• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru. Endah Pri Ariningsih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru. Endah Pri Ariningsih"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

1

Implementasi

Fuzzy Quality Function Deployment

(QFD)

dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

Endah Pri Ariningsih

Abstrak

Inovasi menjadi kunci bagi perusahaan untuk dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif, namun tidak mudah bagi perusahaan untuk bisa menghasilkan produk inovatif yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Tingginya tingkat kegagalan produk baru di pasar membuat pemasar harus menemukan solusi agar produk yang dihasilkan bisa diterima pasar.

Quality Function Deployment (QFD) menjadi salah satu cara yang dapat digunakan oleh pihak perusahaan untuk mengurangi risiko kegagalan karena dengan QFD bagian R&D perusahaan akan mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan dan diinginkan perusahaan.

1. PENGANTAR

Persaingan global membuat perusahaan menghadapi tidak hanya tantangan di tingkat nasional namun juga global. Agar dapat tetap

bertahan dalam persaingan,

perusahaan harus mampu

mengidentifikasi persyaratan

pelanggan baru untuk bisa

mengembangkan produk baru.

Pengembangan produk baru berbasis pasar yang pada saat ini mengandung risiko yang besar. Penelitian menunjukkan kegagalan produk baru bisa mencapai sepertiga dari produk yang ada. Persyaratan pelanggan yang semakin tinggi terhadap kinerja produk, dan tingginya tingkat persaingan menuntut perusahaan harus selalu melakukan inovasi agar

dapat mengembangkan produk baru

yang merupakan kunci dari

persaingan diberbagai pasar. Perusahaan yang ingin berhasil dalam melakukan pengembangan produk baru agar mampu menciptakan nilai bagi perusahaan harus melibatkan aktivitas interdisipliner termasuk manajemen pemasaran, engineering design dan manajemen operasi yang memerlukan kontribusi dari hampir

semua fungsi perusahaan.

Menganalisis suara pelanggan (VOC) dan menganalisis kebutuhan mereka sangat penting dalam pengembangan produk. Oleh karena itu metode

Quality Function Deployment (QFD) dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam menjalankan proses pengembangan produk. Menurut

(2)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

2 Cohen (1995) Quality Function

Deployment (QFD) merupakan metode terstruktur yang digunakan dalam proses perencanan dan

pengembangan produk untuk

menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Sehingga

dengan diterapkannya QFD

diharapkan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi sebanyak mungkin harapan pelanggan, tapi juga berusaha melampaui harapan-harapan pelanggan sebagai cara untuk berkometensi dengan saingannya, sehingga diharapkan konsumen dapat menerima produk yang ditawarkan.

QFD telah terbukti mampu

meningkatkan proses pengembangan produk dan menghasilkan produk yang sangat terfokus dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan. QFD

juga dapat membantu untuk

mengurangi biaya pengembangan produk, mempersingkat waktu mencapai pasar, dan meningkatkan kinerja tim dari berbagai disiplin dalam usaha untuk melakukan pengembangan proses produksi (Cohen, 1995; Franceschini, 2002).

2. PEMBAHASAN 2.1. Tahapan QFD

Menurut Cohen (1995)

implementasi QFD terdiri dari tiga tahap, masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti layaknya sebuah proyek, dengan terlebih dahulu dilakukan tahap perencanaan dan persiapan, ketiga tahapan itu adalah: 1. Tahap pengumpulan Voice of

Customer, suara pelanggan dilakukan dengan survei yang ditulis sebagai atribut dari produk atau service. Atribut ini biasanya disebut data pelanggan secara kualitatif dan informasi numerik tiap atribut sebagai data kuantitatif. Data kualitatif secara

umum diperoleh dari

pembicaraan dan observasi dengan pelanggan sedangkan data kuantitatif diperoleh dari survei atau penarikan suara.

2. Tahap penyusunan rumah

kualitas (House of Quality), penerapan metode QFD dalam proses perancangan produk dan jasa diawali dengan pembentukan matrik perencanaan produk atau sering disebut sebagai House of Quality.

3. Tahap Analisa dan Implementasi, pada tahap ini data yang telah dimasukkan dalam House of

(3)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

3

Quality dianalisa agar nantinya dapat diimplementasikan dengan baik.

Sedangkan Kannan (2008) membagi sistem QFD menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencana produk, juga dikenal sebagai rumah kualitas (HOQ); bagian fase

perencanaan; tahap perencanaan proses dan produksi serta tahap perencanaan operasi. Setiap fase ini diwujudkan oleh matriks yang terdiri dari satu set input (disebut ‘whats’ dalam HOQ) dan output (dikenal

sebagai ‘hows’ di HOQ).

Empat Fase QFD

Pada QFD tradisional, sebagian besar variabel input diasumsikan tepat dan diperlakukan sebagai data numerik. Namun, dalam kenyataannya tidak semua

variabel input dapat

dinumerikkan sehingga sekarang sudah dikembangkan variabel linguistik yang dinyatakan dalam nomor fuzzy karena hal itu dipandang lebih tepat untuk menggambarkan masukan yang diperoleh dari keinginan konsumen sehingga dapat dijadikan input dalam sistem QFD. Pada sistem ini users dari

perspektif yang berbeda dapat

menentukan persyaratan

individu dan menganalisis hubungan interperspektif dan intraperspektif, termasuk konflik menggunakan HOQ. Alat ini dialankan berdasarkan inferensi logika mesin fuzzy, penggunaan alat ini dapat membantu mengidentifikasi hubungan implisit dan ketidak konsistenan antara persyaratan.

QFD telah diterapkan diberbagai

industri dengan tujuan

meningkatkan kepuasan

(4)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

4

besar industri telah

menjadikannya sebagai prioritas utama. Karakteristik, desain dan kualitas yang mempengaruhi kinerja produk diidentifikasi dan

diperbaiki untuk

memaksimalkan kepuasan

pelanggan bagi studi kasus tertentu yang dilakukan secara empiris dalam QFD. Sumber daya yang terbatas, persaingan pasar yang meningkat, dan

kompleksitas produk

memerlukan lebih banyak data akurat dan solusi optimal. Untuk mengatasi kesulitan yang timbul karena ketidakpastian data kuantitatif dan kurangnya peralatan, maka diusulkan pendekatan baru (metode fuzzy triangular), yang melekat pada analisis QFD. Adanya perhatian pada objektifitas data asli dan untuk memberikan lebih banyak

wawasan dalam persepsi

pelanggan dan desainer, membuat analisis QFD lebih dapat diandalkan.

2.2. Penggunaan QFD

Metodologi QFD digunakan

untuk menerjemahkan

kebutuhan pelanggan dan persyaratan dalam karakteristik

kualitas dengan

mengembangkan a new front fork assembly. QFD menggunakan format matriks untuk menangkap sejumlah isu yang berhubungan dengan produk yang akan dibuat dan

penting untuk proses

perencanaan. Pendekatan

pengukuran kebutuhan

pelanggan memungkinkan

tujuan perusahaan dapat

disesuaikan dengan

karakteristik peningkatan kualitas kerja seperti teknologi atau kompleksitas organisasi.

Pendekatan Penyelesaian

Masalah

1. Membuat daftar produk seperti yang disuarakan konsumen.

2. Evaluasi kompetitif

pelanggan untuk

mendapatkan solusi (transfer persyaratan karakteristik mutu pelanggan).

Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan dua pendekatan yang berbeda: - Tradisional QFD (crisp aproach)

- Metode fuzzy triangular

2.3. Proses Quality Function Deployment (QFD)

(5)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

5 Fondasi dasar QFD adalah

secara sistematis mentransfer keinginan pelanggan ke tingkat operasi rinci. Dua proses QFD:

1. Pendekatan American

Supplier Institute's (ASI) Four-Phase

2. Pendekatan Goal/QPC Matrix diterima secara luas sebagai proses yang efektif untuk melaksanakan itu bagi

kebutuhan perusahaan

(Revelle et al. 1998).

Pendekatan ASI’s Four-Phase menerjemahkan pendekatan

kebutuhan pelanggan ke

persyaratan teknis selanjutnya ke karakteristik komponen, langkah-langkah proses, dan langkah-langkah operasional (Gambar 1). Setiap terjemahan menggunakan matriks, disebut

house of quality (HOQ).

Gambar 1

HOQ adalah matriks yang sangat kompleks yang menyediakan sarana untuk perencanaan interfungsional dan komunikasi (Cohen, 1995). QFD bukan hanya alat teknis tetapi juga filsafat manajerial

yang dapat membantu

meningkatkan kualitas

organisasi dan mengelola efek. Secara teknis, QFD akan

mengurangi waktu

pengembangan produk, secara

(6)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

6 kualitas produk dan memberikan

biaya produk yang lebih rendah sehingga dapat berdampak pada peningkatan pangsa pasar. QFD dapat juga memfasilitasi peningkatan produk yang

berkelanjutan dengan

menekanka pada pembelajaran organisasi yang akan dapat meningkatkan inovasi.

Diagram QFD atau

house of quality (HOQ) adalah metode sistematis dan grafis yang menyoroti karakteristik mutu /quality characteristics

(QCs) yang digunakan untuk melihat kebutuhan pelanggan/

customer needs (CNs). Sebuah HOQ biasanya berisi informasi tentang ''apa yang harus dilakukan'' (CNs), ''bagaimana caranya'' (QCs), dan hubungan langkah antara CNs dan QCs serta korelasi langkah antara QCs dan data benchmarking

dibandingkan pesaing (Tan et al., 2004). Di proyek pengembangan produk, tim perlu mempertimbangkan desain produk dengan memasukkan QCs dalam proses perencanaan QFD. Namun, tidak mungkin

untuk mempertimbangkan

semua QCs selama

pengembangan produk karena kendala waktu, anggaran, teknologi yang layak, dan sebagainya (Chen et al., 2004). Tim yang baik harus mampu memilih solusi yang bisa memuaskan konsumen tanpa mengorbankan kepentingan bisnis. Analisis atap HOQ

sangat penting dalam

membangun trade-off agar bisa dikenali pada awal proses desain sehingga mudah untuk membuat perubahan. Ketidakjelasan dan

ketidaktepatan QCs

menyebabkan tantangan khusus, hal itu dapat terjadi karena: (1)

proses QFD melibatkan

berbagai masukan dalam bentuk data linguistik, misalnya, persepsi manusia, penilaian, evolusi pada pentingnya CNs atau kekuatan hubungan antara CNs dan QCs, yang sangat subyektif dan kabur (Bai dan Kwong, 2003), (2) sedikitnya

mekanisme formal untuk

menerjemahkan CNs (yang umumnya kualitatif) ke QCs (yang biasanya kuantitatif). Biasanya ada banyak CNs untuk suatu produk, masing-masing CR dapat diterjemahkan ke dalam beberapa QCs, dan

(7)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

7 sebaliknya EC tertentu dapat

mempengaruhi beberapa CNs.

Secara umum, CNs ini

cenderung diterjemahkan ke dalam QCs subyektif, kualitatif, dan cara nonteknis, yang harus dinyatakan dalam ketentuan yang lebih kuantitatif dan teknis. Oleh karena itu, hubungan antara SSP dan QCs sering kabur atau tidak tepat (Kim et al. 2000), (3) Karena adanya ketidakpastian dalam proses desain, data yang tersedia untuk desain produk sering terbatas dan mungkin tidak akurat, terutama ketika sebuah produk baru dikembangkan, dan sering terjadi ketidakjelasan dalam melakukan langkah-langkah korelasi antar QCs (Fung et al.

2006). Berbagai metode

kuantitatif, seperti proses hierarki analitis (Armacost et al., 1994), jaringan saraf tiruan, dan logika fuzzy digabungkan dengan QFD dan mengusulkan metode yang lebih objektif dan

pendekatan tepat untuk

pelaksanaannya dengan

memodifikasi dan membuatnya lebih representatif seperti QFD

cerdas berbasis sistem

informasi. Model Kano

Selain menggunakan house of quality (HOQ) kebutuhan dan tingkat kepuasan pelanggan, dapat juga dianalisis dengan

menggunakan Model Kano

sebagaimana disajikan pada gambar berikut.

(8)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

8 Berbagai penelitian melaporkan

bahwa pelanggan lebih puas saat mereka memiliki tuntutan tak terucapkan (non-voice) yang dipenuhi dari sebuah produk atau layanan khas. Konsep QFD

adalah suatu cara

menerjemahkan kebutuhan

pelanggan ke dalam teknis yang sesuai persyaratan untuk setiap tahap pengembangan produk atau jasa dan produksi.

Pendekatan ini mencari jawaban atas enam pertanyaan, yaitu: 1. Suara dari nasabah: Apa

yang pelaggan kita butuhkan dan inginkan?

2. Analisis kompetitif: Dalam hal kepuasan pelanggan, seberapa baik kita melakukan tindakan relatif terhadap pesaing kita?

3. Suara dari tim teknis: Apa langkah-langkah teknis yang

berhubungan dengan

kebutuhan pelanggan kita? 4. Korelasi: Apa hubungan

antara suara pelanggan dan suara tim teknis?

5. Perbandingan teknis: Bagaimana produk atau kinerja layanan kita dibandingkan dengan pesaing ?

6. Trade-offs: Apa teknis potensi trade-off?

Kemampuan tim dalam

menjawab

pertanyaan-pertanyaan di atas akan semakin meningkatkan kemampuan dari pelaksanaan metode QFD.

2.4. Kebutuhan Pelanggan. Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan langkah awal dan paling penting dari proses QFD. Prioritas kebutuhan harus dipenuhi secara sistematis dalam suatu siklus perencanaan. Urutan penting untuk a new front fork assembly dinilai berdasar permintaan pelanggan pada skala 1 sampai 5. Pada skala ini, 5 menunjukkan paling penting dan 1 menunjukkan relatif rendah. Preferensi hanya diberikan kepada pelanggan untuk menetapkan peringkat. Dalam rangka mencari rasio sifat hubungan antara kebutuhan pelanggan dan karakteristik mutu, Burke et al. (2002) mengembangkan seperangkat aturan sebagai pedoman untuk membangun dan melakukan penilaian dari matriks QFD: 1. Pastikan nilai penting ada

(9)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

9 2. Menormalkan nilai sejumlah

1 atau 100 dan dapat digunakan sebagai bobot. 3. Pastikan hubungan nilai pada

skala rasio, jika mungkin, untuk memastikan interval. Hitung nilai kolom.

4. Skor dari satu HOQ tidak boleh digunakan sebagai bobot HOQ lain karena metode untuk menghasilkan skor tidak dapat menjamin nilai skala rasio.

Misalnya, variabel ditetapkan pada tiga tingkat: rendah, menengah, dan tinggi. Dengan mendefinisikan l = (rendah), m = (medium), h = (tinggi) sesuai nomor yang ditetapkan untuk setiap tingkat. Semua hubungan dikategorikan seperti juga kuat, menengah, atau lemah yang, mengikuti tiga titik skala ordinal properti (Roberts, 1979).

2.5. Fuzzy Quality Function Deployment (FQFD)

Berbagai masukan, dalam bentuk penilaian dan evaluasi, diperlukan dalam grafik QFD. Biasanya, masukan ini dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, dan kelompok fokus. Hal ini

menimbulkan ketidakpastian

ketika mencoba untuk

mengkuantifikasi informasi.

Teori fuzzy

diperkenalkan oleh Zadeh

(1965) untuk menangani

masalah pendefinisian yang buruk ditandai ketidakpastian dan ketidakjelasan. Keuntungan utama penggunaan logika fuzzy adalah kesempatan untuk mengekspresikan penilaian yang tidak jelas. Selain itu,

penggunaan angka fuzzy

menjadi sangat penting dalam

pengambilan keputusan

masalah, di mana skala linguistik diadopsi dan di mana

panel mengambil

keputusan/decision-makers

(DMs) yang terlibat dalam proses penilaian. Nomor fuzzy

memungkinkan untuk

mereproduksi cara berpikir khas subjektif manusia. Logika Fuzzy menunjukkan beberapa fitur yang berguna untuk eksploitasi di QFD, termasuk:

 Menggunakan istilah

linguistik manusia untuk mengungkapkan

pengetahuan tentang sistem.  Memungkinkan pembuatan

(10)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

10 estimasi di bawah informasi

yang tidak lengkap atau tidak pasti.

 Cocok untuk sesuatu yang tidak pasti atau penalaran yang tepat.

 Interpretasi dari aturan yang sederhana dan mudah dipahami.  Berkaitan dengan multi-input dan multi-output sistem.

2.6. Perkembangan Teori Fuzzy Teori himpunan fuzzy, pertama kali diperkenalkan

oleh Zadeh (1965),

dikembangkan untuk

memecahkan masalah di mana

deskripsi kegiatan,

pengamatan, dan penilaian bersifat subjektif, tidak jelas, dan tidak tepat. Istilah fuzzy

umumnya mengacu pada

situasi di mana tidak ada batas untuk kegiatan atau penilaian yang dapat didefinisikan dengan baik.

Fuzzy number

Customer Crisp (Direct) Ratings Dalam pemasaran dan praktik psikologis, ada banyak skala untuk mengukur dan menghitung atribut kualitatif (Bearden, 1993). Penilaian orang mengenai pentingnya atribut adalah linguistik,

biasanya dinyatakan dalam istilah-istilah seperti ’tidak penting’ dan ’sangat penting’ dan kemudian ditransfer ke nomor, yang sering digunakan adalah skala 9-point berikut skala:

(11)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

11

Mengadopsi pernyataan

linguistik dalam sebuah angka pasti sangat tidak masuk akal. Pendekatan yang lebih rasional

adalah interval untuk

menetapkan islitah linguistik yang tidak jelas, agar ketidakjelasan dapat ditangkap.

Fuzzy Set Theory oleh Zadeh (1965) Teori himpunan fuzzy, pertama kali diperkenalkan oleh Zadeh (1965), dikembangkan untuk memecahkan masalah di mana deskripsi kegiatan, pengamatan, dan penilaian bersifat subjektif, tidak jelas, dan tidak tepat. Istilah fuzzy umumnya mengacu pada situasi di mana tidak ada batas untuk kegiatan atau penilaian yang dapat didefinisikan dengan baik. Kelas-kelas dan objek yang lain tidak dapat dijelaskan dengan baik oleh teori himpunan tradisional di mana sebuah objek baik atau tidak dalam mengatur dan tidak bisa hanya memiliki sebagian saja untuk satu set, tetapi mereka dapat diwakili dengan baik menggunakan teori himpunan fuzzy.

3. KESIMPULAN

Perusahaan yang ingin meraih keunggulan kompetitif harus menghasilkan produk, baik berupa barang maupun jasa yang berkualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu metode yang mampu menghubungkan kebutuhan konsumen dengan fungsi desain, pengembangan, rekayasa produksi, dan pelayanan dalam perusahaan. Penggunaan QFD dalam menentukan kebutuhan dan keinginan konsumen akan banyak memberikan dampak positif bagi perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Dale (1990) yang menyatakan dengan tegas bahwa

manfaat QFD adalah: 1.

meningkatkan kualitas, 2.

meningkatkan performa perusahaan,

3. meningkatkan kepuasan

pelanggan, 4. meningkatkan time to market, 5. biaya rendah dalam desain dan manufaktur, 6. meningkatkan

(12)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

12 reliabilitas produk, 7. mengurangi

waktu perencanaan, 8. mengurangi komplain garansi atau jaminan, 9. meningkatkan peluang pasar, 10. meningkatkan profitabilitas.

Menurut pendekatan QFD tradisional, fleksibilitas merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kebutuhan pelanggan, kedua kebugaran dan aerodinamik, dan yang ketiga adalah kepekaan penyesuaian. Menurut pendekatan fuzzy, kisaran penilaian dari tuntutan yang berasal dari rating dihitung dan ditentukan nilai ketidakpastiannya. Berdasar diskusi para ahli, pada penelitian yang dilakukan oleh Kanna (2008) nilai ketidakpastian ditetapkan sebesar ± 0,1. Fleksibilitas memiliki kisaran 9,9-10,1 yang memiliki batas atas tertinggi, sensitivitas penyesuaian berkisar antara 9,5-9,7 berikutnya kebugaran, yang memiliki kisaran 8,9-9,1.

QFD biasanya diterjemahkan ke dalam lima karakteristik mutu (kinerja, kesesuaian, servis, estetika, dan fitur). Setelah menentukan hubungan antara hows dan whats, bobot masing-masing karakteristik kualitas dihitung. Berdasar perhitungan ini, rencana kualitas a new front fork assembly ditentukan.

QFD merupakan alat yang efektif dan mudah untuk mengadopsi. Setelah tahap survei pendahuluan mengenai kebutuhan pelanggan dipastikan benar, hasil dengan mudah diproses dalam usulan HOQ, agar diperoleh karakteristik mutu yang paling efisien untuk meningkatkan a new front fork assembly. Penilaian

pribadi dibutuhkan ketika

membangun kebutuhan pelanggan HOQ, logika fuzzy telah diadopsi sebagai alat yang berguna. Melalui logika fuzzy linguistik penilaian diberi bobot, hubungan, dan korelasi telah tepat diterjemahkan ke dalam sebuah nomor fuzzy triangle. Selain itu, logika fuzzy berhubungan baik

dengan ketidakpastian dan

pemahaman hubungan yang tidak lengkap antara ‘hows’ dan 'whats’.

Konsep dasar QFD adalah

membuat pendekatan untuk

mendesain produk agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Konsep ini pertama kali

didiperkenalkan oleh Yoji Akao,

Professor of Management Engineering dari Tanagawa University. Konsep ini pertama digunakan oleh Mitsubishi tahun 1972 dan dikembangkan oleh Toyota dan perusahaan lainnya. Menurut Oakland (1995), Quality Function

(13)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

13

Deployment (QFD) adalah suatu sistem untuk mendesain sebuah produk atau jasa berdasarkan permintaan pelanggan, dengan melibatkan partisipasi semua fungsi yang terdapat dalam organisasi.

Metode QFD bertujuan

mengembangkan produk yang dapat

memuaskan konsumen dengan

menterjemahkan keinginan

komsumen dalam karakteristik mutu

yang akan menjadi acuan

pengendalian mutu di seluruh proses produksi.

QFD bukan merupakan suatu pemecahan masalah (problem solving) dan bukan pula tim yang bermaksud mencari kesukaran-kesukaran terhadap pemecahan suatu masalah, melainkan mencari peluang-peluang (opportunities) yang dapat dikembangkan secara efektif untuk memenuhi kepuasan pelanggan (Dale, 1990).

