• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Edukasi Tentang Kb Hormonal Pada Wanita Usia Subur (WUS) Keluarga Binaan Di Desa Sumberagung Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberian Edukasi Tentang Kb Hormonal Pada Wanita Usia Subur (WUS) Keluarga Binaan Di Desa Sumberagung Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Humanis : Jurnal Pengabdian Masyarakat STIKes ICsada Bojonegoro Vol 4, No 2. Agustus 2019 68

PEMBERIAN EDUKASI TENTANG KB HORMONAL PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) KELUARGA BINAAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO

Ikha Ardianti

Dosen Program Studi Prodi S-1 Keperawatan/Ners STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro ABSTRAK

Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan kesehatan reproduksi diartikan sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Salah satu unsur yang harus ada di dalam negara hukum dan demokrasi, perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia termasuk di dalamnya termasuk perlindungan terhadap wanita. UU No. 7/1984 (hasil ratifikasi CEDAW 1979) menjamin hak-hak wanita untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai termasuk memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami oleh pasangan usia subur (PUS) menurut Deswani (2017) adalah masalah KB, PMS, dan masalah yang dialami saat kehamilan dan menyusui.

Fenomena yang terjadi di desa Sumberagung kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro yang merupakan desa binaan dari STIKes ICSADA Bojonegoro, sebagian besar PUS tidak memahami arti pentingnya kesehatan reproduksi. Dari 18 keluarga yang dibina (keluarga binaan) 15 keluarga memiliki masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi seperti keputihan, kurangnya pengetahuan tentang KB dan penyakit menuar seksual, ketidakefektifan menyusui, dan ketidakcukupan produksi ASI. Edukasi yang kami berikan adalah sebuah intervensi keperawtan berdasarkan masalah keperawatan yang muncul pada keluarga binaan, yaitu berupa edukasi pada keluarga terkait penyakit menular seksual. Dalam program pengabdian masyarakat ini, kami melibatkan mahasiswa baik saat melakukan pengkajian masalah kesehatan reproduksi maupun pemberian penyuluhan. Akan tetapi untuk konseling mahasiswa tidak terlibat langsung.

Pada saat pemberian edukasi/penyuluhan maupun konseling, tidak hanya PUS saja sebagai sasaran edukasi namun juga anggota keluarga yang lain. Hal ini dilakukan dengan harapan anggota keluarga dapat menjalankan fungsinya dalam pemeliharaan kesehatan dan manajemen kesehatan keluarga. Menurut Setyowati & Murwani (2018), saat berhubungan denga masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapatkan bantuan lebih banyak dari keluarga mereka daripada sumber lainnya, bahkan dokter yang menangani mereka sekalipun.

Keluarga mempunyai peranan penting dan membantu anggota keluarganya untuk hidup dalam kehidupan yang lebih sehat. Dengan mempercayai kemampuan keluarga untuk menyediakan perawatan kesehatan diri dan bertindak sesuai dengan keinginan mereka yang terbaik, perawat kesehatan harus tetap memberikan dukungan positif dan berupaya menjadi narasumber dan fasilitator sebaik mumgkin bagi keluarga ( Setyowati & Murwani, 2018).

(2)

Jurnal Humanis : Jurnal Pengabdian Masyarakat STIKes ICsada Bojonegoro Vol 4, No 2. Agustus 2019 69

ABSTRACT

Healthy according to WHO is a perfect state of physical, mental, social, not only free from disease or weakness. While reproductive health is defined as a state of complete physical, mental and social well-being, not only free from disease or disability in all aspects related to the reproductive system, its functions and processes. One element that must exist in the rule of law and democracy, protection of human rights includes protection of women. UU no. 7/1984 (results of the 1979 CEDAW ratification) guarantee the rights of women to obtain adequate health services including obtaining information, education, and counseling about correct and accountable reproductive health. Reproductive health problems that are often experienced by couples of childbearing age (PUS) according to Deswani (2017) are family planning problems, STDs, and problems experienced during pregnancy and breastfeeding.

The phenomenon that occurs in Sumberagung village, Dander sub-district, Bojonegoro Regency which is a fostered village of ICSADA Bojonegoro STIKes, most PUS do not understand the importance of reproductive health. Of the 18 families that are fostered (fostered families) 15 families have problems related to reproductive health such as vaginal discharge, lack of knowledge about family planning and sexually transmitted diseases, ineffectiveness of breastfeeding, and inadequate milk production. The education that we provide is a nursing intervention based on nursing problems that arise in fostered families, namely in the form of education in families related to sexually transmitted diseases. In this community service program, we involve students both when assessing reproductive health issues and providing counseling. But for counseling students are not directly involved.

The family has an important role and helps family members to live a healthier life. By trusting the family's ability to provide personal health care and acting according to their best wishes, the health nurse must continue to provide positive support and strive to be a resource and facilitator as well as possible for the family (Setyowati & Murwani, 2018). Keywords : Education, KB Hormonal, WUS, Built Family

PENDAHULUAN

Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan kesehatan reproduksi diartikan sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Salah satu unsur yang harus ada di dalam negara hukum dan demokrasi, perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia termasuk di dalamnya termasuk perlindungan terhadap wanita. UU No. 7/1984 (hasil ratifikasi CEDAW 1979) menjamin hak-hak wanita untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai termasuk memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang

benar dan dapat

dipertanggungjawabkan. Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami oleh pasangan usia subur (PUS) menurut Deswani (2017) adalah masalah KB, PMS, dan masalah yang dialami saat kehamilan dan menyusui.

Fenomena yang terjadi di desa Sumberagung kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro yang merupakan desa binaan dari STIKes ICSADA Bojonegoro, sebagian besar PUS tidak memahami arti pentingnya kesehatan reproduksi. Dari 18 keluarga yang dibina

(3)

Jurnal Humanis : Jurnal Pengabdian Masyarakat STIKes ICsada Bojonegoro Vol 4, No 2. Agustus 2019 70

(keluarga binaan) 15 keluarga memiliki masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi seperti keputihan, kurangnya pengetahuan tentang KB dan penyakit menuar seksual, ketidakefektifan menyusui, dan ketidakcukupan produksi ASI. Melihat fenomena diatas maka kami terdorong untuk melakukan pengabdian masyakat dengan melakukan “Pemberian Edukasi Tentang Penyakit Menular Seksual Pada Pasangan Usia Subur Keluarga Binaan Di Desa Sumberagung Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro”.

Edukasi yang kami berikan adalah sebuah intervensi keperawtan berdasarkan masalah keperawatan yang muncul pada keluarga binaan, yaitu berupa edukasi pada keluarga terkait penyakit menular seksual. Dalam program pengabdian masyarakat ini, kami melibatkan mahasiswa baik saat melakukan pengkajian masalah kesehatan reproduksi maupun pemberian penyuluhan. Akan tetapi untuk konseling mahasiswa tidak terlibat langsung. Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).

Pada saat pemberian edukasi/penyuluhan maupun konseling, tidak hanya PUS saja sebagai sasaran edukasi namun juga anggota keluarga yang lain. Hal ini dilakukan dengan harapan anggota keluarga dapat menjalankan fungsinya dalam

pemeliharaan kesehatan dan manajemen kesehatan keluarga. Menurut Setyowati & Murwani (2018), saat berhubungan denga masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapatkan bantuan lebih banyak dari keluarga mereka daripada sumber lainnya, bahkan dokter yang menangani mereka sekalipun.

Menurut Goldenberg (2010), seorang ahli terapi keluarga, menekankan bahwa anggota keluarga memiliki peran mendorong individu (anggota keluarga) yang ada di dalam keluarga untuk meningkatkan potensi dirinya dalam hal kesehatan. Keluarga yang sehat memberikan kebebasan yang dibutuhkan anggota keluarga untuk mengeksplorasi dan menjadikan jati diri, sementara pada saat yang sama memberikan perlindungan dan keamanan yang mereka butuhkan untuk meraih potensi dirinya (Friedman, 2010). Keluarga mempunyai peranan penting dan membantu anggota keluarganya untuk hidup dalam kehidupan yang lebih sehat. Dengan mempercayai kemampuan keluarga untuk menyediakan perawatan kesehatan diri dan bertindak sesuai dengan keinginan mereka yang terbaik, perawat kesehatan harus tetap memberikan dukungan positif dan berupaya menjadi narasumber dan fasilitator sebaik mumgkin bagi keluarga ( Setyowati & Murwani, 2018).

Program ini memiliki tujuan umum yaitu Tujuan umum program pengabdian pada masyarakat ini yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan di keluarga khususnya wanita usia subur (WUS) dengan melakukan edukasi tentang masalah kesehatan reproduksi yang dialami.

Sedangkan untuk tujuan khusunya dengan adanya program pengabdian pada masyarakat ini diharapkan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat: a. Mengerti dan memahami tentang

(4)

Jurnal Humanis : Jurnal Pengabdian Masyarakat STIKes ICsada Bojonegoro Vol 4, No 2. Agustus 2019 71

b. Melakukan pencegahan terjadinya penyakit menular seksual (PMS). METODE

Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini, metode penerapan iptek yang digunakan adalah dengan memberikan intervensi keperawatan berupa edukasi tentang kesehatan reproduksi, memberikan penyuluhan dan konseling terkait masalah kesehatan reproduksi yang dialami oleh Pasangan Usia Subur (PUS) pada keluarga binaan yang dikunjungi di rumahnya. Kunjungan dilakukan bersama dengan mahasiswa. Keterlibatan mahasiswa selain diperuntukkan membantu kelanvcaran kegiatan adalah sebagai pengalaman belajar konkrit yang tidak bisa mereka dapatkan di kelas.

1. Media pendidikan kesehatan berupa kalender.

2. Alat dokumentasi

Pengabdian masyarakat dilaksanakan di desa Sumberagung kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro, Pengabdian masyarakat dilaksanakan pada bulan Maret s/d Juli 2019.

Sebanyak 16 keluarga binaan yang memiliki anggota keluarga Pasangan usia subur (PUS) dilakukan pengkajian, dan didapatkan masalah keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi tentang Penyakit Menular Seksual (PMS), sebagai intervensi keperawatan terhadap masalah tersebut. Pemberian Edukasi dilakukan dengan tujuan agar PUS dan keluarga dapat memahami tentang PMS dan mampu menggali potensi yang dimiliki untuk aktif melakukan upaya pencegahan terjadinya PMS di tingkat keluarga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakuakan, dapat disimpulkan bahwa

50% masalah yang dihadapi oleh WUS pada keluarga binaan yang didampingi adalah masalah yang terkait dengan KB, 25% adalah masalah PMS (Penyakit Menular Seksual) dan sisanya sebanyak 25% adalah tentang manajemen laktasi yang disebabkan karena ketidaktahuan mengenai cara perawatan payudara saat menyusui.

Masalah-masalah yang dialami oleh WUS ini mungkin dikarenakan kurangnya informasi dari petugas kesehatan, masih minimnya upaya pemerintah dalam memberikan informasi dan sosialisasi serta kurangnya upaya-upaya promotif dan preventif dalam mencegah masalah kesehatan reproduksi wanita. Selain itu kurangnya kesadaran dari WUS dan keluarga untuk berupaya mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi, khususnya pada PUS.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi pasangan usia subur, secara garis besar yaitu faktor sosial ekonomi, faktor budaya dan lingkungan, faktor psikologis, dan yang terakhir adalah faktor biologis. Faktor sosial ekonomi terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi disebut paling berpengaruh terhadap terjadinya masalah reproduksi pada wanita. Adapun faktor lain yang turut andil dalam terjadinya masalah reproduksi pada wanita adalah fajtor budaya, lingkungan seperti praktek tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rezeki, informasi dari masyarkat dan keluarga yang diyakini dari generasi ke generasi yang berlawan an dengan informasi medis akan membingungkan (Taufan, 2010).

Selama pelaksanaan program, sebanyak 60% keluarga dari PUS yaitu suami yang didampingi tidak

(5)

Jurnal Humanis : Jurnal Pengabdian Masyarakat STIKes ICsada Bojonegoro Vol 4, No 2. Agustus 2019 72

berpartisipasi aktif saat pemberian edukasi dikarenakan kesibukan mereka dan juga persepsi mereka bahwasanya masalah kesehatan reproduksi adalah urusan perempuan, dan tidak berhubungan dengan suami ataupun anggota keluarga yang lain. Padahal kesehatan reproduksi bukan hanya terkait dengan wanita akan tetapi juga dengan suami. Selain itu dukungan keluarga pada PUS sangat penting dalam menjaga kesehatan reproduksi.

Menjaga kesehatan Pasangan Usia Subur (WUS) sangat penting sekali, jika tidak maka akan menjadi masalah yang cukup serius, seperti masalah infeksi organ kelamin, infertilitas dan masih banyak lagi. Dengan diberikannya edukasi pada PUS, mereka dapat memiliki pengetahuan yang benar dan dapat memberikan pemahaman yang tepat tentang kesehatan reproduksi. Diharapkan setelah pengetahuan dan pemahaman mereka tentang kesehatan reproduksi telah berubah kearah yang lebih baik dan benar, mereka memiliki motivasi yang baik untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Setelah pelaksanaan program ini PUS yang telah mendapat edukasi dapat menjadi agen perubahan bagi lingkungannya.

Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan satu dari pendekatan intervensi keperawatan keluarga yang utama. Pendidikan dapat mencakup berbagai bidang, isi dan fokus, termasuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, masalah kesakitan/disabilitas dan dampaknya, serta dinamika keluarga. Pendidikan kesehatan memberikan informasi kepada klien, dengan demikian, membantu mereka untuk dapat mengatasi secara lebih efektif terhadap perubahan kehidupan. Mendapatkan informasi yang berarti, membantu anggota keluarga untuk menyelesaikan masalah mereka.

KESIMPULAN

Menjaga kesehatan wanita usia subur (WUS) sangat penting sekali, jika tidak maka akan menjadi masalah yang cukup serius, seperti masalah infeksi organ kelamin, infertilitas dan masih banyak lagi. Dengan diberikannya edukasi pada WUS, mereka dapat memiliki pengetahuan yang benar dan dapat memberikan pemahaman yang tepat tentang kesehatan reproduksi. Diharapkan setelah pengetahuan dan pemahaman mereka tentang kesehatan reproduksi telah berubah kearah yang lebih baik dan benar, mereka memiliki motivasi yang baik untuk menjaga kesehatan reproduksinya.

SARAN 1. Bagi WUS

Wanita Usia Subur diharapkan selalu menjaga kesehatan reproduksinya, dengan memiliki perilaku yang positif yang mendukung kesehatan reproduksi, seperti kebersihan organ intim, memiliki pengetahuan yang benar tentang KB, perencanaan kehamilan, persiapan laktasi serta mampu mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi. 2. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan meningkatkan upaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi pada wanita usia subur, salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005. Pedoman Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Direktorat Kesehatan Keluarga Dirjen Bina Kesehatan Keluarga dan Balita. Jakarta. Depkes RI.

(6)

Jurnal Humanis : Jurnal Pengabdian Masyarakat STIKes ICsada Bojonegoro Vol 4, No 2. Agustus 2019 73

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001. Modul Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Depkes RI.

Ardianti, I. (2019). Pemberian edukasi tentang kesehatan reproduksi pada wanita usia subur di desa sumberagung kecamatan dander kabupaten bojonegoro. Jurnal humanis (jurnal pengabdian masyarakat stikes icsada bojonegoro), 3(1), 25-29 Taufan, W. (2010). Implementasi

Pelayanan Kesehatan. Materi Pelatihan Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.DepKes RI. Saraswati, D. E., & Hariastuti, F. P.

(2017). Efektivitas Kartu Skor Poedji Rochjati (Kspr) Untuk Deteksi Resiko Tinggi Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ngumpakdalem Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, 5(1), 28-33. Hamilton. Dasar-Dasar Keperawatan

Maternitas. Jakarta: EGC. Kurniawati, F. R. (2014). Pengaruh

Penyuluhan Media Leaflet Tentang Bahaya Kehamilan Resiko Tinggi Terhadap Pengetahuan Dan Motivasi Mencegah Kehamilan Risiko Tinggi Di Puskesmas Kalitidu Kabupaten bojonegoro (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan suatu persyaratan pada asuransi ini bahwa harga pertanggungan adalah sama dengan biaya penggantian dari barang yang diasuransikan dengan barang baru dari jenis

Sejalan dengan itu juga dilakukan penelitian oleh (Nugraha & Muhtadi, 2015) mengemukakan bahwa pengembangan multimedia pembelajaran matematika pada materi bangun

P., 1998, “The Contemporary Asian American experience: beyond the model minority myth” Prince-Hall Inc.. Glazer, N., 1975, Affirmative Discrimination: Ethnic Inequality and

Dwi Setyaningsih (2010) menyatakan bahwa analisis sensori atau uji organoleptik merupakan suatu proses identifikasi, pengukuran ilmiah, analisis,, dan interpretasi

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Susunan Organisasi Dinas Kesejahteraan Sosial, Dinas

Metode pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat kali ini adalah dalam bentuk edukasi kesehatan terhadap anak- anak Panti Asuhan tentang perilaku hidup bersih

1.2 Anak terbiasa merawat tanaman ciptaan Tuhan FM 3.3-4.3 Anak mampu menirukan gerakan pohon tertiup angin Kognitif 3.6-4.6 Anak mampu menghitung jumlah gambar dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implikasi penerapan kebijakan pemerintah Kota Banjarmasin dalam pengurangan penggunaan kantong plastik pada mini market di masyarakat