TUGAS AKHIR
IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK
DEPOSITO RUPIAH DI BANK SYARIAH MANDIRI
KANTOR CABANG BANDAR JAYA
Oleh:
SATRIO PAMUNGKAS
NPM. 1602080081
Jurusan D3 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
ii
IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK
DEPOSITO RUPIAH DI BANK SYARIAH MANDIRI
KANTOR CABANG BANDAR JAYA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)
Oleh:
SATRIO PAMUNGKAS
NPM. 1602080081
Pembimbing Tugas Akhir: M. Hanafi Zuardi, M, M.S.I
Jurusan D3 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
v
ABSTRAK
IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK DEPOSITO RUPIAH DI BANK SYARIAH MANDIRI
KANTOR CABANG BANDAR JAYA OLEH:
SATRIO PAMUNGKAS NPM. 1602080081
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk meneliti Implementasi Akad Mudharabah pada produk Depoito Rupiah di PT. Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Bandar Jaya. Fokus penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana implementasi yang diterapkan oleh bank terhadap akad mudharabah yang digunakan pada produk deposito rupiah sebagai langkah Kebijakan yang dipilih untuk mengatur dan mengelola keuangan, agar kedepanya uang atau dana yang kita miliki tidak habis begitu saja tanpa menghasilkan keuntungan dikemudian hari. Ada beberapa cara untuk mengelola uang atau dana tersebut, salah satunya yaitu dengan cara menanamkan modal pada bank syariah atau berinvestasi. Tujuan penelitian ini adalah agar masyarakat mengetahui lebih luas bagaimana praktik yang dilakukan oleh bank syariah untuk menhindari riba dan bersifat saling tolong menolong. Karna pada dasarnya bank syariah menjalankan kegiatan dengan syariat Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam melakukan kegiatan bermuamalah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bank syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya. Sumber data penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode pengumpulan data penelitian menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya dapat disimpulkan bahwa dalam implementasi akad mudharabah pada deposito rupiah menggunakan akad mudharabah mulaqah. Hal tersebut berarti nasabah menanamkan modal dan bank syariah (Mudharib) bebas mengelola modal itu dengan usaha apa saja yang menurutnya akan mendatangkan keuntungan dan didaerah mana saja yang mereka inginkan. Bagi hasil yang tawarkan 46%-49% bagi nasabah tergantung jatuh tempo yang disepakati bersama. Dalam praktiknya PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya apabila nasabah terpaksa menarik dana tersebut sebelum jatuh tempo, pihak bank tidak memberikan pinalti kepada nasabahnya, dan simpanan nasabah sudah dijamin oleh Lembaga penjamin Simpanan.
vii MOTTO
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388].
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (Q.S. Al-Maidah: 1)1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), h. 141
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamin rasa syukur yang selalu terucap kepada Allah
SWT, dan juga rasa bahagia yang tiada terkira aku dapat mempersembahkan Tugas Akhir ini sebagai rasa hormat serta cinta kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang telah berkorban, yang senantiasa mendampingi dan membimbing disetiap aktivitas, memberikan motivasi serta selalu mendoakan setiap langkahku sehingga menjadi semangat bagiku untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar sebagai upaya meraih kesuksesan.
2. Kedua kakak yang juga senantiasa membimbing disetiap aktivitas, memberikan dukungan, memberikan motivasi serta selalu mendoakan setiap langkahku untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak/ibu dosen pembimbing yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan aku, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tidak ternilai harganya agar aku menjadi lebih baik
4. Teman-teman jurusan D3 Perbankan Syariah angkatan 2016 terutama kelas A yang selalu memberikan semangat sehingga Tugas Akhir saya dapat selesai sesuai harapan.
5. Almamater tercinta yang selalu kubanggakan, IAIN Metro yang selalu aku banggakan tempatku menimba ilmu pengetahuan dan memperbanyak teman untuk menjalin silahturahmi.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulilah, puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala nikmat, rahmat serta pertolongan-Nya peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) pada jurusan DIII Perbankan Syari’ah di IAIN Metro ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muammad SAW yang semoga kelak kita diakui sebagai umatnya serta mendapat syafaat dari beliau.
Penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu bagian dari prsyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Metro. Dalam upaya penyelesaian Tugas Akhir ini, peneliti telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peniliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro.
2. Ibu Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Metro.
3. Bapak M. Hanafi Zuardi, M.S.I selaku Pembimbing Tugas Akhir 4. Suci Hayati, S.Ag. M.S.I selaku pembimbing Akademik
5. Bapak dan Ibu Dosen serta staff Karyawan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam. 6. Pemimpin dan Karyawan Perpustakaan IAIN Metro yang telah memberikan
x
7. Teman-teman D3 Perbankan Syariah angkatan 2016, tanpa semangat dukungan dan bantuan kalian semua tak akan mungkin saya sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tugas akhir ini, sehinggakritik dan saran sangat peniliti harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Peneliti berharap semoga hasil penelitian yang telah diakukan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan mengenai
Wassalamualaikum Wr.Wb
Metro, Juli 2019 Peneliti,
Satrio Pamungkas
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
ORISINALITAS PENELITIAN ... vi
MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Metode Penelitian... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Akad ... 9
B. Al-Mudharabah ... 14
1. Pengertian Akad Mudharabah ... 14
2. Landasan Hukum Akad Mudharabah ... 17
3. Rukun Akad Mudharabah ... 19
4. Jenis-jenis Akad Mudharabah ... 19
5. Syarat Akad Mudharabah ... 22
C. Deposito ... 23
1. Pengertian Deposito ... 23
2. Deposito Syariah ... 23
3. Dasar Hukum Deposito Syariah ... 24
4. Rukun dan Syarat Deposito Syariah ... 26
5. Jenis-jenis Deposito ... 27
BAB III PEMBAHASAN ... 29
A. Hasil Penelitian ... 29
1. Profil Bank Syariah Mandiri KC. Bandar Jaya ... 29
2. Visi Dan Misi Bank Syariah Mandiri KC. Bandar Jaya ... 29
3. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri KC. Bandar Jaya... 30
xii
5. Deskripsi Pekerjaan ... 32
6. Produk-produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri KC. Bandar Jaya ... 37
B. Pembiayaan ... 40
D. Produk Investasi ... 43
E. Jasa ... 43
F. Implementasi Akad Mudharabah pada Deposito Rupiah Studi pada Bank Syariah Mandiri KC. Bandar Jaya ... 45
BAB IV PENUTUP ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pembimbing Tugas Akhir Lampiran 2 Outline
Lampiran 3 Alat Pengumpul Data
Lampiran 4 Kartu Bimbingan Tugas Akhir Lampiran 5 Brosur
Lampiran 6 Surat Keterangan Bebas Pustaka Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebijakan mengatur dan mengelola keuangan harus dilakukan agar kedepanya uang atau dana yang kita miliki tidak habis begitu saja tanpa menghasilkan keuntungan dikemudian hari. Ada beberapa cara untuk mengelola uang atau dana tersebut, salah satunya yaitu dengan cara menanamkan modal pada bank syariah atau berinvestasi. Investasi menurut definisi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada suatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya. Setiap penggunaan uang dengan maksud mendapatkan penghasilan.
