• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Kondisi geografis, luas, dan administrasi

Pantai Santolo merupakan kawasan yang secara administratif berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Cikelet dan Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 21,64 ha. Kecamatan Cikelet terdiri dari 7 desa dan Kecamatan Pameungpeuk terdiri dari 6 desa (BPS Garut, 2008). Pantai Santolo terletak pada posisi koordinat 107°37’ BT - 107°46’ BT dan 07°28 LS - 07°40’ LS. Pantai Santolo berjarak ± 88 km dari kota Garut dengan daya tempuh perjalanan 3,5 – 4 jam dalam keadaan normal. Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Cisompet, Sebelah Timur : Kecamatan Pakenjeng, Sebelah Selatan : Samudera Hindia, dan Sebelah Barat : Kecamatan Pameungpeuk.

Pantai Santolo masuk kedalam 2 kecamatan dimana sebagian besar wilayah Pantai Santolo yaitu Desa Pamalayan yang masuk ke Kecamatan Cikelet dan sebagian kecil wilayah Pantai Santolo yaitu Desa Mancagahar masuk ke Kecamatan Pameungpeuk. Kecamatan Cikelet terdiri dari 7 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 35.652 jiwa dan Kecamatan Pameungpeuk terdiri dari 6 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 35.391 jiwa (BPS Garut, 2008).

Jumlah penduduk di Desa Pamalayan mencapai 4.339 jiwa dengan 1.447 kepala keluarga yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan di Pantai Santolo sedangkan jumlah penduduk di Desa Mancagahar mencapai 5.083 jiwa dengan 1.494 kepala keluarga yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Dari struktur mata pencaharian penduduk tersebut dapat disimpulkan bahwa di kedua desa tersebut mempunyai potensi yang cukup besar di sektor pertanian dan perikanan laut untuk pengembangan lebih lanjut.

(2)

4.1.2. Keadaan fisik dan kimia a. Material penyusun pantai

Pantai Santolo (Teluk Cilautereun) mempunyai material penyusun pantai yang unik dimana pada area Pantai Santolo yang berada di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan pintu masuk lokasi merupakan pantai berpasir, sedangkan di Pulau Santolo merupakan pantai berbatu.

Pantai berpasir sebagian besar terdiri atas batu kuarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras dari sisa-sisa pelapukan batu di gunung. Pantai yang berpasir dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel yang halus dan ringan. Total bahan organik dan organisme hidup di pantai yang berpasir jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jenis pantai lainnya. Pada pantai berpasir seperti Pantai Santolo (Teluk Cilauteureun) ini, kita dapat menikmati ombak dan berenang, karena ombaknya tidak terlalu besar, dan juga dapat dinikmati dengan menaiki perahu untuk menikmati laut dan melihat ke arah dataran pegunungan.

Pantai berbatu merupakan pantai dengan topografi yang berbatu – batu memanjang ke arah laut dan terbenam di air (Dahuri et al., 2004). Pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Keadaan ini berlawanan dengan pantai berpasir dan berlumpur yang hampir tandus (Nybakken, 1992). Pantai berbatu menjadi habitat berbagai jenis moluska, bintang laut, kepiting, anemon dan juga ganggang laut (Bengen, 2001). Di sebelah selatan Pulau Santolo terbentang hamparan karang yang memanjang melindungi pantai ini dengan kedalaman air di atas hamparan karang mencapai 30 – 50 cm di siang hari. Keberadaan hamparan karang ini merupakan sebagai pemecah ombak pantai selatan dan sebagai habitat bagi berbagai jenis moluska, bintang laut, kepiting, anemon, dan juga ganggang laut.

b. Kualitas perairan

Dalam penelitian ini salah satu parameter yang diamati adalah parameter kualitas perairan. Parameter kualitas perairan sangat penting untuk diamati dan diukur karena parameter ini dapat mempengaruhi kondisi daerah di sekitar kawasan

(3)

wisata. Parameter kualitas perairan yang telah diukur dan dianalisis di Pantai Santolo dapat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kualitas perairan Pantai Santolo

Parameter Satuan Hasil Pengamatan Baku

Mutu*

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Suhu °C 29,5 29,5 30 31 31 alami Kecerahan % 86 84 94 100 100 > 50 Bau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau DO mg/L 7,67 8,52 10,22 9,37 9,37 > 5 pH 8 7,5 7,5 7,5 7,5 7 - 8,5 Salinitas ‰ 29 31 30 25 27 alami BOD5 mg/L 1,27 1,26 1,27 1,26 1,26 10

Sumber : Data primer diolah 2010 (*Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari)

Suhu merupakan parameter lingkungan laut yang sangat penting, karena kondisi suhu air laut akan mempengaruhi kondisi kehidupan biota laut yang ada. Berdasarkan pengukuran suhu air laut di kelima stasiun tidak dijumpai adanya fluktuasi suhu yang menyolok, yaitu berkisar antara 29,5°C - 31°C. Kisaran suhu ini termasuk dalam kategori perairan alami. Adanya perubahan suhu dari suatu perairan dapat mempengaruhi kegiatan biologis maupun ekologis dari kehidupan didalam air. Adapun perubahan suhu ini dapat diperngaruhi oleh radiasi matahari pada siang hari serta kondisi meteorologi seperti angin dan penguapan, kelembapan udara dan kecepatan angin.

Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual dengan alat bantu (secchi disc). Berdasarkan pengukuran kecerahan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa nilai kecerahan dari kelima stasiun pengamatan tersebut masih masuk dalam baku mutu kecerahan yang baik untuk kegiatan wisata bahari, yaitu kecerahan perairannya > 50%.

Parameter bau sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keindahan perairan sebagai tempat berwisata. Bau dapat berasal dari senyawa organik dan anorganik yang berasal dari limbah dan sumber alami (proses dekomposisi). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, perairan Pantai Santolo tidak berbau. Hal ini menunjukkan perairan Pantai Santolo relatif bersih dan tidak adanya pencemar

(4)

yang menimbulkan bau. Sehingga Pantai Santolo dapat dikatakan sesuai untuk kegiatan wisata pantai.

