan seluruh pasangan telah menguasai materi kemudian guru memberikan soal latihan individu untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam menerima pelajaran dengan model pembelajaran yang telah diajarkan. Hal ini bertujuan supaya siswa terbiasa dalam mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang diberikan dalam bentuk soal subjektif. Dalam mengerjakan soal latihan individu, setiap siswa tidak boleh memberikan bantuan kepada siswa lain. Selama siswa mengerjakan latihan soal, guru (peneliti)

(9)

melihat beberapa perbedaan cara siswa dalam merencanakan pola, akan tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah karena perbedaan ide dalam pembelajaran IPA sangatlah ditekankan.

c. Kegiatan akhir, guru (peneliti) melakukan evaluasi terhadap jalannya pembelajaran yang telah dilakukan dan membimbing siswa dalam menyimpulkan materi sekaligus melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi yang telah dipelajarinya, khususnya yang berkaitan dengan topik yaitu Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya dan memecahkan permasalahan sehari-hari.

Kemudian diadakan pos-tes yaitu, siswa diberikan soal tes dengan jumlah 5 soal essay, dengan materi Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya dan memecahkan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Tes ini diadakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep

siswa melalui penerapan model Cooperative Script.

Selama berlangsungnya tes, keadaan siswa dalam kelas tampak cukup tenang. Namun, ada 4 siswa yang masih belum siap dan kurang paham terhadap pelajaran IPA yang telah diajarkan, sehingga pengerjaan tes kurang diperhatikan dan cenderung melihat dan mengganggu pekerjaan temannya, tetapi guru (peneliti) terus mengawasi dan menekankan untuk mengerjakan soal sendiri.

Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati semua kegiatan selama pembelajaran dengan model Cooperative Scriptberlangsung. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan pada saat guru dan siswa sedang melaksanakan proses pembelajaran, maupun pada saat siswa sedang membuat ikhtisar dengan pasangannya.

(10)

Observasi pada siswa pada saat membuat ikhtisar dengan pasangannya dan mempresentasikan hasil ikhtisarnya. Aktifitas siswa yang diamati yaitu kriteria memperhatikan penjelasan guru, bertanya kepada guru, kerjasama dengan pasangannya, dan semangat dalam pembelajaran. Pada siklus I secara keseluruhan siswa cenderung pasif, yaitu ketika pembelajaran siswa kurang berani mengajukan pertanyaan dan kurang memperhatikan guru.

Prosentase ketuntasan belajar a. Ketuntasan perorangan, seorang

siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor  63 dari skor maksimal 100. Jumlah siswa yang tuntas secara perorangan = 12 siswa

Jumlah siswa yang tidak tuntas secara perorangan = 8 siswa b. Ketuntasan klasikal, suatu kelas

dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% telah mencapai ketuntasan individual

 63 dari skor maksimal 100. Persentase ketuntasan klasikal: E = % 100 x siswa jumlah perorangan tuntas yang siswa jumlah = 100 20 12  %= 60 % Refleksi

Berdasarkan data analisis aktifitas siswa dalam pembelajaran diperoleh hasil persentase aktifitas siswa pada siklus I, yaitu kriteria memperhatikan penjelasan guru = 75.00 %; bertanya kepada guru = 62.50 %; kerjasama dengan pasangan = 66.66 %; dan semangat dalam pembelajaran = 70.83 %. Dari data di atas diperoleh aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan model Cooperative Script secara kalsikal pada siklus I sebesar (p ) = a

68.74%. Apabila disesuaikan dengan kriteria aktifitas siswa seperti pada tabel 3.1, maka nilai 68.74 % tergolong kategori cukup aktif.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis pos-tes pada siklus I, menunjukkan bahwasiswa yang mengikuti pos-test dengan jumlah 20 siswa yang tuntas secara perorangan sejumlah 12 siswa dan siswa yang tidak tuntas secara perorangan sebanyak 8 siswa. Persentase

(11)

ketuntasan belajar klasikal melalui modelCooperative Script pembelajaran pada siklus I sebesar 60 %. Sesuai dengan kriteria ketuntasan, persentase tersebut dikatakan belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Persentase keaktifan siswa dan ketuntasan belajar dengan nilai tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti, maka dilakukan perbaikan dalam hal perencanaan untuk pembelajaran berikutnya yang dilakukan dalam siklus II. Berdasarkan data tes dan hasil observasi siswa pada siklus I, terdapat kelemahan antara lain: 1). Persentase aktifitas siswa belum

mancapai 75 % dan ketuntasan hasil belajar belum mencapai 85 %.

