• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. ANALISA PRODUK DAN ZONA KAWASAN WISATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. ANALISA PRODUK DAN ZONA KAWASAN WISATA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IV. ANALISA PRODUK DAN ZONA KAWASAN WISATA

4.1. Potensi Pengembangan Pariwisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling

Sub bab ini berisikan mengenai potensi pengembangan pariwisata di masing-masing kecamatan, yakni kecamatan Padalarang, Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Saguling. Potensi didefinisikan sebagai modal utama baik yang telah mengarah dikembangkan, telah diketahui maupun yang perlu untuk digali.

4.1.1. Kecamatan Padalarang

Dari hasil data primer melalui observasi lapangan maupun berdasarkan data sekunder, untuk potensi pengembangan pariwisata di Kecamatan Padalarang, ditemukan temuan sebagai berikut:

a. Bentang alam

Bentang alam berupa kawasan karst yang terdiri dari beberapa bukit-bukit dan tebing yang menadi salah satu sarana olahraga minat khusus, yakni wisata adventure panjat tebing. Kawasan Karst di kecamatan Padalarang juga berada di perbatasan dengan kecamatan Cipatat. Selain kawasan karst, di Kecamatan Padalarang juga memiliki potensi bentang alam berupa air terjun dan perbukitan yang masih asri dan belum ramai dikunjungi oelh wisatawan

b. Wisata Buatan

Pesona wisata buatan di Kecamatan Padalarang dapat ditemukan di kawasan Kota Baru Parahyangan. Hal ini dapat menjadi magnet yang kuat dan sudah lebih popular di kalangan pelajar maupun sebagai tempat study tour

c. Kerajinan UMKM Masyarakat

Di kecamatan Padalarang terdapat beberapa UMKM yang sudah berkembang, maupun kerajinan tangan masyarakat secara independen yang belum masuk ke pengorganisasian khusus

d. Legenda Masyarakat

Legenda masyarakat pada umumnya berlaku lebih general di Kabupaten Bandung barat, akan tetapi cerita, mitos dan legenda ini juga masih sangat kental di Kecamatan Padalarang.

e. SDM yang antusias terhadap pengembangan pariwisata

Sumber daya manusia menjadi titik tolak ukur penggerak suatu organisasi baik bersifat umum maupun dalam suatu industri pariwisata. Di kecamatan Padalarang, SDM baik bersumber dari masyarakat lokal, pemerintah daerah setempat maupun stakeholder lain seperti swasta, sangat antusias dan mendukung terhadap pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat di dalamnya.

4.1.2. Kecamatan Cipatat

Berdasarkan hasil data primer melalui observasi lapangan maupun berdasarkan data sekunder, untuk potensi pengembangan pariwisata di Kecamatan Padalarang, ditemukan temuan sebagai berikut:

a. Bentang alam

Di kecamatan Cipatat, serupa halnya dengan kecamatan Padalarang, bahwa kawasan karst menjadi modal yang potensial terhadap pengembangan pariwisata di Kecamatan tersebut. Bentang alam berupa kawasan karst yang terdiri dari beberapa bukit-bukit dan tebing yang menadi salah satu sarana olahraga minat khusus, yakni wisata

(2)

adventure panjat tebing, selain itu, khsusnya di Kecamatan Cipatat,

kawasan karst juga menajdi tempat sumber sejarah dan wisata budaya dengan adanya tinggalan arkeologis yang menjadi cirri khas daerah tersebut. Adanya Goa Pawon, beserta seperangkat temuan arkeologis purba maupun pra-sejarah di kawasan tersebut menajdi titik tolak pembangunan pariwisata edukasi dan budaya di Kecamatan Cipatat. Selain kawasan karst, di Kecamatan cipatat juga memiliki potensi bentang alam berupa air terjun, goa tempat aliran air dan perbukitan yang masih asri dan belum ramai dikunjungi oleh wisatawan

b. Tinggalan Arkeologis

Berkaitan dengan point sebelumnya, bahwa di Kecamatan Cipatat terdapat beberapa situs maupun warisan peninggalan jaman purba dan pra-sejarah, baik yang telah ditemukan maupun yang masih dalam rangka kajian.

c. Kerajinan UMKM masyarakat

Di kecamatan Cipatat terdapat beberapa UMKM yang sudah berkembang, maupun kerajinan tangan masyarakat secara independen yang belum masuk ke pengorganisasian khusus

d. Legenda Masyarakat

Legenda masyarakat pada umumnya berlaku lebih general di Kabupaten Bandung barat, akan tetapi cerita, mitos dan legenda ini juga masih sangat kental di Kecamatan Cipatat. Legenda tentang Sangkuriang beserta beberapa tempat yang dikeramatkan oleh penduduk setempat, menajdi kajian yang menarik dan memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan dalam industri pariwisata.

e. SDM yang antusias terhadap pengembangan pariwisata

Sumber daya manusia menjadi titik tolak ukur penggerak suatu organisasi baik bersifat umum maupun dalam suatu industri pariwisata. Di kecamatan Cipatat, SDM baik bersumber dari masyarakat lokal, pemerintah daerah setempat maupun stakeholder lain seperti swasta,

sangat antusias dan mendukung terhadap pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat di dalamnya.

f. Agrowisata

Potensi agrowisata yang ada di Kecamatan Cipatat, dipelopori dan digerakkan oleh masyarakat setempat yang peduli dengan cirri khas flora setempat yang hampir punah. Penggalakkan wisata agro di Kecamatan Cipatat sudah mulai bergerak dan dalam tahap proses. 4.1.3. Kecamatan Saguling

Berdasarkan hasil data primer melalui observasi lapangan maupun berdasarkan data sekunder, untuk potensi pengembangan pariwisata di Kecamatan Saguling, ditemukan temuan sebagai berikut:

a. Bentang alam

Di kecamatan Saguling terdapat potensi bentang alam berupa waduk saguling yang dapat dijadikan pengembangan jenis wisata air, air terjun, dan beberapa bukit yang masih sangat asri dan belum ramai dikunjungi oleh wisatawan

b. Kerajinan UMKM masyarakat

Di kecamatan Saguling terdapat beberapa UMKM yang sudah berkembang, maupun kerajinan tangan masyarakat secara independen yang belum masuk ke pengorganisasian khusus

c. Legenda Masyarakat

Legenda masyarakat pada umumnya berlaku lebih general di Kabupaten Bandung barat, akan tetapi cerita, mitos dan legenda ini juga masih sangat kental di Kecamatan Saguling. Legenda tentang Sangkuriang beserta beberapa tempat yang dikeramatkan oleh penduduk setempat, menajdi kajian yang menarik dan memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan dalam industri pariwisata.

(3)

e. SDM yang antusias terhadap pengembangan pariwisata

Sama halnya dengan kecamatan Padalarang dan kecamatan Cipatat, potensi Sumber daya manusia menjadi titik tolak ukur penggerak suatu organisasi baik bersifat umum maupun dalam suatu industri pariwisata. Di kecamatan Saguling, SDM baik bersumber dari masyarakat lokal, pemerintah daerah setempat maupun stakeholder lain seperti swasta, sangat antusias dan mendukung terhadap pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat di dalamnya.

4.2. Hambatan Pembangunan Pariwisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling

Sub bab ini berisikan mengenai hambatan pengembangan pariwisata di masing-masing kecamatan, yakni kecamatan Padalarang, Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Saguling. Hambatan didefinisikan sebagai kendala dan ancaman yang dapat menggangu pada proses pembangunan, baik yang telah mengarah diketahui maupun yang belum teridentifikasi dengan baik. 4.2.1. Kecamatan Padalarang

Berdasarkan hasil data primer melalui observasi lapangan maupun berdasarkan data sekunder, untuk hambatan pada pengembangan pariwisata di Kecamatan Padalarang, ditemukan temuan sebagai berikut: a. Adanya beberapa pengelola ODTW

Banyaknya pengelola Objek Daya Tarik Wisata di beberapa daya tarik wisata menjadi slaah satu hambatan yang cukup menjadi rahasia dapur bagi setiap kecamatan. Para pengelola ini ada yang berasal dari pemerintah dari Kabupaten Bandung barat, kecamatan, swasta, LSM dan dari masyarakat sekitar secara individu. Pengelolaan yang banyak ini, belum terintegrasi dengan baik, sehingga terdapat banyak managerial dan saling timpang tindih.

b. Aksesibilitas jalan utama menuju Kecamatan

Aksesibilitas jalan utama di beberapa Kabupaten di Bandung barat umumnya hanya satu pintu, itu artinya hanya melalui jalan poros utama yang dijadikan tempat lalu lintas kendaraan yang menghubungan antar beberapa Kabupaten di Jawa Barat, yang dalam hal ini terutama antara Kabupaten Bandung barat dengan Kabupaten Cianjur, antara kabupaten Bandung barat dengan Kota Cimahi dan antara Kabupaten Bandung barat dengan Kabupaten Purwakarta.

c. Aksesibilitas jalan menuju ODTW

Terkait aksesibilitas jalan menuju ODTW di Kecamatan Padalarang, akses jalannya sangat kecil, yaitu jalan setapak dan masih dengan menggunakan jalan tanah.

d. Portal Masyakarat

Portal masyarakat dapat ditemukan di beberapa ODTW di kecamatan Padalarang, hal ini terkait dengan pembagian jatah dan pengelolaan ODTW yang di klaim secara individual

e. Pembebasan tanah

Senada dengan poin sebelumnya, bahwa pembebasan tanah di ODTW yang ada di kecamatan Padalarang sangat berkaitan dengan pengelolaan lahan yang dijadikan kawasan destinasi wisata.

f. Fasilitas wisata

Minimnya sarana penunjang kebutuhan wisatawan yakni fasilitas wisata yang ada di Kecamatan Padalarang, sehingga beberapa ODTW belum terkelola dengan baik.

4.2.2. Kecamatan Cipatat

Berdasarkan hasil data primer melalui observasi lapangan maupun berdasarkan data sekunder, untuk hambatan pada pengembangan pariwisata di Kecamatan Cipatat, ditemukan temuan sebagai berikut:

(4)

Banyaknya pengelola Objek Daya Tarik Wisata di beberapa daya tarik wisata menjadi salah satu hambatan yang cukup menjadi rahasia dapur bagi setiap kecamatan. Para pengelola ini ada yang berasal dari pemerintah dari Kabupaten Bandung barat, kecamatan, swasta, LSM dan dari masyarakat sekitar secara individu. Pengelolaan yang banyak ini, belum terintegrasi dengan baik, sehingga terdapat banyak managerial dan saling timpang tindih.

b. Aksesibilitas jalan utama menuju Kecamatan

Aksesibilitas jalan utama di beberapa Kabupaten di Bandung barat umumnya hanya satu pintu, itu artinya hanya melalui jalan poros utama yang dijadikan tempat lalu lintas kendaraan yang menghubungan antar beberapa Kabupaten di Jawa Barat, yang dalam hal ini terutama antara Kabupaten Bandung barat dengan Kabupaten Cianjur, antara kabupaten Bandung barat dengan Kota Cimahi dan antara Kabupaten Bandung barat dengan Kabupaten Purwakarta.

c. Aksesibilitas jalan menuju ODTW

Terkait aksesibilitas jalan menuju ODTW di Kecamatan Cipatat, akses jalannya sangat kecil, yaitu jalan setapak dan masih dengan menggunakan jalan tanah.

d. Portal Masyakarat

Portal masyarakat dapat ditemukan di beberapa ODTW di kecamatan Cipatat, hal ini terkait dengan pembagian jatah dan pengelolaan ODTW yang di klaim secara individual

e. Pembebasan tanah

Senada dengan poin sebelumnya, bahwa pembebasan tanah di ODTW yang ada di kecamatan Cipatat sangat berkaitan dengan pengelolaan lahan yang dijadikan kawasan destinasi wisata, seperti misalnya studi kasus yang berada di stone Garden, bahwa tanah yang digunakan sebagai ODTW adalah tanah milik masyarakat.

f. Wilayah Korporasi

Khususnya di kecamatan Cipatat, beberapa lokasi ODTW ada di dalam wilayah Indonesia Power, sehingga akses masuk ke dalamnya sangat terbatas untuk umum. Bahkan untuk beberapa ODTW yang potensial, jalan masuk ke dalamnya harus melalui area IP (Indonesia Power), dan hal tersebut sangat tertutup untuk publik.

g. Fasilitas wisata

Minimnya sarana penunjang kebutuhan wisatawan yakni fasilitas wisata yang ada di Kecamatan Cipatat, sehingga beberapa ODTW belum terkelola dengan baik.

4.2.3. Kecamatan Saguling

Berdasarkan hasil data primer melalui observasi lapangan maupun berdasarkan data sekunder, untuk hambatan pada pengembangan pariwisata di Kecamatan Saguling, ditemukan temuan sebagai berikut: a. Adanya beberapa pengelola ODTW

Banyaknya pengelola Objek Daya Tarik Wisata di beberapa daya tarik wisata menjadi salah satu hambatan yang cukup menjadi rahasia dapur bagi setiap kecamatan. Para pengelola ini ada yang berasal dari pemerintah dari Kabupaten Bandung barat, kecamatan, swasta, LSM dan dari masyarakat sekitar secara individu. Pengelolaan yang banyak ini, belum terintegrasi dengan baik, sehingga terdapat banyak managerial dan saling timpang tindih.

b. Aksesibilitas jalan utama menuju Kecamatan

Aksesibilitas jalan utama di beberapa Kabupaten di Bandung barat umumnya hanya satu pintu, itu artinya hanya melalui jalan poros utama yang dijadikan tempat lalu lintas kendaraan yang menghubungan antar beberapa Kabupaten di Jawa Barat, yang dalam hal ini terutama antara Kabupaten Bandung barat dengan Kabupaten Cianjur, antara kabupaten Bandung barat dengan Kota Cimahi dan antara Kabupaten Bandung barat dengan Kabupaten Purwakarta.

(5)

c. Aksesibilitas jalan menuju ODTW

Terkait aksesibilitas jalan menuju ODTW di Kecamatan Saguling, beberapa ODTW di kecamatan ini akses jalannya sangat kecil, yaitu jalan setapak dan masih dengan menggunakan jalan tanah.

d. Fasilitas wisata

Minimnya sarana penunjang kebutuhan wisatawan yakni fasilitas wisata yang ada di Kecamatan Cipatat, sehingga beberapa ODTW belum terkelola dengan baik.

4.3. Analisis SWOT Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling

4.3.1. Faktor Eksternal dan Internal

Analisis SWOT bertujuan untuk menilai kondisi eksisting wilayah penelitian yakni kawasan wisata alam Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling, faktor-faktor IVariabel yang mendasarinya berupa kajian dari segi keseluruhan kondisi eksisting yang meliputi bahasan ekonomi, sosial-kemasyarakatan, politik dan lingkungan. Analisis SWOT merupakan analisis yang menjabarkan mengenai Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportnunity (kesempatan) dan Threats (ancaman), yang berkaitan dengan suatu bentuk kondisi eksisisting dari suatu fenomena. Dalam penelitian ini, analisis SWOT digunakan sebagai cara untuk mengetahui dan mengelompokkan beberapa kategori tadi yang berhubungan dengan wilayah penelitian, kondisi yang ada yang berkaitan dengan penelitian. Merujuk pada pada Rangkuti (2001), SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi kebijakan.Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).

Faktor-faktor eksternal, meliputi: 1) Peluang (Opportunities)

Berbagai hal yang membuka peluang bagi suatu komunitas atau masyarakat, yang ada saat ini seperti kebijakan baru, perubahan kondisi sosial budaya, dukungan masyarakat, hal-hal yang terkait dengan kebijaksanaan yang bersifat administratif, birokratik dan lain-lain. 2) Ancaman (Threats)

Berbagai hal yang dapat menjadi ancaman suatu komunitas atau masyarakat, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Sementara itu, identifikasi faktor-faktor internal, berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, yang antara lain adalah:

1) Kekuatan (Strenghts)

Berbagai indikator yang menggambarkan faktor kekuatan bagi masyarakat atau komunitas yang mendukung pada terlaksananya program.

2) Kelemahan (Weaknesess)

Berbagai faktor yang kurang mendukung atau yang menjadi kelemahan bagi suatu masyarakat atau komunitas, sehingga dapat menghambat pada terlaksananya program.

4.3.2. Analisis Faktor Eksternal dan Internal (EFAS-IFAS)

Pada tahapan model analisis SWOT ini ada beberapa tahapan yang untuk hingga ke tujuan akhir. Tahapan tersebut antara lain adalah:

1) Mengidentifikasikan beberapa persoalan melalui penelaahan kualitatif maupun kuantitatif dan membuatnya dalam bentuk poin per poin. 2) Mengkategorikan poin per poin dari persoalan tersebut dan membaginya masuk ke kategori faktor eksternal atau faktor internal.

3) Setelah teridentifikasi faktor-internal dan eksternalnya, kemudian membaginya ke dalam 4 bagian dalam bentuk diagram atau grafik, yakni setiap bagian menjadi arsiran Strenght, Weakness, Opportunities dan

Threats.

4) Menentukan bobot nilai EFAS & IFAS dalam bentuk tabel matriks EFAS dan IFAS, kemudian dicari bobot nilainya dengan total bobot final dalam

(6)

numerik dengan angka 4. Jika lebih dari 4, maka hasil matriks tersebut kurang valid atau dapat diulang kembali.

Pengkategorian berbagai faktor antara lain strength, weakness, opportunity dan threats tersebut dibuat dalam bentuk diagram atau grafik. Baik diagram maupun grafik keduanya berfungsi sama yaitu untuk mengkategorisasikan beberapa faktor tersebut ke dalam arsiran yang sama. Dalam analisis SWOT, juga berlaku model scoring yang bertujuan akhir untuk mengetahui bobot dari suatu faktor, yang impliaksinya adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh faktor x terhadap suatu keseluruhan permasalahan.

Scoring dilakukan dengan terlebih dahulu mengkategorikan beberapa faktor

tadi ke dalam satu tabel.Tabel pertama merupakan tabel EFAS (External

Faktor Analysis Strategy) yang memuat faktor peluang (opportunies) dan

ancaman (threats).Faktor-faktor tadi kemudian diberi skor (nilai) sesuai dengan tingkat keurgenitasannya atau tingkat kepentingannya. Skala nilai antara 0,00-1,00, dengan jumlah total keseluruhan penilaian dalam satu tabel dari 2 faktor opportunities dan threats tadi berjumlah 1,00. Total nilai akhir tidak boleh lebih dari 1,00, atau data perlu dikaji ulang sehingga menjadi valid. Setelah itu kemudian diberi rating dengan skala numeric antara 1-4 dengan melihat pada tingkat kepentingan atau skala kebutuhannya. Semakin tinggi angkanya maka semakin besar juga tingkat kepentingan/ kebutuhannya. Hal tersebut juga dilakukan pada tabel IFAS (Internal Faktor Analysis Strategy).

