• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tracking Arah Gerakan Telunjuk Jari Berbasis Webcam Menggunakan Metode Optical Flow

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tracking Arah Gerakan Telunjuk Jari Berbasis Webcam Menggunakan Metode Optical Flow"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Tracking

Arah Gerakan Telunjuk Jari Berbasis Webcam

Menggunakan Metode

Optical Flow

Ubaidillah Umar, Reni Soelistijorini, Haryadi Amran Darwito Jurusan Teknik Telekomunkasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus PENS-ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya. Telp : +62+031+5947280; Fax. +62+031+5946011

[email protected]

Abstrak

Deteksi gerakan merupakan subyek penting dalam bidang computer vision yang digunakan oleh banyak sistem pada aplikasi video pengawas (Surveillance System), monitoring traffik, kompresi video, perhitungan kecepatan dan lain-lain.

Gerakan adalah suatu pusat perhatian yang digunakan manusia ataupun hewan untuk mengenali suatu obyek dari suatu latar yang tidak teratur. Dalam aplikasi pencitraan, gerakan muncul dari perpindahan tempat antara sistem pendeteksi dan lingkungan yang sedang dilihat, seperti aplikasi robotika, navigasi otomatis, dan analisis lingkungan dinamis.

Pada penelitian ini dijelaskan tentang deteksi gerakan dengan melakukan tracking arah gerakan telunjuk jari berbasis webcam dengan menggunakan Metode Optical Flow.

Webcam terhubung dengan komputer server untuk melakukan proses capture kondisi ruangan atau pengambilan gambar dan disimpan dalam file .jpg pada periode waktu tertentu. Dengan menggunakan metode Optical Flow, webcam akan mendeteksi dan mentracking jika ada arah gerakan telunjuk jari. Berdasarkan hasil penelitian, dari 120 percobaan yang telah dilakukan 117 diantaranya dinyatakan baik sehingga dapat diambil nilai keberhasilan penelitian sebesar 97,5%.

Kata Kunci : tracking, metode Optical Flow, webcam, telunjuk jari.

1. Pendahuluan

Seiring perkembangan jaman, teknologi komputer mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan ini mendorong berkembangnya teknologi computer vision dan imageprocessing yang tidak hanya memungkinkan komputer untuk dapat melakukan proses filtering pada citra (gambar) digital, namun juga untuk mengenali citra tersebut. Salah satu contohnya adalah dibidang interaksi manusia dengan komputer

Teknik interaksi berbasis visi komputer menjadi kandidat teknik interaksi yang bersifat alami. Teknik ini tidak membutuhkan kontak langsung pengguna dengan peralatan input, melainkan komputer menangkap gerakan pengguna melalui kamera video

dan menginterpretasikannya. Input secara visual dapat memberikan kemampuan penginderaan pada komputer sebagaimana manusia melakukan penginderaan menggunakan mata. Interaksi antar manusia secara alami tidak membutuhkan mouse atau keyboard, melainkan diantaranya menggunakan tangan, mata, dan telinga untuk mendapatkan informasi dari lingkungan.

Interaksi manusia dengan komputer merupakan salah satu bidang penelitian yang banyak dilakukan, bahkan hingga saat ini karena memiliki berbagai aplikasi. Dibidang ini, pengambilan data dengan menggunakan kamera dapat digunakan sebagai proses input data. Beragam gerakan manusia, baik anggota badan yang melakukan gerakan ataupun pose yang dihasilkan, dapat diinterpretasikan terhadap beragam makna. Salah satu alternatif anggota badan manusia yang dapat digerakan untuk menghasilkan beragam pose adalah telunjuk jari. Metode Optical Flow mampu mengetahui pergerakan objek ketika ada objek yang bergerak (berpindah tempat). Hal ini berbeda dengan computer vision, dimana hasil perekaman alat optik (kamera) tidak dapat langsung diterjemahkan, didefinisikan dan dikenali oleh komputer atau sistem visual robot. Computer vision membutuhkan proses pengolahan (image processing) terlebih dahulu, seperti segmentasi, labelisasi, filterisasi, dan deteksi objek

Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan deteksi gerakan manusia dengan implementasi pada beragam aplikasi diantaranya penelitian yang pernah dilakukan tahun 2010 oleh Achmad Zaini[1] pada proyek akhirnya dengan judul Implementasi video surveillance untuk Sistem keamanan rumah berbasis JMF dan J2ME

CCTV terhubung dengan komputer server untuk melakukan proses capture kondisi ruangan pada periode tertentu dimana setelah kamera CCTV mendeteksi adanya gerakan komputer server akan menghubungi handphone client melalui komunikasi serial yang kemudian handphoneclient yang didukung teknologi Java dan GPRS berfungsi untuk mengakses hasil capture ruangan. Dalam mendeteksi gerakan yang terjadi pada penelitian ini menggunakan metode yang sederhana yaitu metode thresholding hasil deteksi tepi dengan mencari beda antara dua citra yang berurutan pada hasil pencitraan.

(2)

2. Optical Flow

2.1 Gambaran Optical Flow

Optical Flow adalah perkiraan gerakan suatu bagian dari sebuah citra berdasarkan turunan intensitas cahayanya pada sebuah sekuen citra. Pada ruang 2D hal ini berarti seberapa jauh suatu piksel citra berpindah diantra dua frame citra yang berurutan. Sedangkan pada ruang 3D hal ini berarti seberapa jauh suatu volume piksel (voxel) berpindah pada dua volume yang berurutan. Perhitungan turunan dilakukan berdasarkan perubahan intensitas cahaya pada kedua frame citra maupun volume. Perubahan intensitas cahaya pada suatu bagian citra dapat disebabkan oleh gerakan yang dilakukan oleh obyek, gerakan sumber cahaya, ataupun perubahan sudut pandang.

2.2 Algoritma Lucas-Kanade

Algoritma Lucas-Kanade, pertama kali diajukan pada tahun 1981, awalnya adalah sebuah usaha untuk mencari teknik registrasi citra yang cepat dengan memanfaatkan gradient intensitas spasial. Pada perkembangannya, algoritma ini kemudian menjadi salah satu algoritma optical flow yang penting. Berbeda dengan algoritma Horn-Schunk yang bekerja berbasis pada keseluruhan citra, algoritma ini bekerja berdasar pada informasi lokal yang diturunkan dari window kecil (patch) disekeliling titik yang diperhitungkan. Kelemahan digunakan window lokal kecil pada algorima Lucas-Kanade adalah tidak terdeteksinya gerakan-gerakan yang besar karena gerakan-gerakan tersebut jatuh diluar window. Permasalahan ini kemudian dapat diatasi dengan mengimplementasikan penyelesaian dengan prinsip piramida, yaitu pyramidal Lucas-Kanade. Prinsip ini merupakan penyelesaian berdasar iterasi dari level detil citra paling rendah hingga level detil citra paling tinggi.

2.3 Pyramidal Lucas-Kanade

Penyelesaian algoritma Lucas-Kanade dengan pendekatan piramida, atau disebut Pyramidal Lucas-Kanade diajukan pertama kali oleh Jean-Yves Bouguet (Bouguet, 2000). Pendekatan ini menggunakan prinsip piramida, yaitu bekerja dari detil citra paling rendah hingga detil citra paling tinggi (Gambar 1). Tujuannya adalah agar gerakan yang “besar” dapat diperhitungkan. Sementara asumsi yang digunakan pada algoritma Lucas-Kanade adalah gerakan yang “kecil” dan koheren, sehingga tidak dapat menangkap gerakan yang “besar”. Solusi untuk dapat menangkap gerakan yang “besar” pada algoritma Lucas-Kanade adalah dengan menggunakan window yang besar. Tetapi penggunaan window yang besar sering kali membuat gerakan yang ditangkap adalah gerakan yang tidak koheren. Algoritma Pyramidal Lucas-Kanade menyelesaikan permasalahan tersebut tanpa menghilangkan asumsi gerakan yang koheren.