Untuk memulai proses desain

dalam QFD, tim desain

mendengarkan suara dari para

pelanggan, karena kepuasan

pelanggan adalah kunci sukses kompetisi. Namun, yang perlu kita

jawab adalah bagaimana

menggabungkan yang diucapkan, tak terucapkan, sekarang, dan kebutuhan masa depan pelanggan menjadi produk atau jasa perusahaan. Banyak

organisasi telah menemukan

jawabannya bila mereka menerapkan QFD dengan menggunakan metode HOQ.

Menggabungkan model HOQ dan Model Kano diharapkan dapat mendefinisikan informasi tentang apa yang diinginkan dan dibutuhkan

konsumen sehingga dapat

menghasilkan produk yang

berkualitas seperti yang dibutuhkan oleh konsumen dengan lebih baik sehingga bisa menghasilkan produk baik berupa barang ataupun jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terpenuhinya harapan

konsumen diharapkan dapat

meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk dan menjaga

sustainability dari usaha yang dijalankan.

REFERENSI

Aaker, A.D.; Kumar, V. and Day, G.S. (2007), Marketing Research. 8th

ed., River Street, Hoboken: John Wiley & Sons Inc.

Bai, H. and Kwong, C.K. (2003), “ Inexact genetic algorithm

(14)

Endah Pri Ariningsih: Implementasi Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) dalam Mengurangi Risiko Produk Baru

14 approach to target values setting

of engineering requirements in QFD”, International Journal of Production Research, Vol. 41, No. 16, pp. 3861-3881

Chen, Y.; Tang, J.; Fung, R. Y. K. and Ren, Z. (2004), “Fuzzy regression-based mathematical programming model for quality

function deployment,”

International Journal of Production Research, Vol. 42, No. 5, pp. 1009-1027

Cohen, L. (1995), “Quality Function Deployment-How to Make QFD Work for You, Reading,” MA: Addison-Wesley Publishing Fung, R. Y. K.; Chen, Y. and Tang, J.

(2006), “Estimating functional relationship for product planning under uncertainties,”

Fuzzy Set and Systems, Vol. 157, pp. 98-120

Kim, K.J.; Moskowitz, H.; Dhingra, A. and Evans, G. (2000), “Fuzzy multicriteria models for quality function deployment,” European

Journal of Operational

Research, Vol. 121, pp. 504-518 Revelle, J.B.; Moran, J. W. and Cox,

C.A. (1998), The QFD

Handbook, New York: John Wiley and Sons.

Tan, B.L.; Tang, N.K.H. and Forrester, P.L. (2004), “Applicatin of QFD for e Business Planning,”

Production Planning and Control, Vol. 15, No. 8, pp. 802-818

Zadeh, L.A. (1965), “Fuzzy sets,” Information and Control, Vol. 8, pp. 338-353

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi didapatkan fakta banyak peserta didik yang kesulitan dalam memahami pelajaran matematika, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman materi,

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Integritas, Objektivitas, Motivasi dan Etika

Emakumeek idatzitako nobela intismistetan “emakumeen espazioak barne espazioak dira nagusiki” (idem: 49), baina eleberri honetako pertsonaiak bestelako harreman bat du

Dengan menggunakan tahapan- tahapan dalam proses public relations yang bersifat siklis, penelitian ini berusaha menganalisis secara lebih mendalam program CSR Pertamina Sehati

Dari hasil uji t yang dilakukan didapatkan bahwa untuk X 1 lebih kecil dari t Tabel yang berarti H o diterima dan H 1 ditolak dengan kata lain bahwa variabel

Dengan mengetahui pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham, investor dapat menilai saham dengan mencermati hasil dari rasio keuangan yang didapat dari laporan

Pada variabel Attitude towards using, nilai rata-rata jawaban responden yang memiliki nilai terendah adalah indikator “Menggunakan internet untuk belanja online merupakan

Menurut penelitian Allinson et al (2004) jaringan informal yang memiliki ikatan kuat dengan organisasi di UKM, menjanjikan tingkat yang lebih, dan kepercayaan yang besar,