4.3.3. Pemetaan Posisi Kuadran

Pemetaan posisi kuadran bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisiting pariwisata di daerah yang dimaksud.Hal ini merujuk ada hasil dari analisis EFAS dan IFAS.Kudran ini terbagi ke empat bentuk, yakni kuadran I, II, III dan IV yang mana masing-masing kuadran memilik rumusan strategi yang berbeda-beda.Bentuk pemetaan kuadran ini dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar IV.1. Grafik Posisi Kuadran Analisis SWOT

Sumber :Yoeti dalam Rangkuti, 2001

Penjelasan untuk kuadran di atas, disebutkan dalam Rangkuti (2001), bahwa keempat kuadran tersebut memiliki makna yang berbeda, kuadran I merupakan rumusan kuadran untuk mencapai pertumbuhan. Kuadran II merupakan rumusan kuadran strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada dan mempertahankan pangsa pasar yang telah dicapai sebelumnya. Pada kuadran II, merupakan rumusan kuadran strategi pertahanan pada apa yang telah dicapai, dan terakhir kuadran IV merupakan rumusan kuadran untuk strategi penganekaragaman produk. 4.3.4. Matriks Analisis SWOT

Setelah proses scoring dilakukan dan mengetahui petaan posisi kuadran SWOT, maka selanjutnya adalah pembuatan matriks analisis SWOT. Matriks ini menggambarkan berbagai macam alternatif strategi yang dapat diterapkan berdasarkan pada hasil analisis SWOT (Rangkuti, 2001).Adapun model matriks analisis SWOT tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

(7)

STRENGHTS WEAKNESSESS

OPPORTUNITIES O-S O-W THREATS T-S T-W Sumber: Rangkuti, 2001

Hasil dari matriks tersebut di atas adalah perumusan strategi yang berkaitan dengan persoalan penelitian. Adapun penjelasan dari matriks strategi tersebut, antara lain adalah:

1. Strategi O-S (Maxi-maxi)

Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas peluang yang yang sudah teridentifikasi telah diidentifikasi sebelumnya Analisis ini diharapkan dapat membuahkan rencana jangka panjang.

2. Strategi T-W (Mini-mini)

Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah analisis untuk meminimalisir ancaman dan kelemahan.Analisis ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana perbaikan (short-term improvement plan).

3. Strategi O – W (Maxi-mini)

Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah analisis untuk melihat peluang yang teridentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan dikarenakan oleh kelemahan yang ada.Analisis ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi kelemahan suatu persoalan x untuk kemudian menjadi hal positif dengan menjadikannya sebagai peluang.

4. Strategi T-S (Min- maxi)

Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah analisis untuk melihat suatu ancaman yang kemungkinan terjadi sehingga tertangkal oleh kekuatan yang ada.Analisis ini diharapkan dapat menangkal ancaman yang mungkin terjadi pada suatu keadaan x dengan memanfaatkan kekuatan yang ada. 4.4. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Kawasan Destinasi Wisata Kecamatan

Padalarang, Cipatat dan Saguling 4.4.1. Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal dalam SWOT dikenal juga dengan sebutan Internal Faktor Analysis Strategy (IFAS).Faktor yang termasuk pada IFAS ini terdiri atas faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling.Faktor internal atau IFAS dalam analisis SWOT ini bertujuan untuk melihat seberapa besar nilai skor atau bobot dari kondisi internal yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling, serta mempengaruhi terhadap keeksistensian kawasan tersebut. Adapun tabel dari kondisi eksternal Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling tersebut adalah sebagai berikut:

Kekuatan (Strength)

a. Potensi Alam sebagai daya tarik utama. Daya tarik utama kawasan karst yang dijadikan sebagai magnet utama para wisatawan yang datang, kawasan karst ini juga sudah terkenal hingga ke wisatawan mancanegara. Kondisi alam yang masih alami. Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling dikelilingi banyak gunung yang dapat menjadi daya tarik wisata penunjang, yang mana gunung-gunung ini sebagian sudah dikenal oleh masyarakat luar Bandung Barat. Selain itu legenda Sangkuriang berikut dengan atribut penunjangnya yang sangat menark bagi wisatawan.

Tabel 4.1. Model Matriks Analisis SWOT

(8)

b. Terdapat banyak sekali tinggalan arkeologis dari kehidupan masa purba maupun masa pra-sejarah di kecamatan Cipatat dan Padalarang.

c. Kawasan pedesaan yang lekat dengan budaya Sunda dan dapat dijadikan salah satu potensi wisata budaya.

d. Dukungan pemerintah, stakeholder dan masyarakat setempat untuk pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat setempat.

Kelemahan (Weakness)

a. Akses jalan yang satu pintu dan berada di jalur perlintasan untuk di kawasan Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling. Selain itu akses menuju beberapa ODTW sangat jauh masuk ke pelosok dengan kondisi jalan beberapa belum terkondisikan dengan baik, seperti masih jalan setapak berupa tanah dan beberapa berada di area pertambangan.

b. Ada beberapa pengelola di setiap ODTW, hal tersebut menimbulkan kesimpangsiuran dan saling tumpang tindih, karena belum terintegrasi dengan baik.

c. Privatisasi lahan maupun ODTW, sehingga abnayak ditemukan palang di beberapa ODTW dan juga beberapa ODTW berada di area lahan milik korporasi yang sangat tertutup untuk umum.

d. Minimnya amenitas (fasilitas pariwisata), hal ini berkaitan dengan beberapa sarana penunjang kebutuhan wisatawan dalam menunjang aktivitas pariwisata di Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling. Fasilitas pariwisata tersebut meliputi: belum adanya pusat kerajinan tangan atau souvenir di kawasan Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling, yang merata di setiap kecamatan, penginapan bagi wisatawan hanya ada di satu daya tarik wisata, dan untuk skala kawasan, belum tersedianya sarana penginapan ataupun rumah warga yang khusus menyediakan penginapan untuk wisatawan yang memadai. Selain itu pentingnya akses jalan di dalam ODTW, rumah makan dan toilet umum.

e. Beberapa daya tarik wisata belum terkelola dengan baik.

4.4.2. Analisis Faktor Eksternal

Faktor eksternal atau EFAS dalam analisis SWOT ini bertujuan untuk melihat seberapa besar nilai skor atau bobot dari pengaruh kondisi eksisting yang datang atau kemungkinan datang dari luar sistem yang ada, yang berperan untuk mendukung atau mengancam terciptanya strategi kawasan di Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling. Adapun tabel dari kondisi eksternal Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling tersebut adalah sebagai berikut:

Peluang (Opportunities)

a. Berdekatan dengan tol Padalarang, Kota Bandung dan Kota Cimahi sehingga akses wisatawan masuk dapat menjadi mudah terutama jika sudah banyak dikenalnya ODTW oleh para wisatawan domestic maupun mancanegara

b. Rencana akan diaktifkannya kembali jalur kereta api

c. Masyarakat setempat yang mulai tergerak dan antusias dengan pengembangan

pariwisata di sekitarannya Ancaman (Threat)

a. Masyarakat perlu dibina untuk pengembangan community building sehingga dapat berdampak positif bagi sekitar.

b. Daya dukung kawasan atas kunjungan wisatawan yang masih kurang memadai, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kelebihan daya tampung atau kejenuhan wisata

c. Komunikasi dan sosialisasi antar setiap komunitas atau pengembang yang mengembangakan usaha wisata di kawasan Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling dan sekitarnya, dengan harapan agar tidak terjadi persaingan kurang sehat atau adanya konflik internal sesama masyarakat

(9)

STRENGTH (S) WEAKNESS (W)

a. Potensi Alam sebagai daya tarik utama b. Terdapat banyak sekali tinggalan arkeologis c. Daerah pedesaan dan potensi wisata

budaya sunda

d. Dukungan pemerintah, stakeholder dan masyarakat setempat untuk pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat setempat.

a. Akses jalan yang satu pintu dan berada di jalur perlintasan

b. Ada beberapa pengelola di setiap ODTW

c. Privatisasi lahan maupun ODTW d. Fasilitas pendukung pariwisata yang

masih terbatas

e. Beberapa daya tarik wisata belum terkelola dengan baik

OPPORTUNITY (O) THREAT (T)

a. Berdekatan dengan tol Padalarang, Kota Bandung dan Kota Cimahi

b. Rencana akan diaktifkannya kembali jalur kereta api

c. Masyarakat setempat yang mulai tergerak dan antusias dengan pengembangan pariwisata

a. Masyarakat perlu dibina untuk pengembangan community building b. Daya dukung kawasan atas kunjungan wisatawan yang masih kurang memadai

c. Rawannya konflik internal Sumber :Data Olahan , 2017.

4.4.3. Analisis EFAS-IFAS

Sebelum proses penentuan strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan dengan analisis SWOT ini, setelah mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal, maka langkah selanjutnya adalah menghitung skor yang diperoleh dari bobot yang kemudian dikalikan dengan rating. Proses ini dilakukan untuk mengetahui posisi kuadran strategi pengembangan yang akan dilakukan. Adapun untuk perhitungan bobot faktor dilakukan dengan tabulasi IFAS – EFAS, dengan perhitungan sebagai berikut

Kekuatan ( Strength)

a. Potensi Alam sebagai daya tarik utama

0,4 4 1,6

b. Terdapat banyak sekali tinggalan arkeologis

0,15 2 0,3

c. Daerah pedesaan dan potensi wisata budaya sunda

0,15 2 0,3 d. Dukungan pemerintah,

stakeholder dan masyarakat setempat untuk pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat setempat.

0,3 4 1,2

Total 1,0 12 3,4

Kelemahan (Weakness)

a. Akses jalan yang satu pintu dan berada di jalur perlintasan

0,2 3 0,6 Tabel 4.2. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Tabel 4.3. Analisis Faktor Strategi Internal (IFAS) NO Faktor Startegis Internal Bobot Rating Skor

(10)

b. Ada beberapa pengelola di setiap ODTW

0,2 3 0,6

c. Privatisasi lahan maupun ODTW 0,1 3 0,3 d. Fasilitas pendukung pariwisata

yang masih terbatas

0,2 3 0,6

e. Beberapa daya tarik wisata belum terkelola dengan baik

0,3 4 1,2

Total 1,0 15 3,3

Nilai Skor Kekuatan – Kelemahan = 3,4 – 3,3 = 0,1 Sumber : Data Olahan, 2017.

NO Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang (Opportunities)

a. Berdekatan dengan tol Padalarang, Kota Bandung dan Kota Cimahi

0,3 3 0,9

b. Rencana akan diaktifkannya kembali jalur kereta api

0,4 4 1,6

c. Masyarakat setempat yang mulai tergerak dan antusias dengan pengembangan pariwisata

0,3 3 0,9

Total 1,0 10 3,4

Ancaman (Threat)

a. Masyarakat perlu dibina untuk pengembangan community building

0,3 3 0,9

b. Daya dukung kawasan atas kunjungan wisatawan yang masih kurang memadai

0,4 4 1,6

c. Rawannya konflik internal 0,3 4 1,2

Total 1,0 11 3,7

Nilai Skor Peluang –Ancaman = 3,4 – 3,7 = -0,3 Sumber : Data Olahan, 2017.

Pada tabel pertama, yakni tabel IFAS, nilai skor kekuatan (strength) – kelemahan (weakness) senilai 1,33. Kemudian pada tabel kedua yakni tabel EFAS peluang (Opportunity) – Ancaman (Threat) bernilai negatif, yakni – 0,3. Kedua nilai ini merupakan penentu posisi kuadran yang akan menentukan strategi yang digunakan untuk strategi pengembangan kawasan Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling. Indikator penilaian dengan menggunakaan formulasi sumbu x dan sumbu y, yang mana x untuk hasil nilai IFAS, dan sumbu y untuk nilai EFAS.

(11)

Gambar 4. 6. Kuadran Pemetaan Analisis IFAS-EFAS

Sumber : Data Olahan, 2017

Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa strategi pengembangan Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling terletak di kuadran IV, yakni diversifikasi (Divercification).Berkaitan dengan hal tersebut, maka strategi yang digunakan adalah strategi kuadran IV, yakni strategi T-S (Threat-Strenght) atau strategi min-max.yang merupakan strategi penganekaragaman produk. Sementara posisi kuadran tepatnya terletak pada Concentric Strategy, (strategi terkonsentrasi), dengan demikian hal ini Strategi ini berupaya yang menggunakan kekuatan yang ada untuk mengatasi kemungkinan ancaman yang datang dari luar.

4.4.4. Analisis Strategi T-S (min-max)

Merujuk pada grafik IV.30 di atas, maka didapatan hasil bahwa strategi pengembangan kawasan Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling berada pada kuadran IIV, yakni terdapat pada kuadran

diIVersifikasi. Kemudian, untuk penerapan starategi analsisnya, sebagaimana yang terpaparkan pada tabel IV.10, bahwa strategi pengembangan yang dapat diterapkan merupakan strategi T-S (Threat-Strenght), yaitu suatu bentuk strategi analisis dalam melihat suatu ancaman yang kemungkinan terjadi, sehingga tertangkal oleh kekuatan yang ada. Analisis ini diharapkan dapat menangkal ancaman yang mungkin terjadi pada suatu keadaan x dengan memanfaatkan kekuatan yang ada.Kemudian pada bentuk fokus analisis strateginya, merujuk ada

consentric strategy (strategi terkonsentrasi), pemaparan strategi analisisnya

adalah sebagai berikut.

4.4.4.1. Penguatan Potensi Daya Tarik Wisata dan SDM Pariwisata

Pada fokus kajian strategi pengembangan kawasan destinasi wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling yang pertama, berdasarkan analisis T-S, yaitu fokus pada penguatan daya tarik wisata dan SDM pariwisata. Hal ini mengingat pada beberapa kekuatan dari Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling ini, pada beberapa beberapa potensi daya tarik wisatanya. Beberapa potensi daya tarik wisata seperti Goa Pawon, Karst, berbasis potensi daya tarik wisata utamanya yang merupakan potensi alam, yang menajdikan kawasan ini menjadi magnet yang mampu menarik perhatian wisatawan dan dari sisi

supply, kawasan ini dominan dikenal karena potensi wisata yang berbasis

alam. Sisi lain dari jenis wisata pendukung, kawasan ini memiliki potensi wisata buatan berupa wisata edukasi dan wisata budaya melihat dari iklim pedesaan yang masih kuat nuansa budaya Sundanya. Berdasarkan pada hal tersebut, maka kedua kekuatan ini dapat menjadi penangkal dari ancaman yang dimungkinkan terjadi dari segi eksternalnya. Adapun ancaman yang dimaksud berkaitan dengan kedua kekuatan ini yaitu: pertama, belum adanya pembinaan masyarakat secara khusus dalam pelatihan dan pengelolaan daya tarik wisata, sehingga dimungkinkan adanya daya tarik wisata yang terbengkalai atau tidak adanya pelayanan kepada wisatawan sesuai dengan standard dan wisatawan jadi malas

(12)

untuk berkunjung kembali/ tidak ada kesan baik wisatawan untuk kembali berkunjung ke kawasan tersebut. Ancaman kedua yang dikhawatirkan terjadi yakni jalan utama yakni lingkar Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling yang sempit dan daya dukung kawasan yang dikhawatirkan melebihi kapasiatas, sehingga timbullah kemacetan atau kebisingan dan sebagainya. Maka, untuk kedua persoalan diatas, startegi teknis yang dapat diterapkan berkaitan pada kekuatan dan ancaman yang ada, sebagai berikut:

a. Penyediaan zona untuk memisahkan mana area yang tepat untuk pembangunan pariwisata dan mana area yang dibuat khusus untuk konservasi. Zona merupakan suatu area peruntukan khusus yang memungkinkan pengembang ataupun berbagai pihak yang mengelola daya tarik wisata, untuk memuat suatu are khusus peruntukan pembangunan pariwisata dan area yang memang bukan untuk pembangunan ODTW (termasuk pemukiman penduduk), dan aea yang dibuat khusus untuk konservasi alam di sekitarnya.

b. Peningkatan SDM pariwisata yang baik melalui pelatihan dan peningkatan keterampilan sebagai salah satu mutu kualitas pelayanan kepada wisatawan. Mengingat pentingnya SDM dalam pengelolaan ODTW, dan minimnya pengetahuan sekaligus keterampilan yang dimiliki oleh penduduk lokal, maka peranan peningkatan SDM berkualitas ini sangatlah penting. Hal ini diharapkan dapat menunjang pada kebutuhan pasar, sehingga mutu dan kualitas pelayanan parwisata di setiap ODTW khususnya dan di kawasan wisata alam Gunung Parag khsuusnya dapat bersaing dengan daerah lain. 4.4.4.2. Kerjasama berbagai Pihak

Fokus kedua dari analisis T-S pada kajian strategi pengembangan kawasan di Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling adalah pada bentuk kerjasama berbagai pihak.Adapun yang dimaksud dengan

berbagai pihak disini adalah berbagai pihak yang ikut berkecimpung pada pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata di Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling.Fokus strategi analisis ini berdasarkan pada salah satu kekuatan Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling yakni pada sisi dukungan pemerintah, stakeholder dan masyarakat setempat untuk pengembangan kawasan dan pariwisata yang melibatkan masyarakat setempat.Sebagaimana diketahui, bahwa peranan berbagai pihak ini dalam bentuk dukungan dan kontribusi langsungnya secara aktif dalam pengembangan pariwisata di Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan Saguling sangatlah penting. Dukungan ini juga kemudian ditambah dengan peran masyarakat lokal yang berpartisipasi aktif akan aktivitas pariwisata di daerahnya. Adapun ancaman yang dimungkinkan pada pengembangan eowisata di kawsan ini terkait dari aspek tersebut adalah berkaitan dengan rawannya konflik internal di kawasan ini. Konflik internal yang dimaksud dapat berupa konflik perbedaan kepentingan, perbedaan cara pengelolaan daya tarik wisata, perbedaan program dalam pengembnagan kawasan yag menyebabkan satu sama lain saling berbenturan dan menjadi permasalahan yang serius, sehingga tidak terkondisikan dengan baik. Maka, untuk kedua persoalan diatas, startegi teknis yang dapat dterapkan berkaitan pada kekuatan dan ancaman yang ada, sebagai berikut:

a. Kerjasama yang baik antar berbagai pihak, baik secara eksternal amupun internal. Misalnya koordinasi yang baik dalam internal masyarakat setempat dengan sesama masyarakat.Sekaligus dari segi eksternalnya koordinasi yang baik antar masyarakat-pemerintah atau stakeholder. Penerapan strategi ini diharapkan dapat menjadi suatu cara terkait dengan peranan satu berbagai pihak yang saling berbeda kepentingan ini, agar tidak ada persaingan yang tidak sehat, bahkan diharapakan adanya suatu kerjasama yang baik dan saling mengangkat sisi psitif sama lain, sehingga pengeambangan kawasan di kkawsan wisata alam Kecamatan Padalarang,

(13)

Cipatat dan Saguling dan pertumbuhan parwisatanya dapat berkembang baik dan berkelanjutan.

b.Keselarasan program antar pihak dan adanya pemahaman yang sama terhadap tujuan akhir yang sama. Penyamaan program dari beberapa pihak yang saling berlainan emmang suatu yang yang sulit. Hal ini terkait dengan kondisi eksisiting sumber daya manusianya beserta dengan berbagai bentuk kepentingannya yang berbeda. Setiap pihak dalam kontribusinya memiliki program dan caranya masing-masing, namun baiknya perbedaan ini dapat teralokasikan dengan baik dengan cara musyawarah dan saling membantu sama lain baik berupa saran maupun dalam sumbangsih fisik.

4.5. Analisis SWOT Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif dan UMKM 4.5.1. Kecamatan Padalarang

Merujuk pada potensi produk industri kecil masyarakat dan UMKM masyarakat dari bab sebelumnya, berikut di bawah ini, merupakan

matriks diagram SWOT untuk pengembangan UMKM yang berada di Kecamatan Padalarang. Adapun data berikut telah disesuaikan dengan analisis potensi dan program pengembangan yang merujuk pada Kajian Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis One Village One Product (OVOP), Kabupaten Bandung Barat tahun 2014.

Sumber : Diagram Matriks Analisis SWOT

PELUANG (O) ANCAMAN (T)

Infrastruktur dukungan pemebinaan dari pemerintah, dukungan pemasaran/pameran dari pemerintah, dukungan pembinaan dari lembaga layanan bisnis, dukungan pemasaran/pameran dari lembaga layanan bisnis, fisik provinsi, infrastruktur energi provinsi, infrastruktur teknologi informasi provinsi, dan kebijakan internasional.

Dukungan fasilitasi kemitraan dari pemerintah, dukungan fasilitasi kemitraan dari lembaga layanan bisnis, dukungan pembinaan dari perguruan tinggi, dukungan pemasaran/pameran dari perguruan tinggi, dukungan fasilitasi kemitraan dari perguruan tinggi, inflasi kabupaten, infrastruktur fisik kabupaten, stabilitas nilai tukar, kondisi ekspor, dan kondisi impor.

KEKUATAN (S) STRATEGI S-O STRATEGI S-T

Trend produksi, kontinuitas produksi, produk unggulan daerah (kecamatan/desa), keunikan produk, ciri khas budaya dan keaslian lokal, kualitas produk, keterlibatan tenaga kerja, ketersediaan

 Pengembangan aspek manajemen usaha

 Pengembangan aspek produksi meliputi opitmalisasi tenaga kerja, bahan baku, permodalan, teknologi, dan energi.

 Pengembangan kemitraan lembaga layanan bisnis dan perguruan tinggi

 Peningkatan dukungan pemerintah daerah, lembaga layanan bisnis, dan perguruan tinggi

(14)

Kajian Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis One Village One Product (OVOP), Kabupaten Bandung Barat tahun 2014 4.5.2. Kecamatan Cipatat

Merujuk pada potensi produk industri kecil masyarakat dan UMKM masyarakat dari bab sebelumnya, berikut di bawah ini, merupakan matriks diagram SWOT untuk pengembangan UMKM yang berada di Kecamatan

Cipatat. Adapun data berikut telah disesuaikan dengan analisis potensi dan program pengembangan yang merujuk pada Kajian Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis One Village One Product (OVOP), Kabupaten Bandung Barat tahun 2014.

PELUANG (O) ANCAMAN (T)

Dukungan pembinaan dari pemerintah, Dukungan pemasaran/pameran dari pemerintah, Dukungan pembinaan dari lembaga layanan bisnis, Infrastruktur Fisik Provinsi, Infrastruktur Energi Provinsi, dan Infrastruktur Teknologi Informasi Provinsi.

Dukungan fasilitasi kemitraan dari pemerintah, Dukungan pemasaran/pameran dari lembaga layanan bisnis, Dukungan fasilitasi kemitraan dari lembaga layanan bisnis, Dukungan pembinaan dari perguruan tinggi, Dukungan pemasaran/pameran dari perguruan tinggi, Dukungan Fasilitasi bahan baku, sumber bahan baku, ketersediaan

energi, potensi pasar lokal, potensi pasar nasional, jumlah permintaan, pameran lokal, perbankan, transportasi, energi, dan teknologi informasi

 Perluasan pemasaran  Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pengembangan produk

 Pengendalian inflasi

KELEMAHAN (W) STRATEGI W-O STRATEGI W-T

Keberfungsian asosiasi usaha, peranan asosiasi usaha, akses terhadap lembaga keuangan, perencanaan usaha, dan pembukuan/pencatatan usaha

 Peningkatan peranan dan fungsi asosiasi

 Peningkatan teknologi produksi

 Pengembangan kemitraan dengan lembaga keuangan

 Pengembangan pemasaran

 Peningkatan pasokan energi

 Peningkatan manajemen usaha

 Peningkatan peranan dan fungsi asosiasi

 Pengembangan aspek manajemen usaha

 Fasilitasi kemitraan lembaga layanan bisnis dan perguruan tinggi

 Peningkatan dukungan pemerintah daerah, lembaga layanan bisnis, dan perguruan tinggi

 Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pengembangan produk

 Pengendalian inflasi

(15)

Kemitraan dari perguruan tinggi, Inflasi Kabupaten, Infrastruktur Fisik Kabupaten, Stabilitas Nilai Tukar, Kondisi Ekspor, dan Kondisi Impor

KEKUATAN (S) STRATEGI S-O STRATEGI S-T

Trend Produksi, Kontinuitas Produksi, Produk unggulan daerah (Kecamatan/Desa), Keunikan Produk, Ciri khas budaya dan keaslian lokal, Kualitas Produk, Kemasan Produk, Keterlibatan tenaga kerja, Ketersediaan tenaga kerja, Ketersediaan bahan baku, Ketersediaan energi, Pasar Lokal, Pasar Nasional, Pasar Internasional, Pameran Lokal, Pameran Nasional,Penggunaan Media promosi, dan Transportasi

 Pengembangan aspek manajemen usaha

 Pengembangan aspek produksi meliputi opitmalisasi tenaga kerja, bahan baku, permodalan, teknologi, dan energi.

 Perluasan pemasaran

 Pengembangan kemitraan lembaga layanan bisnis dan perguruan tinggi

 Peningkatan dukungan pemerintah daerah, lembaga layanan bisnis, dan perguruan tinggi

 Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pengembangan produk

 Pengendalian inflasi

KELEMAHAN (W) STRATEGI W-O STRATEGI W-T

Keberfungsian asosiasi usaha, Peranan asosiasi usaha, Harga bahan baku, Tingkatan teknologi, dan Perkembangan teknologi

 Peningkatan peranan dan fungsi asosiasi

 Stabilitas harga bahan baku

 Pengembangan pemasaran

 Peningkatan manajemen usaha

 Peningkatan peranan dan fungsi asosiasi

 Pengembangan aspek manajemen usaha

 Stabilitas harga bahan baku

 Fasilitasi kemitraan lembaga layanan bisnis dan perguruan tinggi

 Peningkatan dukungan pemerintah daerah, lembaga layanan bisnis, dan perguruan tinggi

 Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pengembangan produk

 Pengendalian inflasi Sumber : Diagram Matriks Analisis SWOT

Kajian Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis One Village One Product (OVOP), Kabupaten Bandung Barat tahun 2014

4.5.3. Kecamatan Saguling

Merujuk pada potensi produk industri kecil masyarakat dan UMKM masyarakat dari bab sebelumnya, berikut di bawah ini, merupakan matriks diagram SWOT untuk pengembangan UMKM yang berada di Kecamatan Saguling. Adapun data berikut telah disesuaikan dengan analisis potensi dan program pengembangan yang merujuk pada Kajian Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis One Village One Product (OVOP), Kabupaten Bandung Barat tahun 2014.

(16)

PELUANG (O) ANCAMAN (T) Infrastruktur fisik provinsi, infrastruktur energi provinsi,

infrastruktur teknologi informasi provinsi, dan kebijakan internasional

Dukungan pembinaan dari pemerintah, dukungan pemasaran/pameran dari pemerintah, dukungan fasilitasi kemitraan dari pemerintah, dukungan pemasaran/pameran dari lembaga layanan bisnis, dukungan fasilitasi kemitraan dari lembaga layanan bisnis, dukungan pembinaan dari perguruan tinggi, dukungan pemasaran/pameran dari perguruan tinggi, dukungan pemasaran/pameran dari perguruan tinggi, dukungan fasilitasi kemitraan dari perguruan tinggi, inflasi kabupaten, infrastruktur fisik kabupaten, stabilitas nilai tukar, kondisi ekspor, dan kondisi impor

KEKUATAN (S) STRATEGI S-O STRATEGI S-T

Kontinuitas produksi, produk unggulan daerah (kecamatan/desa), ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, sumber bahan baku, ketersediaan energi, perencanaan usaha, pembukuan/pencatatan usaha, potensi pasar lokal, potensi pasar nasional, perbankan, transportasi, energi, dan teknologi informasi

 Pengembangan aspek manajemen usaha

 Pengembangan aspek produksi meliputi opitmalisasi tenaga kerja, bahan baku, permodalan, teknologi, dan energi

 Perluasan pemasaran

 Pengembangan kemitraan lembaga layanan bisnis dan perguruan tinggi

 Peningkatan dukungan pemerintah daerah, lembaga layanan bisnis, dan perguruan tinggi

 Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pengembangan produk

 Pengendalian inflasi

KELEMAHAN (W) STRATEGI W-O STRATEGI W-T

Keberfungsian asosiasi usaha, peranan asosiasi usaha, dan penggunaan media promosi

 Peningkatan peranan dan fungsi asosiasi

 Pengembangan pemasaran

 Peningkatan peranan dan fungsi asosiasi

 Fasilitasi kemitraan lembaga layanan bisnis dan perguruan tinggi

 Peningkatan dukungan pemerintah daerah, lembaga layanan bisnis, dan perguruan tinggi

 Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pengembangan produk

 Pengendalian inflasi

Sumber : Diagram Matriks Analisis SWOT

Kajian Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis One Village One Product (OVOP), Kabupaten Bandung Barat tahun 2014 Tabel 4.7. Diagram SWOT Matriks Potensi Produk Industri Kecil Masyarakat dan UMKM Kecamatan Saguling

Gambar

Gambar IV.1.    Grafik Posisi Kuadran Analisis SWOT
Tabel 4.2. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Gambar 4. 6.   Kuadran Pemetaan Analisis IFAS-EFAS
Tabel 4.5. Diagram SWOT Matriks Potensi Produk Industri Kecil Masyarakat dan UMKM Kecamatan Padalarang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Loan to Deposit Ratio menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah

Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning ) adalah suatu kegiatan pengenbangan implementasi kurikulum di kelas yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada

Dalam hubungan ini, Kepala BPPT-PMD Kota Bitung, menegaskan bahwa pendelegasian kewenangan kepada bawahan telah dilakukan dan hal itu sesuai dengan SOP Badan

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah : “Adakah Pengaruh Tindakan Restrain Fisik Dengan Manset Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Pada

Salah satu hal yang membuat Amerika Serikat lebih berhati hati dan penuh pertimbangan dalam menentukan kebijakan politik luar negerinya terhadap pengembangan nuklir Korea Utara

Bearing terbuat dari baja karbon rendah, sehingga salah satu proses pengerasan yang cocok adalah dengan cara plasma nitriding.. Dalam penelitian ini permukaan

Implikasi dari uji hipotesis tersebut adalah secara simultan jumlah uang bereedar (M1) dan kredit investasi (KI) secara bersama-sama berpengaruh signifikan

Nilai guna langsung dan tidak langsung didapatkan dari perkalian antara jumlah limbah yang dihasilkan dengan harga limbah dan dikurangkan dengan total biaya