• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA NAHDLATUL ULAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA NAHDLATUL ULAMA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA NAHDLATUL ULAMA Daftar isi

Mukadimah

- BAB I Nama, Kedudukan dan Status - BAB II Pedoman, Aqidah dan Asas - BAB III Bendera dan Lambang - BAB IV Tujuan dan Usaha

- BAB V Keanggotaan, Hak dan Kewajiban - BAB VI Struktur dan Perangkat Organisasi - BAB VII Kepengurusan dan Masa Khidmat - BAB VIII Tugas dan Wewenang

- BAB IX Permusyawaratan - BAB X Rapat-rapat

- BAB XI Keuangan dan Kekayaan - BAB XII Perubahan

- BAB XIII Pembubaran Organisasi - BAB XIV Peraturan Peralihan - BAB XV Penutup

(2)

RANCANGAN ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA NAHDLATUL ULAMA

MUQODDIMAH

Bahwa agama Islam merupakan rahmatan lil’alamin (rahmat bagi semesta alam) dengan ajaran yang mendorong terwujudnya kemaslahatan dan kesejahteraan hidup bagi segenap umat manusia di dunia dan akhirat. Bahwa para ulama Ahlussunnah wal jama’ah Indonesia terpanggil untuk melanjutkan dakwah Islamiyah dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dengan mengorganisasikan kegiatan-kegiatanya dalam suatu wadah organisasi yang bernama Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, yang bertujuan untuk mengamalkan ajaran Islam, menurut paham Ahlussunnah wal Jama’ah.

Bahwa Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama merupakan Badan Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada kelompok Sarjana dan kaum Intelektual yang mempunyai integritas; kejujuran; komitmen; visi; kreatifitas; ketahanan mental; keadilan yang telah diamanatkan muktamar NU ke-29 tahun 1994 di Cipasung Jawa Barat.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran / perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bahwa organisasi Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) tetap menjunjung tinggi Akhlahul karimah sebagai pedoman perilaku serta mengembangkan ukhuwah wathoniyah, ukhuwah insaniyah yang didasari prinsip-prinsip ketulusan, keadilan, moderat, keseimbangan dan toleransi serta tetap memperhatikan Deklarasi Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU).

Menyadari hal-hal di atas sebagai organisasi maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama sebagai berikut :

(3)

RANCANGAN ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA NAHDLATUL ULAMA

BAB I

NAMA KEDUDUKAN DAN STATUS Pasal 1

1. Organisasi ini bernama Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama, yang selanjutnya disingkat ISNU.

2.

Berdirinya organisasi ini dideklarasikan di Surabaya pada hari Jum'at, tanggal 19 Nopember 1999 bertepatan dengan tanggal 11 Rajab 1420 H untuk waktu yang tak terbatas.

Pasal 2

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) berkedudukan di Jakarta, ibukota Negara Republik Indonesia yang merupakan tempat kedudukan pengurus pusatnya.

Pasal 3

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) sebagai badan otonom, Nahdlatul Ulama.

Pasal 4

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) sebagai organisasi profesional yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada kelompok sarjana dan kaum intelektual.

BAB II

PEDOMAN, AQIDAH DAN AZAS Pasal 5

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) berpedoman kepada Al-Qur'an, As-Sunnah, Al Ijma' dan Al-Qiyas

Pasal 6

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama beraqidah Islam menurut paham Ahlussunnah wal jama'ah dalam bidang aqidah mengikuti madzab Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Mansyur Al-Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari

(4)

madzab empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzab Imam Al-Junaid Al-Bagdadi dan Abu Hamid AI-Ghazali.

Pasal 7

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ISNU berazas kepada Pancasila dan UUD 1945.

BAB III

BENDERA DAN LAMBANG Pasal 8

Organisasi ini mempunyai bendera putih dan berukuran 3 : 2 yang ditengah-tengahnya dilukiskan lambang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

Pasal 9

(1) Lambang-lambang melukiskan : a. Segi lima (5) berwarna hitam.

b. Di dalamnya dikitari sembilan (9) bintang berwarna kuning emas, lima (5) bintang terletak di atas empat (4) bintang terletak di bawah.

c. Gambar dua (2) bulu berwarna putih.

d. Di tengah-tengah terdapat topi toga warna hitam

e.

Di atara dua (2) bulu di bawah topi toga dan di atas empat bintang terdapat tulisan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama berwarna hitam.

(2)

Lambang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama mempunyai arti sebagai berikut : a. Segi lima melambangkan rukun Islam.

b.

Bintang jumlah sembilan (9) mencerminkan warga Ahlussunah wa Jama’ah, merepresentasikan para panutan / teladan yaitu Nabi Muhammad, empat khalifah Rasydin dan empat imam madzab.

c. Dua bulu berwarna putih melambangkan pena.

d. Topi toga mempunyai arti, Sarjana, Ilmuwan, Intelektual dan Profesional. e. Dasar lambang berwarna biru laut berarti ilmu itu tidak pernah habis. (3) Secara keseluruhan lambang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama mencerminkan

(5)

tanggung jawab dalam pembangunan nasional, keadilan, kejujuran dan kebenaran.

BAB IV

TUJUAN DAN USAHA Pasal 10

1. Mewadahi kegiatan-kegiatan para sarjana, ilmuwan, intelektual dan profesional Nahdlatul Ulama dari berbagai disiplin ilmu agar terarah efektif dan efisien, sekaligus berfungsi sebagai laboratorium NU di semua tingkatan. 2. Melancarkan dan meningkatkan pengembangan Islam Ahlusunnah wal

Jama'ah, ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Membantu meningkatkan bobot kualitas kegiatan NU dalam mencapai dan memperjuangkan kesejahteraan umat dan masyarakat dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 11

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama berusaha secara optimal untuk mengkhidmatkan diri pada Nahdlatul Ulama di bidang Pengembangan Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi melalui usaha dan kegiatan-kegiatan :

1. Menghimpun tenaga dan buah pikir para ilmuwan dan profesional di lingkungan NU.

2. Berperan dalam pengembangan pendidikan sosial ekonomi dalam rangka menyiapkan generasi, kepemimpinan dan sumberdaya manusia (SDM) yang berakhlak, berkualitas dan kredibel bagi Jam’iyah NU, khususnya dalam memasuki era globalisasi.

3. Membentuk komunitas ilmiah yang Islami.

4. Menyelenggarakan berbagai kegiatan pemikiran, penelitian dan pengkajian yang inovatif, strategis dan antisipatif.

5. Menjembatani komunikasi antara Jam’iyah dan Jama’ah NU.

6. Menghimpun dana untuk pengembangan serta pembedayaan umat.

BAB V

KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 12

(1)

Keanggotaan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota kehormatan.

(2) Ketentuan menjadi anggota dan pemberhentian keanggotaan di atur dalam ART.

(6)

Pasal l3

Ketentuan mengenai hak dan kewajiban anggota serta lain-lainnya di atur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VI

STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI Pasal 14

1.

Pengurus Pusat. 2. Pengurus Wilayah.

3.

Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa.

4.

Pengurus Wakil Cabang.

Pasal 15

Untuk melaksanakan tujuan dan usaha-usaha sebagaimana di maksud pasal 10 dan 11, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama membentuk perangkat organisasi yang meliputi : Badan Usaha, Lembaga Kajian, Lembaga Penelitian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari organisasi ISNU.

BAB VII MASA KHIDMAT

Pasal 16

(1)

Kepengurusan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama terdiri dari : pelindung, penasehat,dewan kehormatan, dewan ahli dan pengurus harian, departemen-departemen, seksi-seksi, bidang-bidang, biro-biro.

(2) Pelindung terdapat di pengurus pusat, pengurus wilayah, pengurus cabang / pengurus cabang istimewa, pengurus wakil cabang.

(3)

Penasehat terdapat di pengurus pusat, pengurus wilayah, pengurus cabang / pengurus cabang istimewa dan pengurus wakil cabang.

(4)

Dewan Kehormatan adalah kumpulan para guru besar dan anggota khusus dibidangnya yang terdapat di pengurus pusat.

(5)

Dewan ahli adalah kumpulan para ahli dibidangnya yang terdapat di pengurus pusat, pengurus wilayah, pengurus cabang / pengurus cabang istimewa dan pengurus wakil cabang.

(7)

Pasal 17

Ketentuan mengenai susunan dan komposisi kepengurusan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 18 Masa Khidmat

Masa khidmat kepengurusan sebagaimana dimaksud pada pasal 14 adalah 5 tahun dalam satu periode di semua tingkatan, kecuali pengurus cabang / pengurus cabang istimewa dan pengurus wakil cabang selama 3

BAB VIII

TUGAS DAN WEWENANG Pasal 19

Pelindung bertugas dan berwenang memberikan arahan secara umum kepada pengurus ISNU menurut tingkatannya.

Pasal 20

Penasehat bertugas dan berwenang memberikan nasehat kepada pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama menurut tingkatannya baik di minta ataupun tidak.

Pasal 21

Dewan Kehormatani bertugas dan berwenang memberikan arahan kebijakan ,keputusan organsasi dan pengawasan pelaksanaan program.

Pasal 22

Dewan ahli bertugas dan berwenang memberikan arahan sesuai keahliannya.

Pasal 23

Pengurus harian mempunyai tugas dan berwenang menjalankan pelaksanaan keputusan organisasi sesuai tingkatannya.

Pasal 24

Ketentuan tentang rincian wewenang dan tugas sesuai pasal 19, 20, 21, 22 di atur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

(8)

BAB IX

PERMUSYAWARATAN Pasal 24

(1)

Permusyawaratan adalah suatu pertemuan yang dapat membuat keputusan dan penetapan organisasi yang di ikuti oleh struktur organisasi dibawahnya.

(2)

Permusyawaratan di lingkungan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama meliputi

permusyawaratan tingkat nasional dan permusyawaran tingkat daerah.

Pasal 25

Permusyawaratan tingkat nasional yang dimaksud pada pasal 23 terdiri dari : a. Kongres.

b. Kongres luar biasa.

c.

Musyawarah kerja nasional Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

Pasal 26

Permusyawaratan tingkat daerah yang dimaksud pada pasal 23 terdiri : a. Konferensi wilayah.

b. Musyawarah kerja wilayah

c. Konferensi cabang / konferensi cabang istimewa

d.

Musyawarah kerja cabang / musyawarah kerja cabang istimewa e. Konferensi perwakilan cabang

f.

Musyawarah kerja perwakilan cabang

Pasal 27

Ketentuan lebih lanjut mengenai permusyawaratan di atur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X RAPAT-RAPAT

Pasal 28 Rapat-rapat di lingkungan ISNU terdiri dari : 1. Rapat pleno.

2. Rapat harian.

(9)

Pasal 29

Ketentuan lebih lanjut tentang rapat-rapat sebagai disebut pada pasal 27 akan di atur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XI

KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 30

(1) Keuangan organisasi diperoleh dari : a. Uang pangkal.

b. Uang iuran anggota. c. Donatur.

d. Usaha-usaha produktif lainnya yang halal dan tidak mengikat.

(2)

Ketentuan penerimaan dan pemanfaatan yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini di atur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 31

Kekayaan organisasi adalah inventaris dan aset organisasi yang berupa harta benda bergerak dan atau harta benda tidak bergerak yang dimiliki / di kuasai oleh Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

BAB XII PERUBAHAN

Pasal 32

(1)

Anggaran dasar ini hanya dapat di ubah oleh keputusan kongres yang sah yang dihadiri sedikitnya dua pertiga dari jumlah pengurus wilayah dan pengurus cabang / pengurus cabang istimewa, pengurus wakil cabang yang sah dan sedikitnya disetujui oleh dua pertiga dari jumlah suara yang sah. (2) Dalam hal kongres yang dimaksud ayat 1 pasal ini tidak dapat diadakan

karena tidak tercapai quarum, maka di tunda selambat-lambatnya satu bulan dan selanjutnya dalam memenuhi syarat dan ketentuan yang sama, kongres dapat di mulai dan dapat mengambil keputusan yang sah.

BAB XIII

PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 33

(1) Pembubaran Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama sebagai Banom Nahdlatul Ulama hanya dapat dilakukan apabila mendapat persetujuan dari NU.

(10)

(2) Apabila Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama dibubarkan, maka segala kekayaannya diserahkan kepada perkumpulan Nahdlatul Ulama.

BAN XIV

PERATURAN PERALIHAN Pasal 34

Peraturan-peraturan dan atau kebijaksanaan yang ada, tetap berlaku selama hal tersebut tidak bertentangan dengan anggaran dasar ini.

BAB XV PENUTUP

Pasal 35

(1) Anggaran dasar ini telah disempurnakan melalui kongres I Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama tahun 2012.

(2) Hal-hal yang belum di atur dalam anggaran dasar ini akan di atur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

(3) Anggaran dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

(4)

Deklarasi 1999 Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.

(11)

RANCANGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SARJANA NAHDLATUL ULAMA

BAB I KEANGGOTAAN

Pasal 1 Keanggotaan ISNU terdiri dari :

a. Anggota biasa adalah setiap warga negara Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan Sarjana beragama Islam dan menyatakan diri setia terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi. b. Anggota luar biasa adalah setiap Sarjana yang beragama Islam menganut

paham Ahlussunnah wal Jamaah dan menurut salah satu mazhab empat, dan menyetuji AD/ART organsiasi, namun yang bersangkutan berdomisili secara tetap di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c.

Anggota kehormatan adalah setiap sarjana yang anggota biasa atau anggota luar biasa yang begelar guru besar, dan atau anggota NU dinyatakan telah berjasa kepada Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama dan ditetapkan dalam keputusan Pengurus Pusat.

BAB II

TATA CARA PENERIMAAN DAN PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN Pasal 2

(1)

Anggota biasa diterima melalui Pengurus Cabang ataa rekomendasi pengurus perwakilan cabang.

(2) Anggota biasa yang berdomisili di luar negeri diterima melalui Pengurus Cabang Istimewa.

(3) Apabila tidak ada pengurus perwakilan cabang di tempat tinggalnya maka pendaftaran anggota dilakukan di Pengurus Cabang terdekat.

(12)

Pasal 3

(1) Anggota luar biasa di dalam negeri diterima dan disahkan oleh Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama setempat.

(2) Anggota luar biasa yang berdomisili di luar negeri diterima dan disahkan oleh Pengurus Cabang Istimeewa setempat.

(3) Apabila tidak ada Pengurus Cabang Istimewa di tempat tinggalnya maka penerimaan dan pengesahan dilakukan di Pengurus Cabang Istimewa terdekat.

Pasal 4

(2) Anggota kehormatan diusulkan oleh Pengurus Cabang, Pengurus Cabang Istimewa atau Pengurus Wilayah kepada pengurusa pusat.

(3) Pengurus Pusat menilai dan mempertimbangkan usulan sebagaimana tersebut dalam ayat 1 pasal ini untuk memberikan persetujuan atau penolakan.

(4) Dalam hal Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama memberikan persetujuan, maka kepada yang bersangkutan diberikan Surat Keputusan sebagai anggota kehormatan.

Pasal 5

(1) Anggota biasa maupun luar biasa berhak mendapatkan Kartu Tanda Anggota Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (KTA - ISNU).

(2) Anggota kehormatan berhak mendapatkan Kartu Tanda Anggota Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (KTA – ISNU) khusus.

(3) Ketentuan, tentang tata cara penerimaan anggota di atur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 6

(1) Seseorang dinyatakan berhenti dari keanggotaan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama karena :

a. Permintaan sendiri b. Diberhentikan

(2) Seseorang berhenti dari keanggotaan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama karena permintaan sendiri yang diajukan kepada Pengurus Cabang secara tertulis dengan tembusan kepada pengurus perwakilan cabang.

(3) Seseorang diberhentikan dari keanggotaan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama karena dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya sebagai anggota atau melakukan perbuatan yang mencemarkan dan menodai nama baik Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(13)

Pasal 7

Ketentuan mengenai tata cara pemberhentian keanggotaan sesuai pasal 6 di atur dalam Peraturan Organisasi.

BAB III

KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA Pasal 8

Anggota Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama berkewajiban : a. Setia, taat dan menjaga nama baik organisasi.

b. Mendukung dan membantu segala kebijakan organisasi serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diamanahkan kepadanya.

c. Membayar iuran yang jenis dan besarnya serta kontribusinya di atur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 9 (1) Hak anggota biasa

b. Menghadiri rapat anggota, mengemukakan pendapat dan memberikan suara.

c. Memilih dan dipilih menjadi pengurus.

d. Mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi pada tingkatanya. e. Memberikan usulan dan masukan.

f. Membela diri dan mendapatkan pembelaan dan perlindungan dan pelayanan organisasi.

(2) Anggota luar biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak sebagaimana anggota biasa kecuali hak memilih dan dipilih.

(3) Anggota biasa dan anggota luar biasa Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama tidak diperkenankan merangkap anggota organisasi kesarjanaan lain yang mempunyai aqidah, azas dan tujuan yang berbeda atau merugikan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

BAB IV

TINGKATAN KEPENGURUSAN Pasal 10

Tingkatan kepengurusan di dalam organisasi Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama terdiri dari :

b. Pengurus Pusat (PP) untuk tingkat nasional dan berkedudukan di Jakarta, ibukota negara.

(14)

c. Pengurus Wilayah (PW) untuk tingkat provinsi dan berkedudukan di ibukota provinsi.

d. Pengurus Cabang (PC) untuk tingkat kabupaten/kota dan berkedudukan di wilayahnya.

e. Pengurus Cabang Istimewa (PCI) untuk luar negeri dan berkedudukan di wilayah negara yang bersangkutan.

f. Pengurus Wakil Cabang (PWC) untuk tingkat kecamatan, perguruan tinggi dan berkedudukan diwilayahnya.

Pasal 11

(1) Pembentukan wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama diusulkan oleh sedikitnya 5 Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama kepada Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama setelah mendapat rekomendasi dari PW NU setempat.

(2) Pembentukan wilayah diputuskan oleh Pengurus Pusat melalui rapat harian. (3) Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama memberikan Surat

Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Wilayah.

(4) Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan penuh setelah melalui masa percobaan selama 2 (dua) tahun.

(5) Pengurus wiayah berfungsi sebagai pelaksana Pengurus Pusat dan sebagai koordinator cabang-cabang didaerahnya.

Pasal 12

(2) Pembentukan cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama diusulkan oleh Pengurus Wakil Cabang melalui Pengurus Wilayah kepada Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama setelah mendapat rekomendasi dari PC NU setempat.

(3) Pembentukan cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama diputuskan oleh Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama melalui rapat harian.

(4) Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama memberikan Surat Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(5) Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan penuh setelah melalui masa percobaan selama 1 (satu) tahun.

(6)

Dalam hal-hal yang menyimpang dari ketentuan ayat 1 (satu) di atas disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk dan luasnya daerah atau sulitnya komunikasi atau faktor kesejarahan, pembentukan cabang diatur oleh kebijakan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(15)

Pasal 13

(2) Pembentukan cabang istimewa Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama dilakukan oleh Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama atas permohonan secara tertulis sekurang-kurangnya 25 orang anggota setelah mendapat rekomendasi dari PCI NU setempat.

(3) Pembentukan cabang istimewa Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama diputuskan oleh Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama melalui rapat harian. (4) Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama memberikan Surat

Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Cabang Istimewa Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(5) Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan penuh setelah melalui masa percobaan selama 1 (satu) tahun.

Pasal 14

(1) Pembentukan wakil cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama diusulkan ke PW Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama melalui Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama setelah mendapat rekomendasi dari Majelis Wakil Cabang (MWC NU) atas permohonan secara tertulis sekurang-kurangnya 25 orang anggota.

(2) Pembentukan wakil cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama diputuskan oleh Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama melalui rapat harian. (3) Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama memberikan Surat

Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Wakil Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(4) Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama mengeluarkan Surat Keputusan setelah melalui masa percobaan selama 6 (enam) bula.

Pasal 15

Ketentuan mengenai syarat dan tatacara pembentukan organisasi diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB V

SUSUNAN PENGURUS PUSAT Pasal 16

(1) Pengurus Pusat adalah badan eksekutif tertinggi organisasi dan bertanggung jawab kepada kongres.

(2) Pengurus Pusat terdiri dari : b. Pelindung – PB NU c. Penasehat

(16)

d. Dewan Kehormatan e. Dewan Ahli

f. Pengurus Harian

g. Departemen-departemen sesuai dengan kebutuhan

(3)

Dewan Kehormatan terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Ketua Bidang-Ketua Bidang .

(4) Pengurus Harian terdiri Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, beberapa Ketua, Sekretaris Jenderal, beberapa Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Bendahara.

BAB VI

SUSUNAN PENGURUS WILAYAH Pasal 17

(1) Pengurus Wilayah adalah badan eksekutif tertinggi di tingkat wilayah dan bertanggung jawab kepada konferensi wilayah.

(2) Pengurus Wilayah terdiri : a. Pelindung – PW NU b. Penasehat

c. Dewan Ahli d. Pengurus Harian

e. Seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan

(3) Pengurus Harian terdiri Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara.

BAB VII

SUSUNAN PENGURUS CABANG DAN PENGURUS CABANG ISTIMEWA Pasal 18

(1) Pengurus Cabang dan Pengurus Cabang Istimewa adalah badan eksekutif tertinggi di tingkat cabang dan cabang istimewa dan bertanggung jawab kepada konferensi cabang.

(2) Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa terdiri dari : a. Pelindung – PC UN

b. Penasehat c. Dewan Ahli d. Pengurus Harian

(17)

(3) Pengurus Harian terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.

BAB VIII

SUSUNAN PENGURUS WAKIL CABANG Pasal 19

(1) Pengurus Wakil Cabang adalah badan eksekutif tertinggi di tingkat Kecamatan, Perguruan Tinggi yang berkedudukan di wilayahnya.

(2) Pengurus Wakil Cabang terdiri dari : a. Pelindung – MWC NU

b. Penasehat c. Dewan Ahli d. Pengurus Harian

e. Biro-biro sesuai dengan kebutuhan

(3) Pengurus Harian terdiri Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.

BAB IX

SYARAT MENJADI PENGURUS Pasal 20

(1) Untuk menjadi Pengurus Perwakilan Cabang seseorang harus sudah terdaftar sebagai anggota Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(2) Untuk menjadi Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa seorang calon harus sudah aktif menjadi anggota Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama atau badan otonom NU sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun.

(3) Untuk menjadi pengurus wilayah, seorang calon harus sudah aktif menjadi anggota Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama atau Badan Otonom NU sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun.

(4) Untuk menjadi Pengurus Pusat, seorang calon harus sudah aktif menjadi anggota Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama atau Badan Otonom NU sekurang-kurangnya selama 4 (empat) tahun.

BAB X

PEMILIHAN DAN PENETAPAN PENGURUS Pasal 21

(1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama sebagai berikut :

(18)

a.

Ketua Dewan Kehormatan dan Ketua Umum dipilih secara langsung oleh peserta kongres melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam kongres, dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lesan atau tertulis.

b. Wakil Ketua Umum ditunjuk oleh Ketua Umum terpilih dengan mempertimbangkan aspirasi yang berkembang.

(2)

Ketua Dewan Kehormatan dan ketua Umum Terpilih bertugas melengkapi Susunan Pengurus Harian Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama dengan dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang dipilih dari dan oleh peserta Kongres,

(3)

Pengurus Pusat ISNU menyusun kelengkapan kepengurusan Pengurus Pusat bersama anggota formatur.

Pasal 22

(1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama sebagai berikut :

a. Ketua dipiih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam konferensi wilayah dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lesan atau tertulis.

b.

Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan pengurus harian dengan dibantu oleh beberapa mede formatur yang dipilih dari dan oleh peserta konferensi wilayah.

(2) Pengurus Wilayah Harian Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama bertugas menyusun kelengkapan kepengurusan Pengurus Wilayah.

Pasal 23

(1)

Pemilihan dan penetapan Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama sebagai berikut :

a. Ketua dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam konferensi wilayah dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lesan atau tertulis.

b. Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan Pengurus Harian dengan dibantu oleh beberapa mede formatur yang dipilih dari dan oleh peserta konferensi cabang.

(2) Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa Harian Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama bertugas menyusun kelengkapan kepengurusan Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa.

Pasal 24

(1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Wakil Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama sebagai berikut :

(19)

a. Ketua dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam konferensi wakil cabang dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lesan atau tertulis.

b. Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan Pengurus Harian dengan dibantu oleh beberapa mede formatur yang dipilih dari dan oleh peserta konferensi wakil cabang.

(2) Pengurus Wakil Cabang Harian Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama bertugas menyusun kelengkapan kepengurusan wakil cabang.

BAB XI

PENGISIAN JABATAN ANTAR WAKTU Pasal 25

(1) Apabila Ketua Umum berhalangan tetap, maka Wakil Ketua Umum menjadi pejabat Ketua Umum.

(2) Apabila untuk Ketua Umum berhalangan tetap, maka Ketua Umum atau pejabat Ketua Umum menunjuk salah seorang Ketua untuk menjadi Wakil Ketua Umum dengan mempertimbangkan aspirasi yang berkembang dalam rapat harian Pengurus Pusat.

(3) Apabila Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum berhalangan tetap dalam waktu yang bersamaan, maka rapat pleno Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama menetapkan Pejabat Ketua Umum dan Pejabat Wakil Ketua Umum.

(4) Apabila Ketua, Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Bendahara berhalangan tetap maka pengisihannya ditetapkan melalui rapat Pengurus Harian Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

Pasal 26

(1) Apabila Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa, Pengurus Wakil Cabang berhalangan tetap maka pengisian jabatan tersebut disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal 24 Anggaran Rumah Tangga ini.

BAB XII

RANGKAP JABATAN Pasal 27

(1) Rangkap jabatan Pengurus Harian Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan :

a. Jabatan Pengurus Harian pada semua tingkat kepengurusan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama; dan atau

(20)

c. Jabatan Pengurus Harian Partai Politik; dan atau

d. Jabatan Pengurus Harian organisasi yang berafiliasi kepada Partai Politik; dan atau

e. Jabatan Pengurus Harian organisasi kesarjanaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip perjuangan dan tujuan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(2) Jabatan Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan :

a. Jabatan Pengurus Harian pada semua tingkat kepengurusan Nahdlatul Ulama; dan atau

b. Jabatan Pengurus Harian pada semua tingkat kepengurusan Badan Otonom.

Pasal 28

Ketentuan lebih lanjut mengenai rangka jabatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB XIII

PEMBEKUAN PENGURUS Pasal 29

Ketentuan tentang tata cara pembekuan kepengurusan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB XIV

WEWENANG DAN TUGAS PENGURUS Pasal 30

(1) Wewenang Ketua Dewan Kehormatan sebagai berikut :

a.

Merumuskan dan Memutuskan Arah kebijakan khusus organisasi. b. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan organisasi

(2) Wewenang Ketua Umum sebagai berikut :

a. Mewakili Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama keluar maupun ke dalam.

b.

Merumuskan rencana pelaksanaan program organisasi. (3) Tugas Ketua Umum sebagai berikut :

(21)

b. Memimpin pelaksanaan kongres, musyawarah kerja nasional, rapat pleno, rapat harian.

Pasal 31 (1) Kewenangan Wakil Ketua Umum adalah :

a. Menjalankan kewenangan Ketua Umum ketika berhalangan. b. Membantu Ketua Umum dalam menjalankan kebijakan. (2) Tugas Wakil Ketua Umum sebagai berikut :

a. Membantu tugas-tugas Ketua Umum b. Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan

Pasal 32 (1) Kewenangan Ketua-Ketua adalah :

a. Menjalankan wewenang Ketua Umum dan atau Wakil Ketua Umum apabila berhalangan.

b. Merumuskan dan menjalankan bidang khusus masing-masing. (2) Tugas Ketua-ketua adalah :

a. Membantu tugas-tugas Ketua Umum

b. Menjalankan tugas-tugas sesuai pembidangan masing-masing.

Pasal 33 (1) Kewenangan Sekretaris Jenderal adalah :

a. Merumuskan dan mengatur pengelolaan kesekretariatan.

b. Bersama Ketua Umum menandatangani surat-surat penting Pengurus Pusat.

(2) Tugas Sekretaris Jenderal adalah :

a. Merumuskan dan mengatur manajemen organisasi.

b. Mengkoordinir pembagian tugas wakil Sekretaris Jenderal.

Pasal 34 (1) Kewenangan wakil Sekretaris Jenderal adalah :

a.

Melaksanakan kewenangan Sekretaris Jenderal apabila berhalangan. b. Mendampingi ketua-ketua sesuai bidang masing-masing.

(2)

Tugas wakil Sekretaris Jenderal adalah : a. Membantu tugas-tugas Sekretaris Jenderal.

(22)
(23)

Pasal 35 (1) Kewenangan Bendahara Umum adalah :

a. Mengatur pengelolaan keuangan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

b. Bersama-sama Ketua Umum menandatangani surat-surat penting Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan keuangan.

c. Melakukan pembagian tugas kebendaharaan dengan bendahara.

(2)

Tugas Bendahara Umum adalah :

a. Merumuskan manajemen dan melakukan pencatatan keuangan dan aset. b. Membuat Standar Operating Procedure (SOP) keuangan

Pasal 36

(1) Prinsip-prinsip pokok tentang wewenang dan tugas pengurus sebagaimana pasal-pasal dalam Bab ini berlaku secara mutatis muntandis (dengan sendirinya) untuk seluruh tingkat kepengurusan.

(2) Ketentuan lebih lanjut berkait dengan wewenang dan tugas pengurus diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB XV

KEWAJIBAN DAN HAK PENGURUS Pasal 37

(1) Pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama berkewajiban :

a. Menjaga dan menjalankan amanat dan ketentuan-ketentuan organisasi. b. Menjaga keutuhan organisasi kedalam maupun keluar.

c. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban dalam permusyawaratan sesuai dengan tingkat kepengurusan.

(2) Pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama berhak :

Menetapkan kebijakan, keputusan dan Peraturan Organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga.

BAB XVI

PERMUSYAWARATAN TINGKAT NASIONAL Pasal 38

(1) Kongres adalah forum permusyawaratan tertinggi di dalam organisasi Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(24)

a. Laporan pertanggung jawaban Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

b. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. c. Program kerja 5 (lima) tahun.

d. Rekomendasi

e.

Memilih Ketua Dewan Kehormatan dan Ketua Umum

(3) Kongres dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(4) Kongres dihadiri oleh : a. Pengurus Pusat b. Pengurus Wilayah

c. Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa

(5) Kongres sah apabila dihadiri oleh dua pertiga jumlah wilayah dan cabang / cabang istimewa yang sah.

Pasal 39

(1) Kongres Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila Ketua Umum Pengurus Pusat melakukan pelanggaran berat terhadap ketentuan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga.

(2)

Kongres luar biasa dapat diselenggarakan atas usulan 50 persen plus satu dari jumlah wilayah dan cabang.

(3) Kongres luar biasa dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(4) Ketentuan tentang peserta dan keabsahan kongres luar biasa merujuk kepada ketentuan kongres.

Pasal 40

(1) Musyawarah kerja nasional merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah kongres yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Pusat. (2) Musyawarah kerja nasional membicarakan pelaksanaan

keputusan-keputusan kongres, mengkaji perkembangan dan memutuskan Peraturan Organisasi.

(3) Musyawarah kerja nasional dihadiri oleh anggota pleno Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah.

(4) Musyawarah kerja nasional tidak dapat mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan kongres dan tidak memilih Pengurus Baru.

(5) Musyawarah kerja nasional adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah wilayah.

(25)

(6) Musyawarah kerja nasional diadakan sekali dalam masa kepengurusan.

BAB XVII

PERMUSYAWARATAN TINGKAT WILAYAH Pasal 41

(1) Konferensi wilayah adalah forum permusyawaratan tertinggi untuk tingkat wilayah.

(2) Konferensi wilayah membicarakan dan menetapkan : a. Laporan pertanggung jawaban Pengurus Wilayah b. Program kerja wilayah 5 (lima) tahun

c. Rekomendasi

d. Memilih Ketua Pengurus Wilayah

(3) Konferensi wiayah dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah. (4) Konferensi wilayah dihadiri :

a. Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama b. Pengurus Cabang

(5) Konferensi wilayah sah apabila dihadiri sekurang-kurang dua pertiga jumlah cabang di daerahnya.

Pasal 42

(3) Musyawarah kerja wilayah merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah konferensi wilayah yang di pimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah.

(4) Musyawarah kerja wilayah membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan konferensi wilayah.

(5) Musyawarah kerja wilayah dihadiri oleh anggota pleno Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang.

(6) Musyawarah kerja wilayah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah cabang.

(7) Musyawarah kerja wilayah diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam masa jabatan.

(8) Musyawarah kerja wilayah tidak dapat melakukan pemilihan pengurus.

Pasal 43

(1) Konferensi Cabang / Cabang Istimewa adalah forum permusyawaratan tertinggi untuk tingkat Cabang / Cabang Istimewa.

(26)

a.

Laporan pertanggung jawaban Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa.

b. Program kerja 5 (lima) tahun c. Rekomendasi

d. Memilih Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa

(3) Konferensi Cabang / Cabang Istimewa dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa.

(4)

Konferensi Cabang / Cabang Istimewa dihadiri oleh : a. Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa b. Pengurus Wakil Cabang

(5) Konferensi Cabang / Cabang Istimewa sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah wakil cabang didaerahnya.

Pasal 44

(1) Musyawarah kerja Cabang / Cabang Istimewa merupakan forum persmuyawaratan tertinggi setelah Konferensi Cabang / Cabang Istimewa yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa.

(2) Musyawarah kerja Cabang / Cabang Istimewa membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Konferensi Cabang / Cabang Istimewa.

(3) Musyawarah Cabang / Cabang Istimewa dihadiri oleh anggota pleno, Pengurus Cabang / Pengurus Cabang Istimewa dan Pengurus Wakil Cabang.

(4) Musyawarah kerja Cabang / Cabang Istimewa sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah wakil cabang di daerahnya. (5) Musyawarah Cabang / Cabang Istimewa diadakan sekurang-kurangnya

sekali dalam masa jabatan.

(6) Musyawarah kerja Cabang / Cabang Istimewa tidak dapat melakukan pemilihan pengurus.

Pasal 45

(1) Konferensi Wakil Cabang adalah forum permusyawaratan tertinggi untuk tingkat wakil cabang.

(2) Konferensi Wakil Cabang membicarakan dan menetapkan : a. Laporan pertanggung jawaban Wakil Cabang

b. Program kerja 3 (tiga) tahun c. Rekomendasi

(27)

(3) Konferensi Wakil Cabang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Wakil Cabang.

(4) Konferensi Wakil Cabang dihadiri oleh : a. Pengurus Wakil Cabang

b. Anggota

(5) Konferensi Wakil Cabang sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota didaerahnya.

Pasal 46

(1)

Musyawarah Kerja Wakil Cabang merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah Konferensi Wakil Cabang yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Wakil Cabang.

(2) Musyawarah kerja Wakil Cabang membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Konferensi Wakil Cabang.

(3) Musyawarah kerja wakil cabang dihadiri oleh Pengurus Wakil Cabang, anggota pleno dan anggota.

(4) Musyawarah kerja wakil cabang sah apabila dihadiri oleh lebih dari separo jumlah peserta sebagaimana dimaksud ayat 3 (tiga) pasal ini.

BAB XVIII RAPAT-RAPAT

Pasal 47

(1) Rapat Pleno adalah rapat yang dihadiri oleh semua pengurus. (2) Rapat Pleno diadakan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali. (3) Rapat Pleno membicarakan pelaksanaan program kerja.

Pasal 48 (1) Rapat Harian dihadiri oleh Pengurus Harian.

(2) Rapat Harian diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sekali.

(3) Rapat Harian membahas kelembagaan organisasi, pelaksanaan dan pengembangan program kerja.

Pasal 49

Rapat-rapat lain yang dianggap perlu adalah rapat-rapat yang diselenggarakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.

(28)

Pasal 50

Ketentuan mengenai rapat-rapat diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB XIX

KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 51

Sumber Keuangan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama diperoleh dari : a. Uang pangkal

b. Uang iuran

c. Sumbangan yang tidak mengikat

d. Usaha-usaha lain yang dibentuk oleh Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama

Pasal 52

(1)

Kekayaan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama harus di infentarisir berupa dana, harta benda bergerak dan atau harta benda tidak bergerak.

(2) Perolehan, peralihan dan pengeluaran keuangan dilaporkan setiap tahun.

Pasal 53

Ketentuan mengenai keuangan dan kekayaan organisasi diatur lebih lanjut dan Peraturan Organisasi.

BAB XX

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN Pasa 54

Pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama di setiap tingkatan membuat laporan

pertanggung jawaban secara tertulis di akhir masa khidmahnya yang disampaikan

dalam permusyawaratan tertinggi pada tingkatannya.

Laporan pertanggung jawaban Pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, memuat :

1. Capaian pelaksanaan program yang telah diamanatkan oleh Permusyawaratan Tertinggi pada tingkatannya.

2. Pengembangan kelembagaan organisasi 3. Keuangan dan kekayaan organisasi

(29)

4. Infentaris dan aset organisasi

BAB XXI PENUTUP

Pasal 56

Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi, Peraturan Pengurus Pusat dan

atau

Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dengan Hilmi Ahmad Saakdillah, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surakarta, Jumat, 11 Desember 2015.. Wawancara dengan Martanto, Sekretaris Pengurus Cabang

K etua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengungkapkan, untuk menjadi umat yang moderat harus diperjuangkan meski di dalam Al-Qur’an Allah

Area kerja SR Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2016 - 2017 meliputi: Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur

Hasil penelitian didapatkan yakni : (1) Peran Organisasi Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU IPPNU) sangat penting dalam

Rois terpilih bersama ketua terpilih dibantu anggota AHWA sebagai formatur telah melengkapi Susunan Pengurus NU Ranting NU Sananrejo Barat masa Khidmah 2016 – 2021 dengan

(5) Apabila hasil pendataan menunjukan adanya anggota Pengurus Besar Harian Nahdlatul Ulama, anggota pengurus harian Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom tingkat Pusat yang

Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), yang merupakan salah satu representatif para pemudi atau remaja putri adalah organisasi pelajar putri dibawah

Solusi yang diberikan adalah dengan adanya pelatihan penyusunan karya ilmiah bagi organisasi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul ’Ulama’ IPPNU untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman