• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN BERBASIS CASSAPRO DAN PAKAN KONVENSIONAL PADA BUDIDAYA IKAN NILA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN BERBASIS CASSAPRO DAN PAKAN KONVENSIONAL PADA BUDIDAYA IKAN NILA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN BERBASIS CASSAPRO DAN PAKAN KONVENSIONAL PADA BUDIDAYA IKAN NILA

Indrawaty Sitepu*, Nurmely Violita Sitorus**, Iin Apulina Barus*** Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan pakan berbasis cassapro dan pakan konvensional pada budidaya ikan nila. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa: Konversi Pakan atau Food Convertion Ratio (FCR) dengan menggunakan pakan berbasis cassapro maupun pakan konvensional sama yaitu 0,28. Indeks Biaya dengan menggunakan pakan berbasis cassapro Rp 29.496,99 sedangkan dengan menggunakan pakan konvensional Rp 31.862,25. Indeks keuntungan dengan menggunakan pakan berbasis cassapro 0,50 dan bila menggunakan konvensional 0,47. Laju pertmbuhan dengan menggunakan pakan berbasis cassapro yaitu 0,48 gr/hari sedangkan dengan menggunakan konvensional 0,77 gr/hari.

Kata kunci : Efisiensi, pakan cassapro dan pakan konvensional.

Abstract

This study aims to determine the efficiency of feed use and feed cassapro based on conventional for Nila fish. From this study it can be seen that: Feed Conversion Ratio or Food Conversion (FCR) by using the feed or feed based cassapro at the conventional 0.28. The cost of using the index-based feed cassapro USD 29496.99 while using conventional feed USD 31862.25. Index gains by using a feed-based cassapro 0.50 and 0.47 when using the conventional. Growth rate by using a feed based cassapro is 0.48 g / day while using the conventional 0.77 g / day.

Key words: efficiency, feed cassapro and conventional feed. Pendahuluan

Dalam budidaya ikan, pakan merupakan biaya produksi terbesar, mencapai lebih dari 50%. Harga pakan yang terus meningkat menjadi tantangan tersendiri bagi budidaya ikan. Oleh sebab itu mencari alternatif pakan lain merupakan usaha keatif menjawab tantangan tesebut. Sehubungan dengan itu diketahui bahwa pemanfataan limbah khususnya kulit atau onggok ubi kayu dan ampas pembuatan tepung tapioka sebagai pakan ternak menjadi cassapro ( cassava berprotein tinggi ) merupakan penerapan teknologi fermentasi yang dapat disosialisasikan di masyarakat. Tetapi sebelum sosialisasi penggunaan cassapro pada masyarakat perlu ada percobaan-percobaan laboratoris dan uji coba serta análisis efisiensi penggunaannya pada ikan dan ternak di lapangan. Indrawaty Sitepu dkk (2009) serta Iin Apulina Barus (2012) telah melakukan pembuatan pakan cassapro dan berdasarkan metode uji AOCS Ba 4ª-38 di PPKS Medan, telah dilakukan

analisa protein terhadap pakan berbasis cassapro ampas dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1 Analisis kadar protein

No Jenis pakan Dosis Air (liter) Kadar protein (%) (2009) Kadar protein (%) tahun 2012 1 Control ampas 3,63 2 Ampas 0,5 66,29 77,60 3 Ampas 1 5,50

Dari Tabel 1.1 di atas dapat kita lihat bahwa: 1. Kandungan protein dari ampas yang difermentasi dengan bantuan mikroba Aspergillus niger mengalami peningkatan.

2. Kandungan protein pada kontrol ampas adalah sebesar: 3,63% sedangkan setelah difermentasi dengan konsentrasi 0,5 liter menjadi: 66,29% dan 77,60 % dan pada konsentrasi 1,0 liter menjadi 5.50%.

(2)

2

Sehubungan hal tersebut di atas, seharusnya dengan penggunaan pakan berbasis cassapro akan lebih efisien dibandingkan dengan pakan konvensional. Oleh sebab itu perlu di analisa efisiensi penggunaan pakan berbasisi cassapro dan pakan konvensional.

Rumusan Permasalahan

Bagaimana analisis efisiensi penggunaan pakan berbasis cassapro dan pakan konvensional pada budidaya ikan nila. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efisiensi penggunaan pakan berbasis cassapro dan pakan konvensional pada budidaya ikan nila. Tinjauan Pustaka

Mengenal Ikan Nila

Kepulauan Indonesia dengan daerah kontinental dengan perairan campuran arus dari campuran samudera Indonesia dan samudera pasifik dan dengna perairan air yang luas kaya akan sumber-sumber perikanan.