Pada informasi yang lain menyebutkan bahwa investasi adalah suatu kata dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan ekonomi. Kata tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital atau modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang1. Jika dipandang dari sudut ekonomi, hal itu berarti daya beli penabung untuk sementara dialihkan oleh perbankan dari konsumsi sekarang ke pasar barang-barang modal. Dengan diinvestasikan tabungan tersebut kedalam pabrik, perumahan, pembangunan, sarana umum dan sebagainya, maka kapasitas produktif dan kekayaan riil masyarakat menjadi meningkat2. Untuk melakukan investasi kita dapat menggunakan jasa bank. Dalam pembicaan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan.
1
Indah Yuliana, S.E., M.M. Investasi Produk Keuangan Syariah,( Malang : UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI), 2010) h. 2
2
Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara Jl. Sawo Raya No 18, 2012) h. 4
Menurut Undang-Undang RI Nomer 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Undang-Undang Perbankan tahun 1992, menyebutkan bank terdiri dari 2 jenis, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank umum terdiri dari bank umum devisa dan bank umum nondevisa. Jenis usaha bank umum yang diizinkan oleh undang-undang perbankan tahun 1992 meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu3. Dari pengertian tersebut dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan4.
Salah satu jasa yang digunakan dalam perbankan untuk melakukan kegiatan investasi yaitu menggunakan produk deposito. Menurut Undang-Undang Nomer 10 Tahun 1998 yang di maksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Artinya jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu tiga bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berahir dan dan sering disebut tanggal jatuh tempo.5 Dengan cara mendepositokan uang atau dan yang kita miliki, dana tersebut kemudian akan di kelola oleh bank dalam bentuk pinjaman atau modal yang kemudian akan menghasilkan nisbah dan keuntungan dari dan tersebut akan di bagihasilakan oleh nasabah deposan sesuai dengan kesepakan di awal. Selain keuntungan dari dana yang ditanamkan di bank
3
Ibid. h. 9
4
Kasmir, S.E.,M.M. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2013) h. 24
5
Mia Lasmi Wardiah, S. P., M.Ag. Dasar-Dasar Perbankan, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2013) h.74
3
tersebut, keamanan dana yang kita taman terjaga dan terjamin dari kehilangan. Karena bank sudah dilindungi oleh lembaga penjamin simpanan (LPS). Setiap bank yang melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta lembaga penjamin simpanan. LPS adalah suatu lembaga independent yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomer 24 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004.
Lain dari hal-hal tersebut. Sebagai seorang muslim kita harus bermuamalah secara Islami. Kegiatan bermuamalah syariah tidak boleh mengandung hal yang dilarang oleh Islam. Antara lain maysir, yaitu seperti perjudian. Kemudian kegiatan yang mengandung ketidak pastian atau disebut
Gharar dan Riba adanya tambahan dari nilai pokok. Bertransaksi dalam syariah
harus berdasarkan prinsip persaudaraan (uhwah), keadilan (adalah), kemaslahatan (tawazun), universalisme (syumuliah)6. Pada produk deposito dinilai dapat melaksanakan kegiatan muamalah secara Islam, melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan peraturan kegiatan perbankan syariah. Salah satunya peraturan untuk produk deposito, melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) 03/DSN-MUI/IV/2000 deposito terjaga dan tetap seacara islam, dengan menyalurkan dana tersebut kepada usaha- usaha yang halal.7
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya adalah salah satu cabang bank yang tumbuh di Lampung khususnya berada diwilayah Lampung Tengah yang beroprasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam, yang bertujuan diantaranya menumbuhkan ekonomi masyarakat atas dasar syariah Islam. PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya memiliki produk-produk penghimpunan dana, salah satunya Deposito Akad Mudharabah. Dimana perananya menjadi salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan investasi masyarakat.
6
Wiroso,SE, MBA Produk Perbankan Syariah (Jakarta : LPFE Usakti, 2011) h. 89
7
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah, Bagaimana Implementasi Akad Mudharabah pada produk Deposito Rupiah yang dilakuakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Akad Mudharabah pada Produk Deposito Rupiah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan peneliti terhadap perbankan syariah khususnya mengenai Implementasi Akad Mudharabah pada Produk Deposito Rupiah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya.
b. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri dan bagi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya tentang bagaimana Implementasi Akad Mudharabah Produk Deposito Rupiah.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Dan Sifat Penelitian a. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach). Yaitu penelitian yang mempelajari tentang Implementasi Akad Mudharabah pada Produk Deposito Rupiah di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya.
b. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif kualitatif yaitu hanya semata-mata hanya melukiskan keadaan tanpa maksud untuk mengambil suatu kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum. Penelitian deskriftif merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati
5
(deskriptif) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian. Artinya dalam penelitian ini hanya berupa gambaran dan keterangan-keterangan tentang Implementasi Akad Mudharabah pada Produk Deposito Rupiah di PT. Bank Syariah Mandiri.8
2. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana dapat diperoleh subyek yang diambil datanya untuk diambil kesimpulan. Ada dua sumber yang biasanya digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan informasi kepada pengumpul data9. Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari petugas bank di PT. Bank Syariah Mandiri kantor Cabang Bandar Jaya.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan informasi yang telah disalin, diterjemahkan, atau dikumpulkan dari sumber-sumber aslinya dan dibuat fotocopy-fotocopynya.10 Sumber data sekunder diperoleh dari mempelajari refrensi yang memiliki hubungan dengan sasaran penulis. Baik berupa buku-buku, maupun dengan sumber lain yang relevan. Sumber data sekunder diharapkan penulis menunjang dalam mengungkap data yang dibutuhkan dalam penulisan ini. Sehingga sumber data primer lebih lengkap.
8
Sutrisno Hadi, Metodelogi Researh, (Yogyakarta : Yasasan Penerbit Fakultas Psikologi Unversitas Gajah Mada, 1985) h. 18
9
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung : Alfbeta, 2016) h. 225
10
DR. Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Mandar Maju, 1996) h. 73
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara (interview)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara komunikasi secara langsung antara penulis dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Oleh karena itu, wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juaga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.11 Wawancara dipergunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penulis ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus di deteliti dan juga apabila penulis ingin mengetahui hal-hal dari narasumber atau responden agar lebih mendalam12. Dalam penulisan Tugas Ahir ini penulis menggunakan wawancara terpimpin dengan pertanyaan yang di ajukan tentang bagaimana Implementasi Akad Mudhrabah pada produk deposito di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber-sumber tertulis atau dokumen-dokumen baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah buku-buku atau refrensi yang berkaitan dengan pengertian di setiap subab penulisan penelitian tentang Implementasi Akad Mudharabah di Produk Deposito Rupiah13
4. Teknis Analisis Data
11
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Grasindo, 2004) h. 119
12
Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Metode Reserch, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012) h. 113
13
7
Analisa data adalah proses menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara, pengamatan yang suadah di tuliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gamabar, foto dan sebagainya dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melaksanakan sintesa menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang lain.
Data yang dianalisa peneliti menggunakan cara berfikir induktif. Berfikir induktif merupakan cara berfikir berawal dari dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.14
5. Sistematika Pembahasan
Untuk mengetahui gambaran tentang isi dan untuk mempermudah pembaca untuk memahami sistematis pembahasan ini, berikut penulis sampaikan penjelasnya :
Bab I Pendahuluan, berisi tema, judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, penelitian terdahulu, metode penulisan, sistematika pembahasan yang disusun seacara sistematis menyangkut tema implementasi.
Bab II Landasan Teori, pembahasan pertama dalam landasan teori yaitu berisi tentang akad. Antaralain, pengertian akad, dasar hukum melakukan akad, pendapat dari kalangan ulama mahzab, unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam berakad, batalnya akad, subjek akad dan jenis akad. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai Mudharabah. Antara lain, pengertian baik secara umum maupun istilah akad Mudharabah, pendapat para ulama mahzab terkait akad mudharabah, contoh kasus yang menggunakan akad mudharabah, dasar hukum akad mudharabah, rukun akad
14
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2015) h. 247
mudharabah dan syarat-syarat mudharabah. Kemudian pembahasan terahir dilanjukan untuk membahas terkait deposito. Antaralain, pengertian deposito secara umum, pengertian deposito secara syariah, dasar hukum deposito syaraiah, fatwa MUI terkait deposito syariah, rukun deposito, syarat deposito dan jenis-jenis deposito.
Bab III Pembahasan yang berisi tentang gambaran umum dan sejarah berdirinya Bank Syariah Mandiri kantor cabang bandar jaya, Visi dan Misi, struktur organisasi, berisi tentang Implementasi Akad Mudharabah Pada Deposito Rupiah.
BAB IV penutup yang merupakan bagian bab ini merupakan ahir penutup yang akan memuat tentang kesimpulan tenatang pembahasan dalam penelitian dan saran penelitan dan saran peneliti kepada pembaca
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Akad
1. Pengertian Akad
lafal akad berasal dari lafal Al-Aqd yang berati perikatan, perjanjian, dan pemufakatan Al-Ittifaq. Secara termologi fiqh, akad didefinisikan dengan “pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan
qabul (pernyataan menerima ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang
berpengaruh pada obyek perikatan”.
Pencantuman kalimat yang sesuai dengan kehendak syariat maksudnya adalah bahwa seluruh perikatan yang dilakukan dua pihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara. Misalnya, kesepakatan untuk melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampok kekeyaan orng lain. Sedangkan, pencantuman kalimat “ berpengaruh pada objek perikatan” maksudnya adalah terjadinya perpindahan pemilikan dari satu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak yang lain (yang menyatakan qabul).1
Dalam teori hukum kontrak secara syariah (Nazzariyati Al-Uqud). Setiap terjadi transaksi, maka akan terjadi salah satu dari tiga hal berikut. Pertama, kontraknya sah. kedua, kontraknya fasad. Dan ketiga, aqadnya batal. Untuk melihat akad itu jatuhnya kemana, maka perlu perhatikan instrumen mana dari akad yang dipakai dan bagaimana aplikasinya.
Az-Zarqa menyatakan bahwa pandangan syara’, suatu akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk mengikat diri. Kehendak atau keinginan pihak-pihak yang mengikatkan diri itu sifatnya tersembunyi dalam hati. Oleh sebab itu, untuk menyatakan kehendak masing-masing harus diungkapkan dalam suatu pernyataan. Pernyataan pihak-pihak yang berakad
1
Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS. Asuransi Syariah (Life And General). (Jakarta : Gema Insani Press, 2004) h. 38-40
itu disebut ijab dan qabul. Ijab adalah pernyataan pertama yang dikemukakan oleh salah satu pihak, yang mengandung keinginan secara pasti untuk mengikatkan diri. Sedangkan, qabul adalah pernyataan pihak lain setelah ijab yang menunjukan persetujuannya untuk mengikatkan diri.
