• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN Nannochloropsis oculato AWETAN DAN YANG DIPERKAYA VITAMIN 812 UNTUK KULTUR ROTIFER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN Nannochloropsis oculato AWETAN DAN YANG DIPERKAYA VITAMIN 812 UNTUK KULTUR ROTIFER"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Sejak dikenalnya rotife r (Brachionus plicartilis) sebagai pakan awal dari pemeliharaan larva ikan, maka banyak dikembangkan penelitian tentang zooplankton.

Rotifer

adalah

salah satu

zoo-plankton

yang cocok

untuk

pakan awal

pada stadia larva karena di samping ukurannya yang kecil, rotifer juga mudah

dikultur

secara massal (Yong & Hirayama, 1987; Hirayama, 1982). Fito-plankton

dari

spesies

N.

oculato adalah salah satu pakan yang baik untuk rotifer karena mem-punyai kandungan asam lemak tak jenuh atau

HUFA (Highly

Unsatu,rated

Fatty

Acids) yang cukup tinggi (James & Abu-Reseq, 1988; Teshima

et

al.,

1981). Pada penelitian Yamasaki

et

al. (1989), Nannochloropsis sp. yang telah

dipadat-Jurnal Ptnelitian Periltan.an Indon.esia Vol.III No.4 Tahu.n 1997

KOA,IUNIKASI RINGKAS

kan (3.000 x 106 seUml,) dan disimpan pada suhu 3oC dan -25<' C

dipakai

untuk kultur

rotifer dengan kepadatan pemberian Nannochloropsis sp. sebesar 3 x 10" seVml dalam bak

pemelihara-an rotifer

yang dipelihara selama 14

hari,

dan

pena mbaha n Nannochlorop sis sp. dilakukan satu hari sekali. Hasilnya ternyata kepadatan populasi rotifer tidak mengalami kenaikan, yang mungkin disebabkan tidak cukupnya

jumlah

pakan yang diberikan.

Untuk

mengetahui pengaruh dari N. oculata yang telah dipadatkan dan disimpan di tempat dingin sebagai pakan rotifer, maka pem-berian N. oculata pada

kultur

rotifer harus dalam jumlah yang cukup.

Di

Indonesia

rotifer

biasanya dipakai secara massal

untuk

pakan

larva ikan.

Tetapi

pada musim dan kondisi

tertentu,

kultur

massal N.

PENGGUNAAN

Nannochloropsis

oculato

AWETAN DAN YANG

DIPERKAYA

VITAMIN

812

UNTUK KULTUR ROTIFER

Suko

Ismi*)

dan Wardoyo*) ABSTRAK

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian Nannoe.hloropsis oculata yang dipekatkan kemudian disimpan dalam bentuk dingin dan beku serta telah diperkaya dengan

vitamin B.., terhadap pertumbuhan populasi rotifer, Braehi<>nus plicatilis. Perlakuan yang dikenakan adalah pemberian pakan rotifer dengan: A) N. oeulata dingin; B) N. oculata beku dan

C) N. oculato beku vang diperkaya vitamin R,r. Masing-masing perlakuan mempunyai tiga

ulangan.

Pertumbuhan populasi rotifer hingga 66 jam dari ketiga perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05), tetapi pernberian N. ocu,lata beku yang diperkaya dengan vitamin ts,, dapat memperpanjang umur kultur rotifer dan menambah kepadatan rotifer.

ABSTRACT:

The use of presented and uitamin

B,,

enriched Nannochloropsis oculata for rotifer culture. By: Suho Ismi and. Wardoyo.

This experirn.,nt war; utndu,cted. to find out the effeet of preserued and vitamin Brrenriched Nannochloropsis oculata as feed on the population growth of rotifer, Brachionus plicatilis. ?hrer: treat<,d phytoplanhton fed

b

rotifers were: A) Chilled N. oculata; B) Frozen N. oculata and C) Vitamin B , t enriched frozen N. oculata. Each treatment was applied in three replicates.

The popu.lation growth of rotifer of the three treatments after 66 hou.rs were not signific.antly different (P>0.05). Howeuer, the use of uitamin

B,

enriched frozen N. oculata was able to gain

ktnger culture linte age and higher density of the rotifer.

