• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Pemanfaatan Ikan Limbah Menjadi Komoditi Layak Jual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Pemanfaatan Ikan Limbah Menjadi Komoditi Layak Jual"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi 06No. 04, Oktober - Desember 2019, p. 63-69

63

Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang tidak perlu)

Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Pemanfaatan

Ikan Limbah Menjadi Komoditi Layak Jual

*Cepi Safrul Alam1,

1 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Banten

( Diterima 11 November 2019; Direvisi 20 Novemberr 2019; Disetujui 30 November 2019; Diterbitkan 23 Desember 2019)

Abstract: Empowerment of fishing communities is the topic of review in the writer's paper because it has an urgency to solve the problem. Fishing communities often get a negative stigma as an economically backward society and low in education. Even though the environment in which they live is nutritious and high protein food. The method used by the writer is literature study. The data were processed using descriptive analysis. Descriptive analysis of the problem obtained information that waste fish processing can be used as a fishing community business to get additional income. This effort needs to get support and financial support from village funds from the community empowerment component. Villages located on the coast can seize this opportunity by building a Village-Owned Enterprise with the main business of processing fish waste into fish meal. The goal is that the village also gets Village Original Income from the village economic development figure.

Keywords: Bumdes, fish meal, fish waste, fishing communities, coastal areas.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Author: Cepi Safrul Alam, E-mail: cepiawiwulung@gmail.com , Tel. +62-0811-125-438. Pendahuluan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003). Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut (Kusnadi, 2009). Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesadesa atau pesisir (Sastrawidjaya. 2002).

(2)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 4,Oktober –Desember 2019, p. 63-69 ISSN: 2355-4118

64

Pemberdayaan masyarakat desa menjadi tanggungjawab pemerintah desa dalam pengembangannya. Dalam struktur anggaran pendapatan dan belanja desa terdapat anggaran pemberdayaan masyrakat. Namun pada pelaksanaannya warga masyarakat harus proaktif berkomunikasi dengan desa terkait program pemberdayaa masyarakat tersebut. Nmaun, hal ini menjadi sulit mengingat terbatasnya saluran komunikasi antara warga dengan aparat desa. Sebetulnya, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berperan sebagai penyambung lidah masyarakat. Kesulitan komunikasi sering terjadi di wilayah perkampungan nelayan, karena itulah pemberdayaan masyarakat nelayan sering menemui kesulitan yang cukup berarti.

Menurut Kusnadi (2009) pemberdayaan masyarakat nelayan diartikan sebagai usaha-usaha sadar yang bersifat terencana, sistematik, dan berkesinam-bungan untuk membangun kemandirian sosial, ekonomi, dan politik masyarakat nelayan dengan mengelola potensi sumber daya yang mereka miliki untuk mencapai kesejahteraan sosial yang bersifat ber-kelanjutan . Pemberdayaan masyarakat nelayan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat nelayan yang masih dalam kondisi belum mampu melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan (Wiwik et al, 2016).

Upaya meningkatkan harkat dan martabat nelayan ini sering terkendala rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki sehingga agak sulit masuk ke komunitasnya. Pendamping desa dapat memanfaatkan peluang untuk mengentaskan kemiskinan di komunitas desa nelayan. Namun, untuk mendapatkan akses masuk ke komunitas nelayan perlu perantara tetua komunitas sehingga memuluskan jalan menuju ke sana.

Banyak peluang yang dapat dimanfaatkan menjadi komoditas yang layak jual. Namun, untuk melakukannya dibutuhkan pengetahuan, wawasan teknologi dan sebagaimana penulis sampaikan masalah rendahnya pendidikan menjadi kendala yang menyulitkan untuk memulainya. Pemberdayaan memang kata sakti yang harus segera diupayakan oleh orang-orang yang memiliki kepedulian bukan hanya uang. Peran Pemerintah Desa dalam hal ini sesungguhnya sangat strategis dalam memberdayakan nelayan. Namun, prioritas yang telah dicetak oleh Dinas Pemberdayaan Kabupaten seringkali menjadi kendala dalam pelaksanaannya. Skala prioritas pembangunan infrastruktur memang sangat mendesak untuk dilakukan. Namun, di tahun-tahun mendatang skala prioritas harus bertumpu pada pengentasan kemiskinan di desa pelosok, khususnya desa nelayan.

