• Tidak ada hasil yang ditemukan

RSI PERTOLONGAN PADA KERACUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. No.Dokumen B Tanggal Terbit : Halaman 1 dari 8 Ditetapkan, Direktur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RSI PERTOLONGAN PADA KERACUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. No.Dokumen B Tanggal Terbit : Halaman 1 dari 8 Ditetapkan, Direktur."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.55 Revisi :2 Halaman1 dari 8 Tanggal Terbit :

……….

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Pengertian Masuknya bahan beracun memulai saluran cerna, saluran pernafasan, kulit maupun pembuluh darah.

Tujuan 1. Meningkatnya mutu Pelayanan Rumah Sakit 2. Meningkatnya mutu Pelayanan Kegawat Daruratan 3. Meningkatnya Keselamatan Pasien

4. Meningkatnya Kepuasan Pasien

5. Sebagai acuan dalam penatalaksanaan keracunan

Kebijakan Dokter jaga UGD boleh melakukan tindakan medis untuk tujuan resusitasi (Sesuai SK Direktur No : F-3.96/SK.KORS/IX/2011 tanggal 14 September 2011 Lampiran C.03.05 tentang Kebijakan Kompetensi Dokter Jaga UGD)

Kebijakan 1. KERACUNAN INSEKTISIDA.

Seperti: Baygon, Raid, Morten, dan lain-lain

Seperti pasien yang datang karena keracunan, maka yang harus dilakukan adalah:

1. Petugas jaga menganamneses; cari penyebab dan berapa banyak yang ditelan.

2. Petugas jaga menilai kesadarannya, observasi tanda-tanda vital. 3. Petugas jaga melakukan tindakan:

a. Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 3 – 4 lt/menit.

b. Pasang infuse Dextrose 5 % /RD/RL.

c. Berikan injeksi SA 2 mg IV setiap 15 menit, dan diulangi sampai ada gejala atropinisasi:

1. Muka merah. 2. Mulut kering. 3. Takikardi. 4. Midriasis.

5. Isap lendir yang berlebihan dengan suction.

d. Cegah dan perlambat terjadinya absorbs dengan melakukan: 1. Beri minum susu yang banyak.

2. Bila susu belum tersedia, beri air putih sebanyak-banyaknya.

3. Rangsang supaya muntah, dengan cara; merangsang pharynx

(2)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.55 Revisi :2 Halaman2 dari 8 Tanggal Terbit :

………

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Prosedur f. Miringkan pasien ke sebelah kiri agak setengah terlungkup, pertahankan posisi ini selama prosedur berlangsung.

g. Mulut dihisap dengan suction catheter, mencegah terjadinya aspirasi pada saat pasien muntah.

h. Lavage lambung inidilakukan terus sampai bersih, yang terbukti dari susu tidak mengandung minyak lagi atau air sudah jernih.

Prosedur ini tidak boleh ditunda-tunda, harus segera dilaksanakan. Kalau susu/air hangat belum tersedia, lakukan dengan air biasa dulu. Dan pada akhir prosedur, lambung harus kosong dan NGT sementara jangan dilepas dulu. Pada waktu melakukan bilas lambung, secara simultan dapat diberikan mucolitik, Mylanta sirup, atau injeksi Tagamet/Ulsicur 1 amp IV yang diencerkan dan diberikan secara perlahan-lahan.

Selain itu cegah pasien agar tidak bertambah kedinginan,tetapi jangan diberi kompres panas, cukup diberi selimut saja. Setelah kegawatan pasien telah diatasi, maka dianjurkan pada pasien/ keluarga untuk dirawat.

2. KERACUNAN PADA KULIT.

1. Guyur/ semprot tubuh/ kulit yang kena kontaminasi dengan air yang mengalir.

2. Bersihkan kulit seluruhnya dangan sempurna memakai sabun dan air.

3. Jangan memakai zat-zat sebagai antidotum. 3. KERACUNAN INHALASI.

Zat-zat yang dapat menimbulkan keracunan inhalasi, antara lain: 1. Carbodioksida (CO).

2. Cyanida. 3. Bensin.

4. Dan macam-macam pelarut organic Petugas jaga melakukan tindakan:

1. Bawa segera korban ke udara bebas/ segar, longgarkan pakaian pakaian yang ketat. Observasi tanda-tanda vital (T, S, N, P).

2. Beri oksigen 3 – 4 lt/menit.

3. Lakukan pernafasan buatan kalau ada tanda-tanda cyanosis atau pernafasan kurang memadai.

a. Berdasarkan jalan nafas. b. Buang sumbatan di mulut.

(3)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen B.11.55 Revisi : 2 Halaman 3 dari 8 Tanggal Terbit : ……… Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Prosedur c. Dagu tarik ke belakang, kepala ditengadahkan (se-ekstensi mungkin).

4. Bila terjadi bronchospasme, berikan aminophylin 1 amp IV pelan pelan dan lanjutkan dengan Dex 5% + 1 amp Aminophylin dengan kecepatan tetesan 10 tetes/ menit, atau disesuaikan dengan kebutuhan.

5. Observasi kembali tanda-tanda vital.

Bila terjadi hipotensis selai Dex 5 % dapat diberikan cairan RL/RD. 6. Kemungkinan beri terapi Oradexon 5 – 10 mg IV tiap 6 jam, selama

24 jam pertama. 7. Rekam EKG.

8. Kemudian konsulkan ke dokter UPI, penyakit dalam, dan jantung 9. Bila keadaan pasien ringan, lakukan observasi minimal 3 jam

setelah masa kegawatannya telah lewat. 4. GIGITAN BINATANG

Ada beberapa cara yang diterima manusia dari hewan: 1. Gigitan : anjing, ular, kera, dll.

2. Sengatan : semut, tawon, kalajengking. 3. Kontak pasif : ulat bulung.

4. Semprotan : serangga.

Oleh karena itu sikap yang harus diambil, yaitu bagaimana menghadapi manusianya dan bagaimana menhadapi binatangnya (bila ada).

Anamnesa: 1. Binatangnya.

a. Apakah tempat tinggal endemic Rabies/ tidak? b. Apakah keadaan binatang pada waktu menggigit:

1) Sedang beranak.

2) Dalam keadaan terangsang. 3) Vaksinasi yang masih berlaku. 2. gigitannya

a. Jenis luka.

b. Banyak luka dan dekat/tidak pada CNS. c. Vaksinasi yang diterima.

(4)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.55 Revisi :2 Halaman4 dari 8 Tanggal Terbit :

………

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Prosedur Petugas jaga melakukan tindakan: 1. Tindakan debridement pada luka.

Bila lukanya parah dan terdapat jaringan yang nekrosis, maka buang jaringan yang nekrosis atau jaringan yang akan nekrosis. Kemudian luka dicuci dengan air sabun atau larutan H2O2 dan luka jangan dijahit.

2. Tutup luka tersebut, tetapi jangan terlalu tebal untuk menghindari kontaminasi dengan kotoran.

3. Anjurkan pada pasien untuk dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai serum nti rabies seperti RSUD DR Saiful Anwar Malang

5. GIGITAN/ PATUKAN ULAR

Keracunan akut karena gigitan ular, paling sering terjadi di daerah tropis dan subtropics. Derajat keracunan akibat gigitan ular tergantung pada:

1. Kekuatan racun (tergantung jenis ular). 2. Kenali sifat racunnya, seperti:

a. Bersifat Neurotoksik, b. Bersifat Haemotoksik, c. Bersifat kardiotoksin, ng. d. Bersifat Cytolytik,

Jenis ular Cobra termasuk jenis neurotoksik yang hebat, sedangkan ancistrodon (ular tanah) menyebabkan haemolysis yang hebat.

Gejalanya:

1. Tanda-tanda bekas taring, laserasi.

2. Bengkak dan kemerahan kadang-kadang bulae/ vaksikular. 3. Sakit kepala, enek dan muntah.

4. Demam, keringat dingin.

5. * Untuk bisa bersifat Neurotoksik, mengakibatkan: a. Kelumpuhan otot pernafasan.

b. Kardiovaskuler terganggu c. Kesadaran menurun sampai koma

 Untuk bisa yang bersifat hemolytic:

a. Luka bekas patukan yang terus berdarah. b. Haematoma pada tiap suntikan IM. c. Haemturia.

(5)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.55 Revisi :2 Halaman5 dari 8 Tanggal Terbit :

……….

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik Petugas jaga melakukan tindakan.

Prinsipnya:

1. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa. 2. Menetralkan bisa.

3. Mengobati komplikasi. Pertolongan yang diberikan:

1. Tourniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah bening. Pita dilepas bila anti telah diberikan.

2. Imobilisasi penderita, terutama daerah bekas gigitan/ patukan.

3. Bersihkan luka dengan air garam fisiologi dan air garam biasa atau air steril.

4. Incisi.

Lakukan incise menyilang antara 0,5 – 0,25 cm dalamnya, lalu tekan sampai darahnya keluar (hisap darahnya degan alat penghisap), hal ini akan menghilangkan sampai 20 %, bila dilakukan kurang dari 30 menit Kemudian segera kirim ke rumah sakit yang mempunyai persediaan ABU (Anti Bisa Ular).

Catatan:

Untuk gigitan yang bersifat haemolotik, jangan dilakukan incisi sebab menyebabkan pendarahan hebat.

6. RACUN YANG TER/DISUNTIKKAN (OVER DOSIS) Penatalaksanaan adalah:

1. Petugas jaga meletakkan/terlentangkan pasien pelan-pelan.

2. Petugas jaga memasang Torniquet sebelah proksimal dari lokasi suntikan dan nadi sebelah distal harus tetap teraba, minimal harus dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Lepaskan turniket tiap 15 menit selama1 menit.

3. Petugas jaga mengompres tempat suntikan dengan es. Pada prinsipnya, penanganan kasus ini adalah:

1. Cegah/ kurangi/ hambat proses absorsinya. 2. Kurangi efek racun itu.

3. Kenalilah berat ringannya/ serius atau kegawatannya, sehingga dapat ditentukan tentang pengobatan selanjutnya.

(6)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.55 Revisi :2 Halaman6 dari 8 Tanggal Terbit :

………

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Prosedur Pada kasus keracunan, ada 3 kemungkinan yang harus dihadapi dalam keracunan, yaitu:

- Keracunan diketahui jenisnya. - Racun tidak diketahui jenisnya.

- Tidak diketahui sakitnya apa, sehingga pada DD/ harus dimasukkan keracunan.

Unit Terkait Unit Gawat Darurat, Rawat Inap/UPI, SMF Medis, SMF Umum, Rumah Sakit Rujukan

(7)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.55 Revisi :2 Halaman7 dari 8 Tanggal Terbit :

………..

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Nama Zat Dosis LetalPerkiraan Tanda dan Gejalanya Terapi

Antihistamin Depresi SSP sampai koma, kejang, disusul dengan depresi pernafasan.

Mulut kering dan takhi-kardi

Simtomatik: perhatikan pernafasannya.

Bila kejang beri anti konvulsi.

Aspirin 20 – 30 mg Hipervetilasi, keringat, muntah,kesadaran delirium, kejang, dan koma. Akhirnya depresi pernafasan.

Simtomatik: awasi pernafasan. Beri susu. Bilas lambung dengan nabikorbonat. Beri vitamin K bila terdapat. Anti konvulsi tidak diberikan. Insektisida Setiap dosis

berbahaya

Keracunan lewat oral, inhalasi dan kontak kulit, kuat, muntah, diare, hiper salivasi. dll.

Bersihkan jalan nafas. Berikan segera 2 mg SA IV, diulang tiap 10 – 15 menit, sampai terlihat muka merah, hipersalivasi berhenti dan bradikardi dan kult tidak berkeringat lagi. Observasi perderita terus menerus dan bila gejala kembali, diulang kembali pemberian atropin.

Jengkol Kolik ureter dan renal hematuri, oliguria, kadang-kadang anuria dengan bahaya Uremi.

Natrium bikorbona 4x2 g peroral. Bila ada anuria pengobatan tersebut di atas tidak berguna. Obatilah sebagai penderita uremia.

(8)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen B.11.55 Revisi : 2 Halaman 8 dari 8 Tanggal Terbit : ……….. Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik Kamfer 2 g oral Kejang Simtomatik: luminal 100 –

200 mg IM. Karbonmono

ksid

Sakit kepala, depresi nafas dan syok

Pernafasan buatan dengan O2 murni di bawah tekanan (oronasal mask).

Minyak tanah

120 – 150 ml. Asirasi dalam paru-paru paling berbahaya iritasi saluran cerna, depresi SSp dengan depresi nafas. Muntah: aspirasi dengan akibat dispnea, asfiksia, udem paru dan kadang-kadang kejang.

Bilas lambung tidak boleh. Simtomatik saja. Berikan O2 under pressure bila ada udem paru. Antibiotika

Reaksi obat 2 sendok teh bila

teraspirasi.

Bermacam-macam reaksi kulit obat, udem

anginoneeoritik, reaksi anafilak-tik dan lain-lain.

Beri 0,3 ml adrenalin subcutan, harus diulang setiap 7 – 10 menit sampai ada perbaikan.

Sianida (racun singkong)

Mual, muntah, pernafasan cepat, delirium, sianosis dan koma.

Beri segera 50 ml na tiosufa 25 % IV.

(9)

RSI

AISYIYAH MALANG

ALKOHOL

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.56 Revisi :2 Halaman 1 dari 1 Tanggal Terbit :

………

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Pengertian Keracunan akibat mengkonsusi alkohol yang berlebihan.

Tujuan 1. Meningkatnya mutu Pelayanan Rumah Sakit 2. Meningkatnya mutu Pelayanan Kegawat Daruratan 3. Meningkatnya Keselamatan Pasien

4. Meningkatnya Kepuasan Pasien

5. Sebagai acuan dalam memberikan pertolongan pada keracunan alcohol.

Kebijakan Dokter jaga UGD boleh melakukan tindakan medis untuk tujuan resusitasi (Sesuai SK Direktur No : F-3.96/SK.KORS/IX/2011 tanggal 14 September 2011 Lampiran C.03.05 tentang Kebijakan Kompetensi Dokter Jaga UGD)

Prosedur Anamnesis : Informasi mengenai jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi

Pemeriksaan fisik : Emosi labil, kulit kemerahan, muntah, depresi pernafasan, stupor-koma.

Penatalaksanaan:

1. Petugas jaga memebaskan jalan nafas dari benda asing (muntahan) 2. Petugas jaga memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan 3. Emesis dan bilas lambung dengan air/NaHCO3 5%.

4. Petugas jaga memasang Infus glukosa untuk menghindari hipoglikemia.

(10)

RSI

AISYIYAH MALANG

OPIAT

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.57 Revisi :2 Halaman1 dari 2 Tanggal Terbit :

………

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Pengertian Keracunan akibat penggunaan obat golongan opiat; morfin petidin,heroin opium, pentazokain, kodein, loperamid, dextrometorfan.

Tujuan 1. Meningkatnya mutu Pelayanan Rumah Sakit 2. Meningkatnya mutu Pelayanan Kegawat Daruratan 3. Meningkatnya Keselamatan Pasien

4. Meningkatnya Kepuasan Pasien

5. Sebagai acuan dalam pemberian pertolongan pada keracunan opiat.

Kebijakan Dokter jaga UGD boleh melakukan tindakan medis untuk tujuan resusitasi (Sesuai SK Direktur No : F-3.96/SK.KORS/IX/2011 tanggal 14 September 2011 Lampiran C.03.05 tentang Kebijakan Kompetensi Dokter Jaga UGD)

Prosedur Anamnesis : Informasi mengenai seluruh obat yang digunakan sisa obat yang ada.

Pemeriksaan fisik : Pupil miosis - pin point, depresi nafas, penurunan kesadaran, nadi lemah, hipotensi, tanda edema paru, needle track sign, sianosis, spasme saluran cerna dan bilier, kejang. Lab : Opiate urine positif atau kadar dalam darah

tinggi.

1. Petugas jaga memberikan penanganan kegawatan : resusitasi A-B-C (airway,breathing,circulation) dengan memperhatikan prinsip kewaspadaan universal:

- Bebaskan jalan nafas.

- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan.

- Pasang infus dan beri cairan sesuai dengan kebutuhan. 2. Petugas jaga memberikan antidote nalokson

- Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 0,4mg IV pelan-pelan atau diencerkan.

- Dengan hypoventilasi: dosis awal diberikan nalokson 1-2 mg IV pelan-pelan atau diencerkan.

- Bila tidak ada respon, diberikan nalokson 1-2 mg IV tiap 5-10 menit hingga timbul respon (perbaikan kesadaran hilangnya depresi pernafasan, dilatasi pupil) atau telah mencapai dosis maksimal 10 mg. Bila tetap tak ada respon, diagnosis opiate perlu dikaji ulang. - Efek nalokson berkurang dalam 20-40 menit dan pasien dapat jatuh

kedalam keadaan overdosis kembali sehingga perlu pemantauan ketat tanda vital, kesadaran dan perubahan pupil selama 24 jam untuk pencegahan dapat diberikan drip nalokson satu ampul dalam 500 ml d5% atau nAcl 0.9% diberikan dalam 4-6 jam.

(11)

RSI

AISYIYAH MALANG

OPIAT

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.57 Revisi :2 Halaman2 dari 2 Tanggal Terbit :

………

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Prosedur - Simpan sampel urine untuk pemeriksaan opiate urine dan lakukan rontgen thoraks.

- Pertimbangkan pemasangan ETT bila: pernafasan tak adekuat setelah pemberian nalakson yang optimal.

- Pasien dipuasakan 6 jam untuk menghindari aspirasi akibat spasme pilorik bila diperlukan dapat pasang NGT untuk mencegah aspirasi atau bilas lambung.

- Activated charcoal, dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan memberikan 240 ml cairan dengan 30 gram charcoal dapat

diberikan sampai 100 gram.

- Bila terjadi kejang dapat diberikan diazepam IV 5-10 mg dan dapat diulang bila perlu.

(12)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.58 Revisi :2 Halaman1 dari 2 Tanggal Terbit :

……….

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Pengertian Keadaan akut yang potensial mengancam jiwa. Gejala dapat timbul segera sampai beberapa jam setelah terpapar allergen. Kecepatan onset tergantung rute paparan. gejala kliniknya sangat bervariasi, mulai dari mual, nyeri kepala, urtikaria, angioedema, batuk, sesak, muntah, takikardia, disritmia, sampai hipotensi.

Tujuan 1. Meningkatnya mutu Pelayanan Rumah Sakit 2. Meningkatnya mutu Pelayanan Kegawat Daruratan 3. Meningkatnya Keselamatan Pasien

4. Meningkatnya Kepuasan Pasien

5. Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik.

Kebijakan Dokter jaga UGD boleh melakukan tindakan medis untuk tujuan resusitasi (Sesuai SK Direktur No : F-3.96/SK.KORS/IX/2011 tanggal 14 September 2011 Lampiran C.03.05 tentang Kebijakan Kompetensi Dokter Jaga UGD)

Prosedur 1. Petugas jaga memberikan O2 3–5 liter/menit melalui kanula hidung atau masker, intubasi Endotrakheal bila perlu, bila intubasi sulit dilakukan karena adanya spasme laring ataupun angioedema dapat dilakukan cricothyroidotomy.

2. Petugas jaga memasang touniquet pada daerah proximal tempat suntikan atau sengatan serangga, setiap 10 menit dan ikatan dilonggarkan selam 1 – 2 menit.

3. Petugas jaga sesegera mungkin memberikan injeksi adrenalin (1:1000)0,3 – 0,5 ml SC di lengan atas atau paha dan 0,1 – 0,3 ml IC pada daerah kontra lateral mesukan alergen (injeksi/sengatan binatang):dapat diulang setiap 10 – 15 menit kalau perlu (anak-anak 0,01 mg/Kg BB).

Hati-hati pada penderita usia lanjut atau penderita dengan riwayat Hipertensi dan Penyakit Jantung Koroner.

4. Petugas jaga memberikan diphenhydramine (Delladryl ®) 50 mg IM atau

IV perlahan-lahan 5 – 10 menit, diulang setiap 6 jam bila perlu. Obat ini diberikan bersamaan dengan adrenalin bukan obat pengganti adrenalin. 5. Petugas jaga memberikan dexamethasone 5 – 10 mg Hydrocortisone 100

– 200 mg IV, dapat diulang setiap 4 – 6 jam kalau perlu. Obat ini diberikan bersamaan dengan Andrenalin bukan obat pengganti andrenalin. 6. Petugas jaga memberikan infus Dextrose 5 % atau PZ 500 – 2000 ml bolus pada jam pertama bila Hipotensi (anak-anak: 20 ml/Kg BB) untuk mempertahankan Tensi Sistolik minimal 200 mm hg (anak-anak).

(13)

RSI

AISYIYAH MALANG

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No.Dokumen

B.11.58 Revisi :2 Halaman2 dari 2 Tanggal Terbit :

……….

Ditetapkan, Direktur dr. H. Soeparman Sidik

Prosedur 8. Petugas jaga meletakkan pasien dalam posisi datar dengan kaki lebih tinggi, kemudian dapat ditambahkan obat-obatan vasopressor, bila syok tetap bertahan.

9. Dopamin: 1 – 5 ampul dalam 500 ml Dextrose 5 %; tetesan dapat dimulai dengan 20 – 100 tetes per menit sampai tekanan darah meningkat, atau

10. Norepinephrine (noradrenaline, levarterenol): 4 – 8 ampul dalam 500 ml dextrose 5 % dalam tetesan intravena sampai tekanan meningkat.

11. Aminophyllin 4 – 7 mg/Kg BB dilarutkan dengan larutan garan faali diberikan IV perlahan-lahan 15 – 20 menit, dapat diteruskan 0,2 – 1,2 mg/Kg BB/jam.

12. KEADAAN KHUSUS

Bila pemberian bahan kontras sangat diperlukan untuk keperluan diagnostik maka pada pasien golongan resiko tinggi dapat diberikan prednison 200 mg IV sesaat sebelum bahan kontras disuntikkan dan diteruskan pemberiannya tiap 4 jam sampai prosedur pemeriksaan selesai dan sampai bahan kontras telah diekskresikan seluruhnya dari tubuh. Selain itu diberikan juga Diphenhydramine 500 mg IV 1 jam sebelum diberikan bahan kontras. Dapat juga ditambah dengan pemberian Ephedrin 25 mg per oral, bertujuan untuk mencegah pelepasan mediator dengan jalan mengaktifkan reseptor alfa dan beta pada terget organ.

Referensi

Dokumen terkait

Terus fakta-fakta tentang PBB, mulai dari nama orang, kota-kota pentingnya sama bahasa yang digunakan, terus tentang ajang penghargaan kayak grammy/emmy sama olimpiade kayak

Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit SemGreen Xx melalui Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS xxxXx, yang dilaksanakan oleh semua departemen /unit di RS

Analisis deskriptif data penelitian adalah analisis pada semua data yang telah diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan empat orang mahasiswa dibeberapa universitas

1. Bantul tidak mempunyai pelabuhan sungai, udara dan laut Sumber : BLH kabupaten Bantul.. Buku Data L aporan Status Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2012. Badan Lingkungan

Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang

[r]

Untuk meningkatkan pelayanan, Komisi Dorkas menghimbau agar Jemaat yang belum mendaftar menjadi anggota Dorkas segera mendaftar dan bagi yang belum melunasi iuran Dorkas

Apabila perubahan warna yang dihasilkan oleh indikator alami dari ekstrak buah senduduk (Melastoma malabathricum L.) jelas dan baik digunakan pada saat titrasi