• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. ISI 2.1 Pengertian Ejaan 2.2 Macam Ejaan Ejaan Fonetis Ejaan Fonemis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. ISI 2.1 Pengertian Ejaan 2.2 Macam Ejaan Ejaan Fonetis Ejaan Fonemis"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

1 1. PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.

Ejaan (Bahasa Indonesia) yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terkahir atas ejaan - ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia, pernah berlaku Ejaan Ch.A. Van Ophuysen dan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi). Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesia, melainkan ejaannya, yakni tata cara penulisan baku.

EYD diberlakukan sejak tanggal 17 Agustus 1972. Berarti, hingga kini EYD telah berlaku seca resmi sebagi ejaan bahasa Indonesia selama tiga dasarwarsa lebih. Namun , selam itu pula belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum didalam EYD , baik karena belum tahu, enggan mematuhi, atau karena sebab lain. Tindakan seperti itu jelas dapat mengacaukan pekembangan bahasa Indonesia. Padahal, dengan diberlakunya EYD, seharusenya setiap warga Negara Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum didalammnya.

Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD Itulah makalah ini dibuat dalam pembahasan pada makalah ini dilengkapi dengan masalah-masalah yang masih berkaitan dengan EYD. Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi pembaca makalah ini. Dengan demikian, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat terwujud.

(2)

2 2. ISI

2.1 Pengertian Ejaan

Ejaan ialah keseluruhan sistem dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman.1 Sedangkan untuk Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya. Adapun pengertian lain dari ejaan yaitu penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dst) dengan kaidah tulisa (huruf) yang distandarisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu

1. Aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad.

2. Aspek morfologis yang mnyengkut penggambaran satuan satuan morfemis. 3. Aspek sintakis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

2.2 Macam Ejaan

Ejaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan fonetis dan ejaan fonemis.2 Adapun penjelasanya sebagi berikut ;

1. Ejaan Fonetis ialah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa fonem dengan lambing atau huruf. Hal itu dilakukan dengan mengukur dan mencatat dengan alat pengukuran bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis jumlah lambing yang diperluas cukup banyak.

2. Ejaan Fonemis ialah ejaan yang berusaha menyataka setiap fonem dengan satu lambang atau satu huruf. Dalam ejaan fonemis jumlah lambang yang diperlukan tidak terlalu banyak dalam bahasa Indonesia, ejaan yang dipakai ialah ejaan fonetis. Namun, masih terdapat beberapa fonem yang dilambangkan dengan dua tanda. Contoh: [ ng, ny, kh, sy]. Sebaliknya ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda. Contoh: e [ pepet: makan apel] dan e [ taling: apel bendera, rambut perang].

(3)

3 2.3 Ejaan yang (Pernah) Ada dan Berlaku di Indonesia

Pada bahasa yang berkembang di Indonesia pernah memiliki Ejaan yang berubah-ubah. Adapun penjelasan dari ejaan yang penah ada dan berrlaku di Indonesia yakni:3

1. Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen yakni ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:4

1) Huruf (u) ditulis (oe).

2) Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’ 3) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di

atas akhiran itu diberi tanda trema (”)

4) Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya 5) Kata ulang diberi angka 2, Misalnya : janda2 (janda-janda) 6) Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :

 Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)

 Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)  Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini. Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan jawi.

(4)

4 2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi

Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia. Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :

1) Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u). 2) Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.

3) Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata’ menjadi katak.

4) Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.

5) Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya berlari-larian, berlari2-an.

6) Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya : tata laksana, tata-laksana, tatalaksana.

3. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, Misalnya : (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).Ejaan Malindo

Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD

Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972

(5)

5 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. EYD mengatur pemakaian huuf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

2.4 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan 1. Pemakaian Huruf

a. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama setiap huruf disertakan di sebelahnya.

Tabel 1. Huruf Abjad pada Bahasa Indonesia

Huruf Nama Huruf Nama

A a B b C c D d E e F f G g H h I i J j K k L l M m a be ce de e ef ge ha i je ka el em N n O o P p Q q R r S s T t U u V v W w X x Y y Z z en o pe ki er es te u ve we eks ye zet

(6)

6 b. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

Tabel 2. Tabel Huruf Vokal

Huruf Vokal Contoh Pemakaian Dalam Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

a e* i o u api enak emas itu oleh ulang padi petak kena simpan kota bumi lusa sore tipe murni radio ibu

*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah. Kami menonton film seri (séri).

Pcrtandingan itu berakhir seri.

c. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y, dan z.

Huruf Konsonan

Contoh Pemakaian Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

B c d f bahasa cakap dua fakir sebut kaca ada kafan adab - abad maaf

(7)

7 g h j k l m n p q** r s t v w x** y z guna hari jalan kami - lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xenon yakin zeni tiga saham manja paksa rakyat* alsa kami anak apa Furqan bara asli mata lava hawa - payung lazim balig tuah mikraj politik bapak* kesal diam daun siap - putar lemas rapat - - - - juz

*Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.

** Huruf q dan xdigunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu

d. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan

ai, au, dan oi.

Huruf Diftong Contoh Pemakaian Dalam Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

ai au oi ain aula - syaitan saudara boikot pandai harimau amboi

(8)

8 e. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsona. Yaitu kh, ng ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Tabel 5. Huruf Konsonan Gabungan Huruf

Kosonan

Contoh Pemakaian dalam Kata

Diawal Di tengah Di akhir

kh ng ny sy khusus ngilu nyata syarat akhir bangun hanyut isyarat terikh senang - arasy f. Pemenggalan Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.

Misalnya :

au-la bukan a-u-la

sau-da-ra bukan sa-u-da-ra am-boi bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

Misalnya :

ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir

c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.

(9)

9 Misalnya :

man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk.

d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya :

in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

Misalnya :

makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah

Catatan:

a) Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

b) Akhiran -i tidak dipenggal.(Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)

c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.

Misalnya : te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.

Misalnya : bio-grafi, bi-o-gra-fi foto-grafi, fo-to-gra-fi intro-speksi, in-tro-spek-si kilo-gram, ki-lo-gram kilo-meter, ki-lo-me-ter pasca-panen, pas-ca-pa-nen

(10)

10 Keterangan :

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.

2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring a. Huruf Kapital dan Huruf Besar

1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya :

Dia mengantuk Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu belum selesai.

2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya :

Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?” Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!” “Kemarin sengkau terlambat.”katanya.

“Besok pagi.”kata Ibu,”dia akan berangkat”.

3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan. Misalnya :

Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil. Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

(11)

11 Misalnya :Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam

Syafii, Nabi Ibrahim

5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Gubernur Irian Jaya

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya :

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu? Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor. Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.

6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya : Albar Maulana, Kemal Hayati, Wage Rudolf Supratman Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya : Mesin diesel, 10 watt, 2 ampere, 5 volt

7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa.

Misalnya: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya : keinggris-inggrisan, mengindonesiakan kata asing

8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya : tahun Saka,tahun Masehi bulan November, hari Jumat, hari

(12)

12 Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya :

Ir.Soekarno dan Drs.Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang dunia.

9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Misalnya :

Asia Tenggara, Kali Brantas, Banyuwangi, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Selat Lombok, Gunung Semeru, Teluk Benggala

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya :

berlayar ke teluk, mandi di kali, pergi kea rah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya :garam inggris,gula jawa, soto madura

10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/ lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi kecuali seperti dan.

Misalnya :

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat

Badan Keputusan Ibu da Anak Republik Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi

Misalnya:

(13)

13 Bebarapa badan hukum

Kerja sama antara pemerintah dan rakyat

11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur ulang bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga pemerinyah dan ketenagakerjaan serta dokumen resmi.

Misalnya :

Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya :

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma Bacalah majalah Bahasa dan Sastra

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan

Ia menyelesaikan makalah “Asas-asas Hukum Perdata”.

13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.

Misalnya : Dr. doctor

M.A. master of arts S.H. sarjana hukum

Ny. Nyonya

(14)

14 14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan sperti bapak,ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya :

“Kapan Bapak berangkat?” Tanya Harto. Adik bertanya.” Itu apa, Bu?”

Besok Paman akan datang

Mereka pergi ke rumah Pak Camat

Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan

Misalnya :

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya :

Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima.

b. Huruf Miring

1) Huruf miing dalam cetakan dipakai untuk menegaskan nama buku majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan,

Misalnya :

majalah Bahasa dan Kesastraan

buku Negarakertagama karangan Prapanca surat kabarr Surya Kencana

2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk mengaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata.

Misalnya :

Huruf pertama kata abad adalah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

(15)

15 3) Huruf miring dalam tulisan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau

ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnys:

Nama ilmiah buah Manggis adalah Garcinia mangostana. Politik devide et impera pernah merajalela di negerri ini. Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

3. Penulisan Kata a. Kata Dasar

Kata Dasar adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna Kata tersebut belum mengalami penambahan atau perubahan bentuk yang mengakibatkan perubahan makna.

Misalnya : Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak.

Buku itu sangat tebal.

b. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis

serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahulinya Misalnya : bertepuk tangan,sebar luaskan, garis bawahi

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata tulis serangkai.

Misalnya : menyebarluaskan, penghancurleburan, dilipatgandakan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya: adipati, mahasiswa, mancanegara, aerodinamika, Pancasila,

bikarbonat, panteisme, biokimia, paripurna, caturtunggal, poligami, dasawarsa, pramuniaga, dekameter, prasangka, demoralisasi, purnawirawan

(16)

16 Catatan :

1. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf capital, diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya : non-Indonesia, pan-Afrikanisme

2. Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

Misalnya :

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha esa melindungi kita Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih

c. Bentuk Ulang

Kata ulang yaitu kata dasar yang diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem melainkan kata.

Contoh Kata Ulang :

anak-anak, buku-buku, hati-hati, kupu-kupu, laba-laba, mata-mata, sia-sia, undang-undang, lauk, gerak-gerik, hura-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, terus-menerus

d. Gabungan Kata

1. Gabungan kata biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api, mata pelajaran, rumah sakit, simpang empat, meja tulis, persegi panjang

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, alat pandang-dengar, buku

sejarah-baru,

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya: acapkali, adakalanya, beasiswa, dukacita, kasatmata, saputangan, sekalipun, sukacita, kilometer, sukaria, segitiga, olehraga, manakala, padahal, sekalipun, kacamata, dukacita, daripada, bilamana, bagaimana, barangkail,dll.

(17)

17 e. Kata Ganti ku, kau , mu, dan nya

Kata ganti ku- dank kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku,-mu dan –nya ditulis serangkau dengan kata yang mendahulinya

Misalnya:

Apa yang kumiliki boleh kauambil ?

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan diperpustakaan.

f. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke da dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata sepri kepada dan daripada.

Misalnya:

Kai itu terletak di dalam lemari Bermalam semalam di sini

Di mana Siti sekarang?

Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.

Ke mana saja ia selama ini?

Catatan:

Untuk kata-kata daripada, kepada, serta imbuhan di- yang merujuk kalimat pasif, ditulis serangkai., misalnya :

Dia lebih tua daripada adiknya.

Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya. Bawa kemari buku itu.

Ia masuk, lalu keluar lagi.

Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

g. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis tepisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya :

Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim

(18)

18 h. Partikel

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya Misalnya :

Bacalah buku itu baik-baik. Siapakah pacarmu itu ?

Apatah gunanya bersedih hati ?

2. Partikel pun ditulis serangkai dari kata yang mendahuluinya. Misalnya :

Apa pun makannya, minumnya teh kotak. Jangankan rumah, gubuk pun aku tak punya. Kakaknya pintar, adiknya pun pintar.

Catatan: Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun,

ataupn , bagaimanapun, biarpun, kalupun, meskipun, sekalipun, walaupun

ditulisa serangaki. Misalnya:

Adapun sebab-sebanya belum diketahui.

Bagaimanapun juga akan dicobanya menyeleaikan tugas itu

Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi

Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahulinya atau mengikutinya.

Misalnya:

Harga kain itu Rp. 2000.00 per helai. Mereka keluar kelas satu per satu. Aku mendapat uang jajan per bulan.

i. Singkatan dan akronim

1. singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan

(19)

19 Misalnya:

A.S. Kramawijaya Muh. Yamin

M.B.A. master of business administration S.E sarjana ekonomi

Bpk. Bapak Kol. Colonel

b. singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Misalnya :

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia KIP Kartu Tanda Pengenal

c. Singakatan umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya:

dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya hlm. halaman

sda. sama dengan atas Yth. Yang terhormat Tetapi

a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.p. untuk perhatian

d. lambing kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Misalnya: Cu kuprum Rp rupiah l liter

(20)

20 cm sentimeter

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Misalnya:

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara

PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan SIM Surat izin mengemudi

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya;

Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

pemilu pemilihan umum

radar radio detecting and ranging rapim rapat pimpinan

rudal peluru kendali tilang bukti pelanggara

Catatan:

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk

(21)

21 dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

j. Angka dan lambang bilangan

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), (500), M (1000), V (5 000), M (1.000.000)

Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, bobot, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

Misalnya: 0,5 sentimeter, 5 kilogram, 4 meter persegi, 10 liter, Rp5.000,00, US$3.50*, $5.10, Y100, 2.000 rupiah, 1 jam 20 menit, pukul 15.00, tahun 1928, 17 Agustus 1945, 50 dolar Amerika, 10 paun Inggris, 100 yen, 10 persen, 27 orang

* Tanda titik di sini merupakan tanda desimal

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169

4. Angka dingunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin: 9

5 Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a Bilangan utuh

Misalnya:

(22)

22 dua puluh dua 22

dua ratus dua puluh dua 222 b Bilangan pecahan

Misalnya:

Setengah ½ tiga perempat ¾

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.

Misalnya: Paku Buwono X, Paku Buwono ke-10, Paku Buwono kesepuluh, Bab II, Bab ke-2, Bab kedua, Abab XX, Abad ke-20, Abad kedua puluh

7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V,Pasal E, Ayat 5.) Misalnya:

Tahun ’50-an atau, Uang 5000-an, Uang lima 1000-an, Tahun lima puluhan, Uang lima ribuan, Uang lima seribuan

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

Misalnya:

Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

(23)

23 Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

Bukan:

15 orang tewas dalam kecelakaan itu. 250 orang tamu diundang Pak Darmo.

Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.

11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

Misalnya:

Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Bukan:

Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.

Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus

sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus

sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.

5. Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta,

(24)

24 Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.

Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’exploitation de l’homme par l’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi a paal pal baal bal octaaf oktaf th menjadi t theocracy teokrasi orthography ortografi thiopental tiopental thrombosis trombosis method metode Catatan:

1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah.

Misalnya: kabar, iklan, bengkel, sirsak, perlu,hadir

2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

(25)

25 Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti

standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.

6. Pemakaian Tanda Baca a. Tanda Titik (.)

1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh :

Saya suka makan nasi. Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Marilah kita mengheningkan cipta.

Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.

2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

a III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria

b 1. Patokan Umum Isi Karangan Ilustrasi Gambar Tangan Tabel Grafik Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

(26)

26 3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan waktu. Misalnya:

pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Misalnya:

1.32.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik)

5) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya:

Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.

6a) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Contoh : Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

6b) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Contoh:

Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal. Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.

7) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:

Acara Kunjungan Adam Malik

Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD’45) Salah Asuhan

(27)

27 8) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat

atau (2) nama dan alamat pengirim surat. Misalnya:

Jalan Diponegoro 82 Jakarta

1 April 1991

b. Tanda Koma (,)

1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.

2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan

melainkan.

Contoh: Saya ingin datang, tetapi hujan turun.

3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

4) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

5) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena

itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

Contoh: ……Oleh karena itu, kamu harus datang.

6) Tanda koma dipakai di untuk memiahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,

kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.

contoh: O, begitu ? Wah, bukan main!

7) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

(28)

28 8) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Contoh:

Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta. Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 Mei 1960 Kuala Lumpur, Malaysia

9) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

10) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

11) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

contoh: Rinto Jiang, S.E.

12) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Contoh: 33,5 m, Rp10,50

13) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Contoh: Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara

14) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

(29)

29 15) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

contoh: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Stepheen.

c. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:

Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

d. Tanda Titik Dua (:)

1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya:

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Misalnya:

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan ekonomi perusahaan.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan ayng memerlukan pemerian.

(30)

30 Misalnya:

a. Ketua : Ahmad Wijaya

Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan b. Tempat Sidang : Ruang 104 Pengantar Acara : Bambang S.

Hari : Senin

Waktu : 09.30

3 Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!” Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)

Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)

4 Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Misalnya:

Tempo, I (1971), 34:7 Surah Yasin:9 Karangan Ali Hakim, Pendidikan

Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. Tjokronegero, Sutomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco.

e. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:

Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Di samping cara-cara lama itu ada ju-ga cara yang baru.

(31)

31 2. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

3. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Contoh:

p-e-n-g-u-r-u-s 8-4-1973

4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

Bandingkan:

ber-evolusi dengan be-revolusi

dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).

Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke dengan angka, (c) angka dengan

-an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama

jabatan rangkap. Contoh:  se-Indonesia  hadiah ke-2  tahun 50-an  ber-SMA  KTP-nya nomor 11111  sinar-X  Menteri-Sekretaris Negara

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

(32)

32 f. Tanda Pisah ( — )

1) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.

Contoh: Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Contoh:

Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. 3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai

dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'. Contoh :

 1919–1921

 Medan–Jakarta Catatan:

Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

g. Tanda Elipsis (…)

1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.

Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

h. Tanda Tanya (?)

(33)

33 Contoh:

Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan?

2) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh:

 Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

 Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

i. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Contoh:

Alangkah mengerikannya peristiwa itu! Bersihkan meja itu sekarang juga! Sampai hati ia membuang anaknya! Merdeka!

j. Tanda Kurung ((…))

1) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh:

Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala. 2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian

integral pokok pembicaraan. Contoh:

 Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.

 Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

(34)

34 3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks

dapat dihilangkan. Contoh:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)

 Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.

k. Tanda Kurung Siku ([…..])

1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Contoh:

Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Contoh:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

l. Tanda Petik (“…”)

1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Contoh:

"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

(35)

35 Contoh:

Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu

Tempat.

Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.

Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Contoh:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

4) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Contoh:

 Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".

 Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya. Catatan:

Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

m. Tanda Petik Tunggal (‘….’)

1) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh:

(36)

36 "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2) Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

Contoh: feed-back 'balikan'

n. Tanda Garis Miring (/)

1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh:

 No. 7/PK/1973

 Jalan Kramat III/10

 tahun anggaran 1985/1986

2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.

Contoh:

 harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)

 kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)

 7/8 atau 7⁄8

xn/n!

3) Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .

Contoh: 10 ÷ 2 = 5.

Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.

Contoh: 10 / 2 = 5.

4) Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau

o. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

(37)

37 Contoh:

 Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)

 Malam 'lah tiba. ('lah = telah)

 1 Januari '88 ('88 = 1988)

(38)

38 3. PENUTUP

Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanggal 16 Agustus 1972. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa Indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elips, dan tanda garis miring. Setelah menguasai EYD barulah seseorang baru bisa membuat sebuah kalimat. Kalimat-kalimat tersebut dibuat berdasarkan EYD yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972. Semua orang tentu bisa membuat sebuah kalimat, tetapi tidak semua orang bisa membuat sebuah kalimat yang efektif. Kalimat Efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. Kalimat sangat penting dalam sebuah tulisan. Kalimat yang baik mudah dipahami oleh pembaca. Kalimat lengkap dan bukan fragmentaris.

Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.

Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pendidik.

Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.

(39)

39 DAFTAR PUSTAKA

Lima Adi Sekawan. 2007.EYD PLUS. Jakarta: Limas

Gambar

Tabel 1. Huruf Abjad pada Bahasa Indonesia
Tabel 2. Tabel Huruf Vokal
Tabel 5. Huruf Konsonan  Gabungan Huruf

Referensi

Dokumen terkait

Dia tidak mau ada makhluk yang mengungguli dirinya, sekalipun Tuhannya telah menetapkan manusia, makhluk yang berasal dari tanah, untuk menjadi khalifah di

Karena kini pengguna hijab banyak juga menggunakan pakaian-pakaian yang digunakan oleh mereka yang tak berhijab dengan sedikit modifikasi agar bisa disebut sebagai busana

Bahasa Sunda digunakan oleh para remaja berbahasa Sunda di Kabupaten Bandung pada ranah kekeluargaan, ranah kekariban, ranah ketetanggaan, ranah transaksi, ranah pendidikan,

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sangatlah urgen yang pelaksanaan perekrutannya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor

Setelah posisi kedua strip seperti diatas selanjutnya kita pilih kedua strip tersebut dengan urutan pertama kita pilih strip animasi lalu yang kedua kita pilih strip logo bars

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada persentase abu batu (stone dust/quarry dust) sebesar 15%, nilai batas cair, nilai batas plastis tanah, nilai kadar

dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan. Oleh karena itu, sesuai dengan

60 Pembahasan lebih komprehensif mengenai aliran fungsionalisme teks seperti dikutip Esack, lihat Buckley, “The Hermeneutical Deadlock Between Revelationists, Textualists,