• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK MOHAMAD AFANDI ABDULLAH. NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK MOHAMAD AFANDI ABDULLAH. NIM"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Pada Berbagai Pemberian Bokashi Eceng Gondok Dan Phonska *)

Oleh:

Mohamad Afandi Abduula 1), Nurmi 2), Fitiah S. Jamin3)**) ABSTRAK

MOHAMAD AFANDI ABDULLAH. NIM 613409001. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Pada Berbagai Pemberian Bokashi Eceng Gondok Dan Phonska. (Dibimbing oleh Nurmi dan Fitriah)

Penelitian ini bertujuan Mengetahui pengaruh pemberian bokashi eceng gondok dan phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung dan mengetahui perlakuan manakah yang akan memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Miranti, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, terhitung sejak bulan Maret sampai dengan Juni 2013. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan petak terbagi pola RAK (RAK Petak Terbagi). Petak utama adalah dosis pupuk anorganik phonska dan anak petak adalah dosis pupuk organik eceng gondok. Petak utama terdiri dari 3 taraf. P0 = Tanpa Pupuk phonska. P1 = 150 kg/ha dan P2 = 300 kg/ha. Anak petak terdiri dari 3 taraf. T0 = Tanpa Pupuk bokashi eceng gondok. T1 = 10 ton/ha dan T2 = 20 ton/ha. Setiap perlakuan diulang dua kali sehingga terdapat 18 unit-unit percobaan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang berat tongkol berkelobot, panjang tongkol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST, berat tongkol berkelobot dan panjang tongkol. Pemupukan bokasih eceng gondok berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST dan 7 MST, jumlah daun 3 MST 5 MST dan 7 MST, diameter batang 3 MST, 5 MST dan 7 MST. Kata kunci : bokashi eceng gondok,phonska,jagung manis.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman Jagung manis (Zea mays Saccharata) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga dijadikan sebagai bahan pakan ternak dan industri sehingga penanaman jagung perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan jagung di Gorontalo sekitar 1,5 juta ton/tahun, namun produksi yang dihasilkan hanya sekitar 50%. Berdasarkan data BPS produksi jagung tahun 2009 sekitar 567.110 ton dan tahun 2010 sekitar 679.168 ton (BPS, 2011). Jumlah produksi ini belum mencukupi kebutuhan jagung, untuk itu perlu dilakukan budidaya jagung secara baik, khususnya dari faktor pemupukan baik organik maupun anorganik.

Penggunaan pupuk sebagai bahan nutrisi tambahan untuk tanaman jagung merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung. Oleh karena itu, aplikasi pemberian pupuk sangat penting khusunya bagi tanaman

(2)

jagung dengan tujuan supaya unsur hara yang diperlukan tanaman tersedia di dalam tanah.

Jenis pupuk yang digunakan uatuk meningkatkan jumlah unsur hara di dalam tanah adalah pupuk organik dan anorganik. Sutanto (2002) berpendapat bahwa pupuk anorganik mampu meningkatkan produktivitas tanah dalam waktu singkat, tetapi akan mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah (tanah menjadi keras) dan menurunkan produktivitas tanaman yang dihasilkan. Adapun tanah yang dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang dicukupi bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar.

Banyak jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah sehingga mampu meningkatkan produksi tanaman, salah satunya adalah pupuk organik eceng gondok. Pemanfaatan eceng gondok (Eichornia crassips) sebagai sumber bahan organik alternatif sangat mungkin dilakukan di Gorontalo, mengingat biomas eceng gondok yang cukup banyak yang terdapat di perairan seperti di danau Limboto.

Hasil survey di lapangan menunjukan bahwa populasi eceng gondok di danau Limboto tumbuh sangat pesat dimana sebagian besar danau Limboto sudah dipenuhi oleh tumbuhan tersebut. Sejalan yang dikemukakan oleh NAS (1976) dalam Kristanto dkk. (2003) bahwa eceng gondok mampu tumbuh dengan cepat, yaitu dari dua induk dalam 23 hari dapat menghasilkan 30 anakan dan 1.200 anakan dalam empat bulan dengan produksi 470 ton/ha. Lebih lanjut Slamet dkk. (1975) dalam wahyudin (2011) melaporkan bahwa produksi biomas eceng gondok di Rawa Pening dapat mencapai 20-30,5 kg/m atau 200 – 300 ton/ha.

Pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan tumbuhan tersebut dianggap sebagai pengganggu atau gulma air yang akan menimbulkan dampak negatif terhadap perairan, memperbesar kehilangan air melalui proses evapotranspirasi, mempersulit transportasi perairan, dan menurunkan hasil perikanan. Namun disisi lain, eceng gondok berpotensi sebagai sumber bahan organik alternatif yang dapat digunakan untuk menambah bahan organik tanah. Penambahan bahan organik tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesuburan tanah untuk mendukung pertumbuhan dan produksi jagung sekaligus mengurangi populasi eceng gondok menuju pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan (Monoarfa 2013).

Uraian yang telah ditulis di atas menjadi dasar untuk melakukan penelitian mengenai “Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Pada Berbagai Pemberian bokasih Eceng Gondok dan Phonska”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh bokashi eceng gondok dan phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis?

(3)

2. Perlakuan manakah yang akan memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis ?

3. Apakah terdapat interaksi antara pemberian bokasih eceng gondok dan phonska pada pertumbuhan dan produksi jagung manis?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh pemberian bokashi eceng gondok dan phonska terhadap

pertumbuhan dan produksi jagung manis.

2. Mengetahui perlakuan manakah yang akan memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.

3. Mengetahui interaksi antara pemberian bokasih eceng gondok dan phonska pada pertumbuhan dan produksi jagung manis

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Pemberian bokashi eceng gondok dan phonska dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.

2. Terdapat salah satu perlakuan yang akan meberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan dan produksi jagung manis.

3. Terdapat interaksi antara pemberian bokasih eceng gondok dan phonska pada pertumbuhan dan produksi jagung manis.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Menjadi informasi dan masukan kepada petani tentang pentingnya pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis. 2. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah tentang pentingnya

pemberian pupuk bokashi eceng gondok dan phonska pada tanaman jagung manis.

3. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik pada tanaman jagung manis.

METODOLOGI PENELITIAN

(4)

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Miranti Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, dari sejak bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ember, cangkul, sekop, meteran, tali rapia, parang, timbangan elektirk, kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih jagung manis, pupuk bokashi enceng gondok, dan pupuk phonska

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi pola RAK (RAK Petak Terbagi). Petak utama adalah dosis pupuk anorganik phonska dan anak petak adalah dosis pupuk organik eceng gondok.

Petak utama terdiri dari 3 taraf yaitu : P0 = Tanpa Pupuk phonska

P1 = 150 kg/ha dan P2 = 300 kg/ha

Anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu ; T0 = Tanpa Pupuk bokashi eceng gondok T1 = 10 ton/ha dan

T2 = 20 ton/ha

Kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut:

Setiap perlakuan diulang dua kali sehingga terdapat 18 unit-unit percobaan. Perlakuan I P0T2 P1T0 P2T1 P0T0 P1T1 P2T2 P0T1 P1T2 P2T0 Perlakuan II P0T1 P1T0 P2T2 P0T0 P1T2 P2T0 P0T2 P1T1 P2T1 3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : a. Persiapan

Persiapan meliputi penentuan lokasi penelitian, persiapan bahan organik (eceng gondok) dan anorganik (phonska) serta pembuatan petak percobaan. Bahan organik (eceng gondok) diambil dari danau Limboto dengan terlebih dahulu dibuat bokasi pupuk organik sedangkan pupuk anorganik (phonska) dibeli di toko tani sebelum di

(5)

aplikasikan pada petak percobaan. Petak percobaan dibuat dengan terlebih dahulu dibersihkan dan digemburkan menggunakan cangkul dengan ukuran petak 3 m x 4 m. b. Pembuatan pupuk bokasi eceng gondok

Alat dan Bahan :

1. Dedak halus 5 kg 2. Sekam Padi 5 kg 3. Gula Pasir 10 g 4. Ember sedang 1 buah 5. Karung Goni 2 lembar 6. Parang 1 buah 7. EM-4 25 ml 8. Bahan organik eceng gondok 10 kg

Pembuatan pupuk organik berbahan eceng gondok menggunakan EM-4 (Effective Microorganisme) dengan cara kerja: haluskan/cacah bahan organik eceng gondok yang akan digunakan, campurkan dengan sekam padi dan dedak lalu aduk – aduk secara merata. Larutkan gula pasir dan EM-4 kedalam air. Siramkan larutan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan. Adonan digundukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian kira – kira 15 - 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni. Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 oC. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukkan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam. Setelah 4 hari, BOKASHI telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik (Adhy, 2012)..

c. Pemberian perlakuan dan penanaman benih jagung

Aplikasi pupuk organik eceng gondok pada petak percobaan dilakukan satu minggu sebelum tanam, sedangkan pupuk anorganik phonska diaplikasikan satu minggu setelah tanam. Penanaman benih jagung pada petak tersebut dilakukan dengan jarak tanam 40 cm dalam barisan dan 70 cm antara barisan.

d. Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal. Dilakukan tujuh hari setelah tanam. Bahan untuk penyulaman diambil dari tanaman cadangan yang telah ditanam.

e. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma-gulma yang tumbuh pada areal pertanaman. Penyiangan ini dilakukan untuk menjaga terjadinya persaingan penyerapan unsur hara antara tanaman jagung dengan gulma.

