• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR REDAKSI. Salam Redaksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR REDAKSI. Salam Redaksi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PENGANTAR REDAKSI

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat-Nya segala yang kita lakukan dengan kerja keras dapat terlaksana dengan baik. Jurnal Etnoreflika Volume 3 Nomor 3 bulan Oktober tahun 2014 telah terbit dengan menyajikan 9 (sembilan) tulisan. Ke sembilan tulisan tersebut merupakan hasil penelitian dari sejumlah dosen dengan berbagai disiplin ilmu, yakni sosial dan budaya yang berasal dari bidang ilmu yang berbeda-beda. Jurnal Etnoreflika Volume 3 Nomor 3, Oktober 2014, memuat tulisan sebagai berikut:

 Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat pada Objek Wisata Toronipa Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

 Peranan Budaya Lokal dalam Mendukung Pengembangan Obyek Wisata Walengkabola di Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna.

 Strategi Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Metro.

 Model Pendidikan Karakter Anak Usia Prasekolah Berbasis Metode Dongeng pada Taman Kanak-kanak di Kota Kendari.

 Fungsi Pemerintah Desa dalam Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan.

 Penguatan Peran Pemerintah Daerah dan Kepolisian di Provinsi Sulaweso Tenggara terhadap Penanggulangan Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba.

 Negosiasi dalam Pelaksanaan Ritual Kaago-ago Liwu pada Masyarakat Desa Lasiwa Kecamatan Wakorumba Utara.

 Implementasi Kebijakan Retribusi Pasar Sentral Kota Kendari.

 Komunikasi Perspektif Gender pada Anak Usia Dini Melalui Reproduksi Narasi Buku Cerita Anak Berarketip Gender.

Semoga sajian dalam jurnal ini, dapat memberikan kontribusi, informasi maupun wawasan baru dalam bidang sosial dan budaya khususnya di daerah Sulawesi Tenggara.

(4)

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2014

DAFTAR ISI

H. Nasruddin Suyuti Hartini

Wa Ode Sitti Hafsah La Ode Aris

Dedy Subandowo Fenny Thresia

Marsia Sumule Genggong Asrul Jaya

Laode Mustafa R Erens Elvianus Koodoh Marwati La Ode Sahidin La Manguntara La Ode Amaluddin La Iba 602-613 614-621 622-631 632-641 642-649 650-671 672-679 680-690 691-700

Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat pada Objek Wisata Toronipa Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara

Peranan Budaya Lokal dalam Men-dukung Pengembangan Obyek Wisata Walengkabola di Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna

Strategi Kesopanan Berbahasa ter-hadap Kemampuan Tindak Tutur Ma-hasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muham-madiyah Metro

Model Pendidikan Karakter Anak Usia Prasekolah Berbasis Metode Dongeng pada Taman Kanak-kanak di Kota Kendari

Fungsi Pemerintah Desa dalam Pem-binaan Lembaga Kemasyarakatan Penguatan Peran Pemerintah Daerah dan Kepolisian di Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap Penanggulangan Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba

Negosiasi dalam Pelaksanaan Ritual Kaago-ago Liwu pada Masyarakat Desa Lasiwa Kecamatan Wakorumba Utara

Implementasi Kebijakan Retribusi Pasar Sentral Kota Kendari

Komunikasi Perspektif Gender pada Anak Usia Dini Melalui Reproduksi Narasi Buku Cerita Anak Berarketip

(5)

ETNOREFLIKA

VOLUME 3 No. 3. Oktober 2014. Halaman 680-690

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PASAR SENTRAL

KOTA KENDARI

1

La Manguntara2 La Ode Amaluddin3

ABSTRAK

Pengelolaan Pasar Sentral Kota Kendari belum dilaksanakan menurut ketentuan Perda No. 3 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Kendari. Pengelolaannya berada di bawah BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah) Kota Kendari sebagai akibat dari adanya konflik berkepanjangan antara KPPS (Kesatuan Pedagang Pasar Sentral) dengan pejabat PD Pasar Kota Kendari. Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan PS Kota Kendari, secara umum sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh pasar-pasar lainnya. Pemanfaatan potensi retribusi hanya mencapai rata-rata 30 persen dari potensi yang tersedia. Selain adanya isu pembangunan PS kota menjadi pasar modern, kondisi objek retribusi yang relatif tidak stabil dan rendahnya kesadaran wajib retribusi dalam melaksanakan kewajibannya menjadi faktor utama yang menghambat pelaksanaan pengelolaan retribusi PS Kota Kendari. Selain itu, pelayanan kepada wajib retribusi yang tidak maksimal seperti keterlambatan mobil pengangkut sampah ataupun pemadaman lampu oleh PLN, juga menjadi salah faktor signifikan yang menghambat optimalisasi penerimaan retribusi PS Kota Kendari.

Kata kunci: pengelolaan pasar, retribusi, pendapatan daerah

ABSTRACT

Management of Kendari's central market has not done based region regulation No. 3 2004, about The Establishment of Regional Enterprise Market of Kendari. The management is under BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah- Financial Management Board and the Regional Assets) Kendari City as a result of the prolonged conflict between KPPS (Kesatuan Pedagang Pasar Sentral - Unitary of Central market Traders) with functioning territory bussines market Kendari City. The problem that appear in management at central market Kendari City, generally similar to the problems faced by other markets. Exploiting the potential of retribution only reached an average of 30 percent of the available potential. In addition to the issue of contruction of traditional central market Kendari City to become modern market, the condition object retribution relatively unstable and low awareness in performing the obligations to pay retribution is become the major factor hampering the implemention of the retribution management in Kendari's central market. Beside, servicing to compulsory retribution are not optimal as garbage as well as the high frequency of electrical failure by the government PLN (Perusahaan Listrik Negara - Electric Nation Firm). The lack of good service become one significant factor that hinder the optimization of revenue in Kendari's central market.

Keywords: management of central market, retribution

1Hasil Penelitian

2Staf Pendidik pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Halu Oleo, Kampus Bumi Tridharma, Jl. H.E. Agus Salim Mokodompit, Kendari 93232, Pos-el: lamanguntara@yahoo.co.id

3

Staf Pendidik pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kampus Bumi Tridharma, Jl. H.E. Agus Salim Mokodompit, Kendari 93232, Pos-el: amaluddin.75@gmail.com

(6)

Etnoreflika, Vol. 3, No. 3, Oktober 2014: 680-690

681 A. PENDAHULUAN

Retribusi pasar merupakan salah satu sumber penerimaan penting di antara sumber-sumber penerimaan PAD (Lutfi, 2005; Kusman, 2002; Syamsuri, 2003). Namun demikian, dalam pengelolaannya masih dijumpai sejumlah masalah yang berakibat pada tidak optimalnya penggalian potensi retribusi pasar ini. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor-faktor seperti: (1) kurangnya kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-tugasnya; (2) terbatas-nya sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki; (3) rendahnya kesadaran wajib retribusi; dan (4) kurangnya pengawasan dalam pelaksanaannya (Syamsuri, 2003). Hal lainnya yang sudah menjadi kecen-derungan umum dalam pengelolaan ret-ribusi pasar adalah adanya kebocoran dana retribusi pada tingkat pemungutan maupun pada saat pengumpulan retribusi pasar se-belum masuk ke kas daerah (La Mangun-tara, 2007).

Berangkat dari fenomena tersebut di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk me-lihat sejauh mana permasalahan yang ter-jadi memiliki derajat keteralihan (transfer-ability) pada pasar sentral Kota Kendari. Ini dimaksudkan untuk menelusuri apakah ter-dapat kecenderungan yang sama mengenai permasalahan dalam pengelolaan retribusi pasar.

Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan asupan teoritik bagi upa-ya meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi, khususnya retribusi pasar serta mampu menyediakan informasi yang berharga seputar penge-lolaan retribusi pasar di Kota Kendari, khu-susnya pada Pasar Sentral Kota Kendari.

Penelitian ini bertujuan untuk men-deskripsikan implementasi kebijakan retri-busi pasar pada Pasar Sentral Kota Kendari serta faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah, khususnya pemerintah daerah Kota Kendari

dan PD Pasar Kota Kendari dalam usaha pengelolaan dan peningkatan pendapatan asli daerah yang bersumber dari retribusi pasar terutama Pasar Sentral Kota Kendari

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kebijakan Publik

Fredrick (dalam Islamy, 2002:17) memberikan pengertian kebijakan sebagai “…….a proposed course of action of person, group, or government within a given environmnent providing obstacles and opportunities which the policy was proposed to utilize and overcome in an effort to reach a goal or relize an objective or purpose.”.

Hugh Heclo sebagaimana yang dikutip oleh Soenarko (1998), mendefini-sikan kebijakan sebagai suatu arah kegiatan yang tertuju kepada tercapainya beberapa tujuan. Thomas R. Dye (1992:2) mendefini-sikan kebijakan sebagai “is whatever go-vernment choose to do or not to do” (apa-pun yang dipilih pemerintah untuk dila-kukan atau tidak diladila-kukan). Lebih lanjut Dye, mengatakan bahwa bila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya (objektifnya), dan kebijakan negara itu harus meliputi semua tindakan pemerintah. Jadi kebijakan bukan semata-mata merupakan pernyataan keingi-nan pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Di samping itu, sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh pemerintah pun termasuk kebijakan negara. Hal ini disebabkan kare-na ‘sesuatu yang tidak dilakukan’ oleh pe-merintah akan mempunyai pengaruh (dam-pak) yang sama besarnya dengan ‘sesuatu yang dilakukan’ oleh pemerintah.

Dari beberapa pengertian kebijakan negara yang telah dikemukakan di atas, Islamy (2002: 20) mengemukakan beberapa elemen penting dari kebijakan negara (pub-lic po(pub-licy), yaitu: (1) bahwa kebijakan ne-gara itu dalam bentuk perdananya berupa penetapan tindakan-tindakan pemerintah; (2) bahwa kebijakan negara itu tidak cukup

(7)

La Manguntara & La Ode Amaluddin- Implementasi Kebijakan Retribusi Pasar Sentral Kota Kendari

hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuknya yang nyata; (3) bahwa kebijakan negara baik untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu itu mempunyai dan dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu; (4) bahwa kebijakan negara itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh anggota masyarakat.

2. Implementasi Kebijakan Publik.

Implementasi kebijakan berarti usa-ha mewujudkan secara aktual alternatif yang telah dipilih untuk memecahkan ma-salah (Islamy, 2003:39). Hal ini mencakup segala kegiatan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta (se-cara individual atau kelompok) yang di-arahkan untuk mencapai tujuan (meme-cahkan masalah) yang telah ditetapkan.

Proses implementasi lebih rinci di-kemukakan oleh Mazmanian dan Sabatier (1981:4) sebagai berikut :

“Implementation is carrying out of basic policy decision, usually incoporated in a statue but which can also take the form, of important executive orders or court deci-sions. Ideally, that decisions identifies the problem (s) to be addressed, stimulates the objective(s) to be persuade, and, in a va-riety of ways, “structures” the implemen-tation process. The process normally runs through a number of stage beginning with passage of the basic statute, followes by the policy outputs (decisions) of implementing agencies, the complience of target groups with those decisions, the actual im-pacts….both intended and unintended …..of those out, the percieved impacts of agency decisions, and, finally, important revisions (or attempted revisions) in the basic statute. Berdasarkan pendapat di atas, nam-pak bahwa proses implementasi meliputi: a. Disahkannya Undang-undang dan

di-ikuti oleh output kebijakan dalam ben-tuk pelaksanaan kebijakan oleh agen-agen yang mengimplementaskannya.

b. Ketaatan kelompok sasaran (target group) dengan kebijakan tersebut.

c. Pengaruh-pengaruh nyata baik yang dikehendaki atau tidak dari output ke-bijakan.

d. Pengaruh-pengaruh kebijakan sebagai-mana dipersepsikan oleh agen pengam-bil kebijakan.

e. Perbaikan-perbaikan penting terhadap Undang-undang/kebijakan tersebut.

Ada beberapa faktor yang Mem-pengaruhi Implementasi Kebijakan. Marse (dalam Sunggono, 1994:49) mengidentifi-kasi beberapa aspek yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu: (1) isi dari suatu kebijakan yang akan diimplementasi-kan; (2) tingkat informasi dari pelaku yang terlibat; (3) banyaknya dukungan bagi ke-bijakan yang diimplementasikan; dan (4) pembagian potensi.

Faktor lain yang mempengaruhi im-plementasi kebijakan adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh George Edwards III (1980:10), bahwa terdapat empat (4) faktor yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan yaitu : (1) komunikasi; (2) sumber-sumber (recources); (3) disposisi sikap para pelaksana; dan (4) struktur biro-krasi.

Pada hakekatnya, sesuai dengan adagium baku, rakyat mempunyai kewa-jiban mutlak untuk mematuhi hukum (peo-ple have the absolute duty to obey the law), demikian pula halnya dengan kewajiban menjalankan kebijakan negara/pemerintah. Menurut Anderson (Islamy, 2003:39), ter-dapat beberapa alasan mengapa rakyat mau melaksanakan kebijakan yaitu: (1) respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan badan pemerintah; (2) adanya kesadaran untuk menerima kebijakan peme-rintah; (3) adanya keyakinan bahwa kebi-jakan itu dibuat secara sah, konstitusional dan menurut prosedur yang benar; (4) ada-nya kepentingan pribadi; adaada-nya sanksi bila tidak melaksanakan kebijakan. Sebaliknya,

(8)

Etnoreflika, Vol. 3, No. 3, Oktober 2014: 680-690

683

rakyat tidak mau melaksanakan kebijakan karena alasan: (1) kebijakan yang ada bertentangan dengan nilai masyarakat; (2) adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum; (3) keanggotaan sese-orang dalam kelompok atau perkumpulan; (4) keinginan untuk memperoleh keuntu-ngan dekeuntu-ngan cepat; (5) adanya ketidak-pastian hukum, dan sebagainya.

Implementasi kebijakan publik ter-laksana melalui beberapa tahapan. Lewis A. Gunn (1984) dalam Islamy (2002) menge-mukakan tahap implementasi kebijakan publik sebagai berikut :

Tahap I, terdiri atas kegiatan-kegiatan: a) mengembangkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas; b) menentukan standar pelaksanaan; c) me-nentukan cara yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan.

Tahap II, merupakan pelaksaan program dengan mendayagunakan struktur staf, sum-ber daya, prosedur, biaya serta metode. Tahap III, meliputi kegiatan-kegiatan: a) menentukan jadwal; b) melakukan peman-tauan; c) mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan prog-ram, sehingga jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan yang sesuai dengan segera.

Sedangkan Lineberry (Islamy, 2003: 39) menjelaskan bahwa dalam imple-mentasi kebijakan sedikitnya diperlukan unsur-unsur: (1) pembentukan unit pelak-sana, personalia dan anggaran serta fasili-tas yang dibutuhkan; (2) penetapan pedo-man secara teknis; (3) koordinasi di antara pelaksana dan tanggung jawab; (4) alokasi sumber-sumber untuk merealisasikan tuju-an sehingga jelas dampaknya bagi kelom-pok sasaran

3. Retribusi Daerah.

a. Obyek retribusi daerah.

Obyek retribusi adalah berbagai je-nis jasa tertentu yang disediakan oleh

pemerintah daerah (Kurniawan, 2004:145). Tidak semua jasa yang diberikan oleh pe-merintah daerah dapat dipungut retribu-sinya.

Menurut PP No. 66 Tahun 2001 ten-tang Retribusi Daerah, objek reribusi di-kelompokan ke dalam tiga golongan yakni retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu. Dari ketiga jenis penggolongan jenis retribusi daerah tersebut, retribusi pasar yang menjadi objek kajian penelitian ini masuk dalam kelom-pok retribusi jasa umum.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemungutan retribusi

Josef Riwu Kaho (1988:180) meng-identifikasi beberapa faktor yang mem-pengaruhi pemungutan retribusi antara lain adalah; (1) pengetahuan tentang asas-asas organisasi; (2) disiplin kerja; dan (3) faktor pengawasan yang efektif.

Sementara itu, Zauhar (1996) men-jelaskan bahwa dalam pelaksanaan kebija-kan retribusi, efektivitas pelaksanaan/pe-ngelolaannya dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor internal dan faktor eks-ternal. Faktor internal meliputi organisasi dan perencanaan, sistem dan prosedur, sara-na dan prasarasara-na, insentif serta koordisara-nasi dan kemampuan personil. Sedangkan faktor eksternal meliputi: kesadaran wajib pajak, pertumbuhan objek penerimaan, kondisi ob-jek penerimaan, kebijakan pemerintah pu-sat, serta perekonomian daerah.

Faktor lain yang berpengaruh terha-dap pemungutan retribusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ismail (2002:87) adalah: (1) relatif rendahnya basis retribusi daerah; (2) perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah; (3) ke-mampuan administrasi pemungutan yang masih rendah. Hal ini diasosiasi-kan bahwa pemungutan pajak dan retribusi cenderung dibebani oleh biaya pungut yang besar. PAD masih ter-golong memiliki buoyancy yang ren-dah. Salah satu sebabnya adalah

(9)

La Manguntara & La Ode Amaluddin- Implementasi Kebijakan Retribusi Pasar Sentral Kota Kendari

dite-rapkannya system “target” dalam pe-mungutannya; (4) kemampuan perencanaan dan penga-wasan keuangan yang lemah.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dan berbasis pada pendekatan kualitatif. Pendekatan ini diharapkan mam-pu menghasilkan suatu uraian yang men-dalam tentang berbagai hal yang ber-hubungan dengan pengelolaan retribusi pasar pada Pasar Sentral Kota Kendari.

Fokus penelitian ini diarahkan pada dua aspek yakni implementasi serta faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya. Pada Aspek implementasi penelitian ini menyo-roti empat aktivitas yang saling berhu-bungan antara satu dengan yang lainnya yakni: pendataan objek retribusi, penentuan target retribusi, pemungutan dan penyetoran retri-busi pasar ke kas daerah.

Pengumpualan data dalam pene-litian ini dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview); dokumen-tasi (documentation); dan observasi (obser-vation). Data yang terkumpul kemudian dilakukan analisis dengan mengikuti model analisis data dari Miles dan Huberman (1992) yang meliputi; reduksi data, penya-jian data, dan verifikasi/ penarikan kesim-pulan.

D. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PASAR SENTRAL KOTA KENDARI

1. Pendataan Objek Retribusi

Pendataan obyek retribusi pada pada Pasar Sentral Kota Kendari telah dilaksana-kan dengan baik. Sumber penerimaan ret-ribusi pasar di Kota Kendari termasuk di dalamnya Pasar Sentral Kota Kendari me-liputi: (1) retribusi pemakaian toko/kios; (2) retribusi pelataran; (3) retribusi kebersihan; (4) retribusi MCK; dan (5) retribusi parkir. Dari kelima sumber penerimaan retribusi pasar di atas, jenis retribusi utama yang

menjadi objek penerimaan retribusi Pasar Sentral Kota Kendari adalah retribusi pe-makaian toko/kios dan retribusi pelataran. Jumlah pedagang tetap (toko/kios) yang tercatat sebanyak 611 pedagang sementara pedagang loss/pelataran berjumlah 1000 orang. Meskipun jumlah ini setiap hari sa-ngat fluktuatif karena demikianlah karakter dari pedagang sekaligus menunjukkan ke-adaan objek retribusi pasar Sentral Kota. Temuan Yuzan Noor (2000) dan Syamsuri (2003), tentang kurang lengkapnya data jumlah pedagang sebagai salah satu faktor yang menghambat optimalisasi penerimaan retribusi pasar, khusus dalam kasus Pasar Sentral Kota Kendari, hal ini tidak terjadi. Ini menunjukkan bahwa administrasi pe-mungutan telah dilakukan dengan baik.

2. Penentuan Target Retribusi

Dari beberapa jenis retribusi yang telah ditetapkan sebagai sumber penerima-an retribusi Pasar Sentral Kota Kendari, penetapan target penerimaannya dilakukan berdasarkan kondisi objektif penerimaan retribusi seperti yang selama ini terjadi. Tabel 1: Target penerimaan dan realiasi retribusi Pasar Sentral Kota Kendari menurut jenis retribusi

No .

Jenis Retribusi Target/ bulan (Rp) Realisasi (Rp) Perse ntase (%) 1. Retribusi pemakaian toko/kios 7.300.000 6.763.500 92,6 2. Retribusi pelataran 8.920.000 936.000 89 3. Retribusi kebersihan 8.466.000 7.623.000 90 4. Retribusi MCK 10.000 43.000 400 5. Retribusi parkir 420.000 387.000 92 Jumlah 25.116.000 15.752.500

Tabel di atas menunjukkan bahwa capaian target penerimaan retribusi mem-perlihatkan performansi yang sangat baik karena realisasi penerimaan retribusi pada setiap item penerimaan tercapai rata-rata di atas 90 persen. Pertanyaannya kemudian adalah apakah angka-angka tersebut di atas telah menunjukkan keberhasilan pengelola-an retribusi Pasar Sentral Kota Kendari? Untuk menjawabnya, tentunya harus dimu-lai dari realitas kondisi obyektif setiap jenis

(10)

Etnoreflika, Vol. 3, No. 3, Oktober 2014: 680-690

685

retribusi yang ada, yakni dengan memban-dingkan jumlah objek retribusi tercatat de-ngan dasar tarif yang berlaku berangkat dari dasar normatif aturan yang berlaku.

a. Retribusi pemakaian toko/kios

Menurut Perda No. No. 14 Tahun 1998 Tentang Retribusi Pasar disebutkan bahwa besarnya tarif retribusi sewa tempat duduk untuk setiap petak pasar pada Pasar kelas II (B) adalah: Golongan BI Rp 90/m/-hari, Golongan BII Rp 80 m/90/m/-hari, Golongan BIII Rp 70 m/hari, Golongan BIV Rp 60/-m/hari. Merujuk pada ketentuan di atas, Pasar Sentral Kota masuk pada Golongan BI. Ini artinya bahwa setiap pemanfaatan bangunan/petak dalam pasar dikenakan ret-ribusi sebesar Rp 90/m/hari. Dengan jumlah petak sebanyak 611 dengan luas rata-rata per petak 20 meter per segi, maka potensi penerimaan retribusi (di luar pemanfaatan pelataran) adalah sebesar Rp 1.099.800,- per hari atau sebesar Rp 32.994.000,- per bulan.

Dengan melihat target penerimaan retribusi pemakaian toko/kios sebesar Rp 7.300.000,- per bulan, maka jumlah target penerimaan yang ditetapkan sesungguhnya hanya mencapai 22,1 persen dari potensi retribusi yang tersedia. Sehingga dengan re-alisasi sebesar rata-rata 90 persen dari tar-get yang telah ditetapkan, maka penerimaan retribusi dari pemakaian toko/kios pada Pa-sar Sentral Kota Kendari hanya berkiPa-sar 20 persen dari total potensi penerimaan yang ada. Tentunya ini adalah jumlah yang relatif sangat kecil.

Target penerimaan yang ditetapkan oleh pengelola Pasar Sentral Kota kendari sebesar rata-rata Rp. 1.500,- setiap petak bangunan yang dipergunakan pedagang se-benarnya sudah cukup realistik bila diban-dingkan dengan potensi yang tersedia. Na-mun realisasinya sangat jauh dari harapan.

Kendala-kendala dalam mengopti-malkan penerimaan retribusi pasar sebagai-mana yang terjadi pada Pasar Sentral Kota

ini nampaknya menunjukkan kecenderu-ngan yang sama dekecenderu-ngan permasalahan yang terjadi dalam pemungutan retribusi di dae-rah lain (La Manguntara, dkk, 2006). Faktor rendahnya kesadaran wajib retribusi (Syam-suri, 2003; Kusman, 2002 ) menjadi faktor utama yang menghambat optimalisasi pene-rimaan retribusi pasar.

Penegakan aturan yang berlaku nampaknya sangat sulit dilakukan mengi-ngat kondisi objek retribusi pasar yang ti-dak tetap. Sanksi yang diterapkan kepada pedagang justru berakibat pada semakin menúrunnya penerimaan karena pedagang Pasar Sentral yang tergabung dalam KPPS (Kesatuan Pedagang Pasar Sentral) justru bereksi secara ‘berani’ dengan tidak mem-bayar retribusi. Bahkan mereka mengancam untuk tidak membayar cicilan bulanan dari kios yang mereka pergunakan (wawancara dengan Syahrir tanggal 15 September 2005). Keadaan ini muncul terutama setelah adanya isu pembangunan pasar sentral kota menjadi pasar modern, karena para peda-gang dihantui oleh kekhawatiran mahalnya sewa kios serta ancaman akan masuknya pedagang lain yang memiliki kekuatan loby lebih kuat dari mereka. Kondisi ini pulalah yang telah menyebabkan menurunnya ang-ka penerimaan retribusi pasar sentral ang-karena pedagang beranggapan bahwa retribusi yang tidak dibayar tidak akan berimplikasi berarti bagi mereka. Selain itu, mereka juga beranggapan bahwa pasar yang ada seka-rang nantinya juga akan dibangun kembali sehingga menganggap pembayaran retribusi tidaklah perlu.

b. Retribusi pelataran

Pelataran sebagaimana disebutkan dalam Perda No. No. 14 Tahun 1998 Ten-tang Retribusi Pasar adalah tempat dagang yang memanjang dan tidak beratap dan ti-dak berdinding (terbuka) serta diisi bebe-rapa orang pedagang. Lebih lanjut dijelas-kan dalam Perda tersebut bahwa pemakaian pelataran dalam pasar kelas II dipungut

(11)

ret-La Manguntara & ret-La Ode Amaluddin- Implementasi Kebijakan Retribusi Pasar Sentral Kota Kendari

ribusi jualan sebesar Rp 400/3m/hari/lantai dan Rp 300/3m/hari/tanah.

Dengan asumsi bahwa setiap peda-gang pelataran membayar rata-rata sebesar Rp 350,- dengan pemanfaatan pelataran se-luas rata-rata 6 meter persegi, maka setiap hari akan diperoleh penerimaan retribusi sebesar Rp 700.000,- atau sebesar Rp 21.000.000,- per bulan. Dengan demikian, target penerimaan retribusi pelataran yang ditetapkan sebesar Rp 8.920.000,- per bulan sebenarnya hanya mencapai 42,5 persen dari potensi yang tersedia.

c. Retribusi kebersihan

Retribusi untuk pemeliharaan keber-sihan bagi pasar yang dibangun pemerintah daerah sebagaimana disebutkan dalam Per-da No. 14 Tahun 1998 Tentang Retribusi Pasar adalah sebesar Rp 200/petak per hari untuk retribusi pemeliharaan kebersihan dan Rp 100,- per hari untuk retribusi keamanan pasar.

Dalam prakteknya, untuk jenis retri-busi ini justru dinaikkan menjadi Rp. 500,- per hari tanpa membedakan antara peda-gang toko maupun pelataran. Jika peneri-maan ini berjalan normal, setiap hari akan diperoleh retribusi sebesar Rp 805.500,- atau sebesar Rp. 24.165.000,- per bulan. Namun target yang ditetapkan hanya sebe-sar Rp 8.466.000,-. Jumlah ini hanya men-capai 35 persen dari total potensi yang ter-sedia.

d. Retribusi parkir dan MCK.

