• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK PENGELOLAAN LINEN OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD KOTA SEMARANG 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK PENGELOLAAN LINEN OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD KOTA SEMARANG 2010"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK

PENGELOLAAN LINEN OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT

INAP RSUD KOTA SEMARANG 2010

Feronika Sri Lestari*); Eni Mahawati*)

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Jl. Nakula I No5-11 Semarang Email : ema_rafafi@yahoo.com

ABSTRACT

Background: The management of hospital linens since the stage where the linen is used until the end of the management or the washing process if managed in ways that do not correct it will give a negative impact on the environment and society. Based on the results of a preliminary survey there are nurses who do not separate between the linen and linen infec-tious non-infecinfec-tious, there is also a nurse who was carrying linen openly. The aim of this study was to determine the factors associated with linen management practices by nurses.

Method:This research included in the analysis is explanatory, with a sample of 45 nurses; data collection was done by direct observation and interviews with respondents. The statisti-cal test used was the Spearman rank correlation test.

Result: From the research results on the Spearman rank correlation test of the independent variables and the dependent variable showed that there was a relationship between knowl-edge and practice nurses (p-value 0.036 <0.05), no correlation between attitude and practice nurses (p-value 0.337> 0.05 ), there is a relationship between the availability of facilities and practice nurses (p-value 0.002 <0.05), there is a relationship between the practice and sup-port the head space with the practice nurse (p-value 0.020 <0.05), there is a relationship between the practice of other nurses with practice nurses (p-value 0.000 <0.05).

Keywords : Hospital, Linen Management, Practices of nurses Bibliography : 27 pieces, 1992-2009

▸ Baca selengkapnya: perawat modular adalah

(2)

PENDAHULUAN

Pengelolaan linen rumah sakit apabila dikelola dengan cara-cara yang tidak benar maka akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Berdasarkan hasil survei awal di RSUD Kota Semarang, masih ada perawat yang tidak memisahkan antara linen infeksius dan linen non infeksius, serta ada perawat yang mengangkut linen secara terbuka.

Menurut L. Green ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, yaitu : Presdiposing faktor / faktor pemudah (pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, nilai, sosial ekonomi), Enabling faktor / faktor pemungkin (ketersediaan sarana dan prasarana / fasilitas) dan reinforcing faktor / faktor penguat (sikap dan perilaku para

petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama). Penelitian ini menggunakan 5 variabel dari teori L. Green, yaitu pengetahuan perawat terhadap pengelolaan linen RS, Sikap perawat terhadap pengelolaan linen RS, ketersediaan sarana / fasilitas dalam pengelolaan linen RS, praktik / dukungan kepala ruang dalam pengelolaan linen RS dan praktek perawat lain dalam pengelolaan linen RS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pengelolaan linen oleh perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang 2010.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian

Explanatory Research, menggunakan metode

Tabel 1 Statistik Deskriptif Skor Pengetahuan Perawat Tentang Pengelolaan Linen RSUD Kota Semarang Tahun 2010

Tabel 2 Deskripsi Sikap Perawat Dalam Pengelolaan Linen RSUD Kota Semarang Tahun 2010

(3)

survei dan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel diambil tanpa menggunakan kriteria tertentu, sampelnya adalah 45 orang perawat. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data karakteristik perawat meliputi pendidikan dan jenis kelamin. Sedangkan variabel yang diteliti adalah pengetahuan perawat tentang pengelolaan dan jenis linen, sikap perawat terhadap pengelolaan linen, ketersediaan fasilitas dalam pengelolaan linen, praktek / dukungan kepala ruang dalam pengelolaan linen dan praktek perawat lain dalam pengelolaan linen. Selain menggunakan kuesioner, untuk variabel ketersediaan fasilitas dan praktek perawat juga dilakukan observasi langsung oleh peneliti, dan variabel praktek / dukungan kepala ruang juga menggunakan wawancara langsung dengan masing-masing kepala ruang agar data yang diperoleh lebih akurat. Data sekunder meliputi Profil RSUD Kota Semarang, data perawat, data BOR, data ruang rawat inap dan data kunjungan pasien per bulan.

