• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS (RENCANA PROGRAM) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS (RENCANA PROGRAM) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS

(RENCANA PROGRAM)

SEKRETARIAT JENDERAL

2010 - 2014

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

(2)

Rencana Strategis (Renstra) atau Rencana Program Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum disusun dengan mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum 2010–2014 yang merupakan dokumen perencanaan Kementerian Pekerjaan Umum untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, kegiatan, target, indikator outcome, indikator output, dan indikator kinerja utama serta indikasi pendanaan sesuai dengan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.

Penyusunan Renstra Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2010–2014 ini dilakukan untuk mendukung tugas dari Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum yaitu melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dan administrasi Kementerian dan juga untuk mendukung fungsi dari Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum yaitu melaksanakan pembinaan pelaksanaan tugas dan administrasi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya, serta hubungan antar lembaga dan masyarakat.

Penyusunan dokumen Renstra Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum juga dilakukan untuk melaksanakan dan mewujudkan implementasi good governance terutama dalam meningkatkan pelayanan administrasi, perencanaan, dan manajemen sumber daya yang bermanfaat bagi masyarakat luas, serta meningkatkan program pembinaan, pengembangan peraturan perundang-undangan serta pelayanan komunikasi data dan informasi bagi manajemen internal dan eksternal Kementerian sebagai implementasi dari pelaksanaan tugas pengembangan administrasi pembangunan dan manajemen sumber daya di bidang pekerjaan umum.

(3)

Dengan ditetapkannya Renstra Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2010 – 2014 ini maka selanjutnya dokumen Renstra harus menjadi acuan masing-masing biro dan pusat di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dalam meningkatkan kinerjanya untuk mencapai sasaran dan target yang harus dicapai selama periode 2010 – 2014.

(4)

Kata Pengantar 2 Daftar Isi 4 Daftar Gambar 5 Daftar Tabel 5 BAB 1 PENDAHULUAN 7 1.1. Umum 8

1.2. Mandat, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan 9

BAB 2 KONDISI UMUM DAN TANTANGAN 25

2.1. Kondisi Umum 26

2.2. Tantangan dan Isu Strategis 29

BAB 3 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 31

3.1. Visi 32

3.2. Misi 33

3.3. Tujuan 33

3.4. Sasaran 34

BAB 4 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 35

4.1 Kebijakan 36

4.1.1 Kebijakan Makro 36

4.1.2 Kebijakan Operasional 37

4.2 Strategi Reformasi Birokrasi 38

4.2.1 Pengembangan Institusi 38

4.2.2 Pembenahan Regulasi 39

4.2.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) 39

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN 41

5.1. Program dan Kegiatan 42

5.2. Indikator Kinerja Utama 52

5.3. Pendanaan 52

BAB 6 PENUTUP 74

(5)

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010-2014 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

53

Tabel 5.2. MATRIKS RENCANA PROGRAM SEKRETARIAT JENDERAL 54 Gambar 1.1 Bagan Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal 12

(6)
(7)

1

(8)

1.1. UMUM

ndang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap kementerian/lembaga diwajibkan menyusun rencana strategis kementerian/lembaga untuk periode 5 tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pada tahapan pelaksanaan pembangunan jangka panjang ke dua (2010-2014) tatanan kementerian/lembaga berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian serta Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Dalam undang-undang tersebut Kementerian Pekerjaan Umum termasuk dalam kelompok kementerian yang menangani urusan yang tersirat di dalam UUD 45 dengan fungsi masing-masing kementerian negara adalah untuk melakukan: 1). perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan dibidangnya; 2). pengelolan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya; 3). pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; 4). pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah; dan 5). pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas kementerian tersebut diatas maka Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum sebagai unit kerja di bawah Kementerian Pekerjaan Umum sesuai tugas fungsinya untuk pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dan administrasi Kementerian perlu mengoptimalkan perannya dalam mendukung Kementerian PU. Berdasarkan hal tersebut dalam periode 2010- 2014, Sekretariat Jenderal perlu mengoptimalkan manajemen fungsional di bidang pekerjaan umum dalam mengembangkan kebijakan penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman. Disamping itu Sekretariat Jenderal juga perlu mengoptimalkan manajemen sumberdaya yang dapat mendorong peningkatan kinerja produktivitas dan profesionalitas sumber daya manusia serta mengoptimalkan keseluruhan sumber daya yang ada seperti antara

(9)

agar lebih efektif dan efisien. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya optimalisasi dukungan/pelayanan administrasi pimpinan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas kementerian. Hal lain, dalam rangka menumbuhkan citra Kementerian dalam penyelenggaraan pembangunan perlu adanya optimalisasi informasi publik yang lebih akurat dan handal. Untuk mencapai hal tesebut diatas maka Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum menyusun Rencana Strategis Sekeratriat Jenderal tahun 2010 - 2014 sebagai turunan dari Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum.

1.2. MANDAT, TUGAS, FUNGSI

DAN KEWENANGAN

ekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum sebagai salah satu unit Satminkal Eselon satu memiliki tugas pokok untuk melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dan administrasi kementerian. Untuk menjalankan tugas tersebut Sekretariat Jenderal memiliki fungsi melaksanakan pembinaan pelaksanaan tugas dan administrasi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya, serta hubungan antar lembaga dan masyarakat. Di samping itu, Sekretariat Jenderal juga memiliki fungsi untuk melaksanakan koordinasi terhadap pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Kementerian.

Dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya, Sekretariat Jenderal telah berupaya melaksanakan dan mewujudkan implementasi good governance terutama dalam meningkatkan pelayanan administrasi, perencanaan, dan manajemen sumber daya yang bermanfaat bagi masyarakat luas, serta meningkatkan program pembinaan, pengembangan peraturan perundang-undangan serta pelayanan komunikasi data dan informasi bagi manajemen internal dan eksternal kementerian sebagai implementasi dari pelaksanaan tugas pengembangan administrasi pembangunan dan manajemen sumber daya di bidang pekerjaan umum.

Pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum melakukan berbagai kegiatan pokok, antara lain dengan terus mendorong dan mengembangkan reformasi berbagai peraturan perundang-undangan sampai tingkat implementatif dengan memperhatikan perkembangan dan dinamika masyarakat. Sekretariat Jenderal disamping mengupayakan penataan organisasi, juga mengembangkan kelembagaan masyarakat dan dunia usaha. Upaya Sekretariat Jenderal difokuskan pula dalam memantapkan akuntabilitas manajemen sumber daya sejalan dengan adanya perubahan mendasar sistem dan tata laksana penganggaran/ pembiayaan, kepegawaian, aset dan kekayaan negara, serta manajemen perkantoran.

(10)

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan umum berdasarkan peraturan dan perundang-undangan antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN);

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;

7. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan;

8. Peraturan Pemerintah 101/2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Pembangunan Nasional;

11. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional;

12. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden;

13. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentan Pengesahan, Pengudangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 14. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) 2010 – 2014;

15. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

16. Peraturan Menteri PU No. 534 sampai dengan 540/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;

17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 600/PRT/M/2005 tentang Pedoman Bantuan Hukum di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum;

(11)

18. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH.01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang-undangan;

19. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2008 tentang Indikator Kinerja Utama;

20. Peraturan Menteri PU No. 02/PRT/M/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen PU;

21. Instruksi Menteri PU No. 02/IN/M/2009 tentang Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2009 (bersama dengan Biro Keuangan);

22. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/SE/M/2005 perihal Tata Cara Mempersiapkan Naskah Produk Hukum di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum;

26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 – 2014. Tugas pokok Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum adalah melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

Fungsi Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum adalah: Koordinasi kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum;

1.

Koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian 2.

Pekerjaan Umum;

Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi 3.

ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi Kementerian Pekerjaan Umum;

Pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja 4.

sama dan hubungan masyarakat;

Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang – undangan dan 5.

bantuan hukum;

Penyelenggaraan pengelolaan barang milik / kekayaan negara; dan 6.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum. 7.

Untuk menjalankan fungsi tersebut Sekretariat Jenderal didukung oleh 10 (sepuluh) unit Eselon II yang terdiri dari 5 (lima) Biro yang berada di bawah Setjen dan 5 (lima) Pusat yang secara administratif struktural berada di bawah pembinaan Sekretaris Jenderal, namun dalam tugas memberikan masukan langsung kepada Menteri Pekerjaan Umum.

(12)

Gambar 1.1

(13)

Sekretariat Jenderal terdiri dari:

Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri

A.

Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri terdiri dari: Bagian Perencanaan Umum;

a.

Bagian Program dan Anggaran; b.

Bagian Pemantauan dan Evaluasi; c.

Bagian Kerjasama Luar Negeri; dan d.

Kelompok Jabatan Fungsional. e.

Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan perencanaan pembangunan, program dan anggaran, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembangunan, serta kerja sama luar negeri di bidang pekerjaan umum dan permukiman.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan perencanaan a.

Kementerian Pekerjaan Umum;

Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi program dan anggaran; b.

Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan c.

pelaksanaan rencana dan program pembangunan;

Koordinasi dan pembinaan perencanaan program dan administrasi d.

kerja sama luar negeri;

Pelaksanaan kegiatan strategis Kementerian Pekerjaan Umum; e.

dan

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro. f.

Biro Kepegawaian dan Organisasi Tatalaksana

B.

Biro Kepegawaian dan Organisasi Tatalaksana terdiri dari: Bagian Informasi dan Tata Usaha Kepegawaian; a.

Bagian Administrasi Pengembangan Pegawai; b.

Bagian Mutasi; c.

Bagian Organisasi dan Tatalaksana; dan d.

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Biro Kepegawaian dan Organisasi Tatalaksana mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana program dan anggaran, laporan akuntabilitas kinerja Biro, urusan tata usaha kepegawaian, proses pemberian penghargaan, disiplin pegawai, penanganan pengaduan dan tanggapan penyimpangan bidang kepegawaian, penelaahan

(14)

peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian, penyusunan, pengelolaan dan penyajian data dan informasi kepegawaian, penggandaan dan dokumentasi, serta urusan tata usaha, rumah tangga, pengelolaan dan pemeliharaan barang milik negara di lingkungan Biro.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Biro Kepegawaian dan organisasi Tatalaksana menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Pelaksanaan administrasi umum kepegawaian; a.

Pengelolaan dan pemeliharaan barang milik negara di lingkungan b.

Biro;

Pelaksanaan administrasi penghargaan dan penegakan disiplin c.

pegawai;

Penanganan pengaduan dan tanggapan penyimpangan bidang d.

kepegawaian;

Penelaahan peraturan perundang–undangan bidang

e.

kepegawaian;

Pengumpulan, pemeliharaan dan pengolahan data

f.

kepegawaian;

Penyajian tata naskah dinas dan informasi kepegawaian; g.

Penyusunan rencana program dan anggaran serta laporan h.

akuntabilitas kinerja biro; dan

Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Biro. . i.

Biro Keuangan

C.

Biro Keuangan terdiri dari: Bagian Perbendaharaan; a.

Bagian Anggaran dan Pengembangan Penerimaan Negara Bukan b.

Pajak (PNBP);

Bagian Verifikasi dan Akuntansi; c.

Bagian Bina Pengusahaan BUMN Perum; dan d.

Kelompok Jabatan Fungsional. e.

Biro Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan administrasi keuangan, penyusunan laporan keuangan kementerian, pembinaan pengusahaan Badan Usaha Milik Negara/ Perum, pembinaan Badan Layanan Umum serta fasilitasi pelaksanaan anggaran di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Biro Keuangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

(15)

Fasilitasi pengurusan dan pengesahan dokumen pelaksanaan a.

anggaran Kementerian (DIPA);

Fasilitasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara b.

serta tata laksana administrasi keuangan kementerian;

Pelaksanaan akuntansi, verifikasi dan pembukuan serta laporan c.

pertanggungjawaban anggaran dan belanja Kementerian; Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan anggaran; d.

Penyusunan laporan keuangan tingkat Kementerian PU; e.

Penyusunan laporan keuangan tingkat Sekretariat Jenderal; f.

Pembinaan perbendaharaan; g.

Pembinaan pengusahaan dan pengembangan usaha serta h.

pelayanan administratif Badan Usaha Milik Negara Perum dan Badan Layanan Umum (BLU) di lingkungan Kementerian; dan Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro. i.

Biro Perlengkapan dan Umum

D.

Biro Perlengkapan dan Umum terdiri dari : Bagian Tata Usaha;

a.

Bagian Administrasi Perkantoran; b.

Bagian Rumah Tangga; c.

Bagian Prasarana Fisik; dan d.

Kelompok Jabatan Fungsional. e.

Biro Perlengkapan dan Umum mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengelolaan, ketatausahaan, administrasi perkantoran dan kementerian, kerumahtanggaan dan prasarana fisik.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Biro Perlengkapan dan Umum mempunyai fungsi sebagai berikut:

Pelayanan ketatausahaan Kementerian, administrasi perkantoran, a.

kerumahtanggaan dan prasarana fisik;

Pelayanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Wakil Menteri, b.

Sekretariat Jenderal, Staf Ahli dan Staf Khusus, serta urusan tata usaha dan rumah tangga Biro;

Pelaksanaan urusan tata naskah dinas dan kearsipan Kementerian, c.

serta penatausahaan barang milik negara;

Pelaksanaan urusan kesehatan, ketertiban dan keamanan, serta d.

(16)

Pelaksanaan urusan utilitas, bangunan gedung dan rumah jabatan, e.

sarana dan prasarana lingkungan.

Biro Hukum

E.

Biro Hukum terdiri dari :

Bagian Penyusunan Peraturan Perundang-undangan I; a.

Bagian Penyusunan Peraturan Perundang-undangan II; b.

Bagian Bantuan Hukum I; c.

Bagian Bantuan Hukum II; dan d.

Kelompok Jabatan Fungsional. e.

Biro Hukum mempunyai tugas melaksanakan pembinaan sistem dan tertib peraturan perundang-undangan meliputi koordinasi, penyusunan dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dan bidang terkait, pemberian pertimbangan hukum pengelolaan barang milik negara, pemberian bantuan hukum, pemberian pendapat hukum perjanjian/kontrak, pengelolaan rumah negara, serta penyelenggaraan sistem informasi dan dokumentasi hukum.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Biro Hukum menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang–undangan bidang pekerjaan umum dan bidang terkait;

b. Pembinaan konsistensi peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dengan bidang terkait dan peraturan daerah; c. Pemrosesan rancangan peraturan perundang-undangan;

d. Pembinaan pelaksanaan dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan;

e. Pemberian pertimbangan hukum dalam pengelolaan barang milik negara termasuk pengalihan dan pembebasan hak atas barang milik negara dan/atau kekayaan negara;

f. Koordinasi pemberian bantuan hukum terkait penyelenggaraan infrastruktur dan/atau administrasi pemerintahan di lingkungan Kementerian;

g. Pemberian pendapat hukum perjanjian/kontrak;

h. Pemrosesan penetapan status Rumah Negara Golongan I (satu) dan II (dua) serta usul perubahan status Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III (tiga) di lingkungan Kementerian;

(17)

Pusat Kajian Strategis (PUSTRA)

F.

Pusat Kajian Strategi terdiri dari : Bagian Tata Usaha.

a.

Bidang Pengembangan Investasi; b.

Bidang Strategi Pembangunan; c.

Bidang Kajian Kinerja; dan d.

Kelompok Jabatan Fungsional. e.

Pusat Kajian Strategis mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan perumusan kebijakan dan strategi pembangunan, fasilitasi pengembangan investasi, evaluasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pembangunan, kinerja pembangunan, serta penyebarluasan informasi kebijakan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang. Dalam melaksanakan tugas tersebut Pusat Kajian Strategis menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Pengkajian dan perumusan kebijakan dan strategi jangka panjang a.

dan jangka menengah, pembangunan wilayah serta keterpaduan fungsi penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang;

Pelaksanaan kajian dan fasilitasi pengembangan investasi bidang b.

pekerjaan umum;

Pelaksanaan kajian dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan c.

strategi pembangunan serta evaluasi kinerja pembangunan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang;

Penyebarluasan informasi kebijakan dan strategi pembangunan d.

bidang pekerjaan umum dan penataan ruang; dan Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat.. e.

Pusat Komunikasi Publik

G.

Pusat Komunikasi Publik terdiri dari: Bagian Tata Usaha Pimpinan; a.

Bidang Pelayanan dan Informasi Publik; b.

Bidang Dokumentasi dan Publikasi; c.

Bidang Pelaporan Pimpinan; dan d.

Kelompok Jabatan Fungsional. e.

Pusat Komunikasi Publik mempunyai tugas melaksanakan penyebarluasan informasi kebijakan dan program pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum, pelayanan informasi publik, serta urusan tata usaha dan protokoler pimpinan Kementerian.

(18)

Dalam melaksanakan tugas tersebut Pusat Komunikasi Publik menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Penyampaian kebijakan, strategi dan program Kementerian a.

yang telah diputuskan Menteri atau disepakati jajaran pimpinan Kementerian sebagai juru bicara Kementerian;

Pelaksanaan urusan tata usaha dan protokoler pimpinan b.

Kementerian;

Perumusan program kehumasan dan informasi publik, koordinasi c.

humas internal dan pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga;

Pelayanan informasi keluar meliputi media massa cetak dan d.

elektronik, serta masyarakat luas dalam berbagai bentuk penyajian tulisan, tayangan, talkshow dan laporan penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum;

Pelayanan publikasi Kementerian melalui berbagai media, seperti e.

website, pameran, iklan layanan masyarakat, majalah, booklet dan berbagai produk kolateral lainnya, serta pendokumentasian kegiatan dan produk Kementerian; dan

Penyiapan laporan pimpinan untuk sidang kabinet, rapat f.

koordinasi menteri koordinator, rapat kerja bersama lembaga legislatif dan sidang/rapat kerja dengan lembaga-lembaga lain yang melibatkan Kementerian.

Pusat Komunikasi Publik Kementerian PU mempunyai 1 (satu) balai sebagai unit pelaksana teknis yaitu Balai Produksi Bahan Pelatihan Audio Visual. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 Peraturan Menteri PU Nomor: 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Produksi Bahan Pelatihan Audio Visual menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Pelaksanaan produksi audio visual bidang pekerjaan umum; a.

Peningkatan kualitas dan kuantitas penyampaian informasi kepada b.

publik melalui pemanfaatan audio visual;

Penyediaan pelayanan jasa produksi audio visual melalui kerja c.

sama dan penerimaan negara bukan pajak;

Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan d.

akuntansi barang milik negara; dan

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. e.

(19)

Pusat Pengolahan Data

H.

Pusat Pengolahan Data terdiri dari: Bagian Tata Usaha;

a.

Bidang Pengembangan dan Analisis Data; b.

Bidang Penyelenggaraan Sistem Jaringan dan Aplikasi; dan c.

Kelompok Jabatan Fungsional. d.

Pusat Pengolahan Data mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengembangan, pengelolaan dan penyediaan data infrastruktur bidang pekerjaan umum serta penyelenggaraan sistem informasi mendukung manajemen Kementerian.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Pusat Pengolahan Data menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Penyusunan program pengolahan data; a.

Pembinaan dan pengembangan pengolahan data; b.

Penyelenggaraan sistem informasi; c.

Pengelolaan dan penyediaan data spasial / peta; d.

Pengelolaan dan penyediaan data literal / numerik; dan e.

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat. f.

Pusat Pengolahan Data Kementerian PU mempunyai 2 (dua) balai sebagai unit pelaksanan teknis yaitu Balai Pemetaan Tematik Prasarana Dasar dan Balai Informasi Literal.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Menteri PU Nomor: 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Pemetaan Tematik Prasarana Dasar menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Penyusunan program pelaksanaan pengelolaan data spasial; a.

Pelayanan teknis dan pelaksanaan pemetaan data infrastruktur b.

pekerjaan umum;

Perekaman data spasial ke dalam bentuk digital; c.

Pemeliharaan database spasial dan sistem informasi geografis; d.

Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan e.

akuntansi barang milik negara; dan

Pengembangan teknik pemetaan data infrastruktur dan aplikasi f.

(20)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Peraturan Menteri PU Nomor: 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Informasi Literal menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Penyusunan program informasi literal dan kestatistikan; a.

Pelayanan teknis dan pelaksanaan penyusunan informasi literal b.

dan kestatistikan;

Perekaman data literal ke dalam bentuk digital; c.

Pemeliharaan serta pengamanan data literal; d.

Pelaksanaan produksi dan reproduksi data informasi literal dan e.

kestatistikan;

Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan f.

akuntansi barang milik negara; dan

Pengembangan teknik analisis data dan aplikasi sistem informasi. g.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

I.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan terdiri dari : a. Bagian Tata Usaha ;

b. Bidang Program dan Kerja Sama ; c. Bidang Teknik dan Materi;

d. Bidang Kompetensi dan Evaluasi; dan e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis, fungsional dan kepemimpinan, serta pemberdayaan dan pembinaan SDM di Kementerian Pekerjaan Umum.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Pusat Pendidikan dan Pelatihan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Penyusunan kebijakan dan program jangka menengah dan a.

tahunan, Pendidikan dan Pelatihan Teknis, Fungsional dan Kepemimpinan;

Pengembangan kerja sama pendidikan dan pelatihan; b.

Penyusunan dan pengembangan kurikulum, materi, pola diklat, c.

teknik diklat, teknologi pembelajaran, katalog dan profil diklat; Evaluasi, diseminasi, kurikulum dan materi pembelajaran; d.

Pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; e.

(21)

Evaluasi pelaksanaan program, penyelenggaraan pendidikan dan f.

pelatihan, pelaporan kinerja diklat;

Pengembangan kompetensi kinerja pegawai; g.

Pengembangan sistem dan instrumen pengukuran dan penilaian h.

potensi dan kinerja pegawai;

Pelaksanaan pengukuran potensi dan penilaian kinerja pegawai; i.

Pelaksanaan penyiapan dan pembinaan tenaga assessor dan j.

mentor;

Pelaksanaan sistem informasi kediklatan, manajemen potensi dan k.

kinerja pegawai;

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penilaian potensi dan kinerja l.

pegawai;

Pembinaan akreditasi dan sertifikasi; m.

Pembinaan dan pelayanan tenaga pengajar/widyaiswara; n.

Pembinaan Balai-balai PNBP dan Non PNBP; dan o.

Pelayanan administrasi dan kepegawaian. p.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian PU mempunyai 13 (tiga belas) balai sebagai unit pelaksana teknis Pusdiklat PU yaitu:

Sembilan Balai Pendidikan dan Pelatihan Pekerjaan Umum (Wilayah a.

I s.d. Wilayah IX);

Balai Pendidikan dan Pelatihan Fungsional; b.

Balai Pemantauan Kinerja; dan c.

Dua Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia. d.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Peraturan Menteri PU Nomor: 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Pendidikan dan Pelatihan Pekerjaan Umum (Wilayah I s.d. IX) menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Penyusunan rencana dan program pendidikan dan pelatihan a.

teknis dan kepemimpinan di wilayahnya;

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis dan b.

kepemimpinan;

Pelaksanaan sistem informasi pendidikan dan pelatihan serta c.

diseminasi;

Pelaksanaan penerimaan negara bukan pajak bagi Balai Diklat d.

(22)

Pelayanan sarana pendidikan dan pelatihan; e.

Pemantauan dan evaluasi materi, modul dan penyelenggaraan f.

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta penyusunan laporan;

Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan g.

akuntansi barang milik negara; dan

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.. h.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 23 Peraturan Menteri PU Nomor: 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Pendidikan dan Pelatihan Fungsional menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: Pengembangan pola pendidikan dan pelatihan fungsional;

Penyusunan rencana dan program pendidikan dan pelatihan a.

jabatan fungsional;

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan peningkatan dan b.

pengembangan profesionalisme jabatan fungsional;

Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pendidikan c.

dan pelatihan fungsional;

Pengembangan sistem informasi pendidikan dan pelatihan d.

fungsional;

Penyebarluasan informasi pendidikan dan pelatihan fungsional; e.

Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan f.

akuntansi barang milik negara; dan

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. g.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 29 Peraturan Menteri PU Nomor: 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Pemantauan Kinerja menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Penyusunan program monitoring kinerja pegawai; a.

Pelaksanaan evaluasi kinerja pegawai; b.

Pelaksanaan identifikasi, pemetaan kemampuan dan klasifikasi c.

bakat pegawai;

Pelaksanaan bimbingan teknis dan pengembangan keahlian d.

assessor;

Pelaksanaan penentuan kebutuhan pengembangan pegawai; e.

(23)

Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan f.

akuntansi barang milik negara; dan

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. g.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 35 Peraturan Menteri PU Nomor: 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan persiapan pengembangan a.

profesionalisme jabatan fungsional pekerjaan umum dan jabatan fungsional lainnya;

Pelaksanaan kerjasama pendidikan; b.

Pelayanan sarana pendidikan dan pelatihan; c.

Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pendidikan d.

dan pelatihan;

Penyebarluasan informasi pendidikan dan pelatihan; e.

Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan f.

akuntansi barang milik negara; dan

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. g.

Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara

J.

Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara terdiri dari 1 Bagian dan 3 Bidang sebagai berikut:

Bagian Tata Usaha; a.

Bidang Pengelolaan Barang Milik Negara I; b.

Bidang Pengelolaan Barang Milik Negara II; c.

Bidang Pengelolaan Barang Milik Negara III; dan d.

Kelompok Jabatan Fungsional. e.

Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan penatausahaan serta pemindahtanganan dan pemanfaatan barang milik negara dan kekayaan negara pada tingkat Kementerian Pekerjaan Umum.

Dalam melaksanakan tersebut Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Penyusunan rencana dan program pengelolaan barang milik a.

(24)

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian barang milik b.

negara;

Pembinaan pelaksanaan penyusunan pelaporan barang milik c.

negara;

Pengembangan sistem dan produk pengaturan barang milik d.

negara;

Penatausahaan barang milik negara pada tingkat Kementerian; e.

Pembinaan pemindahtanganan, pemanfaatan dan penghapusan f.

barang milik negara dan kekayaan negara;

Penghimpunan dan pengamanan dokumen kepemilikan dan g.

pemrosesan barang milik negara;

Pemantauan dan evaluasi penatausahaan, pemindahtanganan, h.

pemanfaatan dan penggunaan barang milik negara;

Pelaksanaan koordinasi inventarisasi dan penajaman hasil revaluasi i.

barang milik negara;

Koordinasi pelaksanaan sertifikasi dan perkuatan hak; dan j.

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat. k.

(25)

2

KONDISI UMUM DAN

LINGKUNGAN STRATEGIS

(26)

2.1. KONDISI UMUM

ementerian PU telah melaksanakan berbagai perbaikan manajemen internal. Sebagai gambaran adalah Penerapan Sistem Ketatalaksanaan dengan mengacu kepada Standar SNI-ISO 9001 edisi 2000 dan telah diperbaharui menjadi Sistem Manajemen Mutu/SMM berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 04/PRT/ M/2009. Selain itu, penerapan e-Procurement berupa pengadaan barang/ jasa secara elektronik yang memberikan jaminan adanya transparansi, efisiensi dan efektivitas, serta akuntabilitas pengadaan barang/jasa juga telah dilakukan. Pelaksanaan sistem pengendalian internal pemerintah dan manajemen resiko di dalam pengelolaan kegiatan telah dimulai pada tahun 2009 melalui Peraturan Menteri PU No. 06, 07 dan 08 tahun 2009. Disamping itu, Laporan Keuangan Kementerian PU tahun 2009 telah mendapatkan predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Kementerian PU juga telah melakukan reformasi sistem perencanaaan dan penganggaran yang dituangkan dalam Renstra, RENJA-KL dan RKA-KL serta mengintegrasikan Sistem AKIP dan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan upaya strategis untuk meningkatkan akuntabilitas Kementerian Pekerjaan Umum.

Selain itu, Sekretariat Jenderal telah memberikan dukungan tugas dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum pada bidang perencanaan, pengembangan sumber daya manusia, pelaporan, pengelolaan aset BMN, dan lain sebagainya.

Di bidang pelaporan keuangan, untuk mengantisipasi agar hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK-RI atas Laporan Keuangan Kementerian PU tidak lagi menghasilkan opini disclaimer, tindak lanjut yang telah dilakukan antara lain:

Telah disusun Draft Pedoman Penyusunan Neraca Awal dalam rangka 1.

pelaksanaan SAI, saat ini sedang dalam proses penetapan pedoman; Sesuai dengan Keppres No. 17 tahun 2007 tentang Tim Penertiban BMN, 2.

Kementerian PU telah membentuk Tim Penertiban dan Inventarisasi BMN tingkat Kementerian berdasarkan SK Menteri PU No. 227/KPTS/M/2008

(27)

Telah dilakukan penerapan klasifikasi anggaran sesuai Bagan Akun 3.

Standar (BAS) di lingkungan Kementerian PU;

Telah dibentuk Kesepakatan Bersama antara Kementerian PU dengan 4.

Badan Pertanahan Negara (BPN) dalam rangka panatausahaan aset berupa pensertifikatan tanah di lingkungan Kementerian PU;

Dalam rangka meningkatkan opini BPK dan kualitas laporan keuangan 5.

Kementerian PU, Kementerian PU telah membentuk Tim Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian PU bersama-sama dengan BPKP.

Berkaitan dengan aspek sumber daya manusia Kementerian Pekerjaan Umum, secara keseluruhan jumlah pegawai adalah sekitar 18.000 orang yang saat ini telah dan sedang melaksanakan program-program peningkatan kualitas SDM yang meliputi:

1. Kegiatan Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja dalam rangka meningkatkan kinerja terhadap penyempurnaan tugas dan fungsi Kementerian PU yang dituangkan dalam Peraturan Menteri PU nomor: 08/PRT/M/2010. Program Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja juga dimaksudkan untuk mempersiapkan organisasi Kementerian PU dalam mewujudkan good governance. Finalisasi kegiatan ini digunakan sebagai bahan untuk menyusun standar kompetensi jabatan, yang dapat dimanfaatkan dalam menyusun spesifikasi/pembobotan jabatan yang bermuara pada sistem pengimbalan yang adil dan layak;

2. Dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas teknis substantif maupun umum unit kerja/organisasi, setiap tahunnya disediakan program diklat teknis bagi para pegawai;

3. Peningkatan budaya kerja organisasi yang telah dirintis sejak beberapa tahun yang lalu, khususnya diarahkan bagi para pegawai baru guna menumbuhkembangkan etos kerja, tanggung jawab moral, produktivitas dan kinerja pelayanan;

4. Pelaksanaan reformasi birokrasi yang saat ini diawali dengan menyusun kajian tentang reformasi birokrasi yang diharapkan nantinya dapat tersusun grand design termasuk konsep rencana aksi reformasi birokrasi Kementerian PU tahun 2010-2014 dan program-program yang dapat dicapai dalam waktu singkat (quick wins);

5. Upaya meningkatkan kualitas database pegawai secara

berkesinambungan dilakukan untuk memperoleh data kepegawaian yang benar, lengkap dan akurat. Disamping itu, hampir seluruh pegawai telah memperoleh NIP baru (18 digit) dan diharapkan akhir tahun ini seluruh pegawai sudah memiliki NIP baru;

6. Pengumuman tentang Pengadaan PNS Kementerian PU untuk merekrut CPNS dari jalur pelamar umum telah dilayangkan termasuk melalui Internet/On-line. Formasi yang tersedia tahun 2010 untuk sebanyak 2100 orang dari berbagai jurusan/program studi;

(28)

7. Membuka kesempatan bagi para pegawai untuk meningkatkan kemampuan dan keahliannya melalui program pendidikan formal, baik di dalam negeri maupun luar negeri;

8. Pengembangan kompetensi bagi para pejabat fungsional dilakukan melalui program pelatihan fungsional dan teknis yang dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya. Saat ini telah direkrut sekitar kurang lebih 800 pejabat fungsional dari 27 jenis jabatan fungsional yang ada di Kementerian PU;

9. Dalam upaya mendukung terciptanya good governance and clean government, telah diterbitkan beberapa Peraturan Menteri PU termasuk penggantian peraturan lama dengan yang baru.

Dalam hal perencanaan, selama ini Kementerian PU telah berupaya secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip perencanaan sebagaimana diatur dalam ketentuan dan peraturan yang berlaku, baik berdasarkan ketentuan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maupun berdasarkan ketentuan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara seperti tercermin dari adanya Renstra Kementerian PU. Demikian halnya dengan upaya mengapresiasi kepentingan dan kebutuhan baik kepentingan dan kebutuhan daerah maupun kepentingan dan kebutuhan masyarakat, secara berkesinambungan Kementerian PU selalu melaksanakan forum Konsultasi Regional (Konreg) dalam rangka mewujudkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan termasuk sinkronisasi terhadap perwujudan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP No. 26 Tahun 2008) dan penyaringan program/kegiatan sesuai dengan kriteria perencanaan yang menjamin kegiatan akan terlaksana dan dapat tercapai berdasarkan prioritas Renstra Kementerian PU Koordinasi di tingkat kementerian tersebut sekaligus merupakan upaya untuk menajamkan program dan kegiatan bidang PU bersama instansi terkait di daerah. Selain itu, berkaitan dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabititas Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian PU selalu menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) kepada Presiden melalui Kementerian PAN dan telah mendapat penghargaan yang kedua kalinya. Namun secara internal melakukan penataan pelaksanaannya dalam lingkup Kementerian PU sampai dengan saat ini. Dalam hal penyelenggaraan pelelangan secara elektronik (E-Procurement) diposisikan sebagai prioritas pertama dalam pelaksanaan e-Government di Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk inisiatif dan penerapannya yang konsisten dalam e-procurement system ini (sebagai bagian dari e-government) maka Kementerian PU telah mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak sebagai penyelenggara e-Government di lingkup Kementerian dan penerima platinum award karena telah menerima e-Government sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut.

Terkait dengan pengelolaan asset BMN di lingkungan Kementerian PU telah diterbitkan beberapa peraturan yang terkait dengan pengelolaan BMN antara lain:

(29)

Perkuatan dan Pengamanan Hak atas Tanah Dep. Pekerjaan Umum; Peraturan Menteri Pekerjaan 02/PRT/M/2009 Tahun 2009 tentang 2.

Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 227/KPTS/M/2008 tentang 3.

Pembentukan Tim Penertiban dan Inventarisasi BMN di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 293/KPTS/M/2008 tentang 4.

Pembentukan Tim Inventarisasi Rumah Negara Golongan I dan Golongan II di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 286.1/KPTS/M/2008 tentang 5.

Penetapan Kembali Status Rumah Negara Golongan I dan Penunjukkan Pejabat Eselon I Sebagai Penghuni di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, yang terdiri dari 6 (enam) unit Rumah Negara (RN) Gol I;

Kesepakatan Bersama dengan Badan Pertanahan Nasional RI (BPN RI) 6.

yang telah ditandatangani pada tanggal 19 Desember 2008 oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Kepala BPN RI Nomor 07/PKS/M/2008 (8-SKB-BPN RI-2008);

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2009 tentang Pedoman 7.

Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai.

2.2 TANTANGAN DAN

ISU STRATEGIS

alam penyelenggaraan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum ada beberapa tantangan yang harus dihadapi antara lain:

Masih perlu ditingkatkannya kesadaran akan pentingnya pemberantasan 1.

korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Belum padunya persepsi pegawai di lingkungan kementerian dalam 2.

penerapan good governance.

Perlunya peningkatan keterpaduan, sinkronisasi dan koordinasi sistem 3.

perencanaan dan pemrograman.

Perlunya peningkatan pembinaan ke daerah untuk meningkatkan 4.

pelaksanaan otonomi dan desentralisasi.

Perlunya peningkatan pemahaman mengenai penerapan Sistem 5.

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

(30)

Perlunya perhatian terhadap penyusunan peraturan perundang-6. 6.

undangan bidang PU dan penanganan perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara melalui penetapan produk hukum yang mengatur perlindungan hukum terhadap aparatur negara dalam pelaksanaan tugas.

Perlunya peningkatan pengelolaan barang milik/kekayaan negara 7.

disesuaikan dengan Sistem Akuntabilitas Instansi (SAI) agar penilaian Badan Pemeriksa Kuangan (BPK) tidak berupa disclaimer of opinion (pernyataan menolak memberikan opini) akibat inventarisasi aset/ barang milik negara belum memenuhi standar akuntansi yang berlaku. Perlunya peningkatan peranan Pusat Pendidikan dan Pelatihan 8.

(Pusdiklat) Kementerian PU sebagai policy instrument ministry dalam pengembangan dan pelaksanaan diklat-diklat pegawai Kementerian PU secara khusus dan secara umum di bidang pekerjaan umum dan permukiman lainnya.

Sedangkan isu-isu strategis yang mengemuka terkait dengan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal adalah meliputi:

Kualitas dan produktivitas SDM belum cukup memadai, sehingga 1.

diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai yang dijiwai semangat kewirausahaan untuk menjadi basis bagi pelayanan publik yang berorientasi pada kepuasan pelanggan/ pengguna.

Diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik dalam 2.

perencanaan, implementasi dan evaluasi program dan kegiatan. Diperlukan peningkatan tertib administrasi sesuai dengan 3.

perkembangan pembangunan dan daya kritis masyarakat yang terus berkembang.

Dibutuhkan langkah-langkah reformasi birokrasi yang strategis, konkret 4.

dan terintegrasi.

Diperlukan koordinasi internal yang kuat: antarfungsi manajemen, 5.

antarsub-bidang SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Penataan Ruang, serta memenuhi prinsip-prinsip good governance.

Pengelolaan: Masih sangat birokratik belum inovatif (ala korporasi), 6.

masih bersifat manajemen proyek belum manajemen aset, masih terkesan hanya mengelola supply belum mengelola demand.

Data aset infrastruktur nasional (pusat dan daerah) tidak lengkap. 7.

Diperlukan reformasi peraturan perundang-undangan untuk 8.

mendukung penyelenggaraan pelayanan administrasi.

Diperlukan penyusunan produk-produk kajian untuk pimpinan 9.

Kementerian yang sifatnya early warning/pemecahan masalah yang mendesak dan produk-produk yang sifatnya permintaan pimpinan

(31)

VISI, MISI,

TUJUAN DAN SASARAN

(32)

3.1. VISI

isi dalam hal ini adalah rumusan umum/arah mengenai keadaan yang diinginkan Sekretariat Jenderal pada akhir tahun 2014 agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Selain itu dalam upaya mendukung visi Kementerian PU, maka Visi Sekretariat adalah:

Terwujudnya Sekretariat Jenderal Sebagai Pendukung Penyelenggaraan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Yang Berkualitas, Bersih dan Terdepan

Berkualitas maksudnya adalah barang-barang publik (public goods) yang dihasilkan berupa produk, jasa, proses dan penciptaan lingkungan yang kondusif yang diberikan dalam rangka mendukung penyediaan, pemeliharaan infrastruktur dan peningkatan dukungan administrasi yang mencakup usaha untuk memenuhi harapan dari pelanggan (intern Kementerian PU atau masyarakat). Berkualitas merupakan fungsi dari : SDM yang memiliki kompetensi tinggi dan produktif, yang didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana kerja yang memadai

Bersih adalah bahwa penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang harus sesuai dengan pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance) yang meliputi transparansi, kesetaraan, akuntabilitas, pengawasan, efisiensi dan efektivitas, profesionalisme, partisipasi serta penegakkan hukum. Bersih merupakan fungsi dari : etos kerja dan komitmen yang tinggi dari aparatur, sikap mental yang taat asas, dan adanya lingkungan kerja yang kondusif dan tata kelola yang baik (good governance).

Terdepan maksudnya adalah institusi Sekretariat jenderal adalah unit yang berwawasan ke depan dalam menjalankan fungsi sebagai pemandu dan koordinasi bagi unit-unit eselon satu lainnya dalam melaksanakan langkah-langkah penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang. Dalam institusi Sekretariat Jenderal terdapat fungsi perencanaan dan pusat kajian kebijakan, yang berarti kebijakan dan program-program bidang pekerjaan umum dikaji dan dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal.

(33)

3.2. MISI

isi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal untuk mewujudkan visi. Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh pegawai dapat mengetahui peran, program serta hasil yang akan dicapai. Misi Sekretariat Jenderal adalah untuk mendukung salah satu misi Kementerian Pekerjaan Umum yaitu: Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Berdasarkan hal tersebut, maka Misi Sekretariat Jenderal adalah:

“Mewujudkan Manajemen Fungsional dan Sumberdaya Yang Profesional, Akuntabel dan inovatif Untuk Mendukung Penyelenggaraan bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang”

Profesional maksudnya adalah bahwa dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi manajemen (fungsi-fungsional maupun sumberdaya), sumberdaya manusia yang ada akan mampu menghasilkan produk, jasa, proses dan penciptaan lingkungan yang kondusif dalam rangka mendukung administrasi bagi penyediaan, pemeliharaan infrastruktur sesuai dengan harapan dari pengguna jasa pelayanan. Profesional disini diharapkan mampu menjawab perlunya peningkatan dimensi kualitas.

Akuntabel maksudnya adalah institusi harus mampu bertanggung-gugat kepada pihak-pihak yang terpengaruh oleh keputusan atau tindakan yang dijalankan. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip tranparansi dan penegakkan hukum. Setidaknya, prinsip akuntabilitas dalam misi ini akan mampu menjawab atas dimensi bersih yang dimaksudkan dalam visi.

Inovatif maksudnya adalah institusi maupun individu yang ada mampu membawa pembaharuan dan pencerahan yang akan menempatkan Sekretariat Jenderal sebagai insitusi terdepan bagi Eselon I yang ada di Kementerian Pekerjaan Umum melalui sistem koordinasi yang lebih baik.

3.3. TUJUAN

ujuan merupakan penjabaran visi Sekretariat Jenderal yang merupakan sub tujuan dari tujuan ke-5 dari Renstra Kementerian PU yaitu Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi. Oleh karena itu tujuan Sekretariat Jenderal Kementerian PU tahun 2010 – 2014 adalah:

Mengembangkan manajemen fungsional di bidang pekerjaan umum 1.

dan penataan ruang yang integratif, transparan dan akuntabel;

M

(34)

Mengembangkan manajemen sumberdaya yang dapat mendorong 2.

peningkatan kinerja produktivitas dan profesionalitas SDM serta pengembangan kelembagaan yang efektif dan efisien; dan

Meningkatkan pelayanan administrasi pimpinan yang prima dan 3.

penyediaan informasi publik yang akurat dan handal.

3.4. SASARAN

asaran Sekretariat Jenderal adalah merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik dan terukur, untuk mendukung sasaran strategis Kementerian PU. Berdasarkan hal tersebut maka:

Untuk tujuan

1. mengembangkan manajemen fungsional di bidang

pekerjaan umum dan penataan ruang yang integratif, transparan dan akuntabel dicapai melalui 2 (dua) sasaran, yaitu:

Meningkatnya koordinasi, administrasi dan kualitas perencanaan, a.

pengaturan, pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara (BMN), dengan outcome-nya: Terwujudnya pelayanan administrasi pemerintah yang baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan Sumber Daya Manusia b.

(SDM) aparatur, dengan outcome-nya: Terwujudnya pelayanan administrasi pemerintah yang baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

Untuk tujuan

2. mengembangkan manajemen sumberdaya yang dapat

mendorong peningkatan kinerja produktivitas dan profesionalitas SDM serta pengembangan kelembagaan yang efektif dan efisien dicapai melalui 2 (dua) sasaran, yaitu:

Meningkatnya kualitas prasarana, pengelolaan data, informasi dan a.

komunikasi publik, dengan outcome-nya: Terwujudnya dukungan sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang memadai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

Meningkatnya koordinasi, administrasi dan kualitas perencanaan, b.

pengaturan, pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara (BMN), dengan outcome-nya: Terwujudnya pelayanan administrasi pemerintah yang baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk tujuan

3. meningkatkan pelayanan administrasi pimpinan yang prima

dan penyediaan informasi publik yang akurat dan andal dicapai melalui sasaran Meningkatnya kualitas prasarana, pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik, dengan outcome-nya: Terwujudnya dukungan sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang memadai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

(35)

ARAH KEBIJAKAN DAN

STRATEGI

(36)

4.1. KEBIJAKAN

4.1.1. Kebijakan Makro

erdasarkan agenda prioritas pembangunan dan arah kebijakan umum pembangunan nasional, maka salah satu arah kebijakan umum pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang terkait dengan Sekretariat Jenderal dalam Renstra PU adalah pembinaan penyelenggaraan infrastruktur melalui optimasi peran pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mendukung otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip perbaikan tata kelola pemerintahan, serta mendukung reformasi birokrasi dan mewujudkan good governance.

Berdasarkan kebijakan tersebut maka kebijakan makro yang akan dijalankan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum adalah:

Mengembangkan kebijakan dan sistem perencanaan pembangunan 1.

bidang pekerjaan umum dan penataan ruang berdasarkan ketentuan aturan perundang-undangan dan Norma Standar Pedoman dan Kriteria

(NSPK)

Perlunya pengembangan kebijakan dan sistem perencanaan pembangunan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang dimaksudkan untuk mensinkronisasikan program antar wilayah dan antar sektor serta penyelenggaraan bidang pekerjaan umum yang pada akhirnya dapat mencapai program-program prioritas pembangunan nasional yang khusus terkait dengan bidang pekerjaan umum seperti pengentasan kemiskinan, mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui percepatan pembangunan dan revitalisasi pertanian, kehutanan dan perikanan.

(37)

Mengembangkan manajemen sumber daya dan kelembagaan dalam 2.

mendukung peningkatan daya saing nasional

Restrukturisasi pengembangan manajemen sumber daya meliputi pengembangan manajemen keuangan, aset, dan peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan penggunaan secara efisien yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat seoptimal mungkin. Peningkatan sumber daya manusia meliputi pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum.

Peningkatan menajemen kelembagaan diharapkan dapat

memenuhi tupoksi organisasi yang tidak tumpang tindih serta dapat mengakomodasikan jabatan fungsional secara efektif.

Revitalisasi pelayanan administrasi publik dalam mengurangi dampak 3.

negatif globalisasi melalui tata laksana administrasi yang baik

Revitalisasi pelayanan administrasi publik perlu dikembangkan dan ditingkatkan terutama untuk mengurangi dampak negatif globalisasi melalui penataan sistem administrasi yang baik.

Optimalisasi peran Sekretariat Jenderal sebagai unit terdepan dalam 4.

mendukung implementasi program pembangunan bidang ke-PU-an melalui penerapan good governance.

Sebagai unit terdepan, Sekretariat Jenderal memiliki peran strategis dalam memberikan dukungan implementasi program pembangunan bidang ke-PU-an melalui penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

4.1.2. Kebijakan Operasional

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, kebijakan operasional Sekretariat Jenderal yang diambil adalah:

Meningkatkan koordinasi, administrasi dan kualitas perencanaan, 1.

pengaturan, pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara (BMN). Meningkatkan kualitas kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) 2.

aparatur.

Meningkatkan kualitas prasarana, pengelolaan data, informasi dan 3.

(38)

alam mencapai visi jangka panjang, misi, dan tujuan organisasi, kelembagaan Kementerian PU termasuk didalamnya Sekretariat Jenderal perlu menjalankan penataan aparatur atau reformasi birokrasi yang menyeluruh dan dilaksanakan secara bertahap. Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan/ organisasi, ketatalaksanaan (business process), regulasi, serta sumber daya manusia aparatur Negara, dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Penataan aparatur atau reformasi birokrasi perlu dilakukan mengingat kondisi objektif birokrasi saat ini yang masih perlu disempurnakan, yakni masih belum optimalnya kualitas pelayanan publik; perlunya peningkatan efisiensi, efektivitas, serta produktivitas; belum optimalnya integritas aparatur birokrasi; perlunya peningkatan transparansi dan akuntabilitas; rendahnya disiplin dan etos kerja pegawai; adanya tumpang tindih regulasi yang perlu dibenahi; dan adanya tumpang tindih tugas dan fungsi unit-unit kerja; serta perlunya peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan.

Pengembangan institusi adalah salah satu kunci dalam reformasi birokrasi melalui proses transisi yang dapat dilaksanakan dengan reorganisasi yang berbasis kompetensi dan berorientasi pada kinerja. Strategi tersebut meliputi pembenahan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) dengan menstrukturkan organisasi dan mensinkronkan tugas dan fungsi dan merampingkan birokrasi agar efektif.

4.2.1. Pengembangan Institusi

Pengembangan institusi adalah salah satu kunci dalam reformasi birokrasi melalui proses transisi yang dapat dilaksanakan dengan reorganisasi yang berbasis kompetensi dan berorientasi pada kinerja. Strategi tersebut meliputi pembenahan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) dengan menstrukturkan organisasi dan mensinkronkan tugas dan fungsi dan merampingkan birokrasi agar efektif dan efisien serta melalui delivery system (mencakup tata laksana dan pola organisasi) yang tepat berupa sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntabilitas dan good governance.

Strategi tersebut juga meliputi pengembangan kapasitas institusi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM)

4.2. STRATEGI REFORMASI BIROKRASI

(39)

satu prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN 2010–2014 yaitu pembangunan SDM untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam era globalisasi yang berkembang saat ini.

Dalam rangka pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas sejalan dengan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance) untuk menghindarkan praktik-praktik KKN, Kementerian PU menjadi pelopor dalam pengembangan sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement).

Meskipun Kementerian PU telah melakukan berbagai upaya terkait reformasi birokrasi, namun masih perlu disempurnakan dengan mengacu kepada pedoman reformasi birokrasi yang telah dikeluarkan, serta mengikutsertakan Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam keseluruhan prosesnya. Selanjutnya dalam rangka reformasi birokrasi Kementerian PU, dalam jangka panjang perlu dilakukan perubahan yang lebih fundamental sifatnya, yaitu dari organisasi yang bersifat sektoral menjadi bersifat fungsional.

4.2.2. Pembenahan Regulasi

Dari sisi regulasi, Kementerian PU telah memiliki berbagai dasar hukum pembangunan dan pengelolaan sektor yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, seperti UU Sumber Daya Air, UU Jalan, UU Bangunan Gedung, UU Penataan Ruang; dan UU Jasa Konstruksi, beserta peraturan pelengkapnya. Selanjutnya akan dilakukan identifikasi peraturan-peraturan yang masih perlu dijabarkan lagi turunannya; serta akan dilakukan langkah-langkah deregulasi untuk berbagai peraturan yang merupakan produk yang sudah lama yang dinilai dapat menghambat pelaksanaan tugas dan menciptakan ketidakpastian hukum di masyarakat untuk kemudian dilakukan reformasi jika dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini.

4.2.3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengembangan SDM di bidang pekerjaan umum dan permukiman dilaksanakan untuk memperoleh SDM yang berintegritas, produktif, kompeten, profesional, disiplin, berkinerja tinggi, dan sejahtera agar dapat mencapai 3 (tiga) strategic goals Kementerian PU dan prioritas pembangunan nasional, serta meningkatkan kinerja penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan permukiman agar tugas dan fungsi yang diemban oleh Kementerian PU dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya. Pengembangan SDM juga diperlukan untuk memenuhi tuntutan perubahan peran Kementerian PU yang diharapkan berubah dari semula lebih dominan sebagai provider-operator menjadi dominan sebagai regulator-fasilitator yang berorientasi pada peningkatan TURBINWAS ke daerah dalam rangka pelaksanakan tugas pembantuan, dekonsentrasi, serta pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK).

(40)

Untuk itu sejak tahun 2006 Kementerian PU telah melakukan upaya reformasi perekrutan, pembinaan, penempatan calon PNS, serta evaluasi kinerjanya secara signifikan yang perlu terus dilanjutkan.

Pengembangan SDM di bidang pekerjaan umum dan permukiman dilaksanakan melalui pembinaan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan jalur jabatan struktural dan jabatan fungsional. Mendukung upaya ini, maka adanya konsistensi kebijakan nasional tentang pengembangan SDM PNS yang ramping struktur dan kaya fungsi untuk diterapkan pada pengembangan organisasi di tiap-tiap kementerian dan lembaga sangat diperlukan. Selain itu diperlukan juga adanya penyetaraan penghargaan antara pejabat struktural dan fungsional, disamping terus dibenahinya hubungan kerja yang seimbang dan baik antara pejabat fungsional dengan struktural, serta penempatan yang menyatu antara pejabat fungsional dan struktural sesuai tingkatannya. Pengembangan orientasi pada jabatan fungsional yang akan terus didorong di masa depan memerlukan penyusunan job description, pola rekrutmen, career planning, remunerasi, pendidikan dan pelatihan (diklat) berbasis kompetensi, serta reward dan punishment.

Kebijakan peningkatan kapasitas dan kualitas SDM ini, salah satunya ditempuh melalui pengembangan dan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang selaras dan terintegrasi dengan pola career planning. Setiap kenaikan posisi jabatan harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi baik substansi manajerial, teknis, maupun fungsionalnya. Oleh karenanya, pelaksanaan diklat harus didasarkan pada kebutuhan peningkatan kompetensi individu maupun kinerja unit organisasi yang mengutusnya. Diklat yang dikembangkan harus berbasis kompetensi dengan kurikulum yang memperhatikan jenis dan jenjang diklat serta target group-nya. Pelaksanaan diklat dapat dilakukan baik di institusi diklat intern Kementerian PU maupun institusi diklat di luar Kementerian PU, baik di dalam maupun di luar negeri.

Ke depan, institusi diklat juga harus menyiapkan diri menjadi unit Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi yang belum. Dengan tuntutan tersebut, maka pola kerja sama dengan berbagai mitra kerja harus terus dikembangkan, terutama dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam upaya untuk mempercepat peningkatan kompetensi SDM di bidang pekerjaan umum dan permukiman juga perlu dilakukan Training of Trainers substansi bidang pekerjaan umum dan permukiman bagi instruktur yang ada pada unit-unit kerja diklat di tingkat provinsi sehingga mereka dapat memberikan diklat untuk PNS di provinsinya sendiri maupun di kabupaten/kota. Pelaksanaan diklat di masa depan juga memerlukan pembenahan, penguatan, dan sinergi institusi dengan unit-unit kerja lainnya, seperti kepegawaian dan kelembagaan di internal Kementerian PU termasuk dengan institusi daerah.

(41)

PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN

(42)

5.1. PROGRAM DAN

KEGIATAN

esuai dengan Renstra Kementerian PU nama Program untuk Sekretariat Jenderal adalah:

Program Dukungan Manajemen dan Palaksanaan Tugas Teknis Lainnya 1.

Kementerian PU. Program ini meliputi unit kerja Eselon II: Pusat Kajian Strategis, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Biro Keuangan, Biro Hukum, Biro Kepegawaian dan Ortala, Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara, dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU. 2.

Program ini meliputi unit kerja Eselon II: Biro Perlengkapan dan Umum, Pusat Pengolahan Data, PMU dan Pusat Komunikasi Publik.

Sedangkan nama Kegiatan Sekretariat Jenderal sesuai Renstra Kementerian PU adalah

Rincian Program, Kegiatan, Indikator Kinerja outcome dan indikator output adalah sebagai berikut:

Kegiatan Penyusunan Perencanaan, Pemrograman, Penganggaran, 1.

Pemantauan dan Evaluasi, serta Pembinaan PHLN.

Kegiatan Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan 2.

Strategis Bid PU Lainnya.

Kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan SDM dan Organisasi 3.

Tatalaksana.

Kegiatan Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Kementerian. 4.

Kegiatan Pembinaan, Perencanaan, Harmonisasi dan Publikasi 5.

Peraturan Perundang-undangan serta Bantuan Hukum.

(43)

Kegiatan Penyusunan, Pengkajian, serta Pengembangan Kebijakan 6.

dan Strategi Bidang PU dan Permukiman.

Kegiatan Penyelenggaraan Pengelolaan Barang Milik Negara 7.

Kementerian PU.

Kegiatan Penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan dan 8.

Pelatihan Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman.

Kegiatan Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya 9.

Kementerian PU.

Kegiatan Penyelenggaraan dan Pengembangan Data dan Sistem 10.

Informasi Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. Kegiatan Pembangunan Infrastruktur.

11.

Kegiatan Penyelenggaraan dan Pembinaan Informasi Publik. 12.

I. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM dengan kegiatan-nya: 1. Kegiatan Penyusunan Perencanaan, Pemrograman, Penganggaran,

Pemantauan dan Evaluasi, serta Pembinaan PHLN dengan output: a. Layanan Perkantoran, yang diukur dari indikator kinerja output:

Jumlah bulan layanan perkantoran.

b. Laporan Kegiatan dan Pembinaan, yang diukur dari indikator kinerja output: Jumlah laporan peningkatan kapasitas SDM, Sosialisasi/ diseminasi, laporan keuangan, laporan BMN, dll. c. Dokumen rumusan kebijakan, perencanaan, dan pengendalian

kegiatan bidang PU dan permukiman jangka panjang dan menengah serta koordinasi lintas sektoral bidang PU dan permukiman, yang diukur dari indikator kinerja output: Jumlah dokumen rumusan kebijakan, perencanaan, dan pengendalian kegiatan bidang PU dan permukiman jangka panjang dan menengah serta koordinasi lintas sektoral bidang PU dan permukiman.

d. Perencanaan, Pengendalian dan Pengelolaan Rencana Kerja Program dan Anggaran Tahunan dan Khusus Bidang PU dan Permukiman, yang diukur dari indikator kinerja output: Jumlah dokumen Perencanaan, Pengendalian dan Pengelolaan Rencana Kerja Program dan Anggaran Tahunan dan Khusus Bidang PU dan Permukiman.

e. Laporan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan anggaran bidang PU dan permukiman, yang diukur dari indikator kinerja output: Jumlah laporan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan anggaran bidang PU dan permukiman.

Gambar

Tabel 5.2. MATRIKS RENCANA PROGRAM SEKRETARIAT JENDERAL

Referensi

Dokumen terkait

• Jumlah individu untuk setiap jenis ikan karang yang ditemukan di masing-masing stasiun transek permanen di Natuna dengan menggunakan me- tode UVC menunjukkan bahwa

[r]

Sewa Jasa Pengeboran Sumur adalah perjanjian sewa menyewa dalam bentuk jasa, di mana pihak pemilik jasa memberikan jasanya untuk mencarikan sumber mata air dengan menggunakan

Abidin (2000) menyatakan bahwa jika perusahaan-perusahaan mengacu pada perkembangan yang ada, yaitu manajemen yang berbasis pengetahuan, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia

Berdasarkan  hal-hal  yang  telah  diuraikan  di atas, dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah penggunaan  Flash SWiSHmax  sebagai media 

Lembar kerja siswa (LKS) memuat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Penyajian materi dalam LKS diawali dengan petunjuk

Selama Undang-undang mengenai hak milik sebagai tersebut dalam pasal 50 ayat (1) belum terbentuk, maka yang berlaku adalah ketentuan- ketentuan hukum adat setempat

Bakteri yang memproduksi ESBL perlu diwaspadai karena ESBL diproduksi oleh gen yang berlokasi pada plasmid, yang dengan mudahnya dapat berpindah ke bakteri lain,