ORGANIZER BERBANTUAN MEDIA VIDEO INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MATERI GERAK LURUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Oleh :
ALIF PUTRA AKBAR WIBOWO
NIM : 1403066029
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2019
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE
ORGANIZER BERBANTUAN MEDIA VIDEO INTERAKTIF
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MATERI GERAK LURUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Oleh :
ALIF PUTRA AKBAR WIBOWO
NIM : 1403066029
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2019
iii
vi
ABSTRAK
Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Advance
Organizer Berbantuan Media Video Interaktif Terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Gerak Lurus
Nama : Alif Putra Akbar Wibowo
NIM : 1403066029
Penelitian ini membahas tentang efektivitas model
pembelajaran advance organizer berbantuan media video
interaktif terhadap hasil belajar Fisika materi gerak lurus. Latar belakang penelitian ini adalah interaksi antara guru dan peserta didik yang rendah, hasil belajar masih dibawah kkm, dan materi pokok gerak lurus yang masih sulit untuk dipahami oleh peserta didik, sehingga peserta didik kesulitan untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen yang dilaksanakan di MAN 1 Bojonegoro. Sampel penelitian berjumlah 70 peserta didik dimana kelas X UP (Unggulan IPA) 2 merupakan kelas eksperimen yang berjumlah 35 peserta didik, sedangkan kelas X UP (Unggulan IPA) 3 merupakan kelas kontrol yang berjumlah 35 peserta didik. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dengan cara wawancara kepada guru mata pelajaran Fisika sebelum melakukan penelitian, metode tes digunakan untuk mengetahui hasil hasil belajar peserta didik dan metode dokumentasi digunakan untuk menunjukan foto atau dokumen lain.
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan teknik deskriptif. Dalam uji hipotesis peneliti menggunakan uji
perbedaan rata-rata yaitu dengan rumus t-test. Berdasarkan
data hasil posttest pada kelas eksperimen dan posttest pada
kelas kontrol diperoleh rata-rata kelas eksperimen adalah 78,31 dan rata-rata kelas kontrol adalah 64,60. Uji perbedaan
vii
untuk taraf signifikansi 5% dan dk = 35 + 35 -2 = 68 adalah
1,67. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh bahwa thitung > ttabel
dengan gain pada kelas eksperimen diperoleh 0,51 dengan
kategori sedang dan gain pada kelas kontrol diperoleh 0,17
dengan kategori rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan, thitung > ttabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima bahwa model
pembelajaran advance organizer berbantuan media video
interaktif efektif terhadap hasil belajar Fisika pada materi gerak lurus.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Advance Organizer, Media Video Interaktif, Hasil Belajar.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohim
Alhamdulillahi robbil alamin segala puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayahnya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah atas izin dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Advance Organizer Berbantuan Media Video
Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Gerak Lurus”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri walisongo Semarang.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu, baik dalam proses penelitian maupun penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Dr. H. Ruswan, M.A., selaku Dekan Fakultas Sains dan
ix
yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Hamdan Hadi Kusuma, S. Pd., M. Sc., selaku Ketua
Jurusan Pendidikan Fisika Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.
3. Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd., M.Kom. selaku Wali Studi yang
telah memberikan masukan dan nasihat kepada peneliti selama menjalani perkuliahan.
4. Edi Daenuri Anwar, M.Si., selaku Dosen Pembimbing 1
yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing metode penelitian dan memberi saran dalam penulisan skripsi.
5. Fihris, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing 2 yang senantiasa
meluangkan waktu untuk membimbing metode penelitian dan memberi saran dalam penulisan skripsi.
6. Seluruh Dosen, Pegawai dan Petugas akademik Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang yang telah membantu dalam hal administrasi mengenai kelancaran pengerjaan Skripsi.
7. Kepala Sekolah MAN 1 Bojonegoro, M. Syaifuddin
Yulianto, S.Ag., M.Pd.I., beserta staf dan dewan guru yang telah membantu dan memberikan arahan, masukan, dan fasilitas selama penyelesaian penulisan Skripsi ini.
x
8. Rokhana Komsyatun S.Pd., selaku guru Fisika di MAN 1
Bojonegoro yang telah membantu pencapaian
keberhasilan dalam penelitian ini dan memberi masukan yang sangat berguna bagi peneliti
9. Ayahanda Endro Wibowo, Ibunda Nur hanik, dan Adekku
Hanif Dwi Cahyo W., yang tiada henti-hentinya memberikan kasih sayang, support, dan motivasi, baik moril maupun materiil serta tidak pernah bosan memberikan doa kepada peneliti dalam menempuh studi dan mewujudkan cita-cita.
10.Keluarga besar IKAJATIM yang selalu mengingatkan
mengenai skripsi dan selalu memberikan masukan dan arahan yang bagus untuk peneliti.
11.Teman-teman Angkatan 2014 Pendidikan Fisika,
khususnya Pendidikan Fisika A yang senantiasa memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terlebih untuk teman kelas, (Sunari, Amy, Amir, Latif, Habib, Zaman, Anjar, Zaidatun, Visa, Musrotin, Ravena, Bella, Qorina, Esty, Uswatun, Ulfi) Terima kasih untuk dukungan dan semangatnya.
12.Teman-teman kost L Tanjung Sari Selatan khususnya ( Ali,
Latif, Yoga, Jotar, Riki, Alfian, Zaman, Rizky, Tafsir) terima kasih atas persahabatan kalian, kasih sayang kalian, dan kepedulian kalian, bantuan dan dukungannya.
xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i PERNYATAAN KEASLIAN ... ii PENGESAHAN ... iii NOTA PEMBIMBING ... iv ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II : LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 9
1 Belajar dan Hasil Belajar Siswa ... 9
2 Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar ... 18
3 Media Video Interaktif ... 22
4 Model Pembelajaran Advance Organizer ... 25
5 Materi ... 33
xiii
C. Rumusan Hipotesis ... 52
D. Kerangka Berfikir ... 53
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 55
B. Alur Penelitian ... 56
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 60
D. Populasi dan Sampel ... 60
E. Teknik Pengambilan Sampel ... 61
F. Variabel Penelitian ... 61
G. Metode Pengumpulan Data ... 62
H. Analisis Data Penelitian ... 71
BAB IV : DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data ... 79
B. Analisis Uji Coba Instrumen ... 81
C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 84
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97
E. Keterbatasan Penelitian ... 99
BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 101
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Advance
Organizer , 28.
Tabel 2.2 Tabel persamaan rumus GLBB (Gerak lurus
berubah beraturan) dan Gerak jatuh bebas, 44.
Tabel 3.1 Kriteria tingkat kesukaran, 66.
Tabel 3.2 Kriteria daya pembeda, 70.
Tabel 4.1 Hasil perhitungan validitas Soal Uji Coba, 82.
Tabel 4.2 Hasil perhitungan daya beda butir soal, 83.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal, 84.
Tabel 4.4 Daftar nilai awal kelas kontrol (X UP 2) dan
kelas eksperimen (X UP 3), 84.
Tabel 4.5 Daftar distribusi frekuensi nilai awal kelas
kontrol (X UP 2), 86.
Tabel 4.6 Daftar distribusi frekuensi nilai awal kelas
Eksperimen (X UP 3), 87.
Tabel 4.7 Data hasil uji Normalitas awal, 87.
Tabel 4.8 Data hasil uji Homogenitas Awal, 89.
Tabel 4.9 Daftar nilai akhir kelas kontrol (X UP 2) dan
kelas eksperimen (X UP 3), 90.
Tabel 4.10 Daftar distribusi frekuensi nilai akhir kelas
xv
Tabel 4.11 Daftar distribusi frekuensi nilai akhir kelas
Eksperimen (X UP 3), 93.
Tabel 4.12 Data hasil uji Normalitas awal, 93.
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pinguin sedang menari, 33.
Gambar 2.2 Mobil balap melaju dilintasan, 34.
Gambar 2.3 Segitiga A-B-C, 35.
Gambar 2.4 Grafik hubungan antara jarak (s) dengan
waktu (t), 40.
Gambar 2.5 Grafik antara kecepatan (v) dan waktu (t),
40.
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara percepatan (a)
terhadap waktu (t), 43.
Gambar 2.7 Bagan kerangka berfikir penelitian, 53.
Gambar 3.1 Skema desain penelitian, 56.
Gambar 3.2 Bagan alur penelitian, 57.
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nama peserta didik kelas uji coba
Lampiran 2 Kisi-kisi soal tes uji coba
Lampiran 3 Soal uji coba
Lampiran 4 Kunci jawaban soal uji coba
Lampiran 5 Lembar jawaban kelas uji coba
Lampiran 6 Perhitungan validitas soal uji coba
Lampiran 7 Perhitungan reliabilitas soal uji coba
Lampiran 8 Perhitungan daya beda soal uji coba
Lampiran 9 Perhitungan indeks kesukaran soal uji coba
Lampiran 10 Daftar nama peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen
Lampiran 11 Daftar nilai UH 1
Lampiran 12 Uji normalitas awal kelas kontrol Lampiran 13 Uji normalitas awal kelas eksperimen
Lampiran 14 Uji homogenitas nilai UH 1 peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen
Lampiran 15 Uji kesamaan dua rata-rata awal kedua kelas Lampiran 16 Silabus
Lampiran 17 RPP kelas kontrol Lampiran 18 RPP kelas eksperimen
Lampiran 19 Kisi-kisi soal Posttest
xviii
Lampiran 21 Kunci jawaban Posttest
Lampiran 22 Lembar jawab kelas kontro Lampiran 23 Lembar jawab kelas eksperimen
Lampiran 24 Uji normalitas Posttest kelas kontrol
Lampiran 25 Uji normalitas Posttest kelas eksperimen
Lampiran 26 Uji dua varians (homogen) posttest
Lampiran 27 Uji perbedaan rata-rata nilai posttest
Lampiran 28 Uji nilai gain kontrol Lampiran 29 Uji nilai gain eksperimen Lampiran 30 Dokumentasi
Lampiran 31 Hasil wawancara
Lampiran 32 Surat penunjukan pembimbing Lampiran 33 Surat izin riset
Lampiran 34 Surat keterangan riset Lampiran 35 Media video
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I Pasal 1 (1); Pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (2); Pendidikan Nasional adalah pendidikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan dianggap terhadap tuntutan perubahan zaman (UU RI nomor 20 tahun 2003).
Pendidikan merupakan usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya demi menunjang kemajuan suatu negara (Aunurrahman : 2009). Hal tersebut mencakup kegiatan yang melibatkan guru (pendidik) maupun yang tidak melibatkan guru, mencakup baik itu pendidikan formal maupun pendidikan informal.
Seiring dengan perkembangan masyarakat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan tentunya harus
mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif dan mampu memecahkan persoalan yang aktual dalam kehidupan sehari-hari. Fakta yang sering kita jumpai dalam pembelajaran berlangsung, beberapa peserta didik belum bisa belajar dengan baik, seperti kurang serius bahkan tidak memperhatikan penjelasan guru. Hal ini mungkin disebabkan oleh strategi, metode, model ataupun cara yang dilakukan guru kurang diminati peserta didik dan akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 4 juli 2018 di MAN 1 Bojonegoro dengan guru mata pelajaran Fisika tentang metode ataupun model pembelajaran yang digunakan di dalam kelas, guru lebih sering
menggunakan metode pembelajaran ceramah,
terkadang juga dengan menggunakan metode praktikum ketika ada materi pelajaran yang harus menggunakan metode praktikum. Dari metode yang sering digunakan oleh guru, siswa cenderung pasif, hanya beberapa siswa yang aktif untuk berani bertanya, dan mengemukakan pendapatnya, namun pelajaran
Fisika memang pelajaran yang tidak mudah difahami dalam waktu yang sebentar, siswa perlu waktu yang cukup banyak untuk memahami pelajaran Fisika. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, penulis melakukan uji coba tes yang dilaksanakan di kelas XI UP (Unggulan IPA) 2 dengan memberikan 30 soal pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban pada 33 siswa mengenai materi gerak lurus. Hasil belajar yang diperoleh, ternyata nilai siswa masih banyak yang dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sekolah, dimana sekolah telah menetapkan untuk mata pelajaran Fisika nilai KKM-nya adalah 77 dan diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 58. Ini menunjukkan pemahaman konsep siswa masih rendah dalam materi gerak lurus. Hal tersebut disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Sebagian besar masih bingung mengenai rumus-rumus yang ada dalam Fisika. Tampaknya pemilihan model pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru sangat perlu dicermati. Hal ini dikatakan demikian karena dengan memilih model pembelajaran yang sesuai akan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Jika seorang guru menggunakan model pembelajaran secara monoton maka siswa akan cenderung merasa bosan. Siswa yang
merasa bosan akan sulit untuk berprestasi dan sulit untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Tingkat keberhasilan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru tidak terlepas pada
pengorgansasian materi, model pembelajaran, serta pemilihan media pembelajaran yang digunakan. Proses belajar mengajar dapat berhasil, jika siswa merasa senang dan memberi timbal balik positif terhadap guru, bukan penilaian formal yang dilakukan oleh guru (Miftahul Huda : 2009).
Usaha yang digunakan agar dapat membantu peserta didik lebih mudah memahami dan menguasai konsep Fisika diperlukan suatu model pembelajaran yang tidak hanya menekankan kepada pengetahuan konsep saja, melainkan dapat mengkaitkan konsep lama yang sebelumnya telah didapati, dengan konsep baru yang akan dipelajari, sehingga peserta didik dapat mengetahui alur konsepnya secara terstruktur.
Salah satunya adalah pembelajaran advance
organizer yang menekankan sebuah informasi yang disajikan sebelum pembelajaran, yang dapat digunakan oleh siswa untuk menganalisis informasi baru yang masuk atau suatu cara belajar untuk memperoleh
pengetahuan baru, yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran.
Model pembelajaran Advance Organizer dirancang
untuk memperkuat struktur kognitif siswa,
pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara, pengetahuan tersebut dengan baik. Dengan kata lain struktur kognitif harus sesuai dengan jenis pengetahuan dalam bidang apa yang ada dalam pikiran kita, seberapa banyak pengetahuan tersebut, dan bagaimana pengetahuan itu dikelola. Struktur kognitif yang ada dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang baru dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik dan menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap informasi yang bersifat baru (Bruce Joyce,dkk : 2009).
Solusi untuk mengatasi masalah-masalah
pembelajaran tersebut dengan model pembelajaran
Advance Organizer. Advance Organizer adalah sebuah informasi yang disajikan sebelum pembelajaran, yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk menyusun dan menafsirkan informasi baru masuk, artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang
membentuk kerangka dari sistem pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan.
Model pembelajaran Advance Organizer ini
berbantuan dengan media video interaktif bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang efektif, sehingga dengan menggunakan video interaktif siswa lebih mudah untuk memahami alur konsep pada materi pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE
ORGANIZER BERBANTUAN MEDIA VIDEO INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MATERI GERAK LURUS”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana efektivitas model pembelajaran advance
organizer berbantuan media video interaktif terhadap hasil belajar Fisika materi gerak lurus?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas model pembelajaran Advance Organizer
berbantuan video interaktif terhadap hasil belajar Fisika pada materi gerak lurus.
2. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian ini antara lain :
a. Bagi siswa
1) Siswa dapat memperoleh pengalaman baru
melalui model yang diajarkan.
2) Siswa menjadi lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
3) Menciptakan susana kelas yang kondusif.
4) Melatih siswa untuk bekerjasama (diskusi)
dengan temannya.
5) Membuat siswa lebih paham mengenai
pelajaran Fisika pada materi gerak lurus.
b. Bagi Guru
1) Guru menjadi fasilitator bagi siswa (siswa
2) Menambah ilmu bagi guru untuk menginovasi model pembelajaran.
3) Menambah variasi dalam model
pembelajaran untuk di kelas pada proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah
1) Dapat meningkatkan mutu sekolah.
2) Dapat meningkatkan prestasi sekolah.
d. Bagi Peneliti
Memberikan Pengalaman lapangan mengenai penggunaan model pembelajaran sehingga mendapatkan metode yang tepat dalam mengelola proses pembelajaran di kelas.
9
LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori
1. Belajar dan Hasil Belajar Siswa
Belajar merupakan keseluruhan proses pendidikan bagi tiap orang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap dari seseorang. Seseorang dikatakan belajar jika pada dirinya terjadi proses perubahan sikap dan tingkah laku. Perubahan ini biasanya berangsur-angsur dan memakan waktu yang cukup lama (Mustaqim : 2008). Belajar merupakan salah satu proses yang dilakukan seseorang dengan berusaha untuk mendapatkan perubahan sikap yang baru secara menyeluruh, hal tersebut sebagai hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya (Slameto : 2003).
Belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman / pengetahuan yang sudah dimiliki.
Belajar bukan semata-mata mentransfer
pengetahuan yang diluar dirinya melainkan belajar
lebih bagaimana otak memproses dan
pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan format yang baru (Trianto Ibdu badar : 2014).
Perubahan yang akan terjadi dalam diri seseorang melalui belajar tidak hanya dalam lingkup pengetahuannya saja, melainkan juga keaktifan di dalam menjalankan tugas nya dan
keterampilan seseorang tersebut, untuk
keberlangsungannya di dalam hidup masyarakat misalnya seperti keterampilan sosial, norma, dan juga sikap di masyarakat. Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara sadar untuk mencapai kemampuan berfikir, memahami, keterampilan proses, yang akan diperoleh dalam jangka waktu yang lama.
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh faktor eksternal agar proses belajar pada diri individu yang belajar. Hakikat pembelajaran secara umum dilukiskan Gagne dan Briggs, adalah serangkaian kegiatan yang dirancang yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Pembelajaran mengandung makna setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu individu mempelajari sesuatu kecakapan tertentu. Oleh
sebab itu dalam pembelajaran pemahaman karakteristik internal individu yang belajar menjadi penting. Proses pembelajaran merupakan aspek yang terintegrasi dari proses pendidikan. Pembelajaran dapat dimaknai dan ditelaah secara mikro dan makro. Secara mikro pembelajaran adalah suatu proses yang di payakan agar peserta didik dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki baik kognitif maupun sosial emosional secara afektif dan efisien untuk mencapai perubahan perilaku yang diharapkan. Pembelajaran secara makro terkait dua jalur yaitu individu yang belajar dan penataan komponen eksternal agar menjadi proses analisis pada individu yang belajar. Hampir semua orang setuju bahwa tujuan pembelajaran yaitu upaya memengaruhi peserta didik agar terjadi proses belajar. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu cara atau metode membantu terjadinya proses belajar agar belajar menjadi efektif, efisien dan terarah pada tujuan yang di tetapkan (Karwono, dkk : 2017).
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan
sumber belajar yang telah direncanakan oleh pendidik agar mencapai hasil belajar yang baik. Selain itu pembelajaran lebih menekankan kepada cara mengorganisasikan isi pembelajaran dan mengelola pembelajaran.
Belajar sebagai aktivitas dalam mencari ilmu mesti di dasarkan asas prinsip tententu, yang meliputi ketauhidan, keikhlasan, kebenaran, dan tujuan yang jelas. Penekanan Al-qur’an mengenai prinsip keimanan dalam belajar secara tegas dapat dilihat dalam surat yang pertama turun yaitu :
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. Al-Alaq:1-5) (Departemen Agama RI : 2005)
Ayat ini mengajarkan bahwa Model pendidikan Islam tidak terlepas dari metode pendidikan Islam juga, yaitu memiliki metode
pembelajaran dengan hikmah, dialog,
perumpamaan, dan pembiasaan. Alat yang digunakan terdapat dua yaitu menggunakan perantara alat dan tanpa alat. Menggunakan alat
yaitu bil qalam (pena) yang berupa hasil tulisan
dari pena tersebut, baik berupa buku-buku maupun berupa suatu pembacaan dan tanpa alat yaitu melalui anugerah Allah Swt yang berupa ilham, riski dan wahyu. (M. Qurais Shihab : 2003)
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalammajlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Mujaddalah : 11) (Departemen Agama RI : 2005).
Tafsir ayat ini juga mengajarkan kita untuk beriman, ikhlas dan berlapang dada serta patuh terhadap aturan Allah, serta giat dalam belajar dan mengamalkan ilmu karena Allah akan meninggikan beberapa derajat untuk orang yang berilmu baik di dunia maupun di akhirat. (M. Qurais Shihab : 2003)
َلاَق ُناَيحفُس اَنَ ث َّدَح َلاَق ُّي ِدحيَمُحلْا اَنَ ث َّدَح
اَم ِحيَْغ ىَلَع ٍدِلاَخ ِبَِأ ُنحب ُليِعاَحسِْأ ِنَِثَّدَح
ِبَِأ َنحب َسحيَ ق ُتحعَِسْ َلاَق ُّيِرحىُّزلا ُهاَنَ ثَّدَح
َلاَق ٍدوُعحسَم َنحب ِللهاُدحبَع ُتحعَِسْ َلاَق ٍمِزاَح
َص ُِّبَِّنلا َلاَق
َّلَِأ َدَسَح َلَ َمَّلَسَو ِوحيَلَع ُللها ىَّل
ىَلَع َطِّلُسَف ًلَاَم ُللها ُهاَتآ ٌلُجَر ِحيَْ تَنح ثا ِفِ
َوُهَ ف َةَمحكِحلْا ُللها ُهاَتآ ٌلُجَرَو ِّقَحلْا ِفِ ِوِتَكَلَى
)ىراخبلا هاور( اَهُمِّلَعُ ي َو اَِبِ يِضحقَ ي
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Humaid, ia berkata, menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku Ismail ibn Abu Khalid atas selain yang kami ceritakan olehnya al-Zuhriy, ia berkata, “aku mendengar Ibn Qais ibn Abu Hazim, ia berkata, aku mendengar Abdullah ibn Mas’ud berkata, Nabi saw., bersabda, ”tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu di kuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki di beri hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya. (H.R. Bukhari). (Muhammad bin Ismail Al-Bukhari : 1998)Hadis di atas memberikan pemahaman
bahwa sebagai peserta didik hendaknya
bersungguh-sungguh atau tekun dalam mencari ilmu baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Peserta didik diserukan agar menjadi ilmuwan atau orang yang pintar sebelum ia menikah atau
menjadi pemimpin. Peserta didik tidak
diperbolehkan iri hati kepada orang lain kecuali dalam dua hal yaitu ilmu dan kebaikan. Peserta didik diserukan untuk berlomba-lomba belajar
atau menuntut ilmu dalam suatu kebaikan. Sebagai peserta didik apabila telah mendapatkan ilmu, maka hendaknya ilmu tersebut dipergunakannya dengan baik dan diajarkannya kepada orang lain. (Hamka : 1985)
Hasil Belajar pada dasarnya adalah proses terjadinya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari sikap yang kurang baik menjadi lebih baik, dari tidak terampil menjadi terampil pada pesesrta didik. Keberhasilan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang
belajar, bukan saja perubahan mengenai
pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk
membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,
pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar (Supardi : 2015).
Hasil Belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Perubahan yang dulu tidak tahu menjadi tahu dan nantinya diharapkan bisa meningkatkan nilai hingga bisa mencapai ketuntasan belajar (Purwanto: 2009). Hasil Belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian
dari hasil sendiri mengarah kepada sesuatu yang diperoleh akibat dilakukannya suatu kegiatan/ aktivitas atau proses yang mengakibatkan dapat berubahnya nilai input secara fungsional. Belajar
dilakukan dengan mengusahakan adanya
perubahan yang dapat terjadi di dalam diri seseorang seperti misalnya perubahan perilaku,
maupun perubahan yang lainnya yang
menyebabkan seseorang tersebut menjadi bisa memahami sesuatu. pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar (Purwanto: 2011).
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi selalu mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pedidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat
dididik dan diubah perilakunya yang
meliputidomain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain-domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotorik (Purwanto: 2011). Menurut Slameto, untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi sebenarnya banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya prestasi hasil belajar meliputi, faktir siswa, faktor pengajar (guru), bahan dan materi yang dipelajari, media pengajaran, karakterustik fisik sekolah, lingkungan dan situasi. Karakterisitik siswa meliputi psikis yang terdiri dari kemampuan intelektual seperti sikap dan kebiasaan belajar, minat, perhatian, bakat, motivasi, dan kondisi psikis seperti pengamatan, fantasi, persepsi, dan perasaan (Slameto : 2007).
Melalui pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pencapaian yang dilakukan oleh peserta didik baik yang menyangkut aspek kognitif, aspek afektif, dan juga aspek psikomotorik sebagai hasil dari proses pembelajaran.
2. Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar
Penilaian adalah mengambil suatu
keputusan, terhadap sesuatu dengan mengacu kepada ukuran tertentu seperti baik dan buruk, pandai atau bodoh, tinggi atau rendah dan sebagainya. Secara luas rangkaian kegiatan penilaian hasil belajar adalah memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan proses dan hasil belajar yang dilakukan secara sistematis dan terencana serta berkesinambungan. Hasil penilaian akan menjadi bahan informasi untuk mengambil keputusan tentang hasil belajar yang lebih sering disebut dengan evaluasi (Supardi : 2015).
Penilaian proses dan hasil belajar siswa didasarkan pada prinsip berikut :
a. Valid (shahih) berarti penilaian didasarkan
pada data yang mencerminkan kompetisi yang diukur. Alat pengukuran yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai, yaitu menggunakan alat yang sesuai mengukur kompetensi.
b. Objektif berarti penilaian didasarkan pada
prosedur dan kriteria yang jelas harus meminimalkan pengaruh-pengaruh emosional penilai.
c. Adil berarti penilaian tidak menguntungkan
atau merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, serta status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak teroisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka berarti prosedur penilaian, kriteria
penilaian dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
f. Menyeluruh berarti penilaian ole pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuan siswa.
g. Sistematis berarti penilaian dilakukan secara
berencana dan bertahap mengikuti langkah-langkah baku (Ida Farida: 2017).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi melalui pengukuran hasil belajar peserta didik baik yang menggunakan tes maupun tidak.
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Untuk membatasi masalah, maka hanya akan dibatasi pada penilaian di sekolah. Guru maupun
pengelola pengajaran di sekolah mengadakan penilaian akhir ataupun dinamakan evaluasi dengan cara melihat apakah usaha yang dilakukan tersebut melalui pengajaran sudah mencapai tujuan yang telah ditentukan apa belum. misalnya sekolah diibaratkan sebagai tempat memproses segala sesuatu dan siswa (peserta didik) diibaratkan sebagai bahan baku awal (bahan mentah), maka lulusan dari sekolah tersebut dapat disamakan dengan hasil akhir yang telah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat pengolah ini disebut transformasi. Oleh jarena itu evakuasi disekolah meliputi banyak segi, calon siswa, lulusan dan proses pendidikan secara menyeluruh. Tujuan dilakukannya evaluasi pembelajaran dikelas dalam kegiatan proses belajar mengajar ialah untuk mendapatkan sebuah informasi secara akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga dapat dilakukan tindak lanjut berikutnya. Tindak lanjut termasuk merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa penempatan pada waktu yang tepat, pemberian umpan bali, penntuan kelulusan. Tugas guru dalam kaitan dengan evaluasi di tingkat
kelas lebih khusus ditujukan untuk memberikan umpan balik terhadap siswa (Daryanto: 2010).
Banyak sekali yang menyebutkan bahwa definisi evaluasi dapat diperoleh melalui buku yang di tulis oleh yang ahli dibidangnya, diantaranya yaitu definisi tentang evaluasi yang ditulis oleh Ralph Tyler, menyebutkan bahwa evaluasi ialah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai (Farida Yusuf Tayibnapis: 2008).
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi pendidikan merupakan suatu kegiatan menentukan penilaian dari segala
sesuatu yang berhubungan dalam dunia
pendidikan.
3. Media Video Interaktif
Kata media berasal dari bahasa Latin medius
yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media jika dipahami secara garis besar (intinya) adalah manusia (seseorang), materi, dan kejadian-kejadian yang dapat membangun kondisi yang bisa membuat siswa mampu, tidak hanya memperoleh
pengatahuan saja, namun juga memperoleh pemahaman mengenai keterampilan, atau sikap (afektif) yang lebih baik. Dalam pengetahuan tersebut, guru, buku, dan lingkungan di sekolah merupakan media pembelajaran. Secara lebih khusus, pengertian dari media dalam proses belajar mengajar di kelas dapat diartikan sebagai photografis, alat-alat grafis yang dijalankan sistem untuk menangkap informasi, kemudian memproses informasi tersebut didalam sistem, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal yang telah didapat (Azhar Arsyad : 2003).
Istilah mediator media dapat menunjukkan
fungsinya sebagai alat bantu atau sesuatu yang mengatur hubungan yang efisien dan efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar mengajar dikelas serta menyangkut pautkan isi pelajaran (materi). Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Azhar Arsyad : 2003).
Video atau gambar hidup ialah gambar dalam beberapa frame yang dimana frame demi frame di gabungkan menjadi satu kesatuan yang utuh atau di proyeksikan melalui lensa proyektor
secara mekanik sehingga pada layar tersebut dapat terlihat gambar itu dapat bergerak (hidup). Video bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Video dapat menggambarkan objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan gambar hidupdan suara memberinya daya tarik tersendiri. Tujuanya digunakan untuk hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan konsep, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan memengaruhi sikap. Keuntungan menggunakan video diantaranya adalah, video dapat melengkapi pengalaman dasar dari siswa ketika membaca, diskusi, berpraktek, dan lain-lain. Video juga dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya, langkah-langkah dan cara yang benar dalam mengerjakan soal. Video juga mengandung nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. bahkan video
seperti slogan yang sering di dengar (Azhar Arsyad : 2003).
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media video interaktif merupakan alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran melalui gambar bergerak (audio-visual).
4. Model Pembelajaran Advance Organizer
Model Pembelajaran Advance Organizer
adalah salah satu model dalam rumpun pemprosesan informasi yang dikembangkan oleh
David Ausubel. Model Advance Organizer dirancang
untuk memperkuat struktur kognitif siswa.
Pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik.
Dengan kata lain struktur kognitif harus sesuai
dengan jenis pengetahuan dalam bidang yang ada dalam pikiran kita, seberapa banyak pengetahuan tersebut, dan bagaimana pengetahuan ini dikelola.
Ausubel percaya bahwa struktur kognitif yang ada
dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat
atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang baru itu dapat di peroleh dan dipertahankan dengan
baik. Model advance organizer tidak
mangasumsikan peserta didik pasif hanya sebagai penerima saja, akan tetapi kewajiban mereka adalah menghubungkan antara pengetahuan awal
dengan struktur kognitif. Tugas guru adalah
menciptakan suasana yang kondusif dan materi pembelajaran yang mendukung. Namun hal tersebut tidak terjadi secara otomatis, melainkan membutuhkan proses (Bruce Joyce, dkk : 2009).
Model Pembelajaran advance organizer
dapat memperkuat struktur kognitif dan
meningkatkan penyimpanan informasi baru.
Ausubel mendeskripsikan bahwa advance organizer
sebagai materi pengenalan yang disajikan di awal
pertemuan sebelum memasuki materi
pembelajaran. Tujuannya untuk menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Organizer yang
paling efektif adalah organizer yang menggunakan
rancangan yang sudah akrab dengan pengajar (guru), seperti ilustrasi, dan analogi yang sesuai.
Organizer merupakan konten penting yang perlu diajarkan, berupa konsep atau pernyataan hubungan. Dalam hal ini, guru harus memiliki waktu untuk menjelaskan dan mengembangkan
organizer, karena ketika organizer ini benar-benar dipahami, maka dapat membantu guru mengolah
pembelajaran berikutnya. Ada dua jenis advance
organizer yaitu ekspositori dan komparatif.
Comparative organizer dirancang untuk
membedakan antara konsep yang baru dan konsep lama untuk menghindari kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antar keduanya. Model
Pembelajaran Advance Organizer memiliki tiga
tahap kegiatan, diantaranya yaitu tahap pertama
mengenai presentasi advance organizer, tahap
kedua ialah presentasi materi dan tugas pembelajaran, dan tahap ketiga ialah penguatan pengolahan kognitif (pengetahuan konsep). Tahap
terakhir ini menguji hubungan materi
pembelajaran dengan gagasan yang ada untuk menghasilkan proses pembelajaan aktif.
Tabel 2.1 : Sintaks model pembelajaran advance organizer Tahap 1 : Presentasi advance organizer a) - Menyampaikan tujuan b) pembelajaran
c) - Menyajikan Advance Organizer
d) - Memberi contoh-contoh
e) - Menyajikan konteks
f) - Menumbuhkan kesadaran
g) pengetahuan dan pengalaman
h) siswa Tahap 2 : Presentasi tugas dan materi pembelajaran 1. - Menyajikan materi 2. - Mempertahankan perhatian
3. - Memelihara suasana agar penuh
4. perhatian
5. - Pembelajaran yang masuk akal
Tahap 3 : Memperkuat pengolahan kognitif 1. - Menggunakan prinsip-prinsip 2. rekonsiliasi integratif
3. - Meningkatkan kegiatan belajar
4. (belajar menerima)
5. - Melakukan pendekatan kritis guna
6. memperjelas materi pelajaran
7. - Mengklarifikasikan
Aktivitas dirancang untuk meningkatkan kejelasan pembelajaran yang baru, sehingga gagasan yang hilang tidak terlalu banyak hanya karena ketidakjelasan satu sama lain (Bruce Joyce, dkk : 2009).
Pada tahap pertama terdiri dari tiga aktivitas utama: (1) mengklarifikasi tujuan
(3) mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan. Mengklarifikasi tujuan pelajaran adalah salah satu cara untuk memperoleh perhatian siswa,
dan mengarahkan mereka pada tujuan
pembelajaran. Sebagaimana di sebutkan bahwa
organizer bukan sekedar pernyataan yang pendek
dan sederhana, namun organizer berisi sebuah
gagasan, seperti materi pelajaran yang harus dieksplorasi secara terampil dan dibedakan dari pernyataan pengenalan (Bruce Joyce, dkk : 2009).
Organizer perlu di ekspositori dan
komparatif, maka guru harus mengeksplorasi
organizer dengan seksama, artinya guru harus
menjelaskannya, dan memberikan contoh.
Presentasi suatu organizer tidak perlu panjang,
tetapi perlu dihayati, dipahami dengan jelas, dan menyajikan konteks yang berhubungan dengan materi pelajaran. Ini berarti bahwa guru harus
memahami dan menguasai gagasan dalam advance
organizer yang akhirnya bisa mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa sebelumnya, yang mungkin relevan dengan materi
pelajaran dalam organizer tersebut (Bruce Joyce,
Setelah presentasi organizer dalam tahap pertama, materi pembelajaran dipresentasikan dalam tahap kedua dalam bentuk ceramah, diskusi video, eksperimentasi, atau membaca. Selama presentasi pengolahan materi pembelajaran, perlu dibuat dengan jelas pada siswa sehingga mereka memiliki seluruh indera petunjuk dan dapat melihat urutan logis dari materi tersebut dan
pengolahan materi berhubungan dengan advance
organizer. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integratif. Diferensiasi progresif adalah proses menguraikan masalah pokok menjadi bagian yang lebih rinci lagi, jadi guru harus mengajarkan konsep dari yang inklusif kemudian konsep yang kurang inklusif. Rekonsiliasi integratif yaitu pengetahuan baru yang dihubungkan dengan isi materi sebelumnya.
Tujuan tahap ketiga adalah mengintegrasikan materi pembelajaran baru ke dalam struktur kognitif siswa yang sudah ada yaitu memperkuat
pengolahan kognitif siswa. Ausubel
mengidentifikasikan empat aktifitas diantaranya
mengembangkan pembelajaran resepsi aktif, memunculkan pendekatan kritis pada pengetahuan, dan mengklarifikasi. Ada beberapa cara dalam menggunakan prinsip rekonsiliasi integratif terhadap struktur kognitif siswa. guru dapat mengingatkan siswa tentang gagasan-gagasan, meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting dalam materi pembelajaran yang baru, mengulang difinisi-definisi yang tepat, meminta perbedaan-perbedaan diantara aspek-aspek materi, dan meminta siswa mendeskripsikan bagaimana materi pembelajaran mendukung konsep dan rancangan
yang digunakan sebagai organizer (Bruce Joyce, dkk
: 2009).
Model advance organizer guru harus
mempertahankan kontrol pada struktur intelektual, karena hal ini penting untuk menghubungkan
materi pembelajaran dengan organizer dan
membantu siswa membedakan materi baru dengan yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam tahap ketiga, situasi pembelajaran idealnya harus lebih interaktif, yakni siswa perlu dirangsang untuk
mengajukan pertanyaan dan memberikan
bergantung pada keinginan guru dalam
mengintegrasikan dengan pengetahuan
sebelumnya, melalui kemampuan kritisnya,
presentasi guru, dan cara pengolahan informasi
tersebut. Model advance organizer berguna khusus
untuk menyusun arah kurikulum dan melatih siswa secara sistematis dalam suatu gagasan bidang tertentu. Langkah demi langkah, konsep-konsep
dan rancangan penting dijelaskan dan
diintegrasikan sehingga pada akhir pengajaran, guru akan memperoleh perspektif tentang seluruh bidang yang dikaji (Bruce Joyce, dkk: 2009).
Kelebihan dari model advance organizer
diantaranya adalah siswa dapat berinteraksi dengan memecahkan masalah untuk menemukan
konsep-konsep yang dikembangkan, dapat
membangkitkan perolehan materi akademik dan ketrampilan sosial media, dapat mendorong siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan (siswa aktif), dapat melatih siswa meningkatkan ketrampilan siswa melalui diskusi kelompok, meningkatkan ketrampilan berfikir siswa baik secara individu maupun kelompok, dan menambah kompetensi siswa dalam kelas.
Kemudian kekurangan dari model advance organizer adalah dibutuhkan kontrol yang intensif dari guru sehingga bila siswa terlalu banyak proses pembelajaran kurang efektif dan harus ada kerjasama aktif antara guru dan peserta didik. (Bruce Joyce, dkk: 2009).
5. Materi
a. Pengertian Gerak
Setiap hari kita bergerak, hewan-hewan di sekitar kita juga bergerak.
Perhatikan gambar berikut :
Gambar 2.1 : Pinguin sedang menari Bilamana sesuatu benda dikatakan bergerak.
Perhatikan gambar berikut :
Gambar 2.2 : Mobil balap melaju di lintasan
Mobil bergerak terhadap rumah, sehingga
kedudukan mobil terhadap rumah selalu berubah.
Orang bergerak terhadap rumah, sehingga
kedudukan orang terhadap rumah selalu berubah.
Mobil tidak bergerak terhadap orang
sehingga kedudukan mobil terhadap orang tidak berubah
Dari uraian di atas maka benda dikatakan bergerak terhadap benda yang lain jika terjadi perubahan posisi terhadap suatu acuan.
b. Jarak dan Perpindahan
Jarak dan perpindahan suatu besaran yang berbeda. Jarak merupakan besaran skalar sedangkan perpindahan merupakan besaran vektor. Jarak adalah panjang lintasan yang
ditempuh benda selama bergerak. Sedangkan perpindahan adalah perubahan posisi dari suatu bendaselama bergerak. Perhatikan gambar berikut :
Gambar 2.3 : segitiga A-B-C
Misalnya benda bergerak dari A ke B ke C maka yang disebut jarak adalah panjang lintasan ABC sedangkan perpindahannya AC.
c. Kelajuan dan Kecepatan
Kelajuan termasuk besaran skalar (besaran skalar artinya besaran yang hanya mempunyai besar saja). Untuk menyatakan laju atau kelajuan suatu benda, tidak membutuhkan arah. Sebaliknya, kecepatan termasuk besaran vektor (besaran vektor artinya besaran yang
mempunyai besar dan arah). Ketika
menyatakan kecepatan, perlu menyatakan besar dan arah.
Jika tidak menyertakan arahnya, maka hanya akan memiliki nilai nya saja (angka),
C B A C B A
misalnya seperti dikatakan bahwa mobil tersebut bergerak lurus dengan laju 20 km/jam atau mobil tersebut bergerak lurus beraturan dengan kelajuan 20 km/jam atau bisa juga dengan mengatakan mobil tersebut bergerak 20 km/jam. Pernyataan seperti ini benar. Dalam hal ini, yang dimaksudkan adalah laju atau kelajuan mobil.
Bila konsep kecepatan dan kelajuan dihubungkan dengan konsep perpindahan dan jarak maka didapatkan persamaan sebagai berikut :
Kecepatan = waktu erpinda antempu
(2.2)
Kelajuan = arak
waktutempu
(2.3)
Kelajuan dan kelajuan sesaat memiliki makna yang sama. Ketika menyebutkan kata kelajuan, yang kita maksudkan sebenarnya kelajuan sesaat. Kelajuan atau kelajuan sesaat merupakan perbandingan antara jarak yang sangat kecil dengan selang waktu yang sangat singkat. Dengan kata lain, kelajuan sesaat adalah jarak tempuh benda yang sangat dekat yang dilalui selama selang waktu yang sangat
cepat. Sebaliknya kelajuan rata-rata merupakan perbandingan antara jarak tempuh total dengan selang waktu total yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.
Kecepatan dan kecepatan sesaat
memiliki makna yang sama. Ketika
menyebutkan kata kecepatan, yang kita maksudkan sebenarnya kecepatan sesaat. Kecepatan atau kecepatan sesaat adalah
perbandingan antara Perpindahanyang sangat
dekat dengan selang waktu yang sangat cepat. Secara matematis dituliskan :
→
(2.4)
Sebaliknya kecepatan rata-rata
merupakan perbandingan antara perpindahan total dengan selang waktu total selama terjadi perpindahan.
Secara matematis dituliskan :
r = (2.5)
d. Percepatan
Suatu benda yang bergerak sering kali kecepatannya selalu berubah-ubah besarnya, arahnya atau sekaligus besar dan arahnya.
Perubahan kecepatan pada benda menuju kecepatan yang lebih besar disebut percepatan, sedangkan perubahan kecepatan menjadi kecil
disebut perlambatan. Jadi percepatan
didefinisikan perubahan kecepatan tiap satuan waktu.
Suatu benda dikatakan mengalami percepatan jika kecepatan benda berubah. Kecepatan benda berubah, bisa berarti besar kecepatan alias kelajuan benda berubah atau arah kecepatan benda berubah.
Percepatan rata-rata adalah perubahan kecepatan yang terjadi selama selang waktu total terjadinya perubahan. Secara matematis dituliskan : ̅ (2.6) Dengan : = perubahan kecepatan (m/s) = perubahan waktu (s) ̅ = percepatan rata-rata (m/s2)
Jika dalam selang waktu yang sama benda mengalami perubahan kecepatan yang sama maka benda tersebut mengalami percepatan tetap.
Percepatan sesaat yaitu perubahan kecepatan yang terjadi selama selang waktu yang sangat singkat. Percepatan atau percepatan sesaat juga bisa diartikan sebagai percepatan rata-rata selama selang waktu yang sangat singkat. Secara matematis dituliskan (Zainal arifin, dkk : Modul kinematika gerak lurus) :
lim →
(2.7)
e. Gerak Lurus Beraturan
Suatu benda bergerak lurus beratuan jika lintasan dari benda tersebut merupakan garis lurus dan kecepatannya setiap saat adalah tetap. Di dalam kehidupan sehari-hari sangat sulit untuk mendapatkan sebuah benda yang bergerak lurus beraturan. Jadi gerak lurus beraturan merupakan keadaan yang ideal, sangat sulit untuk mencari contohnya. Tetapi di dalam pendekatannya, pada sebuah rel yang lurus sebuah kereta api melakukan gerak lurus dengan kelajuan tetap dan jika dalam selang waktu yang sama kereta api menempuh jarak yang sama, geraknya merupakan gerak lurus
beraturan. Hubungan antara jarak tempuh terhadap kecepatan adalah :
(2.8)
Dengan :
s = jarak yang ditempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = selang waktu yang dibutuhkan (s)
Jika dibuat dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 2.5 : Grafik hubungan antara jarak (s)
dengan waktu (t)
Gambar 2.6 : Grafik antara kecepatan (v) dan
waktu (t) (Lita mustyasari, dkk :
Buku pintar belajar Fisika sagufindo kinarya).
t (s)
s (m)
v (m/s)
f. Gerak Lurus Berubah Beraturan
Suatu benda dapat dikatakan
melakukan gerak lurus berubah beraturan, jika lintasan yang dilalui bendanya selalu lurus dan
percepatannya selalu tetap (konstan).
Percepatan termasuk ke dalam besaran vektor yaitu besaran yang mempunyai nilai dan arah. Percepatan konstan berarti besar dan arah percepatan selalu konstan setiap saat. Walaupun besar percepatan suatu benda selalu konstan tetapi jika arah percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak konstan. Demikian juga kebalikannya, ketika arah percepatan suatu benda selalu tetap (konstan) tapi besar percepatan selalu berubah dan tidak tetap, maka percepatan benda juga tidak tetap (konstan).
Karena arah percepatan sebuah benda selalu tetap (konstan), maka benda tersebut akan mengalami gerak pada lintasan yang lurus. Ketika arah percepatan benda nya tetap (konstan), maka arah kecepatannya juga akan tetap (konstan), kemudian arah gerakan benda nantinya akan tetap (konstan), maka
menimbulkan arah gerakan benda tidak berubah dan menjadi benda akan bergerak lurus. Besar percepatan konstan bisa berarti kelajuan bertambah secara konstan atau kelajuan berkurang secara konstan. Ketika kelajuan benda berkurang secara konstan, kadang kita menyebutnya sebagai perlambatan konstan. Untuk gerakan satu dimensi (gerakan pada lintasan yang lurus atau GLB), kata percepatan dapat digunakan ketika arah
kecepatan benda sama dengan arah
percepatannya, sedangkan kata perlambatan dapat digunakan ketika arah kecepatan benda dan percepatannya berlawanan.
Pada pembahasan mengenai
percepatan, kita telah menurunkan persamaan alias rumus percepatan rata-rata, di mana rumus umum GLBB :
vt = vo + at (2.9) x = vot + ½ at2 (2.10) vt2 = vo2 + 2a (x – xo) (2.11)
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak lurus dengan percepatan tetap. Oleh karena itu,
berbentuk garis lurus horisontal, yang sejajar
dengan sumbuh t.
lihat grafik a–t di bawah.
Gambar 2.7 : Grafik hubungan percepatan (a)
terhadap waktu (t). Persamaan Gerak Jatuh Bebas
Gerak jatuh bebas dapat di artikan sebagai sebuah gerakan benda yang jatuh dengan sendirinya dari ketinggian tertentu dengan keadaan awal benda tersebut diam,
atau dapat di tulis (vo = 0) dan selama benda
tersebut jatuh hambatan udaranya diabaikan, sehingga benda hanya mengalami percepatan ke bawah yang tetap, yaitu percepatan gravitasi. Dalam gerak jatuh bebas percepatan benda tetap sehingga gerak jatuh bebas termasuk suatu GLBB (Marthen Kanginan: 2013).
t (s) waktu
Percepatan a (m/s2)
Untuk membahas mengenai Gerak Jatuh Bebas, dapat menggunakan rumus / persamaan dari GLBB, yang telah dijelaskan pada pokok bahasan GLBB sebelumnya dan memilih kerangka acuannya yang diam
terhadap bumi. Kita menggantikan x atau s
dengan y, karena benda bergerak vertikal. Kita
juga bisa menggunakan h, menggantikan x atau
s. Kedudukan posisi awal benda dapat
tetapkan yo sama dengan 0 untuk tawal sama
dengan 0. Percepatan yang dialami benda ketika jatuh bebas adalah percepatan gravitasi,
sehingga kita menggantikan a dengan g
(Marthen Kanginan : 2013).
Tabel 2.2 : Tabel persamaan rumus GLBB dan Gerak jatuh bebas.
GLBB Gerak Jatuh Bebas
vx = vxo + at vy = vyo + gt
x = xo + vxo.t + ½ at2 y = vyo.t + ½gt2 vx2 = vxo2 + 2as vy2 = vyo2 + 2gh
Pada benda jatuh bebas vo nya pasti nol
maka waktu sampai benda di tanah :
Kecepatan saat menyentuh tanah :
√
(2.13)
B. Kajian PustakaRumusan dalam suatu penelitian serta kajian pustaka, pada dasarnya bersumber dari penelitian ataupun sumber-sumber yang telah ada sebelumnya, yang telah teruji keabsahan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh ahlinya. Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dibuat sebagai kajian pustakanya yaitu :
1. Penelitian Skripsi yang dilakukan oleh Muhammad
Ibnu Anis Fuadi Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang dengan udul “ enerapan Model embelajaran
Terpadu Tipe Nested Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Materi Pokok Kalor Pada Peserta Didik Kelas VII MTs NU 01 Tarub Kabupaten Tegal Tahun elajaran 2015/2016”. enelitian ini memba as
tentang penerapan model pembelajaran tipe nested
terhadap hasil belajar peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen yang dilaksanakan di MTs NU 01 Tarub Kabupaten Tegal. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII yang diambil sebagai sampel yang dikelompokkan sesuai dengan kelasnya, yakni kelas VII D sebagai kelas kontrol dan VII E sebagai kelas Eksperimen. Berdasarkan
data hasil posttest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh rata-rata kelas eksperimen adalah 70,30 dan rata-rata kelas kontrol adalah 65,31. Uji perbedaan dua rata antara nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh thitung = 1,844 dan diperoleh ttabeluntuk ɑ = 5%, dk =
33 + 32 – 2 = 63, adalah 1,67. Karena thitung > ttabel
maka gain nilai rata-rata kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran
terpadu tipe nested efektif terhadap peningkatan
hasil belajar peserta didik kelas VII pada materi pokok kalor di MTs Nu 01 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2015/2016.
2. Penelitian Jurnal yang dilakukan oleh Karya
Sinulingga dan Denny Munte jurusan Fisika, FMIPA Universitas negeri Medan yang berjudul “ engaru
model pembelajaran advance organizer berbasis
mind map terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pokok besaran dan satuan di kelas X SMA”
penilitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
pengaruh model pembelajaran Advance Organizer
berbasis mind map terhadap hasil belajar Fisika
siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 pematangsiantar semester 1 tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 8
kelas. Pengembilan sample dilakukan secara cluster
random sampling diambil 2 kelas yaitu kelas eskperimen diterapkan model pembelajaran
advance organizer dan kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis data pretest diperoleh nilai rata-rata kelas eskperimen 37,25 dan kelas kontrol 36,63. Dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai kedua kelas artinya kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Selesai diberikan posttest kedua kelas eksperimen diperolah nilai rata-rata 72,50 dan untuk kelas kontrol diperoleh 60,63. Hasil pengujian hipotesis
dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh thitung sebesar
4,479 dan ttabel sebesar 1,666. Karena thitung < ttabel
maka hipotesis (Ha) diterima. Sehingga dapat
disimpulkan terdapat pengaruh model
terhadap hasil belajar siswa pada materi besaran fisika dan satuannya di kelas X semester 1 SMA Negeri 5 pematangsiantar tahun ajaran 2012/2013.
3. Penelitian jurnal yang dilakukan oleh Karya
Sinulingga dan Amelia jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan dengan judul “ engaru
model pembelajaran advance organizer terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok besaran dan satuan”. enelitian ini bertujuan untuk mengeta ui hasil belajar siswa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada materi pokok alat optik
dikelas VIII semester 2 SMP Negeri 5 Binjai tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah
penelitian quasi eksperimen dengan desain two
group posttest design. Populasi seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari 6 kelas dan sample penelitian diambil 2 kelas yang ditentukan dengan teknik
random sampling. Instrumen yang digunakan adalah test hasil belajar siswa dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 4 pilihan jawaban yang telah di validasi. Kelas eksperimen diberikan diberikan perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada proses