• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG TUGAS AKHIR MIFTAHUL FAJRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG TUGAS AKHIR MIFTAHUL FAJRI"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

DI KOTA PADANG

TUGAS AKHIR

Oleh :

MIFTAHUL FAJRI

1311062001

PROGRAM STUDI DIV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

DI KOTA PADANG

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Terapan Teknik

MIFTAHUL FAJRI

1311062001

PROGRAM STUDI DIV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI PADANG 2017

(3)

TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

DI KOTA PADANG

MIFTAHUL FAJRI

1311062001

Disetujui oleh : Ketua Jurusan Teknik Sipil ( DR. Ir. Yurisman, MT. ) Nip. 19650629 199403 1 004

Ketua Program Studi

DIV Manajemen Rekayasa Konstruksi

( Ir. Indra Yurmansyah, MSc ) Nip. 19620108 198803 1 003

(4)

TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

DI KOTA PADANG

Disetujui oleh : Pembimbing I (Satwarnirat, ST., MT) Nip. 19660619 199003 2 002 Pembimbing II (Zulfira Mirani, ST.,MT) Nip.19710316 199512 2 001

Tugas Akhir ini telah diajukan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Sidang Tugas Akhir Pada Hari/Tanggal : Senin / 09 Oktober 2017

Tim Penguji :

1. Satwarnirat, ST., MT Ketua (……….……..)

Nip.19660619 199003 2 002

2. Zulfira Mirani, ST.,MT Sekretaris (………)

Nip.19710316 199512 2 001

3. Aguskamar, ST., M.Eng Anggota (………)

Nip.19640307 199003 1 007

4. Ir. Mafriyal, M.Si Anggota (………)

(5)
(6)

ABSTRAK

Penyelenggaraan proyek konstruksi suatu bangunan dilaksanakan melalui sistem manajemen proyek tertentu. Proyek konstruksi mempunyai jadwal dan rencana pelaksanaan yang telah ditentukan. Pekerjaan ulang (rework) pada proyek konstruksi diakibatkan karena kesalahan dalam perencanaan, kesalahan prosedur kerja, kurangnya pengawasan sehingga hasil pekerjaan tidak sesuai dengan desain awal konstruksi dan dapat mengakibatkan beberapa kerugian, seperti biaya, waktu, kualitas pekerjaan, dan menurunnya motivasi kerja.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab rework pada proyek konstruksi gedung di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang melibatkan 40 orang responden, terdiri dari 20 orang responden dari perusahaan konsultan dan 20 orang responden dari perusahaan kontraktor. Analisis yang dipakai yaitu analisis deskriptif dan analisis

t-test dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows version 21.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor paling dominan penyebab rework adalah faktor kurangnya sinkronisasi dokumen proyek, faktor kurangnya

teamwork antara owner, konsultan, kontraktor, dan pihak pihak terlibat lainnya,

faktor pertimbangan dan keputusan yang salah di lapangan, dan faktor harmonisnya komunikasi dengan konsultan desain. Dari sudut pandang konsultan dan kontraktor tidak terdapat perbedaan pandangan yang signifikan terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya rework.

Kata Kunci: Rework, Konstruksi Gedung, Penyebab Rework, Statistical

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah Subhanawata’ala atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa penulis curahkan untuk Rasulullah

Salallahu’alaihi wassalam, atas ilmu pengetahuan yang dapat berkembang seperti

sekarang ini.

Tugas Akhir ini berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

TERJADINYA REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA PADANG. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan bagi setiap

mahasiswa jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Padang untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tentu saja tidak terlepas dari dukungan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Yurisman. MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang

2. Bapak Ir.Indra Yurmansyah M.Sc, selaku ketua program Studi DIV Manajemen Rekayasa Konstruksi Politeknik Negeri Padang.

3. Ibu Satwarnirat, ST., MT selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, serta masukan yang sangat berarti bagi penulis.

4. Ibu Zulfira Mirani, ST., MT selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, serta masukan yang sangat berarti bagi penulis.

5. Teman-teman seperjuangan teknik sipil prodi manajemen konstruksi angkatan 2013 yang memberikan bantuan, motivasi dan semangat yang tinggi dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan berbagai kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini berguna dimasa yang akan datang.

Padang, September 2017

MIFTAHUL FAJRI 1311062001

(9)

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Penelitian... 2 1.3. Rumusan Masalah ... 2 1.4. Batasan Masalah ... 3 1.5. Manfaat Penelitian... 3 1.6. Sistematika Penulisan... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi ... 6

2.2. Definisi Rework dan Batasan Rework ... 7

2.2.1. Definisi Rework ... 7

2.3.1 Batasan Rework ... 8

(10)

2.6. Jasa Konstruksi ... 17

2.6.1. Pengertian Jasa Konstruksi ... 17

2.6.2. Kualifikasi Jasa Konstruksi ... 17

2.6.2.1. Kualifikasi Jasa Konstruksi Pelaksana Pekerjaan... 17

2.6.2.2. Kualifikasi Jasa Perencana Konstruksi... 21

2.7. Program dan Cara Kerja SPSS ... 24

2.7.1. Uji Validitas Dan Relibilitas... 25

2.6.2. Analisis Deskriptif ... 27

2.6.2. Uji Normalitas Shapiro Wilk ... 28

2.6.2. Uji Homogenitas ... 29

2.6.2. Uji Independent T-Test ... 30

2.8. Penelitian Terdahulu... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Uraian Umum ... 34

3.2. Bagan Alir Penelitian ... 34

3.3. Objek Penelitian ... 38

3.4. Jenis Data Penelitian ... 38

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.5.1. Populasi... 39

3.5.2. Sampel ... 39

3.6. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data ... 39

3.6.1. Metode Pengumpulan Data... 39

(11)

3.7. Metode Analisa Data ... 45

3.7.1. Uji Validitas Dan Reabilitas ... 45

3.7.2. Analisis Deskriptif ... 46

3.7.3. Uji Prasyarat Analisis ... 46

3.7.4. Uji Independent T-Test ... 47

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Uraian Umum ... 49 4.2. Profil Responden ... 49 4.2.1. Bidang Usaha ... 49 4.2.2. Kualifikasi Perusahaan ... 50 4.2.3. Jabatan ... 51 4.2.4. Pengalaman Kerja ... 52

4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 53

4.3.1. Uji Validitas ... 53

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 56

4.4. Analisis Data ... 57

4.4.1. Analisis Deskriptif Mean ... 57

4.4.2. Uji Normalitas Shapiro Wilk ... 64

4.4.3. Uji Homogenitas ... 67

4.4.2. Uji Independent T-Test ... 68

(12)

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan ... 72 5.2. Rekomendasi... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4

Faktor-faktor Penyebab Rework... Diagram Prosedur SPSS... Diagram Alir Tahapan Dalam Penelitian ... Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Usaha... Karakteristik Berdasarkan Kualifikasi Perusahaan ... Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... Karakteristik Berdasarkan Pengalaman Kerja ...

14 24 35 50 51 52 53

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... Lampiran 2 Daftar Responden ... Lampiran 3 Input Data Kuesioner ... Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... Lampiran 5 Uji Analisis Deskriptif ... Lampiran 6 Uji Normalitas Shapiro Wilk ... Lampiran 7 Uji Homogenitas ... Lampiran 8 Uji Independent T-Test ...

(15)

DAFTAR RESPONDEN

Konsultan

No Nama Perusahaan Kualifikasi

Perusahaan Alamat Perusahaan Direktur

1 PT. Natural Sumatera Consultant K2 Komp. Palm Griya No. E/14 Chandra Surya, ST

2 PT. Triartha Nusa Engineering K2 Jl. Kalimas No. 18 Susmizarti, SE

3 CV. Bina Citra Consultant K1 Jl. Sulawesi B/13 Wisma Indah I Ulak Karang Utara Ir. Trinov Ramdhani 4 CV. Multi Mitra Serasi K2 Perumahan Salingka Bungo Permai 2 Blok EE No.8 Dr.Ir. Bahrul Anif, MT

5 CV. Buana Cipta K2 Jl. Bakti I No. 02 Alai Anadra Disyah Putry, SE

6 PT. Taru Nusantara K2 Jl. Sungai Deli No. 3A Lapai Padang Diki Siswandi, S.Kom

7 PT. Indosarana Pratama Nusantara K2 Jl. Sumba Blok M 06 Wisma Indah I Ulak Karang Ir. M.I. Nengah Tela, MSc

8 CV. Sojoji Madani K1 Wisma Lapai Jaya Blok F/5 Kel. Kampung Lapai Jimmi, ST

9 CV. Artistik Engineering K2 Jl. Padang Pasir VII No. 12 Ir. Yadi Samitra, MT., Arch

10 PT. Tantedjo Gurhano K1 Jl. Padang Pasir VII No. 12 Padang Ir. Roza Evayanti

11 PT. Emtujuh Sarana Konsultan K2 Jl. Sumba Blok M 07 Wisma Indah I Ulak Karang Ir. H. Martalius Peli, MSc

(16)

Kontraktor

No Nama Perusahaan Kualifikasi

Perusahaan Alamat Perusahaan Direktur

1 PT. Arshy Citra Komato M2 Jl. Seranti No.5 Air Tawar Timur Ir. Nasirman Chan

2 PT. Astam Prima Karya M1 Jl. Sri Gunting No. 03 Kel. Air Tawar Barat Ir. Khairul Anwar

3 PT. Iso Iki Asano M2 Komp. Cendana Andalas Blok CC No.9 Syukrizal Syukur, B.Sc

4 CV. Akasia Raya K3 Jl. Keruing No. 6 Komp. Dangau Teduh Liza Agusthia

5 PT. Giat Pembangunan K3 Jl. Anshar I No. 28 Tunggul Hitam Romi Febrianta

6 PT. Putra Giat Pembangunan M1 Jl. Anshar I No. 28 Tunggul Hitam Erwandi

7 PT. Barettamuda Pratama M2 Jl. Veteran No. 12C H. Hariadi, BE

8 PT. Budi Jaya General M1 Jl. Ngurah Rai No. 7 Air Tawar Gamawi Sudanta Rivaldo, SE

9 PT. Trio Citra Abadi M1 Jl. Dr. Sutomo No. 125 C Lt II John Bastian

10 PT. Pertama Monvy Jaya M1 Jl. Dr. Sutomo No. 125 C Lt II Hambri

11 CV. Cuda Karya Graha K3 Jl. Anshar I No. 28 Dadok Tunggul Hitam Rovi Febrianta

(17)

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel Kuesioner ... Bidang Usaha ... Kualifikasi Perusahaan... Jabatan... Pengalaman Kerja ... Hasil Pengujian Validitas Desain dan Penjadwalan ... Hasil Pengujian Validitas Manajerial ... Hasil Pengujian Validitas Sumber Daya Manusia ... Hasil Pengujian Validitas Klien ... Hasil Pengujian Cara Efektif Mengurangi Rework... Hasil Pengujian Reliabilitas ... Analisis Deskriptif Desain dan Penjadwalan ... Analisis Deskriptif Manajerial ... Analisis Deskriptif Sumber Daya Manusia... Analisis Deskriptif Klien ... Analisis Deskriptif Cara Efektif Mengurangi Rework... Uji Normalitas Variabel Desain dan Penjadwalan... Uji Normalitas Variabel Manajerial... Uji Normalitas Variabel Sumber Daya Manusia ... Uji Normalitas Variabel Klien ... Uji Homogenitas ... Uji Independent T-Test...

42 49 50 51 52 54 54 55 55 56 57 58 59 60 61 62 65 66 66 67 68 69

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Industri jasa konstruksi di Kota Padang memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian Kota Padang. Banyak bangunan-bangunan baru yang di bangun di kota Padang seperti rumah/perumahan, kantor-kantor, pabrik-pabrik, rumah sakit, jembatan, dan sebagainya. Perkembangan ini juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas manajemen yang mengatur agar tercapainya hasil yang sesuai harapan. Namun dalam pelaksanaan proyek-proyek konstruksi tersebut ada beberapa kesalahan yang sering terjadi, seperti kesalahan pekerjaan yang dikarenakan kesalahan gambar dan desain, kurangnya keterampilan dari pekerja, komunikasi antar stakeholder yang kurang jelas, dan masih banyak lagi faktor yang akan menghambat pekerjaan proyek. Akibat kesalahan-kesalahan tersebut akan menimbulkan terjadinya rework.

Rework adalah suatu pekerjaan ulang yang diakibatkan karena

kesalahan-kesalahan dari suatu pelaksanaan proyek konstruksi. Menurut Andi et al (2005)

Rework tidak dapat dihindari dari dunia konstruksi. Sangat jarang, bahkan mustahil

untuk tidak menemui rework pada pelaksanaan proyek konstruksi. Akibat pelaksanaan suatu proyek tidak terlalu memperhatikan kualitas proyek yang sedang dikerjakan, maka akan menimbulkan rework. Hal ini akan menyebabkan penurunan kualitas pekerjaan yang akan berdampak kepada klaim dari klien, maka harus dilakukan perbaikan untuk memperoleh produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati.

Rework dapat memberikan dampak buruk pada performa dan produktivitas,

baik konsultan, kontraktor, dan pihak lainnya yang terkait dalam proyek. Kesalahan yang di lakukan oleh pihak tersebut tentunya berbeda-beda. Menurut Love (2002),

rework merupakan salah satu kontributor utama pada pembengkakan biaya dan

(19)

Dari beberapa hasil penelitian menyatakan dampak buruk yang disebabkan oleh rework. Burati dkk (1992) menyatakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan pada sembilan proyek menunjukkan bahwa biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperbaiki masalah kualitas mencapai 12,4 % dari nilai kontrak. Barber dkk (2000) menemukan dari hasil penelitiannya bahwa biaya karena kegagalan kualitas mencapai 25% dari nilai kontrak. Disamping biaya langsung rework juga berdampak pada biaya tidak langsung, seperti biaya administrasi yang membesar dan menurunnya motivasi, moral pekerja, dan personal konstruksi.

Dengan mempertimbangkan bahwa dampak buruk yang diakibatkan oleh

rework pada proses pelaksanaan konstruksi cukup signifikan, maka usaha-usaha

untuk mengurangi terjadinya rework pada tahap konstruksi sangat diperlukan. Namun dalam pencapaian tujuan ini harus dipelajari terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang akan menyebabkan terjadinya rework.

Dari uraian di atas penulis memilih judul“Analisis Faktor-faktor Penyebab

Terjadinya Rework Pada Proyek Konstruksi Gedungdi Kota Padang”.

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya rework pada proyek konstruksi gedung di kota Padang

2. Untuk mengetahui apakah antara kontraktor dan konsultan ada perbedaan terhadap faktor yang menyebabkan terjadinya rework pada proyek konstruksi gedung di kota Padang

3. Untuk menentukan cara paling efektif untuk mengurangi rework pada proyek konstruksi gedung di kota Padang.

1.3. Rumusan Masalah

(20)

1. Faktor-faktor apa yang paling dominan menjadi penyebab rework pada proyek konstruksi gedung di kota Padang?

2. Apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsultan dan kontraktor mengenai faktor-faktor penyebab rework?

3. Bagaimana cara paling efektif untuk mengurangi rework pada proyek konstruksi gedung?

1.4. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih mengarah pada latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulis membuat batasan-batasan masalah guna membatasi ruang lingkup penelitian, antara lain:

1. Penelitian dilakukan dan dibatasi terhadap kontraktor dan konsultan yang berada di Kota Padang berdasarkan pengalaman kerja masing-masing kontraktor dan konsultan tersebut.

2. Penelitian hanya untuk kasus-kasus rework pada pekerjaan-pekerjaan dalam fase konstruksi bangunan gedung.

3. Responden yang mengisi kuesioner ini adalah konsultan dan kontraktor yang tergabung dalam asosiasi jasa konstruksi GAPENSI dan INKINDO yang berada di wilayah Kota Padang.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai referensi dan informasi mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya rework.

Secara khusus manfaat penelitian bagi: 1. Peneliti

Memberikan gambaran mengenai kendala apa saja yang sering terjadi pada proyek konstruksi, sehingga penulis dapat mempersiapkan diri saat memasuki dunia konstruksi, agar hasil proyek menjadi optimal dengan anggaran yang efisien.

(21)

2. Perusahaan Konstruksi

Memberikan masukan referensi dan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya rework pada proyek konstruksi, sehingga dengan diketahuinya penyebab-penyebab rework tersebut perusahaan konstruksi dapat mengantisipasi dan meminimalisir terjadinya rework.

3. Masyarakat

Memberikan pengetahuan kepada masyarat mengenai pengaruh rework terhadap kelancaran proses konstruksi dan akibat yang ditimbulkan terhadap proses konstruksi tersebut.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pemahaman masalah yang dibahas, maka penulisan tugas akhir ini dibahas dalam beberapa bab sebagai beriukut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang pemilihan topik penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai teori-teori yang menjadi landasan dari masalah yang akan dibahas, dan juga hal-hal yang berkaitan yang dapat dijadikan landasan teori dan juga pembahasan mengenai penelitian sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai penelitian itu sendiri dan teknik-teknik analisa yang dipakai, cara pengumpulan data, serta cara menganalisis data.

(22)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai analisis data, dan pembahasan dari analisis data.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan saran-saran, sebagai masukan bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Proyek Konstruksi

Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan. Menurut Soeharto (1997), kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang sementara berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan tegas.

Dari pengertian di atas, maka dapat dijabarkan beberapa karakteristik proyek sebagai berikut:

1. Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai (awal proyek) dan waktu akhir proyek sudah tertentu.

2. Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan produk rutin atau berulang (pabrikasi).

3. Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda, dengan pola di awal sedikit, berkembang makin banyak, menurun, dan berhenti.

4. Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan perawatan).

5. Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga yang beragam pula.

6. Lahan atau lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah ditetapkan, tidak dapat sembarang tempat.

7. Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan bahan, alat, tenaga, dan metode pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan haru memenuhi prosedur persyaratan tersebut.

(24)

1. Bersifat unik

Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek yang sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pekerja yang berbeda-beda.

2. Dibutuhkan sumber daya (Resources)

Setiap proyek membutuhkan sumber daya, yaitu pekerja, uang, mesin, metode, dan material. Dalam kenyataannya, mengorganisasikan pekerja lebih sulit daripada sumber daya lainnya.

3. Organisasi

Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan, kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyusun visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. (Wulfram I. Ervianto; 2002).

2.2. Definisi Rework dan Batasan Rework 2.2.1. Definisi Rework

Rework dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi pengerjaan ulang.

Selanjutnya dalam penelitian ini akan dipakai istilah rework. Rework sudah menjadi bagian yang hampir tak terpisahkan dalam dunia konstruksi. Oleh karena itu banyak peneliti yang mengadakan riset dan penelitian untuk mengetahui apa sebenarnya dari rework tersebut. Para peneliti tersebut mendefenisikan rework menurut pandangan dan pemikiran masing-masing.

Defensi rework menurut pandangan para peneliti, antara lain :

1. CIDA (Construction Industry Development Agency, 1995) mendefenisikan

rework sebagai mengerjakan sesuatu paling tidak satu kali lebih banyak,

yang disebabkan oleh ketidakcocokan oleh permintaan.

2. Love et al (1999) rework adalah efek yang tidak perlu dari mengerjakan ulang suatu proses atau aktivitas yang diimplementasikan secara tidak tepat pada awalnya dan dapat ditimbulkan oleh kesalahan ataupun adanya variasi.

(25)

3. CII (Construction Industry Institute oleh pemiliknya, Cause and Effect

of Field Rework Research Team 153, 2000) Rework adalah melakukan

pekerjaan di lapangan lebih dari sekali atau aktifitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek. 4. COAA (Construction Owner Association of Alberta, 2002) Rework adalah

total biaya yang dikeluarkan di lapangan selain dari biaya awal dan sumber daya awal.

5. Fayek at al (2002) mendefinisikan Rework aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, dimana tidak ada change order dan change of scope. Pada penelitian ini diambil satu pengertian yang dirasa tepat, yaitu rework adalah aktivitas di lapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, atau aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, dimana tidak ada change order yang dikeluarkan.

2.2.2. Batasan Rework

Bagaimanapun juga pengertian tersebut masih kurang jelas sehingga perlu diberikan batasan mengenai mana yang termasuk rework dan mana yang tidak. Berikut ini beberapa hal yang tidak termasuk rework antara lain, (COAA, 2002) :

1. Perubahan scope pekerjaan mula-mula (change).

Contohnya: balok dengan permukaan yang tidak rata, jika permukaan yang tidak rata tadi dihilangkan atau dikikis maka hal ini akan tergolong rework, tetapi jika balok tadi ditambah tebalnya untuk menjadikan rata permukaan tadi maka akan tergolong sebagai perubahan dari scope pekerjaan mula-mula (Change).

2. Perubahan desain atau kesalahan yang tidak mempengaruhi pekerjaan di lapangan.

Contohnya: terjadi kesalahan atau perubahan desain konstruksi atap, tetapi pada saat perubahan diberikan ke kontraktor dan sampai di pekerja

(26)

3. Penambahan/penghilangan scope pekerjaan karena kesalahan desainer dan kontraktor.

Contohnya : penambahan kolom ukir, bukan kolom struktur. Hal ini dilakukan dengan menambah satu pekerjaan baru bukan memperbaiki atau menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Kesalahan fabrikasi off-site yang dibetulkan off-site.

Contohnya : pemesanan tiang pancang tidak sesuai dengan ukuran yang diminta, tetapi hal ini diketahui sebelumnya, dan diperbaiki sebelum dipasang.

5. Kesalahan off-site modular fabrication yang dibetulkan off-site.

6. Kesalahan pabrikasi on-site tapi tidak mempengaruhi aktivitas dilapangan secara langsung (diperbaiki tanpa mengganggu jalannya aktivitas konstruksi).

2.3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Rework

Menurut Winata dan Hendarlim (2004) penyebab-penyebab terjadinya

rework adalah sebagai berikut :

1. Faktor yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya

Desain merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan yang sering menyebabkan rework. Berikut merupakan bagian kesalahan yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya :

a. Kesalahan Desain

Kesalahan desain bisa terjadi jika arsitek, drafter, konsultan ataupun kontraktor menggambarkan sesuatu atau kondisi bagian dari proyek tidak sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, yang pada akhirnya gambar tersebut telah diturunkan dilapangan dan dikerjakan. Hal ini akan menyebabkan komplain dari pihak pemilik yang akhirnya mengharuskan rework.

b. Perubahan desain

Perubahan desain biasanya dilakukan untuk memenuhi permintaan dari salah satu konsumen (Love et al, 2002) diantaranya adalah

(27)

pemilik, dengan tujuan untuk memenuhi keinginan mereka atas misalnya : operasional dari fasilitas yang dibangun, atau untuk menjaga agar proyek tetap berada dalam jangkauan anggaran. Selain pemilik sebenarnya perubahan desain dapat juga disebabkan oleh: 1) Kontraktor – untuk meningkatkan constructability dari fasilitas 2) Suplier – untuk memungkinkan pemakaian produk yang sudah

ada (standar) atau untuk memudahkan mobilisasi dari material baik ketika menuju proyek ataupun ketika di dalam proyek. 3) Desainer – untuk memenuhi modifikasi desain.

4) Subkontraktor – untuk menghilangkan konflik pengaturan pekerjaan.

c. Desain yang tidak jelas

Desain yang tidak jelas sering membuat mandor atau pekerja mempunyai pengertian yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh desainer. Hal ini akhirnya mengakibatkan kesalahan yang menyebabkan rework, contohnya : pengaturan kembali servis karena bentrokan dari buruknya informasi yang diberikan dalam gambar. Di sini rework dapat berupa klaim karena variasi jika secara langsung mempengaruhi jalannya proyek dan menyebabkan gangguan (Love et al, 2002).

d. Lack of constructibility

Sering kali desain yang dikeluarkan tidak memperhatikan kemudahan pelaksanaan dilapangan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya

rework karena oleh pekerja dilapangan akhirnya gambar tadi

dikerjakan sebisanya dan akhirnya mengakibatkan terjadinya kesalahan yang bisa menyebabkan terjadinya rework. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan desainer mengenai konstruksi. Banyak kasus dimana kontraktor mengeluh karena desain yang sulit atau bahkan mustahil untuk dikerjakan. (Andi et al, 2003).

(28)

e. Kurangnya Pengetahuan Terhadap Karakter Bahan

Dalam penggunaan bahan-bahan bangunan juga perlu diperhatikan karakteristik dari bahan yang dipakai. Karena kadang ada bahan yang tidak bisa dipakai secara bersamaan karena ketidakcocokan karakteristik kedua bahan tersebut.

f. Buruknya koordinasi desain dan dokumentasi

Dalam proyek sering ditemui adanya ketidakcocokan antara gambar struktur dengan gambar arsitektur, selain itu juga koordinasi antara gambar konstruksi dan gambar dari bagian lain seperti bagian instalasi listrik dan plumbing. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pengerjaan karena gambar-gambar tadi saling bentrok satu sama lain dalam pelaksanaannya. Hal ini mengakibatkan perlunya dilakukan pembongkaran untuk memperbaiki kesalahan tadi agar dapat dibuat sesuai dengan keinginan gambar dan dalam hal ini termasuk rework.

2. Faktor yang berkaitan dengan manajerial

a. Jadwal yang terlalu padat atau tekanan oleh waktu

Tekanan oleh waktu adalah salah satu dasar penyebab terjadinya kesalahan. Pelaksanaan yang terburu-buru dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yang dapat mengakibatkan terjadinya rework. b. Kurangnya kontrol dalam pekerjaan

Kurangnya pengontrolan oleh kontraktor dalam pengerjaan dapat menyebabkan kualitas atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Dalam hal ini bisa terjadi karena klaim dari

owner dan akhirnya menyebabkan rework.

c. Kurangnya kerja sama antara pemilik, desainer, kontraktor, suplier, dan pihak-pihak lain yang terkait.

Masalah utama yang terdeteksi dalam fase desain ini adalah kecilnya interaksi antara desainer dan kontraktor dan di antara spesialis (listrik,

plumbing, AC, dan sebagainya), situasi ini memaksa fase berikutnya

(29)

d. Kurangnya informasi mengenai keadaan lapangan

Kurangnya informasi mengenai keadaan lapangan dapat menyebabkan pekerjaan terganggu dan bisa menyebabkan rework. Contohnya ketika pemancangan fondasi tiang pancang ternyata di dalam tanah ada fondasi dari bangunan terdahulu, sehingga pemancangan gagal dan terjadilah rework karena harus mengulang pemancangan di tempat tadi.

e. Kurangnya antisipasi terhadap perubahan keadaan alam

Seperti dalam proses pengecoran tiba-tiba hujan dan pada saat itu tidak tersedia terpal untuk menutupi sehingga coran menjadi rusak. f. Spesifikasi yang dikirim oleh suplier tidak sesuai

Jika bahan yang tidak sesuai dengan permintaan tadi terlanjur dipasang maka perlu dilakukan pembongkaran untuk memperbaikinya.

g. Pengiriman yang terlambat atau tidak tepat waktu

Misalnya dalam proses Pancoran, dua truk pengangkut tiba dan terlebih dahulu diadakan pengecoran, lalu truk berikutnya datang terlambat sehingga menyebabkan beton terlanjur setting. Hal ini akan membuat perlunya proses lebih lanjut untuk bisa melakukan pengecoran pada bagian yang belum selesai karena sebagian sudah terlanjur setting.

h. Jeleknya alur informasi baik formal maupun informal

Sebagai contoh masalah dalam konstruksi West Gate Bridge, Victoria, Australia, yang mengakibatkan robohnya pada tahun 1967, tidak ada yang memberitahu bahwa komponen (Box girder) tidak boleh dipaksa untuk tersambung. Bila mereka tidak bisa tersambung atau tidak cocok mereka harus modifikasi. Konsultan tidak berusaha untuk memastikan kontraktor mengerti filosofi desain dan metode konstruksi yang lama tidak dapat digunakan. Mereka juga tidak

(30)

3. Faktor yang berkaitan dengan sumber daya (Resources) a. Kurangnya pengalaman bekerja

Pengalaman yang kurang biasanya menghasilkan pekerjaan yang kurang baik dan memerlukan perbaikan untuk mencapai kualitas yang diinginkan.

b. Kurangnya pengetahuan pekerja

Pengetahuan pekerja yang kurang mengenai apa yang dikerjakannya dapat menyebabkan kesalahan dalam pengerjaannya. Misalnya kurangnya pengetahuan mengenai pemakaian alat penggetar beton dapat menghasilkan kualitas beton yang dihasilkan buruk.

c. Jumlah kerja lembur yang terlalu banyak

Dengan banyaknya jumlah jam kerja lembur akan mengakibatkan pekerja mengalam kelelahan yang akan berakibat kepada menurunnya kualitas pekerjaan dan akan sering terjadi kesalahan dalam bekerja yang dapat menyebabkan rework.

d. Bekerja tidak sesuai prosedur

Pengerjaan yang tidak sesuai prosedur tentu saja akan menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang lebih buruk, dan hak ini sering kali memerlukan perbaikan untuk kualitas yang diharapkan.

e. Pertimbangan yang salah dalam lokasi proyek

Sering kali jika dihadapkan pada situasi yang mendesak, misalnya karena jadwal yang padat, pekerja lapangan harus mengambil keputusan sendiri mengenai apa yang mereka kerjakan. Terkadang keputusan mereka itu salah dan mengakibatkan hasil yang berbeda dari keinginan desainer maupun kontraktor.

f. Kurangnya QA/QC

Pekerjaan yang kurang memperhatikan QA/QC akan dapat mengakibatkan didapatkannya hasil dengan kualitas yang tidak sesuai dengan keinginan sehingga perlu diusahakan usaha lebih lanjut untuk memperbaiki kualitas yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan terjadinya rework.

(31)

Gambar 1. Faktor-faktor penyebab rework (Sumber: Winata dan Hendarlim (2004)

Kemudian Manoa Malik (2011) menambahkan faktor penyebab terjadinya

rework adalah faktor klien, ada 5 faktor yang dibahas berkaitan dengan klien, yaitu:

1. Kurangnya pengetahuan mengenai proses D & C (Design & Construction) Kurangnya pengetahuan desain dan konstruksi biasanya akan menyebabkan kesalahan dalam proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi, misalnya gambar desain yang kurang sempurna dan spesifikasi material yang kurang. Hal ini dapat menyebabkan pembongkaran kembali atau penambahan pekerjaan dan keterlambatan.

2. Kurangnya pengalokasian dana (biaya) untuk pemeriksaan tempat proyek Memperoleh informasi yang akurat diperlukan survei dan penelitian yang sangat mendalam. Hal ini tentunya memerlukan waktu yang lama sehingga biaya sangat besar, karena kurangnya informasi keadaan lapangan dapat menyebabkan pekerjaan terganggu dan bisa juga menimbulkan rework.

(32)

3. Kurangnya keterlibatan klien dalam proyek.

Komunikasi dan kerja sama yang baik harus tercipta antara semua pihak yang terkait dalam proyek. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan rapat secara berkala atau minimal laporan yang teratur, sehingga konsultan dan owner dapat mengetahui perkembangan proyek yang sedang berjalan dengan baik. Bila klien kurang melibatkan diri dalam monitoring dalam perkembangan proyek, maka dapat mengakibatkan hasil proyek yang tidak sesuai dengan keinginan klien. Hal ini dapat menimbulkan klaim dari klien, sehingga harus dilakukan pembongkaran dan melakukan perbaikan agar hasil proyek sesuai dengan keinginan klien.

4. Buruknya komunikasi dengan konsultan desain

Buruknya komunikasi dengan konsultan desain membuat kurang sempurnanya proses yang sedang berjalan. Hal ini menyebabkan terjadinya

change order, kualitas bangunan berkurang (dalam desain maupun rework).

(Alarcon dan Mardones, 1998).

5. Rendahnya fee (pembayaran) untuk mempersiapkan dokumentasi kontrak Memperoleh informasi yang akurat dalam mempersiapkan dokumentasi kontrak dibutuhkan biaya yang besar. Bila informasi keadaan lapangan tidak akurat, maka pelaksanaan pekerjaan di lapangan akan terganggu dan menyebabkan rework.

2.4. Dampak Rework

Menurut Andi (2005) beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa biaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari rework cukup signifikan. Sebagai contoh ,Abdul Rahman mengatakan bahwa biaya nonconformance pada suatu proyek

highway yang ditelitinya adalah sebesar 5% dari nilai kontrak. Dalam penelitan lain

dalam sembilan proyek, Burati et al, menyebutkan bahwa biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas adalah 12,4% dari nilai kontrak. Sementara itu, penelitan lain bahkan menemukan biaya karena kegagalan kualitas mencapai 25%.

(33)

Disamping biaya langsung rework juga berdampak pada biaya tidak langsung, seperti biaya administrasi yang membesar dan menurunnya motivasi, moral pekerja, dan personal konstruksi.

Dengan mempertimbangkan bahwa dampak buruk yang diakibatkan oleh

rework pada proses pelaksanaan konstruksi cukup signifikan, maka usaha-usaha

untuk mengurangi terjadinya rework pada tahap konstruksi sangat diperlukan. Namun dalam pencapaian tujuan ini harus dipelajari terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang akan menyebabkan terjadinya rework.

2.5. Antisipasi Terjadinya Rework

Setelah mengetahui faktor-faktor apa saja penyebab rework pada proyek konstruksi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cara-cara untuk menghindari atau mengurangi terjadinya rework.

Menurut Andi et al (2005) cara efektif mengurangi rework adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan komunikasi, baik antara atasan dengan bawahan maupun antara pemilik, desainer (konsultan), kontraktor, subkontraktor, dan suplier.

2. Memperkirakan semua bentuk perubahan dan kesalahan desain sehingga dapat dilakukan pencegahan. Hal ini dapat dilakukan pada fase desain. 3. Mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja

4. Meningkatkan komitmen dalam memberikan pelayanan yang berkualitas 5. Memperkecil perbandingan antara jumlah mandor dengan pekerja 6. Pengawasan yang baik dilapangan

7. Pemilihan pelaksana dan perencana yang tepat

8. Detail gambar harus memperhatikan kemudahan pelaksanaan (constructibility)

9. Membuat kebijakan terkait zero defect construction.

(34)

2.6. Jasa Konstruksi

2.6.1. Pengertian Jasa Konstruksi

Menurut Permen PU No. 8 Tahun 2011 tentang Jasa Konstruksi, Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Sedangkan pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanika, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya.

2.6.2. Kualifikasi Jasa Konstruksi

Kualifikasi jasa konstruksi merupakan bagian dari proses registrasi badan usaha penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha. Kualifikasi dikelompokkan dalam; usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar yang diperhitungkan dari pengalaman, kualifikasi tenaga terampil/ahli yang dimiliki, dan memiliki dukungan keuangan yang sesuai.

Berdasarkan klasifikasi dan kualifikasi di atas, setiap badan usaha memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dengan lingkup nilai sebagai berikut:

2.6.2.1. Kualifikasi jasa konstruksi Pelaksana Pekerjaan (Kontraktor)

Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Nasional didasarkan pada tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usahanya yang ditinjau dari :

1. Aspek Penanggung Jawab Badan Usaha (PJBU), adalah pimpinan Badan Usaha yang ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Badan Usaha. PJBU merupakan Direktur Utama atau anggota Direksi atau Pimpinan Badan Usaha untuk Kantor Pusat dan Kepala Cabang/Perwakilan untuk Kantor Cabang/Perwakilan yang bertanggung jawab atas berjalannya operasional Badan Usaha.

2. Penanggung Jawab Klasifikasi yang selanjutnya disebut PJK adalah tenaga ahli tetap yang ditunjuk pimpinan Badan usaha untuk bertanggung jawab

(35)

terhadap aspek keteknikan satu klasifikasi tertentu yang dimiliki Badan usaha sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

3. Penanggung Jawab Teknik selanjutnya disebut PJT adalah tenaga kerja tetap yang ditunjuk PJBU untuk bertanggungjawab terhadap aspek keteknikan dalam operasionalisasi Badan usaha jasa konstruksi.

Penggolongan kualifikasi Badan usaha jasa pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, yang selanjutnya dibagi menurut kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria risiko, dan/atau kriteria penggunaan teknologi, dan/atau kriteria besaran biaya, dapat dibagi jenjang kompetensinya sebagai berikut :

1. Badan Usaha Kualifikasi Kecil

Perusahaan dengan kualifikasi usaha kecil dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil.

a. Kualifikasi kecil 1 (K1)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 1 Milyar. Maksimal 2 klasifikasi dan 4 sub klasifikasi atau sub bidang.

Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keterampilan (SKT) tingkat 3 minimal 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 50.000.000 (lima puluh juta) sampai dengan Rp. 200.000.000 (dua ratus juta).

b. Kualifikasi kecil 2 (K2)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 1,75 Milyar. Maksimal 2 klasifikasi dan 6 sub klasifikasi atau sub bidang.

(36)

ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 200.000.000 (dua ratus juta) sampai dengan Rp. 350.000.000 (tiga ratus lima puluh juta).

