• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Sistem Mekanikal Dan Elektrikal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perencanaan Sistem Mekanikal Dan Elektrikal"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 Daftar Isi

1 PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL ... 4

1.1 SISTEM ELEKTRIKAL ... 4

1.2 BUILDING AUTOMATION SYSTEM. ... 5

1.3 FIRE STOP SYSTEM. ... 5

1.4 SISTEM MEKANIKAL . ... 5

2 SISTEM INSTALASI LISTRIK. ... 5

2.1 LINGKUP PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK. ... 6

2.2 SISTEM PENERANGAN. ... 7

2.2.1 Standard Penerangan ... 7

2.2.2 Penerangan Darurat ... 8

2.3 JENIS BEBAN LISTRIK. ... 9

2.4 KEBUTUHAN DAYA LISTRIK. ... 9

2.5 SISTEM DISTRIBUSI & SUPPLY DAYA LISTRIK. ... 10

2.5.1 Sistem Distribusi Daya Listrik. ... 10

2.5.2 Sistem Supply Daya Listrik. ... 10

2.6 DATA TEKNIS KABEL. ... 12

2.7 PENGUKURAN PEMAKAIAN DAYA LISTRIK / KWH METER. ... 12

2.8 SISTEM PROTEKSI. ... 13

2.8.1 Panel listrik dan Peralatannya ... 14

2.8.2 Data-data teknis ... 14

2.9 SISTEM PENGAMAN TERHADAP MANUSIA. ... 15

2.9.1 Sistem Pentanahan. ... 15

2.9.2 Data-data teknis. ... 16

2.10 PERBAIKAN FACTOR DAYA LISTRIK (COS Ø) ... 16

3 SISTEM PENANGKAL PETIR. ... 17

4 FIRE STOP SYSTEM. ... 17

5 BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) ... 18

5.1 UMUM. ... 18

5.2 FUNGSI DAN PENGOPERASION BUILDING AUTOMATION SYSTEM. ... 18

6 SISTEM TATA SUARA. ... 19

6.1 UMUM. ... 19

6.2 DASAR PERENCANAAN. ... 20

6.2.1 PERENCANAAN SISTEM. ... 20

6.2.2 PERALATAN SISTEM TATA SUARA. ... 20

6.3 PUBLIC ADDRESS SYSTEM (EVAKUASI) ... 21

6.4 CAR CALL SYSTEM. ... 22

7 SISTEM KOMUNIKASI. ... 22

7.1 KONSEP PERENCANAAN. ... 22

7.2 SISTEM SENTRAL TELEPHONE. ... 23

7.3 PENENTUAN KEBUTUHAN PESAWAT TELEPON. ... 23

7.4 PEMILIHAN PERALATAN. ... 23

7.5 INSTALASI KABEL TELEPON. ... 24

(2)

Page 2 Daftar Isi

7.5 INSTALASI KABEL TELEPON. ... 24

8 SISTEM FIRE ALARM & FIRE FIGHTING TELEPHONE. ... 25

8.1 KONSEP PERENCANAAN. ... 25

8.2 PEMILIHAN SISTEM. ... 25

8.3 PERALATAN SISTEM FIRE ALARM. ... 27

8.3.1 Main Control Fire Alarm. ... 27

8.3.2 Fire Detector. ... 28

8.3.3 Manual Call Point. ... 30

8.3.4 Alarm Panel. ... 30

8.3.5 Signal Lamp (Indicator Lamp) ... 30

8.3.6 Fire Fighting Telephone... 30

8.4 CARA KERJA SISTEM FIRE ALARM. ... 31

8.5 ZONING SISTEM FIRE ALARM. ... 33

8.6 LOKASI MANUAL CALL POINT, BELL, SIGNAL LAMP DAN JACK TELEPHONE FIRE. 33 9 CCTV SYSTEM ... 33

9.1 UMUM. ... 33

9.2 FUNGSI CCTV. ... 34

9.3 PENEMPATAN PERALATAN MONITOR & CAMERA. ... 34

10 MASTER ANTENE T.V SYSTEM. ... 34

10.1 UMUM. ... 34

10.2 CARA KERJA MASTER TV SYSTEM. ... 35

11 ACCESS CONTROL ... 35

11.1 CARA KERJA ACCESS CONTROL. ... 36

12 SISTEM TATA UDARA (AC) DAN MEKANIKAL VENTILASI ... 36

12.1 DASAR PERENCANAAN ... 37

12.2 PEMILIHAN SISTEM. ... 37 12.3 URAIAN SINGKAT SISTEM ... Error! Bookmark not defined. 12.4 MATERIAL DAN PERALATAN. ... Error! Bookmark not defined.

(3)

Page 3 Daftar Isi

12.5 SISTEM VENTILASI MEKANIK. ... 38

12.5.1 Sistem Mekanikal Ventilasi pada Bangunan Apartemen. ... 38

12.5.2 Mekanikal Ventilasi pada Bangunan Apartemen. ... 39

12.6 PRESSURISASI TANGGA KEBAKARAN. ... 40

12.7 ESTIMASI BEBAN TATA UDARA. ... Error! Bookmark not defined. 13 SISTEM TRANSPORT DALAM GEDUNG. ... 40

13.1 DASAR PERENCANAAN. ... 41

13.2 URAIAN SISTEM. ... 41

13.2.1 Operation by Emergency Power. ... 41

13.2.2 Kontrol Lift. ... 41

13.2.3 Automatic Rescue Device (ARD). ... 42

13.2.4 Sistem Pengaman Jika Terjadi Kebakaran. ... 42

13.3 SISTEM GONDOLA. ... 42

13.3.1 Type Gondola. ... 42

13.3.2 Gondola dan Perlengkapannya. ... 42

13.3.3 Persyaratan Teknis. ... 43

13.3.4 Cara Pengoperasian Gondola. ... 45

14 SISTEM PLAMBING / PEMIPAAN. ... 45

14.1 DASAR PERENCANAAN. ... 45

14.1.1 Kriteria Perencanaan. ... 45

14.1.2 Ketentuan dan Stadarisasi. ... 47

14.1.3 Sumber Air Bersih. ... 47

14.1.4 Air Limbah. ... 48

14.1.5 Instalasi Air Hujan. ... 49

15 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN ... 49

15.1 REFERENSI KETENTUAN & STANDARISASI. ... 49

15.2 LINGKUP PEKERJAAN. ... 50

15.3 KRITERIA PERENCANAAN... 50

15.4 SISTEM POMPA KEBAKARAN. ... 51

15.5 CARA KERJA POMPA PEMADAM KEBAKARAN. ... 52

(4)

Page 4

1 PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

Perencanaan system Mekanikal dan Elektrikal terdiri dari:

1.1 SISTEM ELEKTRIKAL a. Sistem Elektrikal

- Sistem distribusi tegangan menengah 20 KV

- Sistem distribusi daya listrik tegangan rendah (380 / 220 Volt) - Power transformator (20 KV / 380 V)

- Sistem diesel generator set / power stand by (380 / 220 Volt) - Instalasi penerangan dan stop kontak

- Emergency lighting (battery system) - Sistem pentanahan / pembumian - Sistem penangkal petir

- Sistem power factor (Cos Ø)

b. Sistem Tata Suara

- Public address system (evakuasi) - Car calling system

c. Sistem Telekomunikasi

- Sistem PABX (Intern komunikasi) - Sistem direct line (Extern komunikasi)

d. Sistem Instalasi Komunikasi Data

e. Sistem Fire Alarm & Fire Fighting System f. Master Antenna TV System

g. Security System

- Closed Circuit TV System - Access Card

(5)

Page 5

1.2 BUILDING AUTOMATION SYSTEM 1.3 FIRE STOP SYSTEM

1.4 SISTEM MEKANIKAL

a. Sistem Tata Udara (AC) dan Mekanikal Ventilasi b. Vertical Transportasion

- Passenger lift

- Service lift / Fireman lift - Escalator

c. Sistrem Plumbing / Pemipaan

- Air bersih

- Water treatment

- Air limbah (Sewage Treatment Plant) - Drainasi

- Talang air hujan

d. Fire Fighting System

- Fire hydrant & hose reels

- Automatic fire sprinkler systems - Portable fire extinguisher

- Smoke extraction and Staircase pressurization system

2 SISTEM INSTALASI LISTRIK

Fungsi instalasi listrik pada gedung bertingkat sangat berkaitan dengan seluruh bidang teknik lainnya, maka pada tahap konsep perencanaan akan direncanakan:

- Sistem penerangan

- Pengelompokan jenis beban listrik - Kebutuhan Daya Listrik

(6)

Page 6 - Sistem distribusi & supply daya listrik

- Keandalan dan fleksibilitas pelayanan - System pengaman terhadap manusia

- Penghematan energy listrik / pengontrolan pemakaian daya listrik

2.1 LINGKUP PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK a. Instalasi Sistem Penerangan

- Penerangan dalam bangunan - Penerangan luar bangunan - Penerangan darurat

b. Instalasi Stop Kontak Biasa dan Khusus / Power c. Sistem Tegangan Rendah (TR, 220 V / 380 V)

- Panel utama tegangan rendah, sub panel dan panel penerangan - Kabel feeder utama

- Kabel power untuk motor-motor - Kabel tahan api

d. Sistem Tegangan Menengah 20 KV

- Panel tegangan menengah 20 kV - Kabel tegangan menengah 20 kV - Transformator

e. Sistem Pembumian (Grounding) f. Instalasi Penangkal Petir

g. Sistem Diesel Genset

- Diesel generator set - Panel control genset

(7)

Page 7

h. Building Automation System

i. Sistem Power Factor (Capacitor Bank) 2.2 SISTEM PENERANGAN

2.2.1 Standard Penerangan

1. Penerangan buatan, di mana besarnya kuat penerangan didasarkan pada

fungsi ruang.

Dalam perencanaan, konsultan special lighting akan memberikan jenis / type dari lampu yang digunakan, hal ini sangat erat hubungannya dengan estetika dari corak warna dan sinar lampu yang dikehendaki oleh Arsitek / Interior / Owner.

2. Penerangan alami, yaitu memanfaatkan penerangan dari sinar alam yang

dapat masuk ke dalam gedung, sehingga dapat menghemat energy. Hal ini sangat terkait dengan system perencanaan arsitektur.

Dalam perencanaan akan digunakan type dan jenis lampu yang hemat energy, antara lain:

- Lampu type TS - Lampu LED

- Dan menggunakan ballast electronic

Penyalaan lampu menggunakan saklar manual / standard dan BAS. Warna saklar disesuaikan / dikoordinasikan dengan Arsitektur / Interior.

(8)

Page 8 Tabel: Kuat Penerangan

Ruangan Kuat penerangan (Lux)

- Unit Residential (General) 200 – 300

- Kantor 350 – 400 - Mall 350 – 500 - Ruang Rapat 300 – 350 - Corridor 100 – 150 - Tangga 150 - Ruang Mesin 150 – 200 - Lobby / Hall 200 - Gudang 150

- Parkir Dalam Gedung 100 – 150

- Toilet 100 - Ruang Komputer 300 – 400 - Luar Bangunan: - Taman - Parkir - Jalan 30 – 50 50 – 75 30 - 50

Standard intensitas penerangan direncanakan menggunakan “Standard Nasional

Indonesia” (SNI).

Jenis lampu dan warna lampu ditentukan oleh Special Lighting dan Interior.

2.2.2 Penerangan Darurat

Fungsi dari pada penerangan tersebut di atas adalah sebagai penerangan sementara pada saat Diesel Generating Set belum dapat mensupply daya listrik, ketika terjadi gangguan pada jaringan perusahaan listrik / PLN.

Penerangan darurat ini sangat penting terutama pada bangunan bertingkat, yang dapat mencegah kepanikan dan dapat juga berfungsi sebagai rambu – rambu dan tanda arah jalah keluar / exit.

Sedangkan untuk arah penunjuk jalan keluar gedung dipasang lampu exit yang dilengkapi battere.

(9)

Page 9 Jenis beban listrik pada gedung bertingkat terdiri dari, antara lain:

- Lampu-lampu penerangan

- Motor-motor (pompa, lift, AC dan lain-lain)

- Peralatan Listrik, seperti: Peralatan Unit Residential, Telepon, Tata Suara, Sistem deteksi kebakaran dan lain-lain

Berdasarkan jenis beban listrik tersebut di atas, maka dapat disusun rencana sebagai berikut:

a. Pengelompokan pemakaian b. Prioritas pemakaian

c. Kebutuhan daya listrik d. Sistem supply daya listrik e. Rencana pengembangan

f. Sistem pengontrolan pemakaian daya listrik

2.4 KEBUTUHAN DAYA LISTRIK

Besarnya kebutuhan daya listrik ditentukan berdasarkan data-data beban listrik yang terpasang, baik pada setiap lantai gedung maupun yang terpusat pada lantai-lantai tertentu.

Berdasarkan besarnya kebutuhan daya listrik tersebut, maka dapat ditentukan: - Kapasitas Transformator

- Kapasitas Diesel Generator Set sebagai sumber tenaga listrik dalam keadaan darurat

- Jenis / ukuran penampang kabel

(10)

Page 10

2.5 SISTEM DISTRIBUSI & SUPPLY DAYA LISTRIK. 2.5.1 Sistem Distribusi Daya Listrik.

Sistem Distribusi Tegangan Rendah

Sistem distribusi daya listrik dimulai dari Tegangan Menengah 20 KV jaringan PLN dan diterima di Panel Tegangan Menengah 20 KV.

Dari Panel Tegangan Menengah, daya listrik didistribusikan ke transformator Step Down (20KV – 400 KV), kemudian daya listrik didistribusikan ke Panel Utama Tegangan Rendah (LV-MDP).

Untuk penyaluran daya listrik tegangan menengah dari MVMDP ke sisi primer transformator memakai kabel tegangan menengah 20 KV. Dari sisi sekunder transformator ke LVMDP dan ke panel distribusi menggunakan kabel tegangan rendah 0.6 / 1 KV.

Untuk pencabangan pendistribusian daya listrik ke setiap lantai gedung dapat menggunakan penghantar listrik dari:

- Kabel tegangan rendah 0.6 / 1 KV - Jenis kabel: tembaga dan aluminium

2.5.2 Sistem Supply Daya Listrik

Sistem supply daya listrik direncanakan menggunakan sumber dari: - Jaringan perusahaan listrik / PLN

- Pembangkit sendiri (sumber daya darurat) - Uniterruptible Power Supply (UPS)

a. Jaringan Perusahaan Listrik / PLN

Sebagai sumber daya listrik utama untuk kebutuhan gedung di supply dari jaringan perusahaan listrik Negara / PLN.

(11)

Page 11 kebutuhan tersebut direncanakan dengan menggunakan system tegangan menengah.

Besarnya tegangan menengah, sesuai standard Perusahaan Listrik Negara adalah tegangan menengah 20 KV, 3 kawat, 30 Hertz.

Masing-masing bangunan di supply langsung dari gardu PLN dan masing-masing dilengkapi panel MV (20 KV).

b. Pembangkit Sendiri / Sumber Daya Darurat

Peningkatan keandalan / kontinuitas pelayanan pada gedung bertingkat perlu direncanakan adanya pembangkit sendiri / sumber daya darurat yang di supply, dengan menggunakan Diesel Generator Set.

Penyediaan sumber daya darurat ini sangat penting, karena terganggunya sumber daya listrik pada jaringan perusahaan listrik akan mengakibatkan kerugian-kerugian, misalnya: mengganggu kontinuitas operasional

gedung, dapat menimbulkan kepanikan, pompa kebakaran tidak dapat berfungsi, begitu juga peralatan-peralatan lainnya.

Sumber daya darurat ini hanya berfungsi untuk mensupply beban-beban tertentu atau beban prioritas, yaitu beban listrik yang harus mendapat supply terus-menerus.

Sistem Diesel genset tersebut dapat dioperasikan paralel secara

automatic dan dilengkapi load sharing dan monitor load sharing yang

(12)

Page 12

2.6 DATA TEKNIS KABEL

a. Kabel Tegangan Rendah (600 – 1.000 volt)

- Instalasi lampu dan stop kontak : NYA, NYM

- Feeder (indoor) : NYY, XLPE (Cu, Al) - Feeder (outdoor) : NYFGBy

- Kabel control : NYYHY, NYMHY - Kabel MATV, CCTV : Coaxial

b. Kabel Tegangan Menengah (20 KV) : N2XSY c. Kabel Tahan Api (FRC)

- Data-data Teknis

- Fire Resistant Cable / FRC - Penggunaan Kabel

- Feeder lift kebakaran /service - Feeder pompa hydrant / sprinkler - Feeder pressurized fan

- Feeder panel control - Feeder Fire Alarm

d. Kabel Telepon : UTP, Cat 5 e. Kabel Kontrol Fire Alarm : AWG 18

2.7 PENGUKURAN PEMAKAIAN DAYA LISTRIK / KWH METER

Sesuai fungsi gedung sebagai Strata, maka digunakan KWH meter pada setiap unit Strata (apartement), sehingga pihak pengelola gedung dapat mencatat jumlah pemakaian daya listrik / KWH.

Type KWH meter terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu: - KWH meter type standard (Coil)

(13)

Page 13 KWH meter type electronic dilengkapi dengan billing system yang bisa dimonitor oleh BAS.

Keuntungan dari penggunaan electronic tersebut:

- Tidak perlu melakukan pencatatan meter KWH

- Kenyamanan / privacy penghuni Apartemen lebih nyaman

Kerugiannya adalah:

- Memerlukan biaya lebih mahal pada saat investasi awal

2.8 SISTEM PROTEKSI

Sistem proteksi direncanakan dengan system proteksi bertingkat pada panel-panel penerangan, panel daya, panel Sub Distribusi dan panel Distribusi utama.

Jenis proteksi yang dipergunakan:

- Sistem proteksi terhadap gangguan hubung singkat (short circuit) - Sistem proteksi terhadap beban lebih (over current)

- Sistem proteksi terhadap penggunaan tanah (ground over current) - Sistem proteksi terhadap tegangan lebih (over voltage)

- Sistem proteksi terhadap tegangan turun (under voltage)

Seluruh batasan (rating) dan tingkat kemampuan dan kepekaan dari komponen proteksi dipilih sedemikian rupa sehingga karakteristik proteksinya mempunyai selektivitas pengaman yang diinginkan dan bisa memback up system lainnya. Komponen proteksi pada panel tegangan menengah 20 KV incoming dan outgoing feeder dipergunakan circuit breaker SF6 rating 630 Ampere.

(14)

Page 14

2.8.1 Panel listrik dan Peralatannya

Pengaman dari panel listrik dipergunakan jenis Moulded Case Circuit Breaker (MCCB), ACB (Air Circuit Breaker) dan Miniature Circuit Breaker (MCB).

2.8.2 Data-data teknis

a. Panel Tegangan Menengah.

- Rated voltage : 24 KV

- Frequency : 50 Hz

- Rated busbar current : 630 A

- Konduktor : Tembaga / cu

- Metering monitor : Volt & current meter - Type : Indoor, metal clad

- Incoming protection : Circuit breaker SF6 630 A, c/w OC, EF - Outgoing : LBS 630A, Fuse 80A

b. Panel Tegangan Rendah.

- Rated voltage : 415 KV

- Frequency : 50 Hz

- Phase : 3

- Incoming / outgoing protection : ACB, MCCB, MCB

- Busbar & konduktor : R,S,T,N,G, tembaga, dicat - Breaking capacity : 10 KA – 85 KA

- Pole : 3 pole & 4 pole - Metering & monitor:

o Ampere meter o Volt meter o KWH meter o Pilot lamp

o Frequency meter

(15)

Page 15

2.9 SISTEM PENGAMAN TERHADAP MANUSIA

Dalam rancangan terdiri dari 2 bagian system pengaman terhadap manusia, yaitu: - Sistem Pentanahan / pembumian

- Sistem Penangkal Petir

2.9.1 Sistem Pentanahan.

Sistem pentanahan dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya: - Pentanahan untuk Panel Utama

- Pentanahan untuk Panel Distribusi Listrik - Pentanahan untuk Penangkal Petir

- Pentanahan untuk Trafo

- Pentanahan untuk Peralatan Kontrol / Elektronik - Pentanahan untuk Badan Peralatan

- Pentanahan untuk Genset

Kedelapan system pentanahan disediakan masing-masing satu titik pentanahan. Masing-masing titik pentanahan dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan Transient Earth Clamp (TEC).

Dalam posisi normal TEC terbuka, tetapi ketika ada gangguan maka masing-masing TEC tertutup sehingga setiap titik grounding bisa ikut menopang dan terjadi Equipotensial pada system grounding tersebut.

Seluruh body / badan peralatan-peralatan listrik, seperti: motor-motor, stop kontak, panel listrik, lampu, trafo, diesel genset dan bagian instalasinya yang di dalam keadaan kerja normal, tidak bertegangan dihubung-tanahkan ke system pentanahan / grounding system.

Sistem pentanahan dapat juga dilengkapi dengan saklar bocor tanah (Earth Leakage Circuit Breaker).

(16)

Page 16

2.9.2 Data-data teknis.

- Type : BCC-H

- Konduktor : Tembaga / cu - Size : 6 – 500 mm2 - Standard : SII, SNI, SPLN

2.10 PERBAIKAN FACTOR DAYA LISTRIK (COS Ø)

Untuk instalasi listrik gedung bertingkat di mana banyak terdapat beban-beban induktip arus searah antara lain, motor-motor, kabel feeder, lampu fluorescent / TL dan lainnya.

Beban-beban induktip ini akan menyebabkan arus terbelakang (lagging), terhadap tegangan dengan sudut yang besar, sehingga nilai Cos Ø menjadi kecil dan selanjutnya akan menyebabkan besarnya daya KVAR yang merugikan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor: 023-PRT-1978, tentang Peraturan Instalasi Listrik pasal 9 ayat 1, bahwa bagi suatu instalasi yang menggunakan listriknya mengakibatkan turunnya factor kerja sehingga kurang dari 0.85 harus menggunakan Capasiror Bank, sehingga factor kerja mencapai

sekurang-kurangnya 0.85.

Dengan capasitor bank maka factor daya diperbaiki sehingga pergeseran fasa antara arus dan tegangan pada fasa-fasa beban menjadi lebih kecil dan factor dayanya (Cos Ø) menjadi lebih besar.

Untuk menghindari terjadinya BEBAN KAPASITIP dari Capasitor Bank di atas, direncanakan sedemikian rupa:

1. Pemilihan nilai komponen-komponen kapasitor diambil dari yang kecil sampai dengan yang besar, sehingga apabila beban yang bekerja tidak besar hal di atas dapat dihindari.

(17)

Page 17 AUTOMATIC FACTOR REGULATOR.

3 SISTEM PENANGKAL PETIR

Untuk melingdungi gedung dan pemakai gedung dari bahaya sambaran petir, maka dipasang penangkal petir yang effektif pada puncak / atap bangunan

masing-masing gedung.

Sistem instalasi penangkal petir yang dipakai adalah system non radioactive.

Data-data teknis penangkal petir.

- Type : Non radioactive lightning head - Radius proteksi : 41 – 120 m

4 FIRE STOP SYSTEM

Pemasangan fire stop system berfungsi untuk melindungi kabel atau mencegah menjalarnya api dari lantai ke lantai yang lainnya.

Fire stop biasanya dipasang pada tempat-tempat yang memungkinkan untuk merambatnya api pada saat terjadi kebakaran baik lubang-lubang vertical (shaft M&E) maupun lubang horizontal antar ruang.

Data-data teknis

- Temperatur s/d 1.000°C selama 2 jam

- Flexible dan tidak ada kesulitan pada penggantian ataupun penambahan kabel yang baru

- Non toxic & non dusty - Dan lain-lain

(18)

Page 18

5 BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) 5.1 UMUM

Building Automation System adalah suatu system pengatur penggunaan

energy sesuai dengan yang dibutuhkan tanpa mengurangi fungsi alat-alat yang

dipakai, pada tingkat pemakaian yang dikehendaki, untuk menghindarkan pemakaian yang berlebihan atau melakukan optimalisasi pengoperasian dengan menggunakan saving energy automatis dan meminimalkan jumlah personal maintenance.

5.2 FUNGSI DAN PENGOPERASION BUILDING AUTOMATION SYSTEM

Kefungsian system Building Automation System ini antara lain:

a. Memonitor besaran-besaran listrik seperti: temperature, tekanan,

kelembaban, aliran gerakan / moving, status dan lain-lain.

b. Mengolah data yang dimonitor, merekam, menghitung ataupun

memproses besaran tersebut untuk menghasilkan besaran-besaran listrik lainnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang dikehendaki.

c. Mengontrol peralatan-peralatan untuk beroperasi atau tidak beroperasi sesuai dengan urutan pengoperasiannya, dengan mengirimkan besaran-besaran listrik yang telah diolah pada peralatan-peralatan tersebut.

d. Memprogramkan jadwal pengoperasian system (peralatan dan equipment) sesuai dengan kebutuhan dan jadwal yang dikehendaki.

Berdasarkan kefungsian tersebut di atas, maka kemudahan-kemudahan yang dicapai di dalam pengoperasiannya antara lain:

a. Pengoperasian system secara otomatis dan optimal

b. Setiap kejadian dan waktu kejadian seperti status, perubahan status, temperature dan lain-lain dapat dimonitor melalui video monitor dan

(19)

Page 19 system dapat dipantau.

c. Maintenance peralatan dapat diatur dan diikuti dengan seksama, sebab jam kerja peralatan terjamin waktunya, sehingga kerusakan-kerusakan fatal dapat terhindari.

d. Program pengoperasian dapat dirubah, ditambah, disalin ataupun dihapus melalui keyboard dan video monitor tanpa mengganggu kerja dari system, sehingga optimalisasi saving energy dapat dicapai.

6 SISTEM TATA SUARA 6.1 UMUM

Sistem tata suara direncanakan untuk bangunan Apartemen

Fungsi dari system tata suara adalah:

- Pengumuman pada waktu keadaan darurat / evakuasi - Pemberitahuan yang ditujukan pada umum (Public Address) - Pemanggilan kendaraan (Car Calling System)

Pada tahap rancangan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Fungsi bangunan

- Penentuan fungsi tata suara - Sumber daya / catu daya - Tata letak peralatan - Sistem distribusi

(20)

Page 20

6.2 DASAR PERENCANAAN

Dasar perencanaan ini disesuaikan dengan fungsi ruangan dan fungsi peralatan serta dengan beberapa batasan sebagai berikut:

- Tingkat kebisingan unit Apartemen : 45 – 50 dB - Tingkat kebisingan di daerah parkir : 70 dB

6.2.1 PERENCANAAN SISTEM

Masing-masing bangunan direncanakan system tata suara tersendiri dan system di interkoneksi yang digunakan apabila terjadi keadaan darurat.

Kriteria Perencanaan Sistem Tata Suara 1. Apartemen

Tata suara direncanakan untuk:

- Pengumuman pada waktu keadaan darurat / evakuasi - Public address

2. Parkir

Sistem tata suara untuk pemanggilan kendaraan direncanakan sesuai

kebutuhan gedung. Sistem public address ditempatkan di pusat control Tata Suara, sedangkan peralatan system car calling dapat ditempatkan pada Front entrance atau security masing-masing bangunan apartement

6.2.2 PERALATAN SISTEM TATA SUARA

1. Public address dan back ground music : a. Microphone

b. CD Player

(21)

Page 21 e. Amplifier

f. Program Selector

g. Speaker Selector Switch h. Program Timer

i. Loudspeaker (Type Ceiling & Wall) j. Volume Control

k. Junction Panel

2. Car Call System:

Microphone Amplifier Horn Speaker

6.3 PUBLIC ADDRESS SYSTEM (EVAKUASI)

Secara garis besar system bekerja sebagai berikut:

1. Dari Ruang control, operator diperlengkapi dengan peralatan untuk

menyiarkan salah satu program secara serentak ke seluruh ceiling speaker dan wall mounted speaker dalam bangunan.

Program dapat disiarkan melalui:

- Microphone untuk pengumuman (Announcing) - Rekaman untuk pengumuman kondisi darurat

2. Dengan amplifier yang berkekuatan cukup dan melalui speaker selector switch, program disalurkan ke seluruh bangunan gedung (secara selektip). Volume control dipakai untuk mengatur besar kecilnya suara yang keluar dari speaker.

(22)

Page 22 3. Dalam keadaan darurat, emergency call / emergency microphone akan

berfungsi yang mana akan membypass seluruh program secara manual atau dengan rekaman yang berfungsi secara otomatis.

4. Masing-masing Bangunan Apartement direncanakan / dilengkapi peralatan tata suara tersendiri.

6.4 CAR CALL SYSTEM

Secara garis besar system bekerja sebagai berikut:

1. Microphone car call ditempatkan pada reception desk, dekat entrance masing-masing gedung, untuk pemanggilan mobil.

2. Perletakan horn speaker dipasang di tempat area parker mobil dan diutamakan di dekat ruang sopir (driver room).

3. Khusus car call, direncanakan system interkoneksi antara masing-masing Tower Apartemen dilengkapi system Microphone dan peralatan utama yang terpisah.

7 SISTEM KOMUNIKASI 7.1 KONSEP PERENCANAAN

Kebutuhan sarana komunikasi yang effektif diperlukan saluran telepon, baik yang langsung (saluran Perumtel) maupun melalui system PABX / Key Telephone dan Jaringan Komunikasi Data, sehingga dapat mendukung seluruh fungsi komunikasi internal dan external.

Sarana komunikasi yang digunakan untuk Apartemen terdiri dari: - Saluran Perumtel / Telkom

- Saluran Extention Key Telephone - Saluran Internet

(23)

Page 23 - Sistem Instalasi Komunikasi Data

7.2 SISTEM SENTRAL TELEPHONE

 Apartemen

Saluran Telkom dapat dihubungkan ke PABX atau langsung menuju ke Terminal Box (IDF) yang selanjutnya didistribusikan ke setiap outlet telepon.

Sistem PABX digunakan untuk keperluan komunikasi pada Building Management.

Masing-masing bangunan dilengkapi dengan Key Telephone.

7.3 PENENTUAN KEBUTUHAN PESAWAT TELEPON

Penentuan jumlah pesawat telepon, baik saluran langsung saluran Perumtel maupun saluran extension menyangkut factor-faktor antara lain:

- Jumlah unit (Apartemen)

- Jumlah personil dan jabatan pada Kantor Management Office & Apartmen - Faktor ruangan dan lokasi

- Lain-lain hal yang menentukan penggunaan sarana telepon, seperti telepon khusus kebakaran, security dan lain-lain

- Telepon umum

7.4 PEMILIHAN PERALATAN

Sistem PABX akan dipilih dengan ketentuan sebagai berikut:

a. PABX dirancang / diprogram secara software untuk keperluan Management b. PABX dilengkapi dengan berbagai fungsi feature yang fleksibel

c. PABX dapat diperluas sampai pada kapasitas maksimum

d. PABX dilengkapi dengan system “Call Detail Recording”, di mana system ini dapat mengeluarkan data-data mengenai tempat telepon yang digunakan, nomor telepon yang dihubungi, waktu dan lamanya telepon digunakan e. Memenuhi standard / peraturan-peraturan yang ditentukan oleh Perumtel

(24)

Page 24

Kapasitas PABX diperkirakan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Kantor Management Apartemen

a. Ruang-ruang Manager dipersiapkan minimal 1 outlet telepon b. Untuk ruang-ruang kerja yang mempunyai kefungsian bersama

dipersiapkan beberapa outlet telepon sesuai dengan kebutuhan dan jumlah karyawan

c. Untuk ruang-ruang serbaguna, ruang rapat, disiapkan minimal 2 (dua) outlet atau lebih

d. Pada daerah lobby dipersiapkan beberapa outlet untuk keperluan fasilitas public telepon

e. Ruang-ruang penting seperti Front Office, Sales, Ruang Marketing, Ruang Engineering, Accounting dan lain-lain dipersiapkan beberapa outlet sesuai kebutuhan

Pengadaan extension PABX di tiap lantai Management lebih diutamakan untuk keperluan service / maintenance oleh Pengelola Gedung.

7.5 INSTALASI KABEL TELEPON

Sistem pengabelan saluran telepon dapat digunakan dengan 2 (dua) jenis kabel, yaitu:

1. Kabel Standard (Serat tembaga) 2. Fibre Optic

Dalam perencanaan system pengabelan akan dilakukan beberapa alternatip kombinasi kedua jenis kabel tersebut di atas.

(25)

Page 25 - Saluran riser menggunakan kabel fibre optic atau kabel serat tembaga (UTP

atau Cat 6). Kabel fibre optic disiapkan langsung ke Business Centre - Saluran telepon ke masing-masing outlet telepon menggunakan kabel

standard (serat tembaga)

8 SISTEM FIRE ALARM & FIRE FIGHTING TELEPHONE 8.1 KONSEP PERENCANAAN

Pada tahap perancangan diadakan studi yang mendetail dan teliti, karena pada gedung bertingkat banyak menampung penghuni dan barang-barang berharga. Karena kebutuhan tersebut di atas, maka direncanakan memasang peralatan system deteksi dan alarm kebakaran (Sistem Fire Alarm).

Fungsi system deteksi dan alarm kebakaran adalah system deteksi awal bila

terjadi kebakaran, di mana pada waktu terjadi bahaya kebakaran akan

memberikan indikasi secara audio maupun visual, dari mana asal kebakaran itu dimulai, sehingga dapat diambil tindakan pencegahan lebih lanjut sedini mungkin. Masing-masing Bangunan dilengkapi Master Control Fire Alarm dan Sistem

dilengkapi Interkoneksi.

8.2 PEMILIHAN SISTEM

Sistem Fire Alarm terdiri dari beberapa system antara lain: - Sistem Semi Addressable

- Sistem Full Addressable

Sistem Full Addressable adalah suatu system yang mempunyai teknologi

canggih, di mana setiap detector yang dipasang dapat memberikan signal / address ke master control, sehingga dapat segera diketahui tempat di mana kejadian kebakaran.

(26)

Page 26 Sedangkan Sistem Semi Addressable adalah gabungan antara Conventional dan Full Addressable. Pada system Semi Addressable tidak diperlukan banyak kabel / hanya satu kabel riser.

Setiap zone dari system yang memberikan signal ke Master Control, setiap zone terdiri dari beberapa detector.

Berdasarkan sistem-sistem tersebut di atas, maka direkomendasikan system

fire alarm adalah Semi Addressable.

Dalam merancang system perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: - Fungsi ruang

- Luas lantai dan jumlah lantai - Pemilihan peralatan

- Penentuan zoning yang tepat untuk area yang dideteksi - Dihubungkan dengan system hydrant & sprinkler

- Dihubungkan dengan system Pressurized Fan - Dihubungkan dengan system BAS

- Dihubungkan dengan system lift - Catu daya dari sumber energy:

 Listrik PLN

 Pembangkit sendiri (Diesel Generating Set)

 Baterai, berikut pengisi baterai (Charger) atau UPS - System control

- Peralatan-peralatan yang tepat, sehinga memudahkan untuk didengar, dideteksi dan dilihat

- Dilengkapi fasilitas telepon darurat, pengumuman darurat dan instruksi evakuasi

(27)

Page 27 Peralatan utama yang termasuk dalam system Fire Alarm adalah:

- Master Control Fire Alarm (MCFA)

- Fire Detector (Heat Detector, Smoke Detector, Rate of Rise Detector dan Gas Detector)

- Alarm Bell

- Manual Call Point (Manual Station) - Signal Lamp

8.3.1 Main Control Fire Alarm

a. Master Control Fire Alarm dipasang di ruang control di mana tempat tersebut cukup strategis sehingga mudah dicapai oleh petugas Dinas kebakaran

b. Masing-masing apartemen akan terintegrasi / interkoneksi

c. Kapasitas zone pada Main Fire Alarm Control Panel sesuai gambar rencana

d. Fasilitas Main Fire Alarm Panel:

