• Tidak ada hasil yang ditemukan

DANANG SULISTYANTO N I M : Q

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DANANG SULISTYANTO N I M : Q"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI FASILITAS, KOMPETENSI PENGELOLA DAN MANAJEMEN LABORATORIUM TERHADAP EFEKTIFITAS

PEMBELAJARAN IPA DI SMP BATIK SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Pascasarjana pada Jurusan Magister Administrasi Pendidikan

Fakultas Pascasarjana

Oleh :

DANANG SULISTYANTO

N I M : Q 100 140 113

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

KONTRIBUSI FASILITAS, KOMPETENSI PENGELOLA DAN MANAJEMEN LABORATORIUM TERHADAP EFEKTIFITAS

PEMBELAJARAN IPA DI SMP BATIK SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

DANANG SULISTYANTO N I M : Q 100 140 113

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I

Dr. Sumardi, M.Si.

Dosen Pembimbing II

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

KONTRIBUSI FASILITAS, KOMPETENSI PENGELOLA DAN MANAJEMEN LABORATORIUM TERHADAP EFEKTIFITAS

PEMBELAJARAN IPA DI SMP BATIK SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh :

DANANG SULISTYANTO N I M : Q 100 140 113

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Studi Magister Administrasi Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari: Senin, 6 Februari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Dr. Sumardi, M.Si. ( ... )

2. Dr. Suyatmini, M.Si. ( ... )

3. Prof. Dr. Sutama, M.Pd ( ... )

Direktur,

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, Januari 2017 Penulis

DANANG SULISTYANTO N I M : Q 100 140 113

(5)

KONTRIBUSI FASILITAS, KOMPETENSI PENGELOLA DAN MANAJEMEN LABORATORIUM TERHADAP EFEKTIFITAS

PEMBELAJARAN IPA DI SMP BATIK SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini ada empat, pertama menguji dan menganalisis kontribusi fasilitas,kompetensi pengelola dan manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA, kedua, menguji dan menganalisis kontribusi fasilitas terhadap efektifitas pembelajaran IPA , ketiga, menguji dan menganalisis kontribusi kompetensi pengelola terhadap efektifitas pembelajaran IPA, keempat menguji dan menganalisis kontribusi manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA. Jenis penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian ex-post facto dengan teknik korelasional . Penelitian dilaksanakan di SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 dengan sampel 125 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan proposional random sampling dengan menggunakan cara undian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis regresi ganda setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik seperti uji normalitas, uji linieritas, uji autokorelasi dan uji multikolinierita. Hasil penelitian ada empat, (1) ada kontribusi fasilitas, kompetensi pengelola dan manajemen laboratorium pada signifikan 0,05 terhadap efektifitas pembelajaran IPA sebesar 29,246 %, (2) ada kontribusi fasilitas terhadap efektifitas pembelajaran IPA dan memberikan sumbangan efektif sebesar 9,725 %, (3) ada kontribusi kompetensi pengelola pada signifikansi 0,05 terhadap efektifitas pembelajaran IPA dan memberikan sumbangan efektif sebesar 9,898 %, (4) ada kontribusi manajemen laboratorium pada signifikan 0,05 terhadap efektifitas pembelajaran IPA dan memberikan sumbangan efektif sebesar 9,623 %.

Kata kunci: fasilitas, kompetensi, manajemen, laboratorium, efektifitas.

ABSTRACT

The purpose of this study there are four, the first test and analyze the contribution of facility, management competence, and the laboratory management for the effectiveness of learning science , second, test and analyze the contribution of facility to the effectiveness of learning science, third, test and analyze the contribution of management competence to the effectiveness of learning science , the fourth test and analyze the contribution of the laboratory management to the effectiveness of learning science Quantitative research, research design ex-post facto by the correlation technique. Research conducted at Batik Junior School of Surakarta in the second semester of the school year 2015/2016 with a sample of 125 students. The sampling technique using proportional random sampling using . Data collection techniques in this study using questionnaires and observation. Data analysis techniques used in this research is multiple regression analysis after classical assumption test such as the test for normality, linearity test, autocorrelation test, and test multicollinearity. The results of the study there were four, (1) there are contribution of facility, management competence, and the laboratory management in a significant 0.05 on the effectiveness of learning science was 29,246%, (2) there is a contributions facility at 0.05 significant to the effectiveness of learning science and

(6)

contribute effectively amounted to 9,725 %, (3) there is a significant contribution of management competence 0,05 to the effectiveness of learning science and contribute effectively amounted to 9.898 %, (4) there is a significant contribution to the laboratory management 0.05 to the effectiveness of learning science and contribute effectively 9,623 %.