Pengalaman kerja perusahaan harus sesuai dengan sub klasifikasi dengan nilai kumulatif selama kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 1 Milyar.

c. Kualifikasi kecil 3 (K3)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 2,5 Milyar. Maksimal 3 klasifikasi dan 8 sub klasifikasi atau sub bidang.

Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keterampilan (SKT) kualifikasi kelas 2 minimal 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 350.000.000 (tiga ratus lima puluh juta) sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta).

Pengalaman kerja perusahaan harus sesuai dengan sub klasifikasi dengan nilai kumulatif selama kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 1,75 Milyar.

2. Badan Usaha Kualifikasi Menengah

Perusahaan dengan kualifikasi usaha menengah dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resik menengah, berteknologi madya, dan berbiaya sedang.

a. Kualifikasi menengah 1 (M1)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 10 Milyar. Maksimal 4 klasifikasi dan 10 sub klasifikasi atau subbidang.

(37)

Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli muda 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan minimal 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 500.000.000 (lima ratus juta) sampai dengan Rp. 2 Milyar.

Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja tertinggi minimal Rp. 833 juta per-sub klasifikasi atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 2,5 milyar.

b. Kualifikasi menengah 2 (M2)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 50 Milyar. Maksimal 4 klasifikasi dan 12 sub klasifikasi atau sub bidang.

Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan minimal kualifikasi ahli muda 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 2 Milyar sampai dengan Rp. 10 Milyar.

Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja minimal Rp. 3,33 milyar per-sub klasifikasi atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 10 milyar untuk setiap sub klasifikasi.

3. Badan Usaha Kualifikasi Besar

Perusahaan dengan kualifikasi usaha menengah dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resik tinggi, berteknologi tinggi, dan berbiaya besar.

a. Kualifikasi besar 1 (B1)

(38)

Perusahaan harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan minimal 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 10 Milyar sampai dengan Rp. 50 Milyar.

Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja minimal Rp. 16,66 milyar per-sub klasifikasi atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 50 milyar.

b. Kualifikasi besar 2 (B2)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan tidak terbatas dengan klasifikasi dan subklasifikasi atau subbidang tidak terbatas.

Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya atau tingkat utama 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan minimal kualifikasi ahli muda 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 50 Milyar sampai dengan tak terbatas.

Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja minimal Rp. 83,33 milyar per-sub klasifikasi atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 250 milyar untuk setiap subklasifikasi.

2.6.2.2. Kualifikasi jasa Perencana Konstruksi (Konsultan)

1. Badan Usaha Kualifikasi Kecil

Perusahaan dengan kualifikasi usaha kecil dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil.

(39)

a. Kualifikasi kecil 1 (K1)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 500 juta. Maksimal 3 klasifikasi dan 6 sub klasifikasi atau sub bidang.

Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli muda minimal 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 50.000.000 (lima puluh juta).

b. Kualifikasi kecil 2 (K2)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 750 juta. Maksimal 6 klasifikasi dan 18 sub klasifikasi atau sub bidang.

Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat ahli (SKA) kualifikasi ahli muda minimal 1 orang untuk ditetapkan sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 100.000.000 (seratus ratus juta).

Pengalaman kerja perusahaan harus sesuai dengan sub klasifikasi dengan nilai kumulatif selama kurun waktu 4 tahun minimal Rp. 500 juta.

2. Badan Usaha Kualifikasi Menengah

Perusahaan dengan kualifikasi usaha menengah dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resik menengah, berteknologi madya, dan berbiaya sedang.

(40)

a. Kualifikasi menengah 1 (M1)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 1,5 Milyar. Maksimal 6 klasifikasi dan 20 sub klasifikasi atau sub bidang.

Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk setiap sub klasifikasi dan dapat merangkap sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta).

Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja per-sub klasifikasi atau subbidang atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 750 juta.

b. Kualifikasi menengah 2 (M2)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan Rp. 2,5 Milyar. Maksimal 6 klasifikasi dan 20 sub klasifikasi atau sub bidang.

Perusahaan harus memiliki tenaga kerja bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk setiap sub klasifikasi dan 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta).

Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja per-sub klasifikasi atau subbidang atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 1,5 milyar.

3. Badan Usaha Kualifikasi Besar

Perusahaan dengan kualifikasi usaha menengah dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan resik tinggi, berteknologi tinggi, dan berbiaya besar.

(41)

a. Kualifikasi besar (B)

Perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan dengan nilai proyek sampai dengan tidak terbatas. Perusahaan dapat mengajukan klasifikasi dan subklasifikasi atau subbidang.

Perusahaan harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian (SKA) kualifikasi ahli madya 1 orang untuk setiap subklasifikasi dan 1 orang sebagai sebagai penanggung jawab teknik (PJT) dan 1 orang sebagai penanggung jawab klasifikasi (PJK).

Nilai kekayaan bersih perusahaan harus diatas Rp. 500.000.000 (lima ratus juta).

Perusahaan telah memiliki pengalaman kerja per-sub klasifikasi atau subbidang atau akumulatif dalam kurun waktu 10 tahun minimal Rp. 2,5 milyar.

2.7. Program dan Cara Kerja SPSS (Statistical Product Solution Service)

Pada dasarnya komputer berfungsi mengolah data menjadi informasi yang berguna bagi pengguna komputer. Data yang diolah dimasukkan sebagai input, kemudian dengan proses pengolahan data oleh komputer dihasilkan output berupa informasi untuk kegunaan lebih lanjut. Berikut ini sedikit gambaran tentang cara kerja computer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dalam mengolah data.

INPUT DATA Dengan Data Editor PROSES DATA Dengan Data Editor OUTPUT DATA Dengan Output Navigator

o Pivot Table Editor

o Text Output Editor

(42)

Keterangan :

1. Data dimasukkan melalui data editor yang otomatis muncul di layar SPSS pada saat SPSS dibuka.

2. Data yang telah di input kemudian diproses melalui data editor.

3. Hasil pengolahan data muncul di layar windows yang lain dari SPSS, yaitu

output navigator. Lalu tampilannya dapat berupa :

a. Tulisan

Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output berupa teks dapat dilakukan melalui menu text output editor.

b. Tabel

Semua pekerjaan yang berhubungan dengan tabel dapat dilakukan melalui menu pivot table editor.

c. Grafik

Output yang berbentuk grafik (chart) dapat dilakukan melalui menu chart editor

2.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Istilah valid atau validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu dimensi atau indikator dikatakan valid apabila indikator tersebut mampu mencapai tujuan pengukuran dari variabel pengamatan A haruslah indikator yang pada akhirnya memberikan informasi dan menggambarkan variabel pengamatan A. Dalam praktiknya, kecermatan pengukuran baik dalam bidang eksak, sosial ataupun psikologi yang masih didapati suatu kesalahan. Kesalahan itu dapat berupa hasil yang terlalu tinggi (overestimate) atau terlalu rendah (underestimate). Kesalahan-kesalahan inilah yang disebut dengan istilah measurement error. Indikator yang valid adalah indikator yang memiliki tingkat mesurement error yang kecil.

Adapun untuk menghitung nilai validitas menggunakan rumus korelasi

(43)

= ∑ − ∑ ∑

{ ∑ ᵢ − (∑ ᵢ)²{ ∑ ² − (∑ )²}}

Dimana :

r = Koefesien kolerasi Y = Faktor penyebab rework Xi = Elemen variabel bebas N = Jumlah data

Uji validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan, dan hasilnya dapat dilihat melalui hasil rhitung yang dibandingkan dengan rtabel, dimana rtabel dapat

diperoleh dari tabel distribusi nilai (signifikan 5%) yang ada pada lampiran. Jika rtabel< rhitungmaka valid, sebaliknya jika rtabel> rhitungmaka tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan terjemahan dari realibility yang berasal dari kata

real dan ability. Reliabilitas biasa diartikan sebagai keterpecayaan, keterandalan

atau konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh data yang relatif sama, artinya mempunyai konsistensi pengukuran yang baik. Sebaliknya, apabila diperoleh suatu hasil yang berbeda-beda dengan subjek yang sama, maka dikatakan inkonsisten.

Menurut Hair et al (dalam buku SPSS Complete) reliabilitas merupakan serangkaian indikator gagasan laten yang konsisten dalam pengukurannya. Dalam istilah yang lebih formal, reliabilitas adalah tingkatan dimana serangkaian dua atau lebih indikator “berbagi” di dalam pengukuran gagasan mereka. Indikator gagasan yang dapat dipercaya sangat berhubungan, menunjukan bahwa mereka semua mengukur gagasan laten yang sama. Ketika reliabilitas menurun, indikator menjadi kurang konsisten, sehingga menjadi indikator gagasan laten yang lebih buruk.

Menghitung reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:

(44)

Dimana:

r11 = koefesien reliabilitas

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya item

∑ ² = jumlah varian butir ² =∑ (∑ ²) ∑ ² = varians total

² =∑ (∑ ²)

Untuk reliabilitas dapat dilihat dari nilai koefesien reliabilitas (r11). Jika nilai r11>0,7 maka variabel tersebut dikatakan reliable. Jika <0,7 maka variabel tersebut dikatakan inreliable.

2.7.2. Analisis Deskriptif

Menurut Moh. Nazir (Dalam Mandani, 2010), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskripsi adalah membuat deskripsi gambaran yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diteliti di lapangan merupakan analisis yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dalam bentuk angka kemudian dideskripsikan berdasarkan distribusi frekuensi, nilai rata-rata dan deviasi standar melalui perhitungan statistik.

Analisis deskriptif dilakukan dengan maksud untuk melihat kecenderungan penyebaran data setiap variabel. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan apa yang ditemukan pada hasil penelitian dan memberikan informasi sesuai dengan yang diperoleh di lapangan.

(45)

Analisis Mean (rata rata), dengan rumus

X=

∑ Dimana :

X = Mean (rata rata)

Xi= Data pengamatan dari 1 sampai n

N = Jumlah data sampel

2.7.3. Uji Normalitas Shapiro Wilk

Uji normalitas berguna untuk menentukan apakah data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non-parametrik. Berdasarkan pengalaman empiris beberapa ahli statistik, data yang jumlahnya lebih besar dari 30 (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Bisa disebut dengan sampel besar.

Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki terdistribusi normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji statistik normalitas, karena belum tentu data yang ukurannya lebih besar dari 30 dipastikan berdistribusi normal, demikian sebaliknya data yang ukurannya kurang dari 30 belum tentu tidak berdistribusi normal, untuk itu perlu pembuktian.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menguji kenormalan sampel, yaitu :

1. Goodness of fit 2. Kolmogorov Smirnov 3. Liliefors

4. Shapiro Wilk

(46)

moralitas yang efektif dan valid digunakan untuk sampel berjumlah kecil. Dalam penerapannya, para peneliti dapat menggunakan aplikasi SPSS.

Dimana:

D = Berdasarkan rumus di atas

ai = Koefisien test Shapiro Wilk Xn-i+1 = Angka ke n -1 + 1 pada data

Xi = Angka ke i pada data

X = Rata-rata data

G = Identik dengan nilai Z distribusi normal T3 = Berdasarkan rumus di atas

bn, cn, dn = Konversi statistik Shapiro Wilk pendekatan distribusi normal

Cara baca hasil perhitungan uji Shapiro Wilk adalah dengan melihat nilai Shapiro Wilk hitung dan tingkat signifikansinya. Dalam hasil uji SPSS, nilai Shapiro Wilk hitung ditunjukkan dengan nilai signifikansinya. Nilai signifikansi dibandingkan dengan nilai probabilitasnya (p).

Jika nilai p > 0,05, maka data berdistribusi normal Jika nilai p < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal

2.7.4. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variasi-variasi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel-variabel yang diuji bersifat homogen atau tidak.

(47)

Pengujian homogenitas dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya mengenai jenis metode statistik yang digunakan apakah parametrik atau non-parametrik. Syarat mutlak uji statistik parametrik adalah data yang akan diuji harus normal dan homogen.

Faktor-faktor yang menyebabkan sampel atau populasi yang tidak homogen adalah proses sampling yang salah, penyebaran yang kurang baik, bahan yang sulit untuk homogen, atau alat untuk uji homogenitas rusak. Apabila sampel uji tidak homogen maka sampel tidak tidak bisa digunakan dan perlu dievaluasi kembali mulai dari proses sampling sampai penyebaran bahkan bila memungkinkan harus diulangi sehingga mendapatkan sampel uji yang homogen. Uji homogenitas digunakan sebagai syarat dalam analisis Independent sampel T-Test.

Pada penelitian ini uji homogenitas menggunakan Test of Homogenity of

Variance berdasarkan pada uji Levene Test, karena sampel diambil dari 2 kelompok

data yang berbeda.

Dimana:

F = Koefisien F

S12 = Varians kelompok 1

S22 = Varians kelompok 2

Dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah:

 Jika nilai signifikansi > 0,05, maka distribusi data adalah homogen

 Jika nilai signifikansi < 0,05, maka distribusi data adalah tidak homogen.

2.7.5. Uji Independent T– Test

(48)

menggunakan teknik statistik Independent Sample T-Test dengan bantuan program SPSS versi 21.

Independent T – Test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara dua kelompok bebas yang berskala interval atau rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud adalah dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal dari subjek yang berbeda. Dalam penelitian ini kelompok yang peneliti uji adalah perusahaan konsultan dan kontraktor yang ada di kota Padang. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsultan dan kontraktor terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya rework di kota Padang.

Dimana:

t = Koefisien t

X = Mean masing-masing sampel

n = Jumlah kasus pada tiap sampel/banyaknya objek

∑ X2 = Jumlah deviasi pangkat dua

Untuk mengetahui perbedaan pandangan antara konsultan dengan kontraktor mengenai penyebab terjadinya rework ketentuannya sebagai berikut: Hipotesis:

H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan

kontraktor mengenai rework

H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan konsultan dengan

(49)

Kriteria keputusan:

a. Jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05, maka H0diterima

b. Jika nilai probabilitas (Sig.) < 0,05, maka H0ditolak

2.8. Penelitan Terdahulu

Beberapa penelitian sejenis yang sudah dilakukan yaitu:

1. Pada penelitian yang disajikan oleh Peter E. D. Love, David J. Edwards, Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah “Rework in

Civil Infrastructure Projects: Determination of cost predictors” (2010).

Kemunduran proyek bisa ditentukan oleh lima variable prediksi rework yang signifikan, antara lain :

a. Penggunaan informasi teknologi yang tidak efektif

b. Cara kerja dan komunikasi yang tidak jelas (kesalahpahaman) c. Keterlibatan klien yang berlebihan dalam proyek.

d. Perubahan yang dibuat atas permintaan klien.

e. Kurangnya pengajuan perubahan oleh kontraktor untuk memperbaiki kualitas.

2. Love et al (2004) mengidentifikasi faktor yang memprediksi rework pada proyek konstruksi : perubahan yang dibuat atas permintaan klien saat produk telah diselesaikan, manajemen delay, tidak efektifnya penggunaan aplikasi IT dari disainer, dan disain konstruksi.

3. Handaru Witjaksana (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang paling sering terjadi rework adalah finishing dan M/E, faktor desain, seperti kesalahan, buruknya koordinasi, dan perubahan desain mendapat perhatian dari responden sebagai penyebab yang utama.

4. Arifal Hidayat (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor utama penyebab rework dari aspek kualitas dokumen desain proyek konstruksi dari persepsi konsultan berdasarkan urutan ranking adalah :

(50)

c. perubahan desain oleh pihak owner d. desain yang tidak jelas

e. buruknya koordinasi dokumen f. kesalahan desain

5. Ardhan Herdianto, dkk (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa faktor utama penyebab rework adalah faktor manajerial (kurangnya

teamwork, kontrol dilapangan, komunikasi antar pihak tidak berjalan

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Uraian Umum

Penelitian ini termasuk jenis penelitian survey yaitu penelitian menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu :

1. Sistematis

Apabila penelitian dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efesien. 2. Berencana

Apabila penelitian dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.

3. Mengikuti konsep ilmiah

Apabila mulai dari awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan.

Metode penelitian adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara penelitian untuk menemukan, mengumpulkan, mengembangkan, menganalisis, menguji kebenarannya, sistematis, dan berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer, yaitu langsung berhubungan dengan responden dengan cara memberikan beberapa pertanyaan berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti. Berkaitan dengan apa yang dipaparkan di atas, maka dapat dijelaskan dengan bagan alir dari flow chart pada gambar 3.1.

3.2. Bagan Alir Penelitian

Adapun tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk bagan alir pada gambar 3.1. berikut ini :

(52)

Input Data

Uji Validitas & Reliabilitas

Valid dan Reliabel Menentukan Variabel

Penelitian

Menentukan Populasi dan

Sampel Penelitian

Membuat Format Kuisioner

Penyebaran Kuisioner Mulai

Studi Pendahuluan dan Literatur

Tinjauan Pustaka

Tidak

Ya

(53)

Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Dalam Penelitian

Berikut penjelasan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini : 1. Studi pendahuluan dan literatur

Berisikan tentang Latar belakang, perumusan masalah, dan batasan masalah: a. Memilih masalah yang diteliti.

b. Merumuskan, membatasi masalah, menentukan tujuan dan manfaat, kemudian melakukan studi pendahuluan.

A

Analisis Deskriptif

Uji Normalitas Uji Homogenitas

Analisis Independent T-Test

Pembahasan

Kesimpulan dan Rekomendasi

Selesai

Normal dan Homogen Ya

Tidak B

(54)

2. Tinjauan pustaka

a. Menyajikan kajian pustaka/referensi untuk mendukung teori utama. b. Menguji sebuah teori yang telah mapan.

3. Penyebaran Kuisioner

4. Menginput data hasil dari penyebaran kuisioner serta melakukan rekapitulasi data.

5. Melakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan program komputer

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 21 terhadap data yang

sudah didapatkan. Jika data yang diuji sudah valid dan reliabel maka dilanjutkan ke tahap pengolahan data berikutnya, jika data tidak valid dan reliable maka dilakukan penyebaran kuisioner kembali atau dengan mengeliminasi pernyataan yang tidak valid.

6. Analisis data dengan menggunakan program komputer Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 21, yaitu:

a. Pengujian Validitas b. Pengujian Reliabilitas c. Analisis Deskriptif

Pengujian analisis deskriptif berfungsi untuk melihat faktor yang paling dominan menyebabkan terjadinya rework dan untuk melihat cara efektif mengurangi terjadinya rework.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk melihat apakah penyebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas merupakan uji prasyarat untuk melakukan uji Independent t-test.

e. Uji Homogenitas

Uji homogenitas berfungsi untuk melihat apakah data yang di uji bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas merupakan uji prasyarat untuk melakukan uji Independent t-test.

f. Uji Independent T-Test

Uji Independent t-test berfungsi untuk melihat apakah terdapat perbedaan

(55)

7. Pembahasan

Melakukan analisis untuk melihat faktor apa saja yang dominan menyebabkan terjadinya reworik, kemudian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsultan dan kontraktor mengenai penyebab dominan terjadinya rework, dan untuk mengetahui cara meminimalisir terjadinya rework.

8. Kesimpulan dan Rekomendasi

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian dilakukan pada perusahaan konstruksi (konsultan dan kontraktor) yang tergabung dalam asosiasi jasa konstruksi GAPENSI dan INKINDO yang ada di kota Padang.

3.4. Jenis Data Penelitian

Data yang akan diteliti dan di analisis dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) data, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer didapat dengan melakukan studi lapangan. Studi lapangan merupakan cara pengumpulan data dengan menyebarkan kuisioner terhadap kontraktor dan konsultan yang berkompeten terhadap permasalahan yang diteliti. Sebagai landasan teori dalam pengumpulan data primer dilakukan dengan studi literatur melalui buku-buku, jurnal dan artikel di internet. Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuisioner, yang dibuat untuk memperoleh data primer yang disusun berdasarkan parameter analisis yang dibutuhkan.

2. Data Sekunder

Merupakan data atau informasi yang diperoleh dari studi literatur, seperti buku-buku, jurnal, penelitian-penelitian yang berkaitan sebelumnya, dan juga disebut data yang sudah diolah, meliputi :

(56)

b. Data untuk penelitian juga diambil dari penelitian sebelumnya.

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian ini populasinya adalah kontraktor dan konsultan yang tergabung dalam anggota GAPENSI dan INKINDO di Sumatera Barat yang menangani proyek gedung di kota Padang.

3.5.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto (2008) penentuan pengambilan sampel adalah jika kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya di atas 100 dapat diambil antara 10-15% atau lebih.

Jumlah populasi pada penelitian ini yang memenuhi syarat adalah sebanyak 110 kontraktor (gedung) dengan kualifikasi K2, K3, M1 dan M2 yang tergabung sebagai anggota GAPENSI kota Padang dan 120 konsultan dengan kualifikasi K1 dan K2 yang tergabung sebagai anggota INKINDO. Maka untuk itu jumlah sampel minimum yang di anjurkan dalam penelitian ini sebanyak 12 kontraktor dan konsultan dengan maksimum 2 (dua) responden pada setiap kontraktor. Total responden pada penelitian ini adalah sebanyak 40 responden.

3.6. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data 3.6.1. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2009). Dalam penelitian, data yang dibutuhkan untuk dianalisis adalah data yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi, artinya data yang dikumpulkan itu berkaitan dan tepat.

Gambar

Gambar 1. Faktor-faktor penyebab rework (Sumber: Winata dan Hendarlim (2004)
Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Dalam Penelitian Berikut penjelasan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini :
Tabel 3.1. Tabel Kuisioner
Tabel 4.1. Bidang Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

(7) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk menetapkan

4.2 Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan bermain di lingkungan secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

[r]

HUBUNGAN KECEPATAN PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN DI RUMAH SAKIT..

Adsorben yang dihasilkan digunakan untuk mengetahui daya serap adsorpsi terbesar silika gel dari sekam padi dalam mengatasi logam berat Cd(II) dan Zn(II) dengan menggunakan metode

PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Region Jawa Tengah dan DIY (RJTD) di Ungaran merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang pekerjaan utamanya

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penambahan tepung tulang ikan lele (Clarias batrachus) pada pembuatan

pengobatan gratis, fooging merupakan pendekatan yang dilakukan Caleg..   Partai Demokrat terus menerus dan kegiatan tersebut dapat menarik simpatik warga masyarakat dan