Ikan nila hidup di perairan air tawar hampir di seluruh Indonesia. Jenis ikan ini sebenarnya bukan asli dari Indonesia. Habitat asli ikan nila adalah dari Sungai Nil dan daerah perairan sekitarnya. Menurut sejarahnya ikan nila masuk ke Indonesia tahun 1969. Ikan nila didatangkan oleh Balai Penelitian Air Tawar (BPAT) dari Taiwan. Setelah di teliti dan diadaptasi ikan ini mulai di sebarkan ke beberapa daerah di Indonesia. Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:

Kelas : Osteichthyes Subkelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Subordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Species :Oreochromis Niloicus Ikan ini mempunyai daya toleransi yang besar terhadap lingkungannya. Toleransi ikan ini terhadap salinitas terlalu tinggi, sehingga selain perairan air tawar, nila juga sering ditemukan hidup dan

berkembang di perairan Pawau misalnya tambak. Walaupun demikian air tawar yang bersih yang mengalir dan hangat merupakan habitat yang disenangi ikan nila.

Ikan nila hidup pada habitat yang hangat 23-320C dengan kadar garam 0-29% kualitas air harus bersih tidak terlalu keru dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun. Lain halnya bila kekeruan air disebabkan oleh adanya plangton. Air yang mengandung banyak plangton berwarna hijau kekuningan dan warna hiaju kecoklatan karena banyak mengandung diatomai. Tingkat kecerahan air karena plangton harus dikendalikan. Kecerahan air dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi dish). Untuk di kolam dan tambak angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.

Ikan nila termasuk ikan omnivora atau pemakan segala. Ikan nila termasuk jenis kedalam floating feeder, yakni pemakan di permukaan air. Namun terkadang ikan nila juga bersifat buttom feeder, yaitu memakan bahan makanan pada dasar perairan. Ikan nila juga termasuk ikan aktif, ikan ini akan bergerak cepat jika diberi pakan, penciumannya sangat tajam, bila sudah kenyang ikan Nila akan menghindari pakan yang diberikan. Cara pemberiaannya dilakukan secara adlibitum yaitu diberi makan ketika lapar dan dihentikan bila sudah kenyang.

Ikan nila dikatakan dewasa bila berumur 4-5 bulan. Pertumbuhan maksimal ikan nila untuk perkembangbiakan adalah 1,5-2 tahun. Ikan nila yang sudah berumur 1 tahun beratnya mencapai 800 gram.

Ikan nila merupakan bahan makanan yang sehat, karena kandungan proteinya tinggi yaitu 16-24% bahkan jika di olah bisa mencapai 35%, rendah lemak sehingga tidak meningkatkan kadar kolesterol, rendah kalori dan karbohidrat, mengandung omega 6, phospor, niasin, selenium, vitamin B12 dan potacium.

Berbagai kebutuhan gizi dan defisiensinya:

a. Protein

Kekurangan protein dapat menyebabkan kerontokan rambut, kuku yang tidak sehat, dan gangguan pertumbuhan.

(3)

3

b. Lemak

Kekurangan lemak dapat mengakibatkan gangguan syaraf, kerusakan penglihatan, kegagalan reproduksi, serta gangguan pada kulit, hati, dan ginjal.

c. Kalori

Kekurangan kalori sebagai sumber energi dapat membuat tubuh lemas dan mengakibatkan turunya produktivitas kerja.

d. Karbohidrat

Kekurangan karbohidrat mengakibatkan kekurangan energi dan turunya panas tubuh.

e. Niasin

Kekurangan niasin dapat menyebabkan sindrom defisiensi pelagra. Gejalanya, terjadi gangguan pencernaan, berat badan turun, dermatitis, dan depresi. Pakan Ikan

Formula pakan ikan yang baik didasarkan pada kandungan protein lemak dan serat. Formula ikan dapat dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan kebutuhan ikan, pakan ikan untuk anak ikan atau benih akan membutuhkan 50% protein dan 8% lemak, sedangkan untuk ikan dewasa protein 25-30% lemak 7%. Rata-rata jumlah pakan yang dibutuhkan oleh seekor ikan adalah 3-4% dari berat total badan.

