1
ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI NY.E DENGAN BAYI
BARU LAHIR NORMAL DI PAVILIUN SHAFA AN - NISSA
RSIJ CEMPAKA PUTIH TANGGAL 22 - 24 MEI 2017
Disusun Oleh :
FITRIANI
2014750017
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
iii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan pembuatan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ―Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.E dengan Bayi Baru Lahir Normal di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta Pusat Tanggal 22 – 24 Mei 2017‖.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak kekurangan dan menemukan banyak hambatan karena terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun karena adanya bimbingan, dukungan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan waktu yang telah di tentukan. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SMK.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An. selaku Ka. Prodi. D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Ns. Idriani, M.Kep.,Sp.Mat. selaku pembimbing dan penguji pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Sri Mulati, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing dan penguji dari lahan praktik.
5. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes. selaku wali akademik angkatan 32 D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta khususnya Prodi D III Keperawatan.
iv
7. Keluarga terutama kepada Ayah dan Ibu yang selalu membimbing, membiayai, menasehati, memfasilitasi, mendoakan dan mendengarkan segala keluh kesah yang saya alami selama ini. Serta kepada kedua adik yang saya sayangi.
8. Kepada teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih karena kalian telah bersedia meminjamkan buku serta memberikan referensi kepada saya, memberikan dukungan dan saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada As yang slalu memberikan dukungannya, menemani, membantu dan mendengarkan keluh kesah yang penulis alami selama proses pembelajaran maupun dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10.Kepada angkatan akper 32 terimakasih sudah menemani selama 3 tahun terakhir ini terumata ―Anak Cantik‖ semoga kita semua sukses aamiin. 11.Kepada ―Body Goals‖ yang sudah sama-sama berjuang dan saling
membantu satu sama lain dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Maternitas ini.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 05 Juni 2017
v DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penulisan ... 4 1. Tujuan Umum ... 4 2. Tujuan Khusus ... 4 C. Ruang Lingkup ... 5 D. Metode Penulisan ... 5 E. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TUJUAN TEORITIS A. Konsep Dasar ... 7
1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal ... 7
2. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal ... 8
3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Normal ... 8
4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Bayi Baru Lahir Normal ... 28
5. Penatalaksanan pada Bayi Baru Lahir Normal ... 32
B. Konsep Asuhan Keperawatan ... 34
1. Pengkajian Keperawatan ... 34
2. Diagnosa Keperawatan ... 40
3. Perencanaan Keperawatan ... 41
4. Pelaksanaan Keperawatan ... 47
vi BAB III TIJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan ... 49 B. Diagnosa Keperawatan ... 58 C. Perencanaan Keperawatan ... 59 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 61 E. Evaluasi Keperawatan ... 75 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan ... 82 B. Diagnosa Keperawatan ... 84 C. Perencanaan Keperawatan ... 86 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 88 E. Evaluasi Keperawatan ... 91 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 94 B. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, lingkup masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-42 minggu, berat badan 2.500-4.000 gram, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan). Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi baru lahir, sebab sebelum di lahirkan janin senantiasa tumbuh dan hidup bergantung kepada ibunya sedangkan pada saat kelahiran setiap bayi baru lahir akan mengalami penyusuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin seacara mandiri. (Vivian, 2013).
Pada periode neonatal ini dapat terjadi trauma fisik meliputi berbagai perlukaan yang didapat oleh bayi baru lahir selama persalinan dan kelahiran. Walaupun sebagian besar perlukaan bersifat minor dan membaik selama periode neonatus tanpa pengobatan, beberapa jenis trauma membutuhkan intervensi dan diantaranya dapat bersifat fatal. Trauma fisik yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti disfungsi uterus yang mengakibatkan persalinan memanjang, persalinan postmatur dan prematur, disproporsi sefalopelvis, persentasi abnormal, anomali kongenital, kelahiran dengan forceps, ekstraksi vakum dan kelahiran cesar. Sedangkan masalah fisiologis meliputi konjugasi bilirubin, jaundis fisiologis, jaundis berhubungan dengan menyusui, hipoglikemia dan hipokalsemia. (Lowdermilk, 2013).
Setiap tahunnya diseluruh dunia diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan
2
pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat badan lahir rendah (Depkes, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan) penyebabnya ialah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 29%, asifiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum,infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Imdonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Soepardi, 2013). Penyebab kematian bayi baru lahir salah satunya oleh asfiksia, sepsis, hipotermi, kelainan kongenital dan prematuritas, BBLR, ikterik, masalah pemberian ASI (Riskesdas, 2007) sedangkan penyebab angka kematian bayi menurut Muslihatun (2010) ialah asfiksia neonatarum, ikterik, perdarahan tali pusat, kejang, BBLR dan hipertermi.
Dari data yang diperoleh dari medical record RSIJ Cempaka Putih, jumlah angka kelahiran bayi baru lahir pada tahun 2016 sebesar 627 jiwa dengan Seksiocesaria sebanyak 70,3% (441 jiwa) dan kelahiran Spontan sebanyak 29,7% (186 jiwa). Adapun angka kematian bayi baru lahir pada tahun 2016 sebesar 0,96% (6 jiwa). Sedangkan tahun 2017 pada bulan Januari – April jumlah angka kelahiran bayi baru lahir sebesar 238 jiwa dengan Seksiocesaria sebanyak 73,5% (175 jiwa) dan kelahiran Spontan sebanyak 26,5% (63 jiwa).
3
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (Mubarak, 2007). Sedangkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang dapat terjadi pada bayi baru lahir dikelompokkan menjadi tiga yaitu, asuh, asih, asah. Yang meliputi kebutuhan asuh ialah nutrisi, perawatan kesehatan dasar (imunisasi), pakaian, istirahat tidur, hygiene diri dan lingkungan. Sementara yang meliputi asih ialah kasih sayang orang tua (bounding attachment) dan rasa aman, dan yang terakhir asah atau kebutuhan stimulasi (Nursalam, 2008).
Menurut Lowdermilk (2013) masalah keperawatan yang dapat terjadi pada bayi baru lahir adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, resiko terjadinya ketidakseimbangan temperatur tubuh, resiko infeksi, resiko cedera, resiko menyusui tidak efektif, gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh dan lain-lain.
Berdasarkan data di atas penulis sebagai calon tenaga kesehatan turut berperan serta dalam upaya meningkatkan kesehatan dan mengatasi masalah yang terjadi pada bayi baru lahir melalui upaya promotif yaitu pelayanan kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif, cara menyusui dengan baik dan benar dan menjelaskan pentingnya imunisasi pada bayi serta perawatan pada bayi baru lahir. Upaya preventif seperti perawatan tali pusat, memandikan bayi serta dan memberikan kehangatan pada bayi agar terhindar dari hipotermia. Sedangkan upaya kuratif yang diberikan adalah memberikan terapi sesuai dengan instruksi dokter. Lalu yang terakhir ada upaya rehabilitatif yaitu menstimulus perkembangan bayi sejak dini. Maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah Bayi Baru Lahir dengan judul Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Bayi Ny. E dengan Bayi Baru Lahir Normal di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih sebagai salah satu syarat
4
dalam menyelesaikan program pendidikan D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakata.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tersusunnya karya ilmiah yang mendeskripsikan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kepererawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada Bayi Ny. E dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada Bayi Ny. E dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan sesuai dengan kebutuhan dasar pada Bayi Ny. E dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada Bayi Ny. E dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada Bayi Ny. E dengan baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada masalah kebutuhan dasar pada Bayi Ny. E dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat di teori dan kasus pada Bayi Ny. E dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusi pada kasus Bayi Ny.E dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.
5
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan dalam pemuhan kebutuhan dasar pada Bayi Ny. E dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih dalam bentuk narasi.
C. Lingkup Masalah
Karena dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mengalami keterbatasan dalam segi waktu serta mengingat pula banyaknya kasus bayi baru lahir, sehingga penulis hanya melakukan asuhan keperawatan pada Bayi Ny. E selama 3 x 24 jam yaitu pada tanggal 22 – 24 Mei 2017.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan.
Penulis memperoleh data dengan cara :
1. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari teori-teori, buku-buku keperawatan, serta catatan ilmiah yang berkaitan dengan kasus.
2. Wawancara langsung dengan orang tua, perawat serta keluarga pasien untuk memperoleh data yang akurat dan jelas mengenai masalah pasien.
3. Observasi dimana penulis terlibat langsung pada pasien yang bersangkutan mengenai perkembangan, pengobatan dan perawatan serta hasil tindakan yang telah diberikan.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, lingkup masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
6 BAB II TINJAUAN TEORITIS
Meliputi definisi bayi baru lahir normal, karakteristik bayi baru lahir normal, adaptasi fisiologis bayi baru lahir normal, pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal, penatalaksanaan pada bayi baru lahir normal, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB III TINJAUAN KASUS
Merupakan laporan kasus dari hasil pengamatan dan observasi langsung pada pasien dalam membuat asuhan keperawatan pada Bayi Ny. E dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membandingkan antara teori dan tinjauan kasus dari pengkajian keperawatan sampai dengan evaluasi keperawatan sesuai dengan kasus yang di kelola.
BAB V PENUTUP
Merupakan kesimpulan dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan serta saran yang dapat meningkatkan kinerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
7 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang definisi dari bayi baru lahir normal, karakteristik pada bayi baru lahir normal, adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir normal, pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal, penatalakasanaan pada bayi baru lahir normal, pengkajian keperawatan pada bayi baru lahir normal, diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir normal, perencanaan keperawatan pada bayi baru lahir normal, pelaksanaan keperawatan pada bayi baru lahir normal dan evaluasi keperawatan pada bayi baru lahir normal.
A. Konsep Dasar
1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal
Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi baru lahir sampai usianya 28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir. Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya (Maryunani&Nurhayati, 2008).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menagis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (M.Sholeh Kosim, 2007).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. (Rukiyah, 2012).
8
2. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal
Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal menurut Dwiendra (2014) adalah : a. Berat badan 2500-4000 gram
b. Panjang badan 48-52 cm c. Lingkar dada 30-38 cm d. Lingkar kepala 32-36,8 cm
e. Frekuensi jantung 120-160 x/menit f. Pernapasan 40-60 x/menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karna jaringan subkutan cukup h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna i. Genitalia ;
Perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora Laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada
j. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
k. Refleks morrow atau gerak memeluk bila di kagetkan sudah baik l. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Normal
Sebelum bayi dilahirkan atau saat masih berada di dalam uterus, semua kebutuhan janin secara sempurna dilayani pada kondisi normal, yaitu nutrisi dan oksigen disuplai oleh sirkulasi ibu melalui plasenta, selain itu produk buangan tubuh juga dikeluarkan dari janin melalui plasenta serta lingkungan yang aman disekat oleh plasenta, membran dan juga cairan amnion yang berfungsi untuk menghindari syok, trauma, infeksi dan perubahan temperatur tubuh (Maryunani, 2008). Namun setelah dilahirkan bayi mulai memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri artinya semua sistem dalam tubuh bayi mulai berfungsi mulai dari sistem pernafasan, Fisiologi bayi baru lahir adalah ilmu yang memperlajari fungsi dan proses vital bayi baru lahir yaitu organisme yang sedang tumbuh, yang mengalami proses kelahiran dan menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin, ke kehidupan ektrauterin.
9 a. Sistem Pernafasan
Tabel perkembangan sistem pulmoner :
UMUR KEHAMILAN PERKEMBANGAN
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26 – 28 hari Kedua bronchi membesar
6 minggu Di bentuk segmen bronchus
12 minggu Differensial lobus
24 minggu Dibentuk alveolus
28 minggu Dibentuk surfaktan
34-36 minggu Struktur matang
Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan pernafasan pertama :
1) Tekanan mekanik dari otak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
2) Penurunan PaO2 dan kenaikan PCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotis (stimulasi kimiawi)
3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi sensorik)
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi ada pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur.
Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis, dalam keadaan anoksia neonatus
10
masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik. ( Indrayani, 2013 ).
b. Sistem kardiovaskular
Sistem kardiovaskular berubah bermakna setelah lahir. Napas pertama bayi, di sertai dengan peningkatan distensi kapiler alveolus, mengembangkan paru-paru dan mengurangi resistansi pembuluh darah paru terhadap aliran darah paru dari arteri pulmonaris. Tekanan arteri pulmonaris menurun, dan tekanan dalam atrium kanan menurun. Meningkatnya aliran darah paru dari sisi jantung kiri meningkatkan tekanan di atrium kiri, yang menyebabkan penutupan fisiologis dari foramen ovale. Dalam uterus, PO2 janin berukuran 27 mmHg. Setelah lahir kadar PO2 dalam darah arteri berukuran sekitar 50 mmHg, duktus arteriosus berkontriksi sebagai respon terhadap peningkatan oksigenasi.
1) Denyut dan bunyi jantung
Denyut jantung rata-rata berkisar 120 hingga 140 denyut/menit, dengan variasi yang tampak jelas saat tidur dan bangun. Sesaat setelah tangisan pertama, denyut jantung bayi dapat mengalami percepatan 175 hingga 180 denyut/menit.kisaran denyut jantung pada bayi matur berkisar 85 hingga 90 denyut per/menit selama tidur dalam dan hingga 170 denyu/menit atau lebih ketika bayi terbangun. Denyut jantung hingga 180 denyut/menit merupakan hal yang biasa ketika bayi menangis. Denyut jantung yang secara konsisten tinggi ( > 170 denyut/menit) atau rendah ( < 80 denyut/menit) saat bayi baru lahir dalam keadaan istirahat harus di evaluasi kembali dalam 1 jam atau saat aktivitas bayi berubah. Bunyi jantung selama periode neonatus bernada lebih tinggi, durasinya lebih singkat, dan intensitasnya lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Bunyi jantung pertama ( S1) biasanya lebih keras dan lebih tumpul dibandingkan bunyi jantung dua ( S2) yang bersifat tajam. Bunyi jantung ketiga dan keempat tidak terdengar pada bayi baru lahir. Sebagian besar bising jantung yang
11
terdengar selama beberapa hari pertama kehidupan tidak memiliki makna patologis, dan lebih dari setengah murmur hilang saat berusia 6 bulan. Namun, terdapatnya murmur dan tanda-tanda yang menyertai seperti asupan yang sulit, apnea, sianosis, atau pucat merupakan hal yang tidak normal dan perlu diperiksa lebih lanjut. 2) Tekanan darah
Tekanan darah sistolik rata-rata pada bayi baru lahir berkisar 60 hingga 80 mmHg, dan tekanan diastolik rata-rata berkisar 40 hingga 50 mmHg. Tekanan darah meningkat pada hari kedua kehidupan, dengan sedikit variasi yang tampak pada bulan pertama kehidupan. Turunnya tekanan darah sistolik sekitar 15 mmHg pada satu jam kehidupan biasa terjadi. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan pada tekanan sistolik. Peningkatan tekanan darah paling baik di lakukan dengan alat oscillometric
ketika bayi sedang beristirahat. Ukuran manset yang tepat harus digunakan untuk pengukuran tekanan darah bayi yang akurat. 3) Volume darah
Volume darah pada bayi baru lahir berkisar sekitar 80 hingga 85 ml/kg berat badan. Segera setelah lahir, volume darah total rata-rata sebesar 300 ml, namun volume ini dapat meningkat hingga 100 ml, bergantung pada lamanya waktu sebelum tali pusat diklem dan dipotong. Bayi prematur memiliki volume darah yang relatif lebih besar dibandingkan bayi baru lahir matur karena bayi prematur memiliki volume plasma yang cara proporsional lebih besar, bukan massa sel darah merah. ( Lowdermilk, 2013 ).
c. Sistem hematopoietik
1) Sel darah merah dan hemoglobin
Saat lahir, kadar rata-rata sel darah merah dan hemoglobin (hemoglobin janin bersifat dominan) lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Darah tali pusar pada bayi baru lahir matur dapat memiliki konsentrasi hemoglobin 14 hingga 24 g/dl (rerata, 17 g/dl). Hematokrit berkisar 44% hingga 64% (rerata, 55% ).
12
Hitung sel darah merah juga ikut meningkat berkisar 4,8 hingga 7,1 juta/mm3 (rerata, 5,14 juta/mm3 pada akhir bulan pertama, nilai-nilai ini akan menurun dan mencapai kadar rata-rata 11 hingga 17 g/dl dan 4,2 hingga 5,2 juta/mm3, secara berurutan. Kadar darah ini dapat di pengaruhi oleh klem tali pusat yang tertunda, yang akan mengakibatkan peningkatan hemoglobin, sel darah merah, hematokrit.
2) Leukosit
Leukositosis, dengan hitung sel darah putih sekitar 18.000 sel/mm3 (berkisar antara 9.000 hingga 30.000 sel/mm3) normal saat lahir. Jumlah sel darah putih meningkat hingga 23.000 sampai 24.000 sel/mm3 selama hari pertama setelah lahir. Hitung sel darah putih awal yang tinggi pada bayi baru lahir akan menurun secara cepat, dan kadar 11.500 sel/mm3 umumnya dipertahankan selama periode neonatus. Infeksi berat tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh bayi baru lahir, leukosit lambat untuk mengenali protein asing dan untuk melokalisasi dan melawan infeksi pada awal kehidupan. Sepsis dapat di sertai dengan peningkatan sel darah putih (neutrofilia) namun, beberapa bayi dapat menunjukkan tanda-tanda klinis sepsis tanpa peningkatan sel darah putih yang bermakna. 3) Trombosit
Hitung trombosit berkisar antara 200.000 hingga 300.000 sel/mm3 dan sama nilainya pada bayi baru lahir dan orang dewasa. Kadar faktor II, VII, IX dan X yang di temukan di hati, menurun selama beberapa hari pertama kehidupan, karena bayi baru lahir tidak dapat menyintesis vitamin K. Namun, kecendrungan perdarahan pada bayi baru lahir tidak biasa terjadi, dan jika defisiensi vitamin K tidak hebat, pembentukan bekuan darah cukup untuk mencegah perdarahan.
4) Golongan darah
Golongan darah bayi ditentukan secara genetik dan dibentuk pada awal kehidupan janin. Namun, selama periode neonatus, kekuatan
13
aglutinogen yang terdapat pada membran sel darah merah meningkat perlahan. Sampel darah tali pusat dapat di gunakan untuk mengidentifikasi golongan darah bayi dan status rhesusnya. ( Lowdermilk, 2013 ).
d. Sistem termogenik
Setelah terjadinya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat, regulasi panas merupakan hal yang terpenting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir. Termoregulasi adalah mempertahankan keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi panas.
1) Termogenesis
Mekanisme menggigil untuk memproduksi panas jarang terjadi pada bayi baru lahir. Termogenesis tanpa menggigil terjadi terutama oleh metabolisme, lemak, cokelat yang khas pada bayi baru lahir, dan juga oleh peningkatan aktivitas metabolik di otak, jantung, dan hati. Lemak cokelat terletak di cadangan lemak superficial pada daerah interskapula dan aksila, juga pada cadangan lemak dalam pada pintu masuk toraks, sepanjang kolumna vertebra, dan disekitar ginjal. Lemak cokelat memiliki suplai pembuluh darah dan saraf yang lebih kaya dibandingkan lemak biasa. Panas yang di produksi oleh aktivitas metabolik lemak dalam lemak cokelat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat, umumnya terdapat hingga beberapa minggu setelah lahir, dan habis dengan cepat akibat dingin. Jumlah dari cadangan lemak cokelat meningkat seiring dengan usia kehamilan bayi baru lahir matur memiliki cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan bayi prematur
2) Kehilangan panas
Kehilangan panas pada bayi baru lahir terjadi dengan 4 cara berikut a) Konveksi adalah perpindahan aliran panas dari permukaan tubuh ke udara lingkungan yang lebih dingin. Oleh karena dapat terjadi kehilangan panas akibat konveksi, temperatur
14
lingkungan dalam kamar perawatan bayi dipertahankan pada suhu sekitar 24°C, dan bayi baru lahir pada tempat tidur bayi yang terbuka harus di selimuti untuk melindungi mereka dari dingin.
b) Radiasi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh menuju permukaan padat yang lebih dingin, tidak dengan kontak langsung, namun pada jarak yang relatif dekat. untuk mencegah kehilangan panas ini, tempat tidur bayi dan meja periksa ditempatkan jauh dari jendela luar.
c) Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi ketika cairan di konversi menjadi uap. Pada bayi baru lahir, kehilangan panas oleh evaporasi terjadi sebagai akibat dari penguapan kelembapan pada kulit. Kehilangan panas ini dapat diakibatkan karena kesalahan terlalu cepat mengeringkan bayi baru lahir atau melalui pengeringan bayi yang terlalu lambat setelah mandi. Kehilangan panas melalui evaporasi adalah kehilangan panas yang tidak di sadari, merupakan penyebab kehilangan panas yang paling penting pada beberapa hari pertama kehidupan.
d) Konduksi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh kepada permukaan yang lebih dingin dengan kontak langsung. Ketika kedalam ruang perawatan bayi, bayi baru lahir di tempatkan dalam tempat tidur hangat untuk meminimalkan kehilangan panas. Timbangan yang digunakan untuk menimbang bayi baru lahir harus dilapisi kain pelindung untuk meminimalkan kehilangan panas secara konduksi.
3) Regulasi temperatur
Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas pada awalnya kurang dibandingkan pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki rasio permukaan tubuh terhadap berat badan (massa) yang lebih besar dibandingkan pada anak dan dewasa. Posisi fleksi
15
pada bayi baru lahir membantu melindungi dari kehilangan panas karena mengurangi jumlah permukaan tubuh yang terpajan pada lingkungan. Bayi juga dapat mengurangi kehilangan panas dari dalam melalui permukaan tubuh dengan konstriksi pembuluh darah perifer.
Stres dingin memengaruhi kebutuhan metabolik dan fisiologis pada semua bayi, tanpa dipengaruhi usia kehamilan dan kondisi. Laju pernapasan meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen. Pada bayi yang mengalami stres dingin, konsumsi oksigen dan energi dialihkan dari mempertahankan fungsi otak dan jantung yang normal serta pertumbuhan kepada termogenesis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.jika bayi tidak dapat mempertahankan oksigen yang adekuat, vasokontriksi mengikuti dan membahayakan perfusi paru. (Lowdermilk, 2013)
e. Sistem renal
Pada usia kehamilan matur, ginjal menempati sebagian besar dari dinding abdomen posterior. Kandung kemih terletak di dekat dinding abdomen anterior dan merupakan organ abdomen dan organ panggul. Pada bayi baru lahir hampir seluruh masa yang teraba pada abdomen berasal dari ginjal. Sejumlah kecil urin (sekitar 40 ml) biasa terdapat dalam kandung kemih bayi matur saat lahir. Frekuensi berkemih bervariasi dari 2 hingga 6x/hari. Selama hari pertama dan kedua kehidupan dan dari 5 hingga 25x sehari setelahnya. Sekitar 6 hingga 8x berkemih per hari dengan urine berwarna kuning pucat merupakan penanda asupan cairan yang adekuat setelah 3-4 hari pertama. Umumnya, bayi matur berkemih 15-60 ml urine/kgBB/hari.
Bayi matur memiliki kapasitas yang terbatas untuk mengonsentrasi urine, oleh karena itu, berat jenis urine dapat berkisar antara 1001 hingga 1020. Kemampuan untuk mengonsentrasi urine dengan baik baru didapatkan sekitar usia 3 bulan. Setelah berkemih pertama kali, urine bayi akan tampak keruh (dikarenakan kandungan mukus) dan
16
memiliki berat jenis yang lebih tinggi. Kadar ini menurun dengan peningkatan asupan cairan. Urine normal selama masa bayi awal umumnya berwarna kuning bening dan hampir tidak berbau. (Lowdermilk, 2013).
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Sekitar 40% dari berat badan bayi baru lahir terdiri atas cairan ekstraselular. Setiap harinya, bayi baru lahir mengambil dan mengeluarkan sekitar 600-700 ml cairan, yang merupakan 20% dari cairan tubuh total atau 50% dari cairan ekstraselular. Laju filtrasi glomerolus pada bayi baru lahir sekitar 30% hingga 50% dari orang dewasa. Laju filtrasi yang lebih rendah ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk mengeluarkan nitrogen dan produk sisa lainya dari darah. Namun, protein yang di konsumsi oleh bayi baru lahir hampir seluruhnya di metabolisme untuk pertumbuhan.
f. Sistem gastrointestinal
Bayi baru lahir matur mampu untuk menelan, mencerna, memetabolisme dan menyerap protein, karbohidrat sederhana dan lemak pelarut. Selain dari enzim amilase pankreas, enzim-enzim khas dan cairan-cairan pencernaan terdapat pada neonatus, bahkan yang dengan berat lahir rendah. Pada bayi yang terhidrasi dengan adekuat, membran mukosa mulutnya lembap dan berwarna pink. Palatum lunak dan keras utuh. Adanya mukus dalam jumlah sedang hingga banyak umum terjadi pada beberapa jam pertama setelah lahir. Area kecil berwarna keputihan ( mutiara Epstein ) dapat di temukan pada sisi gusi dan pada persambungan dari palatum lunak dan keras. Pipih berbentuk bulat penuh di karenakan bantalan penghisap yang berkembang dengan baik. Bantalan ini, seperti tuberkel labia (kalus penghisap) pada bibir atas, menghilang sekitar usia 12 bulan, ketika periode menghisap berakhir. Walaupun gerakan menghisap dalam uterus telah direkam oleh ultrasound, gerakan ini tidak terkoordinasi dengan proses menelan pada semua bayi yang lahir sebelum usia 32 hingga 33
17
minggu gestasi. Gerakan menghisap pada bayi baru lahir dilakukan dengan isapan-isapan kecil sebanyak 3 atau 4 hingga 8 sampai 10 isapan pada satu waktu, dengan waktu berhenti yang singkat diantara isapan. Gigi mulai tebentuk di dalam uterus, dengan pembentukan email berlanjut hingga sekitar usia 10 tahun. Bakteri tidak terdapat pada saluran pencernaan bayi saat lahir. Bising usus umumnya dapat terdengar sesaat setelah lahir. Kapasitas lambung bervariasi dari 30 hingga 90 ml, bergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi beberapa faktor yang dapat memengaruhi pengosongan lambung seperti waktu dan volume dari pemberian makanan atau jenis dan temperatur makanan. Sfingter jantung dan kontrol saraf pada lambung belum matur, sehingga terkadang regurgitasi dapat terjadi. Regusgitasi selama hari pertama atau kedua kehidupan dapat dikurangi dengan menghindari pemberian makanan berlebih, dengan membuat bayi bersendawa, dan dengan memosisikan bayi dengan kepala sedikit terangkat.
1) Pencernaan
Kemampuan bayi untuk mencerna karbohidrat, lemak atau protein di regulasi oleh adanya beberapa enzim. Sebagian besar enzim-enzim ini berfungsi saat lahir. Pengecualian pada amilase, yang di produksi oleh kelenjar saliva setelah kurang lebih usia 3 bulan dan oleh pankreas sekitar usia 6 bulan. Pengecualian lainya adalah livase, yang juga disekresikan oleh pankreas enzim ini di perlukan untuk mencerna lemak.
2) Tinja
Saat lahir, usus bagian bawah berisi mekonium. Mekonium dibentuk selama kehidupan janin dari cairan amnion dan kontituennya, sekresi usus (meliputi bilirubin), dan sel-sel (yang luruh dari mukosa). Mekonium berwarna hitam kehijauan dan kental serta mengandung darah samar. Mekonium pertama yang di keluarkan biasanya steril, namun mengandung bakteria. Mayoritas bayi matur yang sehat mengeluarkan mekonium dalam 12 hingga
18
24 jam pertama kehidupan, dan hampir semua bayi mengalaminya dalam 48 jam pertama (Blackburn, 2007).
g. Sistem hepatik
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat gestasi. Pada bayi baru lahir, hati dapat di palpasi sekitar 1cm di bawah batas iga kanan karena hati membesar dan menempati sekitar 40% dari rongga abdomen.
1) Penyimpanan besi
Hati janin, yang berperan sebagai tempat produksi hemoglobin setelah lahir, mulai menyimpan besi dalam uterus. Cadangan besi pada bayi proporsional terhadap hemoglobin total tubuh dan lamanya gestasi. Saat lahir, bayi matur memiliki cadangan besi yang cukup untuk 4 hingga 6 bulan.
2) Metabolisme karbohidrat
Saat lahir, bayi baru lahir dipisahkan dari suplai glukosa ibu, akibatnya bayi baru lahir memiliki kadar glukosa serum awal yang menurun. Peningkatan kebutuhan energi, penurunan pelepasan glukosa oleh hati dari cadangan glikogen, peningkatan volume sel darah merah, dan peningkatan ukuran otak pada bayi baru lahir akan berperan dalam menyebabkan abisnya simpanan glikogen dalam 24 jam pertama setelah lahir. Pada sebagian besar bayi baru lahir matur yang sehat, kadar glukosa darah stabil pada 50 hingga 60 mg/dl selama beberapa jam pertama setelah lahir. Pada hari ketiga kehidupan, kadar glukosa darah harus berkisar antara 60 dan 70 mg/dl. Inisiasi pemberian makan membantu stabilisasi kadar glukosa darah bayi baru lahir.
3) Jaundis
Jaundis merupakan manifestasi pigmen bilirubin dalam jaringan tubuh. Jaundis umumnya tidak terlihat hingga kadar bilirubin mencapai 5 mg/dl. Semua jaundis yang terlihat dalam 24 jam pertama kehidupan atau jaundis menetap 7 hingga 10 hari membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyebabnya
19
karena hal ini menunjukan adanya proses patologis yang mendasarinya.
4) Koagulasi
Faktor-faktor koagulasi, yang disintesis dihati, diaktivasi oleh vitamin K. Kurangnya bakteri usus yang diperlukan untuk menyintesis vitamin K menyebabkan defisiensi koagulasi darah sementara antara hari ke 2 hingga hari ke 5 kehidupan. Penggunaan vitamin K intramuskular sesaat setelah lahir membantu mencegah masalah pembekuan darah. (Lowdermilk, 2013)
h. Sistem imun
Sel yang memberikan imunitas pada bayi telah terbentuk sejak awal kehidupan janin; namun, sel-sel ini tidak aktif selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah lahir. Selama 3 bulan pertama kehidupan, bayi matur yang sehat terlindungi oleh imunitas pasif yang di dapat dari ibu; namun, status ini bergantung pada pajanan ibu sebelumnya terhadap anti gen dan respons imunologinya. Imunoglobulin A (IgA) yang memproteksi membran menghilang dari saluran pernapasan dan saluran kemih, dan bila bayi tidak menyusui, IgA juga menghilang dari saluran cerna. Bayi mulai menyintesis IgG, dan sekitar 40% dari kadar pada orang dewasa dicapai pada usia 1 tahun. Sejumlah besar IgM diproduksi saat lahir, dan kadar dewasa di capai pada usia 9 bulan. Produksi IgA, IgD, dan IgE lebih bertahap dan kadar maksimal belum di capai hingga masa kanak-kanak awal. Bayi yang disusui menerima imunitas pasif yang banyak melalui kolostrum dan ASI. (Lowdermilk, 2013)
i. Sistem integumen
Semua struktur kulit sudah terbentuk saat lahir. Epidermis dan dermis berikatan longgar dan sangat tipis. Verniks kaseosa (subtansi keputihan, seperti keju) berfungsi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi matur memiliki warna kulit erimatosa
20
(kemerahan) selama beberapa jam setelah lahir, selanjutnya akan berubah menjadi warna normal. Kulit sering kali terlihat bercak-bercak, terutama pada ekstremitas. Tangan dan kulit terlihat sedikit sianosis (akrosianosis), yang disebabkan oleh instabilitas vasomotor dan stasis kapiler. Akrosianosis normal terjadi dan hanya timbul sementara selama 7 sampai 10 hari, terutama dengan pajanan terhadap dingin. Rambut lanugo yang tipis dapat ditemui didaerah muka, bahu dan punggung.
1) Kaput succedaneum
Kaput succedaneum merupakan area edematosa generalisata yang mudah dikenali pada daerah kulit kepala, paling sering dioksiput. Tekanan menetap oleh serviks pada verteks yang dipresentasikan mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah setempat, sehingga memperlambat aliran balik vena. Aliran balik vena yang di perlambat menyebabkan meningkatnya cairan jaringan pada kulit kepala, dan terbentuk pembengkakan edematosa. Pembengkakan edematosa yang terdapat saat lahir akan meluas melintasi garis sutura pada tulang tengkorak dan menghilang spontan dalam 3 sampai 4 hari. Bayi yang lahir dengan bantuan ekstraksi vakum biasanya memiliki kaput pada daerah dimana vakum dipasang. 2) Sefalhematoma
Sefalhematoma merupakan kumpulan darah antara tulang
tengkorak dan periosteumnya sehingga sefalhematoma tidak melintasi garis sutura kranial. Kaput succedaneum dan sefalhematoma sering kali timbul bersamaan. Perdarahan dapat terjadi pada kelahiran spontan akibat tekanan oleh tulang panggul ibu. Kelahiran dengan forceps. Rendah dan rotasi serta ekstraksi forceps yang sulit juga dapat menyebabkan perdarahan. Benjolan lunak berfluktuasi, dan tidak berkurang ini tidak berpulsasi atau timbul saat bayi menangis. Sefalhematoma terlihat beberapa jam atau sehari setelah lahir dan tidak terlihat sampai kaput succedaneum diabsosi. Sefalhematoma biasanya paling besar pada
21
hari ke dua atau ke tiga, pada saat dimana perdarahan berhenti. Benjolan sefalhematoma ini menghilang spontan dalam 3 sampai 6 minggu. Sefalhematoma tidak diaspirasi karena infeksi dapat terjadi jika kulit di lubangi.
3) Hemoragi subgaleal
Hemoragi subgaleal merupakan perdarahan kedalam kompartemen subgaleal. Kompartemen subgaleal merupakan ruang potensial yang terdiri atas jariingan ikat yang tersusun longgar; terletak di bawah aponeurosis galea, lembaran tendon yang menghubungkan otot-otot frontal dan oksipital dan membentuk permukaan dalam dari kulit kepala. Perlukaan terjadi akibat gaya yang menekan dan menarik kepala melalui pintu keluar panggul peneliti telah melaporkan kekhawatiran mengenai penggunaan ekstrator vakum yang meningkat saat melahirkan dan hubunganya dengan kasus perdarahan subgaleal, morbiditas neonatus dan kematian. Perdarahan meluar menjauhi tulang, sering kali kearah posterior menuju leher, dan berlanjut setelah lahir dengan potensi untuk terjadinya komplikasi serius seperti anemia atau syok hipovolemik. Deteksi dini adanya perdarahan merupakan hal penting; pengukuran lingkar kepala serial dan inspeksi punggung leher terhadap peningkatan edema dan massa kenyal penting di lakukan. Kuliat kepala yang basah, lunak, pucat, takikardia dan peningkatan lingkar kepala dapat juga menjadi penanda awal dari pendarahan subgaleal. Kemungkinan penanda awal lainya dari hemoragi subgaleal adalah posisi telinga bayi yang maju kearah lateral karena hematoma meluas dibagian posterior. CT scan dan MRI dapat berguna untuk mengonfirmasi diagnosis.
4) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdapat saat lahir, namun tidak berespons terhadap peningkatan temperatur lingkungan atau tubuh. Beberapa hiperplasia kelenjar sebasea janin dan sekresi sebum diakibatkan oleh pengaruh hormonal pada kehamilan. Verniks kaseosa
22
merupakan produk dari kelenjar sebasea. Pelepasan verniks kaseosa diikuti oleh deskuamasi epidermis pada sebagian besar bayi. Verniks telah terbukti sebagai pelindung epidermis dan bermanfaat bagi kulit bayi seperti menurunkan pH kulit, berkurangnya eritema kulit dan peningkatan hidrasi kulit. Kelenjar sebasea putih yang kecil menonjol (milia) dapat di temukan pada muka bayi baru lahir.
5) Deskuamasi
Deskuamasi (pengelupasan) kulit pada bayi matur tidak terjadi hingga beberapa hari setelah lahir. Deskuamasi kulit pada area yang luas menyeluruh saat lahir dapat merupakan indikasi terlalu matur.
6) Bintik mongolian
Bintik mongolian, daerah pigmentasi hitam kebiruan, dapat tampak pada berbagai bagian permukaan luar tubuh meliputi ekstremitas. Bintik-bintik ini sering di temukan dipunggung dan dibokong. Daerah pigmentasi ini paling sering di temukan pada bayi baru lahir dengan asal etnik dari daerah mediternia, amerika latin, asia, atau afrika. Bintik-bintik ini lebih sering pada individu berkulit gelap, namun dapat timbul pada 5% sampai 13% bangsa kaukasia. Bintik ini akan hilang perlahan setelah beberapa bulan atau tahun (Blackburn, 2007)
7) Nevus
Nevus telangiektasis, dikenal sebagai ― gigitan burung stork ―, berwarna pink dan mudah memudar. Mereka terlihat pada kelopak mata atas, hidung, bibir bagian atas, daerah oksipital bawah, dan tengkuk leher. Nevus ini tidak memiliki artian klinis dan menghilang pada tahun kedua kehidupan.
8) Eritema toksikum
Bercak sementara, eritema toksikum disebut juga eritema neonatorum, bercak bayi baru lahir, atau dermatitis gigitan nyamuk. Bercak ini ditemukan pada neonatus matur selama 3
23
minggu pertama kehidupan. Eritema toksikum membuat lesi dalam tahapan yang berbeda: makula, papul dan vesikel kecil eritema matosa. Lesi dapat muncul tiba-tiba di bagian tubuh manapun. Bercak ini dipikirkan sebagai respons terhadap imflamasi. Eosinofil, yang membantu mengurangi inflamasi ditemukan dalam vesikel. Walaupun penampilanya seperti berbahaya, bercak ini tidak memiliki artian klinis dan tidak membutuhkan pengobatan. (Lowdermilk, 2013)
j. Sistem reproduksi 1) Perempuan
Saat lahir, ovarium mengandung ribuan sel germinal primitif. Sel-sel ini menggambarkan jumlah untuk membentuk suatu ovum potensial yang utuh; tidak ada bentuk oogonia setelah lahir pada bayi matur, korteks ovarium, yang terutama terdiri atas folikel- folikel primordial, menempati bagian yang lebih besar pada ovarium bayi perempuan yang baru lahir dibandingkan pada wanita dewasa.
Genitalia eksternal (seperti, labia mayor dan labia minor) biasanya membengkak dengan peningkatan pigmentasi. Pada bayi matur, labia mayor dan minor menutupi vestibulum. Pada bayi prematur, klitoris menonjol, dan labia mayornya kecil dan terpisah jauh. Kutil pada vagina atau himen umum ditemukan dan tidak memiliki artian klinis. Verniks kaseosa dapat ditemukan antara labia dan tidak boleh dibersihkan dengan paksa saat mandi.
Jika bayi lahir dalam posisi bokong, labia dapat membengkak dan memar. Edema dan memar akan menghilang dalam beberapa hari; tidak diperlukan pengobatan.
2) Laki-laki
Testis menurun ke skrotum saat lahir pada 90% bayi laki-laki baru lahir. Walaupun persentase ini menurun pada kelahiran prematur, pada umur 1 tahun, insiden testis yang tidak menurun pada semua anak laki-laki kurang dari 1%
24
Prepusium yang sempit (lipatan kulit penutup ujung penis) sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lubang uretra dapat terbungkus penuh oleh prepusium, yang tidak dapat ditarik selama 3-4 tahun. Smegma, substansi seperti keju, berwarna putih, umum ditemukan dibawah lipatan prepursium. Lesi kenyal, putih, kecil disebut
mutiara epitel dapat ditemukan pada ujung prepursium. Neonatus lebih bulan memiliki rugae yang dalam dan skrotum pendulum. Skrotum biasanya lebih gelap pigmentasinya dibandingkan bagian kulit lainya dan terutama tampak pada bayi dengan kulit yang lebih gelap pigmentasi ini merupakan respons terhadap esterogen ibu. Jika bayi laki-laki dilahirkan dengan presentasi bokong, skrotum dapat sangat bengkak dan memar, pembengkakan dan perubahan warna ini akan berkurang dalam beberapa hari.
3) Pembengkakan jaringan payudara
Pembengkakan jaringan payudara pada bayi matur kedua jenis kelamin disebabkan oleh hiperesterogenisme pada kehamilan. Pada beberapa bayi, sekret encer (susu penyihir) dapat ditemukan. Penemuan ini tidak berarti secara klimis, tidak membutuhkan pengobatan dan akan menghilang dalam beberapa hari setelah hormon ibu dieliminasi dari tubuh bayi. (Lowdermilk, 2013)
k. Sistem skeletal
Sistem skeletal bayi mengalami pertumbuhan cepat selama tahun pertama kehidupan. Saat lahir, terdapat lebih banyak karti lago dibandingkan tulang yang mengalami osifikasi. Dikarenakan perkembangan sefalokaudal (kepala ke bokong) bayi baru lahir terlihat tidak proporsional. Pada saat matur, kepala berukuran seperempat dari panjang tubuh total. Lengan sedikit lebih panjang dari kaki. Pada bayi baru lahir, kaki berukuran sepertiga dari panjang tubuh total, namun hanya 15% dari berat badan total. Dalam proses pertumbuhanya, titik tengah dari pengukuran kepala-ke-kaki perlahan menurun dari tingkat umbi likus saat lahir menuju ke tingkat simfisis pubis saat matur.
25
Muka terlihat kecil pada tulang tengkorak, yang terlihat besar dan berat. Ukuran dan bentuk kepala dapat terdistorsi oleh molding
(pembentukan kepala janin akibat tumpang tindih tulang-tulang kranial untuk memfasilitasi pergerakan melalui jalan lahir selama persalinan). Tulang pada kolumna vertebra bayi baru lahir membentuk dua kurvatura utama-satu pada daerah toraks dan satu pada daerah sakral. Keduanya kurvatura terbentuk konkaf kedepan. Setelah bayi baru lahir dapat mengontrol kepalanya pada usia sekitar 3 bulan, kurvatura sekunder tampak pada daerah servikal. Beberapa bayi baru lahir menunjukan jarak yang signifikan pada kedua lutut ketika pergelangan kaki disatukan, menyebabkan seperti kaki berbentuk huruf O. Saat lahir, tidak terlihat lengkung pada kaki. Ekstremitas harus simetris dan sama panjangnya. Lipatan kulit harus sama dan simetris. Pada diperiksa terhadap adanya displasia oleh klinis terlatih menggunakan manufer ortolani. Jari-jari tangan dan kaki harus sama jumlahnya dan memiliki kuku. Adanya jari tambahan (polidaktili) kadang ditemukan pada tangan dan kaki. Jari-jari tangan dan kaki dapat menyatu (simdaktili). Garis lipatan dapat ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki bayi baru lahir matur. Jika bayi dengan presentasi bokong, lutut dapat tetap mengalami ekstensi dan bayi akan mempertahankan posisi di dalam uterus selama beberapa minggu. (Lowdermilk, 2013) Tulang belakang bayi baru lahir tampak lurus dan dapat mengalami fleksi dengan mudah. Vertebra harus tampak lurus dan datar. Dasar tulang belakang harus bebas dari cekungan. Jika ditemukan cekungan, inspeksi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah terdapat sinus. Cekungan pilonidal, dapat berhubungan dengan spina bifida. (Lowdermilk, 2013)
l. Sistem neuromuskular
Sistem neuromuskular hampir berkembang penuh pada saat lahir. Bayi baru lahir matur merupakan makhluk responsif dan reaktif dengan kapasitas luar biasa untuk interaksi sosial dan organisasi diri. Perkembangan otak setelah lahir mengikuti pola yang dapat diprediksi,
26
yaitu perkembangan yang cepat saat bayi dan masa kanak-kanak awal, dan perkembangan kemudian menjadi lebih perlahan selama tahun-tahun selanjutnya pada dekade pertama dan hanya minimal pada usia remaja. Otak memerlukan glukosa sebagai sumber energi dan suplai oksigen yang realtif besar untuk metabolisme yang adekuat. Adanya kebutuhan-kebutuhan ini menandakan perlunya pengkajian status pernapasan bayi yang teliti. Keperluan terhadap glukosa ini menyebabkan perlunya perhatian pada neonatus yang berisiko untuk mengalami hipoglikemia (seperti bayi dari ibu diabetes, bayi makrosomia atau bayi lahir kecil, dan bayi baru lahir yang mengalami persalinan memanjang, hipoksia, atau kelahiran prematur. Jika bayi baru lahir diletakan menghadap kebawah pada permukaan yang keras, mereka akan memutar kepala mereka ke arah samping. Mereka berusaha menahan kepala sejajar dengan tubuh mereka diangkat pada lengannya. Terdapat berbagai refleks untuk memberikan keamanan dan asupan yang adekuat. (Lowdermilk, 2013)
1) Reflek bayi baru lahir
a) Tonik neek refleks, gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.
b) Grasping refleks, yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.
c) Moro refleks, refleks yang timbul diluar kemauan, kesadaran bayi contoh: bila bayi diangkat atau direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada org yang mendekapnya.
d) Startle refleks, reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan sering diikuti dengan tangis.
27
e) Stapping refleks, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu di sentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.
f) Babinskie refleks (telapak kaki), semua jari kaki hiperekstensi dengan dorsifleksi jempol; disebut tanda positif.
g) Refleks merangkak, bayi baru lahir melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkainya. h) Glabellar refleks, bayi baru lahir akan mengejapkan mata
pada 4-5 ketukan pertama.
i) Rekleks menjulurkan lidah, bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar.
j) Refleks laktasi
- Refleks rooting (mencari puting susu), Dapat dilihat saat pergerakan kepala, mulut dan lidah bayi kearah sentuhan disudut mulut atau pipi. Refleks ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan. Didapat saat sisi mulut/pipi bayi baru lahir atau saat dagunya disentuh. Sebagai respon, bayi akan menoleh ke samping menoleh ke samping untuk mencari sumber ojek
- Refleks sucking (menghisap), merupakan penghisapan secara kuat jari tangan atau puting susu, ketika di masukan ke dalam mulut, dan bayi akan membuka mulutnya untuk menghisap.
- Refleks swallowing (menelan), menelan secara tepat cairan yang dimasukkan ke dalam mulut. Refleks ini dapat di observasi dengan mudah selama makan. Cairan harus ditelan dengan mudah, tanpa tersedak, batuk atau muntah. (Rukiyah, 2012).
28
4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Bayi Baru Lahir Normal
Tumbuh dan kembang seorang bayi secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor genetis , herediter dan konstitusi dengan faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang bayi, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu yaitu :
a. Asuh
1) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang
Pemberian nutrisi secara mencukupi pada bayi harus sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif (sejak lahir – 6 bulan) dengan tidak memberikan makanan atau cairan tambahan lain. Berikan ASI sesuai keinginan bayi paling sedikit 8x/hari. Pada hari-hari pertama setelah kelahiran apabila bayi diberikan menyusu sesuai keinginannya dan tidak diberikan cairan lain maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI/hari. Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14. Setelah 6 bulan pertama produksi ASI akan menurun sehingga diperlukan makanan pendamping ASI (Kemenkes, 2010).
2) Perawatan kesehatan dasar (imunisasi)
Bayi sangat perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi diantaranya :
a) Imuniasasi Hepatitis B, umur pemberiannya 0-7 hari dengan dosis 0,5 ml
b) Imunisasi BCG, umur pemberiannya 0-11 bulan dengan dosis 0,05 ml
c) Imunisasi polio,umur pemberiannya 0-11 bulan dengan dosis 2 tetes
d) Imunisasi DPT, umur pemberiannya 2-11 bulan dengan dosis 0,5 tetes
29
e) Imunisasi campak, umur pemberiannya 9 bulan dengan dosis 0,5 ml (Soedjatmiko, 2009).
3) Pakaian
Seorang bayi baru lahir memiliki kebutuhan tersendiri seperti pakaian berupa popok, kain bedong dan baju bayi. Bayi perlu banyak pakaian cadangan karena bayi perlu mengganti pakaiannya tidak tergantung dengan waktu. Bayi perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai dan hendaknya pakaian tersebut terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat (Nursalam, 2008).
4) Istirahat dan tidur
Pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi dapat tertidur
rata-rata selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam
setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar
yang hangat dan selimuti bayi (Suririnah, 2009).
5) Hygiene diri dan lingkungan
a) Menjaga kebersihan kulit
Memandikan bayi sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran.
Hal ini dimaksudkan agar bayi tidak hipotermi selain itu juga
meminimalkan resiko terjadinya infeksi. Prinsip yang perlu
diperhatikan pada saat memandikan bayi antara lain:
- Menjaga bayi agar tetap hangat
- Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat
- Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin
b) Defekasi (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi pada
30
sampai hijau karena adanya mekonium) dalam 3 hari pertama
frekuensi defekasi sebanyak 1x/hari. Untuk membersihkannya
gunakan air hangat dan sabun. (Dwienda, 2014)
c) Berkemih (BAK)
Frekuensi berkemih pada bayi baru lahir adalah 6-10x/hari
dengan warna urine yang pucat. Umumnya bayi cukup bulan
mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi
tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK harus segera
diganti popoknya (Dwienda, 2014).
b. Asih
1) Kasih sayang orang tua (Bounding Attachman)
a) Pengertian bounding attachment
Bounding attachment adalah suatu ikatan yang terjadi di antara
orang tua dan bayi baru lahir, yang meliputi pemberian kasih
sayang dan pencurahan perhatian yang saling tarik menarik
(Bahiyatun, 2009)
b) Dampak positif bounding attachment
Bayi merasa dicintai, diperhatikan, merasa aman, serta berani
mengadakan eksplorasi.
c) Hambatan bounding attachment
Kurangnya sistem dukungan, ibu dan bayi yang beresiko dan
kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
d) Elemen-elemen bounding attachment :
31 - ASI eksklusif - Rawat gabung - Kontak mata - Sentuhan - Suara - Aroma - Hiburan - Bioritme 2) Rasa aman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan bayi
adalah dengan tetap menjaganya, jangan sekalipun meninggalkan
bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu juga perlu di hindari
untuk membersihkan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi
bisa tersedak dan jangan menggunakan alat penghangat buatan di
tempat tidur (Dwienda, 2014).
c. Asah
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi
dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti popok,
menyusui, menggendong. Stimulasi pada bayi dapat dilakukan dengan
cara:
1) menatap mata bayi
2) mengajak tersenyum
3) berbicara
32
5) menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok
6) dirangsang untuk meraih dan memegang mainan.
5. Penatalaksaan pada Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Kemenkes, 2010 :
a. Menjaga suhu tubuh bayi baru lahir
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. BBL dapat kehilangan panas di tubuhnya melalui cara-cara berikut : Evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi. Namun kehilangan panas dapat dicegah dengan cara: 1) Ruang bersalin yang hangat
2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
4) Inisiasi menyusui dini
5) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
6) Jangan segera memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir dan sebelum kondisi stabil
b. Isap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika diperlukan) c. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun
Luka tali pusat dibalut kassa steril. Jangan mengeoleskan cairan apapun ke puntung tali pusat, mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak di kompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
d. Inisiasi menyusui dini
Prinsip menyusu atau pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Segera setelah lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi
33
bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung selama 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri.
e. Pencegahan perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan. Untuk mencegah kejadian tersebut, maka pada semua bayi baru lahir diberikan suntikan vitamin K (Phytomenadione) sebanyak 1mg dosis tunggal, intramuskular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vitamin K dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B.
f. Pencegahan infeksi mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tertrasiklin 1%.
g. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B dengan dosis 0,5ml pertama diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K secara intramuskular. Imuniasasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
h. Pemberian identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran.
34
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada bayi baru lahir normal menurut Hidayat, 2008 : a. Pemeriksaan fisik
1) Penilaian skor Apgar Prosedur :
a) Kaji warna kulit
b) Hitung frekuensi jantung c) Kaji kemampuan refleks d) Kaji tonus otot
e) Kaji kemampuan bernafas
f) Hitung total skor yang di dapat dari hasil pengkajian
g) Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori asfiksia, yaitu : Adaptasi baik skor 7-10, asfiksia ringan-sedang skor 4-6, asfiksia berat skor 0-3. Penilaian dapat dilakukan pada menit pertama dan menit ke lima setelah lahir.
Tabel penilaian Apgar Score
Komponen Skor
0 1 2
Warna Kulit Biru/ pucat Tubuh merah, ekstremitas pucat Seluruh tubuh merah Frekuensi Jantung Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis Tonus otot Lemah,
lumpuh
Ekstremitas agak flexi
Gerakan aktif Pernafasan Tidak ada Lambat Menangis
35 2) Pemeriksaan cairan amnion
Prosedur :
a) Kaji jumlah cairan amnion
b) Lakukan penilaian jumlah cairan tersebut dengan kategori : >2000 ml, bayi mengalami polihidramnion dan <500 ml bayi mengalami oligohidramnion.
3) Pemeriksaan plasenta Prosedur :
a) Kaji keadaan plasenta seperti adanya pengapuran, nekrosis, berat dan jumlah korion
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut. 4) Pemeriksaan tali pusat
Prosedur:
a) Kaji keadaan tali pusat, seperti adanya vena atau arteri, adanya tali simpul atau kelainan lainnya
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut. 5) Pengukuran berat badan
a) Timbang berat badan dengan menggunakan timbangan bayi b) Lakukan penilaian dari hasil penimbangan, dengan kategori
sebagai berikut :
- Normal : 2500 - 4000 gram - Prematur : < 2500 gram - Makrosomia : > 4000 gram. 6) Pengukuran panjang badan
a) Ukur panjang badan dengan menggunakan meteran
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian, dengan kategori maksimal adalah 45-50 cm.
7) Pemeriksaan kepala Prosedur :
36
b) Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada, jika diameter kepala lebih besar 3cm dari lingkar dada, bayi mengalami hidrosefalus dan jika diameter kepala lebih kecil 3cm dari lingkar dada, bayi tersebut mengalami mikrosefalus
c) Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di daerah bahu dan punggung
d) Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir, apakah asimetri atau tidak e) Kaji apakah adanya kaput suksedaneum, sefalhematoma f) Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh vena
yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas sehingga bentul kepala nampak asimetris, dengan palpasi teraba fluktuasi
g) Kaji adanya fontanel dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, denyutannya sama dengan denyut jantung, kemudian fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah usia 2 bulan dan fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan.
8) Pemeriksaan mata Prosedur :
a) Kaji adanya strabismus dengan cara menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka b) Kaji adanya kebutaan jika bayi jarang berkedip atau
sensitivitas terhadap cahaya berkurang
c) Kaji adanya sindrom down jika ditemukan adanya epikantus yang melebar
d) Kaji adanya katarak kongenital jika terlihat pupil berwarna putih
e) Kaji adanya trauma pada mata seperti adanya edema palpebra, perdarahan konjungtiva, dll.
37 Prosedur :
a) Kaji adanya gangguan pendengaran dengan membunyikan bel atau suara apakah terjadi refleks terkejut atau tidak b) Kaji posisi hubungan mata dan telinga.
10)Pemeriksaan hidung dan mulut Prosedur :
a) Kaji pola pernapasan dengan cara melihat pola napas, jika bayi bernapas melalui mulut, kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
b) Kaji napas cuping hidung yang menunjukkan gangguan pada paru
c) Kaji adanya kista di mukosa mulut
d) Kaji lidah untuk menilai warna, kemampuan refleks menghisap dengan mengamati saat bayi menyusu
e) Kaji gusi untuk menilai adanya pigmen gigi apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
11)Pemeriksaan leher Prosedur :
a) Kaji adanya pembengkakan dan benjolan
b) Kaji pergerakan leher, jika terjadi keterbatasan pergerakan, kemungkinan terjadi kelainan di tulang leher seperti kelainan tiroid, hemangioma, dll.
12)Pemeriksaan dada dan punggung Prosedur :
a) Kaji adanya kelainan bentuk (simteris atau tidak)
b) Kaji ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ikutus kordis dengan menentukan posisi jantung
c) Kaji frkuensi, suara jantung dan bunyi napas dengan auskultasi stetoskop.
38 Prosedur :
a) Kaji bentuk abdomen, jika membuncit kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan dalam rongga perut
b) Kaji adanya kembung dengan perkusi 14)Pemeriksaan tulang belakang dan ektremitas
Prosedur :
a) Kaji adanya kelainan tulang belakang seperti skoliosis, meningokel, spina bifida dengan cara bayi diletakkan dalam posisi tengkurap, kemudian tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang
b) Kaji adanya kelemahan tau kelumpuhan dengan cara melihat posisi kedua kaki, adanya equinovarus atau valgus dan keadaan jari-jari tangan dan kaki apakah terdapat polidaktili.
15)Pemeriksaan genetalia Prosedur :
a) Kaji keadaan labia minora yang tertutup labia mayora, lubang uretra dan lubang vagina terpisah atau tidak
b) Kaji adanya fimosis, hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis dan epispadia merupakan kelainan defek pada dorsum penis. 16)Pemeriksaan anus dan rektum
Prosedur :
a) Kaji adanya kelainan atresia ani atau mengetahui posisinya b) Kaji adanya mekonium. Jika dalam waktu 48 jam belum
keluar kemungkinan meconium plug syndrome, megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan.
17)Pemeriksaan kulit Prosedur :
39
a) Kaji adanya verniks kaseosa yang ,merupakan zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas pada bayi cukup bulan
b) Kaji adanya lanugo, yakni rambut halus dipunggung bayi, jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan daripada cukup bulan.
b. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Lowdermilk, 2013 :
Nilai laboraturium pada bayi baru lahir 1) Hematologi
a) Waktu pembekuan teraktivasi (ACT) : 2 menit b) Waktu perdarahan (lvy) : 2 – 7 menit
c) Retraksi pembekuan darah : 1 – 4 jam d) Fibrinogen : 125 – 300 mg/dl
e) Hemoglobin : 14 -24 g/dl f) Hematokrit : 44 – 64 %
g) Sel darah merah : 4,8 x 106 – 7,1 x 106/mcl h) Trombosit : 150.000 – 300.000
i) Sel darah putih : 9.000 – 30.000 j) Neutrofil : 54 -62 %
k) Eosinofil dan basofil : 1 – 3 % l) Limfosit : 25 – 33 % m) Monosit : 3 – 7 % 2) Biokimia a) Bilirubin direk : 0 – 1 mg/dl b) Bilirubin total : < 2 mg/dl c) Gas darah : - Arteri : pH 7,31 – 7,49, pCO2 26 – 41 mmHg, pO2 60 – 70 mmHg. - Vena : pH 7,31 – 7,41, pCO2 40 – 50 mmHg, pO2 40 – 50 mmHg d) Glukosa serum : 40 – 60 mg/dl