• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KATION ORGANIK PADA KOMPLEKS BINUKLIR [A][Mn II Fe III (ox) 3 ], A=[N(n-C 4 H 9 ) 4 ] + ATAU [N(n-C 5 H 11 ) 4 ] +

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KATION ORGANIK PADA KOMPLEKS BINUKLIR [A][Mn II Fe III (ox) 3 ], A=[N(n-C 4 H 9 ) 4 ] + ATAU [N(n-C 5 H 11 ) 4 ] +"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Kimia FMIPA

SK SK-091304

PENGARUH KATION ORGANIK PADA KOMPLEKS BINUKLIR

[A][Mn

II

Fe

III

(ox)

3

], A=[N(n-C

4

H

9

)

4

]

+

ATAU [N(n-C

5

H

11

)

4

]

+

Sekarayu Dianing Putri*, Dr. Fahimah Martak, M.Si

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Abstrak

Ligan jembatan yang paling aktif digunakan untuk mendapatkan material magnetik berdasarkan molekular adalah ligan oksalat. Pembentukan kompleks binuklir berjembatan oksalat dengan rumus molekul [kation organik][MIIMIII(ox)3] dengan

kation organik [N(n-C5H11)]+, MII adalah ion logam MnII dan MIII adalah ion logam FeIII telah dilaporkan (Nuttal, 1998).

Salah satu upaya meningkatkan interaksi magnetik adalah dengan menurunkan jarak antar lapisan. Jarak antar lapisan menjadi lebih kecil dengan mengganti kation organik yang lebih kecil. Ukuran kation organik yang lebih kecil diperoleh dengan mengganti [N(n-C5H11)4]+ dengan [N(n-C4H9)4]+, sehingga terbentuk kompleks binuklir oksalat

[N-(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3]. Nilai momen magnet kompleks binuklir [N-(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3] adalah sebesar 7,81 BM. Nilai

momen magnetik yang terukur memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai momen magnetik kompleks binuklir [N(n-C5H11)4][MnIIFeIII(ox)3] sebesar 7,71 BM. Hal ini membuktikan bahwa dengan menurunkan jarak antar lapisan pada jaringan

polimerik dengan mengganti kation organik [N(n-C5H11)4] +

dengan [N(n-C4H9)4] +

dapat meningkatkan interaksi magnetik senyawa.

Kata Kunci: Binuklir, Polimerik, Paramagnetik

Abstract

The most active bridge ligand which is used to acquire magnetic material based on molecular is oxalate ligand. The forming complex of binuclear bridget oxalate having formula molecul (organic cation) [MIIMIII(ox)3] with organic

cation N(n-C5H11)4+, MII = MnII and MIII = FeIII was reported (Nuttal, 1998). One of the efford to increase interaction

magnetic compound is decreasing range among layers. The range among layers become smaller with subsituting smaller organic cation. The measure of smaller organic cation is acquire by substituting [N(n-C5H11)4]+ with [N(n-C4H9)4]+, hence

binuclear complex [N(n-C4H9)4] [MnIIFeIII(ox)3] will be form. In this research binuclear complex compound [N(n-C4H9)4]

[MnIIFeIII(ox)3] was synthesized by forming precursor K3[Fe(ox)3] at first. Magnetic moment of binuclear complex

[N(n-C4H9)4] [Mn II

FeIII(ox)3] is 7,81 BM. Magnetic moment value was measured having higher value than binuclear complex

[N(n-C5H11)4] [MnIIFeIII(ox)3] which giving value 7,71 BM. This thing proves that decreasing range among layers on

polymeric network with substituting organic cation [N(n-C5H11)4]+ with [N(n-C4H9)4]+ can increase compound magnetic

interaction.

Keyword : Binuclear, Polimeric, Paramagnetic

1. Pendahuluan

Senyawa kompleks mononuklir adalah senyawa yang terbentuk dari satu ion logam yang berikatan koordinasi dengan beberapa ligan. Sejauh ini fenomena sifat magnet banyak diamati pada senyawa kompleks berinti tunggal. Upaya meningkatkan sifat magnet senyawa antara lain adalah dengan membentuk cooperativity di antara ion-ion logam.