(3)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 4,Oktober –Desember 2019, p. 63-69 ISSN: 2355-4118

65

Menurut Sumpeno (2011:19) pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh unsur yang berasal dari luar tatanan terhadap suatu tatanan, agar tatanan tersebut mampu berkembang secara mandiri. Sedangkan, Abdur Rohim (2013), menyatakan dan memberikan gambaran konsep pemberdayaan masyarakat secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment) berasal dari kata “power” yag berarti kekuasaan atau keberdayaan (mengutip pendapat edi Suharto, 2009).

Menurut Tuwo Ambo (2011) kekurangberdayaan masyarakat pesisir antara lain disebabkan oleh keterbatasan mereka dalam penguasaan ilmu, teknologi, modal dan kelembagaan usaha. Selain itu, menurut Ambo (2011) paling tidak ada lima pendekatan pemberdayaan masyarakat pesisir yang baru saja diimplementasikan. Kelima pendekatan ini dilaksanakan dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh aspirasi, keinginan, kebutuhan, pendapatan, dan potensi sumberdaya yang dimiliki masyarakat.

Kehidupan masyarakat nelayan tidak lepas dari mencari ikan, menjualnya atau jika tidak laku diolah menjadi ikan asin. Tetapi, ikan limbah ini tidak semuanya dapat diolah karena terbatasnya pengetahuan pengolahan ikan limbah. Padahal, ikan limbah bisa diolah menjadi komoditi yang layak jual sehingga dapat menambah pundi-pundi uang para nelayan. Ikan limbah dapat diolah menjadi tepung ikan, pakan ternak. Kerjasama dengan pabrik pengolahan pakan ternak bisa jadi menguntungkan bagi kehidupan nelayan.

Ikan tangkapan nelayan biasanya bervariasi mulai yang besar sampai yang kecil-kecil. Untuk dijual, ikan harus disortir atau dipilih. Pemilihan ikan tersebut menghasilkan limbah ikan yang umumnya berupa ikan-ikan dengan kondisi fisiknya tidak layak jual, ikan-ikan kecil yang nilai ekonominya rendah serta ikan-kan yang tidak layak untuk dikonsumsi (unedible portion). Limbah ikan seperti disebutkan di atas biasanya ditumpuk, dan penumpukan ini sering dibiarkan terlalu lama sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk mengatasi penumpukan yang terlalu lama, telah dilakukan beberapa cara penanganan dan pengolahan terhadap limbah ikan, antara lain dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat terasi, diolah menjadi ikan asin (Sihite, 2013).

Analisa

Agar ikan limbah ini dapat diproses menjadi produk layak jual maka perlu edukasi dan advokasi yang dilakukan pendamping desa. Menurut Ambo (2011) perlu diberikan wawasan

(4)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 4,Oktober –Desember 2019, p. 63-69 ISSN: 2355-4118

66

yang luas berupa pengembangan mata pencaharian baru selain menangkap ikan. Jadi pemberdayaan istri nelayan dapat dilakukan agar ketika suaminya menangkap ikan. Para istri bisa diajari cara-cara mengolah ikan yang baunya sudah tidak sedap dikeringkan dan digiling menjadi tepung ikan sebagai bahan dasar pembuatan pakan ternak. Prospeknya cerah jika pemberdayaan perempuan nelayan diarahkan kepada pengolahan ikan limbah menjadi produk tepung ikan, atau terasi atau ikan asin.

Ketika memulai usaha, biasanya faktor kendala yang cukup menghambat adalah permodalan. Oleh karena itu, harus dibuka akses permodalannya agar upaya pemberdayaan ini menjadi terbuka lebar. Kode rekening anggaran pemberdayaan masyarakat dapat dialokasikan. Bahkan jika memungkinkan desa diberikan akses untuk membuka Badan Usaha Milik Desa dengan usaha pengolahan ikan limbah.