KEYWORDS: Rotifer culture, Nannochloropsis oeulata, vitotnin

B*

*)

(2)

Isnri, S. dan Wqrcht.t'o

oculato

tidak

dapat

tumbuh

rlengan

baik

dan

bahkan sering

mengalami

kematian

secara massal. Agar dapat membantu persediaan pakan

bila

sewaktu-waktu

N.

oculata

pada kultur

massal tidak tersedia, maka mengacu dari

pene-litian

Yamasaki el o/. (1989), pada penelitian

ini

dicoba untuk memberikan pakan rotifer dengan

N.

oculata

dalam bentuk

pekat,

yang

telah disimpan dalam keadaan clingin dan beku yang diberikan pada rotif'er dalam jumlah yang cukup clengan cara penambahan setiap saat, sehingga Nututtx'hloropsis ocu.lalc dalam

tangki

pemeli-haraan rotifer selalu dalam jumlah yang stabil. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium l,oka Penelitian Perikanan Pantai Gondol,

Bali.

Per-lakuan yang dikenakan adalah pemberian pakan rotifer, Brachionu.s plicatilis dengan: A) N.oculata dingin; B\ N. ocu.latrr beku dan C) N. ocu,latabeku yang diperkaya Vitamin B,2. Wadah yang diguna-kan adalah tangki polikarbonat hitam volume 30

liter,

yang

diisi

dengan

25

liter air

laut

ber-salinitas 25 ppt. Kepadatan

rotifer

awal adalah 50

ind./L

dan

diberi

pakan

N.

oculata dengan kepadatan dipertahankan 10 juta sel/mL clengan

cara

penambahan

setiap

enam

jam,

yang

di-sesuaikan dengan N. oatlata vang tersisa.

Peneli-tian

dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Sebelum diberikan pada rotifer, N. oculoln beku dicairkan terlebih dahulu, sedangkan N. oculata

dingin

hanya

dibiarkan

hingga

suhu

sesuai dengan lingkungan, dan baru dihitung kepadat-annya sesuai dengan kebutuhan. N. oatlata yang dipergunakan berasal

dari kultur

massal yang dipekatkan dengan alat Cu.ltu.red Chlorella UF Concentration N-5 sehingga kepadatan menjadi 900

juta

sel/ml.

tlntuk

N. ocu.lata dingin (per-lakuan A),

N.

oculata pekat tersebut hanya di-simpan dalam ruangan bersuhu 5'C, sedangkan untuk N. ocu,lata beku (perlakuan B), N. oculata

pekat dibekukan

dahulu

kemudian disimpan pada suhu -20"C.

Untuk N.

oculata beku yang diperkaya (perlakuan C),

N.

oculato pekat di-tambah dengan vitamin

8,,

sebanyak 1 mL yang mengandung 1OO0 pg/L kemudian dibekukan dan

disimpan pacla suhu -20"C. Biasanya N. oculatct yang telah dipekatkan dan disimpan pada suhu 5"C telah mengalami penurunan kualitas selama

penyimpanan sekitar dua minggu yang ditandai dengan berubahnya warna dan aromanya. Pada penelitian ini digunakan N. oculota yang telah di-padatkan dan disimpan selama 10 hari dan masih

dalam kondisi yang baik.

Untuk

menghilangkan pengaruh

isi

perut

rotifer dari N.

ocu,lata yang dimakan sebelumnya, maka sebelum penelitian

rotifer

yang dipakai

untuk

penelitian

ini

diberi pakan dengan ragi instan selama 24 jam.

Parameter yang diamati yaitu perkembangan populasi rotifer,

jumlah

telur

dan

kualitas

air, pH, suhu dan DO. Semua parameter diamati

se-tiap enam jam sekali selama tiga hari. Laju per. tumbuhan populasi

(K)

dihitung dengan rumus:

.=tTht

di mana:

N,

: kepadatan rotifer pada waktu T,

N,

: kepadatan rotifer pada waktu

T,

HASIL

DAN PEMBAHASAN

Hasil percobaan dapat dilihat pada Gambar 1.

Dari ketiga perlakuan pada awal percobaan yaitu

dari

0

sampai

24 jam

setelah

inokulasi,

per-tumbuhan

rotifer

sangat lambat bahkan meng-alami penurunan. Kepadatan

rotifer

mengalami kenaikan sejak 30

jam

hingga 60

jam

setelah inokulasi. Setelah

itu,

pada perlakuan A dan B pertumbuhan

populasi

rotifer

mengalami

pe-nurunan,

sedangkan

pada perlakuan

(l

terus meningkat hingga akhir penelitian selama 72 jam

mencapai kepadatan rotifer 305 ind./mL. Sedang-kan kepadatan tertinggi dari perlakuan A dan B dicapai pada 60 jam dengan kepadatan masing-masing 175

ind./ml

d,an226 ind./m[,. Dari hasil analisis statistik, populasi rotifer sejak enam jam setelah inokulasi hingga 66jqm setelah inokulasi N. oculata

dari

masing-masing perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata

(P>0,05). Pada awal pertumbuhan populasi

rotifer

meng-alami

penurunan yang diduga karena adanya penyesuaian pakan dari ragi ke plankton.

Rata-rata

laju

pertumbuhan populasi

(K) rotifer yang baik adalah pada 30 jam sampai 60 jam setelah inokulasi yaitu masing-masing: 0,298; 0.326 dan 0.320 untuk perlakuan A, B dan C.

(3)

Gambar

l.

Figure I.

,Ju,rnal Ptnrlitian Perihanan Indonesio

Vtl.Iil

No.4 Tahun. tgg7

Kepadatan lotif'er (ind./mI) Rotifer den.sity (i.ncl. / ntL) 3so 300 250 200 150 100

Waktu setelah inokulasi (iam) T'imt ol'ter inaculatiott (hours)

A = N. oculata dingin (Chilk d N. oeu.lata)

--f-

B = N. oculatn beku (Frozen N. oculata')

-.tlF

C, = N. ocu.latn bektr diperkaya vit.. 8," (Vit. Bt.,enriched froze.n N. ocu.lata)

Perkembangan populasi rotifer vang diberi pakan N. ocu,lata dingin, beku dan beku yang diperkaya dengan

vit.

B,r.

Populatiort, growth,

of

rotifers fed

with

chilled, frozen

and uitontin

8,,

enriched frozen N an noc lt lorop sis oc ulata.

Jumlah

telur rotifer

(Gambar 2) mempunyai pola yang sama dengan perkembangan populasi

rotifer yaitu jumlah

telur

mulai

meningkat dengan meningkatnya jumlah kepadatan rotifer, hingga saat

di

mana

jumlah telur

meningkat sedangkan kepadatan populasi rotifer turun. Hal

demikian nampaknya sangat

berhubungan dengan jumlah.

dan kualitas

pakan

yaitu

N. oculata yang diberikan sudah

tidak

mencukupi.

Terlihat

pada jumlah sisa N. oculata, pada saat 60 jam, yaitu 4,33

x

105

sel/ml

untuk perlakuan

A; 3,55

x

105

sel/ml untuk

perlakuan B dan 5 x 105

seUml

untuk

perlakuan

C.

Konsumsi N. ocu.lala dapat

dilihat

pada Gambar

3

di

mana tampak bahwa N. ocu.lata mempunyai sisa yang lebih rendah pada saat

rotifer

mencapai puncak pertumbuhan populasi

yaitu

48

jam

sampai 60

jam

untuk

perlakuan

A

dan

B,

sedangkan

perlakuan

C

sisa

N.

ocu.lata cenderung untuk terus menurun. Dengan demikian dapat dikata-kan sisa kepadatan N. oculatcr. mempunyai pola

berbanding

terbalik

dengan kepadatan

per-tumbuhan populasi

rotifer.

Pada perlakuan C, baik populasi maupun jumlah telur rotifer terus meningkat walaupun

jumlah

pakan

terus

me-nurun setelah 48 jam. Hal

ini

mungkin disebab-kan karena pengaruh penahbahan

vitamin

8,,

pada perlakuan C tersebut.

Kisaran kualitas

air

selama penelitian yang

meliputi suhu,

pH

dan DO

disajikan

pada Gambar 4 (A, B dan C) masih dalam kisaran yang memenuhi syarat untuk

kultur

rotifer, yaitu suhu antara 27"C-30,3'C;pH: 7,8- 8,4 dan DO: 4,0-5,7.

(4)

lsnri, S. dan Warclovo

Gambar 2. Figu.re 2.

Kepadatan telur (butir/m

I)

Egg densitt,(egg/ntL) 140

+

A

-

Chilled N. oculara.

-+-

B

=

Frozen N. oculeta.

JfF

C

:

Vit.

12 enriche<l frozen N. oculala.

o

6

12 18 24 30 36 42 48 54 60 66

72 Waktu setelah inokulasi 0am)

'l'i nte al'ter inoc ulation. ( hou rs)

.Iumlah

telur

rotifer vang diberi pakan N. oatlata dingin, beku dan beku yang diperkaya dengan vit.B,,,.

Produclion of eggs of rotifers fed

with

chilled, frozen, and uitarnin B,renriched frozen N. oculata. Kepadatan x I juta Dcnsitv x 1 ntillbn 12

A

:

Chilled N. oculetn.

+-

B

-

Frozen N, oculata.

-{ta.

C

=

Vit.

12 enriched frozcn N. oculete.

Gambar 3.

Figure 3.

