• Tidak ada hasil yang ditemukan

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

5.1. Gambaran Umum Desa Pasirlangu

Gambaran umum Desa Pasirlangu meliputi keadaan geografi dan administratif, kependudukan, serta sarana dan prasarana.

5.1.1. Keadaan Geografi dan Administratif

Desa Pasirlangu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Desa Pasirlangu ke ibukota kecamatan relatif dekat, yaitu 5 kilometer, sedangkan jarak ke ibukota kabupaten adalah 34 kilometer, dan jarak ke ibukota provinsi yaitu 25 kilometer. Batas wilayah administratif Desa Pasirlangu adalah sebagai berikut: Utara : Kabupaten Purwakarta

Timur : Desa Tugu Mukti, Kecamatan Cisarua Selatan : Desa Cimanggu, Kecamatan Ngamprah Barat : Desa Cipada, Kecamatan Cisarua

Luas wilayah Desa Pasirlangu mencapai 1.065 hektar, dengan bentang wilayah yang berupa perbukitan seluas 710 hektar dan lereng gunung seluas 355 hektar. Ditinjau dari ketinggiannya Desa Pasirlangu berada pada ketinggian 900-2.050 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 20-25°C, dan curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.500 mm. Menurut penggunaan lahan di Desa Pasirlangu, 88,08 hektar luas lahan digunakan sebagai lahan pemukiman, 10 hektar digunakan sebagai lahan persawahan, 7 hektar digunakan sebagai lahan perkebunan, 1 hektar digunakan sebagai lahan kuburan, 58 hektar digunakan sebagai lahan pekarangan, 1,56 hektar digunakan sebagai lahan perkantoran, dan 899,36 hektar digunakan sebagai prasarana umum lainnya. Sebesar 10 hektar lahan persawahan, seluruhnya merupakan sawah irigasi setengah teknis. Sementara lahan kering untuk tegalan atau ladang sebesar 467,49 hektar.

Lahan pertanian di Desa Pasirlangu banyak ditanami jenis tanaman sayuran, buah-buahan, serta padi dan palawija. Beberapa komoditas sayuran yang ditanam di desa ini adalah labu siam, paprika, cabe, tomat, kubis, mentimun, buncis, brokoli, dan terong. Jenis sayuran yang paling banyak ditanam adalah labu siam dengan luas lahan sekitar 74 hektar dan paprika dengan luas lahan sebesar 26

(2)

hektar. Meskipun luas lahan paprika lebih kecil dibandingkan dengan labu siam, tetapi paprika menjadi komoditas unggulan di Desa Pasirlangu karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Jumlah keluarga yang memiliki tanah pertanian di desa ini sekitar 2.280 keluarga. Sebagian besar termasuk dalam kelompok yang memiliki tanah kurang dari 1 hektar yaitu sebanyak 2.251 keluarga, 27 keluarga lainnya memiliki tanah 1,0-5,0 hektar, dan hanya 2 keluarga yang memiliki tanah 5,0-10 hektar.

5.1.2. Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Pasirlangu pada tahun 2011 berjumlah 9.512 jiwa, yang terdiri dari 4.810 orang penduduk laki-laki dan 4.702 orang penduduk perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.972 kepala keluarga. Mata pencaharian penduduk Desa Pasirlangu sebagian besar dari sektor pertanian. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pasirlangu Tahun 2011

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Petani 1.534 59,55

2 Buruh Tani 933 36,22

3 PNS 23 0,89

4 Pengrajin Industri Rumah Tangga 7 0,27

5 Pedagang 29 1,13 6 Peternak 1 0,04 7 Montir 5 0,19 8 Perawat Swasta 1 0,04 9 TNI 7 0,27 10 POLRI 4 0,16 11 Pensiunan 9 0,35

12 Pengusaha Kecil dan Menengah 7 0,27

13 Karyawan Perusahaan Swasta 13 0,50

14 Karyawan Perusahaan Pemerintah 3 0,12

Jumlah 2.576 100,00

(3)

Dilihat dari tingkat pendidikan, sebanyak 25 penduduk tidak pernah sekolah, 650 penduduk belum sekolah, 1.250 penduduk sedang sekolah, 5.438 penduduk tamat SD/sederajat, 191 penduduk pernah SD tetapi tidak tamat, 825 penduduk tamat SMP, 103 penduduk pernah SMP tetapi tidak tamat, 438 penduduk tamat SMA, dan 50 penduduk pernah SMA tetapi tidak tamat. Sementara itu penduduk yang melanjutkan ke perguruan tinggi/sederajat jumlahnya tidak terlalu banyak seperti tamat D1 berjumlah 5 penduduk, tamat D2 berjumlah 2 penduduk, tamat D3 sebanyak 12 penduduk, tamat S1 sebanyak 51 penduduk, dan tamat S2 sebanyak 2 penduduk.

5.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana umum yang dapat mendukung kegiatan pemerintahan di Desa Pasirlangu antara lain :

 Sarana Pemerintah Desa  Sarana jalan/perhubungan

 Sarana perekonomian (kios dan warung)  Jasa transportasi

 Sarana pendidikan

 Sarana dan prasarana kesehatan  Sarana ibadah

 Prasarana olah raga

5.2. Karakteristik Responden

Karakteristik petani responden diklasifikasikan berdasarkan usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal (penyuluhan), status usahatani, pengalaman usahatani, modal, luas lahan, dan status kepemilikan lahan. Keragaan karakteristik tersebut diduga akan mempengaruhi keputusan petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani.

Usia petani responden di lokasi penelitian berada di antara usia 24-67 tahun. Berdasarkan distribusi usia petani responden pada Tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar petani responden yang melakukan usahatani paprika hidroponik adalah petani yang berusia kurang dari 45 tahun (64,40 persen). Sebanyak 35,60 persen lainnya berusia lebih dari sama dengan 45 tahun. Hal tersebut

(4)

menunjukkan bahwa mayoritas petani responden berada dalam usia produktif. Petani responden dengan usia produktif umumnya memiliki kemampuan fisik dan kinerja yang baik sehingga dapat bekerja lebih optimal.

Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012

Kelompok Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

< 25 1 1,69 25-34 11 18,64 35-44 26 44,07 45-54 18 30,51 55-64 2 3,39 > 64 1 1,69 Total 59 100,00

Usia merupakan salah satu karakteristik petani yang diduga mempengaruhi efisiensi teknis dalam usahatani paprika hidroponik. Pertambahan umur akan mempengaruhi kondisi fisik petani yang berakibat pada penurunan kinerja petani tersebut. Petani yang sudah termasuk dalam ketegori tua atau usia lanjut diduga memiliki tingkat efisiensi teknis yang lebih rendah karena berkaitan dengan kemampuan mengalokasikan input-input produksi. Sebaliknya petani yang berusia muda atau produktif diduga akan lebih efisien secara teknis.

Pendidikan formal merupakan salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi petani paprika dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan penyerapan informasi dan penerapan teknologi paprika hidroponik yang diperkenalkan. Seluruh petani responden di lokasi penelitian sudah menjalankan pendidikan formal, dengan tingkat tertinggi S2 dan tingkat terendah yaitu Sekolah Dasar. Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas petani responden merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 37,29 persen. Sementara petani responden lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing sebesar 27,87 persen dan 22,95 persen.

(5)

Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Tahun 2012

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Lulusan SD 22 37,29 Lulusan SMP 17 28,81 Lulusan SMA 13 22,03 Diploma 2 3,40 S1 4 6,78 S2 1 1,69 Total 59 100,00

Selain pendidikan formal, pendidikan non-formal seperti penyuluhan juga sangat penting dan berpengaruh dalam mengembangkan pengetahuan petani paprika karena dengan dengan semakin berkembangnya zaman maka petani juga dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pertanian dari waktu ke waktu serta dapat berinovasi. Penyuluhan yang pernah diperoleh para petani responden di antaranya mengenai Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Good Agricultural

Practices (GAP), praktek penerapan teknologi baru, dan sebagainya. Berdasarkan

hasil penelitian, lebih dari setengah petani responden atau sebesar 66,10 persen responden telah mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan penyuluh setempat.

Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Keikutsertaan Penyuluhan Tahun 2012

Pernah Mengikuti

Penyuluhan Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 39 66,10

Tidak 20 33,90

Total 59 100,00

Tidak semua petani responden menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai mata pencaharian atau sumber penghasilan utama, tetapi ada juga sebagian kecil responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai penghasilan sampingan. Sebanyak 54 orang responden atau 91,53 persen responden mengandalkan penghasilan utama dari usahatani paprika hidroponik,

(6)

sedangkan responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan sampingan hanya berjumlah 5 orang atau 8,47 persen. Petani responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan sampingan, memiliki pekerjaan utama sebagai pegawai negeri ataupun wiraswasta.

Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Status Usahatani Tahun 2012

Status Usahatani Jumlah (orang) Persentase (%)

Pekerjaan Utama 54 91,53

Pekerjaan Sampingan 5 8,47

Total 59 100,00

Perbedaan status usahatani tersebut akan mempengaruhi keputusan manajerial dalam melakukan kegiatan usahatani paprika hidroponik sehingga akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani paprika hidroponik. Petani responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan utama akan memiliki curahan waktu yang lebih banyak untuk usahataninya, sedangkan petani responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan sampingan memiliki curahan waktu lebih sedikit untuk usahataninya sehingga lebih banyak mempekerjakan tenaga kerja dari luar.

Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Paprika Tahun 2012

Pengalaman Usahatani

Paprika (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

≤ 5 7 11,86

6 – 10 19 32,20

11 – 15 17 28,81

≥ 16 16 27,12

Total 59 100,00

Tabel 11 menunjukkan sebaran petani responden berdasarkan pengalaman usahatani paprika yang dijalankan. Paprika sendiri sudah lama dikembangkan di Desa Pasirlangu. Lamanya pengalaman usahatani paprika yang dijalankan oleh petani responden beragam, yaitu sebanyak 32,20 persen memiliki pengalaman

(7)

6-10 tahun, sebanyak 28,81 persen memiliki pengalaman 11-15 tahun, dan sebanyak 27,12 persen yang memiliki pengalaman lebih dari 16 tahun. Seorang petani akan semakin banyak memperoleh pelajaran seiring dengan semakin lamanya pengalaman yang ia miliki. Pengalaman dan pelajaran yang dimiliki tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan agar dapat menghasilkan produksi yang lebih baik.

Modal yang digunakan petani responden dalam menjalankan usahatani paprika selain berasal dari modal sendiri dan pinjaman dari keluarga/saudara juga dapat berasal dari kredit bank. Kredit bank yang diambil petani biasaya berasal dari BRI dan BPR. Dari Tabel 12 terlihat bahwa petani responden yang memperoleh kredit dari bank jumlahnya lebih sedikit dibandingkan yang tidak memperoleh kredit bank, yaitu sebesar 18,64 persen. Akan tetapi, petani yang memperoleh kredit bank akan memiliki kemampuan menggali modal yang lebih banyak untuk membiayai faktor-faktor produksi dan mengembangkan usahataninya. Selain itu, petani yang memperoleh kredit bank juga memiliki tanggung jawab untuk dapat mengembalikan pinjaman beserta beban bunga sehingga dalam menjalankan usahataninya dituntut agar dapat berproduksi dengan lebih efisien.

Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Perolehan Kredit Bank Tahun 2012

Memperoleh Kredit Bank Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 11 18,64

Tidak 48 81,36

Total 59 100,00

Lahan usahatani sangat berkaitan erat dengan efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani paprika yang dijalankan. Luas greenhouse paprika yang berada di Desa Pasirlangu berbeda-beda tergantung dari luas lahan yang dikuasai oleh petani. Sebagian besar petani responden memiliki lahan seluas 1.001-2.000 m2 yaitu sebanyak 32,20 persen. Sementara petani lainnya tersebar dengan luas lahan yang berbeda-beda. Terdapat 3 orang responden atau 5,08 persen yang memiliki lahan dengan luas lebih dari 1 hektar. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan yang dikuasainya dapat dilihat pada Tabel 13.

(8)

Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Greenhouse Tahun 2012

Luas Lahan (m2) Jumlah (orang) Persentase (%)

≤ 1.000 15 25,42 1.001-2.000 19 32,20 2.001-3.000 7 11,86 3.001-4.000 2 3,40 4.001-5.000 6 10,20 5.001-10.000 7 11,86 ≥ 10.001 3 5,08 Total 59 100,00

Status kepemilikan lahan petani paprika yang menjadi responden berbeda-beda. Sebagian besar petani responden memiliki lahan sendiri yaitu sebanyak 49 orang atau 83,05 persen dari total responden yang ada. Di lokasi penelitian juga terdapat petani responden yang menggarap pada lahan bagi hasil. Petani yang memiliki status kepemilikan lahan bagi hasil yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar 16,95 persen dari total responden. Status kepemilikan lahan dapat berpengaruh dalam pengambilan keputusan usahtani dimana petani yang berusahatani paprika hidroponik menggunakan lahan bagi hasil diduga akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar.

Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tahun 2012

Status Kepemilikan Lahan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Lahan milik 49 83,05

Lahan bagi hasil 10 16,95

Total 59 100,00

5.3. Budidaya Paprika Hidroponik

Proses budidaya paprika hidroponik di Desa Pasirlangu, terdiri dari proses persiapan greenhouse dan lahan, penyemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta panen dan pasca panen.

(9)

5.3.1. Persiapan Greenhouse dan Lahan

Greenhouse merupakan sarana produksi utama dalam usahatani paprika

karena karakteristik tanaman yang rentan terhadap kondisi cuaca yang tidak menentu sehingga membutuhkan rumah khusus sebagai naungan. Terdapat dua jenis greenhouse dalam budidaya paprika yaitu greenhouse penyemaian dan pembibitan serta greenhouse penanaman. Umumnya greenhouse penyemaian dan pembibitan dibuat lebih sederhana dibandingkan dengan greenhouse penanaman. Persiapan greenhouse meliputi pembangunan greenhouse dan pembuatan bedengan untuk greenhouse penanaman.

Konstruksi greenhouse di Desa Pasirlangu terbuat dari bambu seperti yang terlihat pada Gambar 5a. Bagian atap ditutupi oleh plastik UV yang berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk sehingga suhu dan kelembaban di dalam

greenhouse tetap terjaga. Sementara bagian dinding ditutupi oleh plastik poly ethylene dan kasa polynet. Rata-rata ketinggian greenhouse tanam mencapai 7

meter, yaitu setinggi 4 meter diukur dari dasar lantai hingga dinding atas dan setinggi 3 meter diukur dari dinding atas hingga atap. Sementara luas greenhouse disesuaikan dengan jumlah tanaman yang akan masuk. Pendirian greenhouse harus memperhatikan kekokohan bangunan dan pertukaran udara dalam

greenhouse. Instalasi yang harus ada dalam greenhouse antara lain tangki

penampung air serta nutrisi karena sumber kehidupan utama untuk jenis tanaman hidroponik adalah air atau nutrisi.

Gambar 5. Bangunan Greenhouse Budidaya di Desa Pasirlangu (a) dan Bedengan yang Ditutupi Mulsa (b)

(10)

Pada bagian dalam greenhouse penanaman dibuat bedengan-bedengan dimana polybag akan diletakkan di atasnya. Bedengan dibuat dengan lebar 100 cm, tinggi 20-40 cm, dan jarak antar bedengan 80-100 cm, sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan lahan. Bedengan ini sengaja dibuat lebih tinggi dari lantai agar air yang keluar dari polybag akan mengalir sehingga daerah sekitar perakaran tidak akan tergenang oleh air dan mencegah pembusukan akar. Seperti yang terlihat pada Gambar 5b, bedengan juga ditutupi oleh plastik mulsa untuk menghindari kontak langsung dengan tanah yang berpotensi menghasilkan gulma dan bibit penyakit.

Sebelum penanaman, petani melakukan persiapan lahan yang meliputi sanitasi dan sterilisasi greenhouse. Sanitasi dilakukan dengan membuang sisa tanaman yang masih ada dan gulma di dalam greenhouse untuk menghindari penularan penyakit dari tanaman lama. Sementara sterilisasi dilakukan dengan menyemprotkan bahan kimia sejenis lysol dan gramoxone untuk membunuh bibit penyakit yang dapat menyerang tanaman paprika. Untuk musim tanam berikutnya, secara rutin dilakukan pencucian polybag tanam, plastik mulsa, dan atap greenhouse. Pencucian atap greenhouse bertujuan untuk membersihkan plastik UV dari lumut agar tidak menghalangi sinar matahari yang masuk.

5.3.2. Penyemaian dan Pembibitan

Varietas benih paprika merah yang umumnya digunakan oleh petani paprika Desa Pasirlangu adalah Edison, sedangkan benih paprika kuning yang digunakan adalah Sunny dan Capino. Baik varietas paprika merah dan kuning semuanya merupakan benih hibrida F1.