Akses masyarakat terhadap teknologi baik teknologi tepat guna maupun teknologi pengolahan yang cukup canggih. Bantuan permodalan untuk pengadaan mesin pengolah limbah ikan mulai bahan mentah sampai bahan setengah jadi harus ditawarkan dengan stimulus tanpa bunga. Atau dengan anggaran desa yang besar, mesin pengolah dapat diadakan oleh desa dan dititipkan ke kelompok nelayan pengolah limbah ikan.

Faktor yang tidak kalah penting adalah marketing atau penanganan pasca produksi. Barang sudah siap jual, maka calon pembeli harus sudah siap membeli produk nelayan. Dari perencanaan harus dudah diprediksi pemasarannya. Namun jangan khawatir ketika produk siap user biasanya sudah berdatangan siap membeli produk yang dihasilkan. Namun untuk jangka panjang paerlu dirancang sebuah mota kesepahaman antara produsen dan buyer produk. Memorandum of Understanding ini penting buat keberlangsung usaha pengolahan limbah ikan karena tujuannya adalah untuk pemberdayaan masyarakat nelayan.

Usaha menjadi besar karena kebersamaan. Untuk merealisasikannya, Desa dapat membuat Badan Usaha Milik Desa dengan produk bahan pakan ikan (tepung ikan). Tentu usaha ini akan menjadi besar mengingat buyer dari produsen pakan ternak terutam ayam pedaging dan ayam petelor sedang menjamur juga. Dengan bahan baku lokal tentu masalah harga juga dapat bersaing. Dengan bekerjasama dengan UMKM produk bahan pakan ternak dari limbah ikan ini dapat ditingkatkan kualitasnya.

(5)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 4,Oktober –Desember 2019, p. 63-69 ISSN: 2355-4118

67

Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat kini sedang mendapat perhatian dari pemerintah pusat terbukti dalam komponen dana desa dimasukan kode rekening pemberdayaan masyarakat. Memang sesuai dengan Nawacita ke 3 Pemerintah pusat untuk membangun Indonesia dari pinggiran harus dimulai dengan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang berdaya saing akan mampu melakukan hal positif untuk kemajuan bangsanya.

Masyarakat nelayan seringkali diapriori sebagai masyarakat tertinggal. Stigma ini membuat masyarakat nelayan tidak berkembang dan masih berkubang di bawah garis kemiskinan. Melalui dana desa yang digulirkan pemerintah, masyarakat nelayan harus sejajar dengan sederajat dengan masyarakat lainnya. Salaha satunya melalui kegiatan pemberdayaan bidang ekonomi.

Masyarakat nelayan yang hidup dengan hasil laut berupa ikan yang melimpah seringkali terbuang percuma dan tidak layak konsumsi. Dengan bimbingan pendamping desa, masyarakat nelayan dapat diedukasi dan diadvokasi untuk mengolah sisa hasil tangkapan yang tidak layak konsumsi menjadi produk tepung ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tepung ikan ini merupakan bahan dasar pembuatan pakan ternak yang mahal harganya. Jadi, melalui edukasi dan advokasi masyarakat dapat diberdayakan menjadi masyarakat yang produktif.****

Ucapan terimakasih

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Banten yang telah memberikan rekomendasi terhadap karya tulis ini sehingga dapat dimuat di media sebagai bentuk pengembangan profesi kewidyaiswaraan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada reviewer dan redaktur Jurnal Lingkar Widyaiswara yang telah sudi membaca, mereview dan mengedit karya tulis yang penulis susun.

Daftar Pustaka

Imron. 2003. Pengembangan Ekonomi Nelayan dan Sistem Sosial Budaya Penerbit PT Gramedia Jakarta.

(6)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 4,Oktober –Desember 2019, p. 63-69 ISSN: 2355-4118

68

Kusnadi. (2000b). Kusnadi ,dkk. 2000b. 6 Tahun Program PEMP: Sebuah Refleksi. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Ma-syarakat Pesisir, Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Per-ikanan. Jakarta : Direktorat

Pemberdayaan Ma-syarakat Pesisir, Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Per-ikanan. Diambil kembali dari

https://cvinspireconsulting.com/konsep-pemberdayaan-ekonomi-masyarakat-pesisir/.

Kusnadi .2009. Mengatasi Kemiskinan nelayan Jawa Timur, pendekatan terintegrasi. Yokyakarta: Pembaharuan,

Rohim, abdur. 2013. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata (studi di desa wisata Bejiharjo, kecamatan karangmojo, kabupaten gunung kidul, DIY). Skripsi. Jurusan pengembangan masyarakat islam, fakultas dakwah dan komunikasi.

Universitas islam negeri sunan kalijaga, DIY

Sastrawidjaya. 2002, Nelayan dan Kemiskinan, Penerbit Pradnya Paramita Jakarta.

Sihite, H. H. (2013). Studi Pemanfaatan Limbah Ikan Dari Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dan Pasar Tradisional Nauli Sibolgamenjadi Tepung Ikan Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak. Jurnal Teknologi Kimia Unimal 2:2 (November 2013) , 43 - 54.

Sumpeno, Wahyudin. 2011. Perencanaan Desa Terpadu. Edisi Kedua. Reinforcement. Action and Development. Banda Aceh.

Tuwo, H. Ambo. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya: Brilian Internasional Wiwik. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Program Pemberdayaan

Masyarakat Pesisir Dan Pantai Di Kabupaten Tuban (Studi Kasus di Desa Gadon, Kecamatan Tambaboyo, Kabupaten Tuban). Publika, Vol 4 No. 7, 1-10.

(7)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 4,Oktober –Desember 2019, p. 63-69 ISSN: 2355-4118

69

Abstrak: Pemberdayaan masyarakat nelayan menjadi topik ulasan dalam karya tulis penulis karena memiliki urgensi untuk dituntaskan permasalahannya. Masyarakat nelayan sering mendapat stigma negatif sebagai masyarakat yang terbelakang secara ekonomi dan rendah dari segi pendidikan. Padahal lingkungan tempat mereka tinggal merupakan bahan makanan bergizi dan berprotein tinggi. Metode yang digunakan penulis adalah studi pustaka. Data diolah secara analisis deskriptif. Analisis deskriptif terhadap permasalahan diperoleh informasi bahwa pengolahan ikan limbah dapat dijadikan usaha masyarakat nelayan untuk mendapat tambahan pendapatan. Usaha ini perlu mendapat dukungan dan sokongan dana dari dana desa dari komponen pemberdayaan masyarakat. Bagi desa-desa yang berlokasi di pesisir dapat menangkap peluang ini dengan membangun Badan Usaha Milik Desa dengan bisnis utama pengolahan limbah ikan menjadi tepung ikan. Tujuannya agar desa juga memperoleh Pendapatan Asli Desa dari sktor pengembangan ekonomi desa.

Referensi

Dokumen terkait

pada kinerja seorang karyawan. Lingkungan kerja yang menyenangkan bagi pegawai melalui peningkatan hubungan yang harmonis dengan atasan, rekan kerja, maupun bawahan, serta

sangat disenangi oleh masyarakat karena perolehan kredit yang cepat, mudah dan aman (tidak menyulitkan) yaitu cukup dengan jaminan barang bergerak debitur,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok wanita yang melakukan vaksinasi HPV sebanyak 76% memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan pada kelompok wanita yang

Islam sangat erat sekali kaitannya dengan pencatatan dan akuntansi.Ada banyak hal dalam Islam yang berhubungan dengan pencatatan, perhitungan dan akuntansi, utang

Berdasarkan hasil yang berbeda dari dua hipotesis ini, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pemakai yang meningkat ketika pengguna menggunakan sistem informasi dengan

Kegunaan dari penelitian ini nantinya akan menunjukkan apakah pengaruh profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, pengalaman bekerja akuntan publik, dan

Prestasi belajar siswa sebelum mengkonsumsi biskuit diperoleh melalui observasi awal atau pengambilan data awal, bahwa prestasi belajar siswa SD di kecamatan

market intelligence untuk mengetahui kondisi pasar internasional terkait kebutuhan pasar produk tuna. Nilai tertinggi dari parameter pelayanan umum adalah penyediaan