• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF MELALUI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN DESA MITRA DALAM MEMANFAATKAN POTENSI HUTAN BAMBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF MELALUI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN DESA MITRA DALAM MEMANFAATKAN POTENSI HUTAN BAMBU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Desak Nyoman Sri Werastuti1, I Ketut Sudita2, Lulup Endah Tripalupi3

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Suparwoko (2010) menyatakan bahwa sinergi antara ekonomi kreatif dengan sektor wisata merupakan sebuah model pengembangan ekonomi yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia, termasuk Provinsi Bali. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata dibutuhkan konektivitas, yaitu dengan menciptakan outlet produk-produk kreatif di lokasi yang strategis dan dekat dengan lokasi wisata. Outlet tersebut dapat berupa counter atau sentra kerajinan yang dapat sekedar membeli souvenir, tetapi juga melihat proses pembuatannya dan bahkan ikut serta dalam proses pembuatan tersebut (souvenir sebagai memorabilia).

Dalam mengembangkan ekonomi kreatif ada beberapa faktor yang menghambat dan

mendukung. Faktor penghambat adalah tidak tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, kurangnya modal, dan faktor pemasaran. Sedangkan faktor pendukungnya antara lain ketersediaan bahan baku, kelengkapan peralatan, jumlah pesanan dan kerjama terhadap stakeholders. Ekonomi kreatif merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam menggerakkan sektor pariwisata.

Desa Selat terletak di wilayah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, yang memiliki luas wilayah desa 9,65 km2 (BPS Indonesia, 2017). Desa Selat mempunyai potensi alam yang beragam seperti bambu, rotan, dan hasil pertanian. Belum optimalnya pemanfaatan potensi bambu dan rotan yang ada dan juga belum berkembangnya kawasan untuk pusat kerajinan khususnya pusat kerajinan bambu dan

PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF MELALUI PELATIHAN

DAN PENDAMPINGAN DESA MITRA DALAM MEMANFAATKAN

POTENSI HUTAN BAMBU

1 Universitas Pendidikan Ganesha Email: sri.werastuti@undiksha.ac.id

The abstract consists of 125-150 words in English, single space with A4 paper size. The abstract should only be in one paragraph. It should be clear, descriptive, and provide a brief overview of the problem studied, a summary of the article, and conclusion. Keywords consist of 3-5 words/phrases.

Keywords: adaptive, cooperative learning, deduktif

Desa Selat memiliki potensi hutan bambu yang sangat besar, serta obyek wisata Hutan Alam Raya yang eksoktik, namun sejauh ini belum dioptimalkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan Bina Desa ini adalah (1) Meningkatkan jiwa kewirausahaan, (2) Mampu menghasilkan kerajinan bambu yang memiliki kualitas seni yang tinggi. Kegiatan ini difokuskan pada KWT yang sudah terbentuk, serta kelompok pengerajin “Pandan Harum” yang belum memiliki kemampuan dalam mengolah kerajinan bambu. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, pelatihan, pendampingan, dan evaluasi. Dengan diadakannya kegiatan ini, maka terjadi peningkatan jiwa kewirausahaan serta peningkatan kemampuan mengolah bambu menjadi berbagai jenis kerajinan yang bernilai seni tinggi untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Desa Selat.

(2)

rotan, merupakan permasalahan yang dialami masyarakat Desa Selat. Berlimpahnya bambu dan rotan tidak sebanding dengan kesadaran masyarakat akan pemanfaatan bambu dan rotan tersebut. Hutan bambu dan rotan di Desa Selat hanya sebatas hutan yang belum bisa dipergunakan dan dikembangkan menjadi produk yang bernilai tambah.

Inovasi-inovasi dilakukan dengan mengolah potensi alam berupa hasil hutan daerah setempat menjadi produk khas dari masyarakat guna menunjang potensi kepariwisataan di Kabupaten Buleleng khususnya, dan Bali pada umumnya. Produk khas hasil inovasi ini diharapkan mampu menjadi pelengkap paket wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke objek wisata yang sedang dikembangkan di Desa Selat, yaitu Objek Wisata Alam Hutan Raya. Selama ini, wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut hanya ditawarkan untuk membeli hasil kerajinan dari rotan yang dianyam menjadi meja dan kursi dan membeli sarang madu dan madu hutan dengan harga Rp. 150.000/400 ml. Tingkat penjualan meja dan kursi rotan tersebut masih sangat rendah, sehingga belum bisa bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Selat.

Desa Selat sudah memiliki Kelompok Wanita Tani (KWT), yang berfungsi sebagai wadah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mengolah potensi alam yang dimiliki, yaitu KWT Munduk Sari dan KWT Sari Tunjung. Tujuan awal terbentuknya KWT ini adalah untuk dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan mengolah hasil hutan menjadi suatu produk yang bernilai jual tinggi. Selain itu, juga bisa memiliki program yang dapat berkelanjutan dengan mengembangkan berbagai potensi yang ada, melakukan berbagai inovasi, serta pemanfaatan sarana prasarana yang sudah tersedia. Namun selama ini, program yang dijalankan hanya terbatas pada membuat usaha simpan pinjam yang bertujuan untuk mempermudah anggota kelompok mendapatkan modal usaha. Usaha yang dijalankan belum seputar pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Hal itu terjadi karena anggota KWT belum

memiliki jiwa kewirausahaan sehingga masih enggan untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada di desanya. Selain itu, anggota KWT juga masih belum memiliki kemampuan dalam mengolah bambu menjadi kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi.

Selain KWT, di Desa Selat juga sudah terbentuk kelompok perajin rotan Pandan Harum, yang sementara ini hanya mampu mengolah hasil hutan rotan menjadi produk meja dan kursi saja. Kelompok perajin rotan ini adalah salah satu model usaha yang masih memiliki banyak kendala, sehingga perlu dilakukan pembenahan. Salah satu kendalanya adalah produk yang diciptakan masih sangat sederhana dan belum bernilai seni tinggi sehingga penjualannya masih sangat rendah dan belum bisa meningkatkan pendapatan anggotanya. Padahal rotan tersebut bisa dikombinasikan dengan bambu sehingga bisa menghasilkan karya seni yang berdaya jual dan bernilai tinggi.

Desa Selat sangat berpotensi sebagai salah satu sentra kerajinan bambu di Bali. Hal ini didasarkan beberapa alasan, yaitu (1) sumber hasil hutan bambu yang sangat melimpah, yang belum digarap secara maksimal oleh masyarakat, (2) proses pembuatan kerajinan bisa dibuat sederhana dan dapat dikuasai secara meluas oleh masyarakat, meskipun bagi yang baru mulai belajar membuat kerajinan. Namun meskipun sederhana, kerajinan yang dihasilkan akan bernilai seni yang tinggi (3) peluang pasar sangat besar, baik di dalam maupun di luar negeri, (4) Tingginya permintaan pasar menjadi kelebihan dari bisnis kerajinan bambu ini. Permintaan yang tinggi tersebut, selain datang dari dalam negeri, juga datang dari luar negeri yang tertarik dengan budaya Indonesia, yang bisa tercermin dalam kerajinan tradisionalnya. Dengan demikian, hal ini merupakan salah satu peluang bisnis ekspor yang sangat menjanjikan. Apalagi masih sangat sedikit pelaku dunia bisnis yang melirik kerajinan bambu sebagai komoditi ekspor (Startup & Bisnis, 2019).

Di Bali, keberadaan kerajinan bambu sangat memiliki prospektif yang sangat luas karena beberapa alasan: (1) Kerajinan bambu bisa

(3)

diolah menjadi berbagai jenis produk yang memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki tampilan yang unik, beragam dan bernilai seni. (2) Bali sebagai daerah tujuan pariwisata pertama di Indonesia, bisa memanfaatkan kerajinan bambu untuk menjadi cenderamata bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bali, (3) Kerajinan bambu bisa menjadi salah satu produk unggulan di Bali, karena memiliki keunikan dari sisi tampilan, menggambarkan ciri khas daerah Bali, serta tidak mudah ditiru atau replika.

Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok perajin rotan dan kelompok wanita tani dibagi menjadi beberapa aspek, diuraikan sebagai berikut:

1. Kelompok pengerajin dan wanita tani belum memiliki jiwa wirausaha yang tinggi sehingga belum bisa membaca dan memanfaatkan peluang dan potensi yang bisa dihasilkan dari hutan bambu di desa mereka. Selain itu, menciptakan suatu hal yang baru masih merupakan hal yang menakutkan. Selain itu, mereka belum memiliki sifat inovatif dan kreatif dalam melakukan pembaruan terhadap suatu hal yang telah ada.

2. Kelompok Wanita Tani belum memiliki kemampuan dalam menghasilkan kerajinan berbahan dasar bambu. Padahal tujuan awal terbentuknya KWT ini adalah sebagai wadah untuk mengolah hasil hutan menjadi suatu produk yang bernilai jual tinggi. Padahal pohon bambu bisa diolah menjadi berbagai jenis kerajinan seperti lampu tidur, lampu hias, tempat lampu dinding, tempat kue, keben, bingkai kaca, bingkai lukisan, dan lain-lain. Meskipun sudah ada kelompok pengerajin rotan, namun kelompok pengerajin ini baru mampu membuat meja dan kursi dengan design yang sederhana dan belum bernilai seni yang tinggi. Padahal jika bambu dikolaborasi dengan rotan, akan bisa menghasilkan karya seni yang bernilai tinggi.

Berdasarkan analisa situasi diatas serta untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, maka penyelesaian masalah yang ditawarkan adalah mengadakan pengembangan sumber daya manusia berupa penyuluhan peningkatan jiwa kewirausahaan serta pelatihan dan pendampingan untuk menganyam berbagai kerajinan berbahan dasar bambu.

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari dilakukannya penyuluhan, platihan, dan pendampingan ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan program mitra desa ini dapat

meningkatkan peran dosen dan mahasiswa,

khususnya Undiksha dalam

mengembangkan salah satu dharma perguruan tinggi, sehingga nama Undiksha bisa “positif” di wilayah Desa Selat, Buleleng dan Bali pada umumnya.

2. Program ini juga merupakan transfer ilmu dan keterampilan kepada KWT dan kelompok pengerajin rotan yang ada di Desa Selat.

3. Kegiatan PKM ini bermanfaat pada aspek ekonomi karena bisa meningkatkan penghasilan warga dan menyerap pengangguran, karena telah tercipta lapangan pekerjaan baru berupa terbukanya industri kreatif.

4. Kebermanfaatan bagi warga masyarakat dapat mendorong terwujudnya kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa.

5. Masyarakat sasaran bisa menggunakan modal bisnisnya secara efisien dan efektif serta proses pengambilan keputusan yang tepat untuk memaksimalkan keuntungan. 6. Bermanfaat bagi pengembangan potensi

desa khususnya sumber daya alam dan manusia untuk kehidupan warga yang lebih baik lagi.

METODE

Metode pelaksanaan kegiatan dalam pengabdian kepada masyarakat adalah untuk mencari solusi dari permasalahan yang dialami oleh KWT dan pengerajin di Desa Selat dalam

(4)

pemanfaatan berbagai potensi hutan bambu yang dimiliki desa tersebut. Dari hasil obserasi dan wawancara, yang menjadi permasalahan yang dialami adalah:

1. Belum memahami arti pentingnya memiliki jiwa kewirausahaan karena belum memiliki pengetahuan dan kemampuan yang menunjang untuk itu.

2. Belum diketahuinya cara membuat kerajinan yang bernilai seni tinggi karena selama ini belum pernah mengikuti pelatihan menganyam anyaman berbahan dasar bambu.

Berdasarkan hal tersebut, maka Tim Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat dari Universitas Pendidikan Ganesha melakukan pengembangan sumber daya manusia melalui penyuluhan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dan melakukan pelatihan serta pendampingan untuk meningkatkan kemampuan menganyam kerajinan bambu sehingga terjadi peningkatan bagi kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dan kelompok sasaran dalam kegiatan PKM Desa Mitra ini adalah Kelompok Wanita Tani dan pengerajin di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan di awal, maka telah dilakukan usaha-usaha yang terpadu sebagai solusi menjawab permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan PKM Universitas Pendidikan Ganesha, seperti yang disajikan dalam gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Solusi Program

Untuk mendapatkan data yang akurat untuk bahan refleksi, dilakukan pengamatan terhadap masyarakat sasaran melalui metode observasi dan wawancara langsung. Observasi pertama dilakukan saat penyusunan proposal dan setelah proses pengerjaan PKM ini berlangsung. Observasi dan wawancara lanjutan telah dilakukan untuk memperoleh informasi tindak lanjut kegiatan yang dilakukan masyarakat. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan didepan adalah metode diskusi dan praktek. Gabungan kedua metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat sasaran.

Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan tahapan yakni: a. Melakukan inventarisasi keberadaan

pengerajin anyaman berbahan dasar bambu. b. Menginformasikan kegiatan kepada Kepala

Desa dan Pengerajin.

c. Melakukan komunikasi intensif dengan para Kepala Desa dan Pengerajin.

d. Mencari tempat untuk dijadikan sebagai tempat pelatihan bagi para kelompok pengerajin dalam kegiatan PKM.

e. Mendata ulang peserta

f. Membuat dan memberikan surat undangan kepada peserta sebelum kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan adalah a) Masyarakat sasaran memiliki jiwa kewirausahaan b) Masyarakat sasaran memiliki kemampuan dalam menghasilkan kerajinan berbahan dasar bambu. Hasil yang diterima dari kegiatan ini, dianalisis kembali oleh pelaksana kegiatan PKM guna

Masyarakat sasaran belum memiliki jiwa kewirausahaan

Masyarakat sasaran belum memiliki kemampuan dalam menghasilkan kerajinan berbahan dasar bambu yang

berdaya jual tinggi.

Penyuluhan mengenai manfaat dan cara meningkatkan jiwa kewirausahaan

Dengan praktek cara membuat berbagai jenis kerajinan yang berdaya jual tinggi

(5)

mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan dan kekurangan dan hal-hal yang harus dilakukan lagi agar tujuan kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan memberi manfaat praktis kepada semua pihak yang terlibat dalam pendampingan tersebut.

Agar pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat dapat terlaksana dengan baik, maka dilakukan evaluasi di setiap kegiatan. Ini memiliki tujuan agar pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan perencanaan yang telah disiapkan pada tahap awal kegiatan. Disamping itu akan diketahui juga orang yang memiliki tanggungjawab pada setiap kegiatan yang dirancang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan tema “Pendampingan Desa Mitra Untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif” yang menyasar Kelompok Pengerajin di Desa Selat berlangsung sebanyak dua kali, yaitu hari Sabtu, 22 Agustus 2020 dan Sabtu, 29 Agustus 2020 dan berjalan tertib, baik dan lancar yang diikuti oleh semua pengerajin dan anggota KWT.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengidentiikasi permasalahan yang dialami oleh kelompok pengerajin di Desa Selat, menginformasikan kegiatan kepada kelompok pengerajin, melakukan komunikasi intensif dengan kelompok pengerajin, mencari tempat untuk dijadikan sebagai tempat pelatihan, mendata ulang peserta, membuat dan memberikan surat undangan kepada peserta sebelum kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan, dan melaksanakan kegiatan. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok pengerajin yang ada di Desa Selat dalam kaitannya dengan upaya pengembangan wawasan pengetahuan dan keahlian dalam peningkatan jiwa wirausaha dan kemampuan menganyam kerajinan berbahan dasar bambu, maka program pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk transfer iptek yang dilakukan berupa sosialisasi, pelatihan, dan

pendampingan kepada kelompok pengerajin yang mulanya memiliki pemahaman yang terbatas mengenai peningkatan jiwa wirausaha dan menganyam kerajinan berbahan dasar bambu, dikembangkan melalui pelatihan dan pendampingan untuk menambah wawasan pengetahuan dan keahliannya.

Dipilihnya sasaran kelompok pengerajin di Desa Selat, karena Desa Selat memiliki potensi bambu yang melimpah. Selama ini bambu yang dihasilkan oleh pengerajin hanya berupa kursi yang belum bisa bermanfaat untuk peningkatan kesejahteraan pengerajin karena produk yang dihasilkan belum diminati oleh pasar. Untuk itu, melalui program PkM ini, pengerajin diberikan pengetahuan mengenai peningkatan jiwa kewirausahaan dan penganyaman bambu menjadi kerajinan yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Adapun alur pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari, 1) Tahap persiapan, yang terdiri dari tahap : (a) penyiapan bahan administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pelatihan, (b) melakukan koordinasi dengan Kepala Desa Selat dan Ketua Kelompok Pengerajin, (c) menyiapkan materi penyuluhan dan pelatihan, (d) menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan yaitu pengerajin dari Desa Tigawasa, dan (e) menyiapkan jadwal sosialisasi menyesuaikan dengan perencanaan kegiatan yang telah terprogram, 2) tahap pelaksanaan, yang terdiri dari : (a) melakukan sosialisasi pendampingan kelompok pengerajin untuk mengembangkan ekonomi kreatif, (b) diskusi terbatas mengenai pemahaman wawasan dan keterampilan yang sudah mampu peserta kuasai, dan 3) tahap evaluasi, yang terdiri dari (a) persentasi kesimpulan sosialiasi oleh tim pelaksana dan praktek pelatihan langsung bagi peserta, (b) refleksi berupa praktek dari pakar dengan uji coba program yang sudah dilatihkan, dan (c) memberikan penilain terhadap lembar kerja yang dihasilkan oleh peserta kegiatan PKM.

Pelaksanaan kegiatan tersebut diawali dengan perkenalan dan maksud dari tujuan melakukan pengabdian kemudian memberikan

(6)

pengetahuan mengenai cara meningkatkan jiwa kewirausahaan dan pelatihan serta pendampingan membuat berbagai macam kerajinan berbahan dasar bambu. Adapun hasil dari pengabdian yang dicapai yaitu :

1. Peserta mengikuti pengabdian dengan baik dan semangat.

2. Dengan adanya pengetahuan dan pelatihan mengenai cara meningkatkan jiwa kewirausahaan dan menganyam berbagai jenis kerajinan berbahan dasar bambu, maka dapat diketahui bahwa peserta masih membutuhkan pengetahuan yang lebih banyak yang diketahui pada saat praktik dan tanya jawab.

3. Adanya feedback dari peserta dengan adanya respon dan tanya jawab serta permintaan untuk memberikan pelatihan tambahan agar wawasan dan kemampuan makin meningkat. Kerjasama antara tim pelaksana dengan kelompok pengerajin anyaman bambu selama kegiatan berjalan dirasakan sangat efektif sehingga kegiatan berjalan lancar sehingga tujuan akhir kegiatan bisa tercapai.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjastifikasi tingkat keberhasilan kegiatan

Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan dari pakar penganyam kerajinan bambu dari Desa Tigawasa, peserta dapat memahami dengan jelas materi pelatihan dan pendampingan mengenai peningkatan kemampuan jiwa kewirausahaan serta penganyaman berbagai jenis kerajinan berbahan dasar bambu. Hal ini dapat dilihat dari hasil diskusi dan evaluasi yang dilakukan oleh tim pelaksana IbM Undiksha, terhadap pengetahuan dan keterampilan peserta sosialisasi dan pelatihan. Berdasarkan evaluasi tindak lanjut yang dilakukan, ditemukan bahwa kelompok pengerajin memiliki pemahaman

mengenai peningkatan jiwa kewirausahaan dan penganyaman bambu menjadi kerajinan. Dengan demikian, sesuai dengan kriteria keberhasilan program, maka sosialisasi dan pelatihan ini akan dinilai berhasil apabila mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta yang dalam hal ini menyasar kelompok pengerajin.

SIMPULAN Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat “Pendampingan Desa Mitra Untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif”, yang menyasar pemberdayaan dari kelompok pengerajin di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, adalah:

1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian kepada masyarakat memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program, terlihat dari pelatihan dan pendampingan Desa Mitra untuk pengembangan ekonomi kreatif, dapat berjalan dengan baik

2. Pelaksanaan program mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan oleh program pengabdian kepada masyarakat ini, berupa peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam peningkatan jiwa kewirausahaan dan menganyam bambu menjadi kerajinan yang bernilai jual tinggi, dimana hal ini memang yang diharapkan oleh tim pelaksana dan akan dilanjutkan dengan rencana tahap kegiatan berikutnya .

Saran

1. Kelompok pengerajin berbahan dasar bambu di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah terkait dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka sehingga tidak sampai merugikan pelaku usaha tersebut. Dengan adanya berbagai pelatihan tersebut, maka kelompok pengerajin akan memiliki kreativitas yang tinggi dalam menghasilkan

(7)

berbagai kerajinan yang unik dan memiliki nilai tambah sehingga bisa memenangkan persaingan dengan kelompok pengerajin yang lain. Dengan demikian, akan terjasi peningkatan kesejahteraan pada kelompok pengerajin tersebut. Kerjasama semua pihak untuk mendorong pertumbuhan kelompok pengerajin di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng sangat diperlukan dalam hal ini.

2. Pengerajin dan anggota KWT memerlukan pelatihan lanjutan agar memiliki kemampuan yang lebih kompleks dalam memanfaatkan potensi hutan bambu melalui anyaman kerajinan yang juga bisa menunjang industri pariwisata yang sedang dikembangkan oleh Desa Selat. Dengan demikian, ekonomi kreati akan tercipta sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Apri Nuryanto, Penny Rahmawaty, Sutopo, Paryanto, 2010 Peningkatan Produksi Kelompok Pengrajin Kipas di Jipangan Melalui Konsep Proses Produksi Terpadu Badan Pusat Statistik. 2010. Bali Dalam Angka

2010

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Dirtjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kemdiknas.2011.

Keaksaraan dasar dan Keaksaraan Usaha

Mandiri. Jakarta: Kemdiknas.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia.2008. “Pengembangan Ekonomi

Kreatif Indonesia 2025 : Rencana

Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 – 2025”

Faisal, Nanapiah. 1995. Format-format

Penelitian Sosial Dasar-dasar dan

Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Heny Prananingrum, 2009, Perkembangan Desain dan Proses Produksi Kerajinan

Kayu di Desa Batokan Kasiman

Bojonegoro, Jurusan Seni Rupa, Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

UNDP.2008. “Creative Economy Report 2008” Pangestu, Mari Elka.2008. “Pengembangan

Ekonomi Kreatif Indonesia 2025”,

disampaikan dalam Konvensi

Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 yang diselenggarakan pada Pekan Produk Budaya Indonesia 2008, JCC, 4 -8 Juni 2008.

Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian. 2011. Pokok-Pokok Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tahun

2011-2025 disampaikan dalam Rakernas

Kementerian KKELOMPOK

PENGERAJIN tanggal 14 Mei 2011 di Jakarta.

Suparwoko, 2010, Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggrak Industri Pariwisata, Simposium Nasional 2010: Menu Purworejo Dinamis dan Kreatif. Startup & Bisnis. 2019. Peluang Bisnis Jual

Referensi

Dokumen terkait

Energi listrik yang dihasilkan dari angin akan digunakan untuk substitusi alat-alat elektronik yang ada di dalam kereta sehingga dapat mengurangi penggunaan energi fosil?.

(creativity dan critical thinking) (apk. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak siswa melakukan tepuk semangat yang diberikan oleh guru, guna memotivasi

Kendala yang dialami oleh SMK RSBI antara lain: (a) belum diperolehnya akreditasi dari sekolah mitra yang bertaraf internasional; (b) sekolah belum mampu membangun

Cara lain yang dapat dilakukan untuk proses daur ulang limbah plastik menjadi alternatif bahan baku anyaman adalah dengan memotong-motong lembaran plastik menjadi lembaran kecil

Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan adalah sesuai dengan material dilokasi yang telah dipadatkan, memenuhi spesifikasi teknik, garis, lereng serta tebal seperti

Proses pertama yaitu menentukan komponen x dan y, data sample yang akan digunakan yaitu pesanan apotik assipa yang memesan 5 jenis obat.. Sebagaimana dapat dilihat pada

Ini menyatakan bahwa suatu negara mempunyai hak untuk menerapkan hukum (pidana) nasionalnya pada pelaku suatu tindak perdana sekalipun dilakukan di luar wilayah negara

Menurut (Murhadi, Analisis Laporan Keuangan, 2013, hal. 72), inflasi merupakan kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari jumlah permintaan