Proses penyemaian benih paprika dilakukan dalam greenhouse khusus dengan ukuran yang lebih kecil yaitu sekitar 16 meter persegi. Sebelum penyemaian, benih terlebih dahulu direndam dalam air hangat selama kurang lebih 60 menit untuk merangsang perkecambahan. Setelah direndam, benih kemudian dikeringkan di tempat teduh. Setelah kering, benih dimasukkan satu per satu ke dalam tray yang telah berisi arang sekam basah. Setelah itu, tray ditutup oleh plastik mulsa hitam perak sampai sekitar 10 hari. Selama benih disemai, petani harus selalu mengontrol suhu, tingkat kelembaban, dan kebasahan media

(11)

arang sekam. Suhu yang baik untuk penyemaian berkisar 20-25 C dengan tingkat kelembaban antara 70-90 persen.

Gambar 6. Penyemaian dan Pembibitan Paprika Hidroponik

Benih akan mulai berkecambah setelah berumur 10 hari. Umumnya dari semua benih yang disemai, hanya sekitar 90 persen benih yang berhasil berkecambah. Rata-rata jumlah benih yang disemai oleh responden untuk lahan seluas 1.000 m2 adalah sebanyak 3.869 benih, sehingga potensi bibit yang mungkin dihasilkan yaitu kurang lebih sebanyak 3.482 bibit. Jika telah berkecambah, bibit sudah dapat dipindahkan ke polybag kecil dan diletakkan di tempat yang terang. Selama proses pembibitan, petani harus tetap melakukan penyiraman (tergantung cuaca dan keadaan media arang sekam) dan pengendalian hama seperti thrips.

5.3.3. Penanaman

Rata-rata umur bibit yang digunakan oleh petani responden adalah yang berumur 30 hari. Sementara rekomendasi umur bibit dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran yaitu yang berumur sekitar enam minggu setelah semai. Bibit yang ditanam sebaiknya adalah bibit yang sehat atau tidak terserang hama dan penyakit serta memiliki daun sebanyak 5-8 helai. Media tanam yang akan ditanami bibit terlebih dahulu dibasahi dengan nutrisi kurang lebih sebanyak 500 ml per polybag. Agar bibit tidak patah dan tidak merusak daerah perakaran, maka saat pemindahan ke polybag tanam bibit dilepas dari polybag kecil bersama medianya dengan hati-hati. Bagian bawah polybag penanaman sebelumnya diberi lubang sebanyak 5-10 lubang agar air yang diberikan tidak tergenang untuk mencegah pembusukan akar. Dalam satu polybag biasanya hanya berisi satu

(12)

tanaman dengan jarak antar tanaman yaitu sekitar 30 x 30 cm. Rata-rata populasi tanaman paprika petani responden yaitu 3,48 pohon per m2.

5.3.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan bagian penting dari tahap budidaya yang akan menentukan keberhasilan produksi paprika. Pemeliharaan tanaman paprika meliputi penyiraman dan pemupukan, pengajiran, pembentukan dan pemilihan batang produksi, pewiwilan, dan pengendalian hama dan penyakit.

5.3.4.1. Penyiraman dan pemupukan

Penyiraman dan pemupukan atau pemberian larutan nutrisi merupakan kegiatan yang sangat vital dalam menunjang pertumbuhan paprika hidroponik. Hal ini disebabkan dalam media tanam arang sekam yang digunakan tidak ada penunjang air dan makanan layaknya tanah. Pemberian air dan pupuk dilakukan secara bersamaan dalam bentuk larutan nutrisi. Sistem tersebut disebut juga fertigasi. Sistem fertigasi yang dilakukan oleh petani responden dan sebagian besar petani paprika hidroponik yang ada di Desa Pasirlangu masih manual, yaitu masih menggunakan selang.

Nutrisi yang digunakan untuk tanaman paprika terdiri atas dua campuran yaitu pupuk A dan B yang dijual sepaket dan dikenal dengan sebutan pupuk AB Mix. Dalam pupuk AB MIX terkandung unsur makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman seperti KNO3, KH2PO4, K2O, MgSO4, CaNO3, SO4, Tenso Fe, MnSO4, H3BO3, CuSO4, dan MO. Dalam penggunaannya, paket pupuk A dan B masing-masing dilarutkan dalam drum terpisah hingga menjadi 100 liter larutan pekat. Untuk menghasilkan larutan nutrisi yang siap siram, dari masing-masing larutan pekat A dan B diambil 5-7 liter dan diencerkan dengan 1.000 liter air.

