2
INDONESIA
DALAM PARADIGMA BARU KEHIDUPAN DUNIA GLOBAL
Memojokkan & meminggirkan
3
Lahirnya „Budaya Hibriditas”
DAMPAK PARADIGMA
ASEAN & Globalisasi
Sistem Budaya Bahasa
Sistem Sosial kebudayaan
- Globalisasi „The Third
Wave‟ - Gelombang Teknologi Informasi - Electronic Hegemoni - Television Hegemony - Merebaknya Jejaring Facebook - Menjamurnya Beragam Situs
- Cyber Culture Generation
BUDAYA DAERAH BUDAYA NASIONAL NILAI-NILAI SPIRITUAL KEARIFAN LOKAL GLOBAL 2020 ± 165 Negara ASEAN 2015 10 Negara
Gelombang Budaya dan Peradaban Global Meminggirkan
Budaya Lokal yang akan Berdampak pada :
1. Identitas budaya menjadi kabur akibat proses interaksi budaya 2. Bangsa Indonesia tercerabut dari akar budayanya
3. Banyak generasi muda yang tidak lagi memiliki rumah budaya
4. Erosi Budaya Spiritual 5. Kearifan lokal tergusur
6. Erosi Budi Pekerti dan karakter bangsa.
7. Nilai-Nilai (simbol) Adat, Tradisi dan Budaya Asli Semakin Dilupakan
8. Kehilangan Jati Diri
9. Yang masih memprihatinkan……falsafah Pancasila akan digusur oleh secuil masyarakat dengan mengabaikan keramatnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
10. Komunitas Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa masih termarginal.
SOLUSI
NATIONAL
1.
Kembali Kecita-cita Proklamasi.
2.
Kembali ke Jati Diri Bangsa.
3.
Membangun Karakter dan Budi Luhur
dalam Managemen Kawulo Gusti.
4.
Melaksanakan Tri Sakti
5
“Nation and Character Building”
Mempertahankan kedaulatan di bidang politik Kemandirian di bidang ekonomi
Pancasila sebagai landasan ideologi, falsafah, etika
moral, serta alat pemersatu bangsa.
Diperkokoh dengan pemahaman :
1. NKRI sebagai konsesus yang harus dijunjung tinggi.
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai sumber hukum dan menjadi rujukan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Bhinneka Tunggal Ika sebagai solusi dan pemersatu atas
untaian kemajemukan bangsa yang terdiri dari berbagai agama, suku, ras, dan budaya.
4. Wawasan Nusantara bagi generasi muda anak bangsa
terutama dalam budaya, etika & jati diri.
6
dengan Prinsip:
KEMBALI KECITA-CITA PROKLAMASI
Membangun “Nasionalisme Indonesia Baru” karakter anak bangsa yang berani dan bisa bersaing dalam kehidupan Global
- BAHASANYA BANYAK YANG SULIT DIPAHAMI
- BANYAK YANG
“SOPHISTICATED” MEMILIKI NILAI – NILAI FILOSOFIS TINGGI DI AWANG – AWANG ALIAS TIDAK MEMBUMI
- NON DOKTRINER DAN TIDAK PUNYA KEKUATAN IMPERATIF (MEMAKSA) JUMLAH KELOMPOKNYA SANGAT BANYAK - BAHASA SIMBOL - BAHASA TULIS - BAHASA LISAN - SALOKA / PERIBAHASA - UNGKAPAN TRADISIONAL - PASEMON - TIDAK DIMENGERTI - SULIT MEMAHAMI - KURANG MINAT MEMPELAJARI - TIDAK DIPERHATIKAN - TERABAIKAN - MENJADI KENANGAN “DITINGGALKAN”
(BUDAYA SPIRITUAL) PEMAHAMAN (GENERASI MUDA)
7
DARI WAKTU KE WAKTU :
NILAI – NILAI LUHUR dalam PITUTUR – PIWULANG...YANG SEMAKIN TENGGELAM
NUSANTARA
“Perlu Digali dan Difungsikan Nilai-Nilai Luhur”
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
8
Mandiri - Memayu Hayu Pribadi Pamong - Memayu Hayu Sesama Panutan - Memayu Hayu Bawana
Nilai-Nilai Spiritual
(Luhur)
Memenuhi Tatanan Masyarakat Pancasila (Nilai: Dasar, Instrumental, Praksis)
Budi Luhur
Logika, Etika Estetika, Hati Nurani
Adat, Budaya, Kearifan lokal
Mempunyai Akar Spiritual Membuahkan Mengandung Membangun Kepribadian/ Karakter Sesuai Capaian Kedewasaan Spiritual dalam Manunggaling Kawula Gusti
Memenuhi Sila Pertama Pancasila : “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Pembangunan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti lengkapnya budi pekerti
kemanusiaan yang luhur, tidak akan berhasil baik
tanpa mengenali nilai – nilai budaya dan kearifan
lokal dalam keteladanan keIndonesiaan.
9
Anies Baswedan :
Tribune 28-10-2014
“Pembentukan Karater Merujuk pada
Nilai – Nilai Budaya”
Pelestarian Budaya
• Konservasi
• Pengembangan
Aktor Pokok
(Membutuhkan Komunitas Adat, Tradisi, Kearifan Lokal,
Penghayat (PKT) dan Budaya Asli)
(yang kompeten)
“Membangun Kompetensi SDM Kebudayaan ”
11
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa
Pengakuan dan kesanggupan manembah Kepada-Nya
Membangun dan membina diri dalam nilai-nilai
spiritual kearah Kesucian, Moral, dan Budi Luhur
Mewujudkan persaudaraan antara sesama umat atas
dasar Cinta Kasih
Memenuhi kuajiban kemanusiaan dalam berbangsa
dan bernegara
Mempunyai Integritas, tidak fanatik, selalu menambah
pengetahuan pengalaman lahir batin dalam masyarakat
yang plural
Karakter Penghayat
BEKAL PENGHAYAT :
1. Tekad adalah proses diri dalam laku penghayatan kepada Tuhan YME
dengan adanya Budi/Dzat Tuhan yang menempatkan perilaku seseorang di jalan yang benar.
2. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam martabat kesucian
yang nilainya berkembang dalam perilaku hidup seseorang kearah Sangkan Paran hidup itu sendiri.
3. Sikap Manembah adalah penyerahan diri kepada Tuhan YME dengan
kesadaran total-bertahap (fisik-mental-spiritual) dalam perilaku hidup seseorang setelah menghayati sentuhan pertama dari Dzat-hidup atau dayanya Budi/pencerahan batin/cahaya Ketuhanan.
A. ARAH LAKU
SPIRITUAL ;B. SIKAP ;
Angan-Angan, Rasa, Budi, Karsa
Mengendapkan hawa nafsu lahir batin – Cipta, Rasa dan Karsa
yang terbimbing dalam Dayanya Budi/Pencerahan Batin 12
13
Arah Laku Penghayat
Memayu Hayuning Bawana
dengan :
Melindungi, Memperindah alam dan dunia
Hanggayuh Kasampurnaning Urip
Membangun pribadi dalam kesempurnaan hidup
Ngudi Sejatining Becik
Membangun kebersihan hati yang sejati
Berbudi Bawa Leksana
Mempunyai budi luhur, berjiwa besar, menjadi manusia panutan
“Nggayuh Duwur, Jembar Nalar, Jero Pikir”
Sikap Laku Penghayat
Membangun hati nurani dengan melatih sikap batin dalam :
Laku Sujud Laku Spiritual Laku Sosial
1. Kualitas Spiritual
“Sesuai Sila Pertama Ketuhanan YME”
2. Kualitas Intelektual
“Perkembangan Peradaban dalam Pendidikan “
3. Kualitas Sosial
“Kearifan Lokal, Kearifan Nusantara”
4. Kualitas Berbangsa dan Bernegara
“Wawasan Kebangsaan”
dalam Pendidikan Budi Luhur Nusantara
Harus Memenuhi :
Menjadi Manusia Seutuhnya dalam “Memayu Hayuning Bawana”
14
(Hertoto Basuki)
Peran Penghayat
BUDAYA NASIONAL PENDIDIKAN NASIONAL POTENSI NASIONAL
Penghayat
Ketuhanan YME GLOBALISASI
• Kesadaran Utuh • Mesu Budi • Penghayatan Pancasila • Aplikasi Spiritual-Sosial • Kepribadian Indonesia (Budi Luhur)
• Memayu Hayu Diri (Wasesa) • Memayu Hayu Sesama (Hamisesa) • Memayu Hayu Bawana (Wicaksono)
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
NASIONAL / INTERNASIONAL
INTERAKSI AKAR BUDAYA
KEARIFAN LOKAL
Peran Penghayat Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam pembangunan karakter bangsa
15 • PENYULUH • PENDIDIK • PENGELOLA ORGANISASI Sumber daya Manusia yang Berkualitas/ Kompeten
MANFAAT BUDI PEKERTI
Membangun karakter anak bangsa
“
Reaktualisasi kearifan – kearifan lokal“
Mengeliminer pengaruh budaya global
Membangun “Nasionalisme Indonesia Baru”.
“
Mempunyai semangat kebangsaan dalam persaingan antar negara”
Mempertahankan jati diri bangsa
“
Membangun nilai – nilai luhur keIndonesiaan”
17
Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkt/2016/08/15/permendikbud-no-27-tahun-2016-tentang-layanan-pendidikan-kepercayaan-terhadap-tuhan-yme-pada-satuan-pendidikan/
FENOMENA KESENJANGAN
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI LUHUR PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA
KONDISI / KENYATAAN YANG ADA
• Banyaknya manusia yang lupa akan kodratnya bahwa
dia diciptaan sebagai makhluk yang lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan yang lain.
• Adanya pertikaian antar penganut keyakinan yang satu
dengan yang lain merupakan tanda ketidakmampuan dalam pemahaman tentang eksitensi Tuhan yang secara Universal
• Semakin banyaknya masyarakat yang mengalami stress,
depresi dalam menjalani kehidupan ini karena terseret dalam pusaran materi dan lupa atau tidak tahu tujuan hidup yang hakiki
• Degradasi moral, merebaknya narkoba, korupsi dan
terorisme, sebagai isyarat bahwa manusia sudah kehilangan akal sehatnya, menghalalkan segala cara dan meninggalkan tatanan, norma yang ada dimasyarakat.
• Exploitasi sumber daya alam yang tak terendali,
mengabaikan pranata lingkungan yang ada (kearifan lokal) berakibat pada kerusakan ekosistem bencana alam dan kelestarian lingkungan dimana manusia hidup.
KONDISI YANG DIHARAPKAN
• Manusia bermartabat baik secara pribadi, sosial
maupun spiritual.
• Mampu mengendalikan diri dalam kehidupan
bermasyarakat, bernegara serta menjaga jatidiri sebagai manusia seutuhnya dalam bingkai NKRI dengan Bhineka Tunggal Ikanya.
• Selalu berpegang pada prinsip bahwa tujuan hidup
ini adalah mengembalikan hidup kepada yang memberi hidup ( Sumber Hidup : Tuhan YME ).
• Berperilaku santun, menjaga etika moral yang
didasarkan pada budi pekerti luhur dalam setiap langkah dan tindakan .
• Dengan konsep “Memayu Hayuning Bawono” selalu
berupaya mempertahankan keserasian, keselarasan dan keseimbangan alam semesta ini demi berkelanjutan kehidupan manusia .
KONDISI YANG DIHARAPKAN
19
• Manusia bermartabat baik secara pribadi, sosial maupun spiritual.
• Mampu mengendalikan diri dalam kehidupan bermasyarakat,
bernegara serta menjaga jatidiri sebagai manusia seutuhnya
dalam bingkai NKRI dengan Bhineka Tunggal Ikanya.
• Selalu berpegang pada prinsip bahwa tujuan hidup ini adalah
mengembalikan hidup kepada yang memberi hidup (Sumber
Hidup : Tuhan YME ).
• Berperilaku santun, menjaga etika moral yang didasarkan pada
budi pekerti luhur dalam setiap langkah dan tindakan .
• Dengan konsep “Memayu Hayuning Bawono” selalu berupaya
mempertahankan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
alam semesta ini demi berkelanjutan kehidupan manusia .
KONDISI / KENYATAAN YANG ADA
20
• Banyaknya manusia yang lupa akan kodratnya bahwa dia diciptakan
sebagai makhluk yang lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan yang lain.
• Adanya pertikaian antar penganut keyakinan yang satu dengan yang lain
merupakan tanda ketidakmampuan dalam pemahaman tentang eksitensi Tuhan yang secara Universal
• Semakin banyaknya masyarakat yang mengalami stress, depresi dalam
menjalani kehidupan ini karena terseret dalam pusaran materi dan lupa atau tidak tahu tujuan hidup yang hakiki
• Degradasi moral, merebaknya narkoba, korupsi dan terorisme, sebagai
isyarat bahwa manusia sudah kehilangan akal sehatnya, menghalalkan segala cara dan meninggalkan tatanan, norma yang ada dimasyarakat.
• Exploitasi sumber daya alam yang tak terendali, mengabaikan pranata
lingkungan yang ada (kearifan lokal) berakibat pada kerusakan ekosistem bencana alam dan kelestarian lingkungan dimana manusia hidup.
UU SISDIKNAS BAB II PASAL 4 :
1. Mecerdaskan Kehidupan Bangsa
2. MengembangKan Manusia indonesia Seutuhnya
a. Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berbudi Pekerti Luhur c. Memiliki Pengetahuan dan
Keterampilan
d. Kesehatan Jasmani dan rohani e. Kepribadian yang mantap dan
mandiri
F. Rasa Tanggung jawab
Kemasyarakatan dan kebangsaan
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI LUHUR PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP
TUHAN
1. KEYAKINAN ADANYA TUHAN YANG MAHA ESA.
2. MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA YANG
BERMORAL DAN BERBUDI PEKERTI LUHUR SESUAI DENGAN NILAI SPIRITUAL DAN KEARIFAN LOKAL. 3. MEMBANGUN KARAKTER
BANGSA YANG PANCASILAIS DALAM BUDAYA ETIKA MORAL KEINDONESIAAN.
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILAN
1. Bidang Ilmu Dasar 2. Bidang Kesehatan 3. Bidang Sosial
4. Bidang Teknik 5. Teknologi Terapan KEDUDUKAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI LUHUR
PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DALAM SISDIKNAS
21
PERMENDIKBUD NO. 27 TAHUN 2016 ;
• Pasal 1 ayat 6 :
Pendidik
adalah
tenaga
kependidikan
yang
berkualifikasi sebagai guru, pamong belajar, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• Pasal 2 ayat 2 :
Muatan Pendidikan Kepercayaan wajib memiliki
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran, buku teks
pelajaran, dan Pendidik.
22
Kompetensi terdiri dari spesifikasi
pengetahuan, keterampilan dan sikap
serta penerapannya dalam tingkat
kehidupan bermasyarakat pada standar
unjuk laku budi luhur dalam logika,
estetika dan etika yang dibutuhkan oleh
masyarakat secara umum.
23
Kompetensi
- Mengendapkan Hawa Nafsu Lahir Batin - Merasakan dan menangkap getaran BUDI
- Cipta, rasa dan karsa yang terbimbing dalam dayanya Budi
- Merasakan Pepadhang (pencerahan batin) dari Tuhan YME dalam tuntunanNya
- Sadar hidup dalam pikir, Kemauan, membangun rasa tentram - Sadar Hidup dalam Cahaya Budi
- Sadar hidup dalam hati nurani
- Sadar hidup dalam Mesu Budi hanya manembah kepada Tuhan YME
- Mawas pandum hidupnya sendiri
- Mawas pandum hidup dengan memfungsikan Budi - Mawas pandum hidup kebersamaan
- Mawas pandum hidup yang menjabar dalam tugas atas kehendak Tuhan YME
Dengan Kesadaran Utuh Mesu Budi untuk dapat :
Manusia Utuh Dengan :
Mampu Mengendalikan Diri Dengan:
UNSUR/RANAH KEDEWASAAN SPIRITUAL
Yang mampu menangkap Enlightment / Pencerahan Batin yang mengantar Kecerdasan Spiritual Martabat Sujud Pemahaman Spiritual Kedewasaan Emosional 24
25
Unsur Dasar Perilaku Budaya Spiritual :
(dalam Nilai)
1. Unsur Spiritual
– Mengenal Budi Nur Pepadhang Tuhan Yang Maha Esa
– Bertopang pada potensi Budi
/Pencerahan Batindalam kesadaran
spiritual
2. Unsur Mental
– Memerankan dayanya Budi terhadap
Cipta, Rasa dan Karsa
3. Unsur Moral – Etik
– Mengenal penampilan Budi Pekerti
– Mengenal kemanusiaan yang luhur
– Interaksi masyarakat yang plural
Capaian Kearifan Pribadi
Memayu Hayuning Pribadi (mawas diri)
Wasesa
Memayu Hayuning Sesama
(tepa selira) Hamisesa
Memayu Hayuning Bawana Wicaksana
DIMENSI KEDEWASAAN SPIRITUAL
(DALAM NILAI-NILAI LUHUR)
Martabat sujud Pemahaman Spiritual Kedewasaan Emosional TASK SKILL
Mampu berfungsi sebagai
manusia seutuhnya dan selalu membina diri pribadi kearah kesucian, moral dan budi luhur
TASK MANAJEMEN SKILL
Mampu mewujudkan persaudaraan antar
sesama atas dasar cinta kasih
CONTIGENCY MANAJEMEN SKILL Mampu mengatasi masalah dengan persuasif dalam perbedaan pendapat
JOB ROLE ENVERONMENTAL
Mampu memenuhi kewajiban Kemanusiaan dengan tanggung jawab dalam lingkungan dan masyarakat
• Kedewasaan Spiritual dalam
Sistem Kesadaran
• Penghayat yang Mumpuni
MEMAYU HAYUNING BAWANA
SA NGK A N P A R A N ING DUM A DI KECERDA S A N SPIRITUA L Wasesa Hamisesa Wicaksana
Manajemen Manunggaling Kawulo Gusti
CAPAIAN KARAKTER BUDAYA SPIRITUAL
1 3 2 X Y XY Hertoto Basuki TRANSFER SKILL PANUTAN/AHLI Mampu mencapai pencerahan batin dan mampu mentransfer kedewasaan spiritual kepada sesama dalam persaudaraan Kompetensi Penghayat
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan yang muncul dengan kesadaran
dalam proses diri meniti sangkan paran untuk
kehidupan spiritual pribadi dengan etika
spiritual dan nilai – nilai spiritual yang
berkembang,
arah lakunya Memayu Hayu Bawana dalam Managemen Manunggaling Kawulo – Gusti.Pengertian kemanunggalan kawula
Gusti disini adalah pribadi yang utuh
menjadi seorang yang mempunyai
kesadaran akan peran dan fungsinya
sebagai umat Tuhan Yang Maha Esa di
dunia
Managemen Manunggaling Kawulo Gusti
Membangun Nilai - Nilai Hidup Masa Kini
• Wujud perilaku budaya spiritual diajarkan sejak dalam keluarga
dan menjadi karakter Pribadi – Masyarakat – Bangsa.
• Kepribadian panutan yang meneladani, melayani, membangun
integritas dalam berbangsa dan bernegara.
• Kebersamaan sosial tercermin dalam kemajemukan dan sikap
Gotong Royong.
• Kepribadian Penghayat tercermin dalam praktek Budi Pekerti
yang senantiasa mengedepankan tepa selira dan mengisi
kekurangan dalam lingkungannya, membangun karakter
masyarakat Pancasila yang berbudi luhur.
• Membangun nilai – nilai luhur keIndonesiaan dalam Jati Diri
menyongsong Nasionalisme Indonesia Baru (Indonesia dalam
Manusia Penghayat
yang
Kompeten
Selalu mempunyai “Jati Diri”, mampu
membangun nilai, mempunyai motivasi
dan inovasi untuk menciptakan kemajuan
bagi pribadinya sendiri dan lingkungannya
Terutama Bangsa & Negara.
“Sikap Panutan”
30
Dicari :
Integritas
Kesetiaan
Meneladani
Mengubah
Membangun
Nilai
Melayani
MEMBANGUN
CITRA
KEINDONESIAAN
Integritas, Meneladani, Mengubah, Melayani, “Membangun Nilai”
Pencitraan
31 Pawongan gondo arum, Lambaran ulat manis kang mantesi, Aruming wicara kang mranani,