Oksigen terlarut (DO) merupakan jumlah mg/L gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis oleh fitoplankton dan difusi dari udara. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, nilai DO di perairan Pantai Santolo baik dan masih masuk dalam baku mutu. Sehingga dapat menunjang kehidupan biota perairan dan tentunya sesuai untuk kegiatan wisata pantai.

Derajat keasaman (pH) merupakan sifat kimia yang berperan penting dalam menentukan kualitas air dalam kehidupan organisme perairan. Dimana sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH yang berkisar 7 – 8,5. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, nilai pH di perairan Pantai Santolo masih masuk kedalam kisaran baku mutu yaitu 7 – 8,5. Sehingga dapat menunjang kehidupan biota perairan dan tentunya sesuai untuk kegiatan wisata pantai.

Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan ‰ (per mil, gram per liter). Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, nilai salinitas di perairan Pantai Santolo berkisar antara 25 - 31‰. Nilai ini masih tergolong alami karena kawasan Pantai Santolo masih dipengaruhi oleh aliran air dari daratan pada musim hujan dan aliran sungai. Adapun sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai.

Nilai BOD yang diukur di Pantai Santolo adalah nilai BOD5. Hasil pengukuran BOD5 di Pantai Santolo memiliki rata-rata sebesar 1,26 mg/L. Nilai tersebut berada dibawah kisaran baku mutu dimana nilai baku mutu adalah 10 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik di perairan Pantai Santolo rendah sehingga dapat menunjang kegiatan wisata pantai.

Secara umum kualitas perairan di Pantai Santolo sangat sesuai untuk kegiatan wisata pantai. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil pengukuran parameter kualitas perairan diantaranya suhu, kecerahan, bau, pH, DO, salinitas, dan BOD5.

(5)

4.1.3. Kondisi geologi, oseanografi, dan meteorologi

Pameungpeuk sebagai kota kecamatan yang berdampingan dengan Kecamatan Cikelet merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik yang unik, oleh karena itu sejak zaman Belanda, Kecamatan Pameungpeuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata.

Struktur geologi kawasan Pantai Santolo adalah sesar, sesar yang dijumpai adalah sesar normal dan sesar geser. Formasi Batuan yang mendominasi di kawasan wisata Pantai Santolo adalah Aluvium (Qa) dengan material batuan hasil pengendapan (sedimen). Endapan logam dasar di pantai dan lepas pantai pada umumnya terjadi akibat proses pelapukan (weathering) dan transportasi yang terdapat sebagai endapan letakan (placer) yang dihasilkan dari cebakan hidrothermal yang berkaitan dengan batuan intrusi (RTRW Kab.Garut revisi 2006).

Jenis tanah di kawasan wisata Pantai Santolo didominasi oleh jenis tanah asosiasi regosol hasil sedimentasi marin dan asosiasi podsolik. Tanah Regosol, jenis tanah ini terbentuk dari bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier. Bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung. Tanah Regosol belum jelas menempatkan perbedaan horizon-horizon. Tekstur tanah ini biasanya kasar, tanpa ada struktur tanah, konsistensi lepas sampai gembur dan keasaman tanah dengan pH sekitar 6-7 (RTRW Kab.Garut revisi 2006).

Sumber air di kawasan ini diperoleh dari sungai, air tanah, dan mata air. Menurut Van Bemmelen, kawasan wisata Pantai Santolo secara fisiografi termasuk kedalam zona pegunungan selatan Jawa Barat bagian tengah. Morfologi kawasan ini termasuk dalam satuan morfologi perbukitan bergelombang dan satuan morfologi daratan.

Arus laut adalah gerakan massa air laut yang disebabkan oleh perbedaan tekanan atau gaya gesekan angin permukaan di atasnya. Di perairan Pantai Santolo arus yang dominan adalah arus pasang surut dan arus musiman. Pasang surut laut merupakan gelombang skala global yang dihasilkan oleh gaya tarik bulan, matahari, serta benda langit lainnya yang disebut sebagai faktor astronomis.

Pada saat gelombang dan terjadinya pasang air laut, daerah hamparan karang di selatan Pulau Santolo akan tertutup air laut setinggi 10 cm, sehingga banyak biota

(6)

laut yang terbawa gelombang ke daerah hamparan karang tersebut. Dalam geomorfologi daerah tersebut disebut dengan dataran abrasi.

Curah hujan di sekitar kawasan wisata Pantai Santolo memiliki curah hujan sebesar 2.430 mm per tahun dimana curah hujan tersebut masuk kedalam klasifikasi curah hujan sedang (RTRW Kab.Garut revisi 2006).

4.1.4. Sarana dan prasarana kawasan

Sarana dan prasarana merupakan faktor yang cukup penting dalam kegiatan wisata di suatu kawasan. Secara umum kondisi dari sarana dan prasarana di Pantai Santolo masih cukup baik dan terawat. Namun, ada berberapa sarana dan prasarana yang harus di perbaiki dan ditambah guna menunjang kegiatan wisata di kawasan tersebut seperti penambahan sarana olah raga pantai (lapangan voli) dan tempat sampah. Beberapa sarana prasarana yang terdapat di Pantai Santolo antara lain areal parkir, penginapan, kamar mandi/WC, masjid, rumah makan aneka sea food, kios makanan dan minuman, kios souvenir, kios penjual ikan asin dan ikan segar, TPI Cilauteureun, dan perahu jukung untuk akses menyebrang ke Pulau Santolo.

Kondisi jalan menuju ke kawasan wisata Pantai Santolo cukup baik. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk menuju kawasan ini dapat menggunakan angkutan umum (elf) atau kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor.

Sarana pendidikan yang terdapat dikawasan pesisir Pantai Santolo antara lain Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Di Kecamatan Cikelet sarana pendidikan yang dimiliki yaitu 5 buah TK, 39 buah SD, 6 buah SMP, dan 1 buah SMA. Sedangkan di Kecamatan Pameungpeuk sarana pendidikan yang dimiliki yaitu 4 buah TK, 27 buah SD, 6 buah SMP, dan 1 buah SMA. Umumnya keadaan bangunan dari sarana pendidikan ini cukup baik dengan jumlah guru yang cukup memadai.

Disekitar wilayah Pantai Santolo terdapat pula sarana kesehatan berupa puskesmas, 2 buah di Desa Pamalayan dan 1 buah di Desa Mancagahar. Sarana kesehatan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan pengobatan.

Selain sarana tersebut, di wilayah sekitar Pantai Santolo juga memiliki sarana umum seperti kantor desa, balai desa, Tourist Information Center (TIC), dan

(7)

sarana peribadatan seperti masjid. Sarana perdagangan seperti pasar terletak agak jauh dari kawasan Pantai Santolo. Masyarakat harus menggunakan kendaaraan untuk menuju ke pasar tersebut. Pasar tersebut terletak di pusat kota Kecamatan Pameungpeuk. Pasar didirikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat.

Berdasarkan data Bappeda Kab. Garut (2008), penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar pesisir Pantai Santolo umumnya diolah dengan cara tradisional yaitu dengan cara dibakar dan dikubur. Sampah-sampah kebanyakan berasal dari sampah rumah tangga berupa plastik, sisa makanan atau kertas makanan. Hal ini disebabkan kurangnya penanganan sampah oleh Dinas Kebersihan sehingga masyarakat mengolah sendiri sampah-sampah tersebut.

4.1.5. Transportasi dan komunikasi

Kondisi jalan menuju ke kawasan wisata Pantai Santolo cukup baik. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk menuju kawasan ini dapat menggunakan angkutan umum seperti : mini bus, elf, dan angkutan kecil serta ojek motor yang biasa digunakan dari gapura pintu masuk ke area tempat wisata pantai, atau kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Sedangkan untuk sarana komunikasi sudah tersedia tower pemancar untuk telepon rumah dan selurer. Sehingga dengan adanya tower tersebut, tidak ada hambatan dalam melakukan kegiatan komunikasi di sekitar wilayah Pantai Santolo.

4.1.6. Pemanfaatan lahan

Pemanfaatan lahan di sekitar kawasan Pantai Santolo terdiri dari beberapa peruntukan kegiatan yang meliputi lahan pemukiman dan lahan untuk perdagangan dan jasa (toko dan warung). Luas kawasan yang digunakan untuk dikembangkan sebagai objek wisata adalah seluas 11 Ha, luas untuk lahan pertanian sebesar 6 Ha, dan luas untuk lahan pemukiman sebesar 4 Ha. Untuk bangunan pemukiman penduduk di sekitar pantai sebagian besar dibuat secara semi-permanen. Pemanfaatan lahan untuk pertanian yang cukup besar ini dilatarbelakangi oleh mata pencaharian masyarakat sekitar Pantai Santolo yang memang sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani.

(8)

4.2. Kondisi Sosial

4.2.1. Responden masyarakat lokal

4.2.1.1. Karakteristik responden masyarakat lokal

Masyarakat yang diwawancarai mayoritas berdomisili di sekitar Pesisir Pantai Santolo yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Responden masyarakat lokal Pantai Santolo berusia antara 20-29 tahun dengan persentase 23%, 30-39 tahun 37%, 40-49 tahun 23%, dan ≥50 tahun 17% (Gambar 4). Hal ini menunjukkan masyarakat yang berdomisili di sekitar pesisir Pantai Santolo memiliki kelompok umur produktif lebih banyak daripada kelompok umur yang tidak produktif.

Gambar 4. Komposisi responden masyarakat lokal di Pantai Santolo berdasarkan usia

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan suatu kawasan ekowisata pantai. Dalam pengelolaan kawasan ekowisata pantai yang berkelanjutan dibutuhkan tingkat pemahaman masyarakat akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup dan sumberdaya lainnya. Berdasarkan tingkat pendidikan responden masyarakat lokal di Pantai Santolo diketahui bahwa 40% berpendidikan SD, 20% berpendidikan SLTP, dan 40% berpendidikan SLTA (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di pesisir Pantai Santolo masih tergolong rendah sehingga kecenderungan akan tingkat kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan juga rendah.

(9)

Gambar 5. Komposisi responden masyarakat lokal di Pantai Santolo berdasarkan tingkat pendidikan

Masyarakat pesisir Pantai Santolo memiliki mata pencaharian utama sebagai petani dan nelayan. Hal ini terlihat dari persentase responden masyarakat lokal yang bermata pencaharian sebagai petani adalah sebesar 37% dan sebagai nelayan sebesar 26% sedangkan 20% bekerja sebagai pedagang, dan 17% sebagai ibu rumah tangga (Gambar 6). Wilayah pesisir Pantai Santolo sangat potensial untuk dikembangkan sebagai objek ekowisata pantai, sehingga diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan baru yang nantinya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Gambar 6. Komposisi responden masyarakat lokal di Pantai Santolo berdasarkan jenis pekerjaan

Masyarakat pesisir Pantai Santolo memiliki penghasilan per bulan yang cukup rendah dengan persentase 53% berpenghasilan <500 ribu, 27%

(10)

berpenghasilan 500 ribu – 1 juta, 13% berpenghasilan 1 juta – 2 juta, dan 7% berpenghasilan >2 juta (Gambar 7). Hal ini dilatarbelakangi oleh mata pencaharian mayoritas masyarakat sebagai petani dan nelayan. Selain itu, besarnya penghasilan dilatarbelakangi juga oleh tingkat pendidikan yang rendah dimana hal ini juga menyebabkan adanya perbedaan dalam segi penghasilan.