Keys: Facility, competence, management, laboratory, effectiveness.

1. PENDAHULUAN

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan jenjang pendidikan dasar. Pendidikan di tingkat SMP memberikan pondasi untuk menanamkan semangat anak-anak bangsa untuk belajar mengenyam pendidikan agar menjadi insan yang mulia dalam mengarungi kehidupan yang semakin maju dan berkembang. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 pasal 17 tentang pendidikan dasar ayat (1) dan (2) berbunyi: (1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. (2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.

Salah satu indikator kemajuan bangsa ditentukan sejauh mana kualitas pendidikannya. Dengan pendidikan yang berkualitas, akan dihasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan mempunyai ketrampilan yang dibutuhkan pada zamannya.. Sebenarnya untuk menuju pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas tidak bergantung kepada satu komponen saja misalnya guru, melainkan sebagai sebuah sistem kepada beberapa komponen, antara lain berupa program kegiatan pembelajaran, murid, sarana dan prasarana pembelajaran, dana, lingkungan masyarakat, dan kepemimpinan kepala sekolah. Semua komponen dalam sistem pembelajaran tersebut sangat penting dan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan institusional (Bafadal, 2013: 3-4).

Peningkatan kualitas pendidikan di sebuah sekolah ditandai dengan efektifitas pembelajaran di sekolah tersebut. Efektifitas berasal dari kata efektif. Efektif artinya dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas berarti keberhasilan usaha, tindakan (Jamarah, 2006: 130). Efektifitas pembelajaran merupakan suatu standar keberhasilan, maksudnya semakin berhasil pembelajaran tersebut mencapai tujuan yang telah ditentukan, berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya. Menurut Taba dalam Fathurrohman (2015:210), keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik guru dan peserta didik, bahan pelajaran, serta aspek-aspek lain yang berkenaan dengan situasi pembelajaran. Jadi dalam pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan

(7)

menguasai materi pelajaran, di mana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa.

Keefektifan pembelajaran berkaitan dengan terciptanya lingkungan belajar di kelas yang kondusif bagi peningkatan keilmuan, peningkatan kritisisme dan mempertajam analisis (Asmani, 2012:227). Kondisi ini akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar serta memunculkan ketrampilan proses pada diri siswa. Hasil akhir yang diharapkan adalah hasil belajar siswa menjadi lebih baik dan standar ketuntasan minimal dapat tercapai.

Selanjutnya konsep keefektifan pembelajaran dikaitkan dengan peranan guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.

Menumbuhkan sikap aktif dalam belajar pada diri siswa tidaklah mudah, guru harus selalu kreatif dalam menciptakan berbagai jenis metode pembelajaran. Guru diharapkan dapat selalu mengatasi permasalahan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru harus menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan serta membuat siswa lebih berminat dan termotivasi untuk belajar sehingga aktivitas siswa dalam belajar meningkat. Hal ini sesuai dengan prinsip pengajaran yang dikutip dari Ibrahim, guru dalam proses pembelajaran juga harus bersifat sebagai fasilitator yang dapat memberikan dukungan terhadap terciptanya proses pembelajaran kondusif, agar siswa mampu belajar secara aktif menuju belajar yang mandiri (Ibrahim, 2010: 24). Guru dalam proses pembelajaran juga harus bersifat sebagai fasilitator yang dapat memberikan dukungan terhadap terciptanya proses pembelajaran kondusif, agar siswa mampu belajar secara aktif menuju belajar yang mandiri.

Kelengkapan fasilitas laboratorium merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah proses pembelajaran IPA. Laboratorium yang lengkap sangat membantu proses pembelajaran IPA di sekolah dalam melatih kerja ilmiah. Korobova (2015) mengemukakan bahwa mahasiswa yang didukung dengan fasilitas yang komplit akan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dibanding dengan mahasiswa yang terdaftar di lembaga pendidikan tanpa dukungan fasilitas belajar. Penelitian Khorasani (2014), menghasilkan temuan bahwa sebagian besar siswa merasa puas dengan fasilitas yang telah disediakan oleh sekolahnya Peserta didik dapat memanfaatkan segala fasilitas yang ada di laboratorium untuk kelancaran proses pembelajaran.

(8)

Laboratorium merupakan tempat dilakukan kegiatan percobaan dan penelitian. Laboratorium bukan sekedar sebuah ruangan tertutup yang digunakan untuk praktikum, akan tetapi juga meliputi ruangan terbuka di mana peserta didik dapat melakukan penelitian. Pada pembelajaran IPA siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran yang diberikan guru mata pelajaran, tetapi ia harus melakukan kegiatan sendiri untuk mendapatkan dan memperoleh imformasi lebih lanjut tentang ilmu pengetahuan di laboratorium. Dengan laboratorium diharapkan proses pembelajaran dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Trudel (2014) mengatakan pada sekolah menengah atas, laboratorium sains merupakan unsur penting dari pembelajaran dimana siswa dapat belajar melalui proses penemuan (inquiry). Melihat hal ini pemerintah telah membangun laboratorium-laboratorium IPA di sekolah-sekolah dilengkapi dengan peralatan dan fasilitasnya.

Laboratorium IPA sekolah merupakan salah satu tempat belajar siswa dalam bidang IPA. Agar proses belajar mengajar di laboratorium memberi hasil belajar yang berkualitas, maka fasilitas yang ada di laboratorium harus sesuai dengan standar minimal sarana laboratorium. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 standar sarana dan prasarana sekolah/madrasah (2007:25), laboratorium IPA di sekolah mempunyai fungsi sebagai tempat pembelajaran IPA secara praktik serta memerlukan peralatan khusus.

Guru harus memiliki kompetensi pengelolaan laboratorium IPA. Media pembelajaran ini yang dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar karena media merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan motivasi dan kegairahan belajar dalam diri siswa (Sadiman, dkk., 2009: 17). Laboratorium IPA tidak hanya sebagai alat bantu dalam pembelajaran, tetapi sebagai sumber dalam belajar untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran IPA. Laboratorium IPA dipandang sebagai faktor yang meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran karena memiliki peran dan fungsi strategis yang dapat mempengaruhi fungsi psikologis serta memvisualisasikan materi abstrak yang diajarkan sehingga mempermudah pemahaman peserta didik. Pengelolaan laboratorium yang baik juga mampu mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, laboratorium IPA ini juga digunakan dengan maksud agar siswa dapat mengoptimalkan panca inderanya dalam proses pembelajaran. Mereka dapat melihat, meraba, mendengar, dan merasakan objek yang sedang dipelajari. Selain itu, laboratorium

(9)

mampu membuat pembelajaran lebih menarik, pesan dan informasi menjadi lebih jelas, serta mampu memanipulasi objek yang sulit dijangkau peserta didik.

Pengelola laboratorium IPA yang terdiri dari kepala laboratorium, laboran dan teknisi, harus memiliki kompetensi sebagai pengelola laboratorium IPA. Mereka harus memiliki kemampuan, sikap, dan keterampilan sebagai tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya pengelolaan laboratorium. Peniati (2013) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa seorang mahasiswa sebagai calon guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam mengelola laboratorium IPA sehingga kelak ketika menjadi guru dapat melatih siswa dalam menerapkan kerja ilmiah sesuai prosedur

Manajemen laboratorium IPA dikatakan efektif apabila mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan semua kegiatan yang berkenaan dengan laboratorium IPA. Pengelolaan laboratorium dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan untuk mengelola sumberdaya dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Proses pembelajaran di laboratorium IPA harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Proses pembelajaran dilaksanakan secara menyenangkan, menantang, interaktif, inspiratif, sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Pembelajaran di laboratorium juga harus dapat memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik peserta didik.

Sehubungan hal tersebut di atas peneliti sangat tertarik untuk mengetahui/meneliti bagaimana kontribusi fasilitas, kompetensi pengelola, dan manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Adapun alasan yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian di SMP Batik Surakarta adalah mengingat sekolah tersebut berfungsi untuk membantu keberhasilan siswa, khususnya dalam pembelajaran IPA siswa SMP Batik Surakarta. Dalam observasi awal, peneliti melihat fasilitas SMP Batik Surakarta cukup memadai, khususnya fasilitas laboratorium IPA. Di samping itu pengelola laboratorium IPA dipegang oleh guru IPA yang sudah mempunyai sertifikat sebagai kepala laboratorium IPA, yang dibantu oleh seorang laboran. Pengelolaan laboratorium IPA di SMP Batik Surakarta tergolong cukup bagus dan tertib. Ini semua tentu akan berpengaruh terhadap efektifitas pembelajaran IPA di laboratorium. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagimana kontribusi fasilitas, kompetensi pengelola, dan manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta.

(10)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisa: 1) Besarnya kontribusi fasilitas, kompetensi pengelola, dan manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. 2) Besarnya kontribusi fasilitas terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. 3) Besarnya kontribusi kompetensi pengelola terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. 4) Besarnya kontribusi manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif bertujuan mencari hubungan dan menjelaskan sebab-sebab perubahan dalam fakta-fakta sosial yang terukur (menguji teori). Hal ini diperoleh melalui instrument yang disusun berdasarkan teori tertentu (Sutama, 2015:32). Metode ini digunakan karena penelitian ini berusaha menemukan ada tidaknya kontribusi fasilitas, kompetensi pengelola dan manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Batik Surakarta, dengan alasan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah cukup komplit dan sumber daya manusia (SDM) yang ada cukup berkompeten. Selain itu SMP Batik Surakarta belum pernah dijadikan tempat penelitian mengenai permasalahan yang sama dengan penelitian ini. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan dari bulan Juli sampai Desember 2016. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan fakta dan untuk menunjukkan hubungan antar variabel(Subana, 2011: 25). Penelitian ini tergolong penelitian ex-post facto dengan teknik korelasional, penelitian ini tidak melakukan manipulasi terhadap gejala yang diteliti dan gejalanya secara wajar sudah ada dilapangan.(Sutama, 2015: 53). Pada penelitian ini variabel bebasnya terdiri dari fasilitas, kompetensi pengelola dan manajemen laboratoriumi. Sedangkan variabel terikatnya adalah efektifitas pembelajaran IPA

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 181 siswa. Sedangkan besarnya sampel ada 125 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling dengan cara undian, dimana penentuan sampel memiliki karakteristik sendiri- sendiri dari populasi yang ada. (Sutama,2015:101) Pengumpulan data menggunakan angket untuk memperoleh data tentang fasilitas laboratorium, kompetensi

(11)

pengelola, manajemen laboratorium serta efektifitas pembelajaran IPA. Responden mengisi dengan cara memberikan check list (√), pada jawaban sesuai dengan pilihan yang telah disediakan. Pertanyaan/pernyataan dalam angket ada yang positif, ada yang negatif. Sedangkn teknik dokumentasi dan wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang fasilitas laboratorium dn manajemen pengelolaannya. Sebelum angket digunakan dalam penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Teknik korelasi product moment digunakan dalam perhitungan uji validitas data tiap- tiap variabel. Sedangkan uji reliabilitas data menggunakan rumus alpha.(Sugiyono, 2012 : 365)

Hasil uji validitas item angket Fasilitas Laboratorium IPA yang terdiri dari 15, item angket Kompetensi Pengelola Laboratorium yang terdiri dari 15 item pertanyaan, item angket Manajemen Laboratorium yang terdiri dari 18, dan item angket Efektivitas Pembelajaran IPA terdiri dari 18 pertanyaan. Terdapat 6 item pertanyaan yang tidak valid. Uji reliabilitas dari empat variabel dinyatakan memenuhi kriteria yang ditentukan yaitu lebih dari > 0,60, maka butir-butir kuesioner variabel dapat diandalkan atau reliabel.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier ganda. Analisis regresi linier sederhana dalam penelitian ini digunakan untuk menguji dan menganalisis kontribusi tiap- tiap variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara parsial. Sedangkan analisis regresi linier ganda digunakan untuk menguji dan menganalisis secara simultan atau secara bersama- sama ketiga variabel bebas terhadap variabel terikatnya. (Sugiyono, 2012 : 260). Analisis uji koefisien determinasi R2 dipergunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan pengaruh variabel independen

(Fasilitas laboratorium, Kompetensi pengelola laboratorium, dan Manajemen

Laboratorium) terhadap variabel dependen (Efektivitas Pembelajaran IPA) dalam bentuk persen. Namun sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu melakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas, uji linieritas, uji autokorelasi dan uji multikolinieritas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis yang menyatakan bahwa “ada kontribusi fasilitas, kompetensi pengelola, dan manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian uji F. Hasil analisis menunjukkan nilai Fhitung = 20,325. Nilai Fhitung > 2,68 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka hipotesis diterima.

(12)

Hasil perhitungan menunjukkan Adjusted R Square atau koefisien determinan (R2) = 0,319, artinya besarnya kontribusi variabel fasilitas, kompetensi pengelola, dan manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta dipengaruhi sebesar 31,9 %, sedangkan sisanya sebesar 69,1 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian, diantaranya: minat belajar, motivasi belajar, model pembelajaran, kreativitas guru, disiplin kerja, dan lain-lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fasilitas, kompetensi pengelola dan manajemen laboratorium secara simultan (bersama-sama) berkontribusi signifikan terhadap efektifitas pembelajaran IPA. Dari hasil analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa hasil persamaan mempunyai nilai positif. Itu berarti bahwa apabila fasilitas, kompetensi pengelola dan manajemen laboratorium ditingkatkan maka efektifitas pembelajaran IPA juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian secara bersama-sama menunjukkan kontribusi yang signifikan fasilitas, kompetensi pengelola dan manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mahirudin (2008) yang menyatakan bahwa fasilitas dan kompetensi pengelola memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laboratorium IPA. Sejalan dengan Mahirudin, penelitian Korobova (2015), mengungkapkan bahwa kepuasan mahasiswa dapat diprediksi dengan fasilitas belajarnya. Fasilitas belajar lembaga yang komplit maka mahasiswanya akan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dibanding dengan lembaga yang fasilitasnya tidak komplit. Demikian juga penelitian yang dilakukan Manzoor (2013) yang menunjukkan bahwa fasilitas belajar yang diberikan kepada mahasiswa akan memiliki dampak signifikan terhadap kepuasan mahasiswa di perguruan tinggi.

Hasil penelitian ini juga memiliki relevansi dengan hasil penelitian Khorasani (2014), bahwa sebagian besar siswa merasa puas dengan fasilitas yang telah disediakan oleh sekolahnya. Setidaknya dengan penemuan ini sekolah akan selalu berusaha meningkatkan layanan fasilitas yang diberikan kepada siswa dalam upaya mencapai efektifitas pembelajaran yang akhirnya akan menimbulkan kepuasan siswa dalam belajar.

Hasil penelitian Olubu (2015) juga menunjukkan dampak dari lingkungan belajar laboratorium pada hasil pembelajaran kimia siswa sekolah menengah. Dimensi integrasi dari lingkungan belajar laboratorium Kimia memiliki efek paling signifikan terhadap prestasi belajar siswa, demikian juga dimensi siswa kekompakan lingkungan belajar laboratorium memiliki paling signifikan efek pada sikap siswa. Penelitian ini member

(13)

makna bahwa hal-hal yang mendukung proses pembelajaran di laboratorium, akan berdampak positif efektifitas pembelajaran yang muaranya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu efektifitas pembelajaran IPA dipengaruhi banyak faktor antara lain ketersediaan fasilitas, kompetensi pengelola, manajemen laboratorium, semangat belajar siswa, intensitas penggunaan laboratorium dan lain-lain. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti tentang fasilitas, kompetensi pengelola dan manajemen laboratorium.

Dari hasil analisis data terlihat bahwa fasilitas memiliki kontribusi yang signifikan terhadap efektifitas pembelajaran IPA. Hasil perhitungan diperoleh nilai t = 3,524. Nilai

thitung > 1,980 dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa fasilitas (X1) mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap efektifitas pembelajaran IPA (Y). Secara umum dapat dinyatakan bahwa makin tinggi tingkat fasilitas maka makin tinggi pula kontribusinya terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016.

Hal ini cukup beralasan karena fasilitas yang lengkap dan memadai dapat berpengaruh terhadap efektifitas pembelajaran IPA. Fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan. Salah satu sarana pendidikan yang berfungsi sebagai penunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, terutama yang berhubungan dengan kegiatan praktikum adalah Laboratorium IPA.

Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian Bello (2012) yang menunjukkan terdapat perbedaan signifikan prestasi belajar fisika antara siswa federal, public, dan prifat. Hasil ini menunjukkan terdapat pengaruh ketersediaan dan penggunaan laboratorium fisika terhadap prestasi belajar fisika. Penelitian Khorasani (2014) juga menyatakan bahwa siswa merasa puas dengan fasilitas yang telah disediakan sekolah sehingga pembelajaran bisa berlangsung efektif.

Hasil penelitian Suharyati (2013) menyimpulkan bahwa fasilitas pendidikan berbasis teknologi informasi termasuk salah satu faktor yang mendukung efektifitas belajar mahasiswa khususnya mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Mulawarman Samarinda. Dengan fasilitas yang komplit, maka mahasiswa dapat memanfaatkannya untuk mendukung peningkatan produktifitas belajar, mahasiswa dapat belajar mandiri dan tenaga pengajarpun dapat menyajikan materi belajar secara lebih luas.

(14)

Hasil penelitian Katili (2013) di SMA Negeri di Kabupaten Jembrana menemukan bahwa fasilitas alat laboratorium di SMA Negeri di Kabupaten Jembrana masih jauh dari standar minimal yang ditetapkan pemerintah, hanya 48,9 %. Kekurangan fasilitas ini sangat menghambat kegiatan belajar mengajar khususnya praktikum fisika. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas laboratorium berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar yang akhirnya mempengaruhi efektifitas pembelajarannya.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu fasilitas laboratorium sangat mendukung kualitas pembelajaran di laboratorium. Fasilitas yang komplit sangat mendukung proses belajar mengajar, sebaliknya kekurangan fasilitas akan menghambat kegiatan belajar mengajar. Hal ini membuktikan adanya kontribusi fasilitas laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA.

Dari hasil analisis data terlihat bahwa kompetensi pengelola memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektifitas pembelajaran IPA. Hasil perhitungan Uji t diketahui nilai

thitung = 3,644. Nilai thitung > 1,980 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa kompetensi pengelola (X2) mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap efektifitas pembelajaran IPA (Y). Secara umum dapat dinyatakan bahwa makin tinggi tingkat kompetensi pengelola, maka makin tinggi pula kontribusinya terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Peniati (2013) yang mengemukakan bahwa seorang mahasiswa sebagai calon guru, dia dituntut untuk memiliki kompetensi di dalam mengelola laboratorium IPA. Dengan kompetensi tersebut, ketika kelak menjadi guru dapat melatih siswa dalam menerapkan kerja ilmiah sesuai prosedur. Pembelajaran IPA erat kaitannya denga kerja ilmiah, sehingga kemampuan mahasiswa sebagai calon guru dalam mengelola laboratorium sangat penting.

Hasil penelitian Rahmiyati (2008) menunjukkan bahwa laboratorium memiliki peran yang sangat penting sebagai sarana pembelajaran. Pemanfaatan laboratorium kimia dapat meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran kimia. Dalam pemanfaatan laboratorium, harus melibatkan beberapa aspek diantaranya adalah kompetensi pengelola. Pemanfaatan laboratorium akan optimal apabila pengelola laboratorium mempunyai kompetensi yang baik.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Sundari (2008) yang mengemukakan pentingnya praktikum di laboratorium, karena kegiatan praktikum merupakan bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran IPA. Kegiatan praktikum akan

(15)

melatih kognitif, afektif dan psikomotorik siswa guna pembenukan sikap ilmiah. Dalam penelitian ini terungkap beberapa kendala dalam pemanfaatan laboratorium antara lain keterbatasan dana, kelengkapan alat/bahan, kompetensi pengelola yang kurang karena jarang mengikuti diklat serta keterbatasan waktu untuk praktikum.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu salah satu faktor yang berperan dalam efektifitas pembelajaran IPA ketika di laboratorium adalah sejauh mana kompetensi pengelola laboratorium itu sendiri. Hal ini berarti kompetensi pengelola memberikan kontribusi yang positif terhadap efektifitas pembelajaran IPA.

Adanya kontribusi yang signifikan antara kompetensi pengelola terhadap efektifitas pembelajaran IPA dapat dimaknai bahwa pengelola laboratorium IPA yang berkompeten dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Robbins (2001: 22) bahwa kompetensi (keterampilan) personal sangat penting artinya bagi efektifitas manajerial. Oleh karena itu, semua unsur pengelola yang terlibat dalam struktur organisasi laboratorium IPA harus memiliki pengetahuan, skill dan sikap profesional, memahami tugas dan tanggungjawabnya, serta mampu mengaplikasikan secara nyata dalam proses pengelolaan kegiatan laboratorium IPA.

Dari hasil analisis data terlihat bahwa manajemen laboratorium memiliki kontribusi yang signifikan terhadap efektifitas pembelajaran IPA. Hasil perhitungan uji t diketahui nilai thitung = 3,103. Nilai thitung > 1,980 dengan nilai signifikansi 0,002 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen laboratorium (X3) mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap efektifitas pembelajaran IPA (Y). Secara umum dapat dinyatakan bahwa makin tinggi tingkat manajemen laboratorium makin tinggi pula kontribusinya terhadap efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta tahun pelajaran 2015/2016.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Awan (2015) yang mengemukakan bahwa seharusnya pemerintah mengalokasikan dana untuk keperluan sains khususnya dalam pembelian alat serta perawatannya. Perencanaan pembelian alat serta perawatannya merupakan bagian dari fungsi manajemen laboratorium, sehingga dengan adanya alat yang dirawat dengan baik maka alat-alat tersebut dalam kondisi siap apabila sewaktu-waktu digunakan. Kesiapan alat-alat ini tentu akan membantu kegiatan belajar mengajar sehingga efektifitas pembelajaran akan semakin baik.

Penelitian didukung oleh penelitian Luketic dan Dolan (2012) yang mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan laboratorium sains dalam dekade ini dipuji sebagai metode pembinaan siswa yang baik untuk memunculkan perilaku siswa tentang sains dan

(16)

membangun siswa untuk lebih tertarik terhadap perkembangan sains dan menggeluti sains. Pengunaan laboratorium sains harus didukung oleh pengelolaan (manajemen) yang baik, karena tujuan dari pembelajaran sains adalah meningkatkan penguasaan dari suatu subyek dengan berbagai tipe pengerjaan.

Penelitian Wang, C-Y, et al (2014) juga mendukung pengelolan laboratorium yang baik. Pengelolaan laboratorium berbasis mikro (MBLs), dan laboratorium virtual yang biasanya digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan laboratorium, diikuti oleh laboratorium terpencil, database dan teknologi lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan laboratorium yang baik dapat memfasilitasi pembelajaran sains dilaboratorium.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu manajemen labortorium sangat penting dalam mendukung pembelajaran IPA di laboratorium. Manajemen yang baik akan berdampak pada lancarnya kegiatan belajar mengajar di laboratorium yang akhirnya akan meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA. Dengan adanya manajemen laboratorium yang baik maka pengelola dapat memanfaatkan laboratorium melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan , maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:(1) Terdapat kontribusi yang signifikan fasilitas, kompetensi pengelola dan manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA. Hasil ini memberi makna bahwa , jika fasilitas laboratorium dilengkapi, kompetensi pengelola ditingkatkan dan manajemen laboratorium dibenahi berkontribusi positif terhadap efektifitas pembelajaran IPA sebesar 31,9%, (2) Terdapat kontribusi yang signifikan antara fasilitas terhadap efektifitas pembelajaran IPA dengan koefisien regresi sebesar 0,337, ini bermakna bahwa jika fasilitas laboratorium dilengkapi maka akan meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA dan memberikan sumbangan efektif sebesar 9,725 %, (3) Terdapat kontribusi yang signifikan antara kompetensi pengelola terhadap efektifitas pembelajaran IPA dengan koefisien regresi sebesar 0,302, ini bermakna bahwa jika kompetensi pengelola ditingktkan, maka akan meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA dan memberikan sumbangan efektif sebesar 9,898 %, (4) Terdapat kontribusi yang signifikan antara manajemen laboratorium terhadap efektifitas pembelajaran IPA dengan koefisien regresi sebesar 0,236, ini bermakna jika manajemen laboratorium dibenahi

(17)

dengan baik, maka akan meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA dan memberikan sumbangan efektif sebesar 9,623 %. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA di SMP Batik Surakarta, maka pihak sekolah harus melengkapi fasilitas laboratorium, meningkatkan kompetensi pengelola laboratorium, serta membenahi manajemen pengelolaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif. Yogyakarta: Diva Press

Awan, Muhammad Naeem.2015. Physical Conditions of Science Laboratories and Problems aced by Science Teachers in Conducting Practicals in Punjab. Bulletin of Education and Research. Vol.37 No 1.

Bafadal. Ibrahim. 2013. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Bello, Theodora Olufunke. 2012. “Effect of Availability and Utilization of Physics Laboratory Equipment on Students’ Academic Achievement in Senior Secondary School Physics”.World Journal of Education. Vol. 2, No. 5; 2012.p1-7.

Croxton, R. 2014. The Role of Interactivity In Student Satisfaction and Persistence In Online Learning. Journal of Online Learning and Teaching. 10(2), 314-325

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ibrahim. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Jamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Katili, N Sundoro., Sadia, I Wayan., Suma, Ketut. 2013. Analisis Sarana dan Intensitas Penggunaan Laboratorium Fisika serta Kontribusinya Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri di Kabupaten Jembrana. E Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 3,1-9.

Khorasani. 2014. A Study On Student’s Satisfaction Toward The Campus Transit System In University Sains Malaysia. International Journal of Research in Bussiness Management. 2(4), 7-16.

Kirmizi, O. 2015. The Influence of Learner Readiness on Student Satisfaction And Academic Achievement in An Online Program At Higher Education. The Turkish Online Journal of Educational Technology. 14(1), 1-11.

Korobova, N. 2015. A Student Engagement, Statisfaction, and Academic Succes among International and American Students. Journal of International Students. 5 (1), 72-83.

(18)

Luketic, Christine D & Dolan, Erin L. 2013. Factors Influencing Student Perceptions of Hight School Science Laboratory Environments. Learning Environ Res. 16, 33-47 Mahirudin. 2008. Pengaruh Fasilitas Dan Kompetensi Pengelola Terhadap Efektifitas

Manajemen Laboratorium IPA SMA Di Kabupaten Konawe. Tesis. Tidak

Dipublikasikan.Universitas Haluoleo.Konawe.Indonesia

Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Manzoor, H. 2013. Measuring Student Satisfaction in Public and Private Universities in Pakistan. Global Journal of Management ang Bussiness Research Interdisciplinary. 13 (3), 4-15

Olubu, Odutuyi Musili. 2015. “Effects Of Laboratory Learning Environment On Students’ Learning Outcomes In Secondary School Chemistry”. International Journal of Arts & Sciences, CD-ROM. ISSN: 1944-6934 :: 08(02):507–525 (2015)

Peniati., E Parmin., Purwantoyo. 2013. Model Analisis Evaluasi Diri Untuk Mengembangkan Kemampuan Mahasiswa Calon Guru IPA Dalam Merancang Pengembangan Laboratorium Di Sekolah. Journal Pendidikan IPA Indonesia. 2(2), 107-119

Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Robbins. S.P. 2001. Organizational behavior (9th ed.). New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Sadiman, Arif S., R. Rahardjo, Haryono, Anung, dan Rahardjito. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Sahin, O. 2014. An Investigation of Student Satisfaction Factors. Journal of Research in Business and Managemet. 2(6), 8–1.

Seng, ELK. 2013. A Qualitative Study of International Student’s Statisfaction of Institutional Quality. Journal Asian Social Science, 9(13), 126-129

Subana, S. 2011. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sutama. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Fairuz Media.

Trudel, Louis., Metioui., Abdeljalil. 2014. “Impact Of Prior Discussion On The Participation Of Students In A High School Physics Laboratory . International Journal of Arts & Science.p611-634

Uka, A. 2014. Student Satisfaction As an Indicator of Quality in Higher Education. Journal of Educational And Instructional Studies in The World, 4(3), 6-10

Wang, C.-Y., Wu, H.-K., Lee, S W.-Y., Hwang, F.-K., Chang, H.-Y., Wu, Y.-T., Chiou, G.-L., Chen, S., Liang, J.-C., Lin, J.-W., Lo, H.-C., & Tsai, C.-C. (2014). “A Review of Research on Technology-assisted School Science Laboratories”. Educational Technology & Society, 17 (2), 307–320.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian terhadap kemampuan berargumentasi menunjukkan bahwa uji hipotesis nilai pretest-posttest kelas kontrol diperoleh nilai 0,051&gt;0,05 artinya tidak terdapat

Penelitian menyimpulkan bahwa tradisi larangan kehadiran wali dalam majelis akad nikah dengan pasrah wali di Desa Jugo Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan telah

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Umi Khasanah (1998), yang meneliti pengaruh sikap terhadap niat konsumen dalam menggunakan kereta

Proses remastering dengan Sistem Operasi basis Ubuntu 9.10 Karmic Koala menghasilkan Distribusi Linux Linux turunan yaitu Sulolinuz yang mempunyai fungsi sebagai

struktur yang kompleks dan terdiri atas ekosistem padi, palawija, dan sayuran mempunyai jumlah individu, spesies, dan famili Hymenoptera yang lebih tinggi daripada lanskap Gasol

Pada penelitian ini diberi tambahan klasifikasi yang tidak diekspektasi pada model ekspektasi, suatu signifikansi negatif pada rata- rata kelebihan return obligasi

Untuk menguji keberartian model regresi untuk masing-masing variabel secara parsial dapat diperoleh dengan menggunakan uji t. Pengujian regresi digunakan pengujian dua

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Pancoran Mas dalam mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi dari program bantuan