(6)

Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari sesuai dengan kondisi tanaman Penyiraman dilakukan untuk menjaga supaya tanaman tidak akan kekurangan air selama masa pertumbuhan.

g. Penggemburan

Penggemburan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST dan 4 MST. Penggemburan ini dilakukan untuk menciptakan aerasi yang baik di daerah perakaran dan sekaligus menciptakan suatu kondisi yang dapat mendukung perkembangan perakaran dengan baik. Dengan demikian penyerapan unsur hara oleh akar berjalan dengan baik tanpa hambatan fisik tanah yang padat.

3.5 Variabel yang Diamati

Variabel pertumbuhan dan hasil yang diamati jagung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST, 5 MST dan 7 MST. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun yang tertinggi.

b. Diameter batang

Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST, 5 MST dan 7 MST. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tali rapia yang telah diberi angka dan caranya melilitkan tali rapia tersebut pada batang jagung dengan 2 cm diatas pembumbunan tanah.

c. Jumlah daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan saat tanaman berumur 3 MST, 5 MST dan 7 MST. Caranya adalah menghitung semua daun yang ada pada tanaman yang diteliti, dengan syarat daun tidak kering, tidak berwarna kuning, tidak diserang hama dan penyakit..

d. Panjang tongkol

Pengukuran panjang tongkol di ukur pada saat tanaman sudah panen. Pengukuran tongkol dilakukan dengan mengukur tongkol dari pangkal sampai pada ujung tongkol dengan menggunakan mistar.

e. Berat tongkol berkelobot

Jagung yang sudah dipanen, kemudian ditimbang menggunakan timbangan untuk mengetahui beratnya.

3.6 Analisis data

Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis of varians (anova). Apabila terdapat pengaruh perlakuan pupuk organik bokasi enceng gondok dan anorganik phonska serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi jagung, maka dilakukan uji lanjut dengan uji BNT pada taraf 5 %.

(7)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinggi Tanaman

Data pengamatan tinggi tanaman dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 1a, 1b, 1c, Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis pada umur 5 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 3 MST dan 7 MST. Perlakuan bokashi eceng gondok berpengaruh nyata pada umur 5 MST dan 7 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 3 MST. Tidak terdapat interaksi antara pupuk phonska dan bokashi eceng gondok terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis. Rata-rata tinggi tanaman jagung manis pada perlakuan pupuk phonska dan bokashi eceng gondok disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman jagung pada berbagai perlakuan pupuk phonska dan pupuk organik Eceng gondok

Keterangan : Angka–angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan dosis 300 kg/ha memberikan tinggi tanaman tertinggi yakni 86,477 cm pada umur 5 MST dan perlakuan pupuk bokashi eceng gondok dengan dosis 20 ton/ha memberikan tinggi tanaman tertinggi yakni 81,09 cm pada umur 5 MST, 200,905 cm pada umur 7 MST dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk. Hal ini

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) 3 MST 5 MST 7 MST Phonska (kg/ha) 0 29,067 71,715b 179,12 150 27,583 77,525ab 198,22 300 28,303 86,477a 206,74 BNT 5 % - 14,73 - KK 15,60 4,07 3,16

Eceng gondok (ton/ha)

0 26,433 74,785b 188,597b

10 29,070 79,833a 194,570ab

20 29,450 81,098a 200,905a

BNT 5 % - 4,52 8,68

(8)

mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk phonska dan bokashi eceng gondok sangat baik digunakan untuk menambah unsur hara tanah dalam membantu pertumbuhan tinggi tanaman. Hasil penelitian Syafruddin dan Zubahctiroddin (2010) tentang penggunaan pupuk NPK majemuk 20:10:10 pada tanaman jagung menyimpulkan Laju tumbuh tersebut sangat penting untuk pemberian pemupukan susulan, jika pemupukan dilakukan secara bertahap, maka pada umur 3 - 5 mst tanaman sudah harus dipupuk, karena pada umur tersebut laju tumbuh tanaman sangat cepat sehingga kebutuhan hara sangat tinggi, apabila kekurangan unsur hara pada fase tersebut dapat menghabat pertumbuhan tanaman. Saribun (2008), mengungkapkan tentang pengaruh pupuk majemuk NPK pada berbagai dosis terhadap pH, p-potensial dan p-tersedia serta hasil caysin (brassica juncea) pada fluventic eutrudepts Jatinangor yang menyimpulkan perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman baru nampak pada 4 MST. Pemberian pupuk NPK dengan berbagai taraf dosis mempunyai tinggi (26,8 cm sampai 31,3 cm), lebih tinggi dibandingkan dengan control yang hanya 22,7 cm. Perlakuan G (300 kg/ha) mempunyai tinggi 31,3 cm, sedangkan pada perlakuan B (50 kg/ha ) hanya 26,8 cm. hal ini karena unsur N yang berguna untuk pertumbuhan pucuk tanaman semakin meningkat sesuai dengan pertambahan dosis pupuk sehingga tinggi tanaman juga ikut meningkat.

Pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis yang menggunakan pupuk phonska tidak berbeda dengan yang menggunakan bokashi eceng gondok. Hal ini disebabkan pupuk organik yang digunakan merupakan pupuk organik berkualitas tinggi, artinya proses laju dekomposisi dan mineralisasi berjalan cepat setelah dibenamkan kedalam tanah, sehingga mampu melepaskan hara juga dengan cepat, baik dalam jumlah maupun waktu ketersediaannya sinkron dengan kebutuhan tanaman, sama seperti pemberian pupuk anorganik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah hara N, P, dan K yang terserap tanaman antara pupuk organik dengan anorganik jumlahnya relatif sama, dan sedikit menyediakan hara (residu) yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang ditanam berikutnya, karena dapat menyediakan hara bagi tanaman dalam waktu yang cepat (Martajaya dkk., 2010).

4.2 Jumlah Daun

Data pengamatan jumlah daun dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 2a, 2b, 2c, Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska tidak berpengaruh nyata pada semua waktu pengamatan. Perlakuan bokashi eceng gondok berpengaruh nyata pada umur 3 MST, 5 MST dan 7 MST. Tidak terdapat interaksi antara pupuk phonska dan bokashi eceng gondok terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis. Rata-rata jumlah daun tanaman jagung manis pada perlakuan pupuk phonska dan bokashi eceng gondok disajikan pada tabel 2.

(9)

phonska dan pupuk organik Eceng gondok

Keterangan : Angka–angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Berdasarkan data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan dosis 300 kg/ha memberikan jumlah daun terbanyak yakni 10,9033 helai pada umur 7 MST. Sedangkan perlakuan bokashi eceng gondok dengan dosis 20 ton/ha memberikan jumlah daun terbanyak yakni 5,0233 helai pada umur 3 MST, 7,8800 helai pada umur 5 MST, 11,0467 helai pada umur 7 MST, dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk. Penambahan jumlah daun pada tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman, artinya semakin bertambah umur tanaman jagung, maka jumlah daun akan bertambah yang diikuti dengan pertumbuhan tanaman yang baik. Penggunaan pupuk phonska pada tanaman jagung maniscukup berbeda dengan penggunaan pupuk majemukNPK pada tanaman jahe.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil teori Susetyo (2009), tentang respon pertumbuhan tanaman dan produksi jahe (Zingiber officinal Rose). Sistem keranjang terhadap jumlah bibit dan pemberian pupuk majemuk NPK di Sumatera Utara, menyimpulkan bahwa perlakuan jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 BSPT (bulan setelah pindah tanaman dan 2 BSPT. Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, diduga karena pemberian pupuk pada tanaman tidak dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal.

Perlakuan Jumlah daun 3MST 5 MST 7MST Phonska (kg/ha) 0 4,99833 7,2867 9,8117 150 4,69000 7,4050 10,3567 300 4,64333 7,3567 10,9033 BNT 5 % - - - KK 6,43 8,31 5,22

Eceng gondok (ton/ha)

0 4,5717b 6,7133b 9,8333b

10 4,7367ab 7,4550ab 10,1917b

20 5.0233a 7,8800a 11,0467a

BNT 5 % 0,43 0,86 0,76

(10)

Hasil penelitian oleh Onggo (2001), tentang pertumbuhan dan hasil tanaman tomat pada aplikasi berbagai formula dan dosis pupuk majemuk lengkap di Kabupaten Bandung, menyimpulkan pengaruh perbedaan formula pupuk dan dosis pupuk terhadap jumlah daun tomat menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan formula pupuk dan dosis pupuk yang dilakukan pada percobaan ini. Hasil analisis data menunjukkan bahwa baik perlakuan formula maupun dosis pupuk pada percobaan ini tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun tomat sampai umur tanaman 8 minggu. Nampaknya pengaruh genetis tanaman masih mendominasi kondisi kecepatan pembentukan daun tomat tanaman tersebut.

Secara teoritis pendapat Lingga (1991) dalam Hamidah (2009) suatu tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang tersedia cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, penambahan unsur hara yang berlebihan tidak menghasilkan pertumbuhan vegetatif maupun generatif yang sebanding dengan unsur hara yang diberikan.

Secara teoritis menurut Budi Utomo (2010), menjelaskan bahan organik mempunyai peranan terhadap ketersediaan unsur hara, dimana unsur hara sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain yaitu pertumbuhan daun dan batang. Sesuai dengan pendapat Gardner, dkk. (1991) dalam Budi Utomo (2010) bahwa jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh faktor genetip dan lingkungan (antara lain unsur hara atau bahan organik).

Sesuai dengan pendapat Syarief (1986) dalam Budi Utomo (2010), yang menyatakan bahwa tanaman dalam pertumbuhannya membutuhkan pupuk organik dan an organik. Pupuk organik sangat penting bagi kehidupan tanaman karena dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap air dan meningkatkan kehidupan mikro organisme di dalam tanah, bahan organik merupakan komponen tanah yang sangat menentukan potensi kesuburan tanah. Bahan organik yang aktif dalam tanah mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Sedangkan Unger (1993) dalam Budi Utomo (2010) menyatakan bahwa pemberian bahan organik mempunyai efek residu dalam meningkatkan infiltrasi air kedalam tanah dan meningkatkan ketersediaan hara yang mampu meningkatkan produksi tanaman.

4.3 Diameter Batang

Data pengamatan diameter batang dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 3a, 3b, 3c, Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang jagung manis pada umur 5 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 3 MST dan 7 MST. Perlakuan bokashi eceng gondok berpengaruh nyata pada umur 3 MST, 5 MST dan 7 MST. Tidak terdapat interaksi antara pupuk phonska dan bokashi eceng gondok terhadap pertumbuhan diameter batang jagung manis. Rata-rata diameter batang

(11)

jagung manis pada perlakuan pupuk phonska dan bokashi eceng gondok disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata diameter batang tanaman jagung pada berbagai perlakuan pupuk phonska dan pupuk organik Eceng gondok

Keterangan : Angka–angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Berdasarkan data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan dosis 300 kg/ha memberikan diameter batang terbesar yakni 5,16 00 cm pada umur 5 MST. Perlakuan bokashi eceng gondok dengan dosis 20 ton/ha memberikan diameter batang terbesar yakni 3,1883 cm pada umur 3 MST, 5,1183 cm pada umur 5 MST, dan 6,8333 cm pada umur 7 MST. dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk phonska dan bokashi eceng gondok sangat baik digunakan untuk menambah unsur hara tanah dalam membantu pertumbuhan diameter batang.

Hasil penelitian Hamidah (2009), tentang pengaruh pengendalian gulma dan pemberian pupuk npk phonska terhadap pertumbuhan tanaman karet (hevea brasiliensis muell arg.) Klon pb 260 menyatakan bahwa Pengaruh pemupukan NPK Phonska berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah

Perlakuan Diameter batang (cm) 3 MST 5 MST 7 MST Phonska (kg/ha) 0 2,86667 4,4367 6,2283 150 2,89500 46967 6,0450 300 2,78500 5,1600 6,7683 BNT 5 % - - - KK 8,61 5,37 3,25

Eceng gondok (ton/ha)

0 2,5617b 4,4883b 5,9133c

10 2,7967b 4,6867b 6,2950b

20 3,1883a 5,1183a 6,8333a

BNT 5 % 0,35 0,36 0,29

(12)

paying dan jumlah cabang tanaman karet pada umur 30, 60, 90, dan 90 HSP. Hal ini disebabkan karena tercukupinya kebutuhan unsur hara oleh tanaman melalui pemupukan dengan pupuk NPK Phonska.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggrainy (2004), tentang pengaruh pemberian abu seresah daun dan pemberian pupuk NPK (phonska) terhadap pertumbuhan semai akasia pada tanah Podlosonik merah kuning di daerah Bogor, menyimpulkan bahwa pupuk phonska dengan dosis 300 ppm dapat menunjukkan pertumbuhan diameter semai akasia yang optimum. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis tersebut unsur hara dalam bentuk pupuk yang diberikan pada tanaman dimanfaatkan secara baik dan bila tanaman mengalami penurunan pertumbuhan diduga disebabkan oleh ketidak seimbangan unsur hara didalam tanah. Menurut Mamonto (2005) dalam Nurdin dkk., (2008) bahwa pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran diameter batang serta pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen. Disamping itu, faktor cahaya matahari yang tidak merata karena ternaungi menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman terhambat.

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan eceng gondok sebagai sumber bahan organik mampu memperbaiki struktur fisik tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara, pertumbuhan vegetatif dan produksi jagung manis (Wahyudi, 2011).

4.4 Berat Tongkol Berkelobot

Data pengamatan berat tongkol berkelobot dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 4, hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap produksi berat tongkol berkelobot tanaman jagung manis. Dan Perlakuan bokashi eceng gondok berpengaruh nyata terhadap produksi berat tongkol berkelobot tanaman jagung manis. Tidak terdapat interaksi antara pupuk phonska dan bokashi eceng gondok terhadap produksi berat tongkol berkelobot tanaman jagung manis. Rata-rata berat tongkol berkelobot jagung manis pada perlakuan pupuk phonska dan bokashi eceng gondok disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata berat tongkol berkelobot tanaman jagung pada berbagai perlakuan pupuk phonska dan pupuk organik Eceng gondok

Perlakuan Berat Tongkol (gram)

Phonska (kg/ha)

(13)

Keterangan : Angka–angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Berdasarkan data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan dosis 300 kg/ha memberikan berat tongkol berkelobot terberat yakni 287,237 dan perlakuan bokashi eceng gondok dengan dosis 20 ton/ha terberat yakni 300,523 dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk. Hal ini dengan pemberian pupuk phonska dan bokashi eceng gondok dalam jumlah yang cukup mampu menyuplai unsur hara di dalam tanah, sehingga produksi tanaman jagung optimal. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil analisis tanah yang memperlihatkan bahwa kandungan NPK dalam tanah rendah, oleh sebab itu dengan dosis pupuk yang diberikan dengan jumlah tersebut dapat menunjang produksi tanaman jagung manis.

Hasil penelitian Sirappa M.P dan Nasruddin Razak (2010) tentang peningkatan produktivitas jagung melalui pemberian pupuk n, p, k dan pupuk kandang pada lahan kering di maluku menyimpulkan bahwa Penggunaan pupuk tunggal NPK yang dikombinasikan dengan pupuk kandang memberikan hasil jagung lebih tinggi dari rata-rata hasil jagung nasional dan Maluku. Hal tersebut berkaitan dengan penggunaan pupuk secara berimbang dengan berdasarkan status hara dan kebutuhan tanaman

Secara teoritis menurut Martajaya M, dkk., (2010) Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki atau meningkatkan kesuburan pada tanah dibandingkan dengan pupuk anorganik. Hal ini karena pupuk organik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan pupuk anorganik, selain proses pelepasan hara secara bertahap, juga dalam pupuk organik terkandung beberapa bahan lainnya yang dapat memperbaiki kesuburan tanah. Sedangkan pupuk anorganik hanya mengandung satu atau lebih unsur hara, yang segera terurai ditanah, dan langsung tersedia bagi tanaman, sehingga sedikit residu yang ditinggalkan pada tanah, serta tidak ada bahan lain yang bersifat

150 259,285b

300 287,237a

BNT 5 % 8,81

KK 3,98

Eceng gondok (ton/ha)

0 229,332c

10 268,333b

20 300,523a

BNT 5 % 14,96

(14)

ameliorasi terhadap kesuburan tanah. Perbaikan kesuburan tanah ini ditunjukkan dengan nilai simpanan pada residu akhir panen pada tanah yang diberi pupuk organik, seperti kandungan Corganik, N, P, dan K, serta KTK lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk anorganik.

4.5 Panjang Tongkol Tanpa Kelobot

Data pengamatan panjang tongkol dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 5, Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap produksi panjang tongkol tanaman jagung manis. Perlakuan bokashi eceng gondok berpengaruh nyata terhadap produksi panjang tongkol tanaman jagung manis. Tidak terdapat interaksi antara pupuk phonska dan bokashi eceng gondok terhadap produksi panjang tongkol tanaman jagung manis. Rata-rata panjang tongkol tanaman jagung manis pada perlakuan pupuk phonska dan bokashi eceng gondok disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata panjang tongkol tanaman jagung pada berbagai perlakuan pupuk phonska dan pupuk organik Eceng gondok

Keterangan : Angka–angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Berdasarkan data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan dosis 300 kg/ha memberikan panjang tongkol terpanjang yakni 19,0217 cm dan perlakuan bokashi eceng gondok dengan dosis 20 ton/ha terpanjang yakni 19,4250 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk. Hal ini sejalan dengan

Perlakuan Panjang Tongkol (cm) Phonska (kg/ha) 0 17,3800b 150 17,5950b 300 19,0217a BNT 5 % 1,27 KK 3,39

Eceng gondok (ton/ha)

0 16,5717c

10 18,0000b

20 19,4250a

BNT 5 % 0,86

(15)

pertumbuhan vegetatif tanaman jagung yang dibarengi dengan pemberian pupuk organikyang dimasukan kedalam tanah sudah mengalami dekomposisi yang sempurna, sehingga dapat menghasilkan dapat menghasilkan produksi tanaman jagung manis.

Secara teoritis menurut Tola dkk. (2007), mengatakan bahwa perkembangan sistem perakaran yang baik menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman yang akhirnya menentukan fase reproduktif ataw fase generatif. Pertumbuhan vegetatif yang baik akan menunjang fase generatif yang baik pula.

Sejalan dengan Sirappa M.P dan Nasruddin Razak (2010), mengatakan bahwa

Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati tanah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh antara pemberian bokasih eceng gondok dan phonska terhadap tinggi tanaman jagug, jumlah daun, diameter batang, berat tongkol, dan panjang tongkol.

2. Perlakuan pupuk phonska pada taraf 300 kg/ha dan perlakuan bokashi eceng gondok 20 ton/ha lah yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.

3. Tidak terdapat interaksi antara pemberian bokasih eceng gondok dan phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka pada penelitian ini, disarankan sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan hasil terbaik pada pertumbuhan dan produksi jagung sebaiknya menggunakan pupuk anorganik phonska dan bokasih eceng gondok 2. Untuk mendapatkan hasil terbaik dalam budidaya jagung manis, pupuk anorganik phonska pada taraf 300 kg/ha dan bokasih eceng gondok 20 ton/ha 3. Hasil penelitian ini diupayakan dapat menambah informasi tentang budidaya

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Adhy, 2012. Pembuatan Bokashi. http://agroteknologi11/blogspot.com/. [7 Januari 2013]

Akil, M. dan H. A. Dahlan. 2010. Budi Daya Jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

http://pustaka.litbang. deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10241.pdf. [28 Januari 2013].

Anggrainy. Lidia. 2007. “Pengaruh Abu seresah Daun Acacian mangium willd dan pemberian pupuk NPK (Phonska) terhadap pertumbuhan semai Acacian mangium willd pada tanah podlosonik merah kuning. Skripsi. Dipublikasikan. Departemen manajemen kehutanan. Fakultas kehutanan. Institute pertanian bogor.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15742/E04LAN.pdf? sequence=2

(19 Oktober 2013)

Budi Utomo. 2010. “Komposisi penggunaan dosis pupuk kandang dan pupuk npk phonska terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam merah (alternanthera sp)”. Jurnal. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Surabaya.

http://apps.um-surabaya.ac.id/jurnal/files/disk1/3/umsurabaya-1912-budiutomo-120-1-komposis-n.pdf

(28 Oktober 2013)

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2011. Gorontalo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

[19 Februari 2013]

Hamidah. 2009. “pengaruh pengendalian gulma dan pemberian pupuk npk phonska terhadap pertumbuhan tanaman karet (hevea brasiliensis muell arg.) klon pb 260. Jurnal. Jalan samratulangi. Politeknik pertanian negeri samarinda. Kelurahan sungai keledang, kecamatan samarinda seberang. Samarinda.

http://kopertis11.net/jurnal/HAMIDAH-PENGARUH%20PENGENDALIAN%20GULMA%20PEMBERIAN%20P UPUK%20NPK%20PHONSKA%20TERHADAP%20PERTUMBUHAN% 20TANAMAN%20KARET.pdf.

(19 Oktober 2013)

Kristanto B. A, Purbajanti E.D, dan Anwar S.2003. Pemanfaatan Enceng Gondok (Eichornia carssips) Sebagai Bahan Pupuk Cair. Pusat Penelitian Pengembangan Teknologi> Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro. Online, 2011 : http://eprints.undip.ac.id/ [19 Januri 2013]

Lingga dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Martajaya Muhamad. Lily Agustina, Syekhfani., 2010. “Metode Budidaya Organik Tanaman Jagung Manis di Tlogomas Malang”. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari. Vol. 1 No.1 Tahun 2010. No. ISSN. 2087 – 3522.

http://www.google.com/url?q=http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/pu puk-organik-memperbaiki-produksi-JAGUNG-MANIS.doc&sa=U&ei=c7qWUvbGGoSFrger9YEQ&ved=0CB8QFjAA&s ig2=VeUWxFG3yOwuXezniuOjPg&usg=AFQjCNGpRirTLpXY_PF3FqiF a52deaPAGQ (28 Oktober 2013)

Monoarfa H. 2013. Infiltrasi Air dan Distribusi Pori sebagai Respon Perlakuan Bahan Organik Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Pada Pertanaman Jagung

(17)

(Zea Mays.L). Skripsi. Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Univesitas Negeri Gorontalo. Gorontalo

Murni Andrias M dan Arif Ratna W. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Badan Litbang Pertanian, Bogor.

Noor Rizlhan, 2005. Potensi Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Lahan Lebak. Prosiding Seminar Lokakarya Nasional, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Departemen Pertanian, Makassar, 29-30 September 2005.

Nurdin, Purnamaningsuh Maspeke, Zulzain Ilahude, dan Fauzan Zakaria. 2008. “Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang Dipupuk N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo”. Jurnal. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. J. Tanah Trop., Vol. 14, No. 1, 2009: 49-56. ISSN 0852-257X.

http://repository.ung.ac.id/files/14/2/Pertumbuhan_dan_Hasil_Jagung_yan g_Dipupuk_N__P__dan_K_pada_Tanah_Vertisol_Isimu_Utara_Kabupate n_Gorontalo.pdf

(19 Oktober 2013)

Onggo T.M. 2001. “pertumbuhan dan hasil tanaman tomat pada aplikasi berbagai formula dan dosis Pupuk Majemuk Lengkap”. Jurnal. Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP). Fakultas Pertanian universitas Padjajaran. Unit Arjasari di Kabupaten Bandung. Bandung. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&

ved=0CH4QFjAG&url=http%3A%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwp-content%Fuploads%2F2009%2F11%2Fpertumbuhan_dan_hasil_tanaman_t omat.pdf&ei=qk.

(19 Oktober 2013)

Purwono dan R. Hartono. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana, R dan H Yudirachman. 2010. Jagung Budidaya, Pascapanen, dan Penganekaragaman Panggan. CV. Aneka Ilmu. Semarang.

Saribun. S daud. 2008. Pengaruh pupuk majemuk npk pada berbagai dosis terhadap ph, p-potensial dan p-tersedia serta hasil caysin (brassica juncea) pada fluventic eutrudepts jatinangor. Skripsi. Jurusan ilmu tanah. Fakultas pertanian. Unversitas padjajaran. Jatinangor. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/10/pustaka_unpad_peng aruh_pupuk_majemuk_npk_pada_berbagai_dosis_terhadap-ph.pdf.

(19 Oktober 2013)

Supriyanto H dan S Muladi, 1999. Kajian Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku Industri dan Penyelamatan Lingkungan Hidup di Daerah Perairan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda.

http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/16/eceng-gondok-review/Sutanto, 2002 Perbedaan Antara Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345689/52826/BAB%20I%20Pe ndahuluan.pdf?sequence=3. [27 Februari 2013]

Subekti N., Syafaruddin R., Efendi, dan S., Sunarti 2010. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10232.pdf. [27 Februari 2013]

(18)

Sirappa M. P. Nasruddin Razak. 2010. “Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Pemberian Pupuk N, P, K dan pupuk Kandang pada Lahan Kering di Maluku”. Jurnal. Prosiding Pekan Serealia Nasional. ISBN : 978-979-8940-29-3. Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku.

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/p36.pdf (19 Oktober 2013)

Susetyo. D. F. 2009. “Respon pertumbuhan tanaman dan produksi jahe (Zingiber officinal Rose). Sistem keranjang terhadap jumlah bibit dan pemberian pupuk majemuk NPK”. Skripsi. Dipublikasikan. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7571/1/09E00929,pdf (28 Oktober 2013)

Syafruddin dan Zubachtirodin. (2010). “penggunaan pupuk npk majemuk 20:10:10 pada tanaman jagung”. Jurnal. Prosiding Pekan serelia Nasional. ISBN : 978-979-8940-29-3.

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/p23.pdf (19 Oktober 2013)

Tola. Faisal Hamzah. Dahlan. Kaharuddin. 2007. “pengaruh penggunaan dosis pupuk bokashi Kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman jagung”. Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. ISSN 1858-4330. Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa.

http://www.stppgowa.ac.id/DataDownloadCentrePap/data-jurnal-agrisistem-stpp- gowa/1.%20PENGARUH%20PENGGUNAAN%20DOSIS%20PUPUK %20BOKASHI%20KOTORAN%20SAPI%20TERHADAP%20PERTUM BUHAN%20DAN%20PRODUKSI%20TANAMAN%20JAGUNG.pdf (28 Oktober 2013)

Urip Slamet Riyadi. 2010. Manfaat dibalik Eceng gondok. Blog : www.saungurip.blogspot.com [05 maret 2013]

Wahyudi D, 2011. Pemanfaatan dan pengolahan Eceng Gondok Sebagai Pupuk Organik dan Aplikasinya Terhadap Tanaman Hortikultura.

http://balitkabangda.kutaikartanegarakab.go.id?p=259 [05 Maret 2013]

Wahyudi. 2011. “Pemanfaatan & Pengolahan Eceng Gondok Sebagai Pupuk Organik dan Aplikasinya Terhadap Tanaman Hortikultura”. Blogspot.

http://balitbangda.kutaikartanegarakab.go.id (28 Oktober 2013)

(19)

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata tinggi tanaman jagung pada berbagai perlakuan pupuk                   phonska dan pupuk organik Eceng gondok
Tabel 3.  Rata-rata diameter batang tanaman jagung pada berbagai perlakuan pupuk   phonska dan pupuk organik Eceng gondok
Tabel 5.  Rata-rata panjang tongkol tanaman jagung pada berbagai perlakuan pupuk   phonska dan pupuk organik Eceng gondok

Referensi

Dokumen terkait

Dengan riba selain menimbulkan inflasi, spekulasi terhadap nilai uang akan semakin tinggi yang mendorong lebih besarnya perdagangan uang dari pada barang,

Praktik pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rembang 2, sebagian besar informan memberikan ASI eksklusif karena menganggap bahwa ASI penting untuk

Hujah-hujah Golongan Ulama Islam yang Tidak Mengharuskannya Bagi golongan ulama yang menolak tawassul yang diperselisihkan ini iaitu tawassul pada kemuliaan Rasulullah, para

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indarsita (2006) diketahui bahwa perilaku berisiko terhadap masalah kesehatan reproduksi lebih banyak pada remaja dengan orang tua

Instrumen untuk penelitian ini terdiri dari indikator- indikator yang berkaitan dengan kemampuan mengenal mufrodat Bahasa Arab yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Hasil yang diharapkan dalam kegiatan survei potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) di wilayah Kabupaten Lumajang, yaitu di Desa Burno,

dalam perencanaan sistem transportasi kota. KA komutcr mcrupakan sa lah sa tu program pemerintah da l am upayanya guna meningkatkan kualitas transportasi dalam