Gambar 1. Pyramidal optical flow

Algoritma Pyramidal Lucas-Kanade pertama bekerja pada layer piramida paling tinggi. Kemudian hasilnya digunakan sebagai titik awal untuk bekerja pada layer dibawahnya. Hal ini berlanjut hingga mencapai level paling rendah.

3. Metode Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu pengambilan data, dan pengolahan data. Pengambilan data adalah pekerjaan yang dilakukan pertama kali. Hasilnya adalah sekuen image gerak tangan. Sekuen image tersebt kemudian menjadi input bagi proses pengolahan data. Alur pekerjaan diperlihatkan pada gambar 2.

Gambar 2. Blok Diagram Perancanaan Program

3.1 Pengambilan data

Untuk tahap pengambilan data webcam akan menerima perintah dari program untuk melakukan capture obyek secara kontinyu kemudian disimpan ke dalam server. Gambar atau image yang disimpan haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Adapun gambar disimpan dalam type BMP. Dan

(3)

gambar yang disimpan tersebut adalah gambar berwarna (true color) karena metode yang digunakan untuk mencari daerah warna merah adalah metode color detection dimana metode ini bertujuan untuk mendeteksi lokasi warna dari gambar dengan membuang seluruh bagian dari gambar yang tidak memiliki warna merah.

Pada saat pengambilan data, telunjuk jari didepan kamera dengan (Gambar 3). Gerakan yang dibuat meliputi gerakan ke kiri, gerakan ke kanan, gerakan ke atas dan gerakan ke bawah. Pengujian dilakukan pada keadaan intensitas cahaya dan kondisi obyek yang berbeda – beda.

Gambar 3. Situasi Pengambilan Data

3.2 Pengolahan Gambar

Dalam tahap ini dibuat sebuah program untuk melakukan tracking terhadap telunjuk jari tangan. Metode tracking yang digunakan berbasis optical flow. Proses tracking diawali dengan identifikasi warna merah yang kemudian deteksi masing-masing tepi obyek dan deteksi arah pergerakan telunjuk jari.

3.2.1 Deteksi Warna Merah

Dalam tahap ini dibuat sebuah program untuk melakukan pendeteksian warna merah dengan menggunakan metode color detection dimana metode ini bertujuan untuk mengetahui piksel mana yang termasuk piksel warna merah dan mana piksel yang bukan piksel warna merah. Tahap ini adalah tahap dimana kita harus mencari daerah yang memiliki warna merah. Untuk mendapatkan daerah ini kita harus melakukan proses untuk mencari daerah warna merah dan memproses sampel untuk warna merah.

Untuk memisahkan warna merah dari warna lainnya, dilakukan pengkondisian/thresholding pada nilai Cr dengan nilai threshold sebesar 25, proses ini digambarkan seperti pada gambar 4. Jika nilai Cr lebih besar daripada 25, maka warna tersebut merupakan warna merah. Jika tidak, maka warna tersebut bukan warna merah dan akan diganti dengan warna putih. Operasi tersebut dilakukan terhadap setiap piksel pada gambar.

Gambar 4. Flowchart fungsi deteksi warna merah Sebenarnya tetapan ini tidak harus mutlak bernilai 25 melainkan ketetapan ini diambil dari hasil percobaan dengan sampel yang telah kita buat sebelumnya. Dan angka 25 tersebut adalah nilai yang dianggap tepat untuk mewakili batas antara warna merah dan bukan. Gambar 5 menggambarkan hasil proses deteksi warna.

Gambar 5 Warna merah dan bukan warna merah

3.2.2 Deteksi sisi lokasi obyek

Pendeteksian sisi lokasi obyek merupakan tahapan dalam mencari nilai masing-masing sisi obyek seperti sisi kiri, atas, kanan dan bawah obyek. Obyek yang digunakan sebagai masukan (input) adalah gambar hasil deteksi warna merah, sehingga apabila proses deteksi warna merah gagal, maka dapat dipastikan bahwa proses deteksi tepi obyek ini akan gagal pula.

Proses deteksi lokasi tepi obyek dilakukan dengan menelusuri nilai pada masing-masing sisi obyek, sehingga akan didapat lokasi dari batas kiri, atas, dan kanan obyek seperti pada gambar 6.

(4)

Gambar 6. Pencarian nilai sisi kiri, kanan, atas dan bawah obyek

Untuk membedakan antara noise dan obyek, dilakukan pengkondisian/thresholding pada nilai masing-masing sisi obyek sebesar >=30. Jika nilai sisi obyek lebih besar daripada 30, maka warna tersebut merupakan obyek. Jika tidak, maka warna tersebut bukan obyek atau noise seperti yang diperlihatkan pada alur gambar 7.

Gambar 7 Memisahkan antara obyek dan noise Setelah sisi obyek sebelah kanan, kiri, atas dan bawah obyek dapat terdeteksi maka akan diperlihatkan hasil deteksi lokasi obyek seperti pada gambar 8.

Gambar 8 Deteksi sisi lokasi obyek

4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pengambilan data

Output dari proses pengambilan data adalah sekuen image gerakan telunjuk jari. Gerakan yang dilakukan tangan meliputi gerakan ke atas, ke bawah, ke kiri dan ke kanan. Gerakan dilakukan dengan telunjuk jari menghadap kamera (frontal view).

Gambar 9 memperlihatkan beberapa frame dari sekuen image tersebut.

Gambar 9. Beberapa Frame Sekuen Image Gerak Tangan

4.2 Deteksi warna merah

Deteksi warna merah bertujuan untuk mengetahui piksel mana yang termasuk piksel warna merah dan mana piksel yang bukan piksel warna merah

Tabel 1. Deteksi Warna Merah Perco

baan

Berhasil Tidak Berhasil JP Kr Kn At Bw Kr Kn At Bw 1 9 9 10 10 1 1 0 0 40 2 9 10 10 10 1 0 0 0 40 3 8 9 8 10 2 1 2 0 40 Jumlah 120 Keterangan :

Kr=Kiri, Kn=Kanan, At=Atas, Bw=Bawah dan JP=Jumlah Percobaan

Tabel 1. menunjukkan hasil dari deteksi warna untuk beberapa percobaan pada waktu yang berbeda-beda. Deteksi warna merah dikatakan baik apabila dapat dibedakannya antara piksel yang termasuk warna merah dengan piksel yang bukan piksel warna merah sedangkan hasil dikatakan tidak baik apabila tidak dapat dibedakannya antara piksel yang termasuk warna merah dengan piksel yang menghasilkan warna merah yang terbuang atau bahkan tidak terdeteksi sama sekali.

Berdasarkan hasil percobaan terlihat dari 120 percobaan yang telah dilakukan 113 diantaranya dinyatakan baik dan 8 dinyatakan tidak baik sehingga dapat diambil nilai keberhasilan sebesar 93,3%. Hasil deteksi yang tidak baik diakibatkan oleh pencahayaan pada waktu pengambilan gambar yang dapat mempengaruhi hasil deteksi warna merah.

(5)

4.3 Deteksi lokasi sisi obyek

Pendeteksian lokasi sisi obyek merupakan tahapan dalam mencari nilai masing-masing sisi obyek seperti sisi kiri, atas, kanan dan bawah obyek

Tabel 2. Deteksi sisi lokasi obyek Perco

baan

Berhasil Tidak Berhasil JP Kr Kn At Bw Kr Kn At Bw 1 10 10 10 10 0 0 0 0 40 2 10 10 10 10 0 0 0 0 40 3 9 9 9 10 1 1 1 0 40 Jumlah 120 Keterangan :

Kr=Kiri, Kn=Kanan, At=Atas, Bw=Bawah dan JP=Jumlah Percobaan

Dari tabel 2. menunjukkan hasil dari deteksi lokasi sisi obyek. Deteksi lokasi obyek dikatakan baik apabila semua nilai sisi kiri, kanan, atas dan bawah obyek dapat dicari nilainya sedangkan deteksi lokasi obyek dikatakan tidak baik apabil ada salah satu atau bahkan nilai dari masing-masing sisi obyek tidak terdeteksi.

Berdasarkan hasil percobaan terlihat dari 120 percobaan yang telah dilakukan 117 diantaranya dinyatakan baik sehingga dapat diambil nilai keberhasilan sebesar 97,5% sedangkan 3 diantaranya dinyatakan tidak baik, hal ini dikarenakan deteksi warna merah pada waktu pengambilan gambar mempengaruhi hasil deteksi lokasi dimana ketika piksel warna merah yang terdeteksi kurang dari 30 maka warna merah ini dianggap sebagai noise sehingga tidak terdeteksi sebagai obyek.

4.4 Deteksi gerakan menjauh dari kamera

Pada pendeteksian lokasi sisi obyek ini dilakukan pendeteksian terhadap sisi kiri, kanan, atas dan bawah obyek dengan gerakan yang dilakukan semakin menjauhi kamera.

Tabel 3. Deteksi sisi lokasi obyek gerakan menjauh Perco baan Arah Gerakan Nilai Hasil deteksi/jumlah Jumlah Percobaan 1 Kiri 47 Baik 5 45 Baik 41 Baik 31 Baik <31 Jelek 2 Kanan 47 Baik 5 33 Baik 35 Baik 31 Baik <31 Jelek 3 Atas 79 Baik 5 71 Baik 55 Baik 50 Baik <50 Baik 4 Bawah 110 Baik 5 108 Baik 103 Baik 102 Baik <102 Baik Jumlah 20

Berdasarkan hasil percobaan deteksi sisi lokasi obyek gerakan menjauh pada tabel 3 terlihat dari 20 percobaan yang telah dilakukan, hasil percobaan arah gerakan yang dilakukan 5 kali pada setiap percobaan mempunyai nilai yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh gerakan telunjuk jari dimana semakin gerakan menjauhi kamera maka nilai yang dihasilkan akan semakin kecil. Pada percobaan ini gerakan 1 ke gerakan 5 pada masing-masing percobaan posisi telunjuk jari semakin menjauhi kamera.

Pada Percobaan gerakan ke kiri, dari percobaan 1 sampai percobaan 4 hasil deteksi baik tetapi nilai dibawah 31 hasil deteksi tidak baik, hal ini dikarenakan nilai dibawah 31 merupakan nilai yang dianggap sebagai noise demikian juga untuk percobaan 2 gerakan ke kanan dimana ketika nilai kurang dari 31 hasil deteksi tidak baik karena dianggap sebagai noise. Kemudian untuk percobaan 3 gerakan ke atas nilai dianggap noise ketika nilai kurang dari 50 dan untuk percobaan 4 gerakan ke bawah nilai dianggap noise ketika nilai kurang dari 102.

4.4 Deteksi Arah Gerakan Telunjuk Jari

Tahap ini adalah tahap akhir dimana penentuan arah pergerakan telunjuk jari dilakukan. Setelah lokasi masing-masing sisi obyek terdeteksi dengan baik maka dapat dilakukan pendeteksian arah pergerakan dari masing-masing sisi obyek ini. Pendeteksian arah pergerakan telunjuk jari ini bertujuan untuk melakukan deteksi arah pergerakan dari telunjuk jari seperti arah ke kanan, ke kiri, atas dan bawah.

Untuk menentukan arah gerakan, dilakukan pengkondisian/thresholding pada masing-masing sisi obyek. Gambar 10 menampilkan alur pengkondisian/ thresholding pada masing-masing sisi obyek, untuk sisi kiri obyek sebesar 220, sisi kanan obyek sebesar 380, sisi atas obyek sebesar 130 dan sisi bawah obyek sebesar 330. Jika nilai sisi kiri obyek pada saat deteksi sisi lokasi obyek lebih kecil 220 maka telunjuk jari bergerak ke kiri, jika sisi kanan obyek pada saat deteksi sisi lokasi obyek lebih besar dari 380 maka telunjuk jari bergerak ke kanan, jika nilai sisi obyek atas pada saat deteksi sisi lokasi obyek lebih kecil dari 130 maka telunjuk jari bergerak ke atas dan jika deteksi lokasi obyek sebelah bawah lebih besar dari 330 maka telunjuk jari bergerak ke bawah.

(6)

Gambar 10. Flowchart deteksi arah gerakan telunjuk jari Berdasarkan hasil percobaan, keberhasilan pendeteksian arah gerakan sangat dipengaruhi oleh hasil deteksi lokasi obyek. Bila deteksi obyek berhasil maka dapat dipastikan 100% deteksi arah gerakan akan menunjukkan arah gerakan yang benar. Sehingga dari 120 percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai keberhasilan pendeteksian arah gerakan sebesar 97,5%.

Gambar 11. Hasil deteksi arah gerakan telunjuk jari, (a) sisi kiri obyek, (b) sisi kanan obyek, (c) sisi atas obyek,

(d) sisi bawah obyek, (e) obyek yang bergerak ke kiri, dan (f) output.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk membedakan antara noise dan obyek, dilakukan pengkondisian/thresholding berupa nilai minimal untuk dikatakan sebagai obyek. 2. Obyek dapat terdeteksi ketika nilai piksel

warna merah yang terdeteksi kurang dari 31 untuk arah ke kanan dan ke kiri, kemudian 50 untuk arah ke atas dan 102 untuk arah ke bawah.

3. Dari 120 percobaan yang telah dilakukan 117 diantaranya dinyatakan baik sehingga dapat diambil nilai keberhasilan deteksi gerakan sebesar 97,5%.

4. Kelanjutan dari penelitian ini akan bisa dikembangkan untuk tracking obyek bergerak seperti Aplikasi realtime object tracking.

Daftar Pustaka :

[1] Zaini, A., "Implementasi vide surveillance untuk keamanan rumah berbasis JMF dan J2ME", Proyek Akhir PENS-ITS, 2009.

[2] Mahtarami, .A, " Tracking gerak tangan Berbasis pyramidal lucas-kanade", URL: http:// digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate10509-Paper.pdf, 2010.

[3] Ramadijanti, N,. “Color detection ”, URL : http://lecturer.eepisits.edu/~nana/index_files/mat eri/ Prak_Citra/ Prak9ColorDetection.pdf, 2010. [4] Amalia, Rizky., " Menilai kepribadian seseorang

melalui Wajah", Proyek Akhir PENS-ITS, 2006. [5] Baron, J.L., dan Thacker, N.A., “Tutorial:

Computing 2D and 3D optical flow”, Tina Memo Internal No. 2004-12, Manchester, UK. 1995.

[6] Bouguet, J.Y., ”PyramidalImplementation of The Lucas-Kanade Feature Tracker”, Intel. 2000. [7] Lu, N. , G., et. al, “An Improved motion

Detection Method for Real-Time Surveillance” International Journal of Computer Science, 35:1, IJCS_35_1_16, 2008.

[9] Catalano, G., et. al., “optical flow”, URL : http://www.cvmt.dk/education/teaching/f09/VGI S8/AIP/opticalFlow.pdf, 2009.

[10] Aleix M. Martinez “optical flow”, URL: http://www.ece.osu.edu/ ~aleix/OpticalFlow.pdf, 2003.

Gambar

Gambar 1. Pyramidal optical flow
Gambar 3. Situasi Pengambilan Data
Tabel 2. Deteksi sisi lokasi obyek
Gambar 11. Hasil deteksi arah gerakan telunjuk jari,  (a) sisi kiri obyek, (b) sisi kanan obyek, (c) sisi atas obyek,

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,