Atas dasar ini, lanjut Az-Zarka, setiap pernyataan pertama yang dikemukakan oleh salah satu pihak yang ingin mengikatkan diri dalam suatu akad disebut mujib’ (pelaku ijab) dan setiap pernyataan kedua yang diungkapkan pihak lain setelah ijab disebut qabil’. Pernyataan ijab tidak selalu datangnya dari pembeli, melainkan boleh juga dari penjual.
Apabila ijab dan qabul telah memenuhi syarat-syarat, sesuai dengan ketentuan syara’, maka terjadilah periakatan antara pihak-pihak yang melakukan ijab dan qabul dan munculah segala akibat hukum dari akad yang disepakati itu.2
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, seorang ulama salaf ternama dalam kitabnya yang terkenal Majmu’ Fatawa (28/384) mengatakan, “akad dalam islam dibangun atas dasar mewujudkan keadilan dan menjauhakan penganiyayaan. Sebab, pada asalnya harta seorang muslim itu tidak halal, kecuali jika dipindahkan haknya dengan kesukaan hatinya (kerelaan). Akan tetapi, hatinya tidak akan suka, kecuali apabila ia diberikan miliknya itu dengan kerelaan bukan terpaksa, dengan ketulusan bukan karena tertipu atau terkecoh. Keadilan itu antaranya ada yang jelas dapat diketahui oleh setaiap orang dengan akalnya, seperti halnya pembeli wajib menyerahkan harga dan penjual menyerahkan barang jualannya kepada pembeli secara jelas. Dilarang berbuat curang dalam menakar atau menimbang, wajib jujur dan berterus terang, haram berbuat bohong dan berkhianat, dan utang itu harus dibalas dengan melunasinya dan mengucapkan pujian.3
Untuk maksud itu, maka akad-akad dalam bermualah sangat luas sampai mencakup segala apa saja yang dapat merealisasikan kemaslahatan-kemaslahatan. Sebab, muamalah pada dasarnya adalah boleh dan tidak
2
Ibid., h. 39
3
11
terlarang, dan kaidah-kaidahnya memberi kemungkinan mengadakan macam-macam akad yang merupakan kemudahan, keluasaan, dan keuniversalan ajaran Islam.
Namun demikian, kejelasan akad dalam praktik muamalah penting dan menjadi prinsip karena akan menentukan sah tidaknya muamalat tersebut seacara syar’i, apakah akad yang dipakai adalah akad jual beli (tabaduli), akad as-Salam ‘meminjamkan barang’, akad Syirkah ‘kerja sama’, akad Muzara’ah ‘pengelolaan tanah dan bagi hasil’, akad Ijarah ‘ sewa’, Mudharabah, Wakalah, dan seterusnya.4
Penjelasan sumber lain Dalam bahasa arab, aqad berarti ikatan atau janji (‘ahdun). Akad juga merupakan ikatan anatardua perkara, baik dalam ikatan nyata maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua segi.
Ulama mahzab dari kalangan Syafiiyah, Malikiyah, Dan Hanabilah berpendapat bahwa akad adalah ikatan atau perjanjian. Ibnu taimiyah mengatakan bahwa akad adalah perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang berkaitan dengan aktivitas perdagangan,perwakafan, hibah, perkawinan, dan pebebasan.
Akad dibentuk oleh rukun dan syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Rukun akad adalah ijab dan kabul. Ijab adalah pernyataan pihak pertama yang menetapkan kesepakatan untuk bertransaksi dengan pihak kedua, baik dalam penyerahan objek akad maupun penerimaanya.
Dasar hukum akad terdapat dalam Al-Quran surat Al-Ma-idah ayat 1 :
Artinya : hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu, dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
4
(yang demilian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendakin-Nya. (Q.S Al-Maidah : 1)5
Pembentukan akad dipenuhi oleh unsur berikut.
a. Sighad akad : sesuatu yang disandarkan dari dua pihak yang berakad yang ditunjukan secara lisan, tulisan, perbuatan, dan isyarat.
b. Teknik pengucapan atau metode :
1) Lafazh (ucapan), yaitu dengan lisan atau kata-kata yang dipahami oleh kedua belah pihak. Lafazh menyebutkan objek yang dimaksudkan dalam akad atau tidak menyebutkannya.
2) Perbuatan, yaitu dengan perbuatan. Akad ini lebih banyak tanpa kata-kata, misalnya jual beli swalayan, karena seluruh harga sudah dibandrol, pembeli langsung berakad dengan perbutan.
3) Isyarat, yaitu akad yang dilakukan oleh tunarungu.
4) Tulisan, yaitu akad dengan tulisan. Akad ini adalah akad yang terbaik karena tulisan merupakan bukti yang kuat bagi kedua belah
pihak dan mempunyai kekuatan hukum. Bahkan, islam
memerintahkan akad dilakukan secara tertulis dan disaksikan oleh beberapa orang. Akad tulisan juga menjadi bukti pengadilan apabila terjadi sengketa.
c. Syarat orang berakad
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahawa orang yang melakukan akad harus memenuhi syarat :
Berakal, oleh sebab itu akad yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah. Adapun anak kecil yang sudah muayyiz menurut ulama hanafiyah, apabila akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi dirinya, seperti menerima hibah, wasiat dan sedekah, maka akadnya sah. Sebaliknya, apabila akad membawa kerugian bagi dirinya, seperti meminjamkan hartanya kepada orang lain,
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung CV. Pustaka agung harapan, 2006), h. 141
13
mewakafkan, atau menghibahkannya, maka tindakan hukumnya ini tidak boleh dilaksanakan. Dalam kaitan ini wali dalm muayyiz itu benar-benar mempertimbangkan kebijakan anak kecil itu.6
1) Bahasa, baik lisan maupun tulisan jelas dan dipahami oleh kedua belah pihak.
2) Saling mengetahui kesepakatan yang sedang dilaksanakan, misalnya kedua belah pihak berhadapan, berada di tempat yang sama, dan keberadaan objek akad sudah pasti.
3) Dilakukan dengn iktikad baik dari pengambilan manfaat objek akad. 4) Kedua belah pihak berada di tempat berbeda yang sudah disepakati
dan menjadi bagian transaksi modern, seperti akad jual beli sistem pesanan (salam), sistem elektrik, transaksi melalui internet dan sebagainya.
d. Subjek akad
Al- Aqid (orang yang berakad)
Al- Aqid adalah orang yang melakukan akad. Orang kesatu dan
kedua sebagai pihak-pihak yang melakukan perserikatan. Al-Aqid harus sudah dewasa, berakal, dan merdeka.
e. Jenis akad
1) Akad bersyarat adalah perikatan yang terjadi dikaitkan den gan peristiwa yang belum terjadi dan harus terjadi. Apabila peristiwa yang disyaratkan tidak terjadi, akad batal dengan sendirinya.
2) Akad tampa syarat adalah perikatan yang dilaksanakan tampa mengaitkan ijab kabulnya pada persyaratan tertentu.
f. Batalnya akad
1) Kedua belah pihak membatalkan.
2) Ada persyaratan yang dilanggar oleh salah satu pihak
3) Salah satu pihak tidak memenuhi syarat dalam melakukan akad. 4) Kalimat yang dialakukan dalam akad samar.
6
Dr. Nilam Sari, M. Ag. Kontrak (Akad) Dan Implementasinya Pada Perbankan Syariah Di
5) Objek akad dilarang oleh agama dan ketentuan yang berlaku.
6) Barang yang telah diakadkan terdapat kerusakan dan masih dalam garansi.
7) Ada paksaan, penipuan, dan kekhilafan, 8) Habis masa kontrak.7
B. Al-Mudharabah
1. Pengertian Akad Mudharabah
Al-Mudharabah seacara umum adalah akad yang telah dikenal oleh
umat muslim sejak zaman Nabi, bahkan telah dipraktikan oleh bangsa arab sebelum turunya islam. Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang, beliau melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan.
Dalam praktik mudharabah anatara khadijah dengan nabi, saat itu khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad SAW, keluar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan sebagai pemilik modal (shahib al-maal) sedangkan Nabi Muhammad SAW, berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib). Bentuk kontrak antara kedua belah pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak ke dua, yakni si pelaksanan usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akad
mudharabah, atau dalam pengertian singkatnya akad mudharabah adalah
persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.8
Mudharabah sebagai instrumen keadilan mengimplikasikan beberapa hal penting, pertama, kedua pihak yang menjalankan transaksi ekonomi selalu berangakat dari kebersamaan, sesuatu ketetapan diputuskan secara bersama-sama dengan terlebih dahulu ridha satu sama lain. Kedua, sebagai
7
Prof.Dr. H. Boedi Abdullah, M.Ag., Drs, Beni Ahmad Saebani, M.Si. Metode Penelitian
Ekonomi Islam (Muamalah). (Bandung : Cv Pustaka Setia, 2014) h. 169-147
8
Adiwarman A Karim, S.E., MBA., M.A.E.P. Bank Islam Analisis Fiqih Dan Kauangan. (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2010) h. 204-205
15
dua pihak yang terlibat dalam kancah bisnis, bank mengembangkan modal yasng ada dalam suatu bisnis yang menguntungkan baik secara material maupun secara spiritual.9
Menurut ulama fiqih kerja sama “Mudharabah” (perniagaan) sering juga disebut dengan “Qiradh” Yang artinya memotong. Karena pemilik modal memotong sebagian hartanya agar dapat diperdagangkan dengan memperoleh sebagian keuntungan.10
Sedangkan secara istilah, mudharabah merupkan akad kerja sama usaha antara dua belah pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) memberikan dananya untuk dikelola sedangkan pihak ke dua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan11
Menurut Ulama Mazhab pengertian Mudharabah yaitu : a. Mahzab Hanafi
Mudhrabah adalah akad atas suatu syariat dalam keuntungan dengan mata uang tunai yang diserahkan kepada pengelola dengan mendapatkan sebagian dari keuntungannya jika diketahui dari jumlah keuntungannya.
b. Mazhab Syafi’i
Mudharabah adalah suatu akad yang memuat penyerahan modal kepada orang lain untuk mengusahakannya dan keuntungannya dibagi antara mereka berdua.
c. Mazhab Hambali
Mudharabah adalah penyerahan suatu modal tertentu dan jelas jumlahnya atau semaknanya kepada orang yang mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya.12
9
Muhammad Ekonomi Syari’ah (Yogyakarta : Graha Ilmu 2008) H. 157
10
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid 3,Riyad Daarul Muyyad 1997, h. 220
11
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) h. 181
12
Muhammad, Teknik Bagi Hasil Keuntungan Pada Bank Syariah (Yogyakarta : UII Pres 2004) h. 37
Dalam dunia perbankan Al-Mudharabah biasanya di aplikasikan pada produk pembiyaan atau pendanaan seperti, pembiyaan modal kerja dan untuk kegiatan Mudharabah di ambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban dan juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan Deposito Spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.13
1. Al-Muzara’ah
Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengelolah pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen dalam dunia perbankan, kasus ini di aplikasikan untuk pembiyaan plantion atas dasar bagi hasil panen.
2. Al-Musaqah
Al-Musaqah merupakan bagian dari Al-Muza’arah, yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemelihraan dengan menggunakan dan peralatan mereka sendiri. Imbalan diperoleh dari persentase hasil panan pertanian, jadi, tetap dalm konteks adalah kerja sam pengolahan pertanian antar pemilik lahan dengan penggarap.14
Contoh kasus ini misalnya Ny.Solawati hendak melakukan usaha dengan modal Rp50.000.000,-. Diperkirakan dari usaha tersebut kan memperoleh pendapatan Rp10.000.000,- perbulan dan modal disediakan seluruhnya oleh Bank Syariah. Dari keuntungan ini disisihkan dulu untuk mengembalikan modal misalnya Rp4.000.000 selebinnya dibagikan antara Bank Syariah dengan nasabah sesuai dengan kesepakatan sebelumnya yaitu 60% : 40%, untuk Bank 60% dan untuk Nasabah 40%, sehingga memperoleh (60% x Rp6.000.000=
13
Dr Kasmir, Dasar- Dasar Perbankan Edisi Revisi 2014 (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014) h. 249
14
Mia Lasmi Wardiah, S. P., M. Ag. Dasar-Dasar Perbankan (Bandung : CV Pustaka Setia, 2013) h. 95
17
Rp3.600.000) untuk Bank Syariah. 40% (40% x Rp6.000.000 = Rp2.400.000 untuk Ny. Solawati.15
Pengertian mudharabah menurut ahli, seperti yang tertulis pada fatwa DSN-MUI No 7 Tahun 2000 adalah kerjasama suatu usaha antara dua pihak, pihak pertama menyediakan seluruh modal (disebut sebagai shaibul maal) dan pihak kedua bertindak sebagai pengelola (Amil,Mudharib) dengan ketentuan keuntungan usaha di bagai antara para pihak sesuai kesepakatan yang dituangkan kontrak kerjasama.
2. Dasar Hukum Akad Mudharabah
Pelaksanaan akad mudharabah dalam praktek ekonomi islam sangat bergantung kepada tingkat kepercayaan. Karena pemilik modal tidak ikut mengurusi usaha yang di jalankan oleh pengelola, kecuali untuk kegiatan pengawasan seperti yang di persyaratkan dalam kontrak. Karakteristik ekonomi syariah yang ditampakkan pada beberapa dalil mudharabah, menjadi berlakunya praktik mudharabah.
a. Q.S Al-Baqarah ayat 283
Artinya : jika kamu dalam perjalanan (dan bermua’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang di pegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagaian yang lain. Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
15
Dr Kasmir, Dasar- Dasar Perbankan Edisi Revisi 2014 (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010) h. 249
dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah SWT. (Q.S Al-Baqarah ayat 238) 16
b. Hadist riwayat Thabrani dari Ibnu Abbas, diceritakan bahwa Abbas Bin Abdul Muthallib saat menyerahkan harta sebagai mudharabah. Beliau memberikan syarat kepeda penegelola harta tersebut agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah.dan juga tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan tersebut dilanggar oleh pengelola. Maka mudhrib sebagai pengelola menanggung risikonya. Saat persyaratan itu di dengar oleh Rasulullah, beliau membenarkanya.
c. Qiyas, transaksi mudharabah dapat diqiyaskan kepada transaksi musaqah.
3. Rukun akad Mudharabah a. Rukun akad Mudhrabah
Sesuai kaidah syariah, setiap aktivitas yang dilakuakan memiliki faktor penentu yang harus ada dan terpenuhi dalam transaksi. Begitu juga dalam akad mudharabah.
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha). Minimal ada 2 pihak, yaitu satu pihak sebagai shahibul maal (pemilik dana) dan pihak yang pandai mengelola bisnis, yaitu salah satunya pihak lembaga perbankan syariah.
b. Objek akad, ada tiga unsur objek akad yang harus terpenuhi. Yaitu kerja (dharabah). Keuntungan (ribh) dan modal (maal).
c. Sighah atau persetujuan ke dua belah pihak adalah kegiatan Ijab
Qobul atau Qabul anatar pihak yang melakukan akad mudharabah.
d. Nisbah keuntungan, adalah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diberikan kepada kedua belah pihak yang bermudharabah, mudharib mendapatkan imbalan atas
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung CV. Pustaka agung harapan, 2006), h. 60
19
kerjanya, sedangkan shahib al-maal mendapat imbalan atas pernyertaan modalnya. 17
4. Jenis-jenis akad Mudharabah
Praktik akad Mudharabah memberikan kemudahan bagi pihak yang kelebihan dana untuk memperoleh keuntungan melalui investasi kepada pihak yang membutuhkan dana.
Pada pelaksaannya, jenis mudharabah dapat dilakukan dengan cara-cara yang berbeda. Hal ini disampaikan oleh tokoh ulama terdahulu, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad, kedua pihak ulama tidak mensyaratkan bahwa Mudharabah harus mutlak, namun boleh juga terikat.
1. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah multlaqah yaitu pernyerahan modal tanpa syarat.
Mudharib bebas mengelola modal itu dengan usaha apa saja yang menurutnya akan mendatangkan keuntungan dan didaerah mana saja yang mereka inginkan. Dalam bank akad mudharabah mutlaqah adalah kerja sama antara nasabah dengan bank yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil dari keuntungan dari penggunaan dan tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.
Dari penerapan mudharabah mutlaqah ini dikembangkan produk deposito, sehingga terdapat dua jenis yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Adapun ketentuan umum dalam produk ini adalah :
a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana menegenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.
17
Adiwarman A Karim, S.E., MBA., M.A.E.P. Bank Islam (Analisis Fiqih Dan Kauangan) (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2010) h. 205
b. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau alat penerikan lainnya kepada nasabah. Sertifikat atau tanda penyimpan (bilyet) deposito kepada deposan.
c. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
d. Deposito Mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. Deposito diperpanjang, setelah jatuh tempo dan akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akun baru.
e. Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan prinsip syariah. 2. Mudhrabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah yaitu penyerahan modal dengan
syarat-syarat tertentu. Dalam akad dicantumkan bahwa modal tersebut hanya untuk usaha yang telah ditentukan (terikat dalam usaha tertentu). Dalam teknis perbankan yang dimaksud dengan mudharabah
muqayyadah adalah akad kerja sama antara shaibul maal dengan bank
(mudharib). Modal yang diterima,dikelola oleh bank untuk
diinvestasikan dalam proyek yang sudah ditentukan oleh shahibul maal. Jenis mudharabah muqayyadah ini dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (investasi terikat)
Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (investasi terikat)
yaitu pemilik dana (shahibul maal) membatasi ataumemberi syarat kepada mudharib dalam pengelolalaan dan seperti misalnya hanya melakukan mudharabah bidang tertentu, cara, waktu dan tempat tertentu saja. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus di patuhi oleh bank. Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut :
21
1) Pemilik dana harus menentukan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.
2) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah atau tata cara pemberitahuan keuntungan dan harus dicntumkan dalam akad.
3) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus.
4) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.
b. Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet
Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet ini merupakan jenis
mudharabah dimana penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahannya dan bank sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kagiatan usaha yang akan dibiayai dalam pelaksanaan usahanya. Adapun karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari rekening lainnya.
b. Dana simpanan khusus harus disampaikan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.
c. Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua belah pihak. Sedangkan anatara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.
5. Syarat Akad Mudharabah
Sedangakan beberapa syarat mudharabah adalah sebagai berikut :
1. Pihak yang bertransaksi haruslah mereka yang cakap hukum dan berkal. 2. Modal mudharabah harus berupa uang yang jelas dan dapat diketahui
3. Modal harus tunai bukan berupa hutang kepada pihak lain.
4. Keuntungan harus jelas ukurannya (biasanya dalam prosentase) dan harus dengn pembagian yang disepakati kedua belah pihak
5. Kerugian di tanggung sesuai dengan porsi modal yang diserahkan.
C. Deposito
1. Pengertian Deposito
Selain giro dan tabungan, produk perbankan syariah lainnya yang termasuk produk penghimpun dana (Funding) adalah deposito. Secara umum berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank. Penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk 3 bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu berahir dan sering dikenal dengan tanggal jatuh tempo.
Maka apabila nasabah mendepositkan uangnya pada 7 Mei, maka tanggal jatuh tempo pada tanggal 7 Agustus. Dan apabila dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo maka akan dikenakan denda (pinalty rate) yang besaranya tergantung dari bank bersangkutan. Dalam praktiknya saat ini ada bank yang tidak mengenakan pinalty rate sekalipun ditarik sebelum jatuh tempo.18
2. Deposito Syariah
Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang menjalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.19 melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan peraturan kegiatan perbankan syariah. Salah satunya peraturan untuk produk
18
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2002) h. 93
19
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Solo : PT. Era Adicitra Intermedia,2011) h. 351
23
deposito, melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) 03/DSN-MUI/IV/2000 deposito terjaga dan tetap seacara islam.20
Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam kapasitas sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.
Dengan demikian, bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati- hati atau bijaksan serta beretikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Disamping itu bank syariah juag bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis dari pemilik dan yang mengaharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tampa melanggar berbagai aturan syariah.
Dari hasil pengelolaan dana mudhrabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah di sepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam pengelolaan dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah masalah managemen (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. 21
3. Dasar hukum Deposito Syariah
Landasan syariah tentang deposito tercantum dalam firman Allah SWT QS. Annisa ayat 29 :
20Fatwa Dewan Syariah Nasional No.03/DSN-MUI/IV/2000
21
Adiwarman A Karim, S.E., MBA., M.A.E.P. Bank Islam (Analisis Fiqih Dan Kauangan). (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2010) Hal. 351-352
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”(Q.S An-Nisa: 29). 22
Penjelasan dari ayat tersebut dalam tafsir Al-Azhar yaitu, kepada orang yang beriman itu dijatuhkan larangan, jangan sampai mereka memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.
Arti batil ialah jalan yang salah, tidak menurut jalan yang sewajarnya. “kecuali bahwa ada dalam perniagaan dengan ridha diantara
kamu”, maksudnya yaitu dengan jalan niaga beredarlah harta kamu, pindah
dari satu tangan kepada tangan yang lain dalm garis yang teratur. Pokok utamanya adalah ridha, suka sama suka dengan garis yang halal.
Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 283 :
Artinya : “jika kamu dalm perjalanan (dan bermua’amalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh orang yang berpiutang) akan tetapi jika sebagian kamu mempercayainya sebagai yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyebunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyebunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang berdosa
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung CV. Pustaka agung harapan, 2006), h. 107
25
hatinya dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al-Baqarah. 283)23
Selain dari firman Allah SWT, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga membenarkan fatwa terhadap peraktik deposito yang diperbolehkan, yaitu dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No 03/DSN-MUI/IV/2000 yang diputuskan pada tanggal 1 April 2000/ 26 Dzulhijah 1420 H, bahwa Deposito ada dua jenis :
1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga.
2. Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. 24
4. Rukun dan Syarat Deposito Syariah a. Rukun deposito
1. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tatacara pemberitahuan keuntungan dan pembagian keuntungan serta risiko yang ditibulkan dari penyimpanan dana. Apabila tercapai kesepakatan, maka hal tersebut dicantumkan dalam akad.
2. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM atau alat penarikan lainnya kepada penabung. Sedangkan untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan.
3. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negative.
4. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai jangka waktu yang disepakati. Deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti baru, tetapi bila sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu akad baru.
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung CV. Pustaka agung harapan, 2006), h. 60
24
5. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan deposan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Syarat Deposito Syariah
1. Diterbitkan dan ditatausahakan oleh dalam bentuk tanpa warkat. 2. Diterbitkan dalam mata uang rupiah atau valuta asing
3. Diterbitkan dengan tidak menggunakan mekanisme bunga, termasuk diskonto.
4. Diterbitkan dengan besaran nominal paling sedikit Rp. 1.000.000.000, 00 (satu miliyar rupiah) atau ekuivalenya dalam valuta asing.
5. Memiliki jangka waktu 1,3,6,9.12,24,32 bulan. 6. Dialihkan secara electronik.
7. Didaftarkan dan ditatausahakan di bank indonesia atau LPP yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
8. Diterbitkan dalam akad mudharabah.
9. Dan imbalan dibagikan dalam bentuk bagi hasil.25
5. Jenis-Jenis Deposito
Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia saat ini ada beberapa macam diantaranya yaitu :
a. Deposito berjangka
Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya didalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga.
Adapun jenis deposito berjangaka yaitu : 1. Deposito berjangka
Deposito yang terahir pada jangka waktu yang
diperjanjikan,perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada permohonan baru atau pemberitahuan dari penyimpan.
25
27
2. Deposito berjangka otomatis
Pada saat jatuh tempo,secara otomatis akan diperpanjang untuk jangka waktu yang sama tampa pemberitahuan dari penyimpan
b. Setifikat Deposito
Merupakan sertifikat yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,3,6,12 bulan. Serytifikat deposito diterbitkan dalam bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindah tangankan kepada pihak lain. Penerbitan nilai sertifikat sudah tercetak dalam nominal dan biasanya dalam jumlah bulat. Sehingga nasabah dapat mebeli dalam lembaran banyak untuk jumlah nominal yang sama.
c. Deposito On Call
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari satu bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar misalnya 50 juta rupiah. Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan Deposito On Call dicairkan terbilah dahulu 3 hari sebelum nasabah dihitung perbulan dan biasanya untuk menentukan bunga dilakukan negosiasi antara nasabah dengan pihak bank.26
26
Syariahmandiri.co.id, “syariah mandiri links”, consumer, Diakses Di syariahmandiri.co.id, Pada Tanggal 27 Juli 2019, Pukul 10. 30
tanggal 06 Juni 2004 dengan nama PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Bandar Jaya, dan resmi menjadi kantor cabang sejak tanggal 01 Mei 2010. PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Bandar Jaya berlokasi di Jl. Proklamator No. 12-C Bandar Jaya, Lampung Tengah. Telp. 0725 529825, situs Web
www.syariahmandiri.co.id
2. Visi dan Misi Bank Syariah Kantor Cabang Bandar Jaya
1. Visi Bank Syariah Cabang Bandar Jaya yaitu Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha
2. Misi Bank Syariah Cabang Bandar Jaya
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM.
c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat.
d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.
3. Struktur Organisasi Bank Syriah Kantor Cabang Bandar Jaya
Struktur organisasi mempunyai peranan dalam menunjang tugas, wewenang, tanggung jawab serta hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan yang ada pada organisasi tersebut, yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur dan mengarahkan setiap aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan sehingga dapat terkoordinasi dengan baik dan sesuai dengan tujuan.
Struktur organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Bandar Jaya berbentuk lini staf, yaitu struktur organisasi yang setiap bawahan bertanggung jawab kepada atasan dengan diawasi adanya staf yang
29
berkoordinasi langsung dengan kantor pusat. Struktur organisasi tersebut diantaranya :
4. Gambar Struktur Organisasi Bank syariah Kantor Cabang bandar jaya
v Retail Banking Relationshi p Manager K EP A L A C A B A N G Micro Bankin g Manage r Pawn ing office r Cons umer Adm inistr ation Staff Cons umer Fina ncing Exec utive (CFE ) Cons umer Sales Exec utive (CSE ) Retail sales executiv e (RSE) Pawn ing staff Faundin g & Transact ion Staff Branch Opration & Service Manager Bran ch Mana ger Bra nch ope rati on & serv ice man ager Cust ome r serv ise telle r Bac k offic e Dr ive r Sc uri ty Of fic e Bo y
A. Kepala Cabang (Branch Manager) B. Branch Operation & Service Manager C. Customers Service D. Teller E. Back Office F. Driver G. Scurity H. Office Boy
I. Retail Banking Relationship Manager
J. Consumer Administrtion Staff
K. Consumer Financing Executive (CFE) L. Consumer Sales Executive (CSE) M. Micro Banking Manager
N. Retail Sales Executive (RSE) O. Pawining Officer
P. Pawning Staff
Q. Funding & Transaktion Staff1
5. Deskripsi Perkerjaan
Struktur organisasi kepegawaian merupakan salah satu dari deskripsi pekerjaan yang mempunyai masing-masingnya mempunyai tugas utama yaitu :
1
Wawancara Dengan Ibu Fitri, Back Office, Di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bandar Jaya, Pada Tanggal 21 Februari 2019
31
A. Kepala cabang (Branch Manager)
Tugas pokok kepala cabang adalah memimpin, mengelola, mengawasi atau mengendalikan, mengembangkan kegiatan dan mendayagunakan sarana organisasi Kantor Cabang untuk mencapai tingkat serta volume aktivitas pemasaran, operasional dan layanan kantor cabang yang efektif dan efisien sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
B. Branch operation & service manager (BOSM)
Tugas dan wewenang BOSM adalah memonitor pencapaian rencana bisnis bank oleh groupnya selain itu mengevaluasi dan menyusun laporan pencapaian rencana bisnis bank jika belum tercapai, memonitor pelaksanaan prosedur oprasional manajemen risiko oleh bawahanya dan mengevaluasi pelaksanaan prosedur operasional manajemen risiko.
C. Customers service (CS)
Tugas dan wewenanag CS adalah melakukan kegiatan oprasional dan pelayanan kepada nasabah sesuai dengan ketentuan dan standar pelayanan
D. Teller
Tugas dan wewenang teller adalah memberikan pelayan kepada nasabah yang berhubungan dengan penerimaan dan penarikan uang selain itu tugas teller mencatat semua transaksi yang terjadi setiap hari dan membuat laporan atas transaksi- transaksi yang terjadi kemudian dilaporkan kepada bagian pembukuan.
E. Back Office
Tugas dan wewenang back office adalah memberikan laporan yang sudah tersaji lengkap dengan menggunakan komputer lewat software khusus kemudian BO juga melakukan kegiatan perkerjaan terkaitan urusan utang piutang, memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan pengecekan barang yang kurang laku untuk kemudian diganti, mempunyai tanggung jawab terhadap penyelenggaraan