HASIL PENELITIAN

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang (RSUD Kota Semarang)

merupakan rumah sakit kelas B milik pemerintah Kota Semarang yang berdiri sejak tahun 1990 dengan luas lahan 9,2 Ha dengan jumlah tempat tidur 180 dan pelayanan 24 jam.

Hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara terhadap 45 responden di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang, didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan 88,9% responden dan sisanya adalah laki – laki 11,1% , pendidikan terakhir responden sebagian besar AKPER 75,6% responden, S1 Keperawatan 22,2 responden dan SLTA / sederajat 2,2% responden.

Skor maksimum pengetahuan perawat adalah 7 dan skor minimum adalah 2, dengan skor maksimum yang seharusnya dicapai adalah 7. Skor rata-rata pengetahuan responden adalah 4,58, dengan standar deviasi 1,30. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden dalam pengelolaan linen RS adalah cukup.

Skor maksimal sikap perawat adalah 7 dan skor minimum perawat adalah 2, dengan skor maksimum yang seharusnya dicapai adalah 7. Skor rata-rata sikap perawat adalah 5,82, dengan standar deviasi 1,11. Dapat

Tabel 4 Deskripsi Praktek Perawat Lain Menurut Perawat Dalam Pengelolaan Linen RSUD Kota Semarang Tahun 2010

Tabel 5 Deskripsi Praktek Perawat Dalam Pengelolaan Linen RSUD Kota Semarang Tahun 2010

(4)

disimpulkan bahwa sikap perawat dalam pengelolaan linen RS adalah cukup.

Skor maksimum ketersediaan sarana adalah 9 dan skor minimum ketersediaan sarana adalah 4, dengan skor maksimum yang seharusnya dicapai adalah 9. Skor rata-rata ketersediaan sarana adalah 7,22, dengan standar deviasi 1,41. Dapat disimpulkan bahwa tingkat ketersediaan

seharusnya dicapai adalah 5. Skor rata-rata dukungan kepala ruang adalah 3,88, dengan standar deviasi 1,02. Dapat disimpulkan bahwa tingkat dukungan kepala ruang dalam pengelolaan linen RS adalah cukup.

Skor maksimum praktek perawat lain adalah 10 dan skor minimum praktek perawat lain adalah 3, dengan skor maksimum yang seharusnya dicapai adalah 10. Skor rata-rata Tabel 6. Ringkasan hasil penelitian

No Hipotesis Penelitian p-value koef . Kesimpulan korelasi

1. Ada H ubungan antara 0,036 0,314 Ada Hubungan pengetahuan dengan Signifikan praktek perawat

dalam pengelolaan linen RS

2. Ada H ubungan antara 0,337 0,146 Tidak Ada H ubungan sikap dengan praktek

perawat dalam pengelolaan linen RS

3. Ada H ubungan antara 0,002 0,447 Ada Hubungan ketersediaan fasilitas signifikan dengan pra ktek

perawat dalam pengelolaan linen RS Lanjutan

4. Ada H ubungan antara 0,020 0,347 Ada Hubungan praktek dan dukungan signifikan kepala ruang dengan

praktek perawat dalam pengelolaan linen RS

5. Ada H ubungan antara 0,000 0,605 Ada Hubungan praktek perawat lain Signifikan dan praktek perawat

dalam pengelolaan linen RS

(5)

10 dan skor minimum praktek perawat adalah 3, dengan skor maksimum yang seharusnya dicapai adalah 10. Skor rata-rata praktek perawat adalah 7,28, dengan standar deviasi 2,01. Dapat disimpulkan bahwa praktek perawat dalam pengelolaan linen RS adalah cukup.