* Corresponding author Phone : +6285645194570 e-mail: chubby@chem.its.ac.id

1 Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Oleh sebab itu, penelitian ini diarahkan pada pembentukan kompleks polinuklir untuk mendapatkan senyawa dengan aplikasi yang lebih luas sebagai material magnet dan material optik. Untuk mendapatkan senyawa magnetik berdasarkan molekular, dapat digunakan ligan jembatan yang dapat mentransmisikan pengaruh elektronnya sehingga terjadi interaksi elektronik diantara ion-ion logam (Real, 2003). Ligan jembatan yang paling aktif digunakan untuk mendapatkan material magnetik berdasarkan molekular adalah ligan oksalat. Pembentukan kompleks binuklir berjembatan oksalat dengan rumus molekul [kation organik][MIIMIII(ox)3]

dengan kation organik [N(n-C5H11)]+, MII adalah ion

logam MnII dan MIII adalah ion logam FeIII telah

dilaporkan (Nuttal, 1998). Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010

(2)

Prosiding Kimia FMIPA

Banyakupaya dilakukan untuk meningkatkan sifat magnet senyawa, salah satunya dengan menurunkan jarak antar lapisan. Jarak antar lapisan menjadi lebih kecil dengan mengganti kation organik yang lebih kecil. Ukuran kation organik yang lebih kecil diperoleh dengan mengganti [N(n-C5H11)4]+

dengan [N(n-C4H9)4] +

, sehingga terbentuk kompleks binuklir oksalat [N-(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3].

2. Metode Penelitian

2.1 Peralatan dan Bahan

2.1.1 Peralatan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat-alat gelas, hot plate

magnetic stirrer, dan neraca analitik. Instrumen

karakterisasi yang digunakan meliputi Difraktometer Philip X’Pert PN-1830 X-Ray, Fourier Transform-Infrared 8400S Shimadzu, Analisis Mikrounsur C, H, dan N, Spektroskopi Serapan Atom, dan Magnetic Susceptibility Balance Magway MSB Sherwood Scientific LTD.

2.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah MnCl2.6H2O, (NH4)2[Fe(H2O)2(SO4)2].4H2O ,

H2SO4 6M, methanol, H2C2O4.2H2O, K2C2O4.H2O,

H2O2, tetra butil amonium klorida, aquadest

2.2 Prosedur Kerja

2.2.1Sintesis Kompleks K3[Fe(ox)3].3H2O

[(NH4)2[Fe(H2O)2(SO4)2].4H2O sebanyak

10,06 gram dilarutkan dalam 30 ml aquadest yang ke dalamnya telah ditambahkan beberapa tetes H2SO4

6M. Selanjutnya larutan diaduk menggunakan stirer dan ditambahkan larutan 6,36 gram H2C2O4.2H2O

dalam 50 ml air dan dipanaskan pada suhu 40oC. Larutan yang terbentuk selanjutnya didekantasi dan dicuci dengan 30 ml air panas dan selanjutnya larutan didekantasi kembali. Selanjutnya, endapan yang terbentuk ditambah larutan 6,62 gram K2C2O4.H2O dalam 18 ml aquadest. Selanjutnya

ditambahkan 17 ml H2O2 setetes demi setetes.

Larutan yang terbentuk ditambahkan larutan 1,62 gram H2C2O4.2H2O dalam 13 ml aquadest.

Penambahan larutan H2C2O4.2H2O dilakukan

dengan menambahkan 9 ml larutan sekaligus dan menambahkan 4 ml selanjutnya setetes demi setetes serta ditambahkan 20 ml methanol setetes demi setetes. Larutan disaring dengan Buchner. Kristal yang terbentuk dicuci dengan larutan methanol dan aquadest (1:1) serta aseton. Kristal dikeringkan di udara terbuka dan disimpan di tempat yang tidak terkena cahaya.

