3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Citarik, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan: (1)
konversi lahan pertanian, khususnya sawah di wilayah tersebut relatif tinggi sebagai
akibat perkembangan wilayah perkotaan, terutama untuk permukiman dan kawasan
industri, (2) dewasa ini frekuensi banjir relatif sering terjadi dan menimpa penduduk di
wilayah hilir Sub DAS tersebut, dan (3) Sub DAS tersebut menjadi lokasi penelitian
Multifungsi Pertanian kerjasama Puslitbang Tanah dan Agroklimat dengan Sekretariat
ASEAN - MAFF Jepang yang keluarannya antara lain berupa data teknis/biofisik yang
dapat digunakan untuk tujuan valuasi ekonomi. Lokasi penelitian disajikan pada
Gambar 5.
Sub DAS Citarik merupakan salah satu wilayah bagian atas DAS Citarum yang
berfungsi sebagai daerah resapan air dan pemasok air bagi daerah hilirnya, serta
sumber produksi pangan (bahan makanan). Berdasarkan ruang lingkup Proyek UPLDP
(Ditjen Bangda 2003, DLH Kabupaten Bandung 2003 ) sebagian besar areal Sub DAS
Citarik termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung, yakni Kecamatan Cicalengka,
Nagreg, Rancaekek, Cikancung, Paseh, Cileunyi, Cilengkrang, dan Cimenyan.
Sebagian wilayah lainnya termasuk Kabupaten Sumedang, yakni Kecamatan
Cimanggung, Jatinangor dan Tanjungsari. Keterkaitan lokasi penelitian dengan aspek
multifungsi pertanian yang dikaji sangat relevan mengingat kebutuhan akan pangan
(beras) sudah jauh melebihi kapasitas produksinya, kualitas lingkungan pertanian di
lokasi akan berpengaruh terhadap wilayah di bagian hilirnya.
Gambar 5. Lokasi Penelitian Sub DAS Citarik, Jawa Barat
(File tersendiri : Gambar 5 Bab III)
Penelitian dimulai pada pertengahan tahun 2004 dengan tahapan kegiatan
mencakup: (1) persiapan dan proses perijinan, (2) studi literatur mengenai multifungsi
lahan pertanian, (3) pengumpulan dan kompilasi data sekunder termasuk
indikator-indikator teknis atau biofisik yang terkait dengan manfaat lingkungan lahan pertanian,
(4) pengumpulan dan pengolahan data primer, (5) analisis data dan valuasi ekonomi
manfaat multifungsi lahan pertanian, (6) penyusunan disertasi, dan (7) seminar hasil
penelitian. Pada Januari 2006 atas undangan Pemerintah Jepang untuk menghadiri
seminar Multifungsi Pertanian di Tokyo dilakukan juga kunjungan lapangan dan
wawancara dengan pengurus kelompok tani padi sawah di
Ishibu Terraced Paddy
Field
, wilayah Shizuoka. Dokumen perizinan dan informasi yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan penelitian disajikan pada
Lampiran 1
.
3.2. Rancangan Penelitian
3.2.1. Jenis dan sumber data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data sekunder dan data primer. Data
sekunder meliputi data indikator teknis atau biofisik sumberdaya lahan dan
sosial-ekonomi antara lain meliputi penggunaan lahan, curah hujan, debit air sungai, erosi,
produksi, penguasaan lahan dan harga hasil pertanian. Data sekunder dikumpulkan
dari berbagai dokumen dan publikasi instansi terkait, seperti peta tanah dan
penggunaan lahan (skala 1:50.000) terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat, laporan
Upland Plantation and Land Development Project
(Proyek UPLDP) Sub DAS Citarik (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung dan
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri), Laporan Fase
I Evaluasi Multifungsi Pertanian Lahan Sawah (Sekretariat ASEAN, Jakarta). Selain itu
sebagian data aspek sosial-ekonomi wilayah diperoleh dari data Potensi Desa (Podes)
hasil Sensus Pertanian 2003 (ST2003) dan data Podes hasil Sensus Ekonomi 2005
(SE2005). Kemudian data primer yang dikumpulkan langsung dari lapangan melalui
wawancara adalah pengetahuan masyarakat mengenai multifungsi pertanian,
kemauan masyarakat untuk membayar jasa lingkungan lahan pertanian (WTP), dan
kesediaan petani untuk menerima pembayaran jasa lingkungan pertanian sebagai
kompensasi untuk tetap memelihara atau mempertahankan lahan pertanian (WTA).
Jenis dan sumber data, serta metode analisisnya disajikan pada
Tabel 2
.
3.2.2. Responden penelitian
Pengambilan responden untuk kegiatan survai dilakukan dengan menggunakan
metode acak sederhana dan sengaja (
simple random and purposive sampling
).
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja berdasarkan faktor kemudahan untuk
dijangkau serta ketersediaan sumberdaya penelitian. Pemilihan rersponden untuk
diwawancarai dilakukan secara acak sederhana. Responden penelitian terdiri atas
petani padi sawah, petani lahan kering, peneliti, penyuluh dan birokrat pertanian, serta
penduduk yang bermukim di wilayah rawan banjir (hilir). Jumlah responden untuk
kajian pengetahuan multifungsi pertanian sebanyak 225 orang, termasuk di dalamnya
60 orang responden kajian WTA petani padi sawah dan 75 orang responden kajian
WTA petani lahan kering, dan responden kajian WTP 80 orang. Dengan demikian
seluruh responden penelitian adalah 305 orang
(Tabel 3
).
Responden peneliti adalah para peneliti di BPTP (Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian) Jawa Barat di Lembang. Responden penyuluh adalah para penyuluh
pertanian lingkup Kabupaten Bandung dan fungsional penyuluh di BPTP Jawa Barat.
Responden birokrat pertanian adalah pejabat struktural beberapa instansi lingkup
Kabupaten Bandung dan para Kepala Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Dinas
Pertanian/Perkebunan yang mengikuti acara Pelatihan Pengelolaan Lahan dan Air,
Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air di Solo, Desember 2005 (24 orang).
Responden petani padi sawah adalah para petani padi di Desa Cikancung Kecamatan
Cikancung dan Desa Narawita Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Responden petani lahan kering adalah para petani di Desa Ciluluk Kecamatan
Cikancung dan Desa Nagrog Kecamatan Cicalengka. Responden masyarakat hilir
adalah penduduk non-petani warga Kelurahan Andir Kecamatan Bale Endah dan Desa
Lengkong Kecamatan Bojongsoang.
Tabel 2. Jenis dan sumber data serta metode analisisnya
No. ID
Data
Sumber/Metode analisis
1.NFPP
Penggunaan lahan, produksi dan
harga hasil pertanian
Data sekunder dan data primer /
Tabulasi/deskriptif
2.NFTK
Kebutuhan tenaga kerja pada
usahatani padi sawah dan lahan
kering tanaman pangan, upah kerja
Data sekunder dan data primer /
Tabulasi/deskriptif
3.NFKP
Luas, produktivitas dan IP padi
sawah dan padi ladang, jumlah
penduduk dan konsumsi beras per
kapita
Data sekunder/ Tabulasi dan
Simulasi Powersim
Daya sangga air pada lahan sawah,
lahan kering tanaman pangan, dan
non-pertanian
Data sekunder/studi literatur
Data primer/observasi lapangan
4.NFPB
Biaya penyusutan dan operasional
dam/bendungan
Data sekunder/ studi literatur dan
konsultasi dengan pakar
Erosi tanah pada lahan kering, lahan
sawah, dan penggunaan lahan
lainnya
Data sekunder/ studi literatur
Sediment Delivery Ratio
Data sekunder/ studi literatur
5.NFPE
Kandungan unsur hara pada tanah
erosi
Data sekunder /studi literatur
6.
PMMP
Pengetahuan masyarakat tentang
multifungsi lahan pertanian
Data primer/tabulasi/deskriptif dan
analisis regresi
7. WTP/
WTA
Kesediaan masyarakat untuk
membayar jasa lingkungan atau
kesediaan petani untuk menerima
pembayaran jasa lingkungan
pertanian
Data primer /tabulasi/deskriptif dan
analisis regresi
Keterangan :
NFPP = Nilai fungsi penghasil produksi pertanian yang dapat dipasarkan
NFTK = Nilai fungsi penyerap tenaga kerja; NFPE = Nilai fungsi pengendali erosi dan sedimentasi
NFKP = Nilai fungsi ketahanan pangan; PMPP = Pengetahuan mengenai multifungsi pertanian NFPB = Nilai fungsi pengendali banjir; WTP/WTA = Kemauan untuk membayar/menerima jasa
Tabel 3. Jenis dan jumlah responden penelitian
No
Jenis responen
Jumlah
orang
Kajian
1
Petani / Padi sawah
60
WTA/PMMP*)2
Petani / Lahan kering semusim
45
WTA/PMMP3
Petani / lahan kering kebun campuran
30
WTA/PMMP4
Birokrat pertanian
44
PMMP5
Peneliti pertanian
16
PMMP6
Penyuluh pertanian
30
PMMP7
Penduduk/ Perumahan rawan banjir
80
WTPTotal
305
Catatan : *)PMMP = Pengetahuan mengenai multifungsi pertanian
3.2.3. Metode analisis data
Metode valuasi ekonomi yang digunakan adalah metode biaya pengganti
(
replacement cost method/
RCM) dan valuasi kontingensi (
contingent valuation
method
/CVM) dengan pendekatan kesediaan masyarakat hilir untuk membayar jasa
lingkungan pertanian (WTP) dan kesediaan petani (masyarakat hulu) untuk menerima
pembayaran jasa lingkungan (WTA) agar tetap mempertahankan lahan pertanian.
Alasan pemilihan metode RCM dan CVM sebagaimana disajikan pada Bagian 2.8
(khususnya hal 42-43), sedangkan asumsi dasarnya adalah (1) informasi dan manfaat
mengenai jasa lingkungan pertanian dimengerti oleh responden, (2) harga penawaran
mencerminkan preferensi individu responden mengenai perubahan kualitas lingkungan
atau penyediaan jasa lingkungan, dan (3) kelemahan yang melakat pada metode
WTP/WTA sebagaimana diuraikan pada halaman 36 dapat diminimalisir atau
ditanggulangi selama pelaksanaan penelitian.
Perhitungan valuasi ekonomi terhadap multifungsi pertanian dilakukan dengan
pendekatan rumus matematik berikut:
1. Nilai ekonomi sebagai fungsi penghasil komoditas pertanian (NFPP)
n
NFPP=
∑
(A
ix IP
ix P
ix H
i) ... (1)
i=1
Dimana:
A = Luas lahan (ha), IP = Indeks pertanaman (%/th), P = Produktivitas (t/ha)
H = Harga komoditas (Rp/t), I = Indeks komoditas
2. Nilai ekonomi sebagai fungsi penyedia lapangan kerja (NFTK)
n
NFTK=
∑
(A
ix IP
ix T
ix W
i)
i... (2)
i=1
Dimana:
T = Kebutuhan tenaga kerja usahatani (hok/ha)
W = Upah kerja (rp/hok)
3. Nilai ekonomi sebagai fungsi ketahanan pangan, khususnya beras (NFKP)
Q
t= (A-k.A)
tx P
tx IP
tx R ... (3)
D
t= O
tx C
t... (4)
NFKP = Abs (Q
t- D
t) x H ... (5)
Dimana:
Q= produksi beras (ton), k= laju konversi sawah (%)
R= rendemen beras (%)
D = kebutuhan pangan/ beras (ton), O = jumlah penduduk (jiwa)
C = konsumsi beras per kapita (kg/jiwa/tahun), H = harga beras (rp/kg)
t = Indeks tahun
Sebagai akibat konversi lahan sawah yang berlanjut maka perilaku peubah
produksi beras akan mengikuti pola eksponensial negatif, sebaliknya perilaku peubah
kebutuhan konsumsi akan mengikuti pola eksponensial positif karena pengaruh laju
pertumbuhan penduduk. Guna mengetahui trend perbedaan antara produksi dan
konsumsi beras tersebut dilakukan simulasi dengan diagram sebab akibat
sebagaimana disajikan pada
Gambar 6
.
Diagram sebab-akibat tersebut menggambarkan bahwa produksi pangan
tergantung kepada luas lahan dan teknologi pertanian. Luas lahan pertanian akan
semakin berkurang sebagai akibat konversi lahan. Proses konversi lahan pertanian
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kebijakan pemerintah daerah. Teknologi
pertanian yang dimaksud adalah teknologi budidaya yang berpengaruh langsung
terhadap produksi melalui peningkatan produktivitas dan indeks pertanaman (IP). Di
sisi lain kebutuhan pangan sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan konsumsi
per kapita. Semakin tinggi kebutuhan pangan dengan tingkat produksi yang semakin
berkurang atau tetap maka akan semakin rendah status ketahanan pangannya, berarti
semakin tinggi biaya diperlukan untuk mendatangkan pasokan pangan dari luar
wilayah untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Pemecahan diagram
sebab-akibat tersebut menggunakan Program Powersim.
Kebijakan Pemda
+ +
Luas Lahan Laju konversi
Pertanian ( - ) Lahan _ + Pasokan - luar daerah Produksi + Swasembada Pangan pangan + + Teknologi Ketahanan Pangan _ _ + Kebutuhan Pangan Konsumsi + Per kapita + Jumlah Laju Penduduk (+) Pertumbuhan Penduduk +