PEMBAHASAN

Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Praktek Perawat Dalam Pengelolaan Linen Rumah Sakit

Berdasarkan analisa yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai r sebesar 0,314 dan p-value sebesar 0,036. Dimana nilai p-value tersebut lebih kecil dari α 0,05 berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang. Berarti ada hubungan positif antara pengetahuan dengan praktek perawat dalam pegelolaan linen rumah sakit, dengan tingkat kekuatan hubungan lemah.

Dari deskripsi pengetahuan perawat diketahui bahwa tingkat pengetahuan perawat adalah cukup dan dari deskripsi praktek perawat diketahui bahwa praktek perawat adalah cukup dan dari hasil observasi yang dilakukan penulis terhadap praktek perawat di ruang rawat inap, praktek perawat dalam pengelolaan linen RS adalah buruk. Pengetahuan perawat tentang pengelolaan linen yang cukup dipraktikkan dalam pengelolaan linen di rumah sakit juga pada tingkat yang cukup. Seharusnya linen infeksius dan linen non infeksius harus dipisahkan dalam pengelolaannya, tetapi pada praktek nyata tidak demikian, linen infeksius dan linen non infeksius masih dicampurkan dalam pengelolaannya. Oleh sebab itu, diperlukan peningkatan pengetahuan perawat tentang pengelolaan linen yang baik agar praktek pengelolaan linen rumah sakit juga baik.

Pengetahuan adalah salah satu faktor pendukung untuk terjadinya perubahan perilaku di masyarakat dimana pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui panca indra manusia.

Gambaran tersebut di atas jika kita hubungkan dengan teori seperti yang dijelaskan Soekidjo Notoatmodjo yang menyatakan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, maka perilaku tersebut akan dapat bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan maka tidak akan berlangsung lama.

Hal ini sesuai dengan pendapat WHO (1984) yang dikutip oleh Soekidji Notoatmodjo disebutkan bahwa pengetahuan yang positif terhadap nilai-nilai kesehatan akan terwujud dalam tindakan nyata. Pendapat tersebut didukung oleh teori Green yang dikutip Soekidjo Notoatmodjo menyatakan bahwa pengetahuan merupakan bagian dari faktor predisposisi yang sangat menentukan dalam membentuk perilaku seseorang.

Hubungan antara sikap perawat dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen rumah sakit

Berdasarkan analisa yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai r sebesar 0,146 dan p-value sebesar 0,337. Dimana nilai p-value tersebut lebih besar dari α 0,05 berarti tidak ada hubungan antara sikap dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang.

Dari hasil deskripsi sikap perawat dalam pengelolaan linen RS diketahui bahwa tingkat sikap perawat adalah cukup dan hasil deskripsi praktek perawat dalam pengelolaan linen RS adalah cukup. Tetapi dari hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan antara sikap perawat dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RS. Sikap perawat

(6)

dalam pengelolaan linen rumah sakit belum tertuang pada praktek pengelolaan linen yang baik. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang dilakukan penulis pada perawat di ruang rawat inap, bahwa ada beberapa perawat yang tidak memisahkan antara linen infeksius dan linen non infeksius, troli yang digunakan untuk mengangkut linen bersih dan linen kotor adalah troli yang sama. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak adanya fasilitas yang mendukung seperti (kantong plastik khusus linen sesuai dengan jenis, troli pengangkut linen yang berbeda antara linen kotor dan linen bersih).

Hal tersebut di atas diperkuat oleh penelitian Pierre (1934) : yang membantah adanya hubungan yang konsisten antara sikap dengan perilaku. Sikap dan perilaku adalah dimensi yang individual yang berbeda dan terpisah. Demikianlah, sikap dan perilaku / praktek adalah tidak tergantung satu sama lain. Penelitian Pierre tersebut dibantah oleh Frideres, Warner dan Albrecht (1971) : Hubungan antara sikap dan praktek tergantung pada faktor-faktor situasi tertentu paa variabel antara. Pada situasi tertentu dapat diharapkan adanya hubungan antara sikap dan praktek, dalam situasi lain hubungan tersebut tidak ada.

Hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen rumah sakit

Berdasarkan analisa yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai r sebesar 0,447 dan p-value sebesar 0,002. Dimana nilai p-value tersebut lebih kecil dari 0,05 berarti ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang. Berarti ada hubungan positif

dalam pengelolaan linen rumah sakit diketahui bahwa tingkat ketersediaan fasilitas adalah cukup dan dari hasil observasi terhadap fasilitas yang ada, diketahui bahwa ketersediaan fasilitas adalah kurang. Deskripsi praktek perawat menggambarkan bahwa praktek perawat adalah cukup tetapi dari hasil observasi, praktek perawat adalah buruk. Hasil observasi yang penulis lakukan di masing-masing ruang rawat adalah ruang rawat inap tidak memiliki plastik pelapis tempat linen. Hanya terdapat satu troli untuk linen, dan troli tersebut digunakan untuk mengangkut linen bersih dan linen kotor.

Dari data tersebut di atas dapat ditarik pertanyaan bahwa bagaimana seorang perawat akan berperilaku baik dalam pengelolaan linen RS apabila tidak ada fasilitas yang mendukung praktek perawat tersebut. Menurut LW. Green faktor pendukung praktek seseorang adalah tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan. Hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh teori WHO bahwa praktek ditentukan adanya sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang mendukung, dengan demikian untuk menghasilkan praktek yang baik perlu adanya fasilitas-fasilitas dan sarana-sarana yang mendukung.

Hal ini berarti bahwa seseorang akan lebih mudah memakai peralatan yang tersedia dengan lengkap, karena betapapun positifnya sikap mental yang dimiliki tetapi jika sarana dan prasarana kesehatan yang digunakan tidak tersedia, tentu seseorang tidak akan banyak berbuat sehingga praktek dalam pengelolaan linen rumah sakit tidak akan baik pula.

Hubungan antara praktek dan dukungan kepala ruang dengan praktek perawat dalam pengelolan linen rumah sakit

(7)

sebesar 0,020 Dimana nilai p-value tersebut lebih kecil dari 0,05 berarti ada hubungan antara praktek dan dukungan kepala ruang menurut perawat dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang. Berarti ada hubungan positif antara praktek dan dukungan kepala ruang menurut perawat dengan praktek perawat dalam pegelolaan linen rumah sakit, dengan tingkat kekuatan hubungan lemah.

Dari hasil deskripsi dukungan kepala ruang dalam pengelolaan linen RS diketahui bahwa tingkat dukungan kepala ruang adalah cukup hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan masing – masing kepala ruang. Ketika kepala ruang diberi pertanyaaan tentang SOP cara pengelolaan linen, mereka menjawab tidak pernah ada dan mereka tidak mengetahui seperti apa SOP tersebut. Tetapi saat pertanyaan tersebut ditanyakan kepada perawat dalam bentuk kuesioner, hampir semua responden (perawat) menjawab ada SOP tentang cara pengelolaan linen. Hal tersebut menjadi pertanyaan mengapa perawat mengetahui SOP tentang cara pengelolaaan linen sedangkan kepala ruang tidak mengetahuinya.

Setelah seseorang mengetahui stimulus / obyek kesehatan kemudian mengadakan penelitian/ pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui / disikapinya (dinilai baik) inilah yang disebut praktek. Setelah perawat mengetahui praktek kepala ruang baik maka perawat akan mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahuinya atau mempraktekkan apa yang diketahui atau dinilai baik, sehingga praktek perawat akan menjadi baik pula.

Hal ini sesuai dengan pendapat WHO (1984) yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo disebutkan bahwa perilaku perawat banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap

penting untuknya. Untuk rumah sakit misalnya, maka kepala ruanglah yang menjadi panutan perilaku mereka. Karena dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan kepala ruang rawat inap, kepala ruang mengatakan bahwa dia selalu menegur apabila ada perawat yang tidak mengelola linen dengan benar. Kepala ruang juga memberi saran dan nasihat kepada perawat yang salah tersebut.

Hubungan antara praktek perawat lain dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen rumah sakit

Berdasarkan analisa yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai r sebesar 0,605 dan p-value sebesar 0,000. Dimana nilai p-value tersebut lebih kecil dari 0,05 berarti ada hubungan antara praktek perawat lain menurut perawat dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang. Berarti ada hubungan positif antara praktek perawat lain menurut perawat dengan praktek perawat dalam pegelolaan linen rumah sakit, dengan tingkat kekuatan hubungan kuat.

Dari hasil deskripsi praktek perawat lain dalam pengelolaan linen RS diketahui bahwa tingkat praktek perawat lain adalah cukup, dan dari hasil observasi yang penulis lakukan terhadap praktek perawat diketahui bahwa praktek perawat adalah buruk. Hal ini dilihat dari praktek perawat yang masih mencampurkan antara linen infeksius dan linen non infeksius, saat membawa linen kotor dan linen infeksius ke ruang laundry dilakukan secara terbuka dan membawa linen bersih dari ruang laundry ke ruang perawatan juga terbuka dan menggunakan troli yang sama dengan troli yang digunakan untuk membawa linen kotor.

Praktek perawat lain merupakan salah satu referensi praktek perawat dalam pengelolaan linen rumah sakit. Apabila perawat lain tidak mengelola linen dengan

(8)

benar, maka perawat akan mengikuti praktek tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat WHO (1984) yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo disebutkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting untuknya. Dan didukung pula oleh teori fungsi Snehandu B. Kar yang menyebutkan bahwa dukungan sosial dari masyarakat sekitar merupakan salah satu fungsi dari perilaku.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 45 orang perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang, dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan hasil pengolahan data statistik deskriptif diketahui bahwa pengetahuan, sikap, praktek perawat, dukungan kepala ruang, praktek perawat lain serta ketersediaan fasilitas dalam pengelolaan linen RS termasuk kategori cukup.

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang. 3. Tidak ada hubungan antara sikap dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang.

4. Ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang. 5. Ada hubungan antara praktek dan dukungan kepala ruang dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang.

6. Ada hubungan antara praktek perawat lain dengan praktek perawat dalam pengelolaan linen RSUD Kota Semarang. SARAN

peraturan (SOP) tentang cara pengelolaan linen yang baik dan benar pada pengelola linen (perawat , kepala ruang dan petugas laundry).

2. Bagi pihak RSUD Kota Semarang, perlu menyediakan kantong plastik untuk melapisi wadah linen sesuai dengan jenis linen.

3. Bagi pihak RSUD Kota Semarang, perlu menyediakan troli pengangkut linen yang berbeda antara troli linen bersih dan troli linen kotor.

4. Bagi pihak RSUD Kota Semarang, perlu memperjelas uraian tugas seorang perawat, apakah seorang perawat bertugas mengelola linen atau tidak. 5. Bagi peneliti selanjutnya, sebelum

melakukan penelitian sebaiknya melakukan validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian (kuesioner) terlebih dahulu, agar hasil penelitian menjadi lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA

Budioro. B. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Univeritas Diponegoro.

Semarang. 2000

Soekidjo Notoatmojo. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta. 2003

Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 968/ Menkes/Per/XI/1992. Tentang

Persyaratan kesehatan Lingkungan Rumah sakit

Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 1204/ MENKES/SK/X/2004. Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

(9)

Depkes RI. Kumpulan Peraturan Tentang Rumah Sakit. PT.Mitra Info. Jakarta.

1997

Bhaktianti Yunita Sari. Studi Pengelolaan Linen Di RSUD Tugu Rejo. Universitas

Dian Nuswantoro. Semarang. 2008. Raharas Sapta, Endang tasir Yusuf, Emmy

Salman, Suprijanto Rijadi. Manajemen Linen Dan Laundry di Rumah Sakit.

Pokja Kajian Pelayanan Kesehatan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. Jakarta. 1997

Gould Dinah & Brooker Cristine. Mikroiologi Terapan Untuk Perawat. EGC. Jakarta.

2003

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Pedoman pengendalian Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit. Direktorat

Jendral Pelayanan Medik. Jakarta. 2001 Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

AIDS: Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan. Direktorat Jendral PPM &

PPL. Jakarta. 1989

Mansjoer Arif, Kuspuji Triyani, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius

FKUI. Jakarta. 1999

Farida Helmia. Pencegahan Dan pengendalian Infeksi Nosokomial. FK

Undip/ RSUP Dr. Kariadi. Semarang. 2004

Notoatmodjo Soekidjo. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta. 2003

Prosedur Tetap Uraian Tugas Perawat Pelaksana (PA). RSUD Kota Semarang.

2008.

Prosedur Tetap Uraian Tugas Instalasi Laun-dry. RSUD Kota Semarang. 2008.

Sastroasmoro Sudigdo. Dasar Dasar

Metodologi Penelitian Klinis. CV Sagung

Seto. Jakarta. 2002

Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

2007

Budiarto Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. EGC. Jakarta. 2003

Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan Dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.

2005

Notoatmodjo Soekidjo.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2005

Dharmawan Yudhy. Modul Biostatistik I.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Univer-sitas Dian Nuswantoro. 2006.

Chandra Budiman. Pengantar Statistik Kesehatan. EGC. Jakarta. 1995.

Dahlan Sopiyudin. Statistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan, Uji Hipotesis. Bina Mitra Press. Jakarta.

2004.

http://www.fadlie.web.id/bangfad/peran-dan-fungsi-perawat.html

Tim Penyusun. Profil RSUD Kota Semarang.

RSUD Kota Semarang. Semarang. 2009.

Ahmadi Abu. Psikologi Sosial. Edisi Revisi,

Cetakan Ke-dua. Rineka Cipta. Jakarta. 2002.

Gambar

Tabel 2 Deskripsi Sikap Perawat Dalam Pengelolaan Linen RSUD Kota Semarang Tahun 2010
Tabel 5 Deskripsi Praktek Perawat Dalam Pengelolaan Linen RSUD Kota Semarang Tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Sumber daya waktu berhubungan dengan jangka waktu penataan lokasi perpustakaan, pembenahan ruang perpustakaan maupun pengadaan buku baru. Proses pembenahan dan penambahan

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan bioetanol gel dengan pengental karbopol dan karbosimetil selulosa dan diperoleh banyaknya pengental yang dibutuhkan sehingga

ketergantungan. Sementara jenis-jenis psikotropika yang tidak menimbulakan sindrom ketergantungan, digolongkan sebagai obat keras dan pengaturannya tunduk pada ketentuan yang

Alat ini dapat mengubah obat cair menjadi uap ( aerosol ) untuk dihirup menggunakan masker sehingga obat langsung masuk ke paru - paru. Tujuan dari pembuatan alat ini

Pengujian tanpa proses penuaan dan dengan penuaan elektrik selama 60 menit memperlihatkan bahwa minyak nanonynas alumina dengan konsentrasi 0,02% memiliki tegangan

Prototipe Advanced Traveler Information Systems menggunakan metode Floating Car Data berupa peta digital jaringan jalan yang meliputi desain arsitektur sistem tersebut

pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan

Pada program ini, praktikan menuliskan input (lagi)=ok bertujuan agar saat program berjalan dan praktikan menulis ‘ok’ setelah muncul tulisan “Ingin menghitung lagi.. Tulis