1. Switch untuk mereset alarm

2. Switch untuk “Local alarm” untuk satu floor

3. Switch untuk “general alarm tower” (untuk semua tower)

4. Switch untuk mengadakan komunikasi dengan lantai di mana terjadinya kebakaran melalui “fire Fighting Telephone”

5. Switch untuk monitor dan testing dari system fire alarm secara keseluruhan baik mengenai operasi dari system maupun instalasinya 6. Switch untuk menghentikan operasi lift penumpang secara otomatis yang

mana bila alarm bekerja seluruh lift penumpang tidak menerima panggilan dari luar dan turun ke lantai satu, pintu membuka dan secara otomatis lift penumpang tidak bekerja lagi

(28)

Page 28 7. Switch untuk menghidupkan operasi pressurize fan secara otomatis

apabila terjadi kebakaran

e. Power supply untuk main fire alarm panel

1. Power supply untuk main fire alarm panel beroperasi pada tegangan 220 volt A.C. 1 phase, 50 Hz, dan dilengkapi dengan rectifier yang mengubah tegangan menjadi D.C. yang diperlukan oleh system Fire Alarm

2. Untuk kelancaran operasi dari Main Fire Alarm Control Panel Power Supply dilengkapi dengan battery nicad secara otomatis sehingga battery selalu dalam keadaan penuh

Data-data battery nicad:

- Tegangan : 24 VDC

- Waktu backup : 4 jam (untuk keadaan semua bell berbunyi)

3. Power supply unit, rectifier unit, battery maupun charger unit ditempatkan pada satu cabinet dan merupakan satu kesatuan dengan Main Control Fire Alarm Panel

8.3.2 Fire Detector

a. Pemilihan Detector

Pemilihan jenis detector harus disesuaikan dengan fungsi ruangan. Perencanaan ini mengacu pada standard / peraturan yang berlaku di Indonesia.

(29)

Page 29

1. Rate Of Rise Heat Detector

Type yang dipakai adalah air expansion, inverted bimetal, self restoring, rate of rise and finxed temperature dengan kenaikan suhu 15°F permanent maximum temperature 136°F atau sederajat.

Luas area yang diproteksi adalah 46 m².

2. Fixed Temperature Heat Detector

Type yang dipakai adalah inverted bimetal, ordinary sensibility, nominal working temperature 136°F atau sederajat.

Luas area yang diproteksi adalah 46 m².

3. Smoke Detector

Type yang dipakai adalah Optic Type.

Alarm terjadi pada kepadatan asap satu setengah persen, hambatan asap selama 6 detik per foot (kaki) atau temperature 135°F atau sederajat. Luas area yang diproteksi adalah 90 m².

4. Gas Detector

Pemasangan / pemilihan jenis detector dapat dilihat table berikut ini: Tabel Pemilihan Jenis Detector sesuai fungsi ruangan.

DETECTOR FIXED TEMP. ROR KOMBINASI FIXED TEMP.

ASAP NYALA API GAS

- -

Dap ur

- - R. Perjamuan - R. Peralatan

Control - Gudang Material yang mudah

terbakar

- Ruang transformator / Diesel - Garasi mobil - R. Receptionis - R. control

(30)

Page 30 peralatan vital yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar - Restaurant - R. tamu

- Kamar tidur - R. Mesin - R. Generator dan transformator - R. Lift - Laboratorium Kimia - R. Pompa - Studio TV - R. AC - Tangga - Koridor - Lobby - Aula - Shaft - Perpustakaan - R. Key Telephone - Gudang

8.3.3 Manual Call Point

Type yang dipakai adalah “Break Glass” di mana untuk menekan tombol kaca harus dipecah. Perletakan call point disesuaikan dengan peraturan DKI.

8.3.4 Alarm Panel

8.3.5 Signal Lamp (Indicator Lamp)

Floor type

8.3.6 Fire Fighting Telephone

Type yang dipakai adalah sesuai dengan standard untuk “Fire Emergency Telephone” lengkap dengan “Telephone Jack” dan 1 zone di tiap lantai, sesuai dengan banyaknya Hydrant Box

(31)

Page 31 Secara garis besar, system fire alarm bekerja sebagai berikut:

a. Pada waktu Fire Detector, Flow Switch untuk Sprinkler atau manual call point beroperasi maka alarm bell akan berbunyi pada lokasi:

1. Zone di mana fire detector, flow switch (sprinkler alarm switch) untuk sprinkler atau manual call point itu berada dan terangkai

2. Main fire alarm panel di mana selain bell berbunyi juga ditunjukkan secara visual dari zone mana alarm itu berasal

b. Setelah zoning di mana detector, flow switch atau station itu berada dapat dimonitor oleh petugas jaga, yang selalu stand by di ruang control, selanjutnya dapat meng-cancel bunyi alarm beberapa saat. Selanjutnya petugas inspeksi akan memeriksa ke area tersebut untuk memastikan apakah betul terjadi kebakaran atau “fault alarm”.

Antara petugas jaga dengan petugas inspeksi dapat melakukan komunikasi secara langsung melalui system FIRE FIGHTING TELEPHONE, sehingga memungkinkan penanggulangan bahaya-bahaya kebakaran dengan cepat.

Apabila system, fire alarm bekerja karena terjadinya “fault alarm”, maka petugas jaga akan tetap meng-cancel / reset bunyi alarm sampai penyebab terjadinya fault alarm dapat diatasi. Apabila betul terjadi kebakaran dapat dilakukan hal sebagai berikut:

1. Petugas jaga akan mengaktifkan kembali bunyi alarm dan berusaha untuk memadamkan sumber kebakaran dengan fire extinguisher atau fire hose cabinet hydrant yang terdapat di setiap lantai. Jika sumber api dapat diatasi

(32)

Page 32 maka alarm dapat direset dan fire alarm dapat bekerja seperti keadaan normal kembali.

Pada saat ini dapat dilakukan hal-hal yang bersangkutan dengan evakuasi melalui “ceiling speaker system public address” yang terpasang di lobby lift dan tiap lantai.

2. Tetapi apabila sumber kebakaran tidak dapat dipadamkan dan menjalar ke lantai berikutnya, maka general alarm dapat diaktifkan secara manual & cara-cara evakuasi dapat disampaikan lewat system public address. Pada point b.1 dan b.2. system fire alarm secara otomatis akan

menghidupkan fan kebakaran (pressurize fan), dan memonitor apakah pompa-pompa kebakaran bekerja dengan baik.

Pada point b.2 sistem fire alarm akan menurunkan semua lift penumpang ke lantai dasar dan lift tidak diaktifkan.

Untuk transportasi vertical petugas pemadam kebakaran dapat memakai fire lift yang tetap bekerja aktif.

Pada saat ini petugas jaga lainnya dapat menghubungi dinas kebakaran dan kepolisian setempat.

Selain itu secara manual petugas jaga dapat mematikan beban-beban listrik yang tidak berkaitan untuk penanggulangan bahaya kebakaran.

Hal ini dapat dilakukan bertahap yaitu mulai dari lantai yang terjadi

kebakaran dan seterusnya sesuai dengan zoning yang dapat dimonitor dari system Fire Alarm.

Mematikan daya listrik di atas dapat dilakukan melalui system Building Automation System.

(33)

Page 33 penumpang tower dinon aktifkan.

8.5 ZONING SISTEM FIRE ALARM

Untuk memudahkan pengecekan asal dari pada alarm, masing-masing Apartemen dibagi menjadi beberapa zone.

Selain zoning untuk fire detector direncanakan tiap lantai 1 zone untuk

mendeteksi aliran air pada jaringan pipa Hydrant / sprinkler, sedangkan untuk ruang dan peralatan-peralatan lain jumlah zone disesuaikan dengan kebutuhan.

8.6 LOKASI MANUAL CALL POINT, BELL, SIGNAL LAMP DAN JACK TELEPHONE FIRE

Penempatan ke empat peralatan di atas disatukan di dalam fire hose cabinet (FHC) sedangkan pada tempat lain di mana tidak terdapat FHC diletakkan pada tempat-tempat yang strategis yang terjangkau dan terlihat semua orang.

Untuk area lobby lift Office banyaknya unit bell diperhitungkan dengan luas lobby itu sendiri sehingga setiap penghuni walau dalam keadaan seburuk apapun dapat mendengar atau melihat adanya tanda kebakaran.

9 CCTV SYSTEM

Guna meningkatkan pengamanan terhadap penghuni atau barang-barang berharga dalam gedung ini, maka direncanakan system pengaman Close Circuit TV

System. 9.1 UMUM

CCTV system adalah suatu system yang memonitor serta mendeteksi adanya bahaya ataupun menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, serta dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang cepat dan tepat untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

(34)

Page 34 Untuk kejadian-kejadian yang khusus, peristiwa yang tidak diinginkan dapat

direkam dan dapat disimpan dalam cassette recorder dan dapat diprint out sebagai data otentik bagi pengusutan serta tindakan pengamanan selanjutnya.

9.2 FUNGSI CCTV

Sistem CCTV berfungsi untuk membantu pengawasan dengan cara mengamati kegiatan operasi dalam gedung, baik pengunjung maupun karyawan melalui video camera ataupun ruangan serta lorong / koridor-koridor dan area parker yang perlu diamati dengan CCTV.

9.3 PENEMPATAN PERALATAN MONITOR & CAMERA

Seluruh peralatan camera dipasang pada tempat-tempat yang perlu dideteksi terhadap kemungkinan bahaya gangguan keamanan.

Sedangkan peralatan monitor ditempatkan di dalam ruang satpam / security yang dijaga 24 jam sehari.

10 MASTER ANTENE T.V SYSTEM 10.1 UMUM

Sistem Master Antene TV yang direncanakan terdiri dari peralatan: - Master Antene (Parabola antene atau Directional antene)

- Booster Amplifier - Head Line Amplifier - Surge Protector

- Video Casstte Recorder - TV Monitor

- Line Amplifier

- Splitter dengan (4 ways, 2 ways distribution) - Port Tap Offs

(35)

Page 35 signal yang ditangkap, sehingga gambar yang ada pada layar TV menjadi jelas.

10.2 CARA KERJA MASTER TV SYSTEM

Pada dasarnya perencanaan ini dibuat sesuai dengan perhitungan rugi-rugi / loss yang telah ditentukan sinyal dari pemancar diterima oleh antene TV / parabola, sinyal UHF & VHF yang diterima diperkuat oleh Booster Amplifier dan Head Line Amplifier.

Sinyal yang telah diperkuat ini kemudian didistribusikan melalui splitter dan Port Tap Offs 2 ways, 3 ways atau 4 ways sesuai dengan kebutuhan.

Melalui Port Tap Offs kemudian didistribusikan ke outlet-outlet TV.

Kabel instalasi dipergunakan kabel control yang mempunyai impedansi 75 Ohm, untuk dalam bangunan. Kabel yang ditanam dalam tanah dipergunakan jenis “Flooded Burial Cable”, yang dibungkus aluminium foil dam film (dua foil) cludding yang tahan terhadap kelembaban.

11 ACCESS CONTROL

Access control adalah salah satu system yang berfungsi untuk mengamankan akses jalan menuju ke dalam area / bangunan. Untuk Bangunan apartemen Access

Control direncanakan dipakai di pintu-pintu masuk ke dalam lobby lift.

Dengan adanya system tersebut di atas, maka lobby-lobby lift di Basement / Area Parkir hanya bias diakses oleh penghuni gedung / orang-orang yang diberi otoritas untuk masuk melalui lobby lift.

Khusus untuk tamu-tamu yang berkunjung ke apartemen harus melalui security di lantai Ground.

Peralatan access ini juga direncanakan dapat dikembangkan untuk bisa mengakses ke lift-lift yang ada.

(36)

Page 36 Peralatan instalasi access control yang dipersiapkan terdiri dari:

- Master access control - PC computer + software - Access control module

- Access control module dan extention - Finger pin (biometric)

- Door lock - Push button - Magnetic contact

Modul finger print dipersiapkan untuk dapat menerima data sidik jari maupun ditambah dengan nomor “pin”.

11.1 CARA KERJA ACCESS CONTROL

Pertama-tama identitas para penghuni Apartemen didata dan kemudian

dimasukkan ke database dari Access Control. Setelah itu bagi penghuni yang akan keluar lift lobby cukup menekan tombol di samping pintu lobby lift tetapi jika penghuni Apartemen akan masuk lift lobby dari luar, maka harus menggunakan sidik jarinya dan nomor pin.

Setiap keluar masuknya penghuni Apartemen lewat access control tersebut akan direcord sehingga sewaktu-waktu dapat dicek kembali jika diperlukan khususnya berkaitan dengan masalah security.

12 SISTEM TATA UDARA (AC) DAN MEKANIKAL VENTILASI

Pengkondisian udara ini sepenuhnya dimaksudkan untuk kenyamanan penghuni.

Pengkondisian udara ini dibagi atas 2 macam, yaitu:

a. Pengkondisian temperature dan kelembaban udara dalam ruangan yang dikondisikan, misalnya:

(37)

Page 37 - Fitness Centre

- Retail dan F & B - Ruang kerja (Office) - Main Lobby

- Lobby Lift & Corridor

- Kantor Management Building (R. Pengelola) - Ruang Mesin Lift

- Dan lain-lain

b. Pertukaran udara (ventilasi) baik secara alami maupun mekanis (dengan ventilating fan) untuk ruang tertentu seperti misalnya:

- Ruang elektrikal (Genset, Trafo, Panel) - Ruang mesin (pompa)

- Toilet, WC, Kitchen, Pantry

12.1 DASAR PERENCANAAN

Untuk kenyamanan penghuninya ruang AC akan direncanakan pada kondisi: - Temperatur : 22°C - 25°C

- Kelembaban relative : 55 – 65 % RH

Untuk ruangan non AC, bila tidak menerima beban panas besar seperti toilet direncanakan dengan pertukaran udara 10 kali/jam, sedangkan pada ruangan yang menerima beban panas besar, seperti ruang genset, trafo dan panel akan dihitung berdasarkan pertukaran udara yang didasarkan oleh beban panas yang masuk dalam ruang tersebut.

12.2 PEMILIHAN SISTEM

Sistem tata udara terdiri dari: - Sistem Air Cooled Split Wall

(38)

Page 38

12.2.1 Apartemen

Sistem yang paling sesuai dan lebih menguntungkan adalah Air Cooled Split Wall System. Ini dikarenakan beban pendinginan untuk apartemen

tidak terlalu besar dan jarak antara outdoor dan indoor unit tidak terlalu jauh.

Dari segi investasi harga unit AC Split System relative murah. Mengenai instalasi dapat dilakukan secara partial di mana pipa refrigerant dapat dipasang terlebih dahulu, sedangkan indoor unit dan outdoor unit dipasang oleh masing-masing Unit Apartemen.

12.3 SISTEM VENTILASI MEKANIK

Sistem Ventilasi Mekanik diperlukan untuk daerah-daerah yang tidak dikondisikan (tidak menggunakan system Tata Udara), seperti misalnya Toilet, Power house, ruang ME, Gudang, termasuk parker mobil pada Lantai Basement dan umumnya untuk memenuhi kebutuhan Fresh Air / Intake dan exhaust.

Pada daserah-daerah (Zone) tertentu, udara segar (Fresh Air) dibutuhkan untuk pergantian udara dalam ruangan, yang diasumsi mengalami 4 s/d 20 pergantian udara per jam.

Di samping itu, untuk daerah (Zone) tangga kebakaran yang berfungsi untuk evakuasi penghuni / pemakai gedung apabila terjadi kebakaran diperlukan catu udara dengan Supply Air yang memadai.

Selisih tekanan antara di dalam dan di luar sumur tangga dipertahankan minimum 0.1” WG (25 Pa) dan untuk mempertahankan delta tekanan tersebut dibutuhkan “Pressurized Fan”.

12.3.1 Sistem Mekanikal Ventilasi pada Bangunan Apartemen

Sistem Mekanikal ventilasi dapat dilayani dengan 2 alternatif, yaitu: 1. Secara horizontal dari invididual untuk setiap unit Tower Apartemen

(39)

Page 39

12.3.2 Mekanikal Ventilasi pada Bangunan Apartemen

a. Ventilasi Corridor / Lobby Lift b. Ventilasi Kamar Mandi / Toilet c. Ventilasi Dapur / Ruang Service d. Ventilasi Ruang ME

e. Ventilasi Basement

Pengaturan on atau off masing-masing system ventilasi akan diatur jam operasionalnya dengan menggunakan Building Automation System (BAS) sehingga dapat menghemat penggunaan daya listrik.

 Ventilasi Corridor / Lobby Lift

Ventilasi Corridor / lobby lift didasarkan atas banyaknya jumlah orang yang membutuhkan udara Oksigen. Kapasitas yang direncanakan 15 cfm / orang

 Ventilasi Kamar Mandi / Toilet

Berdasar atas asumsi pertukaran udara yang direncanakan 10 : 12 kali/jam, ventilasi dilakukan dengan bantuan fan yang diexhaust keluar bangunan

 Ventilasi Dapur / Ruang Service

Berdasar atas asumsi pertukaran udara yang direncanakan 15 : 20 kali/jam

 Ventilasi Ruang M & E

Ventilasi pada ruang M & E dilakukan untuk membatasi temperatur ruang sesuai dengan persyaratan, sehingga temperatur di ruang M & E dapat ditolerir maximum 35°C

(40)

Page 40 Akumulasi panas pada ruang M & E dapat dilakukan dengan

pertukaran udara sesuai kebutuhan dengan bantuan exhaust fan / supply fan, misalnya:

- Ruang panel & trafo - Ruang Pompa

 Sistem Ventilasi Basement

Sebagai acuan untuk ventilasi area parkir direncanakan dengan pertukaran udara minimum 6 kali/jam dan untuk menanggulangi gas buang dari kendaraan di saat jam sibuk (Peak Load) digunakan booster fan untuk membantu sirkulasi udara yang ada di Lantai Basement.

12.4 PRESSURISASI TANGGA KEBAKARAN

Ruang tangga darurat yang digunakan untuk evakuasi bila terjadi kebakaran perlu dilindungi agar tidak dipenuhi asap bila terjadi kebakaran.

Untuk itu ruang tangga tekanan udaranya harus positif, maka dibuat sedemikian rupa dengan cara memasukkan udara ke dalam ruang tangga, salah satunya secara natural yaitu dengan memberikan bukaan-bukaan di sisi tangga. Perbedaan tekanan antara ruangan tangga dengan ruangan di dalam gedung adalah 40 – 50 pascal, di mana tekanan tersebut dimaksudkan agar dapat membuka pintu tangga dengan mudah.

13 SISTEM TRANSPORT DALAM GEDUNG

Sistem ini dimaksudkan untuk transportasi vertical, di mana lift akan berfungsi sebagai alat transportasi utama pada kondisi normal, sedangkan pada kondisi darurat seperti pada saat terjadi kebakaran semua penghuni harus menggunakan tangga darurat.

(41)

Page 41 dioperasikan oleh Barisan Pemadam Kebakaran dengan kunci khusus.

13.1 DASAR PERENCANAAN

Pelayanan lift masing-masing Bangunan ditentukan / diperhitungkan sesuai dengan standard SNI

No. BANGUNAN Waiting Time (detik) Handling Capacity (HC) (%)

1. Apartemen 25 - 35 11 – 13

13.2 URAIAN SISTEM

13.2.1 Operation by Emergency Power

Jika power supply dari PLN padam / putus, lift tersebut akan disupply oleh Diesel Generator Set.

Semua fasilitas lift yang ada (Standard lift) akan dilayani dan ditentukan sesuai power yang disediakan (sesuai dengan normalnya operasi lift tersebut).

Key switch pada panel akan mengontrol lift turun ke lantai yang terdekat atau ke lift yang sudah ditentukan.

Panel Supervisor akan menentukan jumlah lift yang beroperasi dan menentukan yang mana lift yang akan beroperasi.

13.2.2 Kontrol Lift

Untuk lift penumpang atau Service Lift adalah type AC Variable Voltage / Variable Frequency (AC-VVVF) memakai control micro processor

(42)

Page 42

13.2.3 Automatic Rescue Device (ARD)

Jika sumber daya listrik mati, untuk lift yang sedang beroperasi secara otomatis akan turun ke lantai yang terdekat dan pintu lift akan terbuka dengan sendirinya secara otomatis.

13.2.4 Sistem Pengaman Jika Terjadi Kebakaran

Untuk pengaman lift jika terjadi kebakaran, lift tersebut secara control dihubungkan dengan Master Control Fire Alarm (MCFA) sehingga jika terjadi kebakaran maka seluruh lift secara otomatis akan turun ke lantai ground (Basement), dan panggilan control dari semua lantai tidak akan dilayani.

13.3 SISTEM GONDOLA

Fungsi dari gondola digunakan untuk perawatan gedung dengan spesialisasi gedung bagian luar

13.3.1 Type Gondola

Type gondola akan disesuaikan dengan denah atap gambar arsitek

13.3.2 Gondola dan Perlengkapannya

a. Sistem penggantung motorized yang dikendalikan secara manual yang dipasang pada atap beton (lihat gambar rencana Arsitek) yang dapat mengangkat gondola melampaui parapet

b. Kereta gondola dengan perlengkapannya dengan menunjukkan ukuran platform yang diusulkan, kontruksinya serta bahan yang digunakan termasuk roller bumber, roda karet dan lain-lain

c. Motor penggerak arah vertical lengkap dengan peralatannya. Agar dijelaskan type motor, merk, kapasitas angkat, kecepatan, tinggi angkat, motor angkat, power supply, berat total, operation control, safety device, kabel baja angkat dan lain-lain yang diperlukan serta system operasinya.

(43)

Page 43 semua sisi peralatan agar tidak membentur bagian bagunan terkait, bila limit switch tersentuh maka motor akan auto stop.

13.3.3 Persyaratan Teknis

a. Bahan kereta gondola harus dibuat dari besi galvanized, platform dari plat aluminium dan pada sisi muka dan belakang dilapisi dengan galvanized wire-mesh.

b. Sistem kabel hendaknya terdiri dari 2 kabel, yaitu:

- Suspension rope sebagai kabel penggantung utama kereta gondola (kapasitas kabel disesuaikan dengan loading capacity) yang dilengkapi dengan pengaman kabel (slack rope device)

- Safety rope (kabel pengaman) yang harus dapat bekerja secara otomatis apabila kabel utama putus. Kabel baja harus galvanized

c. Motor harus dilengkapi dengan peralatan – peralatan standard seperti:

- Tombol untuk penghentian motor bila sampai ke batas ketinggian maksimum yang ditentukan (top limit switch) dan gulungan kabel terakhir

- Sistem pengaman yang akan bekerja secara otomatis untuk menghentikan motor bila kecepatan turun atau naik melebihi batas kecepatan yang ditentukan (overspeed safety device with manual reset)

Motor harus dapat berjalan kembali dengan normal setelah operator memutar tombol reset

(44)

Page 44 - Jendela pengontrol untuk melihat apakah over speed berfungsi atau tidak (inspection window)

- Petunjuk jam kerja (hour meter) yang menunjukkan berapa jam motor telah dijalankan

- Tombol tekan untuk menghentikan motor bila petugas yang berada di kereta melihat kelainan posisi atau keadaan yang dapat

membahayakan. Motor harus dapat dijalankan kembali dengan normal setelah operator memutar tombol reset

- Tombol tekan untuk menggerakkan motor naik dan turun (hold and run push button)

- Lampu indicator yang akan menyala apabila aliran listrik tersambung dengan baik (indicator light). Motor tidak bias dijalankan sebelum lampu ini menyala

- Posisi kereta gondola harus tetap tergantung di tempatnya (tidak boleh merosot) jika sambungan listrik terputus secara mendadak. Motor harus dapat diturunkan dengan normal tanpa tenaga listrik dengan cara menarik tuas darurat yang ada pada motor (no. Power emergency descent level)

- Rem pengaman system magnetic listrik (electro magnetic brake)

(45)

Page 45 Cara pengoperasian gondola adalah sebagai berikut:

a. Periksa power supply / tegangan

b. Pasang sling pada penggantung yang kokoh dan kuat c. Pengukuran sling dan kabel power ke sangkar

d. Pemasangan sling ke mesin dapat dilakukan dengan manual atau electric pada kedua mesin

e. Naikkan sangkar sampai tergantung

f. Pengecekan kemiringan terhadap sangkar melalui selector di panel control apabila telah terjadi keseimbangan pada sangkar, maka gondola telah bisa dioperasikan Operator sesuai kebutuhan

14 SISTEM PLAMBING / PEMIPAAN

Perencanaan system ini direncanakan untuk menghasilkan penyediaan air bersih dan pembuangan air limbahnya.

Sistem Plambing meliputi: - Instalasi penyediaan air bersih

- Instalasi pembuangan / pengolahan air limbah

- Instalasi pembuangan air bekas kitchen (grease trap) - Instalasi air hujan

14.1 DASAR PERENCANAAN 14.1.1 Kriteria Perencanaan

Menyediakan kebutuhan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, lengkap dengan jaringan distribusinya, dan jaringan pipa air buangan / kotor dari drainasi lantai, bak cuci, urinal, water closet, dsb menuju ke sistim pengolahan air kotor (sewage treatment plant) tanpa mencemarkan bagian penting lainnya.

(46)

Page 46 Air bersih diambil dari sumber utama PDAM, perkiraan kebutuhan air bersih:

- Apartemen : 200 liter/orang/hari - Kantor : 100 liter/orang/hari - Restoran : 30 liter/pengunjung/hari - Retail / Mini Market : 40 liter/orang/hari - Sekolah : 40 liter/orang/hari - Kantin : 30 liter/orang/hari

a. Standard Sistem Air Bersih.

 Minimum tekanan air yang dibutuhkan alat plambing: - WC Flush Valve : 1 bar

- WC Flush Tank : 0,7 bar - Urinal Flush Valve : 0,4 bar - Faucet / kran air : 0,3 bar - Lavatory : 0,3 bar - Shower : 0,7 bar

 Beban kebutuhan alat plambing dalam fixture unit: Hunian Umum:

- WC Flsh Valve : 10 buah

- WC Flush Tank : 5 buah

- Urinal Flush Valve : 5 buah - Lavatory (bak cuci tangan) : 2 buah

- Bak cuci dapur : 2 buah

- Shower : 2 buah

- Kelompok KM dengan WC Flush Valve : 8 buah - Kelompok KM dengan WC Flush Tank : 6 buah

(47)

Page 47 Lingkup pekerjaan system plambing adalah:

1. Sistem penyediaan air bersih 2. Sistem penyaluran air buangan 3. Sistem penyaluran air hujan 4. Sistem pengolahan air limbah

14.1.2 Ketentuan dan Standarisasi

 Pedoman Plambing Indonesia, 1979  National Plambing Code

 Perangcangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing

 Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 tahun 1975

 Sistem Plambing 2000 Badan Standarisasi Nasional (ICS 91.140.60)  Ketentuan-ketentuan yang berlaku di Daerah Khusus Ibukota

Jakarta

14.1.3 Sumber Air Bersih

Sumber utama air bersih akan menggunakan air dari PDAM, sedangkan air dari Deepwell sebagai sumber air cadangan.

a. Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem yang digunakan dalam distribusi air bersih adalah system gravitasi dengan menggunakan roof tank yang diletakkan di atas tower.

Dengan menggunakan pompa transfer, air bersih dari ground water reservoir dipompa ke tangki atap (roof tank), kemudian dengan

menggunakan pipa air bersih didistribusikan ke setiap jaringan pipa air bersih di setiap lantai.

(48)

Page 48 Untuk pengaturan tekanan air pada pipa distribusi vertical dilengkapi dengan PRV (Pressure Reducing Valve) setiap 5 lantai satu unit PRV dengan tekanan masuk 3 – 4 bar dan keluar ± 2 bar pada tiap lantai untuk mengatur agar tekanan pada titik peleyanan yang jauh tidak terlalu besar.

Untuk 5 lantai teratas digunakan pompa penguat (booster pump) guna mendapatkan tekanan air yang cukup pada tiap fixture unit.

Pada setiap cabang ke masing-masing unit dipasang glove valve (manual) sebagai regulating valve (katup pengatur).

Masing-masing bangunan Apartemen direncanakan menggunakan GWT terserndiri, berikut pompa transfer.

Material pemipaan system air bersih menggunakan GIP (Galvanized Iron Pipe) Medium Class ASTM A53 dan PPR.

14.1.4 Air Limbah Apartemen

Pembuangan air limbah dari alat Plumbing (sanitari) yaitu air bekas dari Apartemen dan fasilitas umum akan disalurkan ke STP.

Untuk air kotor akan disalurkan ke instalasi STP melalui proses pengolah limbah.

Air dari STP recycling akan dipergunakan untuk siram taman.

Pembuangan air dari dapur / kitchen, setelah melalui invidiual grease trap pada masing-masing dapur disalurkan ke sentral grease trap yang terletak di lantai Basement. Material pemipaan air limbah

menggunakan polyvinyl chloride (PVC) class 10 kg/cm². Material pemipaan air limbah kitchen menggunakan cast iron class 10 kg/cm².

Direncanakan untuk bangunan Apartemen akan dilayani oleh 1 unit pengolahan limbah yang terintegerasi antar tiap unit Apartemen

(49)

Page 49 untuk memenuhi kebutuhan siram taman, flushing toilet, dan sisanya dibuang ke saluran luar yang terdekat dengan bangunan Residential.

14.1.5 Instalasi Air Hujan

Air hujan dari halaman gedung disalurkan ke sumur resapan dan ke saluran luar gedung yang kemudian dialirkan ke saluran kota

menggunakan saluran terbuka dan tertutup dengan kemiringan antara 0.3 – 0.5%.

Air hujan dari atap gedung dialirkan melalui pipa tegak air hujan menuju bak penampungan air hujan dengan kapasitas untuk selama 2 jam, kelebihan air hujan akan disalurkan ke saluran kota.

15 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Instalasi pemadam kebakaran direncanakan untuk mengatasi / membatasi kebakaran dalam gedung.

15.1 REFERENSI KETENTUAN & STANDARISASI.

Pada bangunan Tower Apartemen di mana terdiri dari 29 lantai, maka seusai dengan Peraturan yang berlaku harus dilengkapi dengan system pemadam kebakaran antara lain:

a. Peraturan pemadam kebakaran dari Department Pekerjaan Umum. Di mana mewajibkan penggunakan system sprinkler untuk gedung-gedung yang lebih tinggi dari 4 (empat) lantai. Diwajibkan juga menggunakan system hydrant dan pemadam api ringan / extinguisher

b. National Fire Protection Association (NFPA). Standard NFPA 20 tahun 2000 tentang “Fire Pump”

(50)

Page 50 c. Peraturan Standard Nasional Indonesia (SNI 03-3989-2000)

d. Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 877 dan 914 tahun 1981

15.2 LINGKUP PEKERJAAN

a. Sistem instalasi hydrant (hose system) b. Sistem instalasi sprinkler

c. Pemadam api ringan

15.3 KRITERIA PERENCANAAN a. System instalasi hydrant

Sistem : Wet riser

Tekanan : 6,9 bar pada level teratas

Hydrant box : lengkap dengan hose sepanjang 30 meter dan landing valve, ditempatkan satu buah tiap luas lantai 800 m².

Instalasi hydrant terbagi 2 (dua) bagian:

1. Instalasi di dalam gedung, yaitu menggunakan hydrant box di setiap luas 800m²

2. Instalasi di luar bangunan menggunakan hydrant pilar kembar siam (siamesse connection) setiap jarak ± 60m

b. Sistem instalasi sprinkler.

Instalasi sprinkler direncanakan dengan klasifikasi light hazard untuk lantai-lantai Apartemen, sedangkan untuk ruang utilitas dan parkir dengan klasifikasi ordinary hazard group II.

(51)

Page 51 ditentukan sesuai dengan peraturan, dengan acuan ± 15 m² pertitik sprinkler untuk light hazard dan ± 12 m² untuk ordinary hazard.

Beberapa fungsi ruangan yang menggunakan system pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan fire alarm antara lain:

Fungsi Ruangan Fire Fighting Jenis Detector

- Corridor Sprinkler Smoke Detector

- Retail Portable Fire Extinguisher Smoke Detector - Parking Area Sprinkler ROR Heat Detector

c. Pemadam api ringan

Untuk mencegah bahaya kebakaran yang sifatnya ringan / dini dilengkapi dengan pemadam api ringan (portable fire extinguisher) sebelum peralatan pendeteksi bekerja otomatis.

Beberapa penempatan pemadam api ringan jenis CO2 di lantai Basement antara lain:

- Ruang Panel : Pemadam Api Ringan CO2, 7 Kg - Ruang Genset : Pemadam Api Ringan CO2, 50 Kg - Ruang Mekanikal Engineering : Pemadam Api Ringan CO2, 3 Kg - Ruang Kitchen : Pemadam Api Ringan CO2, 7 Kg

15.4 SISTEM POMPA KEBAKARAN

a. Pompa untuk melayani distribusi air dalam system kebakaran direncanakan untuk melayani system hydrant dan sprinkler (combined system)

b. Pompa utama akan melayani dua system (hydrant dan sprinkler) dari level Lower Ground sampai ke roof

(52)

Page 52 c. Pompa pemadam kebakaran terdiri dari:

o Pompa pemadam kebakaran dengan penggerak motor listrik o Pompa pemadam kebakaran dengan penggerak motor diesel o Pompa pacu (Jockey pump) dengan penggerak motor listrik

d. Cadangan air untuk system ini pada tangki utama di level Basement akan diperhitungkan untuk dapat melayani system selama 60 menit.

15.5 CARA KERJA POMPA PEMADAM KEBAKARAN

Pompa Pemacu (Jockey Pump) berfungsi untuk mengatasi kebocoran yang ada pada mechanical seal pompa dan untuk mempertahankan tekanan air di dalam jaringan pemipaan tetap konstan.

Pompa akan hidup/start apabila tekanan turun sampai pada batas yang ditentukan dan akan mati/stop pada saat tekanan air kembali naik ke batas tekanan yang telah ditentukan.

Pompa Utama pemadam kebakaran akan hidup/start apabila pompa pemacu sudah tidak sanggup menangani penurunan tekanan pada jaringan pemipaan akibat pecahnya kepala sprinkler atau dibukanya katup hidran sehingga tekanan air turun sampai batas yang telah ditentukan. Dan pompa akan mati/stop secara manual.

Apabila pompa utama ditidak bisa hidup/start dikarenakan sesuatu hal pada saat tekanan air sudah turun pada batas yang telah ditentukan dan tekanan air terus menurun, maka pompa cadangan akan hidup pada saat tekanan air sudah berada pada batas yang telah ditentukan, dan pompa juga akan mati/stop secara manual.

(53)

Page 53 Kondisi / kualitas air dijaga dengan mensirkulasikan air kolam seanyak 6 kali / hari (diperlukan waktu operasi 12 jam).

Sistem yang direncanakan adalah system over flow di mana di permukaan air kolam renang selalu melimpah ke setiap flow rim di sekeliling kolam.

Air limpahan akan ditampung dalam tangki balancing tank, yang terletak di dekat kolam renang. Air di balancing tank akan diflitrasi menggunakan pompa sirkulasi.

Untuk mendapatkan kualitas air yang baik digunakan filter-filter pada system sirkulasinya.

Gambar

Tabel Pemilihan Jenis Detector sesuai fungsi ruangan.

Referensi

Dokumen terkait

Sirkulasi ini berupa kawasan itu sendiri karena pengunjung dapar bergerak bebas kesegala arah jika didalam site pada bagian area penerima terjadi pembagian antara

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, masih banyak guru yang mengalami kesulitan menangani kebosanan yang timbul pada diri siswa dalam hal belajar sehingga

PEMERINTAH DESA  PEMERINTAH

examine the level of skills and knowledge possessed by Nigerian academics and practitioners for the application of forensic accounting as a tool for preventing

“Once the problem has been defined and appropriate alternatives have been identified, the next stage in the analysis is to identify all relevant costs and

berpikir konvergen pada model pembelajaran TSTS dengan Fhitung = 19,217 pada taraf signifikansi 5%; (2) Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran yang

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kepribadian berwirausaha memiliki pengaruh positif pada sikap berwirausaha, norma subjektif berwirausaha dan persepsi resiko

 – Tahun 2014, ILAE memperbaharui definisi klinis epilepsi : satu kejang tanpa provokasi ditambah adanya kemungkinan kejang tambahan lebih dari 60% dalam 10 tahun ke depan. ILA E