2). Siswa kesulitan dalam bertanya dan kurangnya beranian dalam mengajukan pertanyaan.

3). Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan kurangnya kekompakan diskusi dengan pasangannya.

4). Siswa kurang memamahi soal. Berdasarkan kelemahan-kelemahan pada siklus I tersebut, maka dilakukan perbaikan

langkah-langkah pembelajaran pada siklus II yang meliputi:

1). Guru meminta siswa mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diberikan. 2). Guru memberikan informasi

terlebih dahulu sebelum dilakukan penilaian dengan menyebutkan aspek-aspek yang akan dinilai.

3). Jumlah soal latihan yang berupa soal subjektif ditambah.

Secara umum pembelajaran pada siklus I masih terdapat banyak kekurangan sehingga perlu ditingkatkan lagi pada siklus II.

PELAKSANAAN SIKLUS II Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yang meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), wacana yang akan dibuat ikhtisar, soal latihan individu dan pedoman observasi aktifitas siswa.

(12)

Pemberian Tindakan Siklus II Sesuai dengan rencana yang telah disusun, pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di Kelas IV SDN 1 Taman. Untuk siklus II ini dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan rincian pertemuan I untuk pembelajaran Siklus II dan pertemuan II untuk pemberian post-tes.

1. Pertemuan I (Selasa, 04September 2012) Pada pertemuan pertama, guru (peneliti) tetap melaksanakan pembelajaran Cooperative Script dengan materi sifat-sifat Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Sebelum pembelajaran dimulai, A. Kegiatan awal guru

menjelaskan kembali tentang proses pembelajaran dengan model Cooperative Script. Pada awal pelajaran guru menyampaikan materi yaitu Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya dengan tujuan pembelajarannya, kemudian guru memotivasi

siswa tentang kaitan antara pembelajaran yang akan dipelajari dengan realitas yang dikenal siswa. Pertanyaan tersebut yang dapat memancing perhatian siswa untuk lebih mengetahui tentang materi yang akan disampaikan. Pada awal pembelajaran kali ini, siswa terlihat lebih siap dan sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan.

B. Kegiatan Inti dilanjutkan dengan presentasi kelas atau penjelasan guru tentang sifat-sifat, dan tidak lupa memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dari penjelasan materi yang belum dipahami. Pada saat guru menerangkan materi siswa terlihat antusias dan mudah memahami materi, namun ada 3 orang siswa yang mengacungkan tangan dan bertanya karena belum paham dengan yang dijelaskan oleh guru. Kemudian guru menanyakan pada siswa tersebut tentang hal yang

(13)

belum dimengerti, guru mengulang kembali penjelasan materi dan memberi contoh soal untuk dikerjakan secara klasikal supaya pemahaman materi lebih cepat. Seperti pembelajaran sebelumnya yaitu siswa dibagi menjadi beberapa pasangan, pembagian pasangan tetap seperti pada pembelajaran siklus I. Pada saat pembentukan pasangan kali ini berjalan dengan baik dan tenang karena siswa telah mengetahui pasangan masing-masing. Setelah siswa duduk dengan pasangannya masing-masing, guru memberikan wacana yang akan dibuat ikhtisar oleh masing-masing pasangan. Peneliti melihat secara keseluruhan aktifitas siswa dalam kelompok kali ini

mulai mengalami

perkembangan. Siswa lebih paham akan maksud soal, interaksi lebih terjalin, keramaian masih terjadi tetapi lebih cenderung kepada