Pakan yang baik harus mampu memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh ikan untuk dapat hidup dengan normal. Pakan yang tidak memenuhi syarat baik jumlah maupun kualitas dapat menimbulkan pengaruh kurang baik terhadap ikan. Penebaran pakan hendaknya dilakukan tepat pada saat ikan sedang lapar, dengan demikian sebagian besar pakan yang diberikan akan segera dikonsumsi oleh ikan peliharaan. Pakan yang tidak segera dikonsumsi oleh ikan biasanya akan hanyut atau membusuk di dasar kolam sehingga tentu saja hal ini akan menyebabkan timbulnya masalah penyakit. Selain diberikan pada saat yang tepat, pakan juga harus disenangi oleh ikan sehingga sebagian besar pakan yang diberikan akan dikonsumsi oleh ikan. Agar pakan buatan dapat diterima oleh ikan peliharaaan harus diketahui kadar

air, bentuk, tekstur, daya apung, daya tahan dalam air.

Bentuk pakan, baik kering maupun lembab, sangat beragam. Pakan kering dapat dibuat dalam bentuk pelet, remah (crumble), butiran (granular), tepung (meal atau mash), dan lembaran (flake). Pakan lembab dapat berbentuk bola atau bakso (Ball), dan roti kukus (cake). Untuk pakan basah umumnya berbentuk bubuk atau pasta (paste).

Pelet dapat dibuat dalam beragam bentuk , seperti batang, bulat, atau gilik (bulat memanjang). Ukuran panjang dan diameternya disesuaikan dengan ukuran ikan yang diberi makan.

Ada 3 macam pengujian mutu pakan buatan yaitu pengujian fisis, kimiawi dan biologis. Pengujian fisis meliputi kehalusan bahan baku , kekerasan dan daya tahan dalam air, dan daya mengapungnya. Pengujian kimiawi. Kandungan gizi yang perlu diuji meliputi kadar protein, lemak , karbohidrat , abu, serat dan kadar air. Untuk pengujian biologi, maka pakan diberikan pada ikan uji yang dipelihara secara khusus.

Dalam membuat pakan buatan untuk ikan, hal pertama yang harus dipertimbangkan, adalah persyaratan bahan baku untuk pakan, yaitu :

a. Bahan baku pakan tidak boleh bersaing dengan bahan makanan manusia. Bila manusia banyak membutuhkannya, bahan baku ini tidak boleh diberikan kepada ikan.

b. Bahan baku ini harus tersedia dalam waktu lama, atau ketersediaannya harus kontinu. Bahan baku yang pada suatu saat ada dan kemudian lenyap, harus dihindari.

c. Harga bahan baku; walaupun bisa digunakan, tapi bila harganya mahal maka penggunaan bahan atau peran bahan baku itu sebagai bahan baku sudah tersisihkan. Sebenarnya murah atau mahalnya bahan baku itu harus dinilai dari manfaat bahan itu, yang merupakan cermin dari kualitas bahan tersebut.

(4)

4

d. Kualitas gizi bahan baku, menjadi

persyaratan penting lainnya. Walaupun harganya murah, banyak terdapat di Indonesia, dan ketersediaannya kontinu, tetapi bila kandungan gizinya buruk, tentu bahan baku ini tidak dapat digunakan

Efisiensi Penggunaan Pakan

Untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan pakan, ada beberapa parameter yang digunakan seperti perbandingan konversi pakan, indeks biaya, indeks keuntungan, dan laju pertumbuhan.

a. Rasio Konversi Pakan

Efisiensi penggunaan pakan dapat diukur melalui rasio konversi pakan atau Feed Conversion Ratio (FCR), yaitu perbandingan antara berat pakan yang digunakan dengan jumlah berat ikan yang dihasilkan:

FCR = Berat pakan yang diberikan Berat ikan yang dihasilkan

FCR pakan buatan untuk ikan dan udang berkisar antara 1,5-2,5 atau kurang dari itu. Makin kecil nilai FCR nya makin efisien penggunaan pakannya.

b. Indeks Biaya

Perbandingan antara harga total pakan yang digunakan dengan total berat ikan yang dihasilkan. Semakin kecil insidens biaya maka semakin efisien penggunaan paknnya

Indeks biaya = Harga total pakan yang digunakan (Rp ) Total berat ikan yang dihasilkan (kg )

c. Indeks keuntungan

Disamping harga pakan, faktor lain yang secara ekonomis berperan penting dalam menilai efisiensi penggunaan pakan adalah harga produk yang dihasilkan. Makin besar nilai indeks keuntungan maka semakin efisien penggunaan pakannya.

Indeks keuntungan = Jumlah nilai ikan dihasilkan (Rp). Jumlah biaya penggunaan pakan (Rp)

d. Laju Pertumbuhan

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam mengukur efisiensi penggunaan

pakan adalah selang waktu yang diperlukan ikan untuk mencapai ukuran tertentu.

Hipotesis

Pakan berbasis cassapro lebih efisien dibandingkan dengan pakan konvensional.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Penggunaan pakan konvensional yang dimaksud pada penelitian ini adalah penggunaan pakan jenis Pokphan 781. Sedangkan penggunaan pakan berbasis cassapro adalah penggunaan pakan cassapro 75% dan pakan pokphan 25%. Masing-masing kolam diisi dengan ikan nila sebanyak 30 ekor, dengan berat awal 26 gr dan panjang 10-15 cm. Pengamatan dilakukan selama 10 minggu (14 Maret 2012- 22 Mei 2012). Data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Dari Tabel 2 dapat dilihat hasil pengamatan untuk pakan berbasis cassapro dimana berat awal ikan nila yaitu 780 gr. Jumlah ikan pada setiap minggu mengalami penurunan dikarenakan ikan mati. Pada kolam cassapro pertambahan bobot ikan tidak terlalu besar.

Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil pengamatan untuk kolam konvensional dimana berat awal ikan nila konvensional sama dengan berat ikan cassapro, yaitu 780 gram. Jumlah ikan pada minggu I sampai II berkurang karena ikan mati dan minggu II sampai VI jumlah ikan tidak berkurang. Pada minggu VII jumlah ikan yang mati banyak mungkin dikarenakan faktor cuaca (hujan). Begitu juga dengan bobot ikan pada Minggu VII mengalami penurunan yang besar karena jumlah ikan yang mati banyak. Data pada table 2 dan table 3 memperlihatkan bobot keseluruhan ikan dan rata-ratanya dalam satuan gr serta jumlah pakan yang diberikan dalam satuan gr per hari dan per minggu.

(5)

5

Tabel 2. Hasil pengamatan pada kolam penggunaan pakan berbasis Cassapro

Waktu Jumlah Ikan (ekor) Bobot Ikan (gr) Rata- rata (gr) Jumlah pakan yang diberikan (gr/hari) Pertambahan pakan setiap minggu (gr/minggu) Awal (14/3) 30 780 26 31,2 208,4 I (20/3) 28 800 28,5 32 224 II (27/3) 28 850 30,3 34 237 III (03/3) 28 910 32,5 36,4 254,8 IV (10/3) 27 950 35,1 38 265 V (17/3) 25 980 39,2 39,2 274,4 VI (24/3) 25 1.100 44 44 308 VII (01/3) 24 1.140 47,5 45,6 319,2 VIII (08/3) 20 1.040 52 41,6 291,2 IX (15/5) 15 850 56,6 34 238 X (22/5) 12 720 60 29,8 201,6

Tabel 3. Hasil pengamatan pada kolam penggunaan pakan konvensional

Waktu Jumlah Ikan (ekor) Bobot Ikan (gr) Rata- rata (gr) Jumlah pakan yang diberikan (gr/hari) Pertambahan pakan setiap minggu (gr) Awal (14/03) 30 780 26 31,2 218,4 I (20/3) 26 750 28,8 30 210 II (27/3) 25 800 32 32 224 III (03/4) 25 860 34,4 34,4 240,8 IV (10/4) 25 920 36,8 36,8 257,6 V (17/4) 25 1.020 40,8 40,8 285,6 VI (24/4) 25 1.200 48 48 336 VII (1/5) 22 1.240 56,3 49,6 347,2 VIII (8/5) 18 1.224 68 48,96 342,72 IX (15/5) 15 1.116 74,4 44,64 312,48 X (22/5) 10 800 80 32 224 Pembahasan

Efisiensi penggunaan pakan dapat diukur melalui :

1. Rasio konversi pakan atau Feed Conversion Ratio (FCR), yaitu perbandingan antara berat pakan yang digunakan dengan jumlah berat ikan yang dihasilkan

FCR = Berat pakan yang diberikan Berat ikan yang dihasilkan

FCR pakan buatan untuk ikan dan udang berkisar antara 1,5-2,5 atau kurang dari itu. Makin kecil nilai FCR nya makin efisien penggunaan pakannya. Dari data tersebut di atas didapatkan FCRnya adalah sebagai berikut:

FCR pakan cassapro = 126,55 451,7 = 0,28 FCR pakan konvensional = 147,7 525,5 = 0,28 2. Indeks Biaya

Perbandingan antara harga total pakan yang digunakan dengan total berat ikan yang dihasilkan. Semakin kecil indeks biaya maka semakin efisien penggunaan pakannya

Indeks biaya =

Harga dari total pakan yang digunakan (Rp ) Total berat ikan yang dihasilkan (kg )

(6)

6

Dalam penelitian ini harga cassapro Rp 7.160,00 per kg

Harga pokphan 781 di pasaran Rp 8.500,00 per kg

Pakan berbasis cassapro yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pakan dengan komposisi cassapro dan konvensional 3:1, jadi 75% x Rp 7.160,- = Rp 5.370,- dan 25% x Rp 8.500,- = Rp 2.125,-. Maka total harga dari pakan cassapro = Rp 5.370,- + Rp 2.125,- = Rp 7.495,-. (Rp 7,495 per gr)

Harga total pakan yang digunakan untuk cassapro

= Rp 7,495/gr x 2.833,6 gr = Rp 21.237,83

Indeks biaya untuk pakan cassapro = Rp 21.237,83

0,72 kg = Rp 29.496,99

Harga total pakan yang digunakan untuk konvensional

= Rp 8,5/gr x 2.998,8 gr = Rp 25.489,8

Indeks biaya untuk pakan konvensional = Rp 25.489,8

0,8 kg = Rp 31.862,25

Dari hasil perhitungan seperti tersebut diatas dapat diketahui bahwa biaya dengan pemberian pakan konvensional lebih tinggi dari pakan cassapro .

3. Indeks keuntungan

Faktor lain yang secara ekonomis berperan penting dalam menilai efisiensi penggunaan pakan adalah harga produk yang dihasilkan. Makin besar nilai indeks keuntungan maka semakin efisien penggunaan pakannya.

Indeks keuntungan =

Jumlah nilai ikan yang dihasilkan (Rp) Jumlah biaya penggunaan pakan (Rp)

Pada penelitian ini harga untuk ikan nila Rp 15.000 per kg.

Untuk cassapro :

Jumlah nilai ikan yang dihasilkan: 0,72 kg x Rp 15.000 = Rp 10.800,- Jumlah biaya penggunaan pakan cassapro : Rp 21.237,83

Indeks Keuntungan dengan menggunakan pakan berbasis cassapro :

Rp 10.800/ Rp 21.237,83 = 0,50 Untuk pakan konvensional :

Jumlah nilai ikan yang dihasilkan: 0,8 kg x Rp 15.000 = Rp 12.000,- Jumlah biaya penggunaan pakan konvensional : Rp 25.489,8 Indeks Keuntungan dengan menggunakan pakan konvensional :

Rp 12.000/ Rp 25.489,8 = 0,47

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa Indeks Keuntungan menggunakan pakan konvensional lebih kecil dari yang menggunakan pakan berbasis cassapro.

4. Laju Pertumbuhan.

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengukur efisiensi penggunaan pakan adalah selang waktu yang diperlukan ikan untuk mencapai ukuran tertentu.

LPH = Wt-Wo H Wt = Berat akhir Wo = Berat awal

H = Lama hari pemeliharaan

Laju Pertumbuhan dengan menggunakan pakan cassapro:

LPH = 60 - 26 = 0,48 gr/hari 70

Laju pertumbuhan dengan menggunakan pakan konvensional :

LPH = 80 – 26 = 0,77 gr/hari 70

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa angka laju pertumbuhan dengan menggunakan pakan casssapro lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan pakan konvensional.

(7)

7

Dari empat cara pengukuran efisiensi penggunaan pakan yang telah dilakukan seperti tersebut di atas berdasarkan penelitian dari 12 Maret 2012 – 22 Mei 2012 ternyata penggunaan pakan berbasis cassapro lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan pakan konvensional dalam hal indeks biaya dan indeks keuntungan. Sementara untuk konversi pakan (FCR) sama-sama efisien yaitu 0,28. Sedangkan laju pertumbuhan lebih tinggi dengan penggunaan pakan konvensional daripada cassapro. Hal ini mungkin disebabkan : biaya pakan cassapro lebih murah dibandingkan dengan pakan konvensional (popkhan 781), pakan cassapro belum familiar bagi ikan sehingga ikan masih enggan untuk memakannya

(perlu adaptasi, perlu

’penyedap/perangsang’). Kesimpulan

Analisis efisiensi penggunaan pakan berbasis cassapro dan konvensional pada budidaya ikan nila adalah sebagai berikut: 1. Konversi pakan atau Food Convertion

Ratio (FCR) dengan menggunakan pakan berbasis cassapro maupun pakan konvensional sama yaitu 0,28.

2. Indeks biaya dengan menggunakan pakan berbasis cassapro Rp 29.496,99, sedangkan dengan menggunakan paka konvensional Rp 31.862,25.

3. Indeks keuntungan menggunakan pakan berbasis cassapro 0,50 sedangkan dengan menggunakan konvensional 0,47.

4. Laju pertmbuhan dengan menggunakan pakan berbasis cassapro yaitu 0,48 gr/hari sedangkan dengna menggunakan konvensional 0,77 gr/hari.

Saran

1. Perlu menindaklanjuti penelitian ini dengan modifikasi (teknologi pembuatan pakan cassapro) pakan cassapro agar disukai oleh ikan.

2. Perlu menindaklanjuti pemberian atau aplikasi pakan cassapro pada jenis ikan yang berbeda dan atau ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Brotoadji, Soewito. 2011. 21 Hari Pembibitan Lele, Gurami, Nila.

Araska. Yogyakarta.

Buckle, K.A dkk. 1987. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta

Damhuri, Sutisna. 2011. Laba Tebal Dari

Budi Daya Ikan Lele di Kolam Terpal. Era Book Publishing.

Deviana, Santi & Wagi Soedarso, 2011.

Jurus Sukses Besar Budidaya

Guramih dan Nila. Pustaka Araska

Media Utama. Yogyakarta.

Ghufran H. M. Kord. 2012. Budi Daya Ikan

Patin Secara Intensif. CV. Nuansa

Aulia. Bandung.

Harianto, bagus & RGB Gunawan. 2011.

Dongkrak Produksi Lele Dengan Probiotik Organik. PT. AgroMedia

Pustaka. Jakarta.

Sitepu. Indrawaty, 2012. Analisis Efisiensi

Penggunaan Pakan Konvensional Dan Penambahan pakan Cassapro Pada Budidaya Ikan Lele. Jurnal

penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Kopertis Wilayah I Medan

Sitepu. Indrawaty dan Parsaoran Sihombing, 2012. Pengaruh pemberian Cassapro pada ternak Lele. Laporan

Penelitian LP UMI Medan

Suhardjo dkk. 1986. Pangan, Gizi dan

Pertanian. UI Press. Jakarta.

Sutanto, Danuri. Budi Daya Nila. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1 Analisis kadar protein  No  Jenis  pakan  Dosis Air  (liter)  Kadar  protein (%) (2009)  Kadar  protein (%) tahun 2012  1  Control  ampas  3,63  2  Ampas  0,5  66,29  77,60  3  Ampas  1  5,50
Tabel 3. Hasil pengamatan pada kolam penggunaan pakan konvensional

Referensi

Dokumen terkait

Proses selanjutnya setelah lolos dari tes-tes dan telah dianggap memenuhi persyaratan, maka pekerja dan perusahaan melakukan penandatangana n yang telah disepakati

Mengenai hak korban berupa pemberian restitusi(ganti keru- gian) pada sistem peradilan pidana khusus- nya pada perkara tindakpidana perdagangan orang adalah suatu hal yang

Penelitian ini dilakukan dengan 5 variasi formula menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu factor (komposisi tepung ubi jalar kuning dan bekatul beras merah)

Namun demikian, tidak ada peristiwa yang dikenal dengan sebutan ‘pilar se- jarah’ dapat direkonstruksi secara tepat dari novel atau karya sastra lainnya.. Per- tanyaan

Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa ekstrak heksan daging biji srikaya mempunyai prospek yang cerah untuk digunakan sebagai insektisida botanis dalam menanggulangi myasis

Untuk itu ditahun 2013 ini rekan-rekan generasi muda mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon rekan-rekan generasi muda mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi

Untuk mengetahui berbagai jenis serangga tanah yang ditemukan pada lahan Tanaman Kopi yang Belum Menghasilkan TKBM dan Tanaman Kopi yang Menghasilkan TKM di kebun kopi PTPN XII

Avriazar Beng Kiuk Tahun 2012 Kemampuan Manajerial Kepala Puskesmas Membangun Team Work Yang Efektif Di Kabupaten Kotawaringin Barat Kepala Puskesmas belum dapat