Menurut Perda No. No. 14 Tahun 1998 Tentang Retribusi Pasar, Retribusi Parkir dan MCK masuk dalam kategori retribusi pemakaian fasilitas penunjang pa-sar. Setiap satu kali pemakaian pada semua kelas pasar ditetapkan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) adalah; untuk buang air besar Rp 500, buang air kecil Rp 100, mandi Rp 1000,-. Dalam penelitian ini, kontribusi ret-ribusi ini sangat tidak signifikan sehingga tidak perlu diuraikan lebih lanjut.

Sementara untuk retribusi parkir, dalam hal ini retribusi kendaraan bermotor ditetapkan; retribusi kendaraan tidak ber-motor penjual keliling sebesar Rp 500,- dan kendaraan bermotor sebesar Rp 1.500,-. Dalam prakteknya, pemungutan retribusi parkir tidak dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku namun dilakukan melalui sis-tem target yakni setiap hari pekerja yang ditugaskan sebagai tukang parkir diwajib-kan menyetor Rp 16.000,- per hari. Hal ini dilakukan karena cara seperti ini dianggap cukup efektif sehingga pemasukan retribusi parkir menjadi stabil tanpa dibebani dengan target yang memberatkan petugas parkir. Hal ini juga memungkinkan petugas parkir bisa bekerja lebih ’bersemangat’ karena pe-nerimaan di atas target yang ditetapkan menjadi pendapatan pribadi petugas yang bersangkutan. Langkah tersebut dilakukan karena sifat penerimaan untuk jenis retri-busi parkir memiliki kondisinya yang sa-ngat unpredictable. Akibatnya, penetapan estimasi jumlah target sangat sulit dilaku-kan.

Mencermati persentase penetapan target retribusi di atas, yakni target retribusi sebesar 20 persen dari potensi retribusi makaian kios, 42,5 persen pemanfaatan pe-lataran, serta 35 persen retribusi kebersihan, menunjukkan angka yang relatif rendah. Namun demikian inilah karakter retribusi pasar yang keadaannya sulit dipaksakan un-tuk disesuaikan dengan ketentuan yang ber-laku. Adapun langkah yang mungkin bisa dilakukan adalah pendekatan persuasif ke-pada para pedagang yang enggan mem-bayar retribusi sehingga dengan kesadaran mereka bisa diperoleh hasil yang optimal.

Rendahnya retribusi pemakaian kios maupun penggunaan pelataran menunjuk-kan adanya kesulitan pengelolaan retribusi pasar untuk menegakkan kebijakan retribusi yang ada secara konsisten. Hal ini karena karakter pengelolaan (khususnya pemungu-tan) retribusi pasar ini memang lebih me-ngandalkan sifat persuasi dari petugas

(12)

pe-Etnoreflika, Vol. 3, No. 3, Oktober 2014: 680-690

687

ngelola karena nampaknya hampir tidak mungkin bagi petugas pasar memaksakan aturan yang berlaku. Justru jika hal tersebut dilakukan akan berdampak pada menurun-nya penerimaan retribusi yang tentumenurun-nya akan berimplikasi pada penerimaan daerah secara umum.

3. Pemungutan Retribusi

a. Prosedur pemungutan

Pemungutan retribusi belum dilak-sanakan sesuai dengan ketentuan yang ber-laku. Seharusnya, besarnya tarif retribusi sewa tempat duduk untuk setiap petak pasar adalah Pasar kelas II (B) adalah: Golongan BI Rp 90/m/hari, Golongan BII Rp 80 m/hari, Golongan BIII Rp 70 m/hari, Golo-ngan BIV Rp 60/m/hari. Dalam pelaksana-annya pemungutan retribusi tidak mengacu pada ketentuan ini. Tarif retribusi justru di-tetapkan secara merata yakni bagi pengguna kios Rp. 1.500,- per petak sedangkan peng-guna pelataran Rp 1.000,- per petak. Hal tersebut dilakukan karena retribusi ini nam-paknya tidak dapat dipaksakan. Justru jika mengikuti aturan akan menurunkan peneri-maan.

Menurut Soesilo Zauhar (1996), kondisi objek penerimaan yang memiliki karakter demikian ini menjadi salah satu faktor eksternal yang berpengaruh besar da-lam pengelolaan retribusi daerah termasuk di dalamnya pengelolaan retribusi pasar ini. Tidak dijalankannya aturan tarif retribusi pasar secara konsisten juga terjadi pada pa-sar yang lain seperti di Kota Malang (La Manguntara, dkk, 2006). Kondisi ini nam-paknya menjadi karakter khas yang melekat pada retribusi pasar.

Dilihat dari segi tata cara pemungu-tan, pelaksanaannya sudah berjalan seperti prosedur yang berlaku. Setiap pembayaran retribusi yang dipungut dilakukan dengan menggunakan karcis yang dicetak dan di-perporasi di Dinas Pendapatan dan pemu-ngutannya dikontrol oleh koordinator pasar sentral. Pegawai yang tersedia sudah cukup

memadai. Displin dan pembagian kerja su-dah berjalan baik, pengawasan kepada pe-tugas pemungut sudah dipastikan berjalan sesuai rencana (Kaho,1988). Adapun kebo-coran di tingkat pemungut masih dapat di-maklumi karena yang paling penting se-bagai kontrol internal untuk memastikan pelaksanaan pemungutan berjalan normal adalah pencapaian target. Meski demikian, sebenarnya perlu uji petik yang dilakukan oleh pihak eksternal. Ini dimungkinkan un-tuk memastikan secara objektif kondisi pe-nerimaan yang sebenarnya di lapangan. De-ngan hasil uji petik ini diharapkan akan ada perbandingan yang ’jujur’ antara keterang-an dari pengelola pasar seputar objek pene-rimaan retribusi dengan informasi yang di-himpun oleh pihak eksternal.

b. Prosedur pencetakan dan pendistribusian karcis

Secara prosedural, sesuai ketentuan yang berlaku, proses pemungutan retribusi dilakukan dengan menggunakan karcis. Se-cara umum hal ini telah dilaksanakan de-ngan baik.

Pegawai pemungut (juru pungut) yang berhubungan langsung dengan akti-vitas pemungutan dan pengumpulan retri-busi pasar berjumlah 12 orang. Menurut keterangan Penanggung jawab PS Kota, juru pungut bekerja dengan disiplin dan de-ngan pembagian kerja yang baik. Setiap petugas (juru pungut) sudah mempunyai wilayah tugas tetap yang dibagi ber-dasarkan letak bedak/loss ataupun dasaran/-halaman yang berdekatan, sehingga setiap hari, para pedagang hanya berhubungan dengan orang yang sama ketika membayar retribusi pasar. Hal ini memungkinkan bagi se-tiap juru pungut mengenal benar kondisi para pedagang yang membayar retribusi pasar setiap harinya. Jika pada suatu saat ada juru pungut yang berhalangan datang, maka akan digantikan oleh orang lain yang ditunjuk oleh koordinator petugas pe-mungut.

(13)

La Manguntara & La Ode Amaluddin- Implementasi Kebijakan Retribusi Pasar Sentral Kota Kendari

Setelah selesai melaksanakan tugas-nya, para juru pungut menyerahkan dana retribusi bersama bukti karcis pembayaran-nya kepada koordinator juru pungut. Hasil setoran dana retribusi tersebut selanjutnya dibukukan dalam buku catatan penerimaan harian retribusi pasar. Dana yang telah ter-kumpul itu kemudian diserahkan kepada Kepala Pasar untuk selanjutnya disetor ke kas daerah.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian di atas, implementasi kebijakan retribusi pasar pada Pasar Sentral Kota Kendari dapat disimpul-kan beberapa hal sebagai berikut:

Pengelolaan Pasar Sentral Kota Kendari belum dilaksanakan sesuai keten-tuan yang berlaku yakni Perda No. 3 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Kendari. Pengelolaan-nya berada di bawah BPKAD (Badan Pe-ngelola Keuangan dan Aset Daerah) Kota Kendari sebagai akibat dari adanya konflik yang berkepanjangan antara KPPS (Kesa-tuan Pedagang Pasar Sentral) dengan peja-bat PD Pasar Kota Kendari.

Pendataan objek retribusi pasar Kota Kendari telah dilaksanakan dengan baik. Tersedianya data base yang lengkap mengenai jumlah pedagang baik pedagang yang menempati toko/kios maupun pelata-ran menjadi dasar yang baik bagi penentuan target penerimaan retribusi. Jenis retribusi yang menjadi sumber penerimaan pasar Kota Kendari meliputi: 1) Retribusi pema-kaian toko/kios; 2) Retribusi pelataran; 3) Retribusi kebersihan; 4) Retribusi MCK, dan 5) Retribusi parkir. Dari kelima sum-ber penerimaan tersebut, retribusi pemakai-an toko/kios, retribusi pelatarpemakai-an dpemakai-an retri-busi kebersihan menjadi sumber penerima-an retribusi utama.

Target penerimaan retribusi yang di-tetapkan oleh BPKAD Kota Kendari secara

umum relatif kecil dibanding dengan po-tensi yang tersedia. Target yang ditetapkan hanya mencapai rata-rata sekitar 30 persen dari total potensi yang ada. Besaran target ini nampaknya akan sangat sulit ditingkat-kan mengingat beberapa sebab: 1) Kondisi objek retribusi yang relatif tidak stabil; 2) Wajib retribusi tidak maksimal dalam me-laksanakan kewajiban mereka terutama ka-rena faktor adanya isu kebijakan pembang-unan Pasar Sentral menjadi pasar modern; 3) Pelayanan kepada wajib retribusi yang tidak maksimal seperti keterlambatan mobil pengangkut sampah ataupun pemadaman lampu oleh PLN menjadi salah faktor sig-nifikan yang menghambat optimalisasi pe-nerimaan retribusi.

Selanjutnya, pemungutan retribusi pasar yang dilakukan oleh juru pungut pada dasarnya telah dilaksanakan sesuai meka-nisme yang berlaku. Setiap pemungutan ret-ribusi kepada pedagang senantiasa disertai dengan adanya bukti pembayaran (karcis). Namun demikian, jumlah nominal retribusi yang dipungut tidak dilakukan menurut ke-tentuan yang berlaku. Hal ini karena kon-disi wajib retribusi Pasar Sentral Kota serta objek retribusi pasar tidak memungkinkan dilaksanakannya pemungutan retribusi me-nurut kebijakan tarif yang berlaku.

Sementara itu, berkaitan dengan pe-nyetoran retribusi pasar ke kas daerah, kegiatan tersebut sudah dilaksanakan sesuai aturan yang berlaku. Setiap hari, dana ret-ribusi yang terkumpul disetor ke kas daerah (Bank Pembangunan Daerah) melalui ben-dahara Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Kendari.

2. Saran-Saran

Mengacu pada kesimpulan di atas, sebagai langkah perbaikan bagi optimalisasi pengelolaan retribusi pasar pada Pasar Sen-tral Kota Kendari perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Dalam rangka pengelolaan pasar yang benar-benar berorientasi pada usaha

(14)

Etnoreflika, Vol. 3, No. 3, Oktober 2014: 680-690

689

peningkatan kontribusi retribusi pasar ter-hadap PAD Kota Kendari, maka perlu dilakukan langkah-langkah persuasif kepa-da para pekepa-dagang. Langkah persuasif ini idealnya dilakukan melalui KKPS Kota Kendari sebagai perwakilan pedagang pasar agar mereka secara sadar memahami posisi dan keberadaannya sebagai salah satu komponen penting dalam menunjang pe-nerimaan daerah di Kota Kendari. Sambil menunggu kesiapan investor dan saat yang tepat bagi pembangunan pasar Sentral Kota menjadi Pasar modern, Pemerintah Kota dalam hal ini BPKAD Kota Kendari di-harapkan tetap melaksanakan pembinaan kepada para pedagang pasar sehingga me-reka tetap melaksanakan apa yang telah menjadi kewajiban mereka

Mengingat kondisi objek dan wajib retribusi pasar sentral Kota Kendari yang tidak stabil, maka besaran target peneri-maan retribusi pasar yang ditetapkan se-dapat mungkin se-dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Usaha untuk memak-sakan diberlakukannya aturan secara tegas sesuai kebijakan tarif yang ada justru dikha-watirkan akan berdampak pada menu-runnya penerimaan retribusi sebagai akibat resistensi pedagang atas kebijakan tersebut sebagaimana yang selama ini terjadi.

Selain itu, Pemerintah juga diharap-kan dapat segera mengantisipasi berbagai faktor yang menghambat usaha untuk me-ningkatkan jumlah penerimaan retribusi pa-sar, seperti keterlambatan mobil pengang-kut sampah dan pemadaman lampu PLN.

DAFTAR PUSTAKA

Islamy, M Irfan. 2002. Prinsip Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Nega-ra. Jakarta: Bumi AksaNega-ra. Ismail, Tjip. 2002. Meningkatkan

Kemam-puan Keuangan Daerah, Jurnal Forum Inovasi, Edisi September-Nopember 2002, halaman 39-43 dan 87-91.

Kaho, Josef, Riwu. 1988. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indo-nesia Identifikasi Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penyeleng-garaan Otonomi Daerah. Jakarta: Rajawali Pers.

Kurniawan, Panca, & Purwanto, Agus. 2004. Pajak Daerah dan Retribusi daerah di Indonesia. Malang: Bayumedia Publishing.

Kusman, M. Munif. 2002. Pelaksanaan Retribusi Pasar Dalam Upaya Meningkatkan PAD di Kabupaten Jombang Jawa Timur. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS Univer-sitas Brawijaya.

La Manguntara, 2007, Implementasi Kebi-jakan Retribusi Pasar, Studi Kasus Pada Pasar Besar Kota Malang, Gema Pendidikan, Volume 14 No.1 Januari 2007

Lutfi, Achmad. 2005. Pemanfaatan Kebija-kan Desentralisasi Fiskal Berda-sarkan UU NO. 34/2000 Oleh Pemda Untuk Menarik Pajak Da-erah Dan Retribusi DaDa-erah (Studi Di Kota Bogor), Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Vol. 5 No. 2, Maret-Agustus 2005, halaman 141-152.

Milles, Matthew B. & A. Michel Huber-man. 1992. An Expanded Source Book: Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication.

Sabatier, P.A., and Mazmanian, D.A. 1979. The Conditions of Effective Imple-mentation, Policy Analysis 5: 481-504.

Soenarko, SD. 1998. Public Policy: Pengertian Pokok Untuk Mema-hami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah. Surabaya: Papyrus. Syamsuri. 2003. Efektivitas Penerimaan

Retribusi Pasar pada Pemerintah Kota Banjar Baru. Tesis ti-dak

(15)

La Manguntara & La Ode Amaluddin- Implementasi Kebijakan Retribusi Pasar Sentral Kota Kendari

diterbitkan. Malang: PPS Universi-tas Brawijaya.

Zauhar, Susilo. 1996. Reformasi Adminis-trasi Konsep Dimensi dan Strategi. Jakarta: Bumi Aksara.

(16)
(17)

Gambar

Tabel  1:  Target  penerimaan  dan  realiasi  retribusi  Pasar  Sentral  Kota  Kendari  menurut  jenis retribusi

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan prototipe piranti lunak pengelola angket dapat dilakukan dengan Microsoft Excel, dan salah satu inisiasi alternatif yang dapat dilakukan adalah memodelkan

Parfum Laundry Slawi Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI PANGSA PASAR PRODUK NYA:.. Kimia Untuk Keperluan

Listeria monocytogenes yang diinokulasikan sebesar 3 log CFU/g tidak dapat tumbuh selama fermentasi pada tempe normal maupun tempe dengan penambahan Lactobacillus

4.  Process Accountability, akuntabilitas atas proses, prosedur atau ukuran yang layak dalam melaksanakan tindakan- tindakan yang ditetapkan. 5.  Probity and Legal

Perlu mempertimbangkan saat tanam yang tepat untuk penanaman kempat komoditas yang ingin dikembangkan di lokasi kegiatan, dan sesuai dengan karakteristi musim

Pertanggung jawaban semacam ini dikenal sebagai “Vicarious Liability” (pertanggung jawaban pengganti) sehubung dengan hal tersebut, ditegaskan dalam pasal 12

Sedangkan untuk misi sanitasi Kabupaten Batang atau yang lebih luas disebut sektor air minum dan penyehatan lingkungan merujuk pada misi ke 3 dan ke 4 dari misi Kabupaten dalam

Dari beberapa latar belakang tersebut dapat disimpulkan tahapan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah analisa kebutuhan informasi tentang kuliner, analisa