Gambar 7. Komposisi responden masyarakat lokal di Pantai Santolo berdasarkan tingkat penghasilan per bulan

4.2.1.2. Persepsi responden masyarakat lokal

Secara keseluruhan kondisi sumberdaya di Pantai Santolo dikategorikan baik. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jumlah responden masyarkat lokal yang mengatakan bahwa kejernihan air laut, keindahan pantai, dan kondisi pasir pantai masih dalam kondisi yang baik (Gambar 8). Kondisi sumberdaya yang seperti ini dapat dijadikan sebagai modal awal dalam pengembangan potensi sumberdaya di Pantai Santolo. Sumberdaya di Pantai Santolo ini harus dijaga kelestariannya agar tetap dalam kondisi yang baik.

Gambar 8. Persepsi responden masyarakat lokal terhadap kondisi sumberdaya alam di Pantai Santolo

(11)

Adapun permasalahan yang terdapat di Pantai Santolo adalah pembuangan sampah sembarangan sebesar 67%, polusi udara sebesar 13%, dan responden yang menjawab tidak tahu sebesar 8% (Gambar 9). Permasalahan penanganan sampah di kawasan Pantai Santolo ini memang kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas tempat sampah yang memadai di sekitar kawasan Pantai Santolo serta kurangnya kesadaran para pengunjung yang masih membuang sampah sembarangan. Masyarakat sendiri melakukan penanganan sampah masih dengan cara yang tradisional dengan cara membakar sampah tersebut yang terkadang justru malah menimbulkan polusi udara berupa bau asap. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, serta pengunjung dalam penanganan masalah sampah ini agar tidak merusak sumberdaya yang ada di Pantai Santolo.

Gambar 9. Persepsi responden masyarakat lokal terhadap permasalahan sumberdaya alam di Pantai Santolo

4.2.1.3. Keterlibatan responden masyarakat lokal

Masyarakat Pantai Santolo sebagian besar ingin terlibat dalam pengembangan kawasan wisata Pantai Santolo. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebesar 80% responden masyarakat lokal ingin terlibat secara langsung dan 20% menyatakan tidak ingin terlibat dalam kegiatan wisata di Pantai Santolo (Gambar 10). Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata di Pantai Santolo antara lain dalam bentuk penyedia jasa pendamping wisata (tour guide), penyedia perahu untuk sarana transportasi menuju Pulau Santolo, dan menyewakan penginapan. Selain itu, alasan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata

(12)

disebabkan karena mereka sudah memiliki pekerjaan tetap seperti menjadi nelayan dan pedagang makanan dan minuman di kawasan wisata Pantai Santolo.

Gambar 10. Keterlibatan responden masyarakat lokal dalam kegiatan wisata

Keterlibatan masyarakat yang cukup besar dalam pengembangan wisata di kawasan Pantai Santolo tidak terlepas dari peran masyarakat yang bermata pencaharian disekitar kawasan wisata. Tujuan keterlibatan responden masyarakat lokal dalam kegiatan wisata di Pantai Santolo adalah 100% menyatakan sebagai penghasilan tambahan (Gambar 11).

(13)

4.2.2. Responden wisatawan

4.2.2.1. Karakteristik responden wisatawan

Wisatawan yang diwawancara berjumlah 30 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Santolo berusia <20 tahun dengan persentase 13%, 20-29 tahun 37%, 30-39 tahun 30%, 40-49 tahun 10%, dan ≥50 tahun sebesar 10% (Gambar 12). Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar usia responden wisatawan berkisar 20-29 tahun. Hal ini disebabkan karena pada saat penyebaran kuisioner bertepatan dengan musim liburan perkuliahan. Mereka melakukan perjalanan wisata ke Pantai Santolo untuk mengisi waktu libur.

Gambar 12. Komposisi responden wisatawan di Pantai Santolo berdasarkan usia

Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Santolo sebagian besar berasal dari Bandung adalah sebesar 43%, dan Garut sendiri sebesar 27%. Sedangkan sisanya adalah wisatawan yang berasal dari Bogor sebesar 17% dan Jakarta sebesar 13% (Gambar 13). Dapat dilihat bahwa wisatawan yang datang ke Pantai Santolo tidak hanya yang berasal dari Kota Garut. Keindahan dan kealamian Pantai Santolo merupakan daya tarik bagi wisatawan yang datang untuk menikmatinya. Melihat minat dan motivasi pengunjung yang datang ke Pantai Santolo, maka diperlukan peningkatan promosi agar kegiatan wisata di Pantai Santolo dapat terus berkembang.

(14)

Gambar 13. Komposisi responden wisatawan di Pantai Santolo berdasarkan daerah asal

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan ekowisata pantai. Dalam pengelolaan ekowisata pantai yang berkelanjutan dibutuhkan tingkat pemahaman yang baik akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup dan sumberdaya lainnya. Berdasarkan tingkat pendidikan responden wisatawan di Pantai Santolo diketahui bahwa 80% berpendidikan S1, 7% berpendidikan D3, dan 13% berpendidikan SLTA (Gambar 14). Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan yang berkunjung ke Pantai Santolo memiliki pendidikan yang cukup tinggi sehingga memiliki kecenderungan kesadaran akan pentingnya melestarikan dan menjaga sumberdaya di kawasan Pantai Santolo.

Gambar 14. Komposisi responden wisatawan di Pantai Santolo berdasarkan tingkat pendidikan

(15)

Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Santolo sebagian besar adalah pelajar/mahasiswa. Hal ini terlihat dari persentase wisatawan yang pekerjaanya sebagai pelajar/mahasiswa adalah sebesar 46%, sebagai karyawan swasta adalah sebesar 27%, 20% sebagai pegawai negeri sipil, dan 7% sebagai wiraswasta (Gambar 15). Besarnya jumlah wisatawan yang masih berstatus pelajar/mahasiswa ini disebabkan karena pada saat penyebaran kuisioner banyak responden pelajar/mahasiswa yang sedang mengisi waktu libur mereka di Pantai Santolo.

Gambar 15. Komposisi responden wisatawan di Pantai Santolo berdasarkan jenis pekerjaan

Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Santolo memiliki penghasilan per bulan yang cukup tinggi dengan persentase 37% berpenghasilan 1-2 juta, 33% berpenghasilan 500 ribu-1 juta, 17% berpenghasilan >2 juta, dan 13% yang berpenghasilan <500 ribu (Gambar 16).

Gambar 16. Komposisi responden wisatawan di Pantai Santolo berdasarkan tingkat Penghasilan per bulan

(16)

4.2.2.2. Persepsi responden wisatawan

Pengembangan ekowisata di suatu kawasan wisata haruslah mendapat dukungan oleh masyarakat setempat, pengelola kawasan wisata dan pengunjung wisata. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa seluruh responden wisatawan setuju mengenai pengembangan ekowisata di kawasan Pantai Santolo (Gambar 17). Menurut responden wisatawan, pengembangan ekowisata di kawasan Pantai Santolo dapat meningkatkan pendapatan (income) masyarakat yang tinggal di daerah pesisir Pantai Santolo, dapat menjaga kelestarian sumberdaya Pantai Santolo, serta menjadikan pariwisatanya menjadi lebih baik sehingga banyak turis atau wisatawan domestik yang tertarik untuk berkunjung.

Gambar 17. Persepsi responden wisatawan mengenai pengembangan ekowisata di Pantai Santolo

Sarana dan prasarana yang memadai merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh wisatawan apabila berkunjung ke suatu kawasan wisata. Sarana dan prasarana yang terdapat di Pantai Santolo antara lain : penginapan (homestay), air bersih, transportasi, kios makanan dan minuman, jalan, instalasi listrik, dan tempat ibadah. Berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan diketahui bahwa secara umum sarana dan prasarana yang meliputi penginapan (homestay), air bersih, transportasi, dan akses jalan di Pantai Santolo terbilang cukup. Sedangkan kios makanan dan minuman, instalasi listrik, dan tempat ibadah tergolong baik (Gambar 18).

(17)

Gambar 18. Persepsi responden wisatawan terhadap sarana dan prasarana di Pantai Santolo

Kegiatan wisata biasa dilakukan di Pantai Santolo antara lain : berenang, memancing, jalan-jalan, fotografi, dan melihat pemandangan. Hal ini dapat dilihat dari diagram (Gambar 19) di bawah ini. Aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh wisatawan di Pantai Santolo adalah melihat pemandangan, dimana pemandangan di Pantai Santolo memang sangat indah dengan sumberdaya yang masih alami disusul dengan aktivitas memancing dan fotografi yang juga menjadi kegiatan favorit para wisatawan yang berkunjung ke Pantai Santolo.

Gambar 19. Kegiatan yang biasa dilakukan responden wisatawan di Pantai Santolo Keterangan : *pilihan jenis kegiatan dapat dipilih lebih dari satu

(18)

4.3. Potensi Sumberdaya di Pantai Santolo

Pantai Santolo terletak pada bagian selatan Kabupaten Garut dengan posisi koordinat 107°37’ BT - 107°46’ BT dan 07°28 LS - 07°40’ LS dan memiliki luas kawasan seluas 21,64 Ha. Kawasan wisata Pantai Santolo memiliki sumberdaya pantai yang cukup baik. Sumberdaya yang terdapat di Pantai Santolo meliputi bentang alam yang masih terjaga, air laut yang jernih, dan pemandangan pegunungan Garut Selatan yang dapat dinikmati oleh wisatawan.

Pantai Santolo (Teluk Cilautereun) mempunyai bentang alam (sea scape) yang unik dimana pada area Pantai Santolo yang berada di sekitar TPI dan pintu masuk lokasi merupakan pantai berpasir, sedangkan di Pulau Santolo merupakan pantai berbatu (Gambar 20).

a. Pantai di bagian daratan b. Pantai di bagian pulau Gambar 20. Kondisi Pantai Santolo

Di bagian Pulau Santolo ini merupakan objek wisata primadona harapan untuk dapat dikembangkan, mengingat di sebelah selatan pulau ini terbentang hamparan karang yang memanjang melindungi pantai. Karang ini berfungsi sebagai pemecah ombak pantai selatan, sehingga kalau kita naik ke bukit yang ada di Pulau Santolo disana akan terlihat pemandangan laut pantai selatan yang sungguh indah. Di Pulau Santolo juga terdapat beberapa objek yang menjadi daya tarik wisata, yaitu : karang kukusan, curugan (curugan air laut yang mengalir ke sungai), bekas dermaga peninggalan Belanda, dan gua Jepang (Gambar 21). Air dari curugan dipercaya oleh masyarakat sekitar mempunyai khasiat untuk kesehatan tubuh apabila kita berendam di air curugan itu di pagi hari (dari pukul 05.30-06.30 WIB).

(19)

Sedangkan bekas dermaga peninggalan Belanda dan gua Jepang dapat dijadikan sebagai objek wisata sejarah yang ada di Pantai Santolo.

a. Karang Kukusan b. Curugan

c. Dermaga bekas peninggalan Belanda d. Gua Jepang

Gambar 21. Beberapa objek wisata yang menjadi daya tarik wisata di Pulau Santolo

Vegetasi dominan yang ada di Pantai Santolo adalah pandan laut (Pandanus odoratissimos) dan daun barah / katang-katang (Ipomea pescaprae) (Gambar 22). Vegetasi pantai ini berfungsi sebagai pelindung pantai dan pasir pantai agar tetap stabil. Selain itu vegetasi pantai yang terdapat di Pantai Santolo dapat melengkapi keindahan dari suatu kawasan objek wisata yang masih alami.

a. Pandan laut (Pandanus odoratissimos) b. Katang-katang (Ipomea pescaprae) Gambar 22. Vegetasi pantai yang terdapat di Pantai Santolo

(20)

Potensi perikanan merupakan salah satu sumberdaya yang ada di Pantai Santolo. Perikanan sendiri merupakan salah satu sub sektor ekonomi yang mempunyai peranan sebagai penyedia bahan pangan protein bagi sebagian besar masyarakat di daerah pesisir pantai. Berdasarkan informasi yang di peroleh dari pengelola kawasan dan nelayan Pantai Santolo bahwa potensi perikanan di Pantai Santolo cukup tinggi dilihat dari hasil tangkapan nelayan yang cukup beragam. Adapun yang menjadi jenis tangkapan yang cukup tinggi di Pantai Santolo antara lain : ikan layur, ikan tongkol, udang/lobster, ikan kakap, dan ikan tenggiri. Nelayan di Pantai Santolo umumnya menggunakan perahu pompong dengan motor tempel dengan kapasitas perahu yaitu perahu dayung (tanpa mesin) dan perahu mesin tempel dengan kapasitas < 5 GT, 5 – 10 GT, dan > 10 GT. Sedangkan alat tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan di Pantai Santolo yaitu alat tangkap pancing (rawe botol, rawe buas, rawe kakap, tonda, dan kalipo) dan alat tangkap jaring (gill net, payang, sirang, dan pukat pantai).

Adanya TPI Cilautereun di Pantai Santolo menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Wisatawan dapat melihat kegiatan pelelangan ikan yang dilakukan di TPI Cilautereun setiap harinya. Selain itu, wisatawan juga dapat membeli langsung ikan segar yang baru didaratkan di TPI Cilautereun tersebut. Dengan adanya kegiatan perikanan di TPI Cilautereun ini dapat menunjang kegiatan wisata di Pantai Santolo.

4.4. Analisis Kesesuaian untuk Ekowisata Pantai Santolo

Ekowisata merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dan pengembangan wisata alam di suatu kawasan sehingga perlu diketahui informasi tentang kesesuain wilayah untuk kegiatan wisata tertentu. Kesesuaian wilayah untuk wisata pantai ditentukan dari kegiatan yang dilakukan di pantai tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan di Pantai Santolo antara lain : berjemur, berperahu, berenang, memancing, surfing, berjalan-jalan di sepanjang pinggiran pantai, dan aktivitas rekreasi pantai lainnya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian peruntukkan wilayah sebagai kawasan wisata pantai adalah menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW). Penentuan kesesuaian melalui analisa kesesuaian lahan yang berasal dari perkalian bobot dan skor pada parameter yang telah ditentukan.

(21)

Parameter yang digunakan dalam penilaian tingkat kesesuaian lahan untuk wisata pantai adalah kedalaman perairan, tipe dan lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, keberadaan biota yang berbahaya, dan ketersediaan air tawar di wilayah Pantai Santolo. Penilaian dilakukan terhadap parameter tersebut untuk mendapatkan nilai indeks kesesuaian bagi kegiatan wisata pantai kategori rekreasi.

Hasil perhitungan indeks kesesuaian lahan untuk wisata di kawasan Pantai Santolo disajikan pada Tabel 7. Indeks kesesuaian wisata Pantai Santolo dan contoh perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 7. Indeks kesesuaian lahan untuk wisata di kawasan Pantai Santolo

Stasiun Koordinat IKW Kelas

1 07°39'31,2" LS 92,86% S1 107°41'18,3" BT 2 07°39'38,2" LS 86,90% S1 107°41'12,1" BT 3 07°39'39,6" LS 86,90% S1 107°40'58,1" BT 4 07°39'46,8" LS 86,90% S1 107°41'06,2" BT 5 07°39'52,4" LS 79,76% S2 107°41'18,7" BT

Sumber : Data primer diolah 2010

Berdasarkan perhitungan nilai IKW yang dilakukan pada 5 stasiun, di dapat bahwa stasiun 1 – 4 masuk kedalam kelas S1 dan stasiun 5 masuk kedalam kelas S2. Kriteria kelas S1 menunjukkan bahwa tidak terdapat faktor pembatas yang serius untuk dijadikan sebagai kawasan wisata seperti berenang, memancing, surfing, olahraga air, dan aktivitas lainnya. Kriteria kelas S2 menunjukkan bahwa terdapat faktor pembatas yang agak serius. Posisi stasiun 1 dan stasiun 2 berada di Teluk Cilauteureun dan posisi stasiun 3, 4, dan 5 berada di Pulau Santolo. Nilai indeks kesesuaian lahan terbesar yaitu sebesar 92,86% pada stasiun 1 yang terletak di Teluk Cilauteureun dan nilai indeks kesesuaian lahan terendah sebesar 79,76% pada stasiun 5 yang terletak di Pulau Santolo.

(22)

Lokasi stasiun 1 dan stasiun 2 yang terletak di Teluk Cilauteureun merupakan pantai pasir putih kecoklatan dengan material dasar adalah pasir yang terhampar di sepanjang garis pantai. Lokasi ini memliki presentase kesesuaian lahan sebesar 92,86% dan 86,90%, dimana kedua nilai tersebut termasuk kedalam kelas S1 untuk wisata pantai kategori rekreasi. Kedua wilayah ini sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi lokasi wisata pantai seperti : berenang, berjemur, berperahu, dan surfing.

Lokasi stasiun 3 terletak Pulau Santolo bagian barat yang merupakan pantai pasir putih dengan sedikit karang. Lokasi ini memliki presentase kesesuaian lahan sebesar 86,90%, dimana nilai tersebut termasuk kedalam kelas S1 untuk wisata pantai kategori rekreasi. Wilayah ini sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi lokasi rekreasi pantai dan memancing. Di dekat lokasi stasiun 3 terdapat dermaga bekas peninggalan Belanda yang oleh banyak wisatawan dijadikan sebagai spot area memancing.

Lokasi stasiun 4 terletak di Pulau Santolo bagian tengah yang merupakan pantai pasir putih dengan sedikit karang. Lokasi ini memliki presentase kesesuaian lahan sebesar 86,90%, dimana nilai tersebut termasuk kedalam kelas S1 untuk wisata pantai kategori rekreasi. Wilayah ini sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi lokasi rekreasi pantai sambil melihat pemandangan hamparan karang yang memecah gelombang pantai selatan.

Lokasi stasiun 5 terletak Pulau Santolo bagian tengah yang merupakan pantai pasir putih dengan sedikit karang. Lokasi ini memliki presentase kesesuaian lahan sebesar 79,76%, dimana nilai tersebut termasuk kedalam kelas S2 untuk wisata pantai kategori rekreasi. Kriteria kelas S2 menunjukkan bahwa terdapat faktor pembatas yang agak serius. Hal ini dapat dikarenakan adanya sedikit semak sebagai penutupan lahan pantai di Lokasi stasiun 5. Peta kesesuaian wisata Pantai Santolo (Gambar 23).

4.5. Daya Dukung Kawasan Pantai Santolo

Daya Dukung Kawasan (DDK) diartikan sebagai jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda,

(23)

2007). Daya dukung kawasan Pantai Santolo disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan peruntukan. Pemanfaatan suatu kawasan untuk kegiatan wisata seharusnya memperhatikan daya tampungnya agar tetap berkelanjutan. Adapun aktivitas yang dapat dilakukan di kawasan Pantai Santolo antara lain berjemur, berperahu, berenang, surfing, memancing, dan rekreasi pantai. Rekreasi pantai meliputi jalan-jalan di pinggir pantai, duduk santai, melihat pemandangan, dan fotografi. Hasil perhitungan daya dukung ekologis kawasan Pantai Santolo disajikan pada Tabel 8. Perhitungan daya dukung ekologis kawasan Pantai Santolo dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 8. Daya dukung ekologis kawasan Pantai Santolo

Lokasi Jenis Kegiatan Panjang Garis Pantai (Lt) DDK

1 Berjemur 500 m 20 orang Berperahu 300 m 48 orang Surfing 300 m 12 orang 2 Berjemur 500 m 20 orang Berperahu 200 m 32 orang Berenang 1000 m 40 orang 3 Memancing 100 m 20 orang

Rekreasi Pantai 200 m 8 orang

4 Rekreasi Pantai 900 m 36 orang

5 Memancing 200 m 40 orang

Rekreasi Pantai 100 m 4 orang

Total 280 orang

Sumber : Data primer diolah 2010

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai daya dukung kawasan di Pantai Santolo adalah masing-masing 40 orang per hari untuk kegiatan berenang dan berjemur dengan panjang garis pantai yang dapat dimanfaatkan sebesar 1000 meter. Namun, wisatawan harus berhati-hati ketika melakukan aktivitas berenang mengingat ombak di Pantai Santolo cukup besar. Nilai daya dukung kawasan di Pantai Santolo untuk kegiatan berperahu adalah sebesar 80 orang per hari dengan panjang garis pantai yang dapat dimanfaatkan sebesar 500 meter. Kegiatan berperahu ini biasa dilakukan oleh wisatawan yang ingin menikmati keindahan Pantai Santolo sambil merasakan ombak pantai selatan.

(24)
(25)

Nilai daya dukung kawasan di Pantai Santolo untuk kegiatan memancing adalah sebesar 60 orang per hari dengan panjang garis pantai yang dapat dimanfaatkan sebesar 300 meter. Nilai daya dukung kawasan di Pantai Santolo untuk kegiatan rekreasi pantai adalah sebesar 48 orang per hari dengan panjang garis pantai yang dapat dimanfaatkan sebesar 1200 meter. Kegiatan rekreasi pantai yang umunya dilakukan di Pantai Santolo meliputi jalan-jalan di pinggir pantai, melihat pemandangan, duduk santai, dan fotografi. Kegiatan rekreasi pantai ini merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh wisatawan. Nilai daya dukung kawasan di Pantai Santolo untuk kegiatan surfing adalah sebesar 12 orang per hari dengan panjang garis pantai yang dapat dimanfaatkan sebesar 300 meter.

Pantai Santolo memiliki Daya Dukung Kawasan (DDK) sebesar 280 orang per harinya, yang berarti bahwa jumlah pengunjung yang diperbolehkan melakukan kegiatan wisata di wilayah pesisir Pantai Santolo setiap harinya adalah 280 orang. Pembatasan jumlah pengunjung ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak-dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata yang dilakukan pengunjung seperti pembuangan sampah di sembarang tempat.

Saat ini jumlah kunjungan wisatawan di Pantai Santolo per harinya masih di bawah daya dukung kawasan yaitu sebesar 249 orang per harinya. Jumlah kunjungan wisatawan pada hari biasa (Senin-Jum`at) masih sangat sedikit, sedangkan untuk akhir pekan atau hari libur wisatawan yang berkunjung ke Pantai Santolo cukup banyak namun tetap tidak melebihi daya dukung kawasannya. Untuk memaksimalkan jumlah wisatawan terutama di hari biasa, diperlukan promosi wisata Pantai Santolo melalui beberapa media informasi yang ada.

4.6. Analisis Nilai Ekonomi Wisata

Penentuan nilai ekonomi wisata didasarkan pada pendekatan biaya perjalanan wisata yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan selama melakukan kunjungan wisata ke Pantai Santolo dan jumlah kunjungan wisatawan ke Pantai Santolo. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi pulang pergi, biaya konsumsi, biaya akomodasi dan lain-lain. Biaya perjalanan wisata yang didasarkan pada biaya-biaya tersebut sangat

(26)

ditentukan oleh biaya masing-masing wisatawan. Dari perhitungan analisis nilai ekonomi wisata (Lampiran 11) yang telah dilakukan, diketahui bahwa kawasan wisata Pantai Santolo mempunyai nilai ekonomi wisata sebesar Rp. 497.228.313/ha/tahun.

Berdasarkan nilai ekonomi wisata tersebut diketahui bahwa Pantai Santolo memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai. Jika kawasan wisata Pantai Santolo dioptimalkan pengembangan dan pengelolaannya dengan merawat sarana dan prasarana serta menjaga kelestarian sumberdaya alam yang ada di Pantai Santolo maka hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah serta dapat mensejahterakan masyarakat di sekitar kawasan Pantai Santolo.

4.7. Arahan Pengelolaan Kawasan Pantai Santolo

Arahan pengelolaan untuk pengembangan kawasan Pantai Santolo ini diambil dari hasil analisis yang telah dilakukan dengan melihat potensi serta hambatan yang ada di kawasan Pantai Santolo. Potensi ini dilihat dari faktor kekuatan (strengths) dan faktor peluang (opportunities) yang ada di Pantai Santolo. Sedangkan hambatan dilihat dari faktor kelemahan (weakness) dan faktor ancaman (threats) yang ada di Pantai Santolo.

Faktor kekuatan (strengths) dari Pantai Santolo antara lain :

1. Bentang alam yang indah dan masih alami yang sesuai untuk kegiatan wisata pantai berdasarkan IKW

2. Objek wisata sejarah (berupa dermaga bekas peningggalan Belanda, gua Jepang, dan curugan)

3. Adanya kegiatan “hajat laut pakidulan” yang diadakan setiap setahun sekali 4. Daya dukung kawasan yang masih tinggi

Faktor kelemahan (weakness) dari Pantai Santolo antara lain : 1. Fasilitas penunjang kegiatan wisata di Pantai Santolo masih kurang 2. Kualitas sumberdaya manusia masih rendah

3. Pengelolaan belum optimal

Faktor peluang (opportunities) dari Pantai Santolo antara lain : 1. Akses menuju kawasan Pantai Santolo cukup mudah

(27)

Faktor ancaman (threats) dari Pantai Santolo antara lain :

1. Penurunan kualitas lingkungan dampak dari kegitan wisatawan (pembuangan sampah sembarangan)

2. Potensi Tsunami

Berdasarkan potensi dan hambatan yang ada di Pantai Santolo tersebut, maka arahan pengelolaan yang disarankan untuk pengembangan ekowisata di Pantai Santolo antara lain berupa : pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal yaitu dengan menyesuaikan kegiatan wisata yang ada berdasarkan IKW dan DDK (berdasarkan

S

1,4 & W3), diperlukan perawatan dan penambahan fasilitas pendukung kegiatan wisata (berdasarkan W1 & T1), dan meningkatkan promosi kawasan Pantai Santolo melalui beberapa media informasi (berdasarkan S1,2,3,4 & O2). Ketiga arahan ini diambil berdasarkan tingkat kepentingan yang menjadi prioritas utama untuk pengembangan ekowisata di kawasan Pantai Santolo.

Arahan pertama, pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal yaitu dengan menyesuaikan kegiatan wisata yang ada berdasarkan IKW dan DDK. Kawasan Pantai Santolo merupakan salah satu pantai andalan wisata alam di Kabupaten Garut yang memiliki potensi sumberdaya alam yang masih alami serta panorama yang indah. Sehingga diperlukan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal namun tetap menjaga kelestarian lingkungan yaitu dengan menyesuaikan kegiatan wisata yang ada berdasarkan IKW dan DDK.

Arahan kedua, diperlukan perawatan dan penambahan fasilitas pendukung kegiatan wisata. Untuk menunjang kegiatan wisata di Pantai Santolo diperlukan fasilitas pendukung yang memadai serta perawatan terhadap fasilitas yang sudah ada. Adapun fasilitas yang perlu ditambah di kawasan Pantai Santolo antara lain : tempat sampah, toilet, sarana olahraga seperti lapangan voli pantai, dan area parkir yang lebih luas. Untuk penyediaan tempat sampah sendiri memang sangat penting, dimana saat ini tempat sampah di Pantai Santolo sangat minim sehingga banyak wisatawan banyak yang membuang sampah sembarangan. Apabila kegiatan pembuangan sampah sembarangan ini terus berlanjut, akan mengakibatkan rusaknya kondisi lingkungan di Pantai Santolo.

(28)

Arahan ketiga, meningkatkan promosi kawasan Pantai Santolo melalui beberapa media informasi. Sebagian besar wisatawan yang datang ke Pantai Santolo merupakan wisatawan lokal yang berasal dari Bandung dan Garut. Promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Garut masih belum terlalu gencar. Sehingga diperlukan peningkatan promosi kawasan Pantai Santolo melalui beberapa media informasi untuk meningkatkan jumlah wisatawan di Pantai Santolo. Dengan arahan pengelolaan ini diharapkan Pantai Santolo kedepannya dapat berkembang menjadi kawasan wisata pantai unggulan dengan konsep ekowisata untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Gambar

Tabel 6. Kualitas perairan Pantai Santolo
Gambar 5. Komposisi responden masyarakat lokal di Pantai Santolo berdasarkan            tingkat pendidikan
Gambar 13. Komposisi responden wisatawan di Pantai Santolo berdasarkan daerah            asal
Gambar 19. Kegiatan yang biasa dilakukan responden wisatawan di Pantai Santolo    Keterangan : *pilihan jenis kegiatan dapat dipilih lebih dari satu
+4

Referensi

Dokumen terkait

Melasma dapat terjadi pada semua ras, akan tetapi paling sering mengenai individu berkulit gelap (tipe kulit Fitzpatrick IV, V, VI), yaitu bangsa Hispanik, Asia

Oleh karena itu hasil perhitungan yang menunjukkan nilai p &lt; 0,05 pada nyeri saat bangkit dari posisi duduk dan nyeri saat naik tangga 3 trap, artinya terdapat

Rencana Kerja Tahun 2019 ini berpedoman kepada Tugas Pokok dan Fungsi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Babak ketiga merupakan soal rebutan, dimana pada babak ini juri akan membacakan 10 pertanyaan dan masing-masing grup harus menekan bel dengan cepat untuk dapat

Pernyataan kelima yaitu auditor harus mempertimbangkan kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terkait periode waktu yang pantas tidak lebih dari

Akibat dari banyaknya aktifitas perdagangan di kawasan Jalan Benteng Pancasila ini memunculkan permasalahan baru yakni terganggunya lalu lintas dikarenakan banyaknya

Data text yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keadaan umum kawasan wisata Pantai Santolo, data biofisik kawasan Pantai Santolo, sumberdaya manusia, isu dan

Seperti pada saat proses leleh material plastik, panas yang diberikan oleh kompor minyak belum maksimal menyabarkan panas ke cetakan yang menyebabkan hasil yang