Gambar 7. Pupuk AB Mix (a) dan Tangki Penampung Nutrisi (b)

(13)

Pemberian nutrisi pada tanaman paprika dilakukan setiap hari dengan frekuensi pemberian nutrisi yang dianjurkan sebanyak dua kali per hari pada saat cuaca normal. Dari 59 orang responden, terdapat 12 orang atau 20,34 persen responden yang memberikan nutrisi hanya satu kali per hari ditambah satu kali penyiraman dengan air biasa. Volume pemberian nutrisi diberikan secara berpola sesuai dengan umur tanaman. Tanaman muda diberi nutrisi sebanyak 400 ml per tanaman per hari, tanaman yang sudah mulai berbunga diberi nutrisi sebanyak 600 ml per tanaman per hari, dan tanaman yang sudah memasuki usia produktif atau berbuah diberi nutrisi sebanyak 1.000 ml per tanaman per hari. Untuk tanaman yang menjelang dibongkar maka pemberian nutrisi diturunkan kembali menjadi 400 ml per tanaman per hari. Akan tetapi, para petani responden sebenarnya tidak dapat memastikan secara tepat jumlah nutrisi yang diberikan untuk setiap tanaman karena terkendala oleh sistem fertigasi manual yang mereka gunakan. Rata-rata pupuk AB Mix yang dihabiskan responden untuk satu musim tanam pada

greenhouse 1.000 m2 atau 3.482 pohon adalah sekitar 25 paket atau jika dikonversi yaitu sekitar 354.380 liter larutan nutrisi siap pakai.

Selain nutrisi, beberapa petani paprika di Desa Pasirlangu juga memberikan pupuk daun dan pupuk pelengkap cair untuk tanaman paprika. Pupuk daun yang digunakan antara lain Growmore yang berbentuk padat, dosis pemakaiannya yaitu 1 gram per liter air. Sementara pupuk pelengkap cair yang digunakan antara lain Trubus dan Atonic dengan dosis pemakaian 1 ml per liter air. Pupuk daun biasanya dicampurkan bersama dengan larutan pekat pupuk B, sedangkan pupuk pelengkap cair digunakan secara terpisah. Akan tetapi pemberian kedua jenis pupuk ini bersifat kondisional, dapat disesuaikan dengan kondisi tanaman paprika di lahan. Dalam satu musim tanam, rata-rata pupuk daun yang dibutuhkan per 1.000 m2 adalah sebanyak 1,81 kg dan pupuk pelengkap cair sebanyak 2,82 liter.

5.3.4.2. Pengajiran

Pengajiran tanaman paprika dilakukan saat usia 14 hari setelah tanam. Tali yang akan digunakan untuk pengajiran telah diikatkan pada kawat yang melintang. Ujung atas tali ajir diikatkan pada kawat yang melintang di bagian langit-langit greenhouse, sedangkan bagian bawah tali diikatkan pada kawat yang

(14)

melintang di dekat perakaran tanaman. Pengajiran dilakukan dengan melilitkan tali penyangga tersebut pada batang tanaman paprika.

Gambar 8. Tanaman Paprika yang Dililitkan Tali

Pelilitan harus dilakukan secara rutin karena batang tanaman akan terus tumbuh tinggi. Selain itu lilitan juga harus sesuai, tidak terlalu kencang agar tidak merusak tanaman dan tidak terlalu longgar agar tanaman tidak roboh. Pengajiran bertujuan agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus dan kokoh seperti yang terlihat pada Gambar 8.

5.3.4.3. Pemilihan dan Pembentukan Batang Produksi

Pemilihan dan pembentukan batang produksi dilakukan pada saat tanaman paprika berumur 21-30 hari. Dari tiga atau empat cabang yang tumbuh pada ujung batang utama, maka hanya dipilih dua cabang saja yang akan tetap dipelihara. Cabang yang dipilih adalah cabang yang kokoh dan membentuk sudut paling lebar. Cabang yang dibuang dipatahkan secara manual dengan tangan tanpa menggunakan alat bantu. Pemilihan cabang dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman optimal sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki kuantitas dan kualitas yang baik.