saling bertukar pendapat dengan pasangannya. Pada saat proses kegiatan tersebut berlangsung, guru (peneliti) mulai melakukan kegiatan pengamatannya kembali yaitu mengamati aktifitas siswa dengan melakukan pensekoran pada lembar observasi, dan guru kelas melakukan observasi terhadap guru (peneliti) dalam melakukan pembelajaran. Guru (peneliti) berkeliling melakukan bimbingan kepada pasangan yang membutuhkan penjelasan dan terus memotivasi siswa supaya saling bekerjasama untuk

membantu teman

sekelompoknya.Setelah kegiatan membuat ikhtisar selesai selesai, tiap pasangan membacakan ikhtisarnya secara bergantian. Pada setiap pasangan, yang menjadi pembicara membacakan hasil ikhtisarnya kemudian bertukan peran dengan pasangannya yang semula menjadi pendengar sekarang

(14)

menjadi pembicara Antara pembicara dengan pendengar saling memperhatikan, mengoreksi, melengkapi ide-ide yang kurang lengkapdengan

menghubungkan dengan materi sebelumnya. Selama presentasi di depan kelas, terlihat siswa lebih tertib dan berkonsentrasi pada pembacaan ikhtisar temannya yang sedang maju. Kali ini, siswa tidak ada yang meremehkan pekerjaan temannya dan lebih menghargai pekerjaan temannya.

C. Pada akhir pembelajaran, guru (peneliti) mengevaluasi jalannya pembelajaran dan membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya guru (peneliti) menyampaikan informasi kepada siswa bahwa akan dilaksanakan

pos-tespada pertemuan berikutnya yaitu pada hari selasa, 11 September 2012 dan menghimbau siswa untuk

belajar di rumah tentang materi sifat-sifat Energi dan Penggunaanya.

2. Pertemuan II (Selasa, 11 September 2012)

Pada pertemuan kedua, diadakan pos-tes yaitu dengan materi sifat-sifat Energi dan Penggunaanya, sebanyak 10 soal subjektif. Tes ini diadakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa melalui penerapan model Cooperative Script.

Selama pos-tes II berlangsung, suasana kelas sangat tenang dan tertib. Siswa terlihat sudah lebih siap dan antusias untuk mengerjakan secara individu. Ada 2 siswa mengajukan pertanyaan, mereka belum mengerti dari soal yang diberikan dan guru (peneliti) langsung memberikan penjelasan.

Observasi

Pada siklus II kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Aktifitas siswa

(15)

pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Siswa telah berani mengajukan pertanyaan kepada guru, siswa juga antusias memperhatikan penjelasan guru meskipun masih ada yang bercanda dengan teman sebangkunya terutama siswa yang duduk di bangku paling belakang, siswa aktif dalam bekerjasama dengan pasangannya terlihat adanya interaksi yang baik dalam kegiatan pembelajaran yaitu siswa saling membantu teman yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Secara umum pembelajaran pada siklus II telah berjalan dengan baik dan siswa dalam pembelajaran telah aktif.

Prosentase ketuntasan belajar kelas eksperimen

a. Ketuntasan perorangan, seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor  63 dari skor maksimal 100. Jumlah siswa yang tuntas secara perorangan = 18 siswa

Jumlah siswa yang tidak tuntas secara perorangan = 2 siswa

b. Ketuntasan klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% telah mencapai ketuntasan individual

 63 dari skor maksimal 100.

Persentase ketuntasan klasikal: E = % 100 x siswa jumlah perorangan tuntas yang siswa jumlah = 100 20 18 %= 90 % Refleksi

Berdasarkan data analisis aktifitas pembelajaran pada siklus II, aktifitas siswa pada siklus II pembelajaran rata-rata seluruh aktifitas belajar sebesar 88.75 % dan dapat dikategorikan aktif. Sedangkan berdasarkan hasil analisis pos-tes pada siklus II menunjukkkan bahwasiswa yang mengikuti pos-tes dengan jumlah 20 siswa yang tuntas secara perorangan sejumlah 18 siswa dan siswa yang tidak tuntas secara perorangan sebanyak 2 siswa. Persentase ketuntasan belajar klasikal melalui model Cooperative

Script pada siklus II sebesar 90 %.

(16)

persentase tersebut tuntas belajar secara klasikal.

Berdasarkan data di atas pada siklus II, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dan aktifitas siswa. Persentase aktifitas siswa telah mencapai 88.75 % dan persentase ketuntasan hasil belajar telah mencapai 90 %. Oleh karena telah terjadi peningkatan yang diharapkan

oleh peneliti, maka penelitian tindakan kelas ini dinyatakan selesai.

ANALISIS AKTIFITAS SISWA Berdasarkan hasil analisis aktifitas siswa selama pembelajaran dengan model Cooperative Script berlangsung diperoleh data aktifitas siswa seperti pada tabel berikut:

RINGKASAN HASIL ANALISIS AKTIFITAS SISWA

Pembelajaran Aspek Penilaian Aktifitas Siswa Rata-rata

1 2 3 4

Siklus I 75.00 62.50 66.66 70.83 68.74

Siklus II 85 75 95 100 88.75

Rata- rata 80.00 % 68.75 % 80.83 % 85.37 % 78,73 %

Keterangan: 1) memperhatikan pelajaran guru; 2) bertanya kepada guru; 3) kerjasama dengan pasangan; 4) semangat dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis aktifitas siswa, pembelajaran IPA dengan model Cooperative Script mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I secara keseluruhan didapat persentase aktifitas siswa (p ) = a

68.74 %, apabila disesuaikan dengan kriteria aktifitas siswa seperti pada

tabel 3.1, maka tergolong kategori cukup aktif. Sedangkan pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan sebesar 19.79 % yaitu dari 68.74 % menjadi 88.75 %, dalam hal ini aktifitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script

tergolong aktif.

ANALISIS KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA

Ringkasan ketuntasan belajar siswa Kelas IV SDN 1 Taman

(17)

Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo dapat

ditunjukkan dalam tabel 4.6 sebagai berikut:

RINGKASAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA

Pembelajaran Jumlah siswa Persentase ketuntasan (%)

Tuntas Tidak tuntas

Siklus I 12 8 60

Siklus II 18 2 90

Berdasarkan data analisis ketuntasan belajar pada tabel 4.4, pembelajaran melalui model Cooperative Script mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hasil analisis data ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang mengikuti

pos-test, terdapat 12 siswa yang

tuntas secara perorangan dan siswa yang tidak tuntas secara perorangan sebanyak 8 siswa. Sehingga diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal melalui model

Cooperative Script pada siklus I

sebesar 60 %. Sesuai dengan kriteria ketuntasan, persentase tersebut dikatakan belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Hasil analisis data ketuntasan belajar pada siklus II menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang mengikuti

pos-test, terdapat 18 siswa yang tuntas

secara perorangan dan siswa yang tidak tuntas secara perorangan sebanyak 2 siswa. Sehingga diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal melalui model

Cooperative Script pada siklus II

sebesar 90 %. Sesuai dengan kriteria ketuntasan, persentase tersebut dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini dinyatakan selesai.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

 Prestasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa Kelas IV SDN 1

Taman Kecamatan

(18)

Situbondo sebelum digunakannya model pembelajaran Cooperative Scrip masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan pada hasil pre-test terdapat 4 siswa atau 20% yang mencapai ketuntasan belajar.  Aktivitas siswa selama

mengikuti pembelajaran melalui model Cooperative Script mengalami peningkatan dan tergolong kriteria aktivitas siswa aktif. Hal tersebut ditunjukkan dengan analisis aktifitas siswa secara klasikal pada pembelajaran Cooperative Learning, pada siklus I persentase aktifitas siswa sebesar 68.74 % dengan kategori cukup aktif, dan pada siklus II mencapai 88.75% dengan kategori aktif.