6

12

18 24

30 36

42

4A 54

60

66

72 Waktu setelah inokulasi (am)

Ti me after in.oc ulat.i<ttt ( htttr.rs)

Kepadatan N. ocu,Iata dalam tangki pemeliharaan rotifer selama penelitian. Density of N. oculata in the rearing tank cluring experiment.

(5)

Suhu (?l,nrperature | ("C) 35 A

.-F

B

+l+- c

30 2s 20 r5 to

Jrrrnal Pcrulitian Perihanan Indonesia Vol.III No.4 Tahun 1997

=

Clrilletl N. oculata.

:

Itrozen N. oculata.

:

Vit.

12 enriched frozen N. oculalr.

t8 24 30 36 12 18 54

Waktu setelah inokulasi (am) Tintt oftcr inorttkililtn (hrntrs)

f8 2. 30 36 12 48

5{

Waktu setelah inokulasi (.1ant)

Tinw al'tar inocu,lo.tion (horts)

A

:

Chilled N. ocrrla(a.

B

:

Frozen N. oculata.

C

:

Vit.

12 enriched frozen N. oculela.

16 21 30 38 12 48 54

Waktu setelah inokulasi (iarn)

f inte aftcr inotu,ktt,ktn (hours)

Gambar

4.

Parameter kualitas air pada tangki pemeliharaan rotifer selama penelitian. Fig,ure

4.

Water

qwility

paranteters in rotifer atltu,re tanh du,ring experiment.

{-

-*-86 60

-

Chilled N. oculnln.

-

Frozen N. ocrrlaln.

=

Vit.

12 enriched frozen N. oculnlr.

(6)

lsrni, .S. tlon Wurrltt.t'tt

KESIMPULAN

-

Nannochloropsis oculata dalam bentuk pekat baik dalam kondisi dingin maupun beku dapat dipakai untuk pakan rotifer.

-

Penambahan

Vitamin

B*

pada

N.

oculata pekat yang dibekukan dapat memperpanjang umur

kultur

rotifer dan menambah kepadatan rot.ifer.

SARAN

Perlu penelitian

lebih

lanjut untuk

menge-talrtri

sampai berapa lama N. oculata dalam bentuk dingin dan beku masih baik dipakai untuk pakan rotif'er.

DAFTAR PUSTAKA

Yong,

l'.

ancl

K.

Ilirayama. 1987. Morphological

differences between the types of the rotifer

Brachio-nus pliralili,s. Nagasaki University.,Japan. p. 7-15

Hirayama,K.l982. Physiology of population growth,"

The rotifer, Brachionus plicalilis, biology and mass culture". Japan Soc. Sci. Fish. 44 : 52-68

James, C.M. and T.S. Abu Reseq. 1988. Effect of different cell densities of Chlorella capsulata and, a

marine

Chlorella

sp.

for

feeding

the

rotifer

Brachionu,s plicatilis. Aquaculture. 69:43-56.

Teshima, S.,

A.

Kanazawa,

N.

Kamesaki and H. Hirata. 1981. Fatty acid and sterol components of rotifer cultured by a feedback systern. Bull. Japan.

Soc. Sci. Fish. 47:515-521.

Yamasaki,

S..

K.

Tanabe

and

H.

Hirata.

1989.

Efficiency of chilled and frozen Nannochloropsis sp. (marine.Chlorella) for culture of rotifer. Mem. Fac. Fish. Kagoshima Univ. Vol 38(1):??-82.

Gambar

Gambar  4.  Parameter kualitas  air  pada  tangki  pemeliharaan  rotifer  selama penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

DAFTARKODEICD–10untukDIAGNOSISKASUSGINEKOLOGI

Mengikut Mohd Ismail (2004), di Amerika Syarikat, Australia, Filipina dan Singapura terdapat pelbagai jenis kesalahan disiplin yang agresif berlaku sejak akhir- akhir ini

Pro gradu -tutkielma Lokakuu 2019.. Yhdeksi yritysviestinnän trendiksi on noussut yrityksen arvoista viestiminen ja yritysaktivismi. Yrityksiltä odotetaan

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengkaji penataan karya, koleksi karya dan jumlah koleksi yang ada di Museum Fatahillah, secara efektif dan berdaya guna; (2)

memuat tentang ”Analisa Tebal dan Perpanjangan Landasan Pacu pada Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II” agar kemampuan dari landasan pacu tersebut

yang telah didapat dari berbagai sumber untuk dipelajari sehingga setiap siswa memiliki pemahaman tentang karir; 2) membicarakan karir dengan orang dewasa. Siswa yang memiliki

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota Eks Karesidenan

Overdosis meru&#34;akan keadaan dimana seseorang mengalami ge#ala ter#adinya keraunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang melebihi dosis yang bisa diterima