2.2.2 Sintesis Kompleks Binuklir

[N(n-C4H9)4][MnFe(ox)3] Sintesis Kompleks Binuklir [N(n-C4H9)4][MnFe(ox)3]

Sebanyak 0,99 gram prekursor K3[Fe(C2O4)3].3H2O dilarutkan dalam 10 ml

aquadest dan ditambahkan ke dalamnya larutan 0,34 gram MnCl2.6H2O dilarukan dalam 10 ml aquadest.

Larutan didiamkan selama 1 jam dalam suhu ruang. Selanjutnya, ke dalam larutan ditambahkan larutan

0,71 gram tetra butyl amonium klorida dalam 5 ml air yang telah ditambahkan 5 ml larutan metanol dan aquadest (1:1). Setelah 12 jam, larutan disaring menggunakan buchner. Kristal yang terbentuk dicuci dengan larutan metanol dan aquadest (1:1) serta aseton dan dikeringkan.

2.2.3 Karakterisasi

2.2.3.1 Penentuan kandungan logam dengan

Spektrofotometri Serapan Atom

Larutan sampel disiapkan dengan metoda sebagai berikut: sebanyak 0,0162 gram kompleks [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3] dilarutkan dalam 5 mL

aquades dan 2,5 mL HCl 5 M dalam labu takar 100 mL, kemudian ditambahkan aquades lagi hingga tanda batas. Larutan dengan konsentrasi 100 ppm tersebut diambil 4 mL dengan menggunakan buret dan dimasukkan dalam labu takar 100 mL, selanjutnya ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Selanjutnya larutan sampel senyawa kompleks diukur absorbansinya.

2.2.3.2 Penentuan Kandungan C, H dan N dalam

Senyawa

Alat untuk analisis mikrounsur C, H, N, S distandarisasi dengan L-Cistina Standard

(C6H12N2O4S2, C = 29,99 %, H = 5,03 %, N = 11,66

% S= 26,69 % dan O = 26,63 %) sebelum digunakan. Sebanyak 2,83 mg sampel ditempatkan dalam alumunium foil, kemudian ditambahkan vanadium(V) oksida untuk menyempurnakan reaksi oksidasi. Sampel tersebut dimasukkan dalam pelat berlubang untuk dilakukan pembakaran dengan gas oksigen. Selanjutnya alat mikrounsur dijalankan dan komposisi C, H, N dan S yang terkandung pada senyawa terbaca pada layar monitor komputer.

2.2.3.3 Penentuan Gugus Fungsi dengan

Spektroskopi Inframerah

Pengukuran dilakukan dengan pembuatan pelet, 1 mg sampel dicampur dengan 20 mg KBr, kemudian dimasukkan dalam press holder, ditekan beberapa saat hingga ketebalan 0,01 mm – 0,05 mm. Selanjutnya pelet tersebut diukur spektranya pada bilangan gelombang 400 - 4000 cm-1.

2.2.3.4 Penentuan Strukur dengan Difraksi

Sinar-X Powder

Produk hasil sintesis dikarakterisasi dengan menggunakan difraksi sinar-X serbuk yang terdapat di ITS, dengan sumber radiasi Cu – Kα. Difraksi dilakukan pada sudut 2θ antara 10o sampai 70o dengan interval kenaikan sudut sebesar 1o.

2.2.3.5 Pengukuran Suseptibilitas Magnetik Pada Suhu Ruang

Mula-mula ditimbang berat tabung kosong

Magnetic Susceptibility Balance (m0), lalu diukur

kerentanan magnetiknya (R0). Pada penelitian ini,

massa tabung yang akan digunakan adalah 0,862 gram dengan nilai R0 = -30. Selanjutnya tabung

(3)

Prosiding Kimia FMIPA

Tabel 4.3 Hasil analisis unsur kompleks binuklir oksalat

Kandungan Mn Fe C H N

Unsur

% Eksperimen 8,77 8,61 42,97 5,66 2,35 % Teoritis 8,91 9,08 42,79 5,83 2,69 tabung tersebut. Tabung yang berisi sampel

ditimbang. Selanjutnya tiap tabung yang telah berisi sampel tersebut dimasukkan dalam alat Magnetic

Susceptibility Balance untuk ditentukan nilai

kerentanan magnetik (R). Dari data ini kemudian dilakukan perhitungan momen magnetik senyawa kompleks pada temperatur ruang.

