• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI AGUSTUS TAHUN 2017 INFLASI 0,31 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI AGUSTUS TAHUN 2017 INFLASI 0,31 PERSEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik No. 11/10/3571/Th.XVIII, 2 Oktober 2017

No. 11/10/3571/Th.XVIII, 2 Oktober 2017

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

/I

NFLASI

K

OTA

K

EDIRI

A

GUSTUS

T

AHUN

2017

I

NFLASI

0,31

P

ERSEN

 Pada bulan September 2017 Kota Kediri mengalami inflasi sebesar 0,31 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 126,09 dibanding dengan IHK Agustus 2017 sebesar 125,70. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, 7 diantaranya mengalami inflasi degan inflasi tertinggi di Kota Kediri. Banyuwangi mengalami deflasi sebesar 0,02 persen.

 Inflasi di Kota Kediri pada bulan September 2017 dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan dari kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan antara lain kelompok Sandang sebesar 0,31 persen; kelompok Kesehatan sebesar 0,04 persen; dan kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 7,19 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan antara lain kelompok Bahan Makanan sebesar 0,88 pesen; kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,0 persen; kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,02 persen; serta kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,20 persen.

 Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada bulan September 2017 adalah Akademi/Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah Atas, Garam, Beras, Sekolah Dasar, Emas Perhiasan, Apel, Air Kemasan, Kendaraan Carter/Rental, dan Bandegn/Bolu.

 Komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada bulan September 2017 adalah Bawang Putih, Bawang Merah, Tarip Kendaraan Travel, Gula Pasir, Daging Ayam Ras, Cabai Rawit, Semangka, Melon, Kompor, Cabai Merah.

 Inflasi Kota Kediri pada bulan September 2017 sebesar 0,31 persen dan inflasi tahun kalender sebesar 2,88 persen sedangkan inflasi periode “year on year” (September 2017 terhadap September 2016) mencapai 3,71 persen.

(2)

Berita Resmi Statistik No. 11/10/3571/Th.XVIII, 2 Oktober 2017

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Mulai Januari 2014, pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan yang mendasar dalam penghitungan IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram timbang. Perubahan tersebut didasarkan pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK. Hasil SBH 2012 sekaligus mencerminkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan dengan hasil SBH sebelumnya.

Berdasarkan hasil pemantauan dan pencatatan BPS Kota Kediri pada pasar tradisional dan pasar modern dengan menggunakan penghitungan tahun dasar, tahun 2012 (2012=100), terjadi inflasi 0,31 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 125,70 pada bulan Agustus 2017 menjadi 126,09 pada bulan September 2017. Laju inflasi tahun kalender pada bulan September 2017 sebesar 2,88 persen, sedangkan inflasi ”year on year” (September 2017 terhadap September 2016 ) adalah 3,71 persen.

Inflasi di Kota Kediri pada bulan September 2017 dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan dari kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan antara lain kelompok Sandang sebesar 0,31 persen; kelompok Kesehatan sebesar 0,04 persen; dan kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 7,19 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan antara lain kelompok Bahan Makanan sebesar 0,88 pesen; kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,0 persen; kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,02 persen; serta kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,20 persen.

Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada bulan September 2017 adalah Akademi/Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah Atas, Garam, Beras, Sekolah Dasar, Emas Perhiasan, Apel, Air Kemasan, Kendaraan Carter/Rental, dan Bandegn/Bolu.

Komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada bulan September 2017 adalah Bawang Putih, Bawang Merah, Tarip Kendaraan Travel, Gula Pasir, Daging Ayam Ras, Cabai Rawit, Semangka, Melon, Kompor, Cabai Merah.

(3)

Berita Resmi Statistik No. 11/10/3571/Th.XVIII, 2 Oktober 2017

Tabel 1 IHK dan Tingkat Inflasi Kota Kediri September 2017, Tahun Kalender 2017, dan Tahun ke

Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012 = 100)

(4)

Berita Resmi Statistik No. 11/10/3571/Th.XVIII, 2 Oktober 2017

Gambar 2 Inflasi Bulanan Kota Kediri 2012-2017

(5)

Berita Resmi Statistik No. 11/10/3571/Th.XVIII, 2 Oktober 2017

URAIAN MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

1. Bahan Makanan

Kelompok Bahan Makanan pada bulan September 2017 mengalami deflasi sebesar 0,88 persen atau terjadi penurunan indeks dari 119,88 pada bulan Agustus 2017 menjadi 118,83 pada bulan September 2017.

Dari sebelas sub kelompok yang ada, empat diantaranya mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi pada sub kelompok Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya sebesar 0,68 persen. Tujuh sub kelompok lainnya mengalami penurunan dengan penurunan terbesar pada sub kelompok Bumbu-bumbuan sebesar 6,39 persen.

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau pada bulan September 2017 mengalami deflasi sebesar 0,09 persen atau terjadi penurunan indeks dari 131,92 pada bulan Agustus 2017 menjadi 131,80 pada bulan September 2017.

Tiga sub kelompok pada kelompok ini, sub kelompok Minuman yang Tidak Beralkohol mengalami penurunan sebesar 0,68 persen. Dua sub kelompopk lainnya mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi pada sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol yaitu sebesar 0,16 persen.

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar pada bulan September 2017 mengalami penurunan sebesar 0,02 persen atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 130,74 pada Agustus 2017 menjadi 130,72 pada September 2017.

Dari empat sub kelompok pada kelompok ini, tiga diantaranya mengalami inflasi dengan kenaikan tertinggi pada sub kelompok Penyelenggaraan Rumah Tangga yaitu sebesar 0,06 persen, sedangkan sub kelompok Perlengkapan Rumah Tangga mengalami penurunan sebesar 0,54 persen.

4. S a n d a n g

Kelompok Sandang pada bulan September 2017 mengalami inflasi sebesar 0,31 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 112,99 pada bulan Agustus 2017 menjadi 113,34 pada bulan September 2017. Dari empat sub kelompok yang ada, dua diantaranya cenderung stabil, sedangkan sub kelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain naik sebesar 1,27 persen.

(6)

Berita Resmi Statistik No. 11/10/3571/Th.XVIII, 2 Oktober 2017 5. K e s e h a t a n

Kelompok Kesehatan pada bulan September 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen, dengan indeks harga konsumen sebesar 123,23 pada bulan Agustus 2017 turun menjadi 123,28 pada September 2017. Dari empat sub kelompok pada kelompok ini, dua sub kelompok cenderung stabil, sedangkan dua sub kelompok lainnya mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi pada sub kelompok Perawatan Jasmani dan Kosmetika sebesar 0,07 persen.

6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga pada bulan September 2017 mengalami kenaikan sebesar 7,19 persen dengan indeks harga konsumen sebesar 120,21 pada Agustus 2017 naik menjadi 128,85 pada September 2017.

Dari lima sub kelompok pada kelompok ini, dua sub kelompok mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi pada sub kelompok Pendidikan yaitu sebesar 13,51 persen. Sub kelompok Perlengkapan/Peralatan Pendidikan mengalami penurunan sebesar 0,11 persen, sementara dua sub kelompok lainnya cenderung stabil.

7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan mengalami penurunan sebesar 0,20 persen dengan indeks harga konsumen 126,83 pada Agustus 2017 turun menjadi 126,58 pada September 2017. Dari empat sub kelompok yang ada, dua diantaranya cenderung mengalami penurunan dengan penurunan terbesar pada sub kelompok Transpor yaitu sebesar 0,27 persen. Sub kelompok Sarana dan Penunjang transpor mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen, sedangkan sub kelompok Jasa Keuangan cenderung stabil.

(7)

Berita Resmi Statistik No. 11/10/3571/Th.XVIII, 2 Oktober 2017

PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN

Selama kurun waktu tahun 2012-2017, empat periode mengalami inflasi dengan kenaikan tertinggi pada periode September 2012 sebesar 0,34 persen. Dua periode lainnya terjadi deflasi dengan deflasi terbesar pada September 2013 sebesar 0,28 persen.

Pada kurun waktu yang sama, inflasi periode year on year tertinggi sebesar 7,79 persen terjadi pada September 2013. Sementara inflasi year on year terendah terjadi pada periode September 2016 sebesar 1,35 persen.

Tabel 3 Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, year on year Kota Kediri Tahun 2012-2017

(8)

Berita Resmi Statistik No. 11/10/3571/Th.XVIII, 2 Oktober 2017

PERBANDINGAN INFLASI 8 KOTA DI JAWA TIMUR

Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, pada September 2017 ini 7 diantaranya mengalami inflasi dengan kenaikan tertinggi di Kota Kediri sebesar 0,31 persen. Banyuwangi satu-satunya mengalami deflasi yaitu sebesar 0,02 persen.

Inflasi yoy pada bulan September 2017 tertinggi terjadi di Madiun sebesar 4,97 persen, sedangkan inflasi yoy terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 2,68 persen. Untuk inflasi tahun kalender sampai dengan bulan Agustus 2017 tertinggi di Madiun sebesar 3,92 persen, sedangkan inflasi tahun kalender terendah di Banyuwangi sebesar 2,14 persen.

Tabel 4 Inflasi Bulanan, Tahun Kalender dan year on year 8 Kota di Jawa Timur (persen)

Kota September 2017 Tahun Kalender year on year

[1] [2] [3] [4] KEDIRI 0,31 2,88 3,71 SURABAYA 0,26 3,24 3,98 MADIUN 0,12 4,04 4,97 PROBOLINGGO 0,11 2,37 3,02 JEMBER 0,06 2,67 3,67 MALANG 0,05 2,94 3,80 SUMENEP 0,03 2,34 3,37 BANYUWANGI -0,02 2,12 2,68 Jawa Timur 0,19 3,06 3,84 Nasional 0,13 2,66 3,72 Kediri, 2 Oktober 2017 Kepala BPS Kota Kediri

ELLYN T. BRAHMANA,SE.,M.Si

Gambar

Tabel  1  IHK dan Tingkat Inflasi Kota Kediri  September 2017, Tahun Kalender 2017, dan Tahun ke  Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012 = 100)
Gambar 3  Inflasi Kota Kediri Bulan September 2017 Menurut Kelompok Pengeluaran
Gambar 3  Perbandingan Inflasi Tahun 2012-2017 Kota Kediri
Tabel 4  Inflasi Bulanan, Tahun Kalender dan year on year 8 Kota di Jawa Timur (persen)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil tes siswa maka dapat disimpulkan bahwa, (1) Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang tidak

Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti keadaan jiwa yang mengajak seseorang melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memikirkan

Pengembangan kurikulum diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sebagai guru kelas Sekolah Dasar yang berkemampuan mengajar dari kelas 1-6 SD, yang mempunyai

Jadi tegasnya yang dimaksud dengan judul pada skripsi ini adalah usaha-usaha atau tindakan untuk memecahkan persoalan yang dilakukan guru pendidikan agama Islam terhadap perilaku

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu

Untuk selanjutnya dari hasil pengamatan pada siklus I maka didapat hasil sebagai berikut: pada kondisi awal siswa kelas VIII B di SMP NU Tegal Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016

x Produk model TASC untuk meningkatkan kemampuan mencipta peserta didik dalam fisika yang dihasilkan telah memenuhi kategori valid, terbaca, dan praktis namun belum

Larik pertama ungkapan seloko di atas yaitu perampokan yang dilakukan didaerah pemukiman penduduk. Jenis kehatan ini dianggap melanggar hukum dan akan dikenakan sanksi