 Pembelajaran IPA dengan model

Cooperative Script lebih efektif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dengan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dan juga secara perorangan pada kelas IV SDN 1 Taman. Pada siklus I diperoleh persentase secara klasikal sebesar 60 % (tidak tuntas), dan

pada siklus II mencapai 90 % (tuntas).

DAFTAR PUSTAKA

 Arikunto, Suharsimi. 2001.

Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

 Arikunto, Suharsimi. 2002.

Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek.

Jakarta:Rineksa Cipta.

 Combs. Arthur. W. 1984. The

Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc.

Boston.

 Dahar, R.W. 1989. Teori-teori

Belajar. Jakarta: Erlangga.

 Departemen Pendidiakan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk

Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Balai Pustaka.

 Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.

Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineksa Cipta.

 Djamarah. Syaiful Bahri. 2002.

Psikologi Belajar.

(19)

 Hamalik, Oemar. 1994. Metode

Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

 Hamalik,Oemar. 2000. Psikologi

Belajar dan Mengajar.

Bandung: Sinar Baru Algesindo.  Hariono, Eko. 2001.

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika SLTP Berdasarkan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery).

Makalah dijaukan sebagai salah satu syarat mengikuti ujian komprehensif. Program Pascasarjana Uneversitas Negeri Surabaya.

 Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.  KBBI. 1996. Edisi Kedua.

Jakarta: Balai Pustaka.

 Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research

Planner. Victoria Dearcin University Press.

 Kurniawan, Arif. 2003.

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dengan Menggunakan Metode PenemuanTerbimbing pada Pokok Bahasan Gaya di SDN III Kediri. Skripsi yang

tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Surabaya.

 Lestari, Eko Puji. 2002.

Pengaruh Strategi

Pembelajaran Penemuan Terbimbing melalui Diskusi terhapad Peningkatan Pola Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa untuk Pokok Bahasan Dinamika Gerak Lurus. Skripsi

yang tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Surabaya.  Margono. 1997. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Jakarta:

Rineksa Cipta.

 Ngalim, Purwanto M. 1990.

Psikologi Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

 Nur, Moh. 2001. Pemotivasian

Siswa untuk Belajar. Surabaya.

University Press. Universitas Negeri Surabaya.

(20)
(21)

Gambar

tabel  3.1,  maka  tergolong  kategori  cukup  aktif.  Sedangkan  pada  pembelajaran  siklus  II  mengalami  peningkatan  sebesar  19.79  %    yaitu  dari  68.74  %    menjadi  88.75  %,  dalam  hal  ini  aktifitas  siswa  selama  pembelajaran  Cooperative

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan analisis dan penelitian terhadap sistem yang sedang berjalan pada bagian penjualan dan bagian akuntansi pada PT Trisakti Manunggal Jaya

Untuk menggunakan nara sumber belajar orang ini (nara sumber), guru hendaknya memahami prosedur yang berlaku, terlatih untuk menyeleksi sumber-sumber yang sesuai dengan

Mengingat permasalahan yang telah dikemukakan ternyata persepsi konsumen tentang negara asal suatu merek sangatlah penting dalam menimbulkan minat pembelian suatu produk

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan penerapan CTL di SMK Negeri 1 Kemlagi, (2) untuk mengetahui

Dengan belajar dari pengalaman di Thailand dan India kita dapat memperkirakan bahwa masalah infeksi HIV/AIDS pada anak di Indonesia sudah harus mendapat porsi yang layak

Lingkup pekerjaan : Melakukan inventarisasi data infrastruktur industri pengguna energi panas bumi, melakukan evaluasi terhadap data yang terkumpul dan selanjutnya

Berdasarkan hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar materi genetik Chaetoceros hasil penelitian mengandung materi genetik yang sama dengan Chaetoceros yang ada

Tak lama kemudian latah yang dideritanya kambuh karena Bapak Guru (Habiebie) yang datang tiba-tiba sehingga membuat Rania kaget dan mulai mengeluarkan kata-kata