3 Hasil dan Diskusi

3.1Kompleks K3[Fe(ox)3].3H2O

Senyawa kompleks ini disintesis melalui dua tahap. Tahap pertama merupakan sintesis kompleks Fe(II)oksalat. Tahap kedua merupakan oksidasi kompleks Fe(II) oksalat membentuk prekursor kompleks K3[Fe(ox)3].3H2O. Senyawa kompleks

K3[Fe(ox)3].3H2O digunakan sebagai senyawa awal

(prekusor) untuk memperoleh kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3]. Untuk menguji bahwa

senyawa kompleks yang disintesis telah terbentuk, dapat dianalisis dengan difraksi sinar-X powder, seperti terlihat pada gambar 3.1.1 :

Gambar 3.1.1 Difraksi Sinar-X K3[Fe(ox)3].3H2O

Berdasarkan perbandingan hasil sintesis kompleks K3[Fe(ox)3].3H2O terhadap referensi

standar [Fe(C2O4)3]3- terlihat bahwa difraktogram

kompleks K3[Fe(ox)3].3H2O hasil sintetis telah

menunjukkan puncak-puncak difraksi khas yang sesuai terhadap referensi standar [Fe(C2O4)3]3-.

Untuk menguji lebih lanjut senyawa kompleks yang terbentuk, dilakukan analisa puncak-puncak serapan yang tampak pada spektra infra merah sesuai dengan struktur kompleks tersebut. Serapan νO-H

pada daerah 3560 cm-1 (Edward, 1998), νC=O oksalat

bebas pada daerah 1688 cm-1, dan Fe-O pada daerah 472 cm-1 (Nakamoto, 1996).

Hasil analisa spektrum inframerah kompleks K3[Fe(ox)3].3H2O ditunjukkan pada gambar 3.1.2.

Gambar 3.1.2 Spektrum infrared K3[Fe(ox)3].3H2O

3.2Kompleks binuklir oksalat

[N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3]

Sintesis kompleks binuklir oksalat [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3] dilakukan dengan

mereaksikan larutan K3[Fe(ox)3].3H2O, larutan

MnCl2.6H2O, dan larutan tetrabutil amin

[N(n-C4H9)4]. Untuk mengetahui rumus molekul senyawa

ini, dilakukan analisis kandungan C, H, N, ion logam Mn dan Fe. Hasil penentuan kadar ion logam Mn dan Fe serta analisis kadar C, H, N pada senyawa kompleks hasil sintesis disajikan pada tabel 3.2.1. Kandungan unsur C, H, N, ion logam Mn dan Fe secara eksperimen memiliki nilai yang mendekati nilai secara teoritis.

Untuk menguji bahwa senyawa kompleks yang disintesis telah terbentuk, dapat dianalisis dengan difraksi sinar-X, seperti terlihat pada gambar 3.2.1:

Analisa spektrum inframerah menunjukkan kesesuaian terhadap laporan Edward dan Nakamoto.

Gambar 3.2.1 Difraksi sinar-X [N(n-C4H9)4][MnFe(ox)3]

(4)

Prosiding Kimia FMIPA

Hasil analisa difraksi sinar-X kompleks [N(n-C4H9)4][MnFe(ox)3] terdapat kesesuaian dengan pola

difraksi sinar-X kompleks binuklir oksalat [N(n-C5H11)4][MnIIFeIII(ox)3] yang telah dilaporkan

(Nuttal,1999) yang ditunjukkan pada gambar 3.2.3 :

Gambar 3.2.3 Difraksi sinar-X kompleks [N(n-C5H11)4][MnFe(ox)3]

Untuk menguji lebih lanjut bahwa senyawa kompleks yang disintesis telah terbentuk, dilakukan analisis spektroskopi inframerah. Hasil spektrum inframerah kompleks [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3]

ditunjukkan pada gambar 3.2.4 :

Gambar 3.2.4 Spektrum kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3]

