• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PANGAN TRADISIONAL BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGANNYA MENJADI PRODUK UNGGULAN DI KABUPATEN GIANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PANGAN TRADISIONAL BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGANNYA MENJADI PRODUK UNGGULAN DI KABUPATEN GIANYAR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

230

KAJIAN PANGAN TRADISIONAL BALI DALAM RANGKA

PENGEMBANGANNYA MENJADI PRODUK UNGGULAN

DI KABUPATEN GIANYAR

Ni Made Yusa

1)

dan I Ketut Suter

1)

1) Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Udayana, E-mail :

nimadeyusa@yahoo.co.id

ABSTRACT

The subject of this study is to inventory kinds of Bali traditional food, to analyze their nutrients and to determine which food has potentials to be developed in Gianyar Regency. The research was done in two phases: first phase - inventory of kinds of traditional food produced in Gianyar Regency, second phase - analysis on the nutrition content of the food inventoried in phase one. Phase one is conducted by running a survey in Gianyar Regency. In every district, two villages are chosen for sampling. Respondents are the village chiefs and food producers. Phase two is analyzing chemical and nutrient content in the food, covering water content, ash content, protein content, fat content, carbohydrate content, sugar total content, acid total content, vitamin C content and coliform amount on each food. Survey indicates that in Gianyar Regency there are 108 kinds of traditional food consist of 44 kinds of meals, 47 kinds of snacks and 17 kinds of drinks. From those 108 kinds of food, only 27 of them are analyzed for the nutrition contents. These contents vary depending on the food. For the meals, protein content ranges from 3.34% - 24.40%; fat content ranges from 0.50% to 40.76% and carbohydrate content range from 0.95% - 52.10%. for snacks, protein content ranges 2.71% - 7.58% ; fat content ranges 1.24% - 15.61% and carbohydrate ranges from 23.24% - 80.50% , meanwhile the kind of drinks (loloh) the most content is water ranges from 97.04% - 98.71%. Food potential to develop as superior products of Gianyar Regency are be guling, betutu and jaja gambir.

Keyword: Traditional Balinese food.

PENDAHULUAN

Daerah Bali yang dikenal sebagai daerah pariwisata kaya dengan pangan tradisional yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Data mengenai jumlah dan jenis pangan tradisional yang ada di Bali pada saat ini belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan tahun 1999 oleh Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT) Universitas Udayana yang dilaporkan oleh Suter, et al. (1999) di daerah Bali ada 281 jenis makanan, 174 jajanan dan 73 jenis minuman, sedangkan di Kabupaten Gianyar ada 21 jenis makanan, 20 jenis jajanan dan 9 (sembilan) jenis minuman. Dari 528 jenis pangan tradisional tersebut baru hanya 50 (9,47 %) yang dikaji dari aspek nilai gizinya.

Pangan tradisional adalah makanan, jajanan dan minuman, serta bahan campuran (ingredient) yang secara tradisional telah digunakan dan berkembang di daerah atau masyarakat Indonesia (Anon., 1996). Menurut Winarno (1994) pangan tradisional umumnya dapat dibagi menjadi 4 golongan besar yaitu makanan utama, lauk pauk, jajanan dan minuman, sedangkan menurut Panji (1985) dalam budaya orang Bali makanan diklasifikasikan atas dua katagori pokok yaitu pertama makanan pokok (nasi, sayur-mayur, lauk-pauk, sambal dan minuman) dan yang kedua adalah makanan sampingan. Kekhasan suatu makanan lebih banyak dijumpai dalam unsur lauk pauk dan sambal, sehingga dapat dibedakan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Lauk pauk untuk makanan orang Bali ada tiga kategori yaitu: (1) Daging dan ikan, keduanya diberi istilah Be, (2) Sayur mayur atau jukut, dan (3) kombinasi dari be dan jukut dikenal dengan lawar, jukut balung, dan komoh. Pangan tradisional Bali dapat juga dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu olahan kering seperti sate,

(2)

olah-231

olahan basah seperti lawar, timbungan dan brengkes, olah-olahan cair seperti komoh, dan gerang asem dan olah-olahan yang dimasak utuh seperti betutu dan be guling (Anon., 1985)

Salah satu jenis makanan tradisional Bali yang populer adalah lawar. Lawar adalah jenis lauk pauk yang dibuat dari campuran daging, sayur, kelapa dan bumbu (Suter dan Yusa, 2006; Suter, et al., 1998 dan Suter, 1998). Lawar pada umumnya selalu ada pada saat dilaksanakan upacara adat dan upacara agama Hindu di Bali.

Lawar dibuat disamping untuk dikonsumsi dan untuk keperluan upacara, juga dijual di warung-warung dan

rumah makan (Suter et al., 1997). Salah satu jenis lawar adalah lawar Babi. Kontribusi energi lawar babi adalah sebesar 3,14% dari konsumsi energi rata-rata wanita setiap hari (2514 Kal) dan sebesar 2,81% dari konsumsi energi rata-rata pria setiap hari (2808 Kal) bila dikonsumsi sebanyak 50 g per hari, sedangkan kontribusi protein

lawar babi adalah sebesar 6,39% dari konsumsi protein rata-rata wanita per hari (58,75 g) dan sebesar 6,13%

dari konsumsi protein rata-rata pria per hari (Yusa dan Suter, 1999).

Pangan tradisional memiliki nilai yang sangat strategis yaitu ikut mempercepat proses diversifikasi konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan berimbang serta aman. Hal ini disebabkan karena pangan tradisional jumlahnya banyak, jenisnya beragam dan memiliki nilai gizi yang cukup, serta aman dikonsumsi karena dalam pengolahannya pada umumnya tidak menggunakan bahan tambahan kimia yang berbahaya. Di samping itu bahan-bahan yang digunakan adalah bersifat lokal (tidak diimpor) sehingga tidak tergantung kepada daerah atau negara lain. Saat ini ada kecendrungan masyarakat termasuk wisatawan domestik dan wisatawan asing yang datang ke Bali memilih makanan alamiah termasuk didalamnya makanan tradisional karena alasan lebih kecilnya resiko mendapat gangguan kesehatan dibandingkan dengan bila mengkonsumsi makanan modern yang umumnya kaya lemak dan gula yang berisiko tinggi mendapat serangan jantung dan penyakit kencing manis.

Atas dasar pertimbangan tersebut di atas dan Kabupaten Gianyar menjadi salah satu pusat pengembangan pariwisata di daerah Bali, maka dilakukan pendataan kembali pangan tradisional Bali di Kabupaten Gianyar dengan tujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis pangan tradisional Bali, kandungan zat gizi dan menetapkan produk yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Gianyar.

METODE

Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) tahapan yaitu: Tahap I : Inventarisasi jenis pangan tradisional yang diproduksi dan atau dijual dan Tahap II : Analisis kandungan zat gizi pangan tradisional hasil inventarisasi penelitian tahap I. Penelitian tahap I dan penelitian tahap II dilaksanakan pada tahun 2013.

Lokasi dan Responden Penelitian.

Penelitian Tahap I dilakukan di kabupaten Gianyar, sedangkan penelitian Tahap II dilakukan di Laboratorium Analisis Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, di Jl. P.B. Sudirman, Denpasar. Responden dari survei ini adalah produsen/ pedagang pangan tradisional dan Kepala Desa/Lurah di desa/kelurahan sampel. Pemilihan responden dilakukan secara tidak acak dan jumlahnya ditetapkan dengan tidak menggunakan persentase tertentu dari jumlah populasi yang ada, karena yang dipentingkan adalah responden mampu memberikan informasi yang diperlukan.

(3)

232

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tahap I. Survei

Survei dilaksanakan dua tahap yaitu: Survei tahap-1 untuk menginventarisir nama produsen/pedagang yang mengolah/menjual pangan tradisional dan alamat tempat tinggal/tempat berjualan berdasarkan informasi dari Kepala Desa/ Lurah. Survei tahap -2 dilakukan wawancara terhadap produsen yang memproduksi/menjual pangan tradisional tersebut. Survei dilakukan dengan cara mendatangi dan mewawancarai responden secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan. Informasi yang diinginkan dari responden terutama mengenai nama jenis pangan tradisional yang diolah, bahan-bahan yang digunakan dan proses pengolahannya.

Penelitian tahap II. Analisis zat gizi pangan tradisional

Pangan tradisional yang telah diinventarisir pada penelitian tahap I, di ambil contoh produknya kemudian dianalisis kandungan zat gizinya meliputi kadar air dengan cara pemanasan oven (AOAC, 1990), kadar abu dengan pemijaran dalam muffle (AOAC, 1990), kadar protein dengan cara semi mikro Kjeldahl (AOAC, 1990), lemak dengan metode ekstraksi Soxhlet (AOAC, 1990), dan menghitung jumlah karbohidrat dengan metode

Carbohydrate by different, serta coliform dengan metode MPN.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Tahap I. Inventarisasi Jenis Pangan Tradisional di Kabupaten Gianyar.

Jenis pangan tradisional

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Kepala Desa/Lurah bersama dengan staf di Desa/Kelurahan sampel di Kabupaten Gianyar, diperoleh jumlah pangan tradisional adalah sebanyak 108 jenis, dengan rincian jumlah makanan (nasi, dan lauk pauk) 44 jenis, jumlah jajanan (camilan) 47 jenis dan jumlah minuman (loloh) 17 jenis. Nama-nama jenis pangan tradisional yang diproduksi/dijual disajikan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 diketahui bahwa ada jenis makanan yang sama misalnya lawar nangka dibuat/dijual di kecamatan Blahbatuh dan di kecamatan Payangan, demikian juga be guling dibuat/dijual di kecamatan Blahbatuh dan di kecamatan Gianyar, tetap dihitung jumlahnya berdasarkan desa/kelurahan yang memproduksinya. Hal ini dilakukan karena kemungkinan karakteristik lawar maupun be guling itu berbeda baik karena formula yang berbeda maupun cara pengolahan yang juga berbeda.

Bahan dan proses pengolahan pangan tradisional

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pangan tradisional di kabupaten Gianyar bersumber dari daerah setempat (lokal) dan tidak menggunakan bahan pengawet dan pewarna sintetis. Jenis-jenis bahan yang digunakan dan cara pengolahannya sangat bervariasi tergantung pada janis pangan tradisional yang dibuat.

(4)

233

Tabel 1. Jenis pangan tradisional di 7 (tujuh) Kecamatan Kabupaten Gianyar

No. Kecamatan Jenis pangan tradisional

Makanan/ lauk pauk

Jajanan Minuman

1 Blahbatuh Be guling, lawar nangka

Jaja uli, laklak Jaja

uli,latok,lapis,dadar,sum ping,godoh

Loloh/bangket tibah, loloh kayu manis, loloh cemcem

2 Gianyar Nasi lawar Nasi lawar Be guling Tipat koples Ayam betutu

Sate languan, pepes ikan laut, jukut plecing dan nasi sela.

Loloh kayu manis, l.beluntas, l.tibah, l.don temen, l.don sembung.

3 Payangan Nasi be guling,lawar nangka.

Sumping pisang,

buntilan. Jaja penyon

merah/hitam,jaja uli, jaja abuk, jaja kiping. Jaja kukus,pisang rai Jaja begina

4 Sukawati Rempeyek

Taluh bekasem. Kerupuk tahu Tahu

Jukut kalas don belimbing. Serapah

, lawar, sate lilit. Nasi yasa

Jaja kemplang, jaja matahari

Jaja karut

Jaja gambir/jaja papah keladi. Jaja uli Tape Laklak Brem Daluman 5 Tampaksirin g

Tum babi, jukut urab Be guling, lawar, tum babi.

Rempeyek

Jaja uli goreng, pisang rai dan jaja sagon Laklak

Jaja sumping, jaja uli.

Loloh kayu

manis,l.dapdap,l.belu ntas,l.temu,l.kunyit,l.t emopoh

6 Tegelalang Ayam betutu,nasi be guling.

Ayam betutu. Be guling.

Kelepon Jaja begina

7 Ubud Sate lilit babi, lawar babi, tum babi, pesan babi. Be guling, lawar. Nasi ayam Kedewatan. Nasi ayam Mardika. Ayam Betutu. Lawar sapi. Daging nasi ayam Be guling

Jaja bali

Jaja waluh, jaja ketan. Jaja lukis, jaja ongol-ongol, jaja ketan, jaja laklak.

Jaja sagon, jaja sengait, jaja reta, jaja uli, jaja matahari, jaja begina.

Daluman.

(5)

234

Penelitian Tahap II. Analisis Kandungan Kimia dan Coliform Pangan Tradisional

Kandungan kimia/gizi dan coliform pangan tradisional

Data hasil analisis kandungan kimia dari 27 sampel disajikan pada Tabel 2, sedangkan kandungan vitamin C, total asam dan total gula dari beberapa jenis minuman disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 2 diketahui bahwa kandungan zat gizi pangan tradisional di kabupaten Gianyar sangat beragam yaitu tergantung dari jenis makanan, jajanan atau minuman. Untuk jenis makanan kadar air berkisar antara 1,15% - 84,51%; kadar abu berkisar antara 0,13% – 4,25%; kadar protein berkisar antara 3,34% – 24,40%; kadar lemak berkisar antara 0,50% - 40,76% dan kadar karbohidrat berkisar antara 0,95% -52,10%. Jenis jajanan kadar air berkisar antara 4,61% - 69,4%; kadar abu berkisar antara 0,47 – 2,18%; kadar protein berkisar antara 2,71% - 7,58%; kadar lemak berkisar antara 1,24% - 15,61% dan kadar karbohidrat berkisar antara 23,24% - 80,50%, sedangkan jenis minuman (loloh) kandungan paling banyak adalah air yaitu berkisar antara 97,04% -98,71%. Kandungan vitamin C pada loloh berkisar antara 8,36 % - 33,89 %; kandungan total asam berkisar antara 7,34 % - 14,67 %, sedangkan kandungan gulanya berkisar antara 2,63 % - 12,08 %. Adanya asam dan gula pada loloh menyebabkan loloh memiliki rasa asam dan manis.

Dari Tabel 4 diketahui bahwa semua sampel pangan tradisional yang diuji mengandung coliform. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan sanitasi air yang digunakan kurang baik, baik yang digunakan untuk mencuci bahan-bahan, peralatan maupun yang digunakan sebagai bahan utama seperti pada loloh. Sanitasi yang kurang baik ini kemungkinan karena air yang digunakan tercemar kotoran yang mengandung coliform.

Tabel 2. Kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat 27 jenis pangan tradisional di kabupaten Gianyar.

No. Jenis pangan tradisional

Air (%)

Abu (%)

Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) A Makanan 1 Tipat koples 68,26 1,00 6,20 5,94 18,60 2 Jukut plecing 84,51 1,78 4,77 5,55 3,40 3 Nasi sela 62,74 0,13 6,68 0,50 29,95 4 Krupuk tahu 1,63 4,25 12,17 39,82 42,13 5 Tahu 78,36 1,28 7,39 7,42 5,56 6 Serapah babi 59,84 1,60 10,71 19,41 8,44

7 Jukut kalas don

belimbing 70,13 2,45 6,34 7,54 13,53 8 Betutu 60,87 1,84 14,69 1,27 21,33 9 Rempeyek 1,15 2,65 3,34 40,76 52,10 10 Babi guling 44,61 3,64 13,04 4,12 34,60 11 Ayam kedewatan 55,22 3,77 24,40 13,65 0,95 12 Sate lilit 41,93 4,15 5,74 23,29 24,89 13 Tum babi 63,21 2,20 11,94 12,17 10,47 B Jajanan 14 Jaja dadar 36,50 1,37 4,15 10,48 47,19 15 Jaja buntilan 36,08 0,95 5,01 9,13 48,84

16 Jaja penyon barak 10,21 1,33 5,74 5,35 77,38

17 Jaja kiping 10,38 1,52 7,58 3,57 76,95 18 Jaja kukus 44,02 0,65 5,05 8,04 42,24 19 Jaja gambir 32,68 2,18 6,53 1,24 57,37 20 Jaja matahari 4,61 0,47 2,71 15,61 76,60 21 Jaja karut 7,23 0,87 5,47 5,93 80,50 22 Jaja kemplang 11,32 1,53 5,64 6,81 74,71

(6)

235

23 Jaja pisang rai 69,4 0,89 3,90 2,56 23,24

C Minuman

24 Loloh tibah 98,71 1,28 0,39 0,05 0,41

25 Loloh kayu manis 98,25 1,15 0,62 0,09 0,06

26 Loloh temutis 97,04 0,98 0,38 0,13 1,46

27 Loloh temopoh 97,13 1,07 0,30 0,28 1,22

Tabel 3. Kadar vitamin C, kadar total asam dan kadar total gula dari beberapa minuman dan makanan tradisional Bali di kabupaten Gianyar.

No. Jenis minuman tradisional VitaminC (mg/100 g) Total asam (%) Total gula (%) 1 Loloh tibah 8,36 14,67 2,63

2 Loloh kayu manis 17,88 8,31 5,12

3 Loloh temutis 33,89 7,34 12,08

4 Loloh temopoh 16,57 11,95 7,90

5 Jukut kalas don belimbing 163,08 - -

Tabel 4. Kandungan coliform pangan tradisional Bali di kabupaten Gianyar. No Jenis pangan

tradisional

Coliform

(APM/g)

No. Jenis pangan tradisional Coliform

(APM/g)

1 Tipat koples >24,00x103 15 Jaja buntilan 0,15x103

2 Jukut plecing 2,10x103 16 Jaja penyon barak 11,00x103

3 Nasi sela 0,073x103 17 Jaja kiping 0,036x103

4 Krupuk tahu 1,50x102 18 Jaja kukus 0,15x103

5 Tahu 1,50x102 19 Jaja gambir 0,091x102

6 Serapah babi >24,00x102 20 Jaja matahari 0,23x102

7 Jukut kalas don

belimbing

>24,00x102 21 Jaja karut 0,036x102

8 Betutu 0,28x103 22 Jaja kemplang 0,75x102

9 Rempeyek <0,03x103 23 Jaja pisang rai 0,20x103

10 Be guling 0,28x103 24 Loloh tibah >24,00x103 *

11 Ayam betutu kedewatan 0,036x103 25 Loloh kayu manis >24,00x103*

12 Sate lilit 0,15x103 26 Loloh temutis >24,00x103*

13 Tum babi <0,03x103 27 Loloh temopoh >24,00x103*

14 Jaja dadar 0,15x103

* APM/ml

Pangan tradisional yang potensial untuk dikembangkan

Pangan tradisioal di kabupaten Gianyar yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan pertimbangan bahwa bahan-bahan yang digunakan tersedia secara lokal, diproduksi berkesinambungan dan dijual/dipasarkan yaitu be guling (babi guling), ayam betutu dan jaja gambir.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Di kabupaten Gianyar terdapat 108 pangan tradisional yang terdiri dari 44 jenis makanan (lauk-pauk), 47 jenis jajanan dan 17 jenis minuman.

2. Kandungan zat gizi pangan tradisional sangat beragam. Untuk jenis makanan kadar protein berkisar antara 3,34% – 24,40%; kadar lemak berkisar antara 0,50% - 40,76% dan kadar karbohidrat berkisar

(7)

236

antara 0,95% -52,10%. Jenis jajanan kadar protein berkisar antara 2,71% - 7,58%; kadar lemak berkisar antara 1,24% - 15,61% dan kadar karbohidrat berkisar antara 23,24% - 80,50%, sedangkan jenis minuman (loloh) kandungan paling banyak adalah air yaitu sekitar 97,04% -98,71%.

3. Pangan tradisional yang potensial dikembangkan di kabupaten Gianyar adalah be guling, ayam betutu dan jaja gambir.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Rektor Universitas Udayana dan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat-Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas dana Hibah Penelitian Desentralisasi (Hibah Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Udayana) tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. (1985). Makanan Khas Daerah Bali: Aspek Pengolahan dan Penyajian. Paper disampaikan pada seminar Baliologi, Denpasar.

Anonimus. (1996). Panduan Pusat Kajian Makanan Tradisional. Jakarta: Kantor Menteri Urusan Pangan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

AOAC [Association of Official Analytical Chemist]. (1990). The Official Methods of Analysis. 15th ed. Vol 2. Assosiation of Official Analytical Chemists, AOAC, Virginia.

Panji IGBN. (1985). Arti dan Fungsi Makanan Khas Bali Dalam Kaitannya Dengan Aspek Sosial Budaya. Paper disampaikan pada seminar Baliologi, Denpasar.

Suter IK, Kencana Putra IN, Semadi Antara N, dan Sudana W. (1997). Studi Tentang Pengolahan dan Keamanan Lawar (Makanan Tradisional Bali). Gitayana 3(2): 37-43.

Suter IK, Kencana Putra IN dan Semadi Antara N. (1998). Studi Tentang Peningkatan Mutu Gizi dan Keamanan

Lawar (Makanan Tradisional Bali).Giayana 4(1): 27-31).

Suter, IK. (1998). Makanan Tradisional Bali: Lawar (Kajian Pustaka). Gitayana 4(2):60-67. Denpasar.

Suter, IK., Arga IW, Kencana Putra IN, Semadi Antara N, Sudira Jelantik AAM, Martini Hartawan dan Setiawan IK. (1999). Inventarisasi 50 Jenis Makanan dan Minuman Daerah. Pusat Kajian Makanan Tradisional Madya Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Suter, IK. dan Yusa, NiM. (2006). Pengaruh Jenis dan Cara Penyiapan Bumbu Pada Proses Pengolahan Terhadap Karakteristik Lawar. TPSDP Unud.

Winarno, F.G. (1994). Makanan Tradisional dan Pengembangannya. Paper disampaikan pada pelatihan tenaga PKK dalam pengembangan pangan tradisional, Denpasar.

Yusa, NiM. dan Suter IK. (1999). Kontribusi Energi dan Protein makanan Tradisional “Lawar” Bali. Gitayana 5 (2): 68-71. Denpasar.

Gambar

Tabel  1. Jenis pangan tradisional di 7 (tujuh) Kecamatan Kabupaten Gianyar
Tabel 2. Kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat 27 jenis pangan tradisional di  kabupaten Gianyar
Tabel 3. Kadar vitamin C, kadar total asam dan kadar total gula dari beberapa minuman  dan makanan                  tradisional Bali di kabupaten Gianyar

Referensi

Dokumen terkait

Pengendalian internal atas persediaan bahan baku diharapkan dapat menciptakan aktivitas pengendalian terhadap perusahaan yang efektif dalam menentukan jumlah

Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat banyak wacana yang diproduksi oleh masyarakat untuk menguatkan penolakan pendirian pabrik PT Semen Indonesia seperti

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual selanjutnya diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi diakui

Nadalje, izrada ekonomskog toka preduvjet je za provođenje dinamičke analize projekta, odnosno izračun pokazatelja kao što je neto sadašnja vrijednost, razdoblje

 Memeriksa kehadiran, kebersihan dan kerapian kelas  Apersepsi : mengupas sekilas materi yang lalu.. Guru memandu siswa untuk melaksanakan diskusi, dan semua kelompok

Analisis dari model di atas memperlihatkan bahwa pengontrolan yang bersifat tidak kontinu hanya bermanfaat sesaat saja, selanjutnya jika pertumbuhan nyamuk kembali membesar

Menanggapi kondisi tersebut, seharusnya perusahaan membuat kebijakan program pelatihan dan pengembangan yang mengidentifikasikan pada kebutuhan pelatihan yang dapat dilakukan

4) Komoditas pangan unggulan di Provinsi Bali yaitu padi potensial dikembangkan di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Denpasar, Gianyar, dan Buleleng. Jagung, ubi kayu, dan