5.3.4.4. Pewiwilan

Pewiwilan dilakukan dengan melakukan pemangkasan terhadap tunas air dan cabang yang tidak dipelihara, pemangkasan daun dan mahkota bunga, serta penjarangan buah. Pewiwilan atau pemangkasan perlu dilakukan agar nutrisi yang

(15)

diberikan tidak terbagi kepada bagian tanaman yang memang tidak memerlukannya. Dengan kata lain, dengan adanya kegiatan pewiwilan maka nutrisi yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan tepat sehingga produksi lebih optimal. Kegiatan pewiwilan ini harus dilakukan secara rutin dan kontinyu.

Proses pemangkasan terhadap tunas air dan cabang yang tidak dipelihara serupa dengan proses pemilihan cabang produksi utama yaitu memilih dua dari tiga atau empat cabang yang tumbuh di bagian ketiak daun, sedangkan pemangkasan daun dilakukan dengan membuang daun yang sudah tua atau terkena penyakit seperti embun tepung yang menyebabkan daun menjadi putih dan busuk. Sementara pemangkasan mahkota bunga dilakukan dengan membuang mahkota bunga yang menjadi tempat persembunyian bagi hama thrips. Pemangkasan tunas air yang tidak dipelihara dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Proses Pemangkasan Tunas Air yang Tidak Dipelihara

Kegiatan pewiwilan selanjutnya adalah penjarangan buah. Kegiatan penjarangan buah akan menghasilkan buah yang terseleksi dengan baik. Buah yang sebaiknya tidak dipelihara adalah buah yang tumbuh di dekat cabang utama karena jika buah tersebut dibiarkan maka sebagian besar nutrisi akan terserap oleh buah tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan batang dan mengganggu pertumbuhan buah lainnya. Selain itu jika ada dua buah yang tumbuh secara berdempetan maka harus dipilih salah satu saja, yaitu yang memiliki pertumbuhan lebih baik. Adapun buah yang sudah terserang hama juga sebaiknya tidak perlu dipelihara karena hanya akan menghasilkan buah yang berkualitas rendah.

satu dari tiga tunas air

(16)

5.3.4.5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Tanaman paprika tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit. Hama yang menjadi musuh utama petani paprika adalah thrips yaitu berupa serangga kecil. Sementara jenis penyakit yang menyerang tanaman paprika sebagian besar disebabkan oleh jamur, seperti embun tepung serta busuk akar dan batang. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap hama dan penyakit sejak dini, serta pengendalian secara kimia dan mekanik. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprotkan pestisida pada tanaman yang terkena serangan hama dan penyakit, sedangkan pengendalian mekanik dilakukan dengan memasang kertas perangkap berwarna kuning untuk hama thrips dan juga dengan membuang tanaman yang sudah terjangkit penyakit dan berpotensi untuk mati.

Jenis insektisida yang umumnya digunakan antara lain Demolish, Agrimec, Supmax, Tracer, dan Buldok. Petani di Desa Pasirlangu biasa mencampurkan dua jenis insektisida secara bersamaan karena penggunaan dua jenis insektisida dinilai lebih efektif untuk mengendalikan hama thrips dibandingkan dengan hanya menggunakan satu jenis insektisida. Dosis insektisida yang digunakan adalah 0,5-1 ml per liter air per jenis pestisida, sebagai contoh dalam satu liter air petani dapat mencampurkan 0,5 ml Demolish dengan 1 ml Buldok atau 0,5 ml Supmax dengan 1 ml Buldok. Jenis insektisida pencampur yang selalu dipakai adalah Buldok, sedangkan insektisida utama yang digunakan selalu berganti-ganti setiap kegiatan penyemprotan. Penggunaan insektisida yang berganti-ganti dilakukan agar hama thrips tidak menjadi kebal terhadap satu jenis insektisida tertentu.

Penyemprotan insektisida rutin dilakukan setiap satu minggu sekali. Rata-rata insektisida yang dibutuhkan oleh responden dalam satu kali penyemprotan adalah sebanyak 294,98 ml untuk satu greenhouse dengan luas 1.000m2 atau 3.482 tanaman. Jika serangan hama sedang tinggi penyemprotan insektisida dapat dilakukan hingga dua kali dalam seminggu. Selain disemprotkan ke tanaman paprika, petani juga menyemprotkan insektisida pada greenhouse untuk mencegah penyebaran hama yang tersebar melalui lubang kasa pada dinding greenhouse.

(17)

Selain insektisida, petani juga menggunakan fungisida untuk mengendalikan penyakit pada tanaman paprika yang disebabkan oleh jamur. Jenis fungsisida yang umumnya digunakan petani adalah Score dan Amistartop dengan dosis pemakaian 0,25-0,5 ml per liter air. Sama seperti pupuk daun, penggunaan fungisida juga bersifat kondisional yaitu dapat disesuaikan dengan kondisi tanaman di lapang. Dalam satu musim tanam, rata-rata kebutuhan fungisida untuk lahan seluas 1.000 m2 adalah sebanyak 909,32 ml. Penyemprotan fungsida dapat dilakukan bersamaan dengan penyemprotan insektisida maupun secara terpisah.

5.3.5. Panen dan Pasca Panen

Tanaman paprika dapat berproduksi rata-rata hingga 8 bulan dalam satu kali periode tanam dan dapat dipanen secara kontinu selama tanaman masih produktif. Beberapa jenis paprika yang dihasilkan oleh petani Desa Pasirlangu diantaranya paprika hijau, paprika merah, dan paprika kuning. Paprika hijau merupakan jenis paprika merah atau kuning yang belum berubah warna (buah muda). Paprika dapat dipanen hijau setelah berusia 70 hari setelah tanam dan baru dapat dipanen warna 100 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan memotong bagian tangkai buah dengan hati-hati tanpa menggunakan peralatan khusus.

Gambar 10. Paprika Hidroponik yang Dihasilkan di Desa Pasirlangu

Jumlah paprika yang akan dipanen hijau atau warna biasanya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Buah yang siap panen ditandai dengan daging buah yang sudah keras, persentase warna buah yang sudah mencapai 90 persen untuk panen warna merah dan kuning, serta ukuran dan bobot yang sudah mencapai ideal. Ukuran ideal untuk paprika yang akan dipanen yaitu yang memiliki diameter

(18)

75-110 mm, sedangkan bobot ideal untuk paprika yang akan dipanen adalah sekitar 160-250 gram. Bentuk yang dihasilkan adalah blocky, yaitu buah paprika yang agak bulat dan melebar ke samping (tidak terlalu lonjong) seperti yang terlihat pada Gambar 10.

Hasil panen kemudian dimasukkan ke dalam plastik bening besar. Para petani biasanya hanya meletakkan hasil panen paprikanya di luar greenhouse untuk kemudian diambil oleh para pekerja dari koperasi, kelompok tani, atau bandar lokal untuk dibawa ke gudang. Di gudang-gudang tersebutlah baru akan dilakukan proses sortasi, grading, penimbangan, pencatatan, dan pengemasan. Melalui koperasi, kelompok tani, dan bandar lokal itulah proses pemasaran paprika dilakukan.

Gambar

Tabel 6.   Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di  Desa Pasirlangu  Tahun 2011
Tabel 7.   Sebaran Responden Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012
Tabel  8.  Sebaran  Responden  Berdasarkan  Tingkat  Pendidikan  Formal  Tahun  2012
Tabel 10.  Sebaran Responden Berdasarkan Status Usahatani Tahun 2012
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pencampuran partikel keramik ke dalam matrik cair, partikel keramik SiC biasanya tidak terbasahi permukaannya oleh matrik cair atau wettability yang kurang, dan

Subjek atau sampel yang digunakan dalam penelitian yang direview semuanya merupakan perawat dan pasien resiko jatuh (100%) dan penelitian dilakukan di Indonesia, hasil

Djohan, Wakil Ketua Umum INSA menjelaskan nama organisasi baru yang disahkan Menkumham adalah Perkumpulan Persatuan Pengusaha Pelayaran Niaga Nasional Indonesia (P3N2I) dan

Dari hasil pengujian menggunakan alat analisis microsoft excel data analysis tools, terdapat average abnormal return yang positif signifikan pada tanggal

dengan itu dapat menjadi bukti bahwa adanya peningkatan pada profesionalisme aparatur sipil negara dalam memberikan pelayanan pembuatan kartu tanda penduduk elektronik di

Program-program perlindungan mulai lebih membumi ketika Indonesia meratifikasi International Convention on The Protection of The Rights of All Migrant Workers and Members of

Kabupaten Subang adalah daerah otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

RPTRA sudah mampu menarik minat warga untuk datang ke sana dan responden berpendapat bahwa taman ini lebih baik dari sebelumnya karena beragam fasilitas yang