Serapan spektrum infra merah pada kompleks [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3] menunjukkan kesesuaian

terhadap spektrum infra merah yang telah dilaporkan (Nakamoto, 1997) dan (Martak,2008). Serapan νC=O

oksalat bebas pada panjang gelombang 1688 cm-1, sedangkan νC-H butil bebas pada daerah panjang

gelombang 3065 cm-1 (Nakamoto, 1997). Serapan

νC=O oksalat sebagai ligan jembatan pada panjang

gelombang 1633, 1339 dan 808 cm-1, sedangkan Fe-O dan Mn-Fe-O masing-masing pada panjang gelombang 472,7 dan 410,9 cm-1 (Martak,2008)

3.3 Sifat Magnetik Kompleks Binukir [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3]

Sifat kemagnetan kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3] dapat diamati dengan

menganalisis nilai momen magnet yang terukur serta melihat banyaknya elektron bebas yang tidak berpasangan. Pengukuran nilai momen magnet dapat dilakukan dengan menggunakan Magnetic Susceptibility Balances.

Nilai momen magnetik senyawa kompleks binuklir oksalat [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3] sebesar

7,81 BM. Nilai momen magnetik pada kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3] lebih besar

dibandingkan kompleks binuklir [N(n-C5H11)4][MnIIFeIII(ox)3] sebesar 7,71 BM yang telah

dilaporkan (Mathoniere, 1996). Hal ini membuktikan bahwa dengan menurunkan jarak antar lapisan jaringan polimerik kompleks dapat meningkatkan interaksi magnetik senyawa. Jarak antar lapisan menjadi lebih kecil dengan mengganti kation organik yang lebih kecil. Ukuran kation organik yang lebih kecil digunakan dengan mengganti kation organik [N(n-C5H11)4]

+

dengan [N(n-C4H9)4] +

.

Nilai momen magnetik senyawa secara teoritik berkaitan dengan keadaan spin ion-ion logamnya. Momen efektif kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][MnFe(ox)3] adalah sebesar 8,94 BM.

Senyawa kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3] yang dihasilkan bersifat spin

tinggi. Hal ini mengindikasi bahwa kompleks binuklir oksalat [N(n-C4H9)4][Mn

II

FeIII(ox)3]bersifat

paramagnetik.

4 Kesimpulan

Nilai momen magnet kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3] adalah sebesar 7,81 BM.

Nilai momen magnetik yang terukur memiliki nilai momen magnetik yang lebih besar dibandingkan nilai momen magnetik kompleks binuklir [N(n-C5H11)4][MnIIFeIII(ox)3] sebesar 7,71 BM. Hal ini

membuktikan bahwa dengan menurunkan jarak antar lapisan pada jaringan polimerik dengan mengganti kation organik [N(n-C5H11)4]+ dengan [N(n-C4H9)4]+

dapat meningkatkan interaksi magnetik senyawa. Kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3]

yang dihasilkan bersifat spin tinggi. Hal ini mengindikasi bahwa kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][MnIIFeIII(ox)3]bersifat paramagnetik.

Ucapan Terima Kasih

1. Kepada Dr. Fahimah Martak sebagai dosen pembimbing

2. Kepada teman-teman dan seluruh pihak yang mendukung

Daftar Pustaka

Christopher J. Nuttall and Peter Day. (1999), Modeling Stacking Faults in the Layered Molecular-Based Magnets AMIIFeIII(C2O4)3

{MII = Mn, Fe; A = Organic Cation]}, Journal

(5)

Prosiding Kimia FMIPA

Corinen Mathoniere, Christopher J Nuttal, Simon G, Carling, Peter Day., (1996), Ferrimagnetic mixed-valency and mixed-metal tris(oxalato) iron(III) compound: synthesis, structure, and magnetism., Inorganic Chemistry 1996, 35, 1201-1206

Coronado, E. Galán Mascarós, J.R., Gimenez-Saiz C., Gómez Garzia, C. J., Magnetic Properties of Hybrid Molecular Materials Based on Oxalato Complexes, Polyhedron, 2003, 22, 2381-2386

Cotton dan Wilkinson, (1989). Kimia Anorganik Dasar. UI-Press, Jakarta

Daintith, John. (1994), “Kamus Lengkap Kimia”, Erlangga, Jakarta

Decurtins S., Pellaux R., Antorrena G. dan Palacio F. (1999), Multifunctional Coordination Compounds: Design and Properties, Coordination Chemistry Reviews, 190-192, 841-854.

H.G.M. Edwards, N.C. Russell., (1998), Vibrational spectroscopic study of iron(II) and iron(III) oxalates, Journal of Molecular Structure 443 (1998) 223-231

Figgis, B.N., Lewis, J., The Magnetochemistry of Complex Compounds, In ModernCoordination Chemistry, J. Lewis and R.G. Wilkins, Eds., (1960), Interscience Publishers, Inc., New York, 400-454

Nakamoto, K. (1997), Infrared and Raman Spectra of Inorganic and Coordination Compounds, 5th Ed., John Willey and Sons., Inc., New York

Martak, F., (1997), Tesis, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Martak, F., (2008), Desertasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Onggo, D., Sugiyarto, K. H., (2001), Transisi Spin pada Senyawa Kompleks Besi (II) dengan Ligan Bidentat Beratom Donor Nitrogen, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Edisi 1 Tahun VI

Rayner-Canham, G., (2000), Descriptive Inorganic Chemistry, 2nd edition, W. H.Freeman and Company, New York

Real, J. A., Gaspar A. B., Niel V. dan Munoz M. C. (2003), Communication Between Iron(II) Building Blocs in Cooperative Spin Transition Phenomena, Coordination Chemistry Reviews, 236, 121-141.

Rivai, H., (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press, Jakarta

Sibilia, P. (1996), Guide to Material Characterization and Chemical Analysis, 2th Edition, John Wiley-VCH, New York

Skoog, Douglas A., et al, (1998). Principles of Analysis, 5th ed. Saunders College Publishing Sugiyarso, Handoyo, K., (2001). Dasar-Dasar Kimia

Anorganik Non Logam. UNY, Yogyakarta Susnandar, Djaka .,(2008), Skripsi, Institut

Teknologi Bandung, Bandung

Vogel, 1985, “ Kimia Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro”, PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta

(6)

Gambar

Gambar 3.1.1 Difraksi Sinar-X K 3 [Fe(ox) 3 ].3H 2 O  Berdasarkan  perbandingan  hasil  sintesis  kompleks  K 3 [Fe(ox) 3 ].3H 2 O  terhadap  referensi  standar  [Fe(C 2 O 4 ) 3 ] 3-   terlihat  bahwa  difraktogram  kompleks  K 3 [Fe(ox) 3 ].3H 2 O  hasil
Gambar 3.2.3  Difraksi sinar-X kompleks  [N(n-C 5 H 11 ) 4 ][MnFe(ox) 3 ]  Untuk  menguji  lebih  lanjut  bahwa  senyawa  kompleks  yang  disintesis  telah  terbentuk,  dilakukan  analisis  spektroskopi  inframerah

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Berdasarkan data hasil evaluasi belajar siswa tentang lembaga-lembaga Negara dapat diidentifikasi bahwa siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 15 Raja Ampat

Hal tersebut membuktikan bahwa data hasil eksperimen menggunakan Capacitometer dan sensor kapasitif 2-Channel berkorelasi penuh dengan data hasil pengukuran menggunakan

Service excellence oleh customer service pada Bank BNI Syariah KCP Bandar Jaya harus dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat memberikan kepuasaan pada para nasabah

[r]

Dengan melihat permasalahan diatas, yang akan dibuat yaitu informasi webgis untuk pengolahan data informasi-informasi yang ada atau real yang ada pada desa/kecamatan di

Demikian Rencana Strategis (Renstra) 5 (lima) tahunan dari Kelurahan Kalinyamat Kulon Kecamatan Margadana Kota Tegal yang telah disusun dan semoga bisa menjadi

Catatan: Wakil Manajemen puncak (seperti pada organisasi besar, anggota dewan atau komite eksekutif) dapat mendelegasikan beberapa tugasnya kepada level yang lebih rendah, dimana

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu saja. Misalnya untuk Pajak dan Bank. 3) Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan