• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara . Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut (Anonimous(1), 2012).

Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung . Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekedar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri) (Anonimous(2), 2012).

Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging. Hal ini disebabkan ayam kampung bertelur sebagaimana halnya bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya. Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus domesticus. Aktifitas penternakan ayam kampung telah ada sejak zaman dahulu (Anonimous(1), 2012).

(2)

Ayam Kampung

Ayam termasuk ke dalam Filum Chordata, Subfilum Vertebrata, Kelas Aves, Ordo Galliformes, Famili Phasianidea, Genus Gallus. Gallus di dunia terdiri dari empat spesies yaitu Gallus gallus Linnaeus (ayam hutan merah), Gallus sonnerati Temnick (ayam hutan abu-abu India), Gallus lafayetti Lesson (ayam hutan jingga Ceylon), dan Gallus varius Shaw (ayam hutan hijau Jawa). Selanjutnya, mengembangbiakkan dan menjinakkan mereka sehingga menjadi ayam-ayam piara atau Gallus domesticus (di Indonesia disebut ayam kampung). Ada pendapat bahwa ayam-ayam piara berasal lebih dari satu spesies ayam hutan, tetapi ayan hutan merah merupakan nenek moyang sebagian besar ayam piara yang ada sekarang (Yaman, 2010).

Ciri-ciri umum ayam kampung, seperti umumnya Ordo Galliformes adalah : memiliki paruh pendek, kaki beradaptasi untuk mencakar, mengais, dan berlari, hewan muda yang baru menetas berbulu halus dan cepat dewasa (cepat dapat berjalan dan makan sendiri), merupakan hewan buru daratan, bersarang di darat, makanan terutama tanam-tanaman, ramping dengan sedikit lemak, berat jantan

dewasa antara 1.490 – 2.140 gram, sedangkan berat betina dewasa antara 1.171,4 – 1.555,6 gram (Mansjoer,1985).

Jenis ayam kampung cukup beragam, tetapi pada umumnya memiliki sifat yang relatif sama yaitu lebih kebal/tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras . Ayam kampung juga lebih tahan terhadap gejala stress. Dan itulah salah-satu keunggulan Ayam kampung, disamping masih banyak lagi

(3)

keunggulan-keunggulan ayam kampung (Ayam Ras) dibandingkan dengan ayam ras (Yaman, 2010).

Menurut Dudung (2006) ayam kampung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ayam ras, yaitu:

1. Ayam kampung lebih kebal terhadap serangan berbagai penyakit

2. Lebih tahan stress, tidak terganggu dengan suasana lingkungan

3. Memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan

4. Lebih toleran terhadap perubahan cuaca

5. Harga jual lebih tinggi dibanding ayam ras

6. Telurnya di anggap lebih berkhasiat, sehingga harga jual telurnya lebih mahal

7. Dagingnya lebih enak dan gurih di banding ayam kampung (ras)

8. Permintaan akan kebutuhan ayam kampung cukup tinggi.

Pada prinsipnya macam zat gizi yang dibutuhkan ayam buras sama dengan yang dibutuhkan ayam ras yaitu protein, vitamin, energi (karbohidrat dan lemak), mineral dan air. Akan tetapi jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh kedua jenis ayam tersebut mungkin berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan zat gizi untuk ayam buras lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan ayam ras. Oleh karena itu penggunaan 100% ransum ayam ras komersial untuk ayam buras merupakan pemborosan karena pertumbuhan maupun produksi telur masih jauh di bawah pertumbuhan maupun produksi telur ayam ras. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan genetis ayam buras. Banyak faktor yang mempengaruhi

(4)

kebutuhan nutrisi, diantaranya jenis ternak, umur unggas, lingkungan, terutama cuaca, dan tingkat produksi (Murtidjo, 2007).

Menurut Murtidjo (2007) kandungan atau zat gizi yang terdapat didalam daging ayam adalah sebagai berikut :

a. Air

Air adalah bagian terbesar dari daging. Kandungan air pada daging ayam muda sekitar 70%, sedangkan pada daging ayam tua sekitar 60%.

b. Protein

Daging ayam adalah sumber protein yang cukup baik. Setiap 100 gr daging ayam kampung mengandung protein sekitar 18,1%. Selain itu daging ayam juga mudah diserap oleh usus.

c. Lemak

Tidak seperti ayam ras yang kandungan lemaknya 15,06%, kandungan lemak ayam kampung justru lebih rendah yakni 12%. Lemak pada ayam menyebar dibawah kulit, hanya sedikit yang berada di dalam daging. Oleh karena itu kandungan lemak pada daging unggas lebih rendah dibanding dengan kandungan lemak pada ternak ruminansia. Kandungan lemak ayam dewasa lebih tinggi dari pada ayam muda. Demikian juga ayam betina, kandungan lemaknya lebih tinggi dari pada ayam jantan.

(5)

d. Vitamin

Daging ayam adalah sumber vitamin B (B1, B2, niasin, asam pantotenat, B6, folasin, dan B12). Vitamin B akan keluar dari daging jika daging ayam direbus.

e. Mineral

Pigmen yang membuat daging ayam berwarna merah mengandung zat besi (Fe) yang mudah diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh manusia. Selain zat besi, daging ayam juga banyak mengandung phosphor dan kalium. Zat mineral lain yang dikandungnya adalah kalsium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), seng(zn), kuprum (Cu), dan mangan (Mn).

Permintaan Ayam Kampung

Dilandasi oleh kebutuhan gizi yang baik dan rasa nikmat, masyarakat kita telah biasa menyertakan daging ayam kampung dalam menu makanan harian. Keperluan ini tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi banyak anggota keluarga. Kebutuhan dalam jumlah besar terhadap daging ayam kampung ini akan menghasilkan permintaan (Rasyaf,2010).

Di masa mendatang, kebutuhan konsumsi daging ayam kampung diperkirakan akan semakin meningkat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dengan elastisitas yang semakin tinggi, perbaikan perekonomian nasional yang terus berlangsung akan menyebabkan konsumsi daging ayam kampung semakin tinggi. Apalagi jika dibandingkan dengan negara lain, tingkat konsumsi daging ayam kampung di Indonesia masih rendah. Hal ini membuka peluang bagi pemasaran

(6)

daging ayam kampung secara nasional. Jumlah penduduk di Indonesia yang lebih dari 225 juta jiwa dengan pertumbuhan di atas 1,5% merupakan potensi pasar domestik yang luar biasa (Santoso dan Titik, 2011).

Pembeli ayam kampung bisa dibilang cukup banyak karena penduduk di Indonesia sudah banyak yang mulai sadar akan kebutuhan gizi. Mereka berasal dari berbagai wilayah dengan berbagai tingkatan pendapatan. Bahkan, saat ini pembeli dari kelas menengah ke bawah sudah terbiasa dengan menu ayam kampung. Masalah banyaknya konsumen itulah yang kurang ditangkap oleh para distributor dan peternak. Hal ini dapat dimaklumi karena menurut (Rasyaf, 2011) adanya dua hal yang menjadi pertimbangan, yakni:

1. Banyak peternak dan distributor yang masih mempunyai anggapan bahwa daging ayam kampung itu dekat dengan mereka yang penghasilan menengah ke atas sehingga tidak heran bila pemasar daging ayam kampung dilakukan di kota-kota besar yang dianggap potensial.

2. Alasan biaya transportasi dan potensi daya beli masyarakat di wilayah pemasaran. Memang pemasaran antar wialayah itu dilakukan pada daerah sekitar peternakan atau terbatas pada kemampuan yang layak secara ekonomis. Itulah sebabnya banyak peternakan yang berdiri di sekitar kota besar saja, sekalipun pasarnya sudah jenuh.

(7)

Faktor-faktor Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi

Daging Ayam Kampung

Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen beranekaragam antara lain harga, selera, musim, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, jumlah penduduk dan lain sebagainya (Pracayo dan Antyo, 2006).

Permintaan yang ditimbulkan oleh konsumen yang membutuhkan daging ayam kampung untuk beragam kebutuhan mereka ini terdiri dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan akan daging ayam kampung yang akan saya gunakan adalah :

1. Umur

Orang membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan selama masa hidupnya. Secara umum, umur juga mempengaruhi selera akan makanan dan segala macam keperluan semasa hidup. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

Memahami umur konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap barang dan jasa (Sumarwan, 2004).

(8)

2. Tingkat Pendidikan

Dalam memiliki menu makanan yang mempunyai kandungan energi dan protein yang memadai, serta pemilihan komposisi jenis makanan yang tepat, diperlukan tingkat pengetahuan yang relatif tinggi, terutama tingkat pengetahuan kepala keluarga dan istri yang berperan sangat tinggi dalam menentukan keputusan konsumsi rumah tangga (Cahyaningsih, 2008).

3. Jumlah Tanggungan

Besar kecilnya jumlah keluarga akan mempengaruhi pola konsumsinya. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika harus diberi makan dalam jumlah yang sedikit. Panggan yang tersedia untuk satu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Suhardjo dkk, 1996).

4. Pendapatan

Tinggi atau rendahnya pendapatan konsumen akan mempengaruhi permintaan. Hal ini dapat dilihat pada kondisi masyarakat sekarang yang sudah lebih banyak yang berada di atas garis kemiskinan. Kini daging ayam kampung sudah merupakan santapan rutin di banyak wilayah di Indonesia, khususnya Medan. Memang belum merata di semua wilayah kita, inilah sebabnya konsumsi daging ayam kampung tidak imbang dengan jumlah penduduk yang lebih dari 180 juta jiwa. Keberhasilan pembangunan dengan semakin meratanya pembagian pengahasilan dan semakin sadarnya masyarakat akan gizi akan mendorong permintaan dan konsumsi daging ayam kampung lebih besar lagi. Hal ini terbukti

(9)

dari laju pertambahan permintaan dan konsumsi daging ayam kampung dari tahun ke tahun. Perubahan pendapatan konsumen di suatu wilayah inilah yang harus dipantau oleh peternak dan dievaluasi untuk merancang kemungkinan perubahan pangsa pasar yang dapat diraih (Rasyaf, 2012).

5. Harga Daging Ayam kampung

Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi sedikit/banyaknya terhadap jumlah barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif dengan harga.

Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta seperti ini berlaku untuk sebagian besar barang dalam perekonomian, dan memang begitu nyata terjadi. Sehingga para ekonom menanamkannya hukum permintaan, dengan menganggap

hal lainnya tetap ketika harga sebuah barang yang diminta akan menurun ( Rasyaf, 2012).

Landasan Teori

Permintaan

Kegunaan yang dimiliki oleh suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia menyebabkan barang tersebut dikonsumsi. Konsumsi seseorang terhadap suatu

barang dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu menunjukkan kuantitas ( jumlah ) barang yang di minta. Bila harga barang dihubungkan dengan dimensi

(10)

tersebut dimungkinkan karena adanya perubahan dalam biaya produksi, persaingan, keadaan perekonomian, dan sebagainya. Dengan demikian, harga suatu barang dapat berbeda – beda pada jangka waktu tertentu. Kuantitas barang yang diminta dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu disebut permintaan (Wijaya, 1991).

Pada dasarnya permintaan menunjukkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hukum permintaan tersebut tentunya menggunakan asumsi bahwa faktor selain harga dianggap tetap. Asumsi inilah yang disebut dengan ceteris paribus (Sukirno, 1994 ).

Hubungan antara kedua variabel, yaitu antara harga dengan jumlah barang yang di minta atas suatu barang dapat dilihat melalui kurva permintaan. Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Pada kurva tersebut terlihat bahwa terjadi perubahan jumlah permintaan atas suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu. Konsep permintaan didasarkan pada hukum utilitas marjinal yang semakin menuru (law of diminishing marginal utility), yang menyatakan bahwa dengan makin banyaknya produk yang dikonsumsi, makin berkurang kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan selanjutnya. Hal ini merupakan penyebab dari kemiringan negatif kurva permintaan dan hubungan terbalik antara harga dan jumlah yang diminta. Secara teoritis, kurva permintaan digambarkan dengan sumbu tegak menggambarkan

(11)

tingkat harga (P) suatu barang tertentu, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta (Q), dan DD adalah kurva permintaan, seperti pada kurva dibawah ini (Bangun, 2007).

Pada kenyataannya, jumlah permintaan ke atas suatu barang bukan hanya ditentukan oleh harga barang itu sendiri, melainkan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap permitaan ke atas suatu barang. Faktor-faktor tersebut antara lain, harga barang lain yang mempunyai kaitan dengan suatu barang tertentu, pendapatan masyarakat, daya tarik suatu barang, jumlah penduduk, dan perkiraan harga di masa yang akan datang (Bangun, 2007).

Dalam praktek ekonomi sehari-hari, perilaku permintaan dan penawaran relatif mendominasi dalam perekonomian baik dalam skala mikro maupun makro. Kekuatan permintaan dan daya dorong penawaran berdampak pada tingkat kemakmuran suatu rumah tangga atau negara (Putong, 2005).

Komoditi dipakai untuk memenuhi keinginan dan keperluan, dan hampir selalu ada lebih dari satu komoditi yang dapat memenuhi setiap keinginan atau keperluan. Komoditi-komoditi semacam itu bersaing satu sama lain untuk memperoleh perhatian pembeli (Kadariah, 1994).

Bila harga suatu macam barang berubah, hal ini tidak hanya mempengaruhi permintaan barang tersebut, tetapi juga mempengaruhi permintaan barang lain. Perubahan yang terjadi selalu bisa dipecah menjadi dua komponen, yaitu komponen substitusi dan komponen pandapatan (Nicholson, 1994).

Kurva permintaan terhadap suatu komoditi mempunyai lereng yang menurun (dari kiri atas ke kanan bawah) karena makin rendah harga komoditi, makin murah

(12)

komoditi itu dibandingkan dengan komoditi lain yang dapat memuaskan keperluan atau keinginan yang sama. Komoditi-komoditi yang lain itu disebut substitusi (Kadariah, 1994).

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan (Mangkunegara,2002).

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) dalam Suryani (2008) bahwa perilaku konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumberdaya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan di konsumsi. Dalam studi ini juga dikaji tentang apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, dimana mereka membeli dan bagaimana mereka menggunakannya.

Perilaku konsumen tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan karena itu perlu dicari informasi semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan ahli, salah satunya oleh “Enggel” yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen terbagi 2 yaitu perilaku yang tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang tidak tampak

(13)

diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen (Umar, 2000).

Menurut Simamora (2008), faktor-faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah faktor kebudayaan (kultur, sub kultur, kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga, peran dan status), faktor pribadi (umur dan pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian), faktor psikologis (motivasi, persepsi, dan tingkat pendidikan). Peran setiap faktor-faktor ini berbeda untuk setiap produk yang berbeda.

Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas sosial (Simamora, 2008).

Pengetahuan menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi, 2003).

Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok, keluarga, peran dan status konsumen. Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang bersama. Kelompok mempunyai pengaruh langsung dan seorang yang menjadi anggotanya disebut kelompok acuan. Kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang. Keluarga adalah dua atau lebih orang yang

(14)

dipersatukan oleh hubungan darah, pernikahan atau adopsi, yang hidup bersama. Anggota keluarga konsumen dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumen. Peran dan status merupakan posisi seseorang menjadi anggota kelompok, keluarga, klub, dan organisasi (Simamora , 2008).

Menurut Suryani (2008), kelas sosial didefenisikan sebagai pembagi anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu hirarki kelas-kelas status yang berbeda, sehingga anggota-anggota dari setiap kelas yang relatif sama mempunyai kesamaan. Untuk menentukan kelas sosial, maka indikator tentang kelas sosial harus dirumuskan dengan jelas. Terdapat beberapa variabel yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur kelas sosial antara lain: pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.

Satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental,

mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran (Ratni, 2012)

Dari dasar proses psikologis ini sehingga disusun pertanyaan-pertanyaan yang menitikberatkan kepada persepsi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung, sehingga dalam penelitian ini diputuskan ada 10 parameter yang digunakan untuk melihat persepsi konsumen terhadap daging ayam kampung.

(15)

Skala yang digunakan untuk melihat jawaban-jawaban yang diberikan konsumen dalam penelitian ini adalah skala ordinal, skala ordinal sering juga disebut sebagai skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu. Misalnya tingkat persepsi seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 5=sangat setuju, 4=setuju, 3=kurang setuju, 2=tidak setuju dan 1=sangat tidak setuju (Mangkunegara, 2002).

Setelah diperoleh jawaban-jawaban dari skala ordinal, selanjutnya data yang diperoleh dibuat ke dalam bentuk skala rasio, yang dimana dibuat ke dalam bentuk persen untuk melihat perbedaan seberapa besar perbedaan jawaban dari masing-masing parameter yang telah ditawarkan.

Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat semua karakteristik skala nominal, ordinal, dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio (Mangkunegara, 2002).

Regresi Linear Berganda

Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan meramal suatu variabel (Kutner, Nachtsheim dan Neter, 2004).

(16)

Dalam mengkaji hubungan antara beberapa variabel menggunakan analisis regresi, terlebih dahulu harus ditentukan satu variabel yang disebut dengan variabel tidak bebas dan satu atau lebih variabel bebas. Jika ingin mengkaji hubungan atau pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier sederhana. Kemudian, jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier berganda (multiple linear regression model). Kemudian untuk mendapatkan model regresi linier sederhana maupun model regresi linier berganda dapat diperoleh dengan melakukan estimasi terhadap parameter-parameternya menggunakan metode tertentu (Kutner et.al, 2004).

Kerangka Pemikiran

Ayam kampung sangat diminati konsumen pada saat ini. Konsumen ayam kampung adalah mereka yang melakukan kegiatan pembelian (pengkonsumsi) ayam kampung untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan memenuhi apa yang diperlukan oleh tubuhnya, sehingga asupan (kebutuhan) yang di butuhkan tubuhnya akan terpenuhi, karena dengan terpenuhinya asupan gizi di dalam tubuh menjadikan tubuh menjadi sehat dan memudahkan konsumen dalan beraktifitas. Daging ayam kampung termasuk ke dalam empat sehat lima sempurna yang banyak mengandung nutrisi yang penting bagi tubuh. Oleh sebab itu, konsumen akan membeli dan mengkonsumsinya untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Konsumen ayam kampung di Pasar Sambas, Kota Medan adalah konsumen yang

(17)

mengolah terlebih dahulu dan mengkonsumsi daging ayam kampung dalam bentuk berbagai olahan.

Perilaku konsumen di dalam membeli dan mengkonsumsi ayam kampung dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam kampung. Kelima faktor tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung, dan selanjutnya diregresikan kedalam bentuk regresi linier berganda.

Setelah mempertimbangkan berbagai faktor dalam membuat keputusan konsumen akhirnya memutuskan untuk membeli ataupun tidak membeli. Apabila keputusan konsumen telah diputuskan untuk membeli ayam kampung maka ayam kampung itu dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga dari keputusan membeli tersebut dapat dilihat jumlah konsumsi konsumen serta pengaruhnya terhadap permintaan dan harga.

(18)

Keterangan:

: adanya pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Ayam Kampung

KONSUMEN

Konsumsi Ayam Kampung Perilaku Konsumen

Permintaan dan Harga Daging Ayam

Kampung

Jumlah Konsumsi

Faktor yang mempengaruhi: 1. Umur

2. Tingkat pendidikan 3. Jumlah tanggungan 4. Pendapatan

(19)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Terdapat pengaruh umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam kampung terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor Yang  Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Ayam Kampung

Referensi

Dokumen terkait

Supratimas, kaip vyksta teisinių paslaugų teikėjo pasirinkimo procesas ir kokie kriterijai yra lemiantys klien- to pasirinkimą, svarbūs planuojant ir organizuojant teisinių

NoPol untuk menyimpan nomor polisi yang telah diterima server lalu dikirim ke firebase. Get NoPol sebagaimana gambar 16. Gambar 16 Get NoPol.. Set String arduino IDE

“ penghasilan yayasan dan badan hukum nirlaba lainnya yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah hukum Republik Indonesia dan mempunyai

Komposisi yang dianggap baik dalam pembuatan Gorong-gorong pada umumnya adalah 1 bagian semen dicampur dengan 4 bahan pembuat (1:4:1) sehingga dalam aktifitas ini saya coba

Data sekunder yang akan digunakan adalah literatur berupa buku-buku, jurnal, koran, serta literatur yang membahas tentang adanya tes keperawanan bagi calon istri

Melalui model pembelajaran  problem based learning dan  problem based learning dan project based learning project based learning ,, peserta didik menggali informasi peserta

Stilbestrol yang diberikan setelah senggama untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dikenal dengan instilah ”morning-after pill.” Kuchara (